• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum tentang Penilaian Autentik

Dalam dokumen PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA (Halaman 38-45)

BAB II KAJIAN TEORI

H. Tinjauan Umum tentang Penilaian Autentik

a. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2013: 36).

b. Assessment otentik adalah asesmen yang digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada (Husamah, 2013: 127).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik sesuai dengan fakta yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian.

2. Penilaian autentik dalam Kurikulum 2013

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik

(authentic assessment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasinya di lapangan belum berjalan

secara optimal. Melalui Kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian autentik (Kunandar, 2013: 35).

Dalam Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL (Kunandar, 2013: 36).

Penialaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional. Penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respon yang tersedia, sedangkan dalam penilaian autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu tugas atau proyek. Pada penilaian tradisional kemampuan berfikir yang dinilai cenderung pada level memahami dan fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik kemampuan berfikir yang dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi serta fokusnya pada peserta didik (Kunandar, 2013: 37).

3. Ciri-ciri penilaian autentik Ciri-ciri penilaian autentik adalah:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas) (Kunandar, 2013: 38-39).

4. Karakteristik penilaian autentik

Karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut. a. Bisa digunakan untuk sumatif.

b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. c. Berkesinambungan dan terintegrasi.

5. Prinsip penilaian autentik

Prinsip yang harus diterapkan dalam penilaian otentik adalah sebagai berikut:

a. Penilaian otentik mengacu pada ketercapaian standar nasional (didasarkan pada indikator). Kurikulum dan hasil belajar setiap mata pelajaran memuat tiga kompetensi utama, yaitu kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok.

b. Penilaian otentik harus menyeimbangkan tiga ranah. Penilaian yang dilakukan cukup memberi cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:

c. Penilaian aspek kognitif lebih mudah bila dibandingkan bila mengukur ranah afektif maupun psikomotor. Proses pengukuran aspek kognitif digunakan dengan cara lisan dan tulisan.

d. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas.

e. Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Mengukur aspek psikomotor dilakukan terhadap hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya penilaian aspek psikomotor ditentukan atau dimulai dengan pengukuran aspek kognitif sekaligus.

f. Penilaian otentik mengukur life skill atau kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar tanpa terasa tertekan.

g. Penilaian otentik menggunakan berbagai alat. Agar tujuan tersebut tercapai guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya (Kunandar, 2013: 127-129).

6. Jenis-jenis penilaian autentik

Menurut Hibbart dalam Kunandar (2013: 126), berbagai tipe asesmen otentik adalah; a) asesmen kinerja, b) observasi dan pertanyaan, c) presentasi dan diskusi, d) proyek dan investigasi, e) portofolio dan jurnal.

Autentik dari segi instrumen (tes tertulis, tes lisan, tes proyek, tes kinerja, dan sebagainya dan autentik dari segi aspek yang yang dinilai (kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan) (Kunandar, 2013: 42).

Beberapa jenis asesmen otentik antara lain: a. Asesmen kinerja (performance assessment)

Asesmen kinerja adalah asesmen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajran yang telah di tentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung, yakni dalam arti langsung apa yang ditampilkan oleh peserta didik dengan mengaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi oleh siswa (Husamah, 2013: 129).

b. Asesmen portofolio (portofolio assessment)

Portofolio adalah koleksi/kumpulan dari berbagai keterampilan , ide, minat, dan keberhasilan atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Husamah, 2013: 132).

I. Tinjauan umum tentang penilaian unjuk kerja 1. Pengertian penilaian unjuk kerja

a. Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara aktif dapat digunakan untuk pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dari peserta didik (Kunandar, 2013: 257).

b. Asesmen kinerja adalah asesmen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah di tentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung, yakni dalam arti langsung apa yang ditampilkan oleh peserta didik dengan mengaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi oleh siswa (Husamah, 2013: 129).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian perbuatan atau unjuk kerja (performance assessment) adalah penilian tindakan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan sasaran pembelajaran.

2. Kelebihan dan kekurangan penilaian unjuk kerja Beberapa kelebihan dari penilaian unjuk kerja adalah: a. Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan (skill).

b. Dapat digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan didalam praktik, sehingga informasi penilaian menjadi lengkap.

c. Dalam pelaksanaan tidak ada peluang peserta didik untuk menyontek.

d. Guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing peserta didik.

e. Memotivasi peserta didik untuk aktif.

f. Mempermudah peserta didik untuk memahami sebuah konsep dari yang abstrak ke konkret.

g. Kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan.

h. Melatih keberanian peserta didik dapat mempermudah penggalian ide-ide. i. Mampu menilai kemampuan dan keterampilan kinerja siswa dalam

menggunakan alat dan sebagainya.

j. Hasil penilaian langsung dapat diketahui oleh peserta didik (Kunandar, 2013:259-260).

Sedangkan kelemahan dari penilaian unjuk kerja adalah: a. Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan penilaian ini. b. Nilai bergantung pada hasil kerja.

c. Jika jumlah peserta didiknya banyak guru kesulitan untuk melakukan penilaian ini.

d. Waktu terbatas untuk mengadakan penilaian seluruh peserta didik. e. Peserta didik yang kurang mampu akan merasa minder.

f. Karena peserta didik terlalu banyak sehingga sulit untuk melakukan pengawasan.

g. Memerlukan sarana dan prasarana penunjang yang lengkap. h. Memakan waktu yang lama, biaya yang besar, dan membosankan. i. Harus dilakukan secara penuh dan lengkap.

j. Keterampilan yang dinilai melalui tes perbuatan mungkin sekali belum sebanding mutunya dengan keterampilan yang dituntut oleh dunia kerja, karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu lebih cepat daripada apa yang didapatkan di sekolah (Kunandar, 2013: 259-260).

Dalam dokumen PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA (Halaman 38-45)

Dokumen terkait