• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EXPECTANCY DAN TASK VALUE TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA N 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EXPECTANCY DAN TASK VALUE TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA N 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EXPECTANCY DAN TASK VALUE TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI AKUNTANSI SISWA

KELAS XI IPS SMA N 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

I WAYAN WENDRA HERMAWAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih ditemukannya banyak siswa kelas XI IPS IPS SMA N 1 Seputih Mataram yang memperoleh hasil belajar di bawah standar KKM yang ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh expectancy dan task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif, dengan pendekatan kuantitatif dan survei. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 66 siswa, dan dengan menggunakan rumus T Yamane diperoleh jumlah sampel sebesar 57 siswa yang kemudian pengambilannya menggunakan teknik simple random sampling. Pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan rumus regresi linar sederhana, sedangkan hipotesis ketiga menggunakan rumus regresi linear berganda.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Ada pengaruh yang positif dan signifikan expectancy terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Ada pengaruh yang positif dan signifikan task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. (3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan expectancy dan task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015.

(2)

EFFECT OF EXPECTANCY AND TASK VALUE ON LEARNING OUTCOMES ECONOMY IN ACCOUNTING SUBJECT

CLASS XI IPS SMA NEGERI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM LESSONS YEAR

2014/2015

By

I WAYAN WENDRA HERMAWAN

This research was motivated by founded many students of XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram obtaining learning outcomes under a predetermined KKM standard. The purpuse of this research is to determine the effect of expectancy and task value on learning outcomes of Economy in Accounting subject class XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram lessons year 2014/2015. The method used in this research is asosiatif research method, with quantitative and survey approach. The population in this research amounted to 66 students, and by using T Yamane formula abtained amount of samples by 57 students which then were taken by using simple random sampling technique. Hypothesis testing first and second using simple linear regression formula, while the third hypothesis testing using multiple linear regression formula.

Based on the analysis of data obtained as follows: (1) There was a positive and significant impact of expectancy on learning outcomes of Economy in Accounting subject class XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram lessons year 2014/2015. (2) There was a positive and significant impact of task value on learning outcomes of Economy in Accounting subject class XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram lessons year 2014/2015. (3) There was a positive and significant impact of expectancy and task value on learning outcomes of Economy in Accounting subject class XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram lessons year 2014/2015.

(3)

PENGARUH

EXPECTANCY

DAN

TASK VALUE

TERHADAP

HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI AKUNTANSI

SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEPUTIH

MATARAM TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh :

I WAYAN WENDRA HERMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 8 Agustus 1993 dari seorang Ibu bernama Ni Ketut Yatne dan Ayah bernama I Made Suwirya.

Pada tahun 1999 penulis diterima menjadi salah satu siswa di SD Negeri 1 Wirata Agung, kemudian di SMP N 1 Seputih Mataram pada tahun 2005 dan di SMA N 1 Seputih Mataram pada tahun 2008. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2014, penulis pernah melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata-Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Pagar Bukit, dan Program Pengalaman

(8)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Bapak, Dadong, Kaki dan Memeku.

(9)

Moto

A

s your sure abouut your live, as it is live will

(10)

SANWACANA

Astungkare, puji syukur kehadapan Ida Shang Widhi Wasa, Tuhan yang maha esa karena atas asung kerta wara nugraha, limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Expectancy dan Task Value terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015” ini.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan arahan serta motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan setulus-tulusnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum FKIP Unila.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

(11)

7. Bapak Drs.Yon Rizal, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan juga Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, bantuan, arahan dan kebaikan bapak selama ini, serta segala ilmu yang telah bapak berikan selama perkuliahan.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si, selaku Dosen Pembahas dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas bimbingan, arahan dan bantuan yang telah bapak berikan selama ini. Begitu pula atas segala bantuan dan bimbingan bapak semasa menjabat Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, serta ilmu yang telah bapak berikan selama perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas ilmu dan pengetahun yang telah bapak ibu berikan.

10. Ibu Drs. Hj.Nurlina, M.M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Seputih Mataram SMA N 1 Seputih Mataram, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMA Negeri 1 Seputih Mataram sebagai tempat penelitian skripsi ini.

11. Ibu Dra. Tri Sutrisminah dan Ibu Zetty Listiyowati, S.E. selaku guru mata pelajaran Ekonomi di kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandar Lampung, terima kasih atas bantuan dan informasi yang telah ibu berikan.

(12)

perhatian, kesabaran, doa, kepercayaan, didikan dan kasih sayang yang kau berikan padaku. Paman dan bibi Pak Jawe, Me Yanti, Me Komang, Me Narti dan juga Dong Ketut. Semuanya, kalimat “seleg-selegang melajah yan, de mikirang ape-ape bein” itu, meski tak selalu benar-benar keluar dari bibir kalian, tapi sungguh aku bisa melihatnya. Segala yang kalian berikan, nasihat, perhatian, materi, kalian curahkan demi senyaman-nyamannya aku dalam bertumbuh. Semuanya tidak akan tergantikan.

14. Sahabat-sahabatku seperjuanganku: Andre (orang pertama yang ku kenal), Irvan (yang akan selalu dekat dengan siapapun). Sahabat seperjuangan kompre dan Toefl: Tommy, Fredi, Komar. Teman-temanku di kelas: Edi, Leni, Lisna, Desi, Arum, Tata, Isra, Heni, Dita, Elisa, Ratna, Ocni, Yayuk, Rini, Ajeng, Yusmai, Esti, Wulan, Eka, Agnes, Sandi, Irfan, Cici, Yuli, Meilani, Yuda, Anida, Wahyu, Ramadhan, Rika, dan Susi. Ilham (terima kasih untuk “rumah singgah” dan semangatnya), sahabatku “mlenyon” Achmad Rifa’i, serta sahabat yang sering kutemui Agus, Jaenudin, Suroto, dan teman-teman Pendidikan Ekonomi 2011 lainnya, terima kasih atas segala bantuan serta kebersamaannya selama ini.

15. Kak Dani dan Om Herdi yang selalu memberikan arahan, terima kasih atas bantuannya.

(13)

tentang banyak hal yang kadang sok tahu (sungguh itu benar-benar membantu was) terima kasih atas kebaikanmu, Ketut (I Ketut Susane), Made “bos kojek” (Made Puja Satyawan), Sigit (Sigit Rahmawan), Mas Eko, Mas Yudi dan Gede (Gede Mustike) terima kasih atas kebersamaannya di kosan Hijau, dan tidak lupa seniorku “bos” Made Budi Iswara yang selalu baik sejak pertama

kali menjadi adik tingkatnya, terima kasih bos (ayo tahun ini wisuda).

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah... 1

1.2 Identifikasi masalah. ... 15

1.3 Pembatan masalah. ... 16

1.4 Rumusan masalah. ... 17

1.5 Tujuan Penelitian. ... 17

1.6 Kegunaan Penelitian. ... 18

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka. ... 20

1. Hasil Belajar. ... 20

2. Expectancy dan Task Value. ... 29

3. Proses terbentuknya Expectancy dan Task Value. ... 46

4. Menghindari Pengukuran Expectancy dan Task Value yang ilusif . 60 2.2 Penelitian yang Relevan ... 64

2.3 Kerangka Pikir. ... 64

(15)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian. ... 70

3.2 Populasi dan Sampel. ... 72

1. Populasil. ... 72

2. Sampel... 73

3. Teknik Pengambilan Sampel. ... 74

3.3 Variabel Penelitian. ... 75

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 75

1. Definisi Konseptual Variabel ... 75

2. Definisi Operasional Variabel ... 76

3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 82

3.6 Uji Persyaratan Instrumen... 83

1. Uji validitas. ... 84

2. Uji Reliabilitas. ... 85

3.7 Uji Persyaratan Analisis Data. ... 87

1. Uji Normalitas. ... 87

2. Uji Homogenitas. ... 88

3.8 Uji Persyaratan Regresi Linier Berganda ... 89

1. Uji Kelinearan Garis Regresi ... 89

2. Uji Multikolinearitas ... 91

3. Uji Autokorelasi ... 92

4. Uji Heteroskedastistas ... 94

3.9 Pengujian Hipotesis. ... 95

1. Regresi Linier Sederhana ... 95

2. Regresi Linier Berganda ... 96

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian . ... 99

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 99

2. Situasi dan Kondisi SMA N 1 Seputih Mataram ... 100

3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 101

4. Jumlah Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 101

5. Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 101

4.2Gambaran Umum Responden ... 102

4.3Deskripsi Data ... 102

1. Data Expectancy (X1) ... 102

2. Data Task Value (X2) ... 105

3. Data Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi (Y) ... 108

4.4.Uji Persyaratan Instrumen dan Analisis Data ... 110

1. Uji Normalitas ... 111

2. Uji Homogenitas ... 112

4.5 Uji Persyaratan Regresi Linier Berganda ... 113

(16)

2. Uji Multikolinieritas ……….. ... 115

3. Uji Autokorelasi ………. ... 117

4. Uji Heterokedastisitas ……… ... 119

4.6 Pengujian Hipotesis ... 121

1. Regresi Linier Sederhana ... 122

a. Pengaruh Expectancy Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 123

b. Pengaruh Task Value Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 125

2. Regresi Linier Berganda ... 127

a. Persamaan Regresi ... 127

b. Pengujian Hipotesis ………. ... 129

4.7 Pembahasan... 131

1. Pengaruh Expectancy Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 131

2. Pengaruh Task Value Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 133

3. Pengaruh Expectancy dan Task Value Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 135

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 140

5.2 Saran ……… .... 141 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ujian Mid Semester Siswa Kelas XI IPS 1 dan XII IPS

2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014 ... 5

2. Nilai UAS Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan XII IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran2013/2014 ... 5

3. Nilai UTS Ekonomi Semester Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014 ... 8

4. Penelitian Yang Relevan ... 64

5. Jumlah siswa kelas XI IPS dan XI IPS 2SMA Negeri Seputih Mataram ... 73

6. Perhitungan Jumah Sampel untuk masing-masing Kelas ... 74

7. Indikator dan Sub Indikator Variabel ... 77

8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Pada Variabel X1 ... 86

9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Pada Variabel X2 ... 87

10.Daftar Analisis Varians untuk Uji Kelinieran Regresi ... 90

11.Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 93

12.Daftar Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 100

13.Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 102

14.Distribusi Frekuensi Data Expectancy Siswa (X1) ... 104

15.Kategori Data Expectancy Siswa (X1) ... 104

16.Distribusi Frekuensi Data Task Value Siswa (X2) ... 106

17.Kategori Task Value Siswa (X2) ... 107

18.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Akuntansi (Y) ... 109

19.Kategori Hasil Belajar (Y) ... 109

20.Hasil Uji Normalitas Expectancy (X1), Task Value (X2) dan Hasil Belajar Ekonomi pada materi Akuntansi (Y) ... 111

21.Rekapitulasi Uji Normalitas ... 112

22.Hasil Uji Homogenitas dengan Menggunakan SPSS ... 113

23.Hasil Kelinieran Regresi Variabel X1 terhadap Y ... 114

24.Kelinieran Regresi Variabel X2 Terhadap Y ... 115

25.Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 116

26.Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 117

27.Hasil Pengujian Durbin-Watson ... 118

28.Keputusan Uji Autokorelasi ... 119

29.Hasil Pengujian Heterokedastisitas ... 120

(18)

31.Korelasi Expectancy Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada

Materi Akuntansi ... 122 32.Koefisien Regresi Expectancy Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 122 33.Korelasi Task Value Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 125 34.Koefisien Regresi Task Value Terhadap

Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi ... 125 35.Koefisien Regresi Expectancy (X1) dan Task Value (X2)

Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Materi Akuntansi (Y) ... 128 36.ANOVA Untuk Uji Hipotesis

Pengaruh Expectancy (X1) dan Task Value (X2)

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi-Kisi Angket Penelitian 2. Angket Penelitian Uji Coba 3. Hasil Uji Coba Angket X1 4. Hasil Uji Coba Angket X2

5. Hasil Uji Coba Validitas Angket Uji Coba Variabel X1 6. Hasil Uji Coba Validitas Angket Uji Coba Variabel X2 7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji coba

8. Angket Penelitian

9. Data Hasil Penelitian Penelitian Variabel X1 10. Data Hasil Penelitian Penelitian Variabel X2

11. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel X1, X2 dan Y 12. Hasil Uji Normalitas Data

13. Hasil Uji Homogenitas Data 14. Hasil Uji Linieritas Regresi 15. Hasil Uji Multikolinearitas 16. Hasil Uji Autokorelasi 17. Hasil Uji Heteroskedastisitas 18. Hasil Uji Hipotesis

19. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Pendahuluan 20. Surat Undangan Seminar Usulan

21. Surat Izin Penelitian

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa tidak dapat dicapai hanya dengan mengandalkan sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik semata. Lebih dari itu, diperlukan modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas bangsa sehingga tuntutan untuk terus-menerus melakukan perbaikan (continous improvement) dan mencapai kemajuan dapat diwujudkan. Tanpa SDM yang berkualitas berlimpahnya sumber daya alam suatu bangsa tidak akan mampu memberikan kesejahteraan yang optimal bagi bangsa tersebut.

(22)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan vital dalam memajukan suatu bangsa.

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan dari pendidikan formal. SMA termasuk ke dalam jenjang pendidikan

menengah, yaitu merupakan jenjang pendidikan lanjutan dari jenjang

pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Secara umum jenjang pendidikan menengah memiliki tujuan tersendiri dibandingkan dengan tujuan pendidikan pada jenjang pendidikan lain. Tujuan tersebut adalah tujuan institusional dari jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang tujuan Pendidikan Menengah yaitu PP. No 29 Tahun 1990 dikatakan bahwa:

“Tujuan Pendidikan Menengah adalah meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian”.

Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah suatu proses

pembelajaran dalam suatu instusi pendidikan. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari pembelajaran kurikuler dan non atau ekstrakulikuler.

Pembelajaran kurikuler bertujuan untuk memberikan

(23)

di dalamnya. Sama halnya dengan pendidikan menengah, mata pelajaran beserta materi di dalamnya juga memiliki tujuan.

Secara umum tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi 4, dalam Tirtaraharja dan Sulo (2005: 39) berdasarkan jenjang pendidikan tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:

a. Tujuan umum Pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai secara Nasional dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. b. Tujuan Institusional, adalah tujuan yang menjadi tugas dari lembaga

pendidikan tertentu untuk mencapainya misalnya SD, SMP, SMA. c. Tujuan kurikuler, tujuan bidang studi atau mata pelajaran, adalah tujuan

yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran.

d. Tujuan instruksional, yaitu tujuan dari masing-masing pokok bahasan yang terdapat dalam suatu mata pelajaran.

Setiap materi-materi yang diajarkan memiliki tujuan-tujuan intsruksional, yang sebenarnya juga adalah operasionalisasi dari tujuan-tujuan pendidikan di atasnya. Oleh karena itu, semua materi yang diajarkan di sekolah adalah materi yang penting, dari setiap materi-materi tersebut terkandung ilmu-ilmu yang dapat menambah wawasan siswa. Begitu pula dengan Akuntansi, Akuntansi merupakan materi yang cukup penting dalam mata pelajaran Ekonomi.

Hal tersebut dibuktikan dengan diajarkannya materi Akuntansi selama dua semester penuh, yaitu pada semerter genap kelas XI dan pada semester ganjil di kelas XII, selain itu beberapa kompetisi dasar (KD) dalam materi

(24)

Namun, pada kenyataannya hal tersebut tidaklah mudah untuk diwujudkan. Hal itu salah satunya terjadi di SMA N 1 Seputih Mataram. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa materi Akuntansi merupakan materi yang tergolong sulit dikuasai oleh siswa. Hal tersebut umumnya ditunjukan oleh hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, dimana berdasarkan data hasil UTS dan UAS yang diberikan guru mata pelajaran masih banyak ditemukan siswa memperoleh hasil belajar di bawah KKM.

Hasil belajar sangat berguna sebagai indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, selain itu hasil belajar juga merupakan informasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajar siswa serta perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Lebih dari itu, sebagai jenjang pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, hasil belajar siswa di SMA juga digunakan sebagai pertimbangan utama pada salah satu jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri yaitu SNMPTN yang diselenggarakan secara nasional. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk dicapainya hasil belajar yang tinggi oleh setiap siswa, karena pencapaian tersebut merupakan refleksi dari kualitas belajar yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh pada SMA N 1 Seputih Mataram saat penelitian pendahuluan, permasalahan hasil belajar siswa pada materi

(25)

diberikan guru pada saat penelitian pendahuluan. Berikut disajikan tabel data hasil ujian mid semester tersebut :

Tabel 1. Nilai Ujian Mid Semester Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan XII IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Nilai Jumlah

Sumber: Guru Bidang Studi Ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa hanya terdapat 26 siswa atau 41,27% dari 63 siswa yang mampu mencapai nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Jumlah siswa yang mampu mencapai standar nilai KKM tersebut bahkan kemudian semakin menurun pada waktu ujian akhir semerter (UAS) menjadi hanya 4 atau hanya 6,34% dari 63 siswa. Hal tersebut diketahui berdasarkan daftar hasil belajar pada UAS semester genap siswa kelas XI IPS 1 dan XII IPS 2 yang diberikan oleh guru mata pelajaran Ekonomi. Berikut disajikan tabel data hasil Ujian Akhir Semester tersebut : Tabel 2. Nilai UAS Siswa Kelas XI IPS 1 dan XII IPS 2 SMA Negeri 1

Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Nilai Jumlah

Sumber: Guru Bidang Studi Ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram

Hal di atas menunjukan bahwa terdapat masalah pada siswa dalam

(26)

mendapatkan nilai (hasil belajar) di bawah standar nilai KKM yang

ditentukan. Hal ini sejalan dengan penjelasan Djamarah dan Zain (2010: 107) hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikelompokan ke dalam empat jenis predikat, yaitu :

1. Istimewa atau maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa.

2. Baik sekali atau optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik atau minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75% saja dikuasai oleh siswa.

4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Lebih ditekankannya praktek dalam pembelajaran Akuntansi mengharuskan siswa untuk tidak hanya mengusai Akuntansi secara konseptual, tetapi juga harus mampu menuangkan konsep-konsep tersebut di dalam praktek. Selain itu, Akuntansi juga memiliki karakteristik khusus yang dapat dikatakan tidak dimiliki oleh materi lain yaitu sifatnya yang berkelanjutan, di mana di setiap tahapan pengerjaannya merupakan satu rangkaian dari satu kesatuan.

(27)

informasi Ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut (Fitria: 2013: 2). Hal tersebut menunjukan bahwa, untuk mampu mengusai Akuntansi tidaklah cukup hanya memiliki pemahaman pada konsep semata, tetapi juga dibutuhkan suatu kemampuan yang baik dalam mengidentifikasi, mengukur, menginterpretasi suatu transaksi keuangan dan kemudian

menyajikannya dalam bentuk laporan keuangan.

Begitu pula dengan materi Akuntansi yang dipelajari siswa kelas XI IPS di semester genap yaitu Akuntansi Perusahaan Jasa. Sama halnya dengan materi Akuntansi secara umum, materi ini juga memiliki karakteristik yang sama yaitu berkelanjutan. Siswa pada materi ini mempelajari sub-sub materi yang juga akan menjadi landasan dari tahapan Akuntansi berikutnya, diantaranya mencatat transaksi ke dalam jurnal, kemudian mempostingnya ke dalam buku besar, membuat neraca saldo, dan tahapan-tahapan berikutnya. Sub materi-materi tersebut memiliki karakteristik berkelanjutan, di mana tahapan pada sub materi suatu materi juga merupakan landasan dari tahapan Akuntansi berikutnya. Guru mata pelajaran mengatakan, pada hal tesebutlah siswa biasanya menemui kesulitan. Kemampuan tersebut sebenarnya sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mengerjakan tahapan-tahapan

Akuntansi yang utamanya berada penulisan transaksi pada jurnal umum dan jurnal penyesuaian.

(28)

Guru mata pelajaran Ekonomi juga sebenarnya telah menyadari hal tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam Akuntansi, guru biasanya memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa dan tersebut juga dilakukan oleh guru mata pelajaran Ekonomi di SMA N 1 Seputih Mataram.

Berdasarkan wawancara, untuk mendorong siswa agar terus melakukan usaha untuk mengusai Akuntansi, guru biasanya mensiasati waktu belajar yang terbatas di sekolah dengan memberikan PR sebagai bahan latihan siswa di rumah.

Namun, pada siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 tahun ajaran 2014/2015 masih juga ditemukan banyak siswa yang tidak dapat mencapai nilai KKM. Berdasarkan data hasil ujian tengah semester (UTS) siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 pada mata pelajaran Ekonomi di semester genap, hanya 20 dari 66 siswa atau sekitar 30,30% yang mampu mencapi standar nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berikut adalah tabel nilai UTS siswa tersebut: Tabel 3. Nilai UTS Ekonomi Semester Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan

XI IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014

Sumber: Guru Bidang Studi Ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Seputih Mataram

(29)

dikatakan oleh Djaali (2008: 101) dimana dikatakan bahwa kemampuan belajar peserta didik akan sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Berhasil tidaknya pencapain tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut, dimana semua faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Untuk dapat mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi, peneliti mencoba mencari informasi lapangan dari guru mata pelajaran Ekonomi dan siswa kelas XI IPS yang saat itu sedang mempelajari materi Akuntansi pada mata pelajaran Ekonomi.

Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui bahwa banyak siswa yang kurang antusias dengan pembelajaran Akuntansi, guru mata pelajaran Ekonomi mengatakan bahwa jumlah siswa yang benar-benar serius dan antusias dalam proses pembelajaran Akuntansi jumlahnya tidak lebih dari 50% siswa. Kelas XI IPS 2 utamanya, guru mengatakan jumlah siswa yang benar-benar serius dan antusias dalam mempelajari Akuntansi jumlahnya kurang lebih sekitar 30% dan sisanya lebih banyak siswa yang hanya

mempelajari Akuntansi dengan tingkat antusiasme yang biasa-biasa saja atau siswa yang cenderung kurang serius dan antusias dalam mempelajari

Akuntansi.

(30)

materi pelajaran yang sulit untuk dikusai, dan juga lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan mata pelajaran dalam rumpun IPS lainnya seperti Sosiologi, Sejarah dan Geografi. Banyak siswa juga yang mengatakan bahwa dirinya sangat sulit untuk mengerjakan tugas-tugas Akuntansi tanpa

kesalahan. Ketiga hal tersebut diungkapkan oleh lebih dari setengah jumlah siswa pada masing-masing kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2.

Hal di atas merupakan penilaian siswa tentang suatu materi yang didasarkan atas kemampuan siswa tersebut dalam mengerjakan materi tersebut. Penilaian tersebut oleh Schunk dkk (2012: 66) dinamakan sebagai expectancy, yang diartiakan sebagai “Keyakinan dan penilaian individu tentang kemampuan

dirinya untuk berhasil melakukan sebuah tugas”. Expectancy itu sendiri memiliki tiga komponen, yaitu expectancy for succes (keyakinan atau penilaian seseorang tentang keberhasilan dan seberapa berhasil dalam menguasai atau menyelesaikan sebuah tugas), task specific self-concept (penilaian evaluatif pribadi seseorang mengenai kemampuannya dalam mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas spesifik) dan perception of task difficulty (penilaian atau persepsi individu terhadap tingkat kesulitan tugas yang harus diselesaikannya).

(31)

menyelesaikan tugas-tugas Akuntansi tanpa melakukan kesalahan, dan pada komponen perception of task difficulty dimana banyak siswa yang

mengatakan bahwa Akuntansi merupakan materi yang sangat, dan juga lebih sulit jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain dalam rumpun IPS seperti Sejarah, Sosiologi dan Geografi.

Peneliti menduga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut didasarkan atas penjelasan yang diberikan Schunk dkk (2012: 117) bahwa pada serangkaian penelitian yang dilakukan

Eccles, Wigfield dkk “Mereka secara konsisten menemukan bahwa

expectancy yang dimiliki siswa akan berkaitan erat dengan prestasi aktual, seperti yang diukur melalui berbagai tes terstandarkan dan nilai akademis

mata pelajaran”.

Expectancy yang dimiliki oleh siswa dikatakan akan mempengaruhi intensitas usaha belajar yang akan dilakukannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Schunk

dkk (2012: 89) bahwa “Murid yang meyakini dirinya dapat mengerjakan

sebuah tugas dan meyakini dirinya akan berkinerja baik [memiliki

expectancy tinggi], lebih cenderung berprestasi pada level yang lebih tinggi,

serta berusaha lebih keras dan bersikap gigih lebih lama pada tugas tersebut”.

(32)

dikatakan oleh guru mata pelajaran Ekonomi dimana dikatakan bahwa jumlah siswa yang benar-benar serius dan antusias dalam proses pembelajaran

Akuntansi jumlahnya tidak lebih dari 50% siswa.

Kelas XI IPS 2 utamanya, guru mengatakan jumlah siswa yang benar-benar serius dan antusias dalam mempelajari Akuntansi jumlahnya kurang lebih sekitar 30% dan sisanya lebih banyak siswa yang hanya mempelajari Akuntansi dengan tingkat antusiasme yang biasa-biasa saja atau sedang dan juga siswa yang cenderung kurang terlalu serius dan antusias dalam

mempelajari Akuntansi.

Selain itu, dalam survei sederhana yang dilakukan oleh peneliti banyak siswa yang mengatakan bahwa pada Akuntansi diperlukan usaha belajar yang lebih banyak dan waktu belajar yang lebih lama untuk dapat menguasainya. Begitu pula jika dibandingkan dengan materi lain dalam mata pelajaran rumpun IPS lainnya, seperti Sejarah, Geografi dan Sosiologi, siswa mengatakan

dibutuhkan usaha dan waktu belajar yang lebih banyak dan lebih lama untuk dapat mengusai Akuntansi, dimana dua hal tersebut diungkapkan oleh lebih dari setengah jumlah siswa pada masing-masing kelas XI IPS.

(33)

Bagi siswa yang kurang mampu membagi waktunya dengan baik pada kondisi tersebut, banyaknya waktu dan usaha yang diperlukan untuk mampu menguasai Akuntansi juga sangat memungkinkan menjadikan materi

Akuntansi menjadi materi yang kurang bernilai/berarti bagi siswa, yang kemudian hal tersebut dapat mengakibatkan siswa tidak mengupayakan usaha belajar yang optimal untuk menguasai materi Akuntansi.

Temuan peneliti pada survei pada penelitian pendahuluan yang telah dijelaskan di atas adalah suatu bentuk sikap yang mencerminkan penilaian siswa tentang seberapa bernilainya materi Akuntansi bagi dirinya. Penilaian tersebut oleh Schunk (2012: 67) dinamakan sebagai task value, yang

didefinisikan sebagai “Keyakinan siswa mengenai alasan dirinya mungkin akan melakukan sebuah tugas”. Task value oleh Schunk dkk dijelaskan memiliki empat komponen yaitu:

““Attainment value (seberapa penting untuk berkinerja baik pada sebuah tugas), intrinsic value (kesenangan yang dialami siswa dalam

mengerjakan sebuah tugas disebut juga interest), utility value ( nilai kegunaan sebuah tugas bagi individu sehubungan tujuan mendatang yang dimilikinya, termasuk tujuan karier) dan cost belief ( persepsi aspek negatif dari keterlibatan dalam sebuah tugas atau disebut juga persepsi

siswa tentang “biaya” yang harus ia korbankan dari keterlibatan dalam

sebuah tugas)” ” (Schunk dkk, 2012: 78).

Berdasarkan temuan peneliti pada penelitian pendahuluan yang telah

dijelaskan diatas, ditemukan adanya banyak siswa yang terindikasi memiliki task value yang rendah tentang materi Akuntansi. Indikasi tersebut terutama ditemukan pada komponen attainment value, intrinsic value dan cost belief. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti, banyak

(34)

rendah pada materi Akuntansi, dimana banyak siswa yang tidak

menempatkankan pengusaan pada materi Akuntansi sebagai hal yang sangat penting (attainment value).

Hal itu ditunjukan oleh lebih sedikitnya siswa yang benar-benar serius dan antusias dalam mempelajari Akuntansi. Hal tersebut adalah indikasi

attainment value intrinsic value siswa yang rendah pada materi Akuntansi. Selain itu pada komponen cots belief banyak siswa juga yang mengatakan bahwa untuk menguasai Akuntansi diperlukan usaha dan waktu belajar yang lebih, hal tersebut menunjukan adanya cost belief yang tinggi pada diri siswa terhadap Akuntansi.

Hal tersebut oleh peneliti diduga juga berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut didasarkan pada penjelasan Schunk dkk (2012: 94) terkait dengan komponen dari task value yang menyatakan bahwa “Setiap komponen [dari task value] dapat memengaruhi perilaku berprestasi, seperti

pilihan, kegigihan, dan prestasi aktual”. Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut rendahnya task value siswa terhadap Akuntansi diduga akan berpengaruh pada kurangnya kegigihan dan usaha belajar yang dilakukan siswa dan hal tersebut tentu juga akan berpengaruh pada lebih rendahnya hasil belajar yang akan diperoleh siswa.

Berdasarkan uraian-uraian tentang temuan peneliti pada penelitian

(35)

memperoleh kebenaran ilmiah atas dugaan tersebut, diperlukan suatu pengujian yang dapat menguji kebenaran tersebut secara ilmiah.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai hal tersebut dan mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh expectancy dan task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih

Mataram Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Hasil belajar Ekonomi yang rendah pada banyak siswa khususnya pada

materi Akuntansi.

2. Sering ditemukannya siswa yang tidak mampu menyelesaikan tugas/latihan/ulangan Akuntansi secara tuntas, masih ditemukan

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan tugas-tugas Akuntansi.

(36)

diakibatkan dari dianggap sulitnya materi Akuntansi oleh sebagian besar siswa.

4. Adanya indikasi permasalah mengenai expectancy siswa pada materi Akuntansi, antara lain:

a. adanya indikasi kecenderungan task specific self-concept (penilaian evaluatif pribadi seseorang mengenai kemampuannya dalam

menyelesaikan suatu tugas) siswa yang rendah pada materi Akuntansi; b. adanya indikasi kecenderungan perceived of task difficulty (persepsi

tentang tingkat kesulitan suatu tugas) siswa yang tinggi pada materi Akuntansi.

5. Adanya indikasi permasalah mengenai task value siswa pada materi Akuntansi, antara lain:

a. adanya indikasi kecenderungan attainment value (penilaian tentang mengenai seberapa pentingnya suatu tugas) siswa yang rendah pada siswa tentang materi Akuntansi;

b. adanya indikasi kecenderungan intrinsic value (penilaian tentang mengenai seberapa manarik suatu tugas) siswa yang rendah pada siswa tentang materi Akuntansi;

(37)

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh expectancy (X1) dan task value (X2) terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram tahun ajaran 2014/2015 (Y). Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi Akuntansi yang dipelajari pada semester genap yaitu materi Akuntansi Perusahaan Jasa. Selain itu, hasil belajar pada penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif . Tujuan pembatasan masalah ini adalah agar penelitian ini lebih terarah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah:

1. Apakah ada pengaruh expectancy terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Apakah ada pengaruh task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015?

(38)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh expectancy terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh expectancy dan task value terhadap hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Adapun kegunaan teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Mendukung atau menolak grand teory yang dikemukakan oleh para ahli dan memperkaya ilmu pendidikan bagi mahasiswa pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Untuk menambah refrensi, bahan literatur atau pustaka, khususnya tentang tentang permasalahan yang terkait.

(39)

2. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagi pihak Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendarahaan bahan bacaan dan bahan kajian tentang permasalahan yang terkait b. Bagi pihak sekolah.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi para guru mata pelajaran Ekonomi dalam meningkatkan tingkat keterlibatan, daya juang dan upaya-upaya belajar siswa serta kesadarannya tentang pentingnya penghayatan atas tujuan-tujuan pembelajaran.

c. Bagi siswa SMA N 1 Seputih Mataram

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa keyakinan, penghayatan serta usaha yang baik akan membantunya dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Hasil belajar Ekonomi pada materi Akuntansi, expectancy dan task value siswa.

2. Subjek Penelitian

Siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 semester genap. 3. Tempat Penelitian

SMA Negeri 1 Seputih Mataram. 4. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2014/2015. 5. Bidang Ilmu

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1Tinjauan Pustaka

Langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) setelah masalah penelitian dirumuskan adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2012: 99). Tinjauan pustaka berguna untuk menemukan hal-hal tersebut, dalam penelitian ini terdapat empat variabel yaitu hasil belajar, motivasi berprestasi, expectancy dan task value. Oleh karena itu, berikut dipaparkan teori- teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang relevan dengan variabel.

1. Hasil Belajar

(41)

intelektual, modal sosial dan kredibilitas bangsa. Untuk mencapai hal tersebut, perbaikan secara terus-menerus (continous environment) pada bidang pendidikan adalah sebuah keharusan.

Evaluasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka melakukan continous environment tersebut. Evaluasi berguna sebagai penilaian tentang tingkat keberhasilan dari upaya-upaya yang telah dilakukan dan juga berguna sebagai pedoman bagi perbaikan di masa berikutnya. Pemerintah selaku pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas dari jalannya proses pendidikan, telah menyusun serangkaian sistem untuk mengevaluasi jalannya proses pendidikan, baik sistem evaluasi proses pendidikan tingkat nasional maupun evaluasi pendidikan pada tingkat pembelajaran dikelas. Evaluasi proses

pembelajaran dalam konteks pembelajaran di kelas, dilakukan oleh guru atau pendidik. Evaluasi tersebut disebut penilaian dan output atau hasil dari penilaian tersebut disebut hasil belajar.

Hasil belajar memiliki peran yang penting dalam upaya perbaikan kualitas pendidikan. Hasil belajar sangat berguna sebagai indikator dari

(42)

Hal tersebut disampaikan dalam Undang-Undang yang mengatur tentang evaluasi dalam pendidikan, seperti yang disebutkan dalam Permen Diknas No 20 Tahun 2007 yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan

kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran, serta dalam Permen Diknas No.41 Tahun 2007 yang mendukung pasal yang disebutkan sebelumnya, dimana pasal

tersebut menyebutkan bahwa penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Selain berfungsi sebagai evaluasi atas kegiatan belajar yang telah

berlangsung, hasil belajar juga berguna sebagai bahan pertimbangan atas langkah yang akan diambil di masa depan. Saat proses penerimaan siswa baru, umumnya pada jenjang pendidikan menengah seperti SMA atau SMK telah banyak yang menjadikan hasil belajar siswa yang diperoleh siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan seleksi penerimaan siswa baru pada jalur penerimaan tanpa tes. Hal tersebut telah ditepakan oleh banyak SMA/SMK. Lebih dari itu, pada jenjang SMA, hasil belajar siswa di SMA juga digunakan sebagai

(43)

Belajar adalah kegiatan utama dalam proses pendidikan. Pencapaian hasil belajar yang baik tentu tidak akan terlepas dari usaha-usaha belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar itulah yang menentukan hasil belajar yang akan diperoleh siswa, dimana semakin baik usaha-usaha belajar yang dilakukan oleh siswa maka semakin baiklah hasil yang diperoleh. Kegiatan belajar itulah yang juga merupakan sasaran dari evaluasi yang akan

dilakukan.

Hasil belajar itu sendiri, didefinisikan dengan bahasa yang berbeda-beda oleh para ahli. Peneliti mengidentifikasi bahwa perbedaan definisi-definisi tersebut disebabkan oleh perbedaan perspektif atau sudut pandang yang digunakan oleh ahli tersebut. Namun, perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah masalah, justru dari perbedaan perspektif tersebut dapat dilihat suatu konstruk pengertian hasil belajar yang lebih komprehensif.

Hasil belajar dari segi asal timbul atau penyebabnya, dapat dilihat dari apa yang dikemukan oleh Sukmadinata (2007: 102), ia mengatakan bahwa hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa Sukmadinata mengatakan, dalam proses pembelajaran siswa sebenarnya memiliki kecakapan-kecakapan potensial yang dapat dimekarkan melalui proses belajar.

Hasil belajar dari sudut pandang wujud yang ditimbulkannya dapat dilihat dari apa yang dikemukakann oleh Purwanto, ia mengatakan bahwa

(44)

belajar. Menurut Purwanto (2011 : 46), hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Hamamik (2010 : 155), yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah sebagai wujud terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Definisi dari Mulyasa (2008-209) juga mendukung definisi tersebut, ia mengatakan bahwa penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.

Berdasarkan sudut pandang kedudukan dalam pembelajaran, hasil belajar juga merupakan akhir dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), dimana mereka mengatakan bahwa hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah dan akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa.

(45)

Berdasarkan sudut pandang fungsi dan pengaruhnya, hasil belajar yang selain berguna bagi guru, juga berguna bagi siswa. Mulyasa (2008: 208-209) mengatakan bahwa:

“Hasil belajar setidaknya dapat memberikan dua pengaruh bagi peserta didik atau siswa yaitu pertama peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahan atas perilaku yang diinginkan, dan kedua mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan apa yang

diinginkan”.

Hal yang dimaksud dengan perilaku yang diinginkan oleh Mulyasa di atas adalah kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai dalam proses

pembelajaran pembelajaran, yang dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional yang terdapat pada masing-masing materi pelajaran.

Melalui hasil belajar siswa dapat mengetahui perkembangan dirinya serta tingkat kemampuannya dalam menguasai suatu materi dalam proses pembelajaran. Pemaparan-pemaparan di atas menunjukan bahwa hasil belajar memiliki peran yang strategis dalam upaya perbaikan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, dicapainya hasil belajar yang baik oleh siswa adalah juga sesuatu yang penting.

Seperti yang dikemukakan sebelumnya, pemamparan di atas menunjukan bahwa hasil belajar dideskripsikan berbeda-beda oleh para ahli, tergantung dari sudut pandang yang digunakan oleh ahli tersebut. Namun, dari

(46)

dimiliki siswa yang berupa perubahan perilaku kearah yang diinginkan dimana perubahan tersebut dapat dioperasionalkan ke dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran di kelas, biasanya tidaklah sama pada masing-masing siswa. Perbedaan hasil belajar yang diperoleh dapat muncul antara satu siswa dengan siswa lainnya maupun perbedaan antara hasil belajar yang didapat siswa pada satu materi atau mata pelajaran dengan materi atau mata pelajaran lainnya. Perbedaan-perbedaan itu diklasifikasikan oleh Djamarah dan Zain (2010: 107), mereka mengelompokan perolehan hasil belajar siswa ke dalam empat jenis predikat. Predikat tersebut antara lain:

1. Istimewa atau maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa.

2. Baik sekali atau optimal, apabila sebagaian besar (76% - 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik atau minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75% saja dikuasai oleh siswa.

4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

(47)

siswa (extern). Namun, dalam penjelasan-penjelasan oleh para ahli tersebut tidak dijelaskan besarnya kontribusi dari masing-masing faktor tersebut.

Secara luas Slameto menyebutkan banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Slameto (2010: 54-72):

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni.

a) Faktor jasmaniah 1) Faktor kesehatan 2) Faktor cacat tubuh c) Faktor kelelahan

1) Faktor kelelahan jasmani 2) Faktor kelelahan rohani

2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri terdiri dari tiga faktor, yakni:

a) Faktor keluarga

1) Cara orang tua mendidik. 2) Relasi antar anggota keluarga 3) Suasana rumah

4) Keadaan Ekonomi keluarga b) Faktor sekolah

1) Metode mengajar 2) Kurikulum

3) Relasi guru dengan siswa 4) Relasi siswa dengan siswa 5) Disiplin sekolah

(48)

8) Standar pelajaran di atas ukuran 9) Keadaan gedung

10) Metode belajar 11) Tugas rumah c) Faktor masyarakat

1) Kesiapan siswa dalam masyarakat 2) Mass media

3) Teman bergaul

4) Bentuk kehidupan masyarakat

Pendapat Slameto di atas menyatakan bahwa secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar siswa (eksternal). Hal yang senada juga dikatakan oleh Djaali (2008: 99), ia menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain dua faktor sebagai berikut:

1. Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, serta cara belajar.

2. Faktor eksternal: faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Sardiman, sama dengan penjelasan para ahli sebelumnya Sardiman juga menyepakati bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Sardiman (2007: 39-47) dalam

penjelasannya juga memberikan penjelasan tambahan tentang peran dari faktor psikologis dalam proses belajar yang dilakukan siswa yaitu bahwa

(49)

belajar, ketekunan, kondisi sosial Ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa

memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal”.

Sardiman mengatakan bahwa faktor psikologis akan memberikan andil penting dalam proses belajar, yang akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar siswa secara optimal.

2. Expectancy dan Task Value

Expectancy dan task value merupakan dua pokok bahasan dari sebuh teori, teori tersebut bernama teori Expectancy-value Theories of Motivation. Sebuah teori yang mulanya dikembangkan oleh Wigfield dan para koleganya melalui serangkaian penelitian yang dilakukannya, antara lain Ecless pada tahun 1983, 1987, 1993, 2005, Eccles et al pada 1989,

Wigfield 1995, Wigfield & Eccles, 1992, 2000, 2002, Wigfield, Eccles, & Rodriguez. 1998 dan Wigfield, Tonks, & Eccles, 2004 (Schunk dkk, 2012: 75), yang kemudian juga dikembangkan lagi oleh Dale H. Schunk, Judith L. Meece dan Paul P. Pintrich. Oleh Schunk dkk (2012: 75) teori ini dikatakan sebagai “Salah satu teori yang telah membangkitkan paling banyak penelitian tentang prestasi akademis siswa dalam situasi kelas”.

(50)

tersebut diketahui berdasarkan penjelasan-penjelasan para ahli yang ditemukan dalam tinjauan pustaka. Salah satunya adalah Schunk dkk (2012: 67) yang mengatakan bahwa Keduanya [expectancy dan task value] penting dalam memprediksi pilihan perilaku, keterlibatan,

kegigihan, dan prestasi aktual murid di masa mendatang”.

Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Jacqueiline Eccles dalam Santrock (2011: 223), Eccles mengatakan bahwa expectancy dan task value “Diasumsikan secara langsung mempengaruhi kinerja, ketekunan, dan pilihan tugas”. Expectancy dan task value, bahkan dikatakan sebagai dua faktor terpenting yang dapat memprediksi perilaku berprestasi siswa, hal tersebut diungkapkan Schunk dkk (2012: 76) bahwa “Dua faktor terpenting yang memprediksi perilaku berprestasi adalah expectancy dan

task value”.

Perilaku berprestasi itu sendiri, sebagaimana digambarkan dalam ilustrasi model teori expectancy-value theories of motivation meliputi empat hal, yaitu pilihan, kegigihan, kuantitas usaha, keterlibatan kognitif, dan juga hasil belajar yang dalam bahasa Schunk dkk disebut adalah kinerja aktual, yang di beberapa kesempatan juga disebut prestasi aktual (Schunk dkk, 2012: 77). Prestasi aktual itu sendiri sebenarnya adalah satu hal yang berdefinisi sama dengan hasil belajar. Hal itu disebutkan dalam Schunk dkk (2012: 81), yang menyebutkan bahwa prestasi aktual mencakup: 1. kinerja murid tes prestasi terstandarkan,

(51)

3. konsekuensi pemelajaran lain seperti kinerja pada berbagai tes atau tugas di kelas.

Ketiga cakupan di atas adalah saatu hal yang sama dengan definisi dari hasil belajar.

Expectancy itu sendiri oleh Schunk dkk (2012: 66) diartikan sebagai

“Keyakinan dan penilaian individu tentang kemampuan dirinya untuk berhasil melakukan sebuah tugas”. Schunk dkk (2012: 67) menjelaskan

bahwa “Dalam bahasa sehari sebuah expectancy ini adalah suatu jawaban dari pertanyaan: dapatkah saya melakukan tugas ini ?”. Jika jawaban dari

pertanyaan tersebut adalah “ya”maka sebagian besar individu akan memilih melakukan dan melibatkan diri secara optimal pada tugas tersebut. Namun, jika jawabannya adalah “tidak”, atau ada keraguan mengenai kemampuan diri untuk berhasil, maka individu tersebut akan cenderung kurang melibatkan diri secara optimal atau bahkan tidak memilih untuk melakukan tugas tersebut jika memiliki hak otonom atau kesempatan untuk dapat memilih untuk terlibat atau tidak dalam tugas tersebut.

Expectancy selain secara bersama-sama dengan task value juga diduga secara parsial dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Hal tersebut didasarkan atas hal yang dikatakan oleh Schunk dkk (2012: 117) bahwa pada serangkaian penelitian yang dilakukan Eccles,

(52)

yang diukur melalui berbagai tes terstandarkan dan nilai akademis mata pelajaran”.

Expectancy yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi intensitas usaha belajar yang akan dilakukannya. Hal tersebut diketahui berdasarkan pernyataan Schunk dkk (2012: 89) bahwa “Secara umum, penelitian ini menunjukan bahwa murid yang meyakini dirinya dapat mengerjakan sebuah tugas dan meyakini dirinya akan berkinerja baik [memiliki expectancy tinggi], lebih cenderung berprestasi pada level yang lebih tinggi, serta berusaha lebih keras dan bersikap gigih lebih lama pada tugas

tersebut”.

Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut diketahuilah suatu proposisi bahwa semakin tinggi expectancy yang dimiliki oleh siswa terkait suatu tugas, maka semakin gigih dan semakin banyak usaha belajar yang akan dilakukan oleh siswa tersebut, dan hal tersebut tentu akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Begitu pula sebaliknya jika expectancy siswa pada suatu tugas rendah, maka hal tersebut akan menurunkan kegigihan dan usaha belajar yang akan dilakukan oleh siswa dan tentu hal tersebut juga akan berpengaruh pada lebih rendahnya hasil belajar yang akan diperoleh siswa dibandingkan dengan pada siswa yang memiliki expectancy yang lebih tinggi.

Adapun Schunk dkk (2012: 78) menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen-komponen dalam expectancy, yaitu:

(53)

2. task specific self-concept 3. perception of task difficulty.

Expectancy for succes oleh Schunk dkk (2012: 76) dikatakan “Mengacu pada apakah siswa meyakini dirinya akan berkinerja baik pada sebuah tes mendatang atau sebuah peristiwa mendatang”. Dengan kata lain dapat dikatakan expectancy for succes sebagai keyakinan atau penilaian seseorang tentang akan seberapa berhasil mereka dalam mengusai atau menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas di masa mendatang. Hal itu juga sejalan dengan pernyataan Jacqueiline Eccles dalam Santrock (2011: 223), yang mendefinisikan expectancy for succes sebagai suatu “Keyakinan mengenai seberapa berhasil mereka dalam menyelesaikan tugas, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang”.

Komponen yang kedua adalah task specific self-concept, yang merupakan penilaian siswa tentang level kemampuannya dalam suatu tugas atau aktivitas. Hal tersebut di diketahui berdasarkan pernyataan Schunk dkk (2012: 85) yang mendefinisikan task specific self-concept sebagai suatu

“Penilaian evaluasi diri murid tentang kemampuannya menyelesaikan tugas tertentu”.

Komponen yang ketiga dari expectancy adalah perception of task

(54)

difficulty merupakan komponen yang terakhir yang juga menentukan kadar expectancy yang dimiliki oleh siswa, dimana jika siswa menilai atau berpersepsi bahwa suatu tugas berada pada level yang sangat sulit maka siswa hal tersebut akan menurunkan tingkat expectancy yang dimilikinya, dan begitu pula sebaliknya.

Tiga komponen tersebutlah yang dalam teori Expectancy-Value Theories of Motivation dikatakan akan menentukan kadar dari expectancy dan task value siswa. Terkait dengan ketiga komponen tersebut, Schunk dkk juga memberikan contoh instrumen pengukuran expectancy yang dimiliki oleh siswa, hal tersebut dicantumkan oleh Schunk dkk dalam tabel yang berjudul Berbagai Unit Pertanyaan Pelaporan Diri yang Digunakan untuk mengukur Berbagai Konstruk Expectancy dan Konstruk Value (Schuk dkk, 2012:78).

Berdasarkan contoh tersebut dan penjelasan-penjelasan yang telah

dipaparkan sebelumnya di atas, penulis melakukan identifikasi atas hal-hal yang dapat menjadi elemen-elemen dari masing-masing komponen dari expectancy. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan penulis atas contoh dan penjelasan-penjelasan Schunk dkk, penulis menemukan bahwa ada beberapa hal yang mungkin menjadi alasan-alasan yang menentukan besaran dari kadar expectancy yang dimiliki siswa terkait suatu materi atau mata pelajaran. Hal-hal tersebut antara lain:

(55)

a. keyakinan siswa mengenai akan seberapa baik kinerja (hasil belajar) mereka pada tes atau ulangan dari suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dalam jangka pendek.

b. keyakinan siswa mengenai akan seberapa baik kinerja (hasil belajar) mereka pada tes atau ulangan dari suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dalam jangka panjang.

c. keyakinan siswa mengenai akan seberapa baik kinerja (hasil belajar) mereka pada tes atau ulangan dari suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dibandingkan dengan teman (individu) lain, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. task specific self-concept, terdiri dari:

a. penilaian siswa tentang seberapa baik kemampuannya pada suatu subjek (materi atau mata pelajaran).

b. penilaian siswa tentang seberapa baik kemampuannya pada suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dibandingkan dengan teman (individu) lain.

c. penilaian siswa tentang seberapa baik kemampuannya pada suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dibandingkan dengan pada subjek (materi atau mata pelajaran) lain.

d. penilaian siswa tentang seberapa baik perkembangan

kemampuannya dalam mempelajari suatu subjek (materi atau mata pelajaran).

(56)

a. persepsi atau penilaian siswa tentang tingkat kesulitan dari suatu subjek (materi atau mata pelajaran).

b. persepsi atau penilaian siswa tentang tingkat kesulitan dari suatu subjek (materi atau mata pelajaran) dibandingkan dengan subjek (materi atau mata pelajaran) lain.

Variabel yang kedua yang juga diduga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar adalah task value. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam teori Expectancy-Value Theories of Motivation task value bersama-sama

dengan expectancy, adalah dua variabel yang memiliki pengaruh terhadap hasil belajar. Hal tersebut diungkapkan dalam Schunk dkk (2012: 67) bahwa task value bersama dengan expectancy “Keduanya penting dalam memprediksi pilihan perilaku, keterlibatan, kegigihan, dan prestasi aktual

murid di masa mendatang”.

Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Jacqueiline Eccles dalam Santrock (2011: 223) bahwa task value bersama-sama dengan expectancy

“Diasumsikan secara langsung mempengaruhi kinerja, ketekunan, dan

pilihan tugas”. Expectancy dan task value bahkan dikatakan sebagai dua faktor terpenting yang dapat memprediksi perilaku berprestasi siswa, hal tersebut diungkapkan Schunk dkk (2012: 76) bahwa “Dua faktor

terpenting yang memprediksi perilaku berprestasi adalah expectancy dan

task value”.

(57)

akan melakukan sebuah tugas”. Task value siswa tentang suatu materi atau mata pelajaran sebenarnya adalah jawaban atas seberapa

berarti/bernilai materi atau mata pelajaran tersebut bagi siswa. Hal tersebut diketahu berdasarkan penyataan Schunk (2012: 67), dimana dikatakan bahwa:

““Dalam bahasa sehari-hari nilai [task value] menjawab pertanyaan

“apakah saya ingin melakukan tugas ini dan mengapa?”Para murid mungkin akan mempunyai berbagai alasan terkait pertanyaan mengapa diri mereka ingin melakukan sebuah tugas: tugas tersebut menarik baginya, ia suka melakukan tugas tersebut, ia berpikir tugas tersebut penting atau berguna bagi dirinya dalam hal tertentu, ia akan

mendapatkan sebuah penghargaan (misalnya, nilai akademis, poin) karena melakukan tugas tersebut, ia ingin menyenangkan guru dan orang tuanya, ia ingin menghindarkan diri dari dihukum atau menghindarkan diri mengalami masalah, dan seterusnya””.

Task value sama halnya dengan expectancy, secara parsial juga diduga dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Hal tersebut didasarkan pada penjelasan Schunk dkk (2012: 94) yang menyatakan

bahwa “Setiap komponen [dari task value] dapat memengaruhi perilaku

(58)

berpengaruh pada lebih rendahnya hasil belajar yang akan diperoleh siswa dibandingkan dengan pada siswa yang memiliki task value yang lebih tinggi.

Task value ini memiliki peran penting dalam mengarahkan pilihan perilaku siswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Schunk dkk (2012: 93) bahwa

“Nilai-nilai ini [task value] dapat memandu kognisi, motivasi dan prilaku dengan berfungsi sebagai berbagai keyakinan dan standar umum yang digunakan untuk membuat penilaian tentang perilaku mana diinginkan dan seharusnya didekati (dilakukan) dan, implikasinya, nilai dan perilaku berlawanan mana yang tidak diinginkan dan seharusnya dihindari”.

Jadi, jika suatu tugas atau mata pelajaran dianggap sebagai sesuatu yang sangat bernilai oleh siswa (memiliki task value tinggi), task value yang dimiliki oleh siswa tersebut akan membantu siswa dalam merumuskan perilaku-perilaku atau usaha-usaha yang harus dan tidak seharusnya dilakukan sehingga hasil belajar yang baik akan secara lebih efektif dan efisien dapat dicapai oleh siswa, begitu pula sebaliknya.

Serupa dengan penjelasan Schunk dkk , Eccles dkk juga memberikan definisi yang hampir sama mengenai task value. Eccles dkk dalam Schunk dkk (2012: 76) mangatakan bahwa:

““Dalam bahasa praktisnya, nilai [task value] menjawab pertanyaan,

“Mengapa saya harus melakukan tugas ini?”. Jawabannya mungkin

akan mencakup minat ( “saya tertarik pada topik ini.”), kepentingan atau kegunaan (“topik ini penting atau bergunabagi saya untuk

pencapainan karir mendatang saya.”) dan biaya (“jika saya mendaftar pada mata pelajaran yang sulit ini, saya tIdak akan bisa bermain dalam

(59)

Jawaban-jawaban dari task value itu sendiri, seperti “saya tertarik pada

topik ini.”, “topik ini penting atau berguna bagi saya untuk pencapaian karir mendatang saya.”“jika saya mendaftar pada mata pelajaran yang sulit ini, saya tudak akan bisa bermain dalam pertandingan olahraga”adalah jawaban atas komponen-komponen yang terdapat dalam task value. Schunk dkk (2012: 94-96) menjelaskan dalam task value terdapat empat komponen, yaitu:

1. attainment value, 2. intrinsic value, 3. utility value, dan 4. cost belief.

Attainment value oleh Schunk dkk (2012: 94) “Didefinisikan sebagai

kepentingan berkinerja baik pada sebuah tugas”. Battle dalam Schunk dkk

(2012: 94) juga memberikan definisi yang hampir sama mengenai attainment value berikut dengan penjelasan tambahannya yaitu bahwa attainment value merupakan “Kepentingan bagi individu untuk berprestasi

pada sebuah tugas tertentu”. Attainment value itu oleh Battle sendiri

dijelaskan meliputi dua bentuk yaitu absolute attainment value, yang mengacu pada kepentingan keseluruhan sebuah tugas dan relative attainment value yang mengacu pada kepentingan sebuah tugas dibandingkan dengan tugas yang lain (Schunk dkk, 2012: 92).

(60)

ideal yang diinginkan oleh siswa tersebut di masa depan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Schunk dkk (2012: 94) bahwa “Nilai kepentingan [attainment value] menunjukan sejauh mana tugas memungkinkan sejauh mana tugas memungkinkan individu mengkonfirmasi atau tidak

mengkonfirmasi aspek penting atau aspek pokok dari skema dirinya”.

Jadi, jika suatu tugas atau aktivitas tersebut berkaitan atau bahkan

mendukung tercapainya identitas diri yang diinginkan tersebut, maka level dari nilai kepentingan dari tugas atau aktivitas tersebut akan cenderung lebih tinggi, dibandingkan yang tidak. Hal tersebut dijelaskan oleh Schunk dkk (2012: 94) dalam contoh yang diberikannya yaitu:

“Sebagai contoh, berkinerja baik dalam sebuah pertandingan atletik

mungkin sangat penting bagi seorang murid, karena sebuah aspek pokok dari identitas dirinya adalah konsep dirinya sebagai atlet yang cakap. Pada kasus ini, level attainment value pada sebagian besar pertandingan atletik akan tinggi. Bagi anak lain yang konsep diri akademisnya lebih pokok bagi identitas dirinya, tugas akademis akan mendapatkan level attainment value yang lebih tinggi”.

Komponen berikutnya dari task value adalah intrinsic value. Komponen ini dikatakan seperti suatu minat intrinsik yang ada dalam diri seseorang pada suatu tugas atau aktivitas tertentu. Hal tersebut diungkapkan dalam Schunk dkk, (2012: 95), yang mengatakan bahwa intrinsic value

(61)

Komponen ketiga dari task value adalah utility value. Utility value adalah jawaban dari seberapa besar kegunaan dari penguasaan sebuah tugas bagi seseorang, termasuk dalam jangka panjang. Hal tersebut diketahui

berdasarkan pernyataan Schunk dkk (2012: 95) yang mendefinisikan utility value sebagai “Kegunaan sebuah tugas bagi individu sehubungan dengan tujuan mendatang yang dimilikinya, termasuk tujuan karir”.

Berlawanan dengan intrinsic value, utility value lebih berkaitan dengan kegunaan dari hasil pengusaan tugas tersebut, dan bukan pada kesenangan subjektif siswa pada proses pengerjaan tugas tersebut (Schunk dkk, 2012: 95). Sebagaimana dalam contoh yang diberikannya diketahui bahwa seseorang mungkin tidak menyukai/merasa tidak senang ketika

mengerjakan suatu tugas atau aktivitas, tetapi karena hasil dari pengerjaan tugas/aktivitas tersebut berguna bagi dirinya maka tugas/aktivitas tersebut akan tetap mengandung utility value yang tinggi.

Komponen selanjutnya, yang merupakan komponen terakhir dari task value adalah cost belief. Cost belief pada hakikatnya dapat didefinisikan sebagai persepsi atau keyakinan (belief) seseorang tentang biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan jika ingin menyelesaikan atau

menguasai sebuah tugas. Hal tersebut dinyatakan oleh Eccles dan Wigfield dalam Schunk dkk (2012: 96), yang mendefinisikan cost belief sebagai suatu “Persepsi aspek negatif dari keterlibatan dalam sebuah tugas ... [yang] mencakup persepsi jumlah usaha yang diperlukan pada pengerjaan tugas tersebut dan antisipasi keadaan emosi yang mungkin dialami

(62)

Cost belief selain menyangkut tentang usaha-usaha yang harus

dikorbankan, dijelaskan juga meliputi pertimbangan akan kesempatan yang hilang (oppurtunity cost) yang juga akan hilang dikarenakan keterlibatan seseorang pada suatu tugas, sebagaimana yang dijelaskan

Schunk dkk (2012: 96) bahwa “Ketika seseorang melibatkan diri dalam sebuah tugas, biasanya berarti bahwa pada saat bersamaan, ia tidak dapat melibatkan diri pada tugas lainnya. Oleh karena itu, bersama dengan pilihan suatu tugas spesifik, ada beberapa biaya terkait tugas tersebut”.

Semua biaya tersebut dikatakan akan mempengaruhi kadar task value siswa pada sebuah tugas. Namun, berbeda dengan tiga komponen lainnya pengaruh dari cost belief sifatnya tidak berbanding lurus terhadap task value, melainkan terbalik. Jadi, jika cost belief siswa tinggi terhadap suatu tugas maka hal tersebut akan menurunkan kadar task value tugas tersebut, dan begitu sebaliknya.

Empat komponen tersebutlah ( attainment value, intrinsic value, utility value dan task value) yang akan akan menentukan task value siswa, yang kemudian seperti yang dijelaskan sebelumnya akan mempengaruhi intensitas keterlibatannya, serta kegigihannya dalam mempelajari suatu materi atau matapelajaran dan hal tersebut tentu juga akan mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa, sebagaimana yang dijelaskan oleh

Schunk dkk (2012: 96) bahwa “Empat komponen nilai tugas ini

diasumsikan beroperasi bersama-sama dalam menentukan nilai pencapaian

Gambar

Tabel 1. Nilai Ujian Mid Semester Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan XII
Tabel 3. Nilai UTS Ekonomi Semester Genap Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2013/2014
Gambar. 1 Sebuah model Expectancy-Value Theories of Motivation dari teori sosial kognitif
Tabel 4. Penelitian Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diberi penjelasan sebelumnya, guru mengulang lagi pertanyaan : “bagaimana pipa yang semakin sempit dapat menaikkan air semakin tinggi?” Siswa menjawab,

Panjang yang diukur adalah panjang total, yaitu panjang dari ujung mulut ikan hingga pangkal ekor dan ditimbang bobot basahnya, kemudian sebanyak 60-120 ekor dimasukkan

Morphological observations cassava, for the varieties of Adira-1 and Cabak macao from three areas of research with different altitudes of 50 m asl, 300 m above sea level,

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan angket. Dengan empat teknik pengumpulan data yang digunakan

A Peringatan Hari Kartini Di Pemerintah Kota Yogayakarta Launching Bank Buku Perpustakaan Kota. Pemkot Siap Hadapi

Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari

” Sekilas tentang Beberapa Hambatan dalam Pengajaran Sastra” dalam Bumiku Bahasa dan Sastra.. Bandung: Jurusan Sastra Indonesia

I would draw a distinction in fi nancial reporting regulation between the coming together in the way I am describing, the common language, which seems to me to be in everybody ’