TESIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTERAKSI
SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V
MIS IKHWANUL MUSLIMIN II TEMBUNG
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
RAMADHANI
NIM. 8146181030
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TESIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTERAKSI
SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V
MIS IKHWANUL MUSLIMIN II TEMBUNG
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
RAMADHANI
NIM. 8146181030
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Ramadhani, NIM. 8146181030, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (2) Perbedaan hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kompetitif yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dan hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kooperatif, (3) Perbedaan hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kompetitif yang diajar dengan model pembelajaran problem based learning dan hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kooperatif, (4) Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan interaksi sosial terhadap hasil belajar PKn siswa.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. Sampel penelitian berjumlah 62 siswa dimana 32 siswa sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model problem based learning dan 30 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Instrumen penelitian dengan menggunakan angket interaksi sosial siswa dan tes hasil belajar PKn siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2 x 2. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji ANAVA
dua jalur pada taraf signifikan α=0,05.
ii ABSTRACT
Ramadhani, NIM. 8146181030, Effect of Learning and Social Interaction Model Of Learning Outcomes Student Class V PKN MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung.
This study aims to determine: (1) the learning outcomes Civics students taught using learning model of problem-based learning and learning outcomes Civics students taught by conventional learning models (2) The difference in learning outcomes Civics students who have social interaction competitive taught by models conventional learning and learning outcomes Civics students who have social interaction cooperative, (3) the difference in learning outcomes Civics students who have social interaction competitive taught by learning model of problem-based learning and learning outcomes Civics students who have social interaction cooperative, (4) Knowing interaction between models of learning and social interaction on learning outcomes Civics students. The population in this study were all students of class V MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung. The sampling technique used is the technique of random sampling. These samples included 62 students where 32 students as an experimental group that learned with a model problem based learning and 30 students as a group that learned with conventional learning model.
civics student achievement test. The method used is a quasi-experimental design with 2 x 2 factorial data analysis technique used is ANOVA two lanes on the significant
level α = 0.05.
The results showed that: (1) The results of studying Civics students that learned with problem based learning model is higher than that learned the price of konventional teaching model of F = 8.369> F table = 3.980 at significant level α = 0.05, (2) There are differences in the results Civics learning students who have social interaction Cooperative and Competitive (F test = 7.889> Ftabel = 3.980) at the significant level α = 0.05, (3) The results of studying Civics students who have social interaction Cooperative is higher than that who have social interaction Competitive learned with problem based learning model (F test = 5,454 > Ftabel = 3.980), (4) There is an interaction between the learning model and social interaction on learning outcomes
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang seantiasa melimpahkan curahan rahmat dan nikmat sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung”. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penyelesaian tesis ini penulis menemui hambatan dan rintangan, namun dengan segala upaya yang dilakukan serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan secara maksimal dan penuh kerelaan.
5. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Pembimbing II yang telah sudi memberikan bimbingan dan wawasan keilmuan yang sangat berguna bagi penulis.
6. Bapak/Ibu Dosen terkhusus pada Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
7. Ibu Kepala Sekolah MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung yang telah memberikan izin penelitian.
8. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus pada kelas reguler A1 tahun 2014 Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
10.Terkhusus buat suami tercinta Muhammad Kaulan Karima, M.Pd yang selalu memberikan kasih sayangnya dan berusaha memberikan yang terbaik buat penulis, serta calon anak yang sudah sangat kami nantikan kehadirannya ke dunia dalam menebarkan kebaikan dan kebenaran yang selalu membangkitkan semangat penulis kala sedang jenuh.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa tesis ini masih perlu perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya bermanfaat bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi pembaca yang membutuhkannya. Amin.
Medan, Mei 2016 Penulis
RAMADHANI
iv
1.2Identifikasi Masalah ... 11
1.3Batasan Masalah ... 11
1.4Rumusan Masalah ... 11
1.5Tujuan Penelitian ... 12
1.6Manfaat Penelitian ... 13
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 14
2.1.Kerangka Teoretis ... 14
2.1.1. Hakikat Belajar ... 14
2.1.2. Hakikat Hasil Belajar PKn ... 21
2.1.3. Hakikat Model Pembelajaran ... 26
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 28
b. Komponen Model Pembelajaran ... 30
2.1.4. Hakikat Pembelajaran Konvensional ... 32
a. Pengertian Pembelajaran Konvensional ... 34
b. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Konvensional ... 35
2.1.5. Hakikat Pembelajaran Problem Based Learning ... 36
a. Pengertian Problem Based Learning ... 36
b. Karakteristik Problem Based Learning ... 41
c. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learningi ... 44
d. Prosedur Pelaksanaan Problem Based Learning ... 47
v
a. Hakikat Interaksi Sosial ... 52
b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 55
c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dalam Pembelajaran ... 57
2.2.Penelitian Yang Relevan ... 62
2.3.Kerangka Berpikir ... 63
2.4.Hipotesis Penelitian ... 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 74
3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 74
3.2Metode Penelitian... 74
3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 74
3.4Desain Penelitian ... 75
3.5Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 75
3.6Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian ... 77
3.6.1. Prosedur Penelitian... 77
3.6.2. Pelaksanaan Perlakuan ... 77
3.6.3. Persamaan Perlakuan ... 79
3.6.4. Pengontrolan Perlakuan ... 79
3.7Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 82
3.7.1. Instrumen Tes Hasil Belajar PKn ... 82
3.7.2. Angket Interaksi Sosial ... 83
3.8Uji Coba Instrumen Penelitian ... 84
3.8.1. Uji Coba Instrumen Hasil Belajar PKn Siswa ... 84
3.8.2. Uji Coba Instrumen Interaksi Sosial ... 87
3.9Teknik Analisis Data ... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 91
4.1Deskripsi Data Penelitian ... 91
4.1.1 Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 91
vi
dan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ... 96
4.1.6 Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif dan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 97
4.1.7 Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif dan Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 98
4.1.8 Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif dan Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 99
4.2Pengujian Persyaratan Analisis ... 100
4.2.1 Uji Normalitas ... 100
4.2.2Uji Homogenitas ... 105
4.3Pengujian Hipotesis ... 107
4.3.1 Hasil Belajar PKN Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning Lebih Tinggi dari Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 108
4.3.2 Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif Lebih Tinggi Dari Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif ... 109
4.3.3 Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Koperatif Lebih Tinggi dari Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif yang Diajarkan Dengan Model Problem Based Learning ... 110
4.3.4 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa ... 111
4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 115
4.4.1 Terdapat Perbedaan Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Konvensional ... 115
4.4.2 Terdapat Perbedaan Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif Dengan Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif ... 119
4.4.3 Terdapat Perbedaan Hasil Belajar PKn Siswa yang Memiliki Interaksi Sosial Koperatif dengan Siswa yang Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif yang Diajarkan dengan Model Problem Based Learning ... 122
4.1.1 Terdapat Interaksi Pengaruh Model Pembelajaran dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa ... 124
vii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 128
5.1 Simpulan ... 128
5.2 Implikasi ... 129
5.3 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data Hasil Belajar PKn Siswa MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung 2
2 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional...36
3 Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning ... 45
4 Sintaks Problem Based Learning ... 52
5 Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional dan Model PBL ... 65
6 Desain Penelitian Faktorial 2x2 ... 75
7 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar PKn ... 82
8 Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial Siswa ... 83
9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 91
10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 92
11 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif ... 94
12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Koperatif ... 95
13 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 96
14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 97
15 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial Kompetitif Menggunakan Model Konvensional ... 99
17 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Model Pembelajaran ... 101
18 Hasil Pengujian Normalitas Data Interaksi SosialSiswa ... 101
19 Hasil Pengujian Normalitas Data Model Pembelajaran dan Interaksi
Sosial Siswa ... 102
20 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pengujian Normalitas Data ... 104
21 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antara
Kelompok Sampel Model Pembelajaran ... 104
22 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians Berdasarkan
Interaksi Sosial Siswa ... 105
23 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians Uji Barlet
Pada taraf Signifikan α = 0,05 ... 106
24 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians Populasi ... 106
25 Data Induk Penelitian ... 107
26 Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA Faktorial 2 x 2 ... 18
27 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheffe ... 113
28 Hasil Tes Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based
Learning dan Interaksi Sosial ... 189
29 Hasil Tes Belajar Siswa Menggunakan Model Konvensional
Dan Interaksi Sosial... 190
30 Data Induk Penelitian ... 191
31 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 193
32 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Menggunakan
Model Pembelajaran Konvensional ... 195
33 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kooperatif ... 197
34 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
35 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kooperatif Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning ... 201
36 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kompetitif Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning ... 203
37 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki Interaksi
Sosial Kooperatif Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Konvensional ... 205
38 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki Interaksi
Sosial Kompetitif Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Konvensional ... 207
39 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Menggunakan
Model Problem Based Learning ... 209
40 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Menggunakan
Model Konvensional ... 210
41 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Dengan
Interaksi Sosial Kooperatif ... 211
42 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Dengan
Interaksi Sosial Kompetitif ... 212
43 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kooperatif Menggunakan Model Pembelajaran
ProblemBased Learning ... 213
44 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kompetitif Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning ... 214
45 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kooperatif Menggunakan Dengan Model
Pembelajaran Konvensional ... 215
46 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar PKN Siswa Memiliki
Interaksi Sosial Kompetitif Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Konvensional ... 216
Model Problem Based Learning dan Model Konvensional ... 217
48 Hasil Pengujian Homogenitas Varians Dua Kelompok Perlakuan Memiliki Interaksi Sosial Kooperatif dan Rendah ... 218
49 Ringkasan Perhitungan Homogenitas ... 219
50 Rangkuman Data Perhitungan Deskripsi Data Penelitian ... 221
51 Analisis Anava Faktorial 2 x 2 ... 224
52 Rangkuman Uji Lanjut dengan Uji Scheffe ... 228
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1 Prosedur Pelaksanaan PBL ... 51
2 Dua Level Pembelajaran ... 53 3 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran
Problem Based Learning ... 92
4 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Konvensional ... 93 5 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Kompetitif ... 94 6 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Koperatif ... 95 7 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Kompetitif Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ... 96 8 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Kooperatif Menggunakan Model Pembelajaran Problem
Based Learning ... 98 9 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Kompetitif Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 99 10 Histogram Hasil Belajar PKn Siswa Memiliki Interaksi Sosial
Kooperatif Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 100 11 Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan Interaksi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 139
2. Instrumen Tes dan Interaksi Sosial... ... 181
3. Hasil Belajar Model PBL ... 189
4. Hasil Belajar Model Konvensional ... 190
5. Data Induk Penelitian ... 191
6. Perhitungan Statistik Deskriptif ... 192
7. Uji Normalitas ... 208
8. Uji Homogen ... 217
9. Analisis Varians ... 221
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain
dari pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan
karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan
seseorang mampu mengatasi problematika.
Untuk mencapai itu semua haruslah terjadi sebuah proses pembelajaran.
Menurut Rusman (2012: 148) dalam sistem pembelajaran guru dituntut untuk
mampu memilih metode pembelajaran yang tepat, mampu memilih dan
menggunakan fasilitas pembelajaran, mampu memilih dan menggunakan alat
evaluasi, mampu mengelola pembelajaran di kelas maupun di laboratorium,
menguasai materi, dan memahami karakter siswa.
Proses pembelajaran harus dapat membuat siswa menyenangi serta
mau mengikuti dengan serius pelajaran yang disajikan oleh guru. Dengan
kata lain siswa akan mempunyai daya tarik tersendiri baginya atau dapat
memberikan manfaat bagi dirinya. Singkatnya, interaksi yang terjadi harus
dapat membuat suasana belajar yang aktif serta produktif sehingga siswa
akan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi di sekolah atau
madrasah saat ini, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai
permasalahan dalam penyampaian materi sehingga siswa kurang tertarik
untuk mengikuti pembelajaran. Hanya sedikit yang arahnya pada proses
2
membangkitkan semangat dan minat belajar siswa. (Hasil Observasi pada
September 2015).
Salah satu masalah pokok dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) adalah motivasi siswa masih rendah dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini nampak pada saat pelajaran PKn siswa
lebih banyak bermain bahkan tidur dari pada memperhatikan pelajaran,
kemudian banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR),
siswa merasa kesal apabila mendapat tugas dari guru sehingga interaksi
sosial yang terjadi di dalam kelas tidak berjalan dengan efektif serta terdapat
beberapa siswa yang mendapatkan nilai ulangan di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM). (Hasil Observasi pada September 2015).
Dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1: Data Hasil Belajar PKn MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung
No. Tahun
Pelajaran Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Keterangan 1.
2. 2012/2013 2013/2014 5.00 4.50 7,00 7,50 6,50 6,50
Sumber : Tata Usaha MIS Ikhwanul Muslimin II Tembung
Pada data yang diperoleh, ternyata hasil belajar PKn masih rendah/belum
kompeten dan belum mencapai target kelulusan hasil belajar yang ditetapkan
untuk pelajaran produktif yaitu 7,00. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh besar
terhadap proses pembelajaran selanjutnya, siswa kurang mampu menerapkan ilmu
yang diterima.
Proses pembelajaran yang berlangsung juga cenderung menggunakan
teacher centered. Pada pendekatan ini guru lebih banyak melakukan
kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing). Pada saat
3
memahami sambil membuat catatan, bagi yang merasa memerlukannya.
Guru menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan
seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Guru hanya memberikan informasi
satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar
dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan (transfer of
knowlage). (Sudjana, 2005:39).
Pendekatan teacher center merupakan proses pembelajaran lebih
berpusat pada guru hanya akan membuat guru semakin cerdas tetapi siswa
hanya memiliki pengalaman mendengar paparan saja. Out put yang
dihasilkan oleh pendekatan belajar seperti ini tidak lebih hanya
menghasilkan siswa yang kurang mampu mengapresiasi ilmu pengetahuan,
takut berpendapat, tidak berani mencoba yang akhirnya cenderung menjadi
pelajaran yang pasif dan “miskin” kreativitas.
Proses pembelajaran masih berorientasi pada penyelesaian tugas
yang dirancang oleh guru dan dengan cara mengajar guru yang masih
konvensional. Dominasi guru yang sangat kuat membuat terabaikannya
kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa
kurang kreatif. Kegiatan siswa hanya memperhatikan guru yang sedang
mendemostrasikan materi pelajaran serta mencatat hal-hal yang sekiranya
penting. (Wulandari dan Herman, 2013:180).
Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terbiasa belajar mandiri melalui penyelesaian tugas individual,
pembuatan karya individual yang memungkinkan mereka berkompetisi
4
pembelajaran juga perlu menyediakan tugas-tugas yang mendorong siswa
untuk bekerja dalam kelompok sehingga memungkinkan tumbuhnya
solidaritas, simpati, empati terhadap orang lain. Dengan demikian
pembelajaran akan berorientasi kepada kemandirian dan kerjasama, kondisi
ini akan memungkinkan siswa untuk bersaing secara sportif dan pada sisi
lain siswa merasa tidak mungkin bekerja sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Edy Rosadi (2012:59) tentang
interaksi sosial koperatif (kerjasama) dan kompetitif (individual)
menjelaskan bahwa dengan bekerjasama dalam kelompoknya (koperatif).
Dalam kondisi ini sangat membantu siswa dalam mengendalikan rasa egois
yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina dan terjalin
sikap kesetiakawanan sosial yang koperatif. Siswa menyadari bahwa hidup
ini tidak bisa sendiri, atau hidup ini pastilah membutuhkan orang lain atau
saling ketergantungan, saling berdampingan, saling membatu karena setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan dalam interaksi
sosial kompetitif menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, mandiri, selalu
bersaing dalam belajar, dan saling bersaing dalam memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah interaksi
sosial yang terjadi dalam pembelajaran kurang maksimal, karena belum
dapat mengaktifkan siswa. Anak kurang terdorong untuk mengembangkan
kemampuan secara terpadu dan komprehensif. Proses pembelajaran di
dalam kelas cenderung diarahkan kepada kemampuan anak untuk
5
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Mengarah pada mata pelajaran PKn, yang dianggap kurang penting oleh
sebagian siswa, hal ini disebabkan karena materi yang disampaikan kebanyakan
tentang cerita masyarakat, kebudayaan, negara, sistem pemerintahan, dan
demokrasi yang harus ditulis, sehingga siswa beranggapan bahwa pelajaran PKn
adalah pelajaran yang membosankan.
Pembelajaran yang dilakukan hendaknya berpusat kepada siswa,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Gallagher (1997) dan Reynolds (1997)
“Learning is “student-centered” because the students are given the freedom to
study those topics that interest them the most and to determine how they want to
study them. Students should identify their learning needs, help plan classes, lead
class discussions, and assess their own work and their classmates’ work.
Setidaknya pengertian di atas menjelaskan bahwa belajar itu harus
berpusat kepada siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mempelajari topik-topik
yang menarik bagi mereka serta bagaimana mereka ingin belajar. Siswa harus
mengindentifikasi kebutuhan belajarnya, memimpin diskusi kelas, serta menilai
hasil pekerjaan mereka sendiri dan hasil pekerjaan teman sekelasnya.
Seltzer, et all, (1996, p. 86) menegaskan “students develop a deeper
awareness and ownership of important concepts in the course by workin on
activities, a basic tenet of the constructive approach to learning”. Ungkapan ini
menjelaskan bahwa siswa diminta untuk mengembangkan kesadaran yang lebih
dan memiliki konsep penting dalam pembelajaran, karena inilah prinsip dasar dari
6
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat, yaitu kontak sosial dan adanya komunikasi. Terjadinya suatu kontak
bukan hanya tergantung pada tindakan, tetapi juga tanggapan dari tindakan
tersebut. Kontak sosial dapat mengarah kepada hal yang positif dan negatif. Yang
bersifat positif adalah kerjasama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan tidak sama sekali menghasilkan interaksi sosial.
(Soekanto, 2005:71-72).
Newcomb, Turner, dan Converse (1985) menerangkan bahwa interaksi
sosial terjadi melalui proses, antara lain: 1) komunikasi, 2) norma-norma, 3)
renspon interpersonal. Proses interaksi dalam pembelajaran tersebut membentuk
hubungan yang dinamis antara siswa yang satu terhadap siswa yang lain. Proses
interaksi antara guru dan siswa menjadi permulaan yang fundamental bagi
suksesnya pembelajaran sebab dalam pembelajaran terdapat dua unsur manusia
yaitu: a) guru sebagai pembelajar, dan b) siswa sebagai pemelajar (Sardiman,
2004).
Berkaitan dengan tingkah laku siswa sebagai individu yang berinteraksi
dalam kelompoknya Kuhlman dan Wemberley dalam Sears et.all (2003)
mengklasifikasikan tiga tipe tingkah laku individu dalam berinteraksi sosial yang
diuraikan sebagai berikut, (1) pekerjasama/cooperator adalah tingkah laku yang
mementingkan pemaksimalan ganjaran yang diterimanya maupun yang diterima
temannya, (2) pesaing/competitor adalah tingkah laku yang berorientasi pada
pemaksimalan hasilnya sendiri agar lebih banyak dari hasil temannya, (3)
individualis adalah tingkah laku yang mengutamakan pemaksimalan hasilnya
7
Lebih lanjut Sears et.all (2003) menjelaskan bahwa ketiga tipe tingkah
laku tersebut, dalam berinteraksi individu cenderung akan membentuk interaksi
secara (1) bekerjasama atau kooperatif yaitu siswa saling menolong satu sama
lain, berbagi informasi, bekerjasama untuk mendapatkan keuntungan bersama, (2)
bersaing/kompetitif yaitu siswa mengutamakan tujuan sendiri dan berusaha
menyisihkan yang lainnya dan ditandai oleh tingkah laku yang saling
bertentangan karena nasib mereka di dalam kelompok dianggap bertentangan.
Persoalannya adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat mengingat
lebih lama konsep tersebut dan menerapkannya. Bagaimana guru dapat membuka
wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari
berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Bagaimana
sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran
yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem solving). (Trianto,
2007: 66).
Menurut pendapat Bruner, bahwa berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar 1989:125). Karena dengan
berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan
suatu pengalaman konkret. Pengalaman tersebut dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan serupa, karena pengalaman itu
memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.
Untuk mendorong interaksi sosial siswa dalam pembelajaran PKn serta
8
menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu problem based learning
dengan harapan dapat mengubah cara belajar menjadi lebih menarik,
menyenangkan dan tidak membosankan yang akhirnya dapat meningkatkan
interaksi sosial dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat memecahkan suatu
permasalahan pada pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasruddin (2010) tentang penerapan PBL,
menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru sudah menerapkan
beberapa metode belajar aktif seperti tanya jawab, diskusi, ceramah, dan
eksperimen/percobaan. Proses pembelajaran yang berlangsung ini sebenarnya
memiliki potensi yang dapat menunjang proses pembelajaran yang aktif.
Walaupun sudah menerapkan strategi belajar aktif proses pembelajaran belum
menunjukkan aktivitas belajar siswa secara maksimal, sehingga prestasi yang
didapatkan oleh siswa dirasa masih kurang maksimal. Selanjutnya setelah
menggunakan model problem based learning (PBL) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan partisipasi belajar, serta dapat meningkatkan prestasi siswa.
Tan (2004) juga menyebutkan bahwa PBL telah diakui sebagai suatu
pengembangan dari pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, yang menggunakan masalah-masalah yang tidak terstruktur
(masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah simulasi yang kompleks)
sebagai titik awal dan jangkar atau sauh untuk proses pembelajaran.
Didukung oleh sebuah artikel dalam buletin CIDR (2004) mengemukakan
alasan mengapa digunakan PBL, adalah karena: (1) PBL menyiapkan siswa lebih
9
(2) PBL memungkinkan siswa menjadi produsen pengetahuan, dari pada hanya
konsumen; dan (3) PBL dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi,
penalaran, dan ketrampilan berfikir kritis.
Menurut Arends (2008:41) problem based learning (PBL) merupakan
pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi
bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Sebagai tambahan, dalam
PBL peran guru adalah menyodorkan berbagai masalah autentik sehingga jelas
bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Setelah masalah diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan
masalah, dari masalah-masalah tersebut kemudian dipecahkan secara
bersama-sama dengan berdiskusi. Saat pemecahan masalah tersebut akan terjadi pertukaran
informasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga permasalahan
yang telah dirumuskan dapat terpecahkan. Sumber informasi tidak hanya dari guru
akan tetapi dapat dari berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasilitator
untuk mengarahkan permasalahan sehingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan
pencapaian kompetensi. Ditegaskan oleh Dewey (1916) bahwa dalam
pembelajaran perkenalkan siswa dengan situasi kehidupan nyata (real-life) dan
fasilitasi agar mendapatkan informasi untuk memecahkan masalah.
Dengan demikian penerapan problem based learning (PBL) dalam
pembelajaran berarti menggunakan masalah sebagai stimulus untuk menemukan
atau mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami dan mencari
solusinya.
Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang dilakukan pada bulan
10
rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn karena menganggap
membosankan, b) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi, c) ketidaktepatan
guru memilih model dalam pembelajaran, dan d) hasil belajar siswa yang masih
tergolong rendah tidak mencapai KKM.
Nilai hasil belajar siswa yang belum maksimal juga dapat disebabkan
karena lemahnya kualitas pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan,
dalam proses pembelajaran masih berorientasi pada penyelesaian tugas yang
dirancang oleh guru dan dengan cara mengajar guru yang masih konvensional.
Dominasi guru yang sangat kuat membuat terabaikannya kesempatan siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa kurang kreatif. Kegiatan siswa
hanya memperhatikan guru yang sedang mendemostrasikan materi pelajaran serta
mencatat hal-hal yang sekiranya penting.
Salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) sesuai tuntutan KTSP. Penyajian
materi dalam model pembelajaran ini selalu dikaitkan dengan permasalahan
kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran dan
menuntut siswa untuk aktif berpikir.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, perlu dilakukannya
sebuah penelitian untuk melihat akar permasalahan serta untuk memperbaikinya
atau meningkatkannya. Adapun masalah yang akan diselesaikan adalah
berhubungan dengan interaksi siswa dalam meningkatkan hasil belajar dengan
menerapkan model problem based learning pada mata pelajaran PKn di Kelas V
11
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran yang dilakukan belum dapat meningkatkan
interaksi sosial siswa;
2. Persepsi siswa tentang materi mata pelajaran PKn yang hanya dapat
dipahami dengan menghapal;
3. Siswa kurang terdorong untuk bekerjasama dengan teman-temannya;
4. Hasil belajar yang rendah mata pelajaran PKn;
5. Pembelajaran yang kurang menyenangkan atau bersifat verbalistik.
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibandingkan
dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka perlu memberi batasan
terhadap masalah yang akan dikaji agar lebih terarah. Oleh karena itu penelitian
ini terbatas pada penerepan model yang pertama menggunakan pembelajaran
konvensional, dan yang kedua dengan model problem based learning serta
interaksi sosial dibatasi pada dua indikator saja antara lain interaksi kompetitif
dan interaksi kooperatif pada mata pelajaran PKn kelas V MIS Ikhwanul
Muslimin II.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan,
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan
12
belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional?
2. Apakah hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial koperatif
diajar dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi dari hasil
belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kompetitif?
3. Apakah hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial koperatif
yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based learning
lebih tinggi dari hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi
kompetitif?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan interaksi sosial
terhadap hasil belajar PKn siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning dan hasil
belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
2. Mengetahui hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial
kompetitif yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dan
hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial kooperatif.
3. Mengetahui hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial
kompetitif yang diajar dengan model pembelajaran problem based
learning dan hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial
13
4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan interaksi sosial
terhadap hasil belajar PKn siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam upaya
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn di kelas V MIS
Ikhwanul Muslimin II Tembung. Adapun secara terperinci adalah untuk:
a. Manfaat Teoretis
1. Dapat menambah salah satu khasanah pengetahuan tentang model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, serta interaksi
sosial siswa.
2. Untuk bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan
model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran PKn.
3. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai pengaruh model pembelajaran problem based
learning terhadap hasil belajar PKn siswa.
b. Manfaat Praktis
1. Sumbangan pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan
lembaga-lembaga pendidikan dalam menjawab permasalahan belajar siswa
seperti keaktifan, kerjasama dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar
PKn siswa melalui model pembelajaran problem based learning.
3. Bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam
128
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Pada bab terakhir ini akan dikemukakan simpulan hasil penelitian,
implikasi dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjut maupun
upaya memanfaatkan hasil penelitian ini.
5.1Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar PKn siswa yang diajar dengan model problem based learning
(nilai rata-rata = 77,75) lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran konvesional (nilai rata-rata = 72,17).
2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial koperatif (nilai
rata-rata = 78,32) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn siswa yang
memiliki interaksi sosial kompetitif (nilai rata-rata = 75,66).
3. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi sosial koperatif yang
diajarkan dengan model pembelajaran problem based learning (nilai rata-rata
=77,76) lebih tinggi dari hasil belajar PKn siswa yang memiliki interaksi
kompetitif (nilai rata-rata =76,93)
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan interaksi sosial dalam
mempengaruhi hasil belajar Pkn siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
di atas diperoleh fh = 5,354 dan nilai kritik ft = 3,980 dengan dk (1,68) pada
taraf α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa fh = 5,454 > ft = 3,980.
129
5.2Implikasi
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa siswa yang diajar dengan model problem based learning, memiliki hasil
belajar PKn yang lebih tinggi dibandingkan jika diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Dengan demikian para guru di MIS Ikhwanul
Muslimin II Tembung selayaknya mempunyai pengetahuan dan pemahaman serta
wawasan yang luas dalam memilih dan menyusun model pembelajaran,
khususnya model pembelajaran yang akan diterapkan pada mata pelajaran PKn.
Dengan memiliki pengetahuan dan wawasan, guru mampu merancang suatu
desain pembelajaran PKn yang akan memaksimalkan pencapaian hasil belajar
siswa.
Pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari dalam konteks berbangsa dan bernegara. Pelajaran PKn akan lebih
mudah dipahami jika guru mampu mengembangkan model pembelajaran yang
mengakomodasikan kemampuan berpikir logis siswa sekaligus kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan pemecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa untuk mendukung pemahaman siswa
terhadap pelajaran PKn.
Model problem based learning sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran mata pelajaran PKn karena mencoba memaksimalkan dan
mengakomodir potensi-potensi yang ada dalam diri siswa, serta membantu siswa
130
Siswa akan memperoleh hasil belajar dengan baik apabila beragam
perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan kemampuan pada peserta didik
diakomodasi oleh guru melalui pilihan model pembelajaran yang tepat.
Pengajaran bidang studi apapun, hanya bisa ditingkatkan kualitasnya, apabila guru
mampu mendesain pembelajaran yang membuat pembelajaran siswa lebih aktif.
Berdasarkan simpulan kedua memperlihatkan bahwa hasil belajar di antara
siswa dengan interaksi sosial koperatif dan kompetitif. Dengan uji lanjutan
kemudian diketahui bahwa siswa dengan interaksi sosial koperatif memperoleh
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan interaksi sosial
kompetitif.
Adanya perbedaan hasil belajar yang diperoleh berdasarkan perbedaan
model pembelajaran dan membangun suasana kelas yang menyenangkan untuk
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pembelajaran yang didasarkan pada kerja
sama siswa, terbukti memberi pengaruh terhadap perolehan hasil belajar. Guru
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Guru hendaknya perlu mengetahui terlebih dahulu tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sebagai bahan apersepsi materi
pembelajaran dapat diterima dengan baik dan bermakna.
2. Guru hendaknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengembangkan aspek kognitif yang dimilikinya dan dapat memperkaya
pengalaman belajar yang dapat merangsang kemampuan berpikir siswa.
3. Guru Perlu mengetahui kemampuan belajar yang dimiliki siswa sebagai salah
131
guru harus memiliki kreativitas dalam merancang model pembelajaran yang
dapat mengakomodasi kemampuan belajar siswa yang berbeda-beda.
Untuk kesimpulan ketiga dan keempat, menunjukkan bahwa kelompok
siswa yang memiliki interaksi sosial kompetitif dan diajar dengan model
pembelajaran problem based learning lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok siswa yang memiliki interaksi sosial kompetitif tapi diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dengan kata lain bagi kelompok siswa yang memiliki interaksi sosial
kompetitif lebih baik menggunakan model pembelajaran konvensional
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning,
walaupun perbedaan hasil belajar PKn tersebut tidak signifikan.
Bagi siswa yang memiliki interaksi sosial koperatif lebih mudah
dibelajarkan melalui pengamatan, diskusi dan tanya jawab serta kerja kelompok.
Dengan model problem based learning yang memperkenankan siswa-siswanya
mencoba atau mencari jawab tunggal yang benar, para siswa juga akan
menafsirkan masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang diperlukan,
mengenali penyelesaian yang mungkin, menilai beberapa pilihan, dan
menampilkan kesimpulan. Melalui model problem based learning membawa
siswa lebih kreatif dan kritis serta semangat, sehingga hasil belajarnya tinggi.
Sedangkan interaksi sosial kompetitif, yang mengutamakan tujuan sendiri dan
berusaha menyisihkan yang lainnya dan ditandai oleh tingkah laku yang saling
132
pemahaman siswa dengan interaksi sosial kompetitif lebih rendah karena hanya
mengerjakan sendiri-sendiri.
Berdasarkan simpulan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
interaksi sosial siswa terhadap hasil belajar PKn. Siswa dengan interaksi sosial
koperatif memperoleh nilai yang lebih tinggi jika diajar dengan model problem
based learning. Untuk memperoleh hasil belajar lebih efektif, penggunaan model
pembelajaran dan interaksi sosial, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Guru harus memperhatikan kemampuan siswa untuk merancang susunan
pembelajaran.
2. Guru dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai
dengan interaksi sosial yang dilakukan siswa, karakteristik materi
pembelajaran, kondisi serta sistem prasarana dan prasarana yang ada di
sekolah.
3. Guru dapat melakukan penilaian terhadap model pembelajaran yang
digunakan selama ini, dan apabila ternyata tidak efektif, dapat melakukan
revisi, atau meninggalkannya dan selanjutnya mengembangkan sendiri model
pembelajarn yang sesuai dengan kebutuham dengan memperhatikan kondisi
sekolah, siswa dan sistem pendukung lainnya.
5.3Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka
133
1. Guru perlu memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan dan
merancang model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas guna
tercapainya tujuan materi pembelajaran.
2. Guru perlu memperhatikan karakteristik siswa melalui interaksi yang
dilakukkan di kelas, menyesuaikan model pembelajaran yang tepat sehingga
sesuai dengan karateristik sehingga dapat memberikan pengaruh dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
3. Karakteristik siswa yang dijadikan variabel moderator dalam penelitian ini
adalah interaksi sosial (koperatif dan kompetitif), oleh karena itu disarankan
untuk penelitian lanjut, melibatkan karakteristik siswa yang lain guna
melengkapi kajian penelitian ini, seperti kecerdasan ganda (multiple
intelegensi), minat, bakat, tingkat kreativitas.
4. Diadakannya pelatihan bagi guru dalam peningkatan kemampuan dalam
merancang dan menerapkan model pembelajaran sehingga guru lebih mampu
dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat guna
134
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta
Arends, Richard. I. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Edisi ke tujuh alih bahasa oleh Helly Prayitno dan Sri Mulyantani Prayitno dari judul Learning To
Teach. Seven edition. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Arifin, M, (1977). Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Manusia, Jakarta : Bulan Bintang.
CIDR Teaching and Learning Bulletin. (2004). Problem-Based Learning.
[Online]. Vol 7. (3). Tersedia:
http://depts.washington.edu/cidrweb/TeachingLearningBulletin.html.
Chauhan, SS. (1979). Innovation in Teaching and Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT. LTD.
Cogan, Jhon J. dan Derricot. R. (1998). Citizenship for The 21th Century: An
International Persfective on Education. London: Cogan Pages.
Confrey, J., (1995), A Theory of Intelectual Development, For the Learning of
Mathematics, Vol. 15, Pages 38–48.
Dalyono, (2005). Prestasi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Depdiknas. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Djati Sidi, Indra. (2001). Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma
Bagi Pendidikan. Jakarta: Paramadina Logos Wacana Ilmu.
Djamarah, Syaipul Bahri (2000). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta.
Duch, Barbara J., Allen, Deborah E., and White, Harold B. (2000).
Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st
135
Century.[Online]. Tersedia:
http://www.hku.hk/caut/homepage/tdg/5/TeachingMatter/Dec.98.pdf
Edy, Rosadi. (2012). NIM. 81188230088. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Secanggang. Tesis. Pasca Sarjana Unimed.
Eric, Chan Chung Ming. (2002). Engaging Students in Open-Ended Mathematics
Problem Tasks – A sharing on Teachers’ Production and Classroom
Experience.[Online].Tersedia: http://www.math.acmu.edu.cn/earcome3
Erik, D.G., & Anette, K. (2003). Characte-ristics of problem-based learning.
International Journal Engng Ed., 19(5), 657-662.
Fatma, Dewani Harahap. (2014). NIM. 8116121024. Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris
Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Medan. Tesis. Pasca
Sarjana Unimed.
Foong, Pui Yee. (2002). Using Short Open-Ended Mathematics Questions to
Promote Thinking and Understanding. [Online]. Tersedia:
http://www.math.unipa.it/~grim/SiFoong.PDF
Gagne, R.M., Briggs, L.J., dan Wager, W.W. (1992). Principles of Instructional
Design. New York. Holt Renehart and Winston.
Gagne, Robert M & Driscoll, Marcy P. (1989). Essentials of Learning for
Instruction. New Jersey: Prentice Hall.
Gallagher, S. A. (1997). “Problem-based learning: Where did it come from, what
does it do, and where is it going?” Journal for the Education of the Gifted,
20 (4), 332-362.
Ghuftron, Nur dan Rini Risnawati, (2012). Gaya Belajar Kajian Teori, (Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gijselaers, W. H. (1996). “Connecting problembased practices with educational theory.” In L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing
problem-based learning to higher education: Theory and practice (pp. 13-21). San
Francisco: Jossey-Bass.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
136
Hmelo-Silver, C.E., Chernobilsky, E., and Da Costa, M.C. (2004). Psycological
Tools in Problem-based Learning, in Enhancing Thinking through
Problem-based LearningApproaches. Singapore: Thomson Learning.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan
Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilham Gea. (2012). NIM. 809215012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP
2 Negeri Kecamatan Bangun Purba. Tesis. Pasca Sarjana Unimed.
Ibrahim, B., Erdal, S., Mustafa, S. (2009). The Effect of Problem-Based Learning Instruction on University Students’ Perfermance of Conceptual and
Quantitative Problems in Gas Concepts. Eurosia Jurnal of Mathematics,
Science & Technology Education, 5(2), 153-156 .
Imran, Ali.(1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.
Jones, G.A. & Thornton, C.A., 1993, “Vygotsky Revisited: Nurturing Young
Chilfren’s Understanding of Number”, Focus on Learning Problems in
Mathematics, Vol. 15, Pages 18–28.
Johnson ER. 1988. Cattle Production and Meat yield Interaction. In: Meat 88, pp. 36-40. In: Proceeding of industry Day: Part of the 34th International Congress of Meat Science and Technology, Brisbane.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Prantice-Hall. Inc.
Kaelan, H. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Keith, Loague. International Journal: Speaking of Teaching. Stanford University Newsletter On Teaching. Winter 2001 Vol.11, No. 1. Page 3.
Komulasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama.
Linda, T. & Sara, S. (2002). Problems as Possibilities: Problem-Based Learning
for K–16 Education. ASCD.
Maggi, S. & Claire H.M. (2004). Foundations of Problem-Based Learning. New York: Open University Press.
Muhibbinsyah. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
Nashar, (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan
137
Ormrod, J.E., 1995, Human Learning, Edisi 2, Englewood Cliffs, N. J.: Prentice-Hall.
Purwanto, Ngalim, (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Pusdiklatkes, (2004). Bahan Pembelajaran Problem Based Learning (Belajar
Berdasar Masalah). Diambil pada tanggal 24 Oktober 2015, dari
http://www.lrckesehatan.net/cdroms_ht m/pbl/pbl.htm.
Reynolds, F. (1997). “Studying Psychology At Degree Level: Would
Problem-Based Learning Enhance Students’ Experiences?” Studies in Higher
Education,22 (3), 263-275.
Roh, Kyeong Ha. (2003). Problem-Based Learning in Mathematics. Dalam ERIC
Digest. ERIC Identifier: EDO-SE-03-07. [Online]. Tersedia:
http://www.ericdigest.org/
Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas.
Jakarta.
Rusman, (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2006(. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Seltzer, S., Hilbert, S., Maceli, J., Robinson, E., & Schwartz, D. (1996). “An
Active approach to calculus.” In L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.),
Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and
practice (pp. 83-90). San Francisco: Jossey-Bass.
Sears, D. Fredman, L.J. dan Peplu, A.L. Alih Bahasa Michael Adriyanto, (2003).
Psikologi Sosial. Bandung: Diponegoro.
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E., (2000), Educational Psychology: Theory and Practice, Edisi 6, Boston: Allyn and Bacon.
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
138
Soemantri. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparno, Paul. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi, (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tan, Oon-Seng. (2004). Cognition, Metacognition, and Problem Based Learning,
in Enhancing Thinking through Problem based Learning Approaches.
Singapore: Thomson Learning.
Taylor, L., (1993), “Vygotskian Influences in Mathematics Education, With
Particular Reference to Attitude Development”, Focus on Learning
Problems in Mathematics, Vol. 15, Pages 3–17.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B., (2006). Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahab, Abdul Aziz, (2007). Metode dan Model-Model Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.
Wilkerson, L., & Gijselaers, W. H. (1996). “Concluding comments.” In L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing problem-based learning to
highereducation: Theory and practice. San Francisco: Jossey-Bass.
Winkel, WS. (2007). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Wulandari, Bekti, Herman Dwi Surjono. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan VokasiVol 3, Nomor 2, Juni 2013.