• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA Pengaruh Indikator Kinerja Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA Pengaruh Indikator Kinerja Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA

TIMUR TAHUN 2010-2014

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun Oleh:

YUNIA IKE LESTARI B200120029

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA

TIMUR TAHUN 2010-2014

PUBLIKASI ILMIAH

Yang ditulis oleh:

YUNIA IKE LESTARI B200120029

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA

TIMUR TAHUN 2010-2014

Oleh:

YUNIA IKE LESTARI B200120029

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal 28 Oktober 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

1. Dr. Zulfikar, SE, M.Si (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Fauzan, SE, M.Si, Akt,CA (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Triyono, SE, M.Si (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelas kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat pernah ditulis oleh orang lain kecuali tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 28 Oktober 2016

Penulis

(5)

PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA

TIMUR TAHUN 2010-2014 Abstrak

Kebijakan otonomi daerah memberikan banyak pengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah, perlu adanya análisis keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh indikator kinerja keuangan daerah terhadap alokasi belanja modal kabupaten dan kota di provinsi Jawa Timur selama tahun 2010-2014. Alat análisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil análisis menunjukan bahwa kemandirian keuangan daerah, efisiensi keuangan daerah dan keserasian belanja berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, namun efektifitas PAD, ketergantungan keuangan daerah dan debt service coverage ratio tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.

Kata Kunci : Kinerja keuangan, kemandirian keuangan daerah, efektifitas, efisiensi, kesesuaian belanja, debt service coverage ratio.

Abstract

The regional autonomy policy gives more chance to local goverment for managing their own financial. To determine the success of local goverment in managing their own financial, financial performance analysis can be used. The objective of this research is to determine the indicators financial performance toward the capital expenditure allocation in regency and city of East Java for years 2010-2014. The data analysis method used in this research is regression. The results show that the regional financial independence ratio and efficiency ratio, and expenditure harmony ratio have effect toward the capital expenditure Allocation. While, the local original revenue effectiveness ratio, regional financial dependence ratio and debt service coverage ratio have no significant effect toward the capital expenditure allocation.

Keywords: financial performance, regional financial independence, effectiveness, efficiency, expenditure harmony, capital expenditure, debt service coverage ratio.

1. PENDAHULUAN

(6)

daya dan keuangan daerahnya sendiri. Berkurangnya campur tangan pemerintah pusat diharapkan dapat meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya dapat diukur dengan analisis kinerja keuangan daerah. Kinerja keuangan dapat dilihat dari indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menilai baik dan buruknya kinerja keuangan pemerintah daerah, indikator tersebut terdiri dari rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ini digunakan untuk: menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengaraan otonomi daerah; mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah; mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya; mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah; melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Halim, 2007: 230).

Seperti halnya rasio-rasio pada perusahaan swasta, rasio-rasio keuangan daerah merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Namun, dikarenakan adanya perbedaan jenis dan struktur laporan keuangan pemerintah daerah dengan perusahaan swasta, maka rasio-rasio keuangan daerah memiliki sedikit perbedaan. Rasio-rasio yang lazim digunakan dalam analisis kinerja keuangan pemerintah daerah, merupakan perbandingan angka-angka dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Rasio-rasio yang sering digunakan dalam analisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio Keserasian Belanja dan Rasio Pertumbuhan serta Debt Service Coverage Ratio (DSCR).

(7)

mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Prihastuti,dkk (2015).

2. METODE PENELITIAN

2.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yaitu sekelompok orang kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 115). Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh kota dan kabupaten provinsi Jawa Timur.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002: 115). Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kota atau kabupaten yang mengeluarkan laporan keuangan lengkap dan konsisten dari tahun 2010-2014 sesuai dengan variabel penelitian. Pengambilan sampel yang akan diteliti dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kota dan kabupaten yang mengeluarkan laporan keuangan lengkap sesuai dengan variabel penelitian.

2.2.Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah alokasi belanja modal. Alokasi belanja modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang mdemberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Variabel Independen

Kemandirian Keuangan Daerah

(8)

Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima pemerintah daerah dengan total pendapatan daerah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Gerungan dkk, 2015):

Efektivitas PAD

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Menurut Halim (2013: 6) rasio efektivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Efisiensi Keuangan

Efisiensi merupakan suatu pengukuran perbandingan antara realisasi belanja rutin (belanja pegawai, belanja bunga, belanja barang dan jasa, belanja subsidi) dan realisasi total pendapatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Rasio efisiensi pendapatan dirumuskan sebagai berikut (Novelya,2016):

(9)

Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

Analisis DSCR untuk melihat kemampuan pemda dalam menggunakan alternatif sumber dana lain melalui pinjaman, nilai DSCR minimal 2,5. Rumusan untuk menghitung DSCR adalah sebagai berikut (Sahade, 2011) :

Keserasian Belanja

Rasio Keserasian Belanja menggambarkan bagaimana pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja aparatur dan belanja pelayanan publik secara optimal. Dalam penelitian ini digunakan proporsi belanja publik karena belanja publik secara langsung dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Rasio belanja publik yang digunakan adalah belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang dan jasa. Rasio keserasian dapat diukur dengan membandingkan realisasi total belanja publik dengan total belanja daerah dalam satuan persen (Utama, 2008:36).

Rasio keserasian belanja : Belanja Pelayanan Publik x 100% Total Belanja Daerah

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda. Regresi berganda yaitu metode statistik untuk menguji pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

ABM = a +β1KKD + β2KGD + β3EFEKPAD + β4EFSKEU +β5DSCR+β6KSRS+ ε

Keterangan:

a : Konstanta

(10)

ABM : Alokasi Belanja Modal

KKD : Kemandirian Keuangan Daerah

KGD : Ketergantungan Keuangan Daerah

EFEKPAD : Efektifitas PAD

EFSKEU : Efisiensi Keuangan

DSCR : Debt Service Coverage Ratio

KSRS : Keserasian Belanja

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Uji Asumsi Klasik

Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji Normalitas, uji Multikolineritas, uji Heteroskedastisitas dan uji Autokorelasi. Maka dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.

3.2.Uji Normalitas

Hasil Kolmogorove Smirnov sebesar0,634dimana nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,817. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian memiliki sebarab data normal.

3.3.Uji Multikolinearitas

Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas.

3.4.Uji Heterokedastisitas

(11)

3.5.Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson (dW) sebesar 1,340 terletak diantara nilai batas atas sebesar 2 dan batas bawah -2. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi antara variabel independen.

4. PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal.

Berdasarkan uji hipotesis yang pertama diketahui bahwa kemandirian keuangan daerah memiliki nilai t hitung sebesar -0,996 < t tabel 1,995 dan nilai

signifikan 0,323 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H1 ditolak. H1

ditolak berarti Kemandirian Keuangan Daerah tidak berpengaruh terhadap Alokasi Belanja Modal.

4.2. Pengaruh Ketergantungan Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal.

Berdasarkan uji hipotesis yang kedua diketahui bahwa ketergantungan keuangan daerah (KGD) memiliki nilai t hitung sebesar -1,033 < t tabel 1,995 dan

nilai signifikan 0,305 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H2

ditolak.

4.3. Pengaruh Efektivitas PAD Terhadap Alokasi Belanja Modal

Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga diketahui bahwa efektifitas PAD (EFEKPAD) memiliki nilai t hitung sebesar -1,492 < t tabel 1,995 dan nilai signifikan

0,141 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas PAD tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H3 ditolak.

4.4. Pengaruh Efisiensi Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal Berdasarkan hasil uji hipotesis keempat diketahui bahwa efisiensi keuangan (EFSKEU) memiliki nilai t hitung sebesar 3,252 > t tabel 1,995 dan nilai

(12)

4.5. Pengaruh Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Terhadap Alokasi Belanja Modal

Berdasarkan hasil uji hipotesis kelima diketahui bahwa debt service coverage ratio (DSCR) memiliki nilai t hitung sebesar 2,169 > t tabel 1,995 dan nilai

signifikan 0,034 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa debt service coverage ratio berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H5 diterima.

4.6. Pengaruh Keserasian Belanja Terhadap Alokasi Belanja Modal

Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam diketahui bahwa keserasian belanja (KSRS) memiliki nilai t hitung sebesar -2,376 > t tabel 1,995 dan nilai signifikan

0,020 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa keserasian belanja berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H6 diterima.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukan pengujian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kemandirian keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, Ketergantungan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, efektifitas PAD tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, efisiensi keuangan daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, debt service coverage ratio berpengaruh terhadap alokasi belanja modal dan keserasian belanja berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tergeneralisasi maka, perlu memperluas obyek penelitian pada provinsi- provinsi yang lain, selain itu dapat menambah variabel penelitian yang berhubungan dengan alokasi belanja modal, selain yang sudah diterapkan dalam penelitian ini.

5.2 Keterbatasan Penelitian

(13)

keuangan daerah (KGD), efektivitas PAD (EFEKPAD), efisiensi keuangan (EFSKEU), debt service coverage ratio (DSCR), dan keserasian belanja (KSRS), yang sebenarnya masih ada indikator kinerja lain yang dapat mempengaruhi alokasi belanja modal.

5.3 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya: (1) Untuk penelitian selanjutnya supaya memperluas Obyek penelitian pada Provinsi-provinsi yang lain. (2) Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian yang berhubungan dengan alokasi belanja modal.

DAFTAR PUSTAKA

_____________. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006 Tetang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

______________. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

______________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

______________. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota Se Jawa-Bali). Simposium Akuntansi 9 Padang.

(14)

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran. http//:www.djpk.depkeu.go.id

Gerungan, Sylvia Febriani; David P.E.Saerang; Wiston Pontoh. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Kabupaten/ Kota Terhadap Alokasi Belanja Modal Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing.Vol.6.No.1.ISSN:2088-8899.

Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan 4. Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Haryanto; Sahmuddin; Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta.

Karay, Jonathan Cosmus.2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Jayapura Sebelum Dan Sesudah Otonomi Khusus. Jurnal DINAMIS. Vol 2, No.12 Desember 2012.pp:32-41.

Mamesah, D.J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Hal. 1-17.

Martini, Kadek; Dwirandra, A.A.N.B. 2015. Pengaruh Kinerka Keuangan Daerah Pada Alokasi Belanja Modal di Provinsi Bali. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.10.No.2, Hal. 426-443.

Nordiawan, Dedi.2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Noviana, Sindi Retno; Erna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vo.8.No.1.November 201:1-94.

Prihastuti, Asepma Hygi; Taufeni Taufik; Restu Agusti.2015. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Riau. Jurnal SOROT. Vol.10.No.2.pp:143-154. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau.

Rahman, Nikmah Astuti; Amran Naukoko; Albert Londah.2014. Analisis Perbandingan Kemampuan Keuangan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara (Studi Pada Kota Manado Dan Kota Bitung Tahun 2008-2012). Jurnal Ilmiah Berkala Efisiensi. Vol.14.No.3.

(15)

Sahade.2011. Analisis Penilaian Kelayakan Pinjaman Daerah Dalam Penyusunan APBD Pemerintah Daerah. Jurnal Ikhtiyar. Vol.9. No.3.September-Desember 2011.

Sakaran,Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sularso; Yanuar.E.Restianto.2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Media Riset Akuntansi. Vol 1. No.2.ISSN:2088-2106.

Sulistyanto, H.Sri, dan Midiastuti, Pratana P., 2003, “Seasoned Equity Offerings: Benarkah Underperformance Pasca Penawaran”, Simposium Surviving Strategies to Cope With the Future, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 13-14 September.

Suoth, Novelya; Janjte, Tinangon; Rondonuwu, Sinjte., 2016, “ Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Pengeloalaan Keuangan Daerah Pada Dinas Pengeloalaan Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten

Minahasa Selatan”, Jurnal EMBA. Vol.4.No.1.Hal:613-622.

Utama, Suyana.2009. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2001-2006. Buletin Studi Ekonomi. Vol.14. No.2. Tahun 2009.ISSN: 1410-4628.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil dari kuesioner PLIBEL Checklist untuk melakukan perancangan perbiakan stasiun kerja kritis yang kemudian hasil dari

137 Hal ini dapat dimaknai bahwa penerapan istilah cabul baik yang diatur dalam Pasal 76E Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai Kalkulus diferensial kelas eksperimen dengan kelas control sehingga disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan model

Tomogram Vs (Gambar 24c) memberikan anomali negatif pada daerah tersebut yang dapat diinterpretasikan bahwa daerah ini memiliki temperatur yang lebih tinggi dan

Beberapa kelebihan mtDNA yang menjadikan banyak digunakan untuk mengidentifikasi genetik dan dinamika populasi, diantaranya : (1) mtDNA memiliki ukuran yang kompak dan

Hal yang sama terjadi juga pada penelitian Raka Fitri Ayu (2010) dan Indah Puji Lestari (2014) bahwa terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap impulse buying. Namun

Perairan dengan kandungan oksigen terlarutnya sebesar 1,0-2,0 ppm maka organisme moluska masih dapat bertahan hidup karena mereka mampu beradaptasi pada kandungan oksigen

Gambar 3.3 Instalasi Modem Internal terhubung ke internet apabila Anda memiliki komputer, modem, line telepon dan mendaftar pada sebuah perusahan penyedia