• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STATUS HARA TANAH DAN TANAMAN PADA BERBAGAI TINGKAT PEMUPUKAN AMONIUM SULFAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STATUS HARA TANAH DAN TANAMAN PADA BERBAGAI TINGKAT PEMUPUKAN AMONIUM SULFAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” Banjarbaru, 6 – 7 Agustus 2014 | 669

ANALISIS STATUS HARA TANAH DAN TANAMAN PADA

BERBAGAI TINGKAT PEMUPUKAN AMONIUM SULFAT

Muhammad Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274, Maros Provinsi Sulawesi Selatan e-mail : acchmad@yahoo.com

ABSTRAK

Pemahaman tentang dinamika respon fisiologi tanaman dalam hubungannya dengan penggunaan pupuk ZA merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena sangat berkaitan erat dengan manajemen pupuk yang akan diberikan ke tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan pupuk ZA (ammonium sulphate, NH4SO4) yang berlebihan terhadap aspek fisiologis tanah dan tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia pada bulan Agustus – Desember 2012. Sampel tanah dan jaringan tanaman disampling sebelum dan setelah penelitian untuk melihat dinamika hara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara dalam tanah termasuk tingkat kemasaman (pH) tidak berbeda nyata. Namun demikian penggunaan ZA dengan dosis tinggi mempunyai potensi untuk meningkatkan kemasaman tanah apabila dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Aplikasi pupuk ZA berkontribusi bagi serapan dan ketersediaan hara P dan K dalam jaringan tanaman. Walaupun hasil jagung meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk ZA yang diberikan namun tidak berbeda nyata antara ZA 50 kg/ha dengan dosis 300 kg/ha. Namun demikian diperlukan kajian lebih dalam tentang proses fiksasi hara makro dan mikro dalam tanah dan tanaman untuk perbaikan efisiensi penggunaan pupuk Amonium Sulfat.

Kata kunci : Amonium sulfat, fisiologi, hara, jagung

Latar Belakang

Sistem usahatani yang mengabaikan kelestarian lahan merupakan penyebab utama degradasi lahan, seperti pembakaran jerami yang merupakan sumber unsur makro dan mikro tanah. Degradasi lahan dalam perspektif kesuburan tanah merupakan keterkaitan antara aspek bio-fisik lahan, ekonomi dan sosial budaya. Dalam perspektif biofisik lahan, menurunnya kesuburan tanah berkaitan dengan inefisiensi dalam pemberian pupuk, praktek manajemen pertanaman yang menyebabkan tanah mengalami erosi atau pencucian. Sementara itu dalam perspektif ekonomi, penurunan kesuburan tanah berkaitan dengan tingkat ekonomi petani, aspek pasar serta manajemen (FAO, 2993). Hu et al (2006) dan Li et al (2007) menyatakan bahwa tingkat serapan hara berbeda antar tanaman pada jenis tanah yang berbeda serta system perakaran tanaman.

(2)

M.Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani : Analisis Status Hara Tanah

| 670

Seiring dengan membaiknya ekonomi yang berdampak pada peningkatan permintaan akan komoditas pertanian baik komoditas pangan seperti padi dan jagung maupun hortikultura. Peningkatan permintaan ini sangat berkaitan erat dengan permintaan pupuk yang meningkat. Pada Tahun 2006, produksi pupuk ZA hanya sebesar 625.000 ton. Namun pada periode 2007-2012 peingkatan permintaan akan pupuk ZA meningkat sangat tinggi namun tidak disertai dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik (Hadi et al, 2007).

Berdasarkan data penjualan pupuk ZA PT Petrokimia Gresik, penyerapan pupuk ZA dari tahun 2010 s/d 2012 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 penyerapan pupuk ZA sebesar 953.759,35 ton, penyerapan pupuk tersebut meningkat sebesar 33,49 % (239.274 ton) dari realisasi tahun 2010 (714.485,35 ton). Sementara penyerapan sampai dengan bulan April 2012 sebesar 402.305,20 ton atau 42,18 % dari realisasi tahun 2011. Peningkatan penyerapan pupuk ZA tersebar diseluruh propinsi, peningkatan penyerapan pupuk ZA tersebut diduga disebabkan oleh perpindahan pola pemupukan dari pupuk Urea menjadi pupuk ZA.

Komoditas sektor pangan yang diduga menyerap pupuk ZA dalam jumlah tinggi adalah tanaman padi dan jagung, tanaman padi dan jagung selain membutuhkan unsur hara makro NPK, juga membutuhkan unsur hara Sulfur (S) sebesar 12,6 kg S/Ha dan 21 kg S/Ha. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan dosis ZA antara 50 – 60 kg/Ha.

Berdasarkan hasil survei Purnomo et.al (1989) dan Fagi et.al (1994) menunjukkan bahwa tanah-tanah sawah yang berada di Pulau Jawa dan Madura mengalami kekurangan Sulfur seluas 2.052.650 ha atau 58,48 % dari total luas sawah yang disurvei sebesar 3.509.923 ha. Sehingga kurangnya Sulfur dalam tanah akan menjadikan tanaman padi responsif terhadap pemupukan ZA yang mengandung Sulfur.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui status hara pada tanah dan tanaman yang dipupuk dengan amonium sulfat (pupuk ZA) pada berbagai dosis pemupukan.

Metode Penelitian

Penelitian analisis status hara tanah dan tanaman pada berbagai tingkat pemupukan amonium sulfat dilaksanakan pada bulan Agustus - Desember 2012 di Maros – Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan 8 Perlakuan dan 3 ulangan yang dicobakan terdiri dari berbagai tingkat dosis pupuk ZA sebagai berikut : A. Kontrol (Tanpa Pupuk); B. Pupuk Rekomendasi (NPK 300 kg/ha dan urea 300 kg/ha); C. Pupuk NPK 300 kg/ha + Urea 200 kg/ha + ZA 100 kg/ha; D. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 50 kg/ha; E. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 100 kg/ha; F. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 150 kg/ha; G. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 200 kg/ha; H. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 250 kg/ha dan I. Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 300 kg/ha

Benih jagung yang digunakan adalah jenis hibrida varietas Pioner-21, dengan jarak 75 cm x 20 cm satu tanaman per rumpun. Ukuran petak tiap perlakuan 6 m x 4 m. Benih ditanam sebanyak 2 biji perlubang. Pada umur 1 minggu (sebelum pemupukan) dilakukan penjarangan dengan cara menggunting pada pangkal bantang sehingga tinggal 1 tanam/rumpun. Benih jagung Pioner-21 dicampur dengan seed treatment Saromil sebelum tanam.Pemberian Furadan 3G pada saat tanam dengan takaran 10 Kg/ha melalui lubang tanam, dan pada umur 25 HST setelah tanam dengan takaran 15 kg/ha.Penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali, Penyiangan I dilakukan bersamaan dengan

(3)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” Banjarbaru, 6 – 7 Agustus 2014 | 671 pembumbunan/saluran air pada umur 20 hari setelah tanam, penyiangan II dilakukan pada umur 21 HST, dan penyiangan ke III dilakukan pada umur 50 HST.Pemupukan Majemuk NPK, urea dan ZA pada setiap plot dilakukan dengan takaran sesuai perlakuan. Pemupukan I (pertama) dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hst dengan takaran 1/2 dari takaran perlakuan sedangkan sisanya diberikan pada pemupukan II (kedua) yang dilakukan pada saat tanaman berumur 30-35 hst. Pemberian dilakukan dengan cara tugal disamping barisan tanaman.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengukuran parameter penotifik tanaman jagung yang meliputi indeks luas daun, panjang, lebar serta luas daun disajikan pada Tabel 1. Pengamatan pada umur 35 hst menunjukkan pemupukan NPK+urea, NPK+ZA+urea, dan NPK+ZA tidak berbeda nyata nyata. Namun demikian, pada 45 dan 55 hst panjang daun, diameter batang pada petak yang dipupuk dengan NPK+urea, NPK+ZA+urea, dan NPK+ZA berbeda nyata dengan kontrol/tanpa pupuk.

Tabel 1. Panjang, lebar dan luas daun dari beberapa pemberian kombinasi takaran pemupukan NPK, urea, dan ZA

Pemberian

pupuk Luas daun (cm2) Luas daun (cm2) Luas daun (cm2)

35 hst 45 hst 55 hst A 224.03 B 474.7 B 85.57 A B 264.1 ba 590.4 A 97.57 A C 326.83 A 670.8 A 99.8 A D 257.03 ba 601.4 A 83.03 A E 275.7 ba 635.3 A 100.2 A F 281.63 ba 647.3 A 101.97 A G 301 ba 652.5 A 99.33 A H 306.73 ba 638.1 A 86.1 A I 306.4 ba 641.5 A 102.37 A KK 14.1 9.4 14.1

Berdasarkan analisis statistik kandungan klorofil daun pada perlakuan pemupukan B – H pada saat 35 tidak berbeda nyata yaitu berkisar 52.0 – 56 unit, namun pada saat umur 45 kandungan klorofil pada perlakuan pemupukan perlakuan D (NPK 300 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dan E (Pupuk NPK 300 kg/ha + ZA 1000 kg/ha) nyata lebih rendah yaitu hanya 51.5 - 52.3 unit dibanding perlakuan pemupukan B, C, E – I dengan nilai klodofil sebesar 52.9 - 53.9 unit. Pada saat fase berbunga (5 hst) dan fase

(4)

M.Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani : Analisis Status Hara Tanah

| 672

R5 (85 hst) perlakuan pemupukan D dan E lebih rendah disbanding perlakuan B, C dan F, G, H, I (Gambar 1).

Gambar 1. Pengaruh kombinasi takaran pemberian pupuk NPK, urea, dan ZA terhadap Klorofil daun pada tanaman berumur 35, 45, 55, & 85 hst

(5)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” Banjarbaru, 6 – 7 Agustus 2014 | 673 Kandungan Hara dalam Tanah

Hasil analisis tanah pada lahan percobaan sebelum dilakukan penanaman dan pemupukan menunjukan bahwa tekstur tanah sedang dengan 50% tanah terdiri dari pasir, 37% dari debu dan hanya 13% dari liat. pH tanah tergolong agak masam. Kandungan P tanah tergolong tingii dengan nilai 26,48 ppm, kapasitas tukar kation K tergolong rendah dengan nilai 0,17 me/100g, dan kandungan bahan organik sangat rendah yaitu 0,76% yang menunjukan kandungan total N tanah sangat rendah yaitu 0,06 %. Kapasitas tukar kation Na dan Mg tergolong sangat tinggi masing-masing 0,11 dan 16,48 me/100g.

Tabel 2. Analisis fisik dan kimia tanah sebelum tanam

Macam penetapan Nilai penetapan

Tekstur Lempung Liat (%) 13 Debu (%) 37 Pasir(%) 50 pH (1:2,5) 5,98 KCl (1:2,5) 4,65 C, Organik 0,76 Nitrogen Total (%) 0,06 C/N 12,67 P Bray 1(ppm) 26,48

Kation dapat ditukar

K 0,17 Ca 3,46 Mg 16,48 Na 0,11 SO4 2,19 Al-dd(me/100 g) 0 H+ (me / 100 g) 0,12 KTK (me/100 g) 8,93 Kejenuhan Basa (%) 226,54

Pemberian pupuk urea pada perlakuan pemupukan NPK 300 kg/ha dan urea 300 kg/ha (B) dan NPK 300 kg/ha dan urea 200 kg/ha dan ZA 100 kg/ha (C) berdampak pada penurunan pH tanah yaitu menjadi 5,53- 5,59 (Tabel 5) dimana pH awal tanah (Tabel 2) atau tanah tidak dipupuk (Tabel 3) adalah 5,98 – 6,06. Pemberian pupuk ZA

(6)

M.Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani : Analisis Status Hara Tanah

| 674

dengan takaran 50 -300 kg/ha (perlakuan C – I) masih dapat mempertahankan pH tanah awal yaitu 5,93 - 6,13.

Pengaruh ZA terhadap ketersedian hara K menunjukan lebih baik daripada pupuk Urea. Kadar K dalam tanaman yang dipupuk ZA dapat meningkatakan ketersedian K sebesar 28,1 – 46,8 % (Tabel 3), hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ispandi dan Munip (2004) yang menyatakan bahwa pemupukan ZA meningkatakan serapan dan ketersedian P dan K. Adanya gugusan sulfat dalam ZA dapat menghambat terfiksasinya hara P oleh Ca menjadi kalsium fosfat karena reaksi antara ion Ca dan gugusan sulfat lebih cepat dari pada antara ion Ca dengan ion fosfat. Antara ion Ca dengan ion sulfat akan terbentuk kalsium sulfat (Feagley and Hossner, 1978). Dengan terfiksasinya ion Ca oleh ion sulfat akan memberi peluang lebih lama bagi tanaman untuk menyerap ion kalium dari dalam tanah termasuk yang berasal dari pupuk K.

Penambahan pupuk ZA sampai 300 kg/ha tidak merubah pH tanah secara nyata, hal ini dimunginkan curha hujan yang cukup tinggi pada bulan Desember-Januari 2013. Di dalam tanah, sifat asam dari ZA dapat meningkatkan ketersediaan hara P di tanah yang bereaksi alkalis akibat menurunnya pH tanah di daerah yang tersentuh pupuk ZA (Miller et al., 1990).

Tabel 3. Kandungan hara tanah setelah panen

Macam penetapan A B C D E F G H I pH (1:2,5) 6,06 5,53 5,59 6,13 6,11 5,97 6,10 5,96 5,93 KCl (1:2,5) 4,98 4,48 4,97 5,02 4,98 4,74 5,08 4,84 4,79 C, Organik 0,31 0,48 0,34 0,42 0,35 0,47 0,40 0,32 0,45 Nitrogen Total (%) 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,02 0,02 0,03 C/N 8,75 16,0 0 11,3 3 14 10,3 3 11,7 5 20,0 0 16,0 0 15,0 0 P Bray 1(ppm) 17,5 3 20,4 4 21,2 7 20,0 4 20,5 8 22,5 4 21,0 1 21,8 1 25,6 6 Kation dapat ditukar K 0,17 0,32 0,47 0,30 0,42 0,44 0,47 0,41 0,42 Ca 7,87 7,51 7,92 7,89 8,93 9,60 8,20 8,13 8,67 Mg 5,59 3,91 5,21 4,98 5,06 4,38 2,06 2,29 4,02 Na 0,08 0,31 0,21 0,72 0,17 0,17 0,17 0,21 0,13 SO4 3,83 3,18 4,95 2,48 2,78 2,69 3,59 1,86 1,85 H+ (me / 100 g) 0,08 0,19 0,15 0,11 0,12 0,13 0,10 0,13 0,13 KTK (me/100 g) 11,0 6 9,41 4,89 11,6 0 15,3 9 8,87 13,9 9 8,86 10,5 3

(7)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” Banjarbaru, 6 – 7 Agustus 2014 | 675 Kandungan N, P, K, dan S dalam Jaringan

Kandungan hara dalam jaringan daun pada saat fase pembungaan (55 hst) menunjukan bahwa kandungan N pada tanaman yang tidak diberi pupuk dapat menyerap hara N P K S dalam tanah. Kandungan N P K S dalam jaringan daun masing-masing sebesar 1,83; 0,29; 1,24; dan 0.08 g/100g. Berdasarkan nilai batas kritis kecukupana hara menurut Fathan et al. (1988) bahwa kandungan N P barada pada batas yang cukup namun kandungan hara K dan S dibawah batas krtitis kecukupan hara. Hal tersebut menunjukann bahwa lahan percobaan menunjukan kandungan N dan P yang cukup untuk pertumbuhan tanaman jagung namun perlu penambahan pupuk K dan S. Tabel 4. Kandungan N, P, K, dan S dalam jaringan daun pada umur tanaman 55 hst

Perlakaun Kandungan hara jaraingan daun (g/100g)

N P K S A 1.83 d 0.29 c 1.24 b 0.08 C B 3.07 a 0.35 ba 2.16 ba 0.11 Bc C 2.94 ba 0.37 a 2.28 a 0.12 Bac D 2.21 dc 0.33 b 1.57 ba 0.09 C E 2.40 bdc 0.32 bc 1.66 ba 0.11 Bac F 2.66 ba 0.33 b 1.87 ba 0.15 A G 2.90 bac 0.33 b 2.27 a 0.14 Ba H 2.83 ba 0.32 bc 2.35 a 0.14 Ba I 2.77 bac 0.33 b 2.30 a 0.12 Bac

Pupuk ZA mengandung belerang 24% (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen 21% (dalam bentuk amonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini Unsur S dalam tanaman merupakan salah satu unsur makro yang banyak dibutuhkan tanaman karena unsur S merupakan salah satu unsur utama penyusun inti sel dan unsur penting dalam pembentukan protein (Miller and Donahue, 1990). Pemberian pupuk ZA meningkatakan kandungan N dan S dalam jaringan tanaman.

Pada Gambar 3 menunjukan bahwa pemberian pupuk ZA dapat meningkatakan serapan pupuk K. hal ini menunjukan adanya hubungan nyata kecukupana hara S dengan kemampuan tanaman menyerap K dari dalam tanah dengan nilai koefesien korelasi (R2) sebesar 0,95. Serapan hara K dari tanah oleh tanaman dapat berlangsung optimal bila tersedia energi ATP (Adenosine Triphosphate) yang cukup yang diperoleh dari P (Fitter dan Hay, 1991). Berdasarkan analisis tanah awal ketersediaan unsur hara P dalam tanah tergolong tinggi dengan nilai 26,48 ppm (Tabel 2) sehingga dengan penambahan pupuk ZA yang bereaksi alkalis di daerah yang tersentuh pupuk ZA (Miller et al., 1990) serapan hara P tanah oleh akar menjadi meningkat. Hara P dalam jaringan tanaman sangat dibutuhkan untuk pembentukan ATP yang digunakan sebagai energi

(8)

M.Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani : Analisis Status Hara Tanah

| 676

untuk meningkatkan serapan hara K. Hal tersebut menunjukan bahwa secara tidak langsung bahwa penambahan pupuk ZA dapat meningkatkan serapan hara K .

Gambar 3. Hubungan takaran pemberian pupuk ZA dengan kandungan K dalam jaringan daun

Unsur P dan K di dalam tanaman terdapat saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun keseluruh jaringan tanaman. Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar supaya proses transportasi unsur hara maupun asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur hara K dalam tanaman harus optimal. Serapan hara K termasuk hara P dari tanah oleh tanaman dapat berlangsung optimal bila tersedia energi ATP yang cukup karena hara K dan P diserap tanaman melalui proses “difusi” yang memerlukan banyak energi dari ATP (Fitter dan Hay, 1991). Tanaman akan dapat membentuk ATP secara optimal bila serapan hara P juga optimal. Berdasarkan hasil analisis jaringan menunjukan bahwa serapan P tergolong cukup hal tersebut disebabkan ketersedian P dalam tanah karena diberikan pupuk NPK dengan takaran 300 kg/ha.

Hasil

Produksi biji pada perlakuan pemupukan B – I menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata yaitu berkisar 8,9 – 10, 8 t/ha, namun produksi tertinggi terdapat pada perlakuan pemupukan NPK 300 kg/ha dan urea 300 kg/ha dan 300 kg/ha + Urea 200 kg/ha + ZA 100 kg/ha yaitu berkisar 10,8 t/ha. Pada pemberian NPK 300 kg + Za 50 – 200 kg menunjukan hasil yang meningkat dari hasil 8,9 t/ha menjadi 9,9 t/ha, peningkatan hasil tersebut disebabkan karena peningkatan jumlaha hara S dan K yang

(9)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” Banjarbaru, 6 – 7 Agustus 2014 | 677 semakin meningkat, namuan bila takaran pemberian pupuk ZA ditingkatkan menjadi 250 – 300 kg justru menunjukan penurunan produksi menjadi 9,8 t/ha – 9,4 t/ha (Gambar 4).

Gambar 4. Pengaruh kombinasi pemeberian pupuk NPK, urea, dan ZA terhadap produksi

Kesimpulan

1. Perlakuan penambahan pupuk ZA sebesar 50 – 300 kg/ha yang dikombinasikan dengan pemupukan NPK dapat meningkatkan penyerapan hara Kalium (K) pada jaringan tanaman

2. Perlakuan penambahan pupuk ZA sebesar 50 – 300 kg/ha yang dikombinasikan dengan pemupukan NPK menunjukkan takaran optimal pemupukan adalah NPK 300 kg/ha + ZA 200 kg/ha dengan hasil produksi 9,9 t/ha. Namun demikian, hasil ini tidak berbeda nyata dengan dosis NPK 300 kg/ha + ZA 50 kg/ha dengan hasil produksi 8,9 t/ha

3. Hasil analisa sifat fisik tanah (pH) menunjukkan penambahan dosis ZA dari 50 kg/ha sampai 300 kg/ha tidak menunjukkan penurunan tingkat kemasaman/pH tanah. Namun dibutuhkan kajian jangka panjang karena penggunaan Amonium Sulfat yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama berpotensi menurunkan pH tanah.

(10)

M.Aqil, Roy Efendi dan N. N. Andayani : Analisis Status Hara Tanah

| 678

Daftar Pustaka

Fagi AM, Mackie C (1988) Watershed management in Java’s uplands: past experience and future directions. Pages 254–264 in Moldenhauer W C, Hudson N W (Eds.) Conservation farming on steep lands. Soil and Water Conservation Society, Ankeny, Iowa.

FAO, 2003. Assessment of soil nutrient balance Approaches and Methodologies. Food and Agriculture Organization

Fitter A.H. dan R.K.H. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajahmada University Press. Yogyakarata. 416h.

Hadi, , P., Dewa Swastika, Frans Betsi, Nur K Agustin, Dedi hidayat and M. Maulana, 2007. Analysis of Fertilizer supply and Demand in Indonesia from 2007-2012. Research Report. Ministry of Agriculture

Hu, T., Kang, S., Zhang, F., Zhang, J., 2006. Alternate application of osmotic and nitrogen stresses to partial root system:effects on root growth and nitrogen use efficiency. J. Plant Nutr. 29 (12), 2079–2092.

Ispandi A. dan Munip A. 2004. Efektivitas pupuk P K dan frekuensi pemberian pupuk k dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan kering alfisol . Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 11-24

Ispandi A. dan Munip A. 2004. Efektivitas pupuk P K dan frekuensi pemberian pupuk k dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan kering alfisol . Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 11-24

Li, F., Liang, J., Kang, S., Zhang, J., 2007. Benefits of alternate partial rootzone irrigation on growth, water and nitrogen use efficiencies modified by ertilization and soil water status in maize. Plant Soil 295, 279–29

Miller R.W. and R.L.Donahue. 1990. An Introduction to Soil and Plant Growth. Prentice Hall International Edition. Englewood, New Yersey. 769p.

Miller R.W. and R.L.Donahue. 1990. An Introduction to Soil and Plant Growth. Prentice Hall International Edition. Englewood, New Yersey. 769p.

Purnomo, J., I G P Wigen dan D. Santoso, 2000. Pengelolaan pupuk P dan bahan organic untuk meningkatkan produktivitas Dystropets di Jambi. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya lahan, Bogor,

Gambar

Tabel 1.  Panjang,  lebar  dan  luas  daun  dari  beberapa  pemberian  kombinasi  takaran  pemupukan NPK, urea, dan ZA
Gambar 1.  Pengaruh  kombinasi  takaran  pemberian  pupuk  NPK,  urea,  dan  ZA  terhadap Klorofil daun pada tanaman berumur 35, 45, 55, & 85 hst
Tabel 2. Analisis fisik dan kimia tanah sebelum tanam
Tabel 3. Kandungan hara tanah setelah panen
+3

Referensi

Dokumen terkait

menjadi semakin nyaman dalam melaksanakan administrasi. Biasanya mereka disibukkan dengan pengumpulan nilai dari kertas-kertas yang berserakkan namun dengan adanya

Penelitian Brown, Weinstein, & Creswell (2012) menunjukkan bahwa individu dengan skor mindfulness yang tinggi menunjukkan respon kortisol yang lebih kecil pada

Penyakit ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis (TBC). Kuman ini dapat menyerang tulang sehingga tulang menjadi lemah dan bernanah. Akibat penyakit ini penderita merasakan sakit

Semakin bertambah umurnya telur, kuning telur akan mengambil uap basah dari putih telur yang mengakibatkan kuning telur semakin

sama terhadap kinerja guru. Motivasi Kerja dan Kompensasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap Kinerja guru. Koefisien determinasi sebesar R2 = 0,6843, hal

1. Kristiawan Heru Widianto, S.Th. Heri Surawan, S.Si. Eko Nugroho, S.Si. Kurniawan Diwanto Wijaya, S.Si. Selanjutnya juga telah dibuat tata tertib panitia ad hoc berlaku

Klaster Neuroscience ini dibuat untuk mempermudah mahasiswa program pendidikan Doktor dalam menentukan kesesuaian antara minat keahlian yang ingin dicapai dengan

Penekanan desain yang digunakan dalam perancangan Bangunan Shopping mall dengan konsep city walk di Semarang menggunakan desain bertema Hi-Tech yang untuk