• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Clarias Sp. Yang Diberi Pakan Dengan Kualitas Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Clarias Sp. Yang Diberi Pakan Dengan Kualitas Berbeda"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE

Clarias

sp.

YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

ALDI ALBARMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) yang diberi pakan dengan Kualitas Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALDI ALBARMAN Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Clarias sp. Yang Diberi Pakan dengan Kualitas Berbeda. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan MIA SETIAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele yang diberi pakan buatan dengan kualitas pakan yang berbeda. Pakan yang digunakan merupakan pakan komersil yang tersedia di pasaran, dengan kandungan protein pada setiap perlakuan berturut-turut A (24%), B (27%) dan C (29%). Terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan lele (Clarias sp.) memiliki bobot awal rata-rata 20,3±0,02 g/ekor, diperlihara dalam akuarium berukuran 50x40x35 cm dengan kepadatan 10 ekor ikan/akuarium. Ikan dipelihara selama 40 hari dengan pemberian pakan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan parameter laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan terbaik pada perlakuan pakan dengan kandungan protein 27-29% sedangkan retensi lemak pada perlakuan kandungan protein 24% yaitu 56,22±5,88% lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P<0,05). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kinerja pertumbuhan ikan lele terbaik diperoleh pada pemberian pakan dengan kandungan protein 27% dan 29%.

Kata kunci : protein, ikan lele, pakan komersil, pertumbuhan

ABSTRACT

ALDI ALBARMAN Growth Performance of Clarias sp. which Fed with Different Feed Quality Diet. Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and MIA SETIAWATI.

This expertiment was conducted to evaluate growth performance of Clarias sp. fed with different feed quality diet. Feed used in this experiment was commercial feed that available on the market, with protein content on the feed were A (24%), B (27%) dan C (29%) respectively. This experiment using complete randomized design with 3 treatments and 3 replications. Catfish (Clarias sp.) was used in the experiment with average body weight 20,3±0,02 g/fish were reared in the 50x40x35 aquariums with density 10 fish/aquarium. Fish were reared for 40 days with at satiation fed method and fed 3 times a day. The result showed specific growth rate and feed efficiency was the best result which gained by feed treatment with 27-29% protein. Lipid retention in this experiment showed significant difference between treatments (P<0,05), that treatment with 24% protein is 56,22±5,88% this value is higher compared with another treatments (P<0,05). This experiment showed the best catfish growth performance was gained by feed treatments with 27% protein and 29% protein.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE

Clarias

sp.

YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

ALDI ALBARMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pemilihan pakan komersil dengan kinerja pertumbuhan terbaik pada produksi ikan lele. Tema penelitian telah ditentukan sejak bulan Februari. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2015 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Clarias sp.yang Diberi Pakan dengan Kualitas Berbeda”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1. Bapak Edem Sutarman, BE, Ibu Heni Sri Heningsih, adik Asti Oktaviani yang tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis.

2. Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi dan Dr Ir Mia Setiawati MSi selaku Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

3. Dr Ir Sukenda, MSc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan dan selaku dosen Pembimbing Pkademik.

4. Ir Irzal Effendi, MSi selaku dosen penguji tamu.

5. Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku perwakilan dari Komisi Pendidikan. 6. Seluruh dosen yang mengajarkan ilmu-ilmu yang saya butuhkan hingga

saat ini, staf (Mba Retno, Pak Wasjan, Pak Ranta, Pak Jajang, Kang Abe, dan Kang Yossi) yang selalu membantu melancarkan analisa dan keperluan penelitian saya dan pegawai Departemen Budidaya Perairan serta teman-teman BDP48 yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penelitian saya.

7. Teman-teman terdekat penulis (Aci, Aji, Dewi, Faaza, Riska, Furqon, Heri, Ahok, Daus, Rini, Cita, dan Hilda) yang membantu pelaksanaan penelitian saya hingga akhir.

8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR………...vi

DAFTAR LAMPIRAN………... vi

PENDAHULUAN...1

Tujuan ... 2

METODE ... 2

Persiapan Pakan Uji ... 2

Pemeliharaan Ikan ... 2

Parameter Pengamatan ... 3

Analisis Proksimat ... 4

Histologi Hati ... 4

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 8

SIMPULAN DAN SARAN ... 9

Simpulan ... 9

Saran ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 10

LAMPIRAN ... 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Komposisi pakan uji berdasarkan analisis proksimat dalam bobot

kering ... 2

2 Tabel 2 Kondisi media pemeliharaan ikan leleyang diberi pakan uji selama 40 hari... ... 3

3 Tabel 3 Biomassa awal (Bo), biomassa akhir (Bt), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), kelangsungan hidup (KH), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), ikan lele selama pemeliharaan 40 hari ... 6

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik bobot rata-rata individu ikan lele yang diberi pakan uji selama 40 hari ...5

2 Histologi hati ikan lele (Clarias sp.) yang diberi perlakuan A (24%) (pembesaran 1000x) ...7

3 Histologi hati ikan lele Clarias sp.) yang diberi perlakuan B (27%) (pembesaran 1000x) ...7

4 Histologi hati ikan lele Clarias sp.) yang diberi perlakuan C (29%) (pembesaran 1000x) ...7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Anova dan hasil uji Duncan biomassa awal………...………...12

2 Anova dan hasil uji Duncan biomassa akhir………..12

3 Anova dan hasil uji Duncan jumlah konsumsi pakan ………13

4 Anova dan hasil uji Duncan efisiensi pakan………..13

5 Anova dan hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup………..13

6 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian………...14

7 Anova dan hasil uji Duncan retensi protein………...14

8 Anova dan hasil uji Duncan retensi lemak……….15

9 Data hasil penelitian (Bo, Bt, JKP, EP, LPH, KH, RP, dan RL)………...15

(11)

PENDAHULUAN

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan komoditas utama ikan air tawar di Indonesia yang menjadi sumber protein hewani/ikani di masyarakat. Pertumbuhan ikan lele relatif cepat dan teknologi budidaya sudah dikuasai membuat banyak pembudidaya memilih ikan lele untuk dibudidayakan. Hal ini dapat dilihat jumlah produksi ikan lele nasional pada tahun 2012 sebesar 441.000 ton dengan kenaikan rata-rata pada tahun 2010-2013 sebesar 47,21% (KKP, 2013).

Tingkat produksi ikan lele yang tinggi banyak dicapai melalui intensifikasi budidaya oleh para pembudidaya. Intensifikasi kegiatan budidaya yang dilakukan menggunakan pakan komersil dengan kualitas yang beragam. Intensifikasi budidaya khususnya peningkatan padat penebaran membawa dampak kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan yang berupa penurunan kualitas lingkungan budidaya. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan limbah organik dari sisa pakan dan kotoran, limbah tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun (Hermawan et al. 2014). Namun kebutuhan protein ikan lele pada pakan menurut Halver dan Hardy (2002) ikan channel catfish adalah 32-36%, sedangkan menurut Hasan (2000) Clarias batrachus ialah 30% dan Clarias gariepinus 40%. Kebutuhan protein pada ikan pun akan berubah, hal ini dipengaruhi oleh ukuran dan umur ikan, dan meningkat ketika terjadi peningkatan suhu (Halver dan Hardy, 2002). Selain protein, lemak penting untuk diperhatikan dalam penggunaan pakan komersil. Menurut (Halver dan Hardy, 2002) pemberian pakan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan lemak pada hati, hal ini dapat berakibat kurang baik karena menurut (Ghittino, 1978; Spisni et al 1998 dalam Caballero, et al 1999) mengatakan bahwa timbunan lemak pada hati merupakan proses patologis dan menunjukkan kepada degenerasi lemak atau steatosis yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya gangguan hati.

(12)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) yang diberi pakan buatan dengan kualitas pakan yang berbeda.

METODE

Persiapan Pakan Uji

Pakan uji berupa pakan buatan dengan kandungan protein berbeda. Kemudian pakandianalisis proksimat yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1Komposisi pakan uji berdasarkan analisis proksimat dalam bobot kering Komposisi Nutrien

BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen GE : Gross Energy

c/p : kalori/protein

Desain penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu arah dengan metode eksperimental. Perlakuan berupa pemberian pakan uji dengan kadar protein berbeda terhadap ikan lele. Tiap perlakuan dilakukan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas :

Perlakuan A : Pakan buatan dengan kandungan protein 24% Perlakuan B : Pakan buatan dengan kandungan protein 27% Perlakuan C : Pakan buatan dengan kandungan protein 29%

Pemeliharaan Ikan

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan lele yang diperoleh dari pembudidaya ikan di daerah Bogor. Ikan dengan bobot awal 20,3±0,015 g dipelihara dengan kepadatan 10 ekor per akuarium.Wadah yang digunakan adalah 9 buah akuarium berukuran 50x40x35 cm diisi air sebanyak 50 L per akuarium. Setiap akuarium dilengkapi dengan peralatan aerasi dan heater yang diatur pada suhu 28 °C per akuarium. Satu buah tandon berukuran satu ton dipergunakan sebagai wadah penampungan air untuk pergantian air. Sebelum dilakukan pemelihaaan ikan, wadah dibersihkan dan alat pendukung disterilisasi menggunakan klorin 30 ppm serta wadah diperiksa untuk menghindari kebocoran selama pemeliharaan. Persiapan wadah dilakukan selama tujuh hari.

(13)

3 setiap tiga hari sekali. Pengukuran kualitas air berupa suhu dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), kandungan amoniak, nitrit, dan nitrat dilakukan pada hari ke-1, ke-20, dan ke-40. Kondisi media pemeliharaan disajikan pada (Tabel 2).

Tabel 2 Kondisi media pemeliharaan ikan leleyang diberi pakan uji selama 40 hari.

DO : Dissolved Oxygen/Oksigen Terlarut

Parameter Pengamatan

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan selama masa pemeliharaan.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian merupakan persentase pertambahan bobot ikan setiap hari. Laju pertumbuhan harian (α) ikan dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Halver dan Hardy, 2002):

α (%) = x 100

Retensi protein merupakan persentase protein yang meningkat pada organisme per satuan protein yang dikonsumsi (Halver dan Hardy, 2002):

RP (%) =

Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan persentase lemak yang meningkat pada organisme per satuan lemak yang dikonsumsi (Halver dan Hardy, 2002):

RL (%) =

Parameter Nilai Kisaran Referensi

A (24%) B (27%) C (29%)

(14)

4

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah pertambahan bobot per jumlah konsumsi pakan per satuan unit. Perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus berikut :

EP (%) = Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup diukur dari awal hingga akhir pemeliharaan. Perhitungan kelangsungan hidup di akhir pemeliharaan menggunakan rumus berikut:

Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan uji, dan ikan uji. Analisis yang dilakukan meliputi pengukuran kadar protein, lemak, abu, serat kasar, air, dan BETN. Metode Kjehdahl digunakan untuk mengetahui kadar protein dalam pakan uji dan ikan uji. Metode Folch digunakan untuk mengetahui kadar lemak tubuh ikan, sedangkan metode Soxchlet digunakan untuk mengetahui kadar lemak pakan uji. Pengukuran kadar abu dengan metode pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 600 °C. Serat kasar diukur dengan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan dalam tanur pada suhu 600 °C. Kadar air diukur dengan metode pemanasan sampel dalam oven pada suhu 60 °C.

Histologi Hati

Histologi hati dilakukan untuk melihat terjadinya penumpukan lemak dan perbedaan keadaan hepatosit pada setiap perlakuan. Pengambilan sampel hati dilakukan pada akhir penelitian. Hati dimasukkan dalam larutan Bouin. Pembuatan preparat histologi hati dilakukan dengan metode pewarnaan hematoksilin-eosin.. Hasil histologi selanjutnya diamati dengan mikroskop pada pembesaran 1000x (Abidin, 2006).

Analisis Data

(15)

5 retensi lemak, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup. Data histologi hati dan kualitas air dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan bobot rata-rata individu ikan lele selama 40 hari pemeliharaan dengan pemberian pakan uji kadar protein berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 1, pakan uji C (29%) memiliki peningkatan 46,33% bobot rata-rata individu paling tinggi selama pemeliharaan 40 hari dibanding pakan uji lainnya. Setelah 40 hari pemeliharaan, bobot rata-rata ikan lele didapatkan sebesar 31,20±2,10 g (A), 38,68±7,28 g (B), dan 43,86±3,19 g (C).

Gambar 1 Grafik bobot rata-rata individu ikan lele yang diberi pakan uji selama 40 hari

Berdasarkan Tabel 3 jumlah konsumsi pakan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan A, B, dan C (P>0,05) yaitu sebanyak 356,43-389,83g pakan selama 40 hari pemeliharaan. Nilai retensi protein menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan kisaran nilai sebesar 31,34-43,13% (P>0,05).

(16)

50,30-6

59,27% menunjukkan hasil yang lebih tinggi dengan perbedaan hingga 19.8-28.77% dibandingkan perlakuan A sebesar 30,5%.

Kelangsungan hidup yang didapatkan antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) 93,33-100%. Nilai retensi lemak tertinggi didapatkan pada perlakuan Asebesar 56,22% dan berbeda nyata hingga 14.74-21.92% dengan perlakuan lainnya (P<0,05) retensi lemak perlakuan B sebesar 34,30% dan C sebesar 41, 48%.

Tabel 3 Biomassa awal (Bo), biomassa akhir (Bt), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), kelangsungan hidup (KH), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), ikan lele selama pemeliharaan 40 hari

Pengaruh penggunaan pakan uji terhadap status kesehatan ikan lele dilakukan dengan mengamati preparat histologi hati ikan perlakuan pada pembesaran 1000 kali seperti yang ditampilkan pada Gambar 2, 3 dan 4. Preparat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal jumlah sel persatuan luas dan ukuran vakuola yang berbeda pada tiap hepatosit.

Berdasarkan gambar histologi hati yang ditunjukkan oleh tanda panah, menunjukkan bahwa hepatosit pada perlakuan A (24%) dan C (29%) memiliki ukuran vakuola yang lebih besar (tanda panah) dibanding dengan perlakuan B (27%), selain itu perlakuan B (27%) memilki kerapatan yang lebih tinggi dibanding perlakuan A (24%) dan C (29%).

Parameter JKP (g) 356,43±28,95a 345,06±82,69a 389,83±42,96a LPH (%) 1,07±0,16a 1,60±0,46ab 1,94 ± 0,19b

EP (%) 30,5±4,55a 50,30±11,05b 59,27±2,79b KH(%) 100,00±0,00a 93,33±5,77a 93,33±5,77a RP (%) 31,34±3,56a 37,43±9,07a 43,13±4,30a RL (%) 56,22±5,88b 34,30±9,40a 41,48±5,52a

Keterangan: 1. Huruf superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan hasilyang berbeda nyata (P<0,05)

(17)

7

Gambar 2 Histologi hati ikan lele (Clarias sp.) yang diberi perlakuan A (24%) (pembesaran 1000x)

Gambar 3 Histologi hati ikan lele Clarias sp.) yang diberi perlakuan B (27%) (pembesaran 1000x)

(18)

8

Pembahasan

Jumlah konsumsi pakan yang diperoleh menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) hal tersebut menandakan bahwa pakan yang diberikan berkualitas sama dalam hal palatabitas pakan sehingga nafsu makan ikan pada setiap perlakuan tidak berbeda. Pada retensi protein juga menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai retensi protein pada perlakuan A, B dan C 31,34-43,13% (Tabel 3). Hal ini berkaitan dengan pernyataan Webster dan Lim (2002) bahwa nilai retensi protein erat kaitannya juga dengan kualitas sumber bahan baku dalam pembuatan pakan, diduga walaupun kadar proteinnya berbeda namun bahan baku pada ketiga pakan uji berkualitas cukup baik dan relatif sama, selain itu menurut Halver dan Hardy (2002) proporsi total energi yang berasal dari protein pada pembuatan pakan harus diperhatikan baik-baik agar retensi protein menjadi tinggi dan proporsi tinggi dari protein tersebut digunakan untuk mensintesa jaringan daripada protein dikatabolisme untuk mencukupi maintenance energy.

Retensi lemak didapat perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05) pada perlakuan A (24%) yaitu 56,22±5,88 dibandingkan dengan perlakuan B (27%) dan C (29%) 34,30-41,48 dengan presentase kenaikan sebesar 26,21-38,39%. Tingginya lemak yang terdapat pada tubuh diduga karena komponen nutrien lain seperti karbohidrat disintesa oleh tubuh untuk menjadi lemak (Linder, 1992). Namun pada hasil proksimat, pakan uji A (24%) merupakan pakan dengan kandungan lemak terendah dibanding pakan uji lain, hal ini berkaitan dengan pernyataan Halver dan Hardy (2002) yaitu protein sparing effect yang berarti bahwa pemanfaatan karbohidrat dan lemak untuk menjadi energi alternatif pada ikan agar mencukupi kebutuhan energi.

Setelah pemeliharaan ikan lele selama 40 hari, didapat peningkatan biomassa pada tubuh ikan, namun biomassa akhir yang didapat tidak berbeda nyata yaitu 312,01-410,14 g hal ini berkaitan dengan nilai retensi protein yang didapat oleh tiap perlakuan yang juga tidak berbeda nyata sehingga kemampuan ikan untuk mensistesa jaringan pun tidak berbeda. Namun pada perlakuan A (24%) memiliki retensi lemak paling tinggi, diduga ikan merespon pakan dengan menyimpan lemak lebih banyak dari protein, hal ini berkaitan dengan pernyataan Halver dan Hardy (2002) yaitu protein sparing effect dan pada pakan uji A (24%) diduga protein disintesa ikan untuk menjadi maintenance energy dan membuat ikan menumpuk lemak ditubuh lebih banyak.

(19)

9 Efisiensi pakan (EP) tertinggi terdapat pada perlakuan B (27%) dan C (29%) yaitu 50,30-59,27 sedangkan pada perlakuan A (24%) terdapat perbedaan nyata (P<0,05) efisiensi pakannya yaitu 30,05±4,55. Kenaikan presentase EP hingga 39,36-48,54%. Watanabe (1988) mengemukakan bahwa pertumbuhan ikan bersama dengan konversi pakan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas pakan, jumlah pakan yang masuk, dan suhu air. Dengan JKP dan suhu air yang relatif sama pakan B (27%) dan C (29%) lebih baik efisiensinya dibandingkan pakan A (24%). Hal ini diduga karena kandungan nutrien yang terdapat pada pakan B dan C (29%) memenuhi kebutuhan ikan lele untuk tumbuh optimal sehingga pemberian pakan B (27%) dan C (29%) lebih efisien dibandingkan perlakuan dengan kadar protein A (24%).

Tingginya jumlah lemak pada tubuh ikan perlakuan A (24%) dibuktikan dengan banyaknya jumlah vakuola yang terdapat pada Gambar 2 dan retensi lemak pada perlakuan A (24%) yang tinggi, namun hal ini tidak membuat pertumbuhan ikan menjadi optimal karena biomassa ikan tidak tumbuh secara signifikan. Jumlah vakuola yang sedikit pada tiap hepatosit yang terdapat pada perlakuan B (27%) menunjukkan bahwa diduga lemak pada tubuh ikan perlakuan B (27%) lebih banyak digunakan untuk maintenance tubuh sehingga jumlah lemak yang terdapat pada hati dan retensi lemak pun menunjukkan hasil pailng rendah dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan C (29%) luas vakuola lebih besar dibandingkan perlakuan A (24%) namun pada perlakuan C (29%) ikan tumbuh lebih baik dibandingkan perlakuan A (24%) dengan ditunjukkannya performa laju pertumbuhan dan efisiensi yang signifikan dibanding perlakuan A (24%) sehingga diduga protein yang tinggi pada pakan digunakan dengan baik oleh ikan untuk pembentukan jaringan baru. Namun pakan yang diberikan memilki potensi penyakit karena timbunan lemak yang terdapat pada hati, hal ini didukung oleh pernyataan (Ghittino, 1978; Spisni et al 1998) dalam Caballero, et al (1999) bahwa timbunan lemak pada hati merupakan proses patologis dan menunjukkan kepada degenerasi lemak atau steatosis yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya gangguan hati pada metabolisme lemak. Steatosis pada hati merupakan dampak dari berlebihnya asupan lemak yang membuat kemampuan fisiologis dari hati menjadi menurun dan pada akhirnya terjadi penimbunan lemak. Sehingga, pada perlakuan C (29%) walaupun menunjukkan performa pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun perlakuan B (27%) berdasarkan penelitian ini bisa disebut pakan yang lebih aman karena tidak menimbulkan potensi penyakit yang dikarenakan nutrien yang dikandungnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(20)

10 ikan lele (Clarias sp.). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2005. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang.

Jakarta. Agromedia Pustaka.

Caballero, M. J., Lopez-Calero, G., Socorro, J., Roo, F. J., Izquiderdo, M. S., dan Fernandez, A.J. 1999. Combined Effect of Lipid Level and Fish Meal Quality on Liver Histology of Gilthead Seabream (Sparus aurata). Aquaculture 179:277-290.

Food and Agriculture Organization of United Nation. 2015. Nitrification of catfish aquaculture [internet]. [Diacu Juni 6]. Tersedia darihttp://www.fao.org/fishery/ culturedspecies/Clarias_gariepinus/en3.

Halver, JE. dan Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. Third Edition. California USA: Academic Press. 822 pp.

Hasan MR. 2000. Nutrition and Feeding for Sustainable Aquaculture Development in the Third Millenium. [Article]. Technical Proceedings of The Conference on Aquaculture in the Third Millenium, Bangkok, Thailand. Bangkok. 36 pp.

Hermawan, TESA., Agung Sudaryono., Slamet Budi P. 2014. Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih lele (Clarias gariepinus) dalam media bioflok. Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, hal 35-42.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Laporan tahunan direktorat produksi tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Linder MC. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Departemen of Chemistry, California State University, Fullerton. Penerjemah Aminuddin Parakkasi. UI Press. 781 hal.

National Research Council. 1993. Nutrient Requirements of Domestic Animal: Nutrient Requirements of Warmwater Fishes and Shellfishes. Washington: National Academy Press. 102 pp.

Rahman MM, I Varga and SN Chowdury. 1992. Manual of African Magur (Clarias gariepinus) Culture in Bangladesh. FAO Corporate Rerository. Institutional Stenghthening in The Fisheries Sector. Bangladesh.

(21)

11 Standar Nasional Indonesia. 2000. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock). BSN. SNI : 01-6484.3-2000.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat.

Webster CD and Lim, C. 2002. Nutrition Requirement and Feeding Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York, USA.

Wedemeyer GA. 2001. Fish Hatchery Management, 2nd Edition. Bethesda, Maryland. American Fisheries Society.

(22)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Anova dan hasil uji Duncan biomassa awal

Parameter

Awal Between Groups 0,14 2 0,07 1,868 0,234

Within Groups 0,225 6 0,037

Lampiran 2 Anova dan hasil uji Duncan biomassa akhir

Parameter

Akhir Between Groups 14460,484 2 7230,242 1,907 0,229

(23)

13 Lampiran 3 Anova dan hasil uji Duncan jumlah konsumsi pakan

Parameter Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Jkp Between Groups 3248,816 2 1624,408 0,512 0,623

Within Groups 19044,28 6 3174,047

Lampiran 4 Anova dan hasil uji Duncan efisiensi pakan

Parameter

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Ep Between Groups 1294,258 2 647,129 12,884 0,007

Within Groups 301,353 6 50,226

Lampiran 5 Anova dan hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup

Parameter

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Kh Between Groups 88,889 2 44,444 2 0,216

Within Groups 133,333 6 22,222

(24)

14

Lampiran 6 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian

Parameter

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Lph Between Groups 1,135 2 0,567 6,109 0,036

Within Groups 0,557 6 0,093

Lampiran 7 Anova dan hasil uji Duncan retensi protein

Parameter

protein Between Groups 208,466 2 104,233 2,754 0,142

(25)

15

Lampiran 8 Anova dan hasil uji Duncan retensi lemak

Parameter

lemak Between Groups 749,306 2 374,653 7,319 0,025

Within Groups 307,139 6 51,19

Lampiran 9 Data hasil penelitian (Bo, Bt, JKP, EP, LPH, KH, RP, dan RL)

Parameter/ Bo Bt Wo Wt JKP EP LPH RP RL Jumlah

ikan

Perlakuan akhir

A

202,86 298,64 20,29 29,86 323,10 29,64 0,97 31,33 56,61 10

203,14 301,17 20,31 30,12 370,80 26,44 0,99 27,79 50,15 10

203,24 336,20 20,32 33,62 375,40 35,42 1,27 34,91 61,90 10

B

202,90 328,11 20,29 36,46 300,00 51,62 1,48 36,25 32,86 9

202,75 294,93 20,28 32,77 294,70 38,27 1,21 29,01 25,70 9

202,99 468,19 20,30 46,82 440,50 60,20 2,11 47,04 44,34 10

C

203,31 361,96 20,33 40,22 343,70 56,10 1,72 39,45 36,53 9

202,90 461,38 20,29 46,14 428,70 60,29 2,08 47,87 47,44 10

203,33 407,08 20,33 45,23 397,10 61,41 2,02 42,07 40,47 9

Lampiran 10 Prosedur analisa proksimat Kadar Air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

(26)

16

Kadar Protein Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram

dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

3. 10 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu Kjeldahl dan kemudian labu tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400oC selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening. 4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 mL. Kemudian larutan

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 mL. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimsukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 mL H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 mL NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi ditritasi dengan larutan NaOH 0,05 N. 2. Volume hasil titrasi dicatat.

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.

Kadar Protein (%) = 0,007* x (Vb – Vs ) x 6,25 ** x 20 x 100

S

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot sampel (gram)

* =Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC dalam waktu 1 jam. Kemudian didiinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)

(27)

17 3. N-hexan 100-150 mL dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong

terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.

5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol (20xA) , sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum pump.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalamlabu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0,03 N(0,2xC), kemudian dikocok dengan kuat minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1). 5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu

silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform / methanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.

6. Setelah sisa klorofom/methanol dalam labu habis, labu dimasukkan kedalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X2)

Kadar Lemak (%) = Kadar Serat Kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml

3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 mL ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 mL ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secara

berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4 0,3 N, 50 mL air panas, dan 25 mL aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven 105-110oC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

(28)

18

Kadar Abu

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 105-110oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gr (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan

3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600oC, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, pada tanggal 9 Juli 1993, yang dilahirkan dari bapak Edem Sutarman, BE. dan ibu Heni Sri Heningsih. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Insan Kamil 1999, SDN Sindang Barang 2 1999-2005, SMPN 4 Bogor 2008, dan SMA Kornita 2011. Tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis dan diterima di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan penulis telah mengikuti Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) tahun 2011, Masa Perkenalan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (OMBAK) tahun 2012. Penulis juga aktif dalam kepengurusan aktif dalam kepengurusan BEM-C sebagai anggota divisi PSDM 2012-2013, dan kepengurusan HIMAKUA sebagai Kepala Divisi PBOS (Pengembangan Bakat Olahraga dan Seni) 2013-2014.

Gambar

Gambar 1 Grafik bobot rata-rata individu ikan lele yang diberi pakan uji
Tabel 3 Biomassa awal (Bo), biomassa akhir (Bt), jumlah konsumsi pakan (JKP),
Gambar 2 Histologi hati ikan lele (Clarias sp.) yang diberi perlakuan A (24%)

Referensi

Dokumen terkait

2.9.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Efisiensi Pasar Mata Uang Kripto Menurut Greene dan McDowall (2018), likuiditas merupakan probabilitas dari suatu aset yang dapat

Hal ini selaras dengan hasil komparasi metode EDXRF dengan metode AAS yang memberikan kesesuaian hasil analisis, sehingga menunjukkan bahwa metode analisis

Untuk itu, waktu solat di kawasan tersebut ialah pada jam 4:15 pagi bagi waktu Subuh, 12:16 tengah hari bagi waktu Zuhur, 3:38 petang bagi waktu Asar, 6:54 petang bagi waktu

1) Dalam hal disuatu daerah tidak terdapat pemborong pekerjaan berbadan hukum, atau terdapat pemborong pekerjaan berbadan hukum tetapi tidak memenuhi kualifikasi yang

Setelah merumuskan segemen – segmen pasar smartphone xiaomi, kami menganalisa target pasar yang akan dituju oleh perusahaan xiaomi dengan produk smartphonenya adalah yaitu segmen

Alhamdulillah, itulah kata yang tepat terucapkan karena dengan segenap ihktiar dan tawakal yang maksimal akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Peran

13 Dapatdiketahui bahwa peranan guru dalam membina perilaku siswa bermasalah sebagai pengawas sudah dilaksanakan dengan baikyaitu memberikan nasehat dan peringatan