• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Latosol Dramaga, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Latosol Dramaga, Bogor"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN TAKARAN PUPUK AMONIUM

SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, KADAR

DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG (

Zea mays

L.)

PADA LATOSOL DRAMAGA, BOGOR

YANI AGIAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Latosol Dramaga, Bogor

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Yani Agian

(4)

ABSTRAK

YANI AGIAN. Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.)

pada Latosol Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan ARIEF HARTONO.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas pangan dan

alternatif hijauan pakan ternak yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Adanya potensi pengolahan pascapanen dan usaha diversifikasi pangan, mendorong pengembangan budidaya jagung lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian takaran pupuk nitrogen (ZA) yang optimal bagi pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan dalam percobaan lapang menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan delapan perlakuan, yaitu petak tanpa pemupukan (Kontrol), ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji dalam berbagai takaran pemberian (0.25 ZA, 0.50 ZA, 1.00 ZA, 1.50 ZA, dan 2.00 ZA). Masing-masing perlakuan dilakukan dalam tiga kali ulangan. Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N tertinggi dicapai oleh perlakuan 1.00 ZA, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainya kecuali Kontrol dan 0.25 ZA. Persentase RAE tertinggi dicapai pada perlakuan 1.00 ZA, nilai RAE meningkat sebesar 35.03 % dari perlakuan ZA Standar.

(5)

ABSTRACT

YANI AGIAN. Effect of Ammonium Sulfate Doses on Growth, Production, Plant Nutrients Concentration and Nutrients Uptake of Maize (Zea mays L.) in Latosol

Dramaga, Bogor. Under Supervised by LILIK TRI INDRIYATI and ARIEF HARTONO.

Maize (Zea mays L.) is one of food commodities and alternative forage that has been cultivated in Indonesia for a long time. The potential for post-harvest processing and food diversification encourage further development of maize cultivation. The aim of this study was to determine the effective doses of nitrogen fertilizer (ZA) application for growth, production, plant nutrients concentration and nutrient uptake of maize. The study was conducted in an experiment field using a Randomized Block Design, with eight treatments that were unfertilizer plot (Control), ZA-Standard, Urea-Standard and ZA-Tests in different doses of awarding (0.25 ZA, 0.50 ZA, 1.00 ZA, 1.50 ZA, 2.00 ZA). Each treatment was performed in three replications. Results showed that the highest growth of plant, maize production, N plant concentration and N uptake were achieved in treatment of 1.00 ZA, although it was not statistically different compared with the other treatments, except Control (unfertilizer plot) and 0.25 ZA treatment. The highest percentage of RAE (Relative Agronomic Effectiveness) was achieved by 1.00 ZA treatment, and its RAE value was increased up to 35.03% than ZA Standard. Keywords: ammonium sulfate, growth, maize, plant nutrients concetration,

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

PENGARUH PEMBERIAN TAKARAN PUPUK AMONIUM

SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, KADAR

DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG (

Zea mays

L.)

PADA LATOSOL DRAMAGA, BOGOR

YANI AGIAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Latosol Dramaga, Bogor

Nama : Yani Agian NIM : A14100017

Disetujui oleh

Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc.

Pembimbing I Dr Ir Arief Hartono, MSc.Agr Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga April 2014 ini ialah Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Latosol Dramaga,

Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir Arief Hartono, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Budi Nugroho, Msi. selaku dosen penguji atas kritik, saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua dan adik tercinta atas doa, kasih sayang, dan materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini. 3. Seluruh staf University Farm Kebun Percobaan Cikabayan dan staf

Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4. Ardiya, Salimah, Eka, Lela, Elianah, Emi, Aliyah, Sugih dan Rizki atas bantuan, motivasi dan semangat yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi.

5. Rekan-rekan MSL 47 atas kebersamaan dan dukungannya selama perkuliahan dan penelitian.

6. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan Penelitian 2

Metode Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 3

Pelaksanaan Percobaan 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Latosol Dramaga 6

Karakteristik Pupuk Amonium Sulfat (ZA) 7

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap

Sifat Kima Tanah Setelah Panen 7

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadapTinggi dan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida 8 Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap

Kadar Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida 10

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap

Serapan Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida 11

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap

Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung Hibrida 11

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tongkol Jagung serta Bobot Jagung Pipilan 12 Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) pada Produksi Jagung Pipilan 14

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

(12)

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 28

DAFTAR TABEL

1. Dosis Pupuk pada Masing-Masing Perlakuan 5

2. Sifat Kimia Latosol Dramaga Sebelum Percobaan 6

3. Hasil Analisis Pupuk Amonium Sulfat (ZA) 7

4. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap N-total, S-tersedia, dan pH Tanah Setelah Panen 8 5. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Tinggi Tanaman Jagung 9

6. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Lingkar Batang Tanaman Jagung 9

7. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung 10

8. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung pada 8 MST 11 9. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung pada 8 MST 12 10. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Produksi Tanaman Jagung 13

11. Pengaruh pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap persentase RAE (Relative Agronomic Effectiveness) 14

DAFTAR GAMBAR

1. Denah Petak Percobaan 4

2. Hubungan Pemberian Dosis Pupuk ZA Terhadap Bobot Jagung Pipilan 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Analisis Latosol Dramaga Sebelum Percobaan 17 2. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Menurut Balittanah (2005) 19 3. Syarat Mutu Pupuk Amonium Sulfat (ZA) Menurut Badan Standarisasi

Nasional (2005) 19

4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada N-total Tanah Setelah Panen 20 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada S-tersedia Tanah Setelah Panen 20 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

(13)

7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 4 MST 20 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 6 MST 20 9. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 8 MST 21 10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 10 MST 21 11. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 4 MST 21 12. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 6 MST 21 13. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 8 MST 21 14. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 10 MST 22 15. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara N 22

16. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara S 22

17. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara N 22

18. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara S 22

19. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Jagung Pipilan 24 25. Grafik Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Bulan September

2013-Februari 2014 25

26. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 4 MST 25

27. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

(14)

28. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 8 MST 26

29. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 10 MST 26

30. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji terhadap Produksi Tongkol Jagung Tanpa Kelobot 27 31. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu sumber pangan dan tanaman

untuk hijauan pakan ternak serta berperan penting dalam pembangunan ekonomi (Li et al. 2010). Berdasarkan uraian dari BB-Pascapanen (2010), komponen

nutrisi terbesar dalam biji jagung adalah pati (54.1–71.7%) sedangkan kandungan gulanya antara 2.6–12.0% tergantung jenis dan varietasnya. Menurut Krisnamurthi (2010) dan Maflahah (2010), biji jagung dapat diekstrak menjadi minyak, tepung maizena, glukosa, sirup, dekstrin, dan alkohol. Adapun tongkol jagung dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung tongkol.

Berdasarkan target utama Kementrian Pertanian tahun 2010-2014, swasembada berkelanjutan jagung diharapkan dapat tercapai, dimana sasaran produksi jagung nasional yakni 29 juta ton pipilan kering (kenaikan rata-rata 10.02% per tahun). Mengacu pada target tersebut, diperlukan usaha peningkatan produksi jagung. Salah satu usaha dalam peningkatan produksi jagung yakni melalui intensifikasi pertanian, seperti pemberian pupuk saat kegiatan budidaya berlangsung dan meningkatkan komposisi pertanaman jagung hibrida (Kementan 2011).

Budidaya jagung termasuk dalam sistem pertanian lahan kering yang umumnya berkaitan erat dengan sistem pertanian pada tanah Latosol. Sebagai tanah yang memiliki persebaran yang luas di Indonesia, Latosol memiliki potensi dalam budidaya tanaman jagung. Ketersedian hara yang rendah dan pH tanah tergolong masam pada Latosol, menyebabkan perlunya pemupukan guna meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.

Penambahan unsur hara melalui pemupukan perlu dilakukan apabila kebutuhan unsur hara bagi tanaman belum tercukupi oleh ketersediaan hara dalam tanah. Sebagai salah satu unsur hara, nitrogen (N) berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Oleh sebab itu, N dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk proses pertumbuhan tanaman (Munawar 2011). Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menguraikan berbagai macam pupuk nitrogen yang dikelompokan menurut senyawa dasar pembentuknya, meliputi : (1) pupuk nitrogen bersenyawa dasar amonium (anhidrus amonia, akua amonia, urea amonium nitrat, amonium sulfat, amonium klorida, amonium nitrat, dan amonium nitrate limestone), (2) pupuk

nitrogen bersenyawa dasar nitrat (kalsium nitrat dan natrium nitrat), (3) pupuk nitrogen bersenyawa dasar amida (urea dan kalsium sianamida).

Selanjutnya berdasarkan uraian Grant et al. (2012) unsur hara N dan S

merupakan komponen penting dari protein dan dalam persediaan yang memadai dari kedua nutrisi penting tersebut berpengaruh untuk hasil panen yang optimal. Adapun pupuk yang mengandung S yaitu gipsum (CaSO4.2H2O), kalium sulfat

(K2SO4), amonium sulfat ((NH4)2SO4), amonium tiosulfat ((NH4)2S2O3), dan

berbagai bentuk S-elemen.

(16)

2

sebagai sumber S daripada gipsum (CaSO4.2H2O) terhadap produksi biji chickpea

yang dihasilkan. Amonium sulfat merupakan pupuk yang mengandung 20-23% N dan 24% S (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemupukan amonium sulfat terhadap pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara pada tanaman jagung hibrida varietas Pertiwi-3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian takaran pupuk amnonium sulfat (ZA) yang optimal bagi pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N serta S tanaman jagung hibrida varietas Pertiwi-3 pada Latosol, Dramaga.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2013 hingga April 2014. Percobaan lapang dilaksanakan di University Farm Institut Pertanian Bogor,

Dramaga. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu peralatan untuk penanaman benih jagung, pengamatan lapang, dan analisis tanah serta tanaman. Peralatan analisis tanah dan tanaman meliputi tabung dan digestion block, alat destruksi

N-Kjedahl, buret, tabung reaksi, spectrophotometry UV-VIS, pH meter, dan alat-alat

laboratorium lainnya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih jagung hibrida varietas Pertiwi-3, pupuk ZA komersil yang diuji, pupuk ZA dan pupuk Urea

(17)

3 dari tiga ulangan, sehingga terdapat 24 petak percobaan. Perlakuan tersebut antara lain :

Adapun rekomendasi dosis pupuk standar untuk jagung hibrida yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 135 kg N/ha (setara 300 kg/ha pupuk urea atau 642.86 kg/ha ZA), 54 kg P2O5/ha (setara 150 kg/ha pupuk SP-36), dan 90 kg

K2O/ha (setara 150 kg/ha pupuk KCl).

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi sifat kimia tanah setelah panen, pertumbuhan jagung (tinggi dan lingkar batang tanaman) pada 4, 6, 8, dan 10 MST (Minggu Setelah Tanam), produksi tanaman (bobot berangkasan tanaman bagian atas pada 8 MST, bobot basah tongkol dengan kelobot, bobot basah dan kering tongkol tanpa kelobot, serta bobot jagung pipilan), kadar dan serapan hara N serta S tanaman jagung pada 8 MST.

Prosedur Analisis Data

Percobaan yang dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada

selang kepercayaan α=5%. Apabila perlakuan terhadap parameter berpengaruh nyata maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

pada taraf α=5% menggunakan software SAS for windows ver. 9.1. Model

matematika umum yang digunakan yakni sebagai berikut :

Yij= μ + βj+τi+εij

Keterangan:

Yij = pengamatan pada perlakuan pemberian pupuk ZA Standar, Urea

Standar, ZA Uji ke-i dan blok ke-j μ = nilai tengah populasi

βj = pengaruh blok ke-j

τi = pengaruh perlakuan pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar

dan ZA Uji ke-i

εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan pemberian pupuk ZA

Standar,Urea Standar, ZA Uji ke-i dan blok ke-j Blok = I, II, dan III

(18)

4

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan Lapang

Pengolahan awal pada lahan dilakukan sebelum penanaman benih jagung hibrida. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor, selanjutnya dibuat petakan percobaan dengan ukuran 3 m x 4 m sebanyak 24 satuan petak yang terdiri dari delapan perlakuan dengan tiga ulangan. Berikut ini denah petak percobaan yang tertera dalam Gambar 1.

Gambar 1. Denah Petak Percobaan

Pengambilan contoh tanah dilakukan sebelum pengapuran lahan untuk analisis tanah awal, selanjutnya masing-masing petak diberikan kapur dengan dosis 1.2 kg/petak atau setara dengan 1 t/ha, dan dilakukan inkubasi lahan selama ± 1 minggu. Penanaman dilakukan setelah inkubasi lahan dengan cara ditugal pada jarak 75 cm x 40 cm, dan setiap lubang ditanami dua benih.

Adapun pemberian pupuk dasar (SP-36 dan KCl), ZA Standar, Urea Standar, dan ZA uji dilakukan dengan membuat dua lubang pupuk disisi kanan dan kiri lubang tanam, lubang pertama diisi pupuk SP-36, dan lubang kedua diisi pupuk KCl dan Urea ataupun pupuk ZA (standar atau uji).

(19)

5

Selama percobaan lapang dilakukan pemeliharaan tanaman, meliputi penyulaman, pembumbunan, penyiraman, dan penyiangan dari gulma. Penyulaman dilakukan pada umur 7-10 HST dengan cara mengganti benih jagung baru pada lubang tanam yang tidak tumbuh. Pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman mencapai 26 HST. Penyiraman dilakukan berdasarkan kondisi cuaca, apabila selama beberapa hari tidak turun hujan, maka tanaman disiram setiap tiga hari sekali. Penyiangan dilakukan satu hingga tiga kali selama penanaman jagung tergantung kondisi gulma. Penyiangan dilakukan sampai umur tanaman 12 MST.

Pemanenan tanaman jagung dilakukan pada umur 101 HST ketika tongkol jagung sudah masak fisiologis. Tongkol jagung dipisahkan dari batang jagung dan ditimbang, selanjutnya dikeringkan di rumah kaca selama 14 hari hingga kering dan mudah dipipil, kemudian ditimbang tongkol jagung kering dan hasil jagung pipilan.

Pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman dan lingkar batang tanaman pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST dari sepuluh tanaman contoh per petak. Pengamatan terhadap produksi tanaman meliputi bobot berangkasan tanaman bagian atas pada 8 MST, bobot basah tongkol dengan kelobot dan tanpa kelobot, bobot kering tongkol tanpa kelobot, serta bobot jagung pipilan.

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis tanah dan tanaman. Analisis tanah terdiri dari dua tahap yakni analisis tanah sebelum dan sesudah percobaan lapang. Analisis tanah sebelum percobaan lapang dilakukan berdasarkan sifat kimia secara umum. Analisis tanah sesudah percobaan lapang dilakukan berdasarkan analisis N-total (metode Kjeldahl) dan S-tersedia (NH4OAc pH 4.8). Analisis tanaman meliputi kadar hara nitrogen (N) dan

belerang (S). Penetapan kadar hara N dilakukan berdasarkan metode Kjedahl dan kadar hara S ditetapkan berdasarkan metode pengabuan basah dengan larutan pengekstrak HNO3 dan HClO4, terhadap contoh daun ke-3,-4,-5 dan -6 dari tiga

tanaman jagung umur 8 MST yang sudah ditimbang, dioven pada suhu 60ºC selama ± 3 hari dan dihaluskan.

Tabel 1. Dosis Pupuk pada Masing-Masing Perlakuan

(20)

6

Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness)

Penilaian efektivitas pupuk ZA uji yang digunakan dalam penelitian, dilakukan dengan metode perhitungan RAE (Relative Agronomic Effectiveness).

Adapun rumus perhitungan RAE yaitu sebagai berikut :

RAE (%) = �� � �� � � � � � � � � − �� � �� � � � � �� � �� � � � � � � ��− �� � �� � � � � � × %

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Latosol Dramaga

Sifat kimia Latosol Dramaga sebelum dilakukan percobaan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan kriteria hasil analisis tanah Balittanah (2005) (Lampiran 2), Latosol Dramaga memiliki nilai pH tergolong masam dengan kadar N-total, C-organik, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd, KTK, KB yang rendah dan kejenuhan aluminium pada kriteria sedang. Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa Latosol merupakan tanah yang sangat tercuci sehingga kandungan unsur hara rendah dan pH berkisar 4.5-5.5. Kandungan unsur hara yang rendah pada tanah menyebabkan perlunya pemberian pupuk saat kegiatan budidaya berlangsung. Selain itu, pemberian kapur juga diperlukan untuk memperbaiki reaksi tanah dan meningkatkan daya sangga tanah. Menurut Hardjoloekito (2009), pemberian kapur pada lahan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah bereaksi masam sehingga cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian kapur dapat mempengaruhi pH tanah, keadaan hara tanah dan mengurangi pengaruh unsur toksik yang dapat meracuni tanaman. Peningkatan pH menjadikan unsur hara dalam tanah lebih tersedia bagi tanaman. Pengapuran berdasarkan dosis yang sesuai mampu meningkatkan serapan hara dan produksi tanaman (Ispandi dan Munip 2005).

Tabel 2. Sifat Kimia Latosol Dramaga Sebelum Percobaan

Unsur Kimia Satuan Hasil Analisis Kriteria Balittanah (2005)

pH (H2O) 1:1 - 4.60 Masam

(21)

7 Karakteristik Pupuk Amonium Sulfat (ZA)

Berdasarkan Kemenperin (2013) syarat mutu pupuk amonium sulfat tertera dalam SNI 02-1760-2005 yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2005). Mengacu pada syarat mutu yang ditetapkan (Lampiran 3), pupuk amonium sulfat yang digunakan cukup memenuhi persyaratan minimum dengan N-total, S-total, asam bebas, dan kadar air masing masing sebesar (21.02 %), (23.35%), (0.19%), dan (0.08%). Hasil analisis pupuk amonium sulfat disajikan pada Tabel 3.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Sifat Kima Tanah Setelah Panen

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah (Lampiran 4). Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum adanya perlakuan pupuk tidak berpengaruh terhadap hasil rataan N-total tanah setelah panen, tetapi cenderung terjadi peningkatan N-total dibandingkan dengan N-total tanah sebelum percobaan. Peningkatan dosis pupuk yang tidak diikuti peningkatan N-total tanah dapat disebabkan penyerapan N oleh tanaman jagung selama musim tanam. Kebutuhan N dalam jumlah besar diperlukan untuk proses pertumbuhan hingga tanaman berproduksi (Munawar 2011; Grant et al. 2012). Terjadinya proses pencucian (leaching) dan aliran

permukaan (run off) pada lahan turut mengurangi ketersediaan N di dalam tanah.

Anderson et al. (2014) menyebutkan bahwa kehilangan N dalam tanah meliputi

pencucian nitrat (NO3-) dari permukaan tanah ke lapisan tanah yg lebih dalam.

Kehilangan nitrat (NO3-) akan semakin meningkat seiring peningkatan aplikasi

pupuk berbasis nitrogen (Aparicio et al. 2008).

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian pupuk nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap S-tersedia tanah setelah panen (Lampiran 5). Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum S-tersedia relatif meningkat dengan pemberian pupuk, terutama pada perlakuan dosis ZA. Perlakuan ZA Standar lebih meningkatkan S-tersedia tanah dibanding 1.00 ZA pada dosis rekomendasi yang sama. Sama halnya dengan N-total, peningkatan takaran pupuk yang diberikan tidak meningkatkan S-tersedia tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan S oleh tanaman maupun proses pencucian. Proses pencucian berpotensi sebagai salah satu penyebab berkurangnya ketersediaan S dari sistem tanah, sehingga unsur hara S dari pupuk maupun degradasi bahan organik oleh mikroba akan tercuci ketika air bergerak vertikal ke bawah profil tanah (Ercoli et al. 2012;

Sawyer and Barker 2002).

Tabel 3. Hasil Analisis Pupuk Amonium Sulfat (ZA)

No. Uraian Satuan Kadar Persyaratan BSN (2005)

1. Kadar nitrogen % 21.02 Min. 20.8

2. Kadar belerang % 23.35 Min. 23.8

3. Asam bebas % 0.19 Maks. 0.1

(22)

8

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap N-total, S-tersedia, dan pH Tanah Setelah Panen

Perlakuan N-total (%) S-tersedia (ppm) pH

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis lanjut terhadap nilai pH tanah menunjukkan bahwa hanya pada perlakuan 1.50 ZA, berbeda nyata terhadap perlakuan Kontrol dan perlakuan yang lainnya, kecuali dengan perlakuan 2.00 ZA tidak berbeda nyata (Tabel 4). Semakin meningkatnya dosis ZA yang diberikan, nilai pH tanah cenderung semakin menurun. Penurunan nilai pH tanah pada pemberian pupuk ZA yang semakin meningkat disebabkan oleh kandungan amonium dalam pupuk ZA. Menurut Kennedy (1992), pupuk yang mengandung amonium dapat menyebabkan kemasaman di dalam tanah, karena ion amonium akan teroksidasi (proses nitrifikasi). Pendapat ini diperkuat oleh uraian Camberato et al. (2012),

bahwa pupuk S seperti S-elemen, amonium thiosulfat, dan amonium sulfat dapat menurunkan pH tanah. Perubahan dari amonium menjadi nitrat merupakan pemicu kemasaman tanah pada penggunaan pupuk amonium sulfat. Berikut ini reaksi perubahan amonium sulfat di dalam tanah :

Reaksi pupuk ZA dalam tanah yang menghasilkan H+ inilah yang

menyebabkan pemasaman tanah, sedangkan NO3- dan SO42- diserap oleh tanaman.

Selain diserap oleh tanaman, S dalam bentuk SO42-, juga mengakibatkan

penururunan pH tanah. Hal ini disebabkan oleh SO42-, mampu membentuk asam

kuat jika bereaksi dengan H+ di dalam tanah.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadapTinggi dan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap rataan tinggi tanaman jagung 4, 6, 8, dan 10 MST (Lampiran 7, 8, 9, dan 10). Berdasarkan rataan tinggi tanaman mulai dari 4 MST hingga 10 MST, secara umum menunjukkan penambahan tinggi tanaman. Peningkatan dosis ZA mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman hingga mencapai umur 10 MST. Pada umur 10 MST, perlakuan 1.00 ZA nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar. Berikut ini hasil uji lanjut terhadap rataan tinggi tanaman disajikan dalam Tabel 5.

(23)

9

Pupuk ZA dan Urea merupakan pupuk nitrogen. Munawar (2011) menjelaskan bahwa nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, peningkatan produksi biji dan buah, dan meningkatkan kualitas daun dan pakan ternak. Hal ini didukung oleh pendapat Szulc et al. (2012) yang menjelaskan bahwa di antara

sekian unsur hara, nitrogen menentukan ukuran yang dihasilkan pada masa vegetatif dan hasil pipilan jagung secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara N bagi tanaman selama masa tanam agar tercapai pertumbuhan dan hasil produksi secara optimal. Berikut ini hasil uji lanjut terhadap rataan lingkar batang tanaman jagung tersaji dalam Tabel 6.

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian pupuk nitrogen nyata meningkatkan pertumbuhan lingkar batang tanaman pada 4, 6, dan 8 MST (Lampiran 11, 12, 13, dan 14). Hasil rataan menunjukkan mulai umur tanaman 4 MST hingga 10 MST, terjadi penambahan lingkar batang tanaman. Hasil uji lanjut pada Tabel 6, menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk ZA secara umum meningkatkan pertumbuhan lingkar batang tanaman. Rataan lingkar batang tanaman 6 MST dan 8 MST menunjukkan semua perlakuan nyata memacu pertumbuhan tanaman dibanding Kontrol, meskipun pertumbuhan lingkar batang Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

(24)

10

antar perlakuan relatif sama. Ketika tanaman berumur 10 MST, pertumbuhan lingkar batang tertinggidicapai pada perlakuan 1.00 ZA.

Secara umum hasil rataan tinggi dan lingkar batang tanaman jagung pada takaran ZA lebih dari dosis yang dianjurkan menunjukkan bahwa capaian pertumbuhan tidak melebihi dari perlakuan 1.00 ZA sebagai dosis rekomendasi. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penambahan pupuk melebihi dosis rekomendasi tidak selalu menghasilkan capaian pertumbuhan yang lebih baik. Terkait dengan keberadaan unsur N dalam tanah, Lu et al. (2010) dan Aparicio et al. (2008) menjelaskan bahwa pemberian N pada dosis yang tinggi mengakibatkan

hilangnya N secara berlebihan, sehingga penambahan unsur hara melalui pupuk kurang optimal diserap oleh tanaman akibat tercucinya N dari sistem perakaran tanaman.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N nyata meningkatkan kadar hara N dan S tanaman jagung (Lampiran 15 dan 16). Berdasarkan hasil uji lanjut yang tertera dalam Tabel 7, perlakuan dosis ZA terhadap kadar hara N secara umum tidak berbeda nyata diantara perlakuan lain, tetapi relatif lebih tinggi daripada Kontrol, kecuali perlakuan 0.25 ZA dan 0.50 ZA. Kadar hara paling tinggi dicapai pada perlakuan 2.00 ZA. Hasil rataan kadar hara pada takaran rekomendasi pupuk yang sama, perlakuan 1.00 ZA memiliki nilai kadar hara N cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar. Hal ini sesuai dengan penjabaran Epstein (1972) bahwa rata-rata kadar hara N dalam tanaman berkisar 1.50%. Kadar hara N tanaman yang relatif lebih tinggi menunjukkan tanaman responsif terhadap pemupukan N.

Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 7, kadar hara S pada 2.00 ZA nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan pada dosis rekomendasi yang sama antara ZA Standar dan 1.00 ZA, kadar relatif sama. Menurut Camberato et al. (2012), defisiensi S pada tanaman dapat terjadi apabila

kandungan S dalam jaringan kurang dari 0.12% dan rasio N:S lebih besar dari 20:1. Jika S dalam jaringan tanaman lebih besar dari 0.20% dan rasio N:S kurang dari 12:1, maka kebutuhan tanaman terhadap belerang dapat tercukupi. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

(25)

11 Berdasarkan uraian tersebut, secara umum hasil rataan kadar hara S pada perlakuan maupun Kontrol menunjukkan bahwa ketersediaan S memenuhi kebutuhan tanaman.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Serapan Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N nyata meningkatkan serapan hara N dan S tanaman jagung pada 8 MST (Lampiran 17 dan 18). Perlakuan dosis ZA terhadap serapan N secara umum tidak berbeda nyata diantara perlakuan lain, tetapi relatif lebih tinggi daripada Kontrol, kecuali perlakuan 0.25 ZA. Berdasarkan hasil rataan serapan hara pada takaran rekomendasi pupuk yang sama, perlakuan 1.00 ZA memiliki nilai serapan hara N cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar, bahkan bila dibandingkan dengan takaran pemberian pupuk yang lebih tinggi seperti 1.50 ZA dan 2.00 ZA (Tabel 8).

Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 8, serapan hara S pada 2.00 ZA nyata lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, sedangkan pada dosis rekomendasi yang sama antara ZA Standar dan 1.00 ZA, nilai serapan relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman responsif terhadap belerang pada pemberian pupuk yang cenderung lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan. Secara umum nilai serapan hara tanaman pada 8 MST dapat mengindikasikan seberapa efektif dosis pupuk yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Selain itu, nilai serapan hara mencerminkan capaian pertumbuhan tanaman hingga masa vegetatif maksimum (8 MST) dan gambaran potensi produksi tanaman. Tanaman jagung yang memiliki nilai serapan yang sesuai kecukupan hara diharapkan mampu menghasilkan produksi secara maksimal.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung Hibrida

Berdasarkan analisis ragam perlakuan pemberian pupuk nyata meningkatkan rataan bobot berangkasan atas tanaman dibanding Kontrol (Lampiran 19 dan 20). Hasil uji lanjut (Tabel 9), menunjukkan bahwa pada dosis Tabel 8. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung pada 8 MST

Perlakuan Serapan Hara Daun Tanaman (g/tanaman) N S

Kontrol 0.12 c 0.01 b

(26)

12

rekomendasi pupuk N yang sama antara ZA Standar, Urea Standar, dan 1.00 ZA, rataan bobot berangkasan basah dan kering tanaman tertinggi dicapai perlakuan 1.00 ZA. Secara umum, peningkatan aplikasi ZA, turut meningkatkan rataan bobot berangkasan basah dan kering tanaman. Perolehan rataan bobot berangkasan basah dan kering tanaman pada dosis pemberian pupuk yang lebih tinggi dari dosis rekomendasi (1.50 dan 2.00 ZA) relatif lebih rendah daripada perlakuan 1.00 ZA.

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tongkol Jagung serta Bobot

Jagung Pipilan

Berdasarkan hasil analisis ragam, secara umum perlakuan pupuk nyata meningkatkan rataan produksi jagung dibandingkan Kontrol (Lampiran 21, 22, 23, dan 24). Menurut hasil uji lanjut, semua perlakuan kecuali 0.25 ZA dan 0.50 ZA, nyata terhadap peningkatan produksi jagung dibanding Kontrol (Tabel 10). Peningkatan dosis ZA cenderung meningkatkan rataan produksi jagung dibandingkan Kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan ketersediaan N dan S di dalam tanah dapat memacu produksi jagung. Sesuai dengan uraian Szulc et al. (2012) unsur hara N menentukan produksi pipilan jagung secara

maksimal. Grant et al. (2012) menambahkan bahwa unsur hara N dan S

merupakan komponen penting dari protein dan dalam persediaan yang memadai dari kedua nutrisi penting tersebut berpengaruh untuk hasil panen yang optimal.

Dosis pemberian pupuk N yang sama, 1.00 ZA cenderung lebih besar meningkatkan produksi jagung daripada ZA Standar dan Urea Standar (Tabel 10). Berdasarkan hasil rataan bobot basah tongkol jagung dengan kelobot dan tanpa kelobot, 2.00 ZA menghasilkan rataan bobot paling tinggi, selanjutnya berdasarkan hasil rataan bobot kering tongkol jagung tanpa kelobot dan bobot jagung pipilan utuh, rataan bobot tertinggi dicapai pada dosis perlakuan 1.00 ZA. Perbedaan hasil antara bobot basah dengan bobot kering diakibatkan beberapa hari menjelang panen terjadi hujan lebat sehingga saat panen tongkol jagung masih basah. Berdasarkan data curah hujan bulanan oleh BMKG (2014), pada bulan Januari curah hujan mencapai 703.8 mm (Lampiran 25). Menurut Arief dan Tabel 9. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung pada 8 MST Perlakuan Bobot Basah Berangkasan Atas Bobot Kering

Tanaman

(27)

13 Murni (2008) permasalahan akan timbul bila waktu panen berlangsung pada saat curah hujan masih tinggi, sehingga kadar air biji cukup tinggi karena penundaan pengeringan akan menyebabkan penurunan kualitas hasil biji jagung.

Hubungan pemberian dosis pupuk ZA terhadap bobot jagung pipilan yang dihasilkan tertera pada Gambar 2. Berdasarkan nilai R2 yang diperoleh (Gambar

2), diketahui bahwa sebesar 89% pemberian ZA Uji, menentukan bobot jagung pipilan yang dihasilkan. Berdasarkan persamaan Y = -0.0025x2 + 4.9805x +

627.23, dapat diketahui bahwa dosis maksimum pemberian pupuk ZA adalah sebesar 996.10 kg/ha untuk memperoleh produksi maksimum sebesar 3107.77 kg/ha jagung pipilan. Produksi maksimum tersebut masih berada di bawah rata-rata hasil jagung hibrida varietas Pertiwi-3 sebesar ±9400 kg/ha pipilan kering dan potensial hasil yang mencapai ±13730 kg/ha pipilan kering (Balitsereal 2013). Hal tersebut disebabkan oleh penurunan kualitas biji jagung akibat pembusukan pada tongkol jagung saat panen oleh cendawan selama proses pengeringan hingga pemipilan. Pembusukan pada tongkol jagung dapat disebabkan oleh beberapa cendawan seperti Fusarium sp., Diplodia sp., dan Giberella sp. (Balitsereal 2012).

Berdasarkan pengamatan morfologi beberapa tongkol jagung yang mengalami Tabel 10. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Gambar 2. Hubungan Pemberian Dosis Pupuk ZA Terhadap Bobot Jagung

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

(28)

14

pembusukan selama proses pengeringan, menunjukkan bahwa ujung tongkol dan permukaan biji jagung berwarna merah hingga merah kecoklatan. Gejala visual pada bagian yang terserang Fusarium sp. dicirikan dengan adanya kumpulan

miselia pada bagian tongkol berwarna merah jambu (pink) hingga coklat atau dominan warna keputih-putihan (Balitsereal 2012; Pakki 2005).

Selain serangan jamur pada tongkol jagung, rendahnya hasil jagung pipilan juga disebabkan belum maksimalnya produksi tongkol jagung. Hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya bahan organik tanah berdasarkan nilai C-organik. Berdasarkan kriteria hasil analsis tanah menurut Balittanah (2005), nilai C-organik tanah Latosol tergolong rendah (Lampiran 2). Rendahnya bahan C-organik tanah tidak diimbangi oleh penambahan bahan organik saat kegiatan budidaya berlangsung diduga menyebabkan capaian produksi yang belum maksimal. Selain pemberian pupuk secara kimiawi, penambahan bahan organik ke dalam tanah juga diperlukan selama kegiatan budidaya berlangsung. Kandungan hara yang lengkap pada bahan organik dan kemampuannya dalam memacu perbaikan kondisi tanah. Hal ini berkaitan dengan fungsi bahan organik yaitu meningkatkan aktivitas organisme tanah, memperbaiki aerasi dan agregat tanah, meningkatkan ketersediaan hara, mencegah berkembangnya hama-penyakit tular tanah sehingga kesuburan dan produktivitas tanah meningkat (Subowo 2010).

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) pada Produksi

Jagung Pipilan

Perhitungan nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) dilakukan untuk

mengetahui seberapa efektif pemberian pupuk ZA Uji terhadap hasil rataan jagung pipilan, dibanding perlakuan pupuk standar pasaran (ZA Standar), dan pupuk Urea. Berdasarkan hasil perhitungan RAE (Tabel 11), diketahui bahwa pemberian ZA Uji meningkatkan hasil jagung pipilan dibanding perlakuan ZA Standar, kecuali pemberian ZA Uji pada dosis yang lebih rendah daripada dosis anjuran pupuk ZA untuk tanaman jagung (0.25 ZA dan 0.50 ZA). Peningkatan persentase RAE tertinggi dicapai pada perlakuan 1.00 ZA sebesar 35.03 % dari perlakuan ZA Standar. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi ZA Uji pada dosis pupuk yang sama dengan ZA Standar lebih efektif meningkatkan rataan hasil jagung pipilan. Pengaruh perlakuan terhadap persentase RAE jagung pipilan disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap persentase RAE (Relative Agronomic Effectiveness)

(29)

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan 1.00 ZA, 1.50 ZA, dan 2.00 ZA nyata meningkatkan pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N serta S tanaman jagung dibanding kontrol.

2. Perlakuan 1.00 ZA nyata meningkatkan pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N tanaman jagung dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar pada dosis rekomendasi pupuk N yang sama.

3. Pada takaran pupuk yang sama, nilai RAE perlakuan 1.00 ZA lebih efektif daripada perlakuan ZA Standar.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjut mengenai aplikasi pupuk ZA pada tanaman yang berbeda, tanah yang ber-pH lebih tinggi, dan perbandingan perlakuan dengan aplikasi pupuk N maupun pupuk S yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson TR, Goodale CL, Groffman PM, and Walter MT. 2014. Assessing denitrification form seasonally saturated soils in an agricultural landcape: A farm-scale mass-balance approach. Agric Ecosys and Environ.

189:60-69. New York (US).

Aparicio V, Costa JL, and Zamora M. 2008. Nitrate leaching assessment in a long-term experiment under supplementary irrigation in humid Argentina.

Agric Water Manage. 95:1361-1372. Argentina (AR).

Arief RW dan Murni AM. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Lampung (ID):

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Curah Hujan

Bulanan dan Hari Hujan (September 2013- Februari 2014). Bogor (ID): BMKG.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. Pupuk Amonium Sulfat. Jakarta (ID):

BSN.

[BB-Pascapanen] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. 2010. Teknik Pengolahan Jagung Menjadi Beras Jagung.

Informasi Ringkas : Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia.

Jakarta (ID).

(30)

16

[Balitsereal] Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi 2013. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. Maros (ID): Balitsereal.

[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balittanah.

Camberato J, Maloney S, Casteel S. 2012. Sulfur deficiency in corn. Soil Fertility Update. 1-5. Indiana (US).

Epstein E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Perspectives. Dalam :

Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Ercoli L, Arduini I, Mariotti M, Lulli L, and Masoni A. 2012. Management of sulphur fertilizer to improve durum wheat production and minimize S leaching. Europ J Agron. 38:75-82. Italy (IT).

Grant CA, Mahli SS, and Karamanos RE. 2012. Sulfur management for rapeseed.

Field Crops Res. 128:119-128. Canada (CA).

Subowo G. 2010. Strategi efisiensi penggunaan bahan organik untuk kesuburan dan produktivitas tanah melalui pemberdayaan sumberdaya hayati tanah. J Sumberdaya Lahan. 4(1):13-25. Bogor (ID).

Hardjoloekito AJHS. 2009. Pengaruh pengapuran dan pemupukan P terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Gycine max, L.) pada tanah

Latosol. Media Soerjo. 5(2):1-19. Ngawi (ID).

Hardjowigeno S. 1993. Klasisfikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID):

Akademika Pessindo.

Islam M. 2012. The effect of different rates and forms of sulfur on seed yield and micronutrient uptake by chickpea. Plant Soil Environ. 58(9):399-404.

Pakistan (PK).

Ispandi A dan Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapan hara dan produksi beberapa klon ubi kayu di lahan kering masam. Ilmu Pertanian.

12 (2):125-139. Malang (ID).

[Kemenperin] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk Anorganik Tunggal Secara Wajib. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :

26/M-IND/PER/4/2013. Jakarta (ID) : Kemenperin.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2011. Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2010-2014: Edisi Revisi. Jakarta (ID): Kementan.

Kennedy IR. 1992. Acid Soil and Acid Rain. England (GB): Research Studies Pr.

Krisnamurthi B. 2010. Manfaat jagung dan peran produk bioteknologi serealia dalam menghadapi krisis pangan, pakan dan energi di Indonesia. Prosiding Pekan Serealia Nasional. 1-9. Maros (ID).

(31)

17 accumulation in black soil of Northeast China among three consecutive cropping cycles. J Soil Sci Plant Nutr. 10(4):444-453. China (CN).

Maflahah I. 2010. Analisis proses pembuatan pati jagung (maizena) berbasis neraca massa. J Embryo. 7 (1):40-45. Madura (ID).

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Pakki S. 2005. Patogen tular benih Fusarium sp. dan Aspergillus sp. pada jagung

serta pengendaliannya. Prosiding Seminar Nasional Jagung. 588-598

Maros (ID).

Sawyer JE and Barker DW. 2002. Corn and soybean response to sulfur application on Iowa soils. North Central Extention-Industry Soil Fertility Conference. Des Moines. Iowa (US).

Szulc P, Bocianowski J, and Rybus-Zajac M. 2012. The effect of soil supplementation with nitrogen and elemental sulphur on chloropyll content and grain yield of maize (Zea mays L.). Žemdirbystė=Agriculture. 99

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Latosol Dramaga Sebelum Percobaan Unsur Kimia Satuan Nilai

pH (H2O) 1:1 - 4.60

pH (KCl) 1:1 - 3.60

C- Organik % 1.55

N-total (Kjeldhal) % 0.14

P- tersedia (Bray 1) ppm 5.60

Ca-dd cmol(+) kg-1 2.61

Mg-dd cmol(+) kg-1 0.72

K-dd cmol(+) kg-1 0.23

Na-dd cmol(+) kg-1 0.22

KTK cmol(+) kg-1 14.28

KB % 26.40

Al-dd cmol(+) kg-1 3.60

H-dd cmol(+) kg-1 1.69

Fe ppm 3.42

Cu ppm 2.39

Zn ppm 2.26

Mn ppm 28.19

Pasir % 6.91

Debu % 14.77

(33)

19 Lampiran 2. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Menurut Balittanah (2005)

Parameter tanah Sangat Nilai

rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5

No. Uraian Satuan Persyaratan

1. Kadar nitrogen % min. 20.8

2. Kadar belerang % min. 23.8

3. Asam bebas % maks. 0.1

4. Kadar air % maks. 1.0

(34)

20

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada N-total Tanah Setelah Panen

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada S-tersedia Tanah Setelah Panen

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 106.5482 53.2741 1.05 0.3743

Perlakuan 7 474.7951 67.8279 1.34 0.3016

Galat 14 706.9740 50.4981

Total 23 1288.3173

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada pH Tanah Setelah Panen

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 0.0361 0.0181 1.32 0.2976

Perlakuan 7 0.2847 0.0407 2.98 0.0389*

Galat 14 0.1910 0.0136

Total 23 0.5118

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 4 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 1346.9200 673.4600 18.83 0.0001*

Perlakuan 7 727.2729 103.8961 2.90 0.0425* Galat 14 500.7133 35.7652

Total 23 2574.9063

Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 6 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 2675.4025 1337.7013 14.23 0.0004*

Perlakuan 7 2375.0329 339.2904 3.61 0.0196*

Galat 14 1316.1908 94.0136

Total 23 6366.6263

Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5 % Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 0.0044 0.0022 1.93 0.1814

Perlakuan 7 0.0068 0.0010 0.85 0.5686

Galat 14 0.0160 0.0011

(35)

21 Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea

Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 8 MST Sumber

Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 10 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 5583.2933 2791.6467 11.58 0.0011*

Perlakuan 7 4920.1517 702.8788 2.92 0.0419*

Galat 14 3374.6133 241.0438

Total 23 13878.0583

Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 4 MST Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 0.6025 0.3013 1.73 0.2131

Perlakuan 7 3.4200 0.4886 2.81 0.0476*

Galat 14 2.4375 0.1741

Total 23 6.4600

Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 6 MST Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 6.4133 3.2067 9.09 0.0030*

Perlakuan 7 9.0650 1.2950 3.67 0.0184*

Galat 14 4.9400 0.3529

Total 23 20.4183

Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 8 MST Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 2.4908 1.2454 4.70 0.0274*

Perlakuan 7 6.2533 0.8933 3.37 0.0252*

Galat 14 3.7092 0.2649

Total 23 12.4533

(36)

22

Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 10 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 2.6658 1.3329 3.22 0.0707

Perlakuan 7 7.4333 1.0619 2.57 0.0633

Galat 14 5.7942 0.4139

Total 23 15.8933

Lampiran 15. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara N

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 0.1220 0.0610 0.50 0.6150

Perlakuan 7 2.8475 0.4068 3.36 0.0256*

Galat 14 1.6968 0.1212

Total 23 4.6664

Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara S

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 0.1149 0.0575 1.97 0.1762

Perlakuan 7 8.7558 1.2508 42.88 <.0001*

Galat 14 0.4083 0.0292

Total 23 9.2791

Lampiran 17. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara N

Sumber

Lampiran 18. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara S

Sumber

(37)

23 Lampiran 19. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Berangkasan Tanaman Jagung pada 8 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F Blok 2 70707.0435 35353.5218 23.33 <.0001* Perlakuan 7 63090.2621 9012.8946 5.95 0.0023*

Galat 14 21217.4260 1515.5304

Total 23 155014.7316

Lampiran 20. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Kering Berangkasan Tanaman Jagung pada 8 MST

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 1891.6466 945.8233 25.60 <.0001*

Perlakuan 7 1673.3408 239.0487 6.47 0.0016*

Galat 14 517.2095 36.9435

Total 23 4082.1969

Lampiran 21. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Tongkol Jagung dengan Kelobot

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 103.4231 51.7115 13.32 0.0006*

Perlakuan 7 145.4563 20.7795 5.35 0.0038*

Galat 14 54.3711 3.8837

Total 23 303.2505

Lampiran 22. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Tongkol Jagung tanpa Kelobot

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 79.6888 39.8444 17.33 0.0002*

Perlakuan 7 86.6586 12.3798 5.38 0.0037*

Galat 14 32.1913 2.2994

Total 23 198.5387

(38)

24

Lampiran 23. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Kering Tongkol Jagung tanpa Kelobot

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 35.2963 17.6481 19.57 <.0001*

Perlakuan 7 28.2777 4.0397 4.48 0.0082*

Galat 14 12.6227 0.9016

Total 23 76.1967

Lampiran 24. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Jagung Pipilan

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr>F

Blok 2 26.1343 13.0672 23.25 <.0001*

Perlakuan 7 18.0205 2.5744 4.58 0.0075*

Galat 14 7.8675 0.5620

Total 23 52.0223

(39)

25

Lampiran 25. Grafik Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Bulan September 2013-Februari 2014

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 26. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 4 MST 0

5 10 15 20 25 30

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Sep Okt Nop Des Jan Feb Bulan

(40)

26

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 27. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 6 MST

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 28. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Pertumbuhan Jagung 8 MST

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 29. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

(41)

27

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 30. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

terhadap Produksi Tongkol Jagung Tanpa Kelobot

Kontrol 2 (II) ZA-Std 5 (II) Urea-Std 7 (I) 0.25 ZA 10 (I)

0.50 ZA 13 (I) 1.00 ZA 16 (I) 1.50 ZA 21 (III) 2.00 ZA 23 (II) Lampiran 31. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji

(42)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 30 Agustus 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sigit Purwoto Hadi dengan Ibu Endang Komariyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kutoharjo 2 Pati pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Pati dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010, penulis menamatkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Pati, dan berkesempatan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI IPB) pada program studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian di tahun yang sama.

Gambar

Gambar 1. Denah Petak Percobaan
Tabel 2. Sifat Kimia Latosol Dramaga Sebelum Percobaan
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap Tinggi Tanaman Jagung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

5elain perbesaran uterus yang lebih menon!ol, pada MH# ditemukan pula dua hal lain yang berbeda dengan kehamilan normal, yaitu kadar hCG dan kista lutein. #adar hCG pada

Dari data lab yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa semua pasien yang mengalami diare akut dehidrasi ringan hingga berat kesemuanya mendapatkan terapi oralit, hal

Mengetahui gambaran pola pemilihan obat yang meliputi pemilihan jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan obat pada pasien pediatri dengan penyakit gastroenteritis akut

Metodologi pembelajaran agama Islam di sekolah disampaikan sebagian guru secara statis-indoktrinatif-doktriner dengan fokus utama kognitif yang sibuk mengajarkan

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),