• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN SIDAT

Anguilla bicolor

bicolor

STADIA

YELLOW EEL

YANG DIBERI PAKAN PASTA

DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA

AMALIA SAFITRI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

AMALIA SAFITRI. Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor

Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan RIDWAN AFFANDI.

Pakan merupakan salah satu faktor utama yang berperan dalam menunjang pertumbuhan ikan sidat. Selain dibutuhkan kandungan protein pakan yang tergolong tinggi (45-55%) pada pakan ikan sidat, sumber protein bahan baku pakan juga sangat menentukan kualitas pakan sidat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan baku sumber protein yang paling baik untuk kinerja pertumbuhan optimal ikan sidat stadia yellow eel yang dipelihara menggunakan pakan bentuk pasta. Percobaan dilakukan menggunakan delapan akuarium berukuran 90x50x40 cm3 dengan volume air 120 liter/akuarium. Ikan sidat yang digunakan adalah stadia yellow eel dengan bobot 111,25 ± 0,95 gram. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan pakan yaitu pakan komersial, perlakuan pakan dengan sumber protein utama tepung rebon, tepung ikan impor, dan kombinasi antara tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan dengan sumber utama protein dari tepung ikan impor adalah perlakuan terbaik. Nilai sintasan untuk semua perlakuan adalah 100%, dan nilai konversi pakan sebesar 3,00; 3,01; 2,96; dan 3,24. Laju pertumbuhan harian tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan nilai masing-masing perlakuan yaitu 0,68 ± 0,18%; 0,46 ± 0,06%; 0,58 ± 0,10%, dan 0,31 ± 0,07%. Nilai retensi protein dan retensi lemak pada perlakuan terbaik berturut-turut adalah 22,30% dan 603,82%.

(5)

ABSTRACT

AMALIA SAFITRI. Growth Performance of Eel Anguilla bicolor bicolor in Yellow Eel Stage Fed with Pasta Feed using Different Protein Sources. Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and RIDWAN AFFANDI.

Feed is one of main factor which play role to increase growth performance of eels. Besides the high feed protein (40-50%) needed from the contain of eel’s feed, source of raw material protein is determine the eel’s feed quality. The purpose of this study is to get out the best raw material of protein source for an optimal growth performance of yellow eels with moist feed. This study was performed in eight aquariums which have measurement of 90x50x40 cm3 in 120 liters/aquarium of water. Eels at yellow eel stage in 111,25 ± 0,95 gram of body weight were used. There are four treatments in this study consisted of commercial feed, feed with baby shrimp meal as main protein source, imported fish meal, and combination from local fish meal, baby shrimp meal, and imported fish. The result showed that the feed with imported fish meal is the best treatment. Survival rate of all treatments were 100% and the feed conversion rate are 3,00; 3,01; 2,96; and 3,24. There’s no significant difference in daily growth of all treatments where the value are 0,68 ± 0,18%; 0,46 ± 0,06%; 0,58 ± 0,10%, and 0,31 ± 0,07%. Protein and lipid retention rate of the best treatment are 22,30% and 603,82% respectively.

(6)
(7)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN SIDAT

Anguilla bicolor

bicolor

STADIA

YELLOW EEL

YANG DIBERI PAKAN PASTA

DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA

AMALIA SAFITRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda

Nama : Amalia Safitri NIM : C14100011

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo M Si Pembimbing I

Dr Ir Ridwan Affandi DEA Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda M Sc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2013 ini ialah pakan ikan sidat, dengan judul Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel yang Diberi Pakan Pasta dengan Sumber Protein Berbeda.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Ayahanda Agus, Ibunda Maemuroh, Adik Muhammad Munajat dan Kamil Ade Marsyad atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo M Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr Ir Ridwan Affandi DEA selaku pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir Tatag Budiardi M Si, Ibu Hangesti, pegawai di CV Widya Mandiri, Bapak Wasjan dan Mba Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kang Yosi di Pabrik pakan BDP, dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian.

4. Retno Cahya Mukti, Eko Harianto, Sufaldiansyah, Cyntia Agustin, Elvani Nur Ilmiah, Sahesti Fitria, Abdul Aziz, dan Mochammad Alfiyansyah yang telah memberikan banyak bantuan dan kerja sama.

5. Beasiswa Bidik Misi, keluarga besar Senior Resident Asrama TPB IPB, keluarga besar laboratorium nurisi ikan, teman-teman BDP angkatan 47, serta pihak lain atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis serta bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah dan Pendekatan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Lokasi Penelitian . ... 2

Rancangan Penelitian ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

Parameter Penelitian ... 5

Analisis Data ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Hasil ... 7

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

Kesimpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Target kandungan kimiawi pakan percobaan ... 4

2 Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap . ... 6

3 Tingkat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein, retensi lemak, dan total skoring selama percobaan ... 7

4 Nilai fisika-kimia air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor ... 9

DAFTAR GAMBAR

1 Bobot rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada masing-masing perlakuan ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (dalam bobot kering) ... 15

2 Hasil analisis proksimat pakan dan tubuh ikan awal (dalam bobot kering)... 15

3 Hasil analisis proksimat tubuh ikan akhir (dalam bobot kering) ... 15

4 Bobot rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor ... 16

5 Hasil pengukuran fisika-kimia air ... 16

6 Anova hasil uji tingkat konsumsi pakan (TKP) ... 17

7 Anova hasil uji bobot rata-rata per sampling ... 17

8 Anova hasil uji konversi pakan (KP) ... 17

9 Anova hasil uji laju pertumbuhan harian (LPH) ... 17

10 Prosedur analisis proksimat ... 19

11 Hasil skoring parameter uji ... 20

12 Skor masing-masing parameter uji ... 21

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi serta merupakan komoditas ekspor dari sektor perikanan. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya ikan sidat karena memiliki ketersediaan benih di alam, kondisi geografi, serta iklim yang sesuai dengan habitat aslinya (Purwanto 2007). Salah satu kendala dalam pengembangan usaha budidaya sidat adalah laju pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu sekitar 120 gram/ekor adalah 8-9 bulan (Yudiarto et al. 2012). Data menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan ekspor sidat dari 2.300 ton pada tahun 2010 menjadi 1.400 ton (menurun 39,1%) pada tahun 2011 (KKP 2014).

Pakan merupakan faktor utama yang berperan dalam menunjang pertumbuhan ikan sidat. Pakan yang berkualitas akan mampu menstimulasi pertumbuhan ikan sidat dengan baik. Kualitas pakan ditentukan antara lain oleh komposisi protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang terkandung di dalamnya. Pakan yang berkualitas akan memberikan efek pertumbuhan yang baik apabila memiliki komposisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan memiliki tingkat kecernaaan yang tinggi. Protein merupakan nutrien yang paling penting untuk pertumbuhan ikan karena berfungsi sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh serta penyusun tubuh terbesar dari daging yaitu sekitar 65-75% (Halver 1989).

Kebutuhan protein bagi ikan dapat diperoleh dari bahan baku nabati dan hewani. Protein hewani sangat tepat digunakan sebagai bahan baku pakan utama ikan sidat, karena ikan sidat bersifat karnivora. Selain itu, protein hewani memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena kandungan asam aminonya lebih lengkap. Umumnya yang digunakan sebagai sumber protein hewani adalah tepung ikan, tepung darah, dan lain-lain (Afrianto dan Liviawaty 2005). Bahan baku sumber protein pakan terbaik perlu diketahui sebagai langkah awal dalam membuat pakan ikan sidat. Tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal merupakan sumber protein hewani yang memiliki potensi tinggi untuk pembuatan pakan ikan sidat karena kandungan proteinnya yang tinggi.

(14)

2

Perumusan Masalah dan Pendekatan Masalah

Ikan sidat merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia. Sejak peristiwa ledakan nuklir di Jepang pada tahun 2011, produksi sidat di Jepang mengalami penurunan karena konsumen khawatir akan cemaran merkuri pada sidat di Jepang. Hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor ikan sidat karena konsumen di Jepang mulai beralih ke sidat spesies lain yang berada di Indonesia. Namun masih terdapat kendala dalam kegiatan budidaya sidat di Indonesia, yakni jumlah pembudidayanya yang masih sedikit karena masyarakat belum tertarik untuk mengembangkan budidaya ikan sidat akibat pertumbuhan ikan sidat yang lambat sehingga konversi pakannya tinggi. Permasalahan tersebut menyebabkan budidaya sidat di Indonesia belum mencapai skala industri, hal ini yang menyebabkan Indonesia masih belum dapat meningkatkan volume ekspor ikan sidat.

Sebagai ikan karnivor, ikan sidat membutuhkan protein yang tinggi di dalam pakannya. Kebutuhan protein untuk ikan sidat adalah 45-55% dari pakan yang diberikan. Kebutuhan protein yang tinggi tersebut berdampak pada tingginya harga pakan. Saat ini, budidaya sidat di Indonesia masih menggunakan pakan untuk jenis ikan lain yang setara kadar proteinnya. Hal tersebut tidak menjamin pertumbuhan yang optimal bagi ikan sidat, karena komposisi dan kandungan asam amino pada pakan berbeda walaupun setara kadar proteinnya. Pertumbuhan yang belum optimal dapat disebabkan oleh sumber protein pakan yang belum sesuai untuk ikan sidat. Upaya pencarian sumber protein pakan perlu dilakukan. Penggunaan sumber protein pakan berupa tepung rebon, tepung ikan impor, serta kombinasi antara tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal dalam pembuatan pakan berbentuk pasta perlu dilakukan sehingga dapat mengefisiensikan biaya pakan serta meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan baku sumber protein yang paling baik untuk kinerja pertumbuhan optimal ikan sidat stadia yellow eel

yang dipelihara menggunakan pakan bentuk pasta. Hipotesis

Penggunaan sumber protein yang tepat akan meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel menggunakan pakan pasta.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

(15)

3

dan akhir dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sedangkan analisis fisika-kimia air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian

Rancangan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi:

Perlakuan A : Pakan komersial dengan merek KRA

Perlakuan B : Pakan dengan sumber protein utama tepung rebon Perlakuan C : Pakan dengan sumber protein utama tepung ikan impor

Perlakuan D : Pakan dengan sumber protein kombinasi antara tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal (1:1:1)

Rancangan acak lengkap digunakan karena kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen. Model yang digunakan dalam rancangan tersebut adalah model linier aditif (Mattjik dan Sumertajaya 2000). Model yang digunakan dalam rancangan dituliskan sebagai berikut:

Model linier : Yij= μ + τi + εij

Keterangan:

i : ulangan 1, 2

Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ : rataan umum

τi : pengaruh perlakuan ke-i

εij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

(16)

4

dilakukan pembersihan dan pembuatan filter untuk tandon penampungan air. Air dari tandon akan dialirkan ke akuarium pemeliharaan dengan bantuan pompa.

Persiapan Media

Setelah akuarium siap digunakan, air diisi sampai ketinggian 30 cm sehingga volume air media pemeliharaan mencapai 120 liter. Kemudian dilakukan pengendapan air selama tiga hari dalam kondisi aerasi aktif. Sistem resirkulasi yang telah selesai disusun kemudian dijalankan pada saat air telah diisi. Setelah pengendapan air, dilakukan preparasi media melalui penambahan garam dengan dosis 2 g/liter.

Pembuatan Pakan

Pakan uji yang digunakan pada penelitian ini berupa pakan pasta. Sebelum pakan uji dibuat, dilakukan analisis proksimat terlebih dahulu terhadap bahan pakan komersial yang akan digunakan (Lampiran 1). Hasil analisis proksimat tersebut dijadikan acuan untuk menentukan formulasi pakan yang akan digunakan untuk penelitian ini. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan uji meliputi tepung ikan lokal, tepung ikan impor, tepung rebon, minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, premix, CMC, tepung cumi, tepung bungkil kedelai, dan tepung terigu. Bahan baku sumber protein utama untuk perlakuan B adalah tepung rebon, perlakuan C adalah tepung ikan impor, perlakuan D adalah kombinasi sumber protein (tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal), dan perlakuan A yang menggunakan pakan komersial merek KRA. Pakan dibuat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, lalu dibentuk pasta setiap akan diberikan ke ikan. Pakan yang telah dibuat kemudian dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutriennya. Target kandungan kimiawi pakan disajikan pada Tabel 1.

(17)

5

perjalanan sekitar dua jam. Setelah hewan uji tiba di lokasi penelitian, dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan kondisi air yang baru sebelum dilakukan penebaran ke setiap akuarium percobaan.

Pemeliharaan Penebaran Hewan Uji

Ikan uji dibagi ke dalam empat perlakuan dengan masing-masing dua kali ulangan. Jumlah ikan yang ditebar sebanyak lima ekor ikan per akuarium dengan bobot awal rata-rata sebesar 111,25 ± 0,95 gram. Penebaran ikan uji dilakukan pada waktu sore hari. Penempatan akuarium dilakukan secara acak.

Manajemen Pemberian Pakan

Pakan yang digunakan berupa pasta. Pemberian pakan dilakukan dengan metode ad satiation. Frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali dengan waktu pemberian sekitar pukul 06.00, 11.00, 15.00 dan 21.00 WIB.

Manajemen Pengaturan Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengoperasian sistem resirkulasi serta penyifonan setiap 30 menit sebelum pemberian pakan. Selain itu, dilakukan pergantian air sebesar 20% sebanyak dua kali sehari yakni pada pagi dan sore hari (masing-masing 10%).

Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 40 hari. Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali dengan pencatatan jumlah ikan dan penimbangan biomassa ikan pada masing-masing perlakuan. Sampel ikan pada awal dan akhir penelitian dilakukan analisis kadar air, protein, dan kadar lemak dari tubuh ikan. Data fisika-kimia air pemeliharaan diperoleh dengan pengukuran suhu dan pH setiap pagi dan sore hari serta pengukuran parameter lainnya pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan ikan uji (DO, alkalinitas, dan TAN). Perhitungan tingkat konsumsi pakan serta tingkat kelangsungan hidup dilakukan setelah pemeliharaan ikan berakhir.

Parameter Penelitian

Parameter utama yang diamati selama penelitian meliputi tingkat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL). Kelangsungan Hidup

(18)

6

Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan jumlah hari pemeliharaan ikan uji. Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus Huissman (1987).

Konversi Pakan

Konversi pakan (KP) merupakan sejumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan. Konversi pakan (KP) dihitung berdasarkan rumus Takeuchi (1988).

Tingkat Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi pakan (TKP) ikan uji diukur dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian. Rumus dari tingkat konsumsi pakan adalah sebagai berikut:

TKP (gram pakan/gram ikan/hari) = �� ℎ � � (�)

� � � �ℎ � � � � ℎ (ℎ �)

Retensi Protein

Retensi protein merupakan persentase protein yang dikonsumsi dan dapat disimpan di dalam tubuh ikan. Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988).

Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan persentase lemak yang dikonsumsi dan dapat disimpan di dalam tubuh ikan. Nilai retensi lemak dapat dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988).

Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan tujuan. Parameter tingkat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), dan bobot rata-rata dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% dari program SAS 9.1.3. Analisis data disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam atau yang lebih dikenal dengan sebutan tabel anova (Tabel 2).

Tabel 2 Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap Sumber

Keragaman Db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F-hitung F-tabel Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG Fα(dbP, dbG) Galat t (nr-1) JKG KTG

Total tr-1 JKT

(19)

7

Uji pengaruh diperoleh dengan membandingkan nilai hitung dan F-tabel, jika F-hitung > F-tabel maka kesimpulannnya adalah tolak H0. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa faktor berpengaruh nyata terhadap respon. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000), jika dalam kesimpulan uji pengaruh yang diambil H0 ditolak atau H1 diterima, maka selanjutnya dilakukan uji

pembandingan berganda (uji lanjut) untuk menentukan perlakuan yang menyebabkan H0 ditolak. Uji lanjut yang digunakan yaitu Duncan Multiple Range Test (DMRT) atau uji perbandingan berganda Duncan.

Penarikan kesimpulan akhir dilakukan dengan metode skoring parameter, dengan memberikan bobot untuk setiap parameter serta skor untuk setiap perlakuan. Hasil skoring diperoleh dengan mengalikan bobot dan skor untuk setiap parameter pada masing-masing perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data hasil penelitian berupa tingkat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (JKP), retensi protein, dan retensi lemak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor selama pemeliharaan serta total skoring disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (JKP), retensi protein, retensi lemak, dan total skoring selama percobaan

Parameter

LPH (%) 0,681±0,184a 0,458±0,056a 0,575±0,104a 0,313±0,074a KP 3,00±0,56 a 3,01±0,00 a 2,96±0,54 a 3,24±0,00 a TKP (g

pakan/g ikan/hari)

0,0230±0,0018a 0,0159±0,0005a 0,0151±0,0017a 0,0164±0,0009a

R.Protein (%) 12,09 17,50 22,30 17,01

R. Lemak (%) 299,11 647,07 603,82 537,80

Total skoring 387,5 317,5 435,0 227,5

Keterangan : Huruf superskrip yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

(20)

8

berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 8). Tingkat konsumsi pakan (TKP) ikan sidat memiliki nilai yang berbeda-beda untuk masing-masing perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan karena menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 6). Retensi protein ikan sidat menunjukkan nilai yang berbeda-beda untuk masing-masing perlakuan. Retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu pakan dengan sumber protein utama tepung ikan impor, dengan nilai retensi 22,30%. Nilai retensi lemak ikan sidat selama pemeliharaan berbeda-beda untuk masing-masing perlakuan. Retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu pakan dengan sumber protein utama tepung rebon, dengan nilai sebesar 647,07 %.

Bobot rata-rata ikan sidat selama pemeliharaan mengalami kenaikan untuk masing-masing perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan bobot rata-rata ikan (P>0,05) (Lampiran 7).

Gambar 1 Bobot rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada masing-masing perlakuan

Keterangan : ♦ = komersial (A), ■ = tepung rebon (B), ▲= tepung ikan impor (C), x = kombinasi sumber protein (D)

Secara deskriptif, kenaikan bobot tertinggi berada pada perlakuan A (komersial) kemudian disusul oleh perlakuan C (pakan dengan sumber protein utama tepung ikan impor). Nilai bobot rata-rata perlakuan C pada akhir pemeliharaan tidak berbeda jauh dengan perlakuan A. Sedangkan perlakuan D memiliki nilai kenaikan bobot rata-rata yang paling rendah.

(21)

9

Berdasarkan data pada Tabel 4, diketahui bahwa nilai fisika-kimia air pada media pemeliharaan berada dalam kisaran optimum untuk semua parameter. Tidak terdapat nilai yang berada di bawah atau pun di atas kisaran optimum untuk pemeliharaan ikan sidat.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pada Tabel 3, nilai tingkat kelangsungan hidup (KH) ikan sidat untuk masing-masing perlakuan adalah 100%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Altun (2005) tentang pakan alternatif sidat eropa Anguilla anguilla stadia yellow eel yang menghasilkan nilai KH terbaik sebesar 92,80%. Kelangsungan hidup yang tinggi pada semua perlakuan disebabkan karena lingkungan budidaya yang berada pada kondisi baik. Kualitas air pemeliharaan juga merupakan salah satu faktor utama yang mendukung tingkat kelangsungan hidup ikan sidat. Treatment air pemeliharaan dilakukan baik sebelum atau selama masa pemeliharaan. Sebelum pemeliharaan, air diberikan garam sebanyak 2 g/L untuk preparasi media. Selain itu, diberikan methilen blue

pada awal pemeliharaan dengan tujuan untuk mencegah masuknya penyakit pada media air. Selain itu, sistem resirkulasi dioperasikan selama pemeliharaan untuk mengurangi akumulasi amonia pada media.

Keberhasilan pemberian treatment air tersebut dapat diketahui dengan hasil pengukuran nilai fisika-kimia air selama pemeliharaan. Hasil pengukuran pH harian yaitu berada pada kisaran 6,5 – 7,9. Menurut Ritonga (2014), pH optimal untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 6,0 – 8,0. Tingkat kelangsungan hidup yang tinggi juga tidak terlepas dari pengaruh alkalinitas. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam. Alkalinitas berperan sebagai sistem penyangga perairan terhadap pH yang drastis, koagulasi kimia, serta pelunakan air (Effendi 2003). Alkalinitas total selama pemeliharaan ikan sidat berada pada kisaran 48 – 168 mg/L. Menurut Boyd (1988), nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/L CaCO3. Berdasarkan literatur tersebut,

(22)

10

Amonia merupakan salah satu parameter kualitas air utama yang menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan sidat. Amonia merupakan senyawa yang sangat beracun bagi ikan karena memiliki kemampuan untuk merusak jaringan ikan jika kadarnya di perairan melebihi batas toleransi ikan. Nilai amonia selama pemeliharaan berada pada kisaran 0,00008 – 0,00843 mg/L. Nilai tersebut masih berada dalam kisaran optimum untuk pemeliharaan ikan sidat, karena kisaran normal amonia untuk pemeliharaan sidat adalah <0.1 mg/L (Yamagata dan Niwa 1982). Suhu dan pH merupakan faktor yang menentukan kandungan amonia di perairan. Semakin tinggi nilai pH dan suhu, nilai amonia juga semakin tinggi. Jika konsentrasi amonia di perairan terlalu tinggi, ekskresi amonia oleh ikan akan mengalami penurunan (terhambat) sehingga amonia terakumulasi di dalam darah dan insang. Akumulasi amonia dalam darah dapat menyebabkan kemampuan darah dalam mentransportasikan oksigen berkurang (Boyd 1988). Secara keseluruhan, parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan berada dalam kisaran optimum untuk kehidupan ikan sidat. Jika kualitas air optimum dan sistem imun ikan baik, patogen tidak akan mampu menyerang tubuh ikan sehingga selama pemeliharaan tidak ditemukan gejala penyakit pada ikan. Oleh karena itu, tingkat kelangsungan hidup untuk semua perlakuan adalah 100%.

Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai LPH untuk perlakuan A, B, dan C lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Altun (2005) yang menghasilkan nilai LPH tertinggi sebesar 0,33% pada perlakuan pakan alternatif untuk sidat eropa stadia yellow eel. LPH yang tinggi tersebut diduga karena pakan perlakuan berasal dari bahan baku (sumber pakan) yang kualitasnya baik sehingga komposisi kimiawinya sesuai dengan kebutuhan tubuh ikan sidat. Sumber utama pakan perlakuan yang digunakan merupakan bahan baku yang mengandung protein tinggi serta termasuk sumber protein hewani. Bahan baku pakan perlakuan diduga lebih baik dari segi fisik dan kimia jika dibandingkan dengan Altun (2005) yang menggunakan campuran limbah pemotongan hewan dan pakan buatan untuk ikan trout sebagai sumber pakannya. Nilai LPH berbanding lurus dengan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selama pemeliharaan (Gambar 1). Kedua hasil tersebut berbanding lurus dengan nilai tingkat konsumsi pakan (TKP). Nilai TKP perlakuan A yang lebih tinggi diduga karena pakan komersial mengandung atraktan yang lebih baik dibandingkan dengan atraktan yang terdapat pada pakan formulasi (perlakuan B, C, dan D), sehingga palatabilitas pakan komersial lebih tinggi. Dugaan tersebut didukung oleh pendapat Halver (1989) bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas pakan yang diberikan. Palatabilitas (respon terhadap pakan) dipengaruhi oleh kondisi pakan yang meliputi warna, rasa, bentuk, ukuran, tekstur, dan aroma (Inara 2011).

(23)

11

suhu 12ºC ikan sidat menjadi tidak aktif dan tidak tertarik untuk mengambil makanan sehingga pertumbuhan menjadi minimal (Deelder 1984 dalam Herianti 2005). Oksigen terlarut selama pemeliharaan berada pada kisaran 3,8 – 7,6 mg/L. Berdasarkan penelitian Herianti (2005), ikan sidat masih mampu menjalankan fungsi metabolik secara normal dengan nilai oksigen terlarut paling rendah sebesar 2,0 mg/L. Menurut Huet (1975), oksigen minimal yang dibutuhkan oleh ikan sidat sekitar 3,0 mg/L. Jika kurang dari itu dan suhu antara 20ºC – 23ºC akan mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan menurun. Jadi nilai oksigen terlarut pada penelitian ini masih berada di dalam kisaran optimum.

Konversi pakan (KP) merupakan parameter utama yang dilihat dalam penelitian ini. KP merupakan gambaran tingkat efisiensi ikan dalam memanfaatkan makanan yang dikonsumsi (Sutrisno 2008). KP memiliki nilai yang tidak jauh berbeda untuk masing-masing perlakuan. Nilai KP hasil penelitian (Tabel 3) masih lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian Altun (2005) yang bernilai 3,76 untuk sidat eropa stadia yellow eel yang diberi pakan alternatif dengan bahan baku yang berasal dari limbah pemotongan hewan. Semakin rendah nilai KP menunjukkan bahwa semakin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan. Rendahnya KP pada perlakuan C (sumber protein tepung ikan impor) didukung oleh nilai retensi protein yang paling tinggi serta retensi lemak tertinggi kedua.

(24)

12

Retensi lemak merupakan persentase lemak yang dikonsumsi ikan selama masa pemeliharaan dan dapat disimpan oleh tubuh ikan (Halver dan Hardy 2002). Nilai retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 647,07% dan tidak jauh berbeda dengan perlakuan C yaitu 603,82%. Tingginya nilai retensi lemak pada perlakuan B menunjukkan bahwa kandungan lemak yang disimpan di dalam tubuh ikan tinggi. Retensi lemak pada semua perlakuan memiliki nilai di atas 100%. Nilai yang melebihi 100% tersebut diduga disebabkan kandungan asam lemak yang tinggi pada pakan formulasi. Nilai yang tinggi juga diduga disebabkan lemak yang diretensi tubuh bukan hanya berasal dari lemak pakan yang dikonversi menjadi lemak tubuh ikan uji, namun dapat berasal dari biokonversi komponen lain yakni protein non esensial dan karbohidrat. Karbohidrat merupakan komponen utama yang dapat terkonversi menjadi lemak, karena memiliki gugus yang sama dengan gugus lemak yaitu CHO. Lemak umumnya digunakan untuk pembentukan berbagai penyusun membran sel serta sebagai pelarut vitamin (NRC 1993). Khusus untuk ikan sidat stadia yellow eel, retensi lemak tubuh yang tinggi diduga merupakan salah satu strategi dalam mempersiapkan untuk keperluan ruaya dan reproduksi. Selain itu, retensi lemak yang tinggi diduga sebagai cadangan energi untuk biotransformasi dalam pembentukan dan perkembangan gonad. Nilai retensi lemak terendah terdapat pada perlakuan A , yakni sebesar 299,11%. Nilai retensi lemak perlakuan A tidak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakan (TKP) yang tinggi. Relasi yang negatif tersebut diduga disebabkan oleh penggunaan lemak yang tinggi sebagai cadangan energi untuk proses metabolisme serta proses fisiologis lainnya.

Berdasarkan keseluruhan parameter yang diamati, dilakukan skoring untuk menentukan perlakuan terbaik. Hasil skoring menunjukkan bahwa perlakuan C (sumber protein utama tepung ikan impor) merupakan perlakuan terbaik. Tepung ikan impor dapat menjadi alternatif sumber protein pakan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel. Perlakuan C memiliki nilai retensi protein tertinggi dan retensi lemak tertinggi kedua, sedangkan perlakuan A memiliki nilai retensi protein dan retensi lemak terendah. Padahal tingkat konsumsi pakan perlakuan A lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat konsumsi pakan yang tinggi tidak menjamin penyerapan pakan tersebut juga tinggi. Tingginya konsumsi pakan mengindikasikan semakin banyak protein pakan yang dikonsumsi sehingga menyebabkan kelebihan protein dalam tubuh. Kelebihan protein ini diduga memacu sistem metabolisme ikan sidat untuk mensintesa protein dalam tubuh menjadi amonia (proses katabolisme). Semakin banyak protein yang disintesa oleh tubuh maka semakin banyak energi yang digunakan. Hal ini menyebabkan protein yang seharusnya tersimpan akan lebih banyak dikonversi menjadi energi untuk pembentukan amonia (Yudiarto et al. 2012). Menurut Lan dan Pan (1993) dalam

(25)

13

KESIMPULAN DAN

SARAN

Kesimpulan

Pakan dengan bahan baku sumber protein utama tepung ikan impor pada penelitian ini memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor stadia yellow eel. Nilai sintasan untuk semua perlakuan adalah 100%, dan nilai konversi pakan sebesar 3,00; 3,01; 2,96; dan 3,24. Laju pertumbuhan harian tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan nilai masing-masing perlakuan yaitu 0,68 ± 0,18%; 0,46 ± 0,06%; 0,58 ± 0,10%, dan 0,31 ± 0,07%. Nilai retensi protein dan retensi lemak pada perlakuan terbaik berturut-turut adalah 22,30% dan 603,82%.

Saran

Penggunaan tepung ikan impor perlu diminimalisasi dengan membuat pakan formulasi menggunakan kombinasi berbagai bahan baku alternatif. Selain itu, perlu dicari tepung ikan lokal yang memiliki kandungan protein yang setara dengan tepung ikan impor sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein utama untuk pakan ikan sidat.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 148 hlm. Altun T, Nazmi T, Erdal N, Yusuf S. 2005. Some growth parameters on european

eel (Anguilla Anguilla L., 1758) fed with different feeds. J. Fish & Aqua Scie. Vol. 22 (1-2): 215-219.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing. Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p. Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Ransum Ikan.

Yogyakarta (ID): Kanisius. 56 hlm.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 hlm.

Halver JE. 1989. Fish Nutrition. Second edition. New York (US): Academic Press Inc. 789 p.

Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. Third edition. New York (US): Academy Press Inc. 824 p.

Handoyo B. 2012. Respon benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(26)

14

Herianti I. 2005. Rekayasa lingkungan untuk memacu perkembangan ovarium ikan sidat (Anguilla bicolor). J Oseanol Limnol Indones. No. 37: 25-41. Huet M. 1975. Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England

(GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.

Huissman EA. 1987. Principle of fish production. Departement of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural University, The Netherlands. p 57-122.

Inara C. 2011. Kajian tepung bungkil karet (TBBK) Hevea brasiliensis sebagai bahan baku pakan benih ikan mas Cyprinus carpio Linn [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Statistik perikanan budidaya kolam [Internet]. [diunduh 2014 Mar 25]. Terseda pada http://sidatik.kkp.go.id Kurniawan A. 2013. Palatabilitas dan pertumbuhan sidat Anguilla marmorata

dengan pemberian atraktan tepung cumi 2%, tepung udang rebon 2% serta kombinasi keduanya masing-masing 1% [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB-Press. 275 hlm. National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington D.C

(US): National Academic Press. 115 p.

Purwanto J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan padat tebar yang berbeda. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Bul Tek Lit Akuakultur. Vol 6(2).

Ritonga T. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood

Limited.

Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas air dan jenis pakan alami yang tepat dalam pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor). J Akua Indones. 7(1): 71-77.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Fish. Training Center. p 179-229.

Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel

Anguilla japonica. Bull Jap Soc Sci Fish. 48 (2): 171-176.

Yudiarto S, Arief M, Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. JIPK. 4 (2): 135-140. Zonneveld N, Huisman LA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.

(27)

15

Lampiran 3 Hasil analisis proksimat tubuh ikan akhir (dalam bobot kering)

(28)

16

Lampiran 4 Bobot rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor

Perlakuan

Lampiran 5 Hasil pengukuran fisika-kimia air

DO (mg/L) TAN (mg/L)

Perlakuan Pengukuran ke- Perlakuan Pengukuran ke-

1 2 3 1 2 3

Perlakuan Pengukuran ke- Perlakuan Pengukuran ke-

(29)

17

Lampiran 6 Anova hasil uji tingkat konsumsi pakan (TKP)

Sumber Keragaman Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hit P-Value

Model 3 0,00008138 0,00002713 14,35 0,0132

Perlakuan 3 0,00008138 0,00002713 14,35 0,0132 Galat (Perlakuan) 4 0,00000756 0,00000189

Total Terkoreksi 7 0,00008894

Lampiran 7 Anova hasil uji bobot rata-rata per sampling Sumber

Perlakuan 3 418,2744000 139,4248000 2,89 0,1662 Galat (Perlakuan) 4 193,2770000 48,3192500

Total Terkoreksi 7 611,5514000

Lampiran 8 Anova hasil uji konversi pakan (KP)

Sumber Keragaman Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hit P-Value

Model 3 0,02440000 0,00813333 0,09 0,9606

Perlakuan 3 0,02440000 0,00813333 0,09 0,9606 Galat (Perlakuan) 4 0,35380000 0,08845000

Total Terkoreksi 7 0,37820000

Lampiran 9 Anova hasil uji laju pertumbuhan harian (LPH)

Sumber Keragaman Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hit P-Value

Model 3 0,14961352 0,04987117 3,75 0,1172

Perlakuan 3 0,14961352 0,04987117 3,75 0,1172 Galat (Perlakuan) 4 0,05322898 0,01330724

Total Terkoreksi 7 0,20284250

Lampiran 10 Prosedur analisis proksimat

A. Kadar protein Tahap oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1,5

(30)

18

3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu

tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/ digestion pada suhu 400ºC selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening.

4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi. Tahap destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu. sebelumnya labu diisi

setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N 2. Volume hasil titrasi dicatat

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko

Kadar Protein (%) = 0,0007∗� � −� � 6,25∗∗� 20

* = Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

B. Kadar lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110 ºC dalam waktu 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1).

2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A). dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.

3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath

(31)

19

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit. kemudian didinginkan dalam desikatot selama 30 menit dan ditimbang (X2). Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol(20xA). sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum pump.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2xC). kemudian dikocok dengan kkuat minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110 ºC selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1). 5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring kedalam labu

silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform / methanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacum pump.

6. Stelah sisa kloroform/methanol dalam labu habis. labu dimasukkan kedalam oven selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian di timbang (X2).

Kadar Lemak (%) = �2−�1

� x 100 C. Kadar air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1) 2. Bahan ditimbang 2-3 gram.

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110 ºC selama 4-6 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Air (%) = �1+� −�2 � x 100

D. Kadar abu

1. Cawan dan bahan dipanaskan dlama oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan dtimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 ºC sampai menjadi abu kemudian dimasukkan kedalam oven selama 15 menit. didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

(32)

20

E. Kadar serat kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110 ºC setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlemeter 250 ml

3. H2 SO4 0.3 N sebanyak 50 ml ditambahakan ke dalam erlemeyer kemudian di panaskan diatas pembakar bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1.5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlemeyer dan dipanaskan kembali 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan hubungkan pada vacuum pump untuk memepercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secra

berturut-turut dengan 50 ml air panas. 50 ml H2 SO4 0.3 N. 50 ml air panas. dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin. lalu dipanaskan dalam oven 105 – 110 ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (x2)

7. Setelah itu di panaskan dalam tanur 600 ºC hingga berwarna putih atau

Lampiran 11 Hasil Skoring Parameter Uji

(33)

21

Lampiran 12 Skor Masing-masing Parameter Uji

TKP Kelangsungan Hidup LPH

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1 0,020-0,036 1 0-20 1 0,3130-0,3866

2 0,037-0,052 2 21-40 2 0,3867-0,4602

3 0,053-0,068 3 41-60 3 0,4603-0,5338

4 0,067-0,084 4 61-80 4 0,5339-0,6074

5 0,085-0,100 5 81-100 5 0,6075-0,6810

Konversi Pakan Retensi protein Retensi lemak

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1 3,23-3,30 1 12,0-14,2 1 290-362

2 3,15-3,22 2 14,3-16,4 2 363-434

3 3,07-3,14 3 16,5-18,6 3 435-506

4 2,99-3,06 4 18,7-20,8 4 507-576

(34)

Lampiran 13 Skema tata letak wadah pemeliharaan

(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi tanggal 20 Februari 1992 dari bapak Agus dan ibu Maemuroh. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dengan adik Muhammad Munajat dan Kamil Ade Marsyad.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK At-Taqwa 02 Kali Abang Bungur Bekasi (1997-1998), SDN Pejuang V Bekasi (1998-2004), SMPN 5 Bekasi (2004-2007), dan SMAN 4 Bekasi (2007-2010). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah IPB divisi Syiar (2010-2011), Bendahara Umum Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2011-2012),

Senior Resident Asrama Putri TPB IPB (2012-saat ini), pembina Klub Ilmiah Asrama TPB IPB (2013-saat ini), asisten praktikum Fisika TPB IPB periode genap dan ganjil (2012/2013 dan saat ini), asisten mata kuliah Metode Statistika FPIK peride semester ganjil (2012/2013), asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB IPB periode semester genap (2013), asisten praktikum Biologi Dasar periode semester genap (2013), asisten praktikum Fisiologi Hewan air FPIK periode semester genap (2013 dan saat ini), asisten praktikum Teknologi Pemberian dan Pembuatan Pakan Ikan BDP IPB periode semester ganjil (2013/2014), dan asisten praktikum Nutrisi Ikan BDP IPB periode semester genap (saat ini).

Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa dari program Bidik Misi DIKTI. Penulis juga aktif di berbagai karya tulis dan artikel ilmiah. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa DIKTI bidang Kewirausahaan (PKMK) tahun 2012, bidang Penelitian (PKMP) tahun 2013, bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) tahun 2014, dan bidang Penelitian (PKMP) tahun 2014. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur pada tahun 2013 di PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur dengan judul “Pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei di PT Surya Windu Kartika, unit Bomo A, Banyuwangi, Jawa Timur”.

Gambar

Tabel 1  Target kandungan kimiawi pakan percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga),

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif Tipe STAD lebih

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil S1. © Mufqi Fauzi

Proses mementingkan orang lain ini menjadi fase yang paling penting untuk menjadikan sebuah perilaku menolong menjadi lebih optimal, karena tanpa ini, maka relawan

Dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan dan

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Penelitian ini juga menduga bahwa terdapat reverse causality, yakni perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi akan mengadopsi praktik corporate governance yang lebih