PERKEMBANGAN TEMBUT-TEMBUT SEBERAYA
SEBAGAI WARISAN BUDAYA KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
MORA HISKIA SM
309121051
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Mora Hiskia SM. 309121051. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo. Fakultas Ilmu Soaial Universitas Negeri Medan 2015.
ATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi
yang berjudul “Perkembangan embut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya
Karo” sebagai syarat untuk melengkapi dan memenuhi syarat pencapaian gelar
Sarjana Pendidikan di jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril
maupun materil. Penulis juga menyadari banyak hambatan dan kesulitan yang
dialami dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
. Bapak Dr. H. Restu MS, selaku dekan fakultas ilmu sosial di Universitas
Negeri Medan
3. Ibu Dra, Flores Tanjung, MA, selaku ketua jurusan pendidikan sejarah di
Universitas Negeri Medan dan juga selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi saran dan masukan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku sekretaris jurusan pendidikan
3
5. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si selaku Dosen Pembimbing akademik
sekaligus penguji dan menjadi orang tua penulis selama menempuh
pendidikan di jurusan pendidikan sejarah.
6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen penguji
7. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen penguji.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah yang selama ini telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Kepada Camat Tiga Panah yang telah memberikan ijin penelitian.
10. Kepada keluarga besar Sembiring Depari desa Seberaya sebagai
narasumber penulis.
11. Orang tua penulis Bapak R. Munthe dan Mamak N. Situngkir yang
senantiasa memberikan dukungan moral dan materi untuk penulis mulai
menjalani perkuliahan hingga dapat menyelesaikan studi ini, trimakasih
untuk doa dan dukungannya.
1. Kepada kakak penulis, Ira Magdalena br Munthe, dan adik penulis Debora
Clara Misva br Munthe terimakasih untuk doa dan dukungan yang penulis
rasakan selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
13. Kepada keluarga besar Opung Harmey, dan keluarga besar Opung David
terimakasih untuk motivasi dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini.
14. Kepada teman – teman PAKU AHH B Reg 09 yang telah memberi
4
15. Kepada teman-teman PPL SMA GBKP Kabanjahe 01 yang telah
memberi bantuan dan motivasi selama bersama menjalani perkuliahan
Terimakasih juga kepada teman – teman yang tidak bisa penulis ucapkan
satupersatu, terimakasi doa dan motivasi yang penulis rasakan hingga penulis
dapat menyelesaikan studi ini. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Amin.
Medan, Maret 015
v
1. Latar Belakang Masalah... 1
2. Identifikasi Masalah... 3
3. Batasan Masalah...3
4. Rumusan Masalah... 4
5. Tujuan Penelitian... 4
6. Manfaat Penelitian... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 5
vi
5. Tekink Analisis Data...19
BAB IV. PEMBAHASAN...21
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...21
1.1 Sejarah dan Identitas Suku Karo...21
1.2 Lokasi dan Batas Geografis Awar...22
1.3 Persebaran Suku Karo...25
3.1 Perkembangan Fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya...44
3.2 Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Setelah Masuknya Agama Kristen dan Islam ...50
3.3Nilai-nilai Sosial yang terkandung pada Tembut-tembut Seberaya...53
3.4 Unsur-unsur yang Terlibat dalam Pertunjukan Tembut-tembut Seberaya...56
3.5 Pesona Atraksi Tembut-tembut Seberaya...57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...59
1 Kesimpulan...59
2 Saran...61
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Observasiv
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman ObservasiDAFTAR TABEL
Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah
Kesenian adalah unsur dan ekspresi kebudayaan manusia, yang berhubungan erat dengan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Sampai sekarang dalam kajian saintifik, kesenian dibagi menjadi rumpun-rumpun. (a) seni pertunjukan (performing art) atau pertunjukan budaya (cultural perfomance) yang terdiri dari : musik, tari, teater yang kadang kala meluas sampai kajian pada bidang olahraga, sirkus, prosesi dan juga ritual; (b) seni rupa atau seni visual yang terdiri dari : seni lukis, seni pahat, kerajinan dan lainnya; (c) seni media rekam yang terdiri dari : radio, televisi, komputer dan lain lain.
Pada masyarakat Karo, seni pertunjukan (performing art) mencakup seni musik yang disebut gendang, seni tari yang disebut landek, dan seni teater yang disebut tembut-tembut. Seni pertunjukan dalam masyarakat Karo dapat dijumpai sistem-sistem yang relevan sejak 1910 sampai saat ini.
Seni pertunjukan yang ada dalam masyarakat Karo disebut tembut-tembut Seberaya. Tembut-tembut tersebut diketahui berasal dari desa Seberaya (Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo). Karena berasal dari desa Seberaya sehingga kesenian tersebut disebut tembut-tembut Seberaya.
dalam pementasan tembut-tembut Seberaya adalah hiburan bagi raja yang ditinggal mati anaknya. Dalam seni pertunjukan Karo terkandung juga keunikan-keunikan yang memperjelas dan mempertajam jatidiri masyarakat Karo.
Tembut-tembut Seberaya memiliki dua jenis karakter, yaitu : Karakter manusia dan karakter hewan. Karakter manusia terdiri dari empat tokoh yaitu satu ayah, ibu, putra dan putri. Karakter hewan hanya mempunyai satu tokoh yaitu gurda-gurdi (Burung Enggang). Pertunjukan dimulai dengan membawa tembut-tembut serta kelengkapannya ke tempat penyajian. Kemudian masing-masing pemain memakai tembut-tembut sesuai dengan perannya masing-masing.
Tembut-tembut ini dimulai ketika pemimpin penyajian mengucapkan “Palu gendang ena!” artinya “Mainkan musiknya!” Musik mulai terdengar dan pemain tembut-tembut mulai menari. Posisi penari tembut-tembut pada awalnya sejajar membelakangi para pemain musik. Posisi ini terus dipertahankan sampai pemain musik memainkan dua buah lagu yakni lagu perang empat kali dan lagu Simalungen rayat. Pada lagu yang ketiga, posisi penari berubah, tarian yang dimainkan tidak memiliki aturan yang tetap. Penari yang memainkan burung Enggang menari seakan-akan ingin mematuk penari yang memainkan peran anak perempuan. Sedangkan penari yang memerankan Ayah menari gerakan yang menghalang-halangi Burung Enggang, demikian juga dengan peran anak laki-laki.
atau kegiatan yang bersifat ritual. Jika demikian, di masa mendatang generasi muda Karo akan melupakan tembut-tembut sebagai warisan budaya asli Karo.
Berdasarkan uraian di atas mengenai eksistensi tembut-tembut Seberaya pada masyarakat Karo saat ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tembut-tembut, khususnya di daerah asal tembut-tembut yaitu desa Seberaya. Tulisan ini akan mendeskripsikan secara umum perkembangan tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Sejarah Tembut-tembut Seberaya.
2. Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.
3. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di Desa Seberaya.
3. Batasan Masalah
4. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Sejarah tembut-tembut Seberaya?
2. Bagaimanakah Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya?
3. Bagaimanakah perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya?
5. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah tembut-tembut Seberaya.
2. Untuk mengetahui Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.
3. Untuk mengetahui perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya.
6. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan tentang sejarah tembut-tembut Seberaya.
2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang tembut-tembut Seberaya khususnya mahasiswa pendidikan sejarah.
3. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya
Bab V
Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada penelitian bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertunjukan Tembut-tembut Seberaya berasal dari desa Seberaya, Kabupaten Karo. Tembut-tembut Seberaya pertama sekali diperkenalkan oleh Pirei Depari yang selanjutnya Tembut-tembut Seberaya menjadi ikon dari desa Seberaya.
2. Tembut-tembut Seberaya memiliki 2 karakter yaitu karakter hewan dan manusia, dan Tembut-tembut Seberaya menggunakan 5 pemain/pemeran dalam pertunjukannya, yaitu : seorang Putri, Putra, Ibu, Raja, dan Burung Enggang. Setiap perannya memiliki ciri khas tersendiri.
3. Tembut-tembut Seberaya pada awalnya ditujukan sebagai media hiburan rakyat dan juga sebagai media ritual ndilo wari udan (memanggil hujan). Namun pada perkembangannya Tembut-tembut Seberaya juga digunakan sebagai even pemeriah sebuah festival, juga digunakan untuk menyambut tamu khusus, dan juga digunakan sebagai pemeriah acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Kabanjahe.
Seberaya. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari agama yang masuk ke desa Seberaya. Namun pada proses ini terjadi perpaduan penggunaan Tembut-tembut Seberaya, pada pengunaannya Tembut-tembut Seberaya tidak lagi disertai oleh dukun kampung, juga tidak lagi menggunakan bahasa yang tidak lazim.
2. Saran
Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, diantaranya :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap “Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo”
2. Melakukan kerjasama dengan pemerintah (Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan) untuk meningkatkan kunjungan wisata yang bersifat budaya dan edukasi dalam memahami Tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.
3. Melanjutkan program-program nilai sejarah khusunya pembelajaran sejarah lokal bagi Kabupaten Karo
1
Daftar Pustaka
Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Gintings E.P (1999), Religi karo, Kabanjahe : Abdi Karya
Hurlock, B Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Erlangga. Ihromi. T.O. (2006). Pokok – pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Koentjaraningrat (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT Rineka Cipta Monks,F.J & Knoers. A.M.P, (2006). Psikologi Perkembangan,Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
Neumann, (1972). Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, Jakarta : Bharatara Jakarta
Prinst, Darwin (2014), Adat Karo, Medan : Bina Media Perintis Satrio. J (1992). Hukum Waris, Bandung : Penerbit Alumni
Soekanto, Soerjono (1983). Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial, Jakarta : Ghalia Indonesia
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Tarigan, Sarjani (2010), Dinamika Peradatan Orang Karo, Kabanjahe : Balai Adat Budaya Karo Indonesia