SEJARAH PERGURUAN SULTAN AGUNG PEMATANG SIANTAR SEBAGAI SEKOLAH PEMBAURAN (1909 – 2013)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
OKTORA FERONIKA DAMANIK 3113321025
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv ABSTRAK
Oktora Feronika Damanik, NIM 3113321025, Sejarah Perguruan Sultan Agung Pematang Siantar Sebagai Sekolah Pembauran 1909-2013. Jurusan Pendidikan Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dibentuknya Perguruan Sultan Agung dan peranannya pada perang kemerdekaan di tanah karo pada tahun 1943-1946. Penelitian ini dilakukan di kota Pematang Siantar, karena Perguruan Sultan Agung didirikan oleh Etnis Tionghoa pada tahun 1909 yang tepatnya di Jalan Surabaya Kota Pematangsiantar.
Untuk memperoleh data-data tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan data yang non statistik. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, serta nara sumber yang digunakan adalah orang-orang yang terlibat di sekolah tersebut, selain itu penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan dengan menggunakan berbagai buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya Perguruan Sultan Agung yang dahulu bernama Chung Hua School di latar belakangi karena salah seorang pendiri Chung Hua School yang tinggal di Pematang Siantar tidak perna mengecap dunia pendidikan, sehingga beliau tidak ingin generasi berikutnya merasakan seperti apa yang beliau rasakan, sehingga dibukalah sekolah khusus Tionghoa, dengan berjalannya waktu pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwasanya sekolah yang berlandaskan kesekuan harus ditutup, siswa yang bersekolah harus seimbang antara pribumi dan non pribumi, dan nama sekolah pun harus berdasarkan nama pahlawan, segingga sekolah Sultan Agung Mengalami Pembauran.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Perguruan Sultan Agung telah berubah menjadi sekolah pebauran terlihat antara guru degan siswa, siswa dengan siswa, hingga sampai dengan hubungan percintaan dikalangan pribumi dengan non pribumi.
1 KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Dan do’a
beriring salam penulis tidak lupa pula mengirimkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam gelap gulita kea lam
yang terang menderang dari alam kebodohan kea lam yang berilmu pengetahuan
seperti yang telah kita rasakan saat sekarang ini.
Skripsi ini berjudul “Sejarah Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar
Sebagai Sekolah Pembauran (1909 –2013)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu
Sosial UNIMED.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dalam kesempata ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Si, Selaku Rektor Universitas
Negeri Medan beserta staf – stafnya yang telah membantu kelancaran
urusan akademik maupun administrasi selama menjalani perkuliahan.
2. Bapak Dr. H. Restu M,S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta
2 3. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA, selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah.
4. Bapak Dra. Yushar Tanjung, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidika
Sejarah.
5. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd delaku dosen pembimbing akademik sekaligus
dosen penguji skripsi.
7. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si dan Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd
selaku dosen penguji skripsi.
8. Seluruh dosen – dosen dan staf administrasi di Jurusan Pendidikan
Sejarah, terima kasih yang sebesar – besarnya atas jasa – jasa yang telah
kalian berikan kepada penulis, selaku mahasiswa di Pendidikan Sejarah.
9. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Darwin Lie, SE, MM selaku
Koordinator Perguruan Sultan Agung, Ibu John Lidya, S.Pd selaku
Sekretaris Bidang Pendidikan Perguruan Sultan Agung, Ibu Hj. Junaidah
Nasution, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Perguruan Sultan Agung,
Bapak Irwansyah Saragih selaku Tata Usaha SMP Perguruan Sultan
Agung, dan seluruh guru – guru, staf maupun pegawai yang berada di
dalam lingkungan Perguruan Sultan Agung yang telah memberikan izin
dan membantu selama penulis melakukan penelitian dan menyelsaikan
skripsi.
10.Teristimewa kepada Ayahanda Alm. Effendi Damanik dan Ibu Ami Barida
Saragih sebagai rasa hormat, saying dan terima kasih ananda yang tidak
3 yang telah diberikan kepada ananda selama ini mulai dari lahir sampai
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Pendidikan Sejarah di
Universitas Negeri Medan.
11.Teristimewa buat kakanda dan Adinda Putri Dewi Sartika Damanik S.Si,
Asmawati Halilah Damanik SE, Novita Sari Damanik dan Rizky Ananda
Damanik, dan sudara – saudara dari pihak Ayahanda dan Ibunda yang
slalu member do’a dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan
studi di Universitas Negeri Medan.
12. Teman seperjuangan Stambuk 2011 khususnya buat (Ekstensi Sejarah).
Fitria, lia Munthe, Fitri Andriani, Fadlah, Gadis, Dayah, Putri Pusva,
Rima, Enda, Masta, Senti, Natalia, Sefti, Fitri Roma Ito, Suci, Iin, Yeka,
Pipit, Wiena, Ziza, Tri Ananda, Tuti, Pinta, Eko, Fadhil, Royhan, Adit,
Repianter, Fahri, Herwinsah, Ilman, Agung, Catur, Samsul, terima kasih
atas kebersamaan selama ini di FIS UNIMED.
13.Teman seperjuangan PPLT UNIMED 2014 di SMANSARA Kabupaten
Simalungun. Derni Pasaribu, Sri Ertina Siregar, Mayfin Sagala, Rida
Novalisa Siregar, Melda Turnip, Grace Simanjuntak, Sari Marcella
Sitompul, Rika Mardatillah, Dian Raesita Sitio, Devi Sainar Purba,
Maryam, Linda Sihotang, Sanhot Simaremare, Tuni Siburian, Nofrendi
Sipayung, Rhodo Siagian, Perdana Pebrio Jawak, Wanhar Apriadi.
4 14.Terima kasih penulis ucapkan kepada kepala sekolah, guru – guru ,
maupum adik SMANSARA yang telah memberikan semangat, motivasi
dan dukungan selama penulis berada di SMANSARA.
Medan, Maret 2015
Penulis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 27
4.1.1 Keadaan Wilayah Lokasi Penelitian ... 27
4.1.2 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar ... 27
4.1.3 Keadaan Penduduk ... 29
4.1.5 Pendidikan di Pematangsiantar... 31
4.1.6 Biografi Pendiri Perguruan Sultan Agung ... 39
4.1.7 Sejarah Perkembangna pERguruan Sultan Agung Sebagai Sekolah Pembauran... 43
4.1.8 Daya Tarik Perguruan Sultan Agung Sebagai Sekolah Pembauran ... 51
4.1.9 Pengolahan Pendidikan Perguruan Sultan Agung ... 52
4.1.10 Yayasan Perguruan Sultan Agung ... 58
4.1.11 Interaksi Sosial Pribumi dan Non Pribumi……… ... 69
4.1.12 Interaksi Sosial Guru Dengan Siswa………. ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
juga dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi
baru bangsa yang lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi
muda dalam aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab dan berbagai masalah
dan karakter bangsa.
Pendidikan merupakan suatu yang penting dalam perkembangan masyarakat dewasa ini.
Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada perkembangan pendidikan yang baik maka
suatu masyarakat, desa, kota, ataupun negara akan mengalami kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Pendidikan merupakan suatu pengaruh dari proses usaha pengajaran, masyarakat
modern, baik di pedesaan maupun di kota-kota Indonesia. Dengan pelatihan, transfer
pengetahuan dan perubahan sikap dalam mengembangkan atau mendewasakan sikap seseorang
sehingga ia mampu melaksanakan kewajiban hidupnya dan juga memberi manfaat bagi
lingkungannya.
Pada zaman kolonial pemerintah Belanda menyediakan sekolah yang beraneka ragam
bagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Ciri yang khas
dari sekolah-sekolah ini ialah tidak adanya hubungan berbagai ragam sekolah yang
terpisah-pisah itu sehingga terbentuklah hubungan berbagai macam sekolah yang terterpisah-pisah-terpisah-pisah itu
Pendidikan bagi anak-anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akan
tetapi kemudian berkembang secara vertikal sehingga anak-anak Indonesia, melalui pendidikan
menengah dapat mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit.
Dengan adanya pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut
(lingkungan alamiah) maka diharapkan akan terbentuk identitas karakter budaya lokal,
masyarakat memiliki jati diri (kepribadian) kedaerahan tersendiri dan tentunya berbeda dengan
daerah lain. Identitas tersebut pastinya menjadi kebanggaan bahwa masyarakat tersebut adalah
masyarakat yang berbudaya dan menjaga budayanya.
Demikian halnya dengan masyarakat di Sumatera Utara, dimana perkembangan
pendidikan masyarakat berlangsung dengan bervariasi. Ada yang cepat ataupun lambat bahkan
tertinggal. Sebelum zaman kemerdekaan di Indonesia tidak semua masyarakat dapat menikmati
pendidikan yang baik, karena masih ada masyarakat yang merasakan pendidikan tersebut.
Walaupun awalnya tidak dirasakan yang sama dan merata, namun hanya pada golongan ataupun
orang- orang dan keturunan tertentu saja.
Salah satunya adalah pelaksanaan pendidikan di Kota Pematang Siantar, pendidikan di
Kota Pematang Siantar tidak terlepas dari peran berbagai unsur lembaga pendidikan, baik formal
maupun non-formal, baik itu lembaga agama maupun lembaga umum. Pelaksanaan
pendidikanpun bervariatif, selain pribumi atau masyarakat setempat yang berpatisipasi sebagai
peserta didik, ada juga yang masyarakat turunan, seperti masyarakat Tionghoa yang turut
berpartisipasi menempuh pendidikan formal. Peran masyarakat Tionghoa termasuk yang
signifikan di Kota Pematang Siantar, hal ini terkait dengan jumlah mereka yang tergolong
Tumbuh dan berkembangnya pendidikan masyarakat Tionghoa, bergantung pada
identitas masyarakat Tionghoa tersebut yang pada awal kedatangan mereka sendiri bekerja
kepada Pemerintah Kolonial Belanda yang notabennya sebagai penjajah di Indonesia. Oleh
karena itu, pasca kemerdekaan Indonesia, identitas masyarakat Tionghoa menjadi bahan
pertimbangan apakah mereka menjadi warga negara Indonesia atau hanya masyarakat yang
sekedar menumpang di Indonesia dan sewaktu-waktu akan kembali ke Negara asalnya, Tiongkok
(Cina), kemudian adanya berita mengenai peran aktif mereka terhadap beberapa konflik ataupun
kudeta yang terjadi pasca kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, pendidikan masyarakat Tionghoa mengalami pasang surut, masyarakat
Tionghoa berada di dalam sekolah milik pemerintah Belanda kemudian di sekolah milik
pemerintah Indonesia. Hal ini berlanjut setelah masyarakat Tionghoa mampu untuk menempuh
pendidikan formal untuk menunjang kehidupan sosial bagi etnis mereka terhadap masyarakat
lokal. Namun di samping pertimbangan identitas masyarakat Tionghoa di Indonesia, pendidikan
masyarakat Tionghoa sendiri berkembang cukup pesat dalam kurun waktu sejak kemerdekaan
Indonesia hingga saat ini. Masyarakat Tionghoa yang pada awalnya datang ke Kota Pematang
Siantar sebagai pekerja maupun pedagang. Dalam perekonomian, masyarakat Tionghoa
mayoritas hampir menguasai perdagangan di setiap sudut Kota Pematang Siantar. Sama halnya
dari segi pendidikan, masyarakat Tionghoa memiliki pendidikan yang cukup baik, hal ini dapat
di lihat dengan partisipasi masyarakat Tionghoa dalam menempuh pendidikan formal yang di
selenggarakan swasta dimana mayoritas siswanya adalah dari masyarakat Tionghoa. Namun
tidak menutup kemungkinan beberapa anak dari masyarakat Tionghoa menempuh pendidikan di
sekolah agama maupun umum. Pendidikan masyarakat Tionghoa di Kota Pematang Siantar
cukup berkembang dengan baik.
Pendidikan untuk membantu masyarakat juga muncul dari misi pendidikan oleh salah
satu masyarakat Tionghoa yang bernama Tan Soon Tan. Pada tahun 1909 dibukanya sekolah
Chung Hwa School dengan lokasi sekolah tempat belajar siswanya masih menyewa sebuah
rumah dan muridnya pada masa itu berjumlah 15 orang serta perdidikan disekolah itu masih
untuk pendidikan sekolah rakyat. Dan semakin bertambahnya masyarakat Tionghoa di Pematang
Siantar yang bersekolah di Chung Hwa School mengakibatkan ruangan tidak mencukupi
menampung siswa dan Menurut Tan Soon Tan kurangnya pendidikan bagi lokal sehingga ia
mewakafkan tanahnya di Jalan Surabaya Pematang Siantar untuk tempat didirikannya bangunan
sekolah Chung Hwa School, awal sejarah pembangunan Chong Hwa School. Tahun 1977,
dengan banyaknya rintangan serta masalah yang timbul baik dari pemerintah pusat maupun yang
ada di dalam lingkungan sekolah, maka Chung Hwa School mengalami masa pembauran dan
berganti nama menjadi Perguruan Sultan Agung dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
Bertitik tolak dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik dan bermaksud melakukan
penelitian yang berjudul :
“SEJARAH PERGURUAN SULTAN AGUNG PEMATANG SIANTAR SEBAGAI SEKOLAH PEMBAURAN (1909 – 2013)”
Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti serta memberi arah sebagai pedoman
dalam melaksanakan penelitian ini, maka identifikasi masalah perlu dirumuskan. Adapun yang
menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor yang mendukung perkembangan pendidikan di Pematang Siantar
2. Sejarah Perguruan Sultan Agung di Pematang Siantar sebagai sekolah pembauran
3. Peranan Perguruan Sultan Agung diantara sekolah pembauran di Pematang Siantar.
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang akan dibahas, sehingga dalam hal ini mengharuskan
peneliti untuk membatasi permasalahan yang ada agar penulisan ilmiah ini akan lebih terarah.
Dengan demikian apa yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti membatasi masalah pada Sejarah Perguruan
Sultan Agung Pematang Siantar Sebagai Sekolah Pembauran (1909 – 2013).
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan ini dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan,
penulis merasa perlu merumuskan masalah untuk memperoleh jawaban terhadap masalah dalam
penelitian ini lebih terarah dengan baik. Dengan demikian sebagai rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Sultan Agung di Pematang Siantar
sebagai sekolah pembauran?
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.11. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari data dan meneliti Sejarah Perguruan Sultan Agung
Pematang Siantar Sebagai Sekolah Pembauran (1909 - 2013), maka dapat menyimpulkan hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Perguruan Sultan Agung pertama sekali didirikan oleh Tan Soon Tan pada tanggal 09
September 1909 di Pematang Siantar yang pada awalnya sekolah ini bernama Chung Hua
School. Perguruan Sultan Agung merupakan institusi pendidikan yang berkontribusi
terhadap perwujudan mencerdaskan anak – anak khusus Tionghoa di Pematang Siantar.
Pada mulanya sekolah khusus Tionghoa pertama sekali didirikan di Jakarta yang bernama
Tiong Hoa Hak Tong (Chung-hua-t’ang, yang berarti ‘Sekolah Tionghoa’) pada tahun
1900 dan setahun kemudian mulai ramai dibukanya sekolah – sekolah khusus Tionghoa
diberbagai daerah terutama di Pematang Siantar.
2. Pendirian Pelaksanaan Perguruan Sultan Agung pada masa akhir penjajahan Belanda dan
memasuki awal penjajahan Jepang di Pematang Siantar Chung Hua School mengalami
tekanan, namun proses belajar mengajar masih tetap berjalan sebagai mana mestinya.
Namun demikian saat itu keadaan telah mempengaruhi pola pikir masyarakat dan
terjadinya perpecahan dan perbedaan pandangan itu juga terjadi dilingkungan masyarakat
Tionghoa yang akhirnya juga terbawa kelingkungan sekolah Zhong Hua. Perbedaan
sekolah masih tetap berlangsung meskipun era penjajahan Jepang telah berakhir dengan
masuknya era kemerdekaan.
3. Perguruan Sultan Agung berawal dari seorang tokoh yang lahir di Tiongkok pada tanggal
17 November 1874 yang bernama Tan Soon Tan. Semasa hidupnya beliau adalah seorang
Kapitan pada masa penjajahan Belanda, beliau merantau dari Tiongkok sampai ke Hindia
Belanda, memulai karir dan berkeluarga di Pulau Penang, Tanah Melayu. Pertama sekali
datang ke Indonesia melalui Batu Bara (sekarang dikenal dengan Kabupaten Batu Bara)
dan berkuda bersama – sama dengan pasukan Belanda di Siantar membuka pertokoan, dan
akhirnya beliau dipercaya menjadi Kapitan untuk di Kota Pematang Siantar. Kediaman
beliau yang pertama adalah di jalan merdeka, saat ini gedung tersebut adalah sekolah
Kristen Kalam Kudus. Pada masa kejayaan Alm. Tan Soon Tan, beliau adalah orang yang
tidak perna mengecap dunia pendidikan. Oleh karenanya beliau bersama – sama dengan
rekan – rekan bisnis dan seperjuangannya mengambil inisiatif untuk mendirikan suatu
sekolah bagi rakyat, yang mana pada mulanya hanyalah berupa sekolah kursus yang
dimulai di sebuah rumah di jalan Pekan baru (saat ini) pada tahun 1909 yang pada waktu
itu hanyalah 15 orang murid, dan sesuai perkembangan masa jumlah murid semakin
bertambah sehingga rekan – rekan bisnis Alm. Tan Soon Tan mewakafkan tanah yang
dimilikinya untuk dijadikan lahan sekolah, dan ditempat inilah 104 tahun yang lalu
4. Perguruan Sultan Agung walaupun berlatar belakang sebagai sekolah Tionghoa dan
berubah menjadi sekolah pembauran, namun orang – orang didalamnya tetap seimban
antara pribumi dan non pribumi, terlihat dari tenaga pengajar maupun siswanya.
5. Pendidikan di Perguruan Sultan Agung sebagai sekolah pembauran saat ini sudah baik
dalam arti pendidikan Perguruan Sultan Agung mempunyai kurikulum pendidikan yang
baik dengan moto unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa dengan tujuan untuk
membangun anak didik menjadi manusia yang berprestasi merdeka lahir batin yang
berdasarkan iman dan takwa. Mendidik anak mencari sendiri tambahan pengetahuannya
yang berguna. Pengetahuan yang berguna ialah yang bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat. Adapun masyarakat sekitar Perguruan Sultan Agung merespon positif
terhadap pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Sultan Agung hal
ini terlihat dengan terwujudnya pelaksanaan pendidikan yang bembangun karakter siswa
untuk lebih baik kedepannya.
4.1.12. Saran
Melihat berbagai permasalahan yang telah banyak dipaparkan tersebut penulis
memberikan saran yaitu :
1. Sekolah Perguruan Sultan Agung harus mampu mempertahankan kualitas dan mutu
pendidikan sebagai landasan sudah terbukti di masyarakat dengan tetap
2 Sekolah Perguruan Sultan Agung harus tetap terjalin hubungan dengan pihak – pihak
atau lembaga dan seluruh lapisan elemen masyarakat yang dapat menjunjung
perkembangan dan kemajuan yang signifikan, karena dari luar juga mampu memberi
pengaruh kepada sekolah Perguruan Sultan Agung.
3 Sekolah Perguruan Sultan Agung harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan
kecanggian teknologi terhadap perkembangan dunia pendidikan agar tidak tertinggal,
mengingat banyaknya sekolah – sekolah di kota Siantar. Dengan demikian media dan
cara belajar mengalami peningkatan yang mengarah kearah modernisasi.
4 Sekolah Perguruan Sultan Agung harus mampu menjalankan visi - misi dan tata tertib
serta peraturan sekolah untuk menjadikan Sekolah Perguruan Sultan Agung lebih
terarah dan lebih unggul dengan ciri khas memiliki kedisiplinan yang benar dengan
demikian menghasilkan SDM yang potensial.
5 Sekolah Perguruan Sultan Agung lebih focus mengarahkan ilmu dan pengajaran
yang baik dan benar setiap peserta didik agar memiliki niat dan keinginan untuk
cerdas dan berbudi baik, dimana hal itu dapat menjadikan patokan dan bukti kepada
pihak luar dan masyarakat luas bahwa SDM yang hasilkan Sekolah Perguruan Sultan
Agung siap pakai untuk menjawab tantangan hidup.
6 Tenaga pengajar dan pegawai – pegawai yang terbaik dan bertanggung jawab dan
kewajiban seutuhnya menjadi alasan untuk memberikan keunggulan disekolah
Perguruan Sultan Agung karena berdampak besar terhadap keberlangsungan dan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Leli. Album Kenangan 100 Tahun Yayasan Perguruan Sultan Agung. Pematangsiantar :
Yayasan Perguruan Sultan Agung.
Barnadib, Iman. 1996. Dasar – Dasar Kependidikan. Bogor : Ghalia Indonesia.
BPS Pematang Siantar. 2014. Pematang Siantar Dalam Angka 2014. Pematang Siantar: Badan
Pusat Statistik Kota Pematang Siantar.
Eron, Juandaha. 2011. Kerajaan Siantar. Pematang Siantar : Ihutan Bolon Hasadaon Damanik
Boru Pakon Panagalon Siantar Simalungun Pematang Siantar.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasbullah. 2012. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang Budaya.
Nasution, S. 1987. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bandung : Jemmars.
Notosusanto, Nugroho. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia Pres.
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.Suryadinata.
Suryadinata, Leo. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti Pers.
Tan Sofyan. 2009. Dokter Penakluk Badai. Medan : Solidaritas Tionghoa Center Medan.
Tan Sofyan., 2004. Jalan Menuju Masyarakat Anti Diskriminasi. Medan : Kippas.
Tirtarahardja, Umar. Dkk.1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Usman Pelly. 1986. Laporan Penelitian Masalah Assimilasi Antar Pelajar Pribumi dan Non
Pribumi, Pada Sekolah Pembauran yang Belatar Belakang Keagamaan dan Umum di
Kotamadya Medan. Proyek Studi Sektoral Regional dengan Kontak No.
Pada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidian dan
Kebudayaan.
Zien,Abdul Baqir. 2000.Etnis Cina dalam Potret Pembauran di Indonesia. Jakarta: