SKRIPSI
PENGARUH ARUS KAS TERHADAP PERUBAHAN DIVIDEN, STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN – PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
RINCE NURMAYA LUBIS 070522142
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNVIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya, dengan judul “Pengaruh Arus Kas terhadap Perubahan Dividen, Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dra. Salbiah, M.Si, Ak., selaku Penguji I yang telah memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Abdillah Arif Nst, SE, M.Si, Ak selaku Penguji II yang telah memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta staf dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Buat Ayahanda Ch.Lubis dan Ibunda H.br. Panjaitan, yang telah memberikan doa serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
karena itu, segala saran dan kritikyang sehat dan membangun akan penulis terima dengan senag hati demi kesempurnaan isinya dan dapat dijadikan bahan tambahan bagi penulis.
Medan, April 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan arus kas berpengaruh terhadap perubahan dividen pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas operasi dan arus kas bersih, sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan dividen.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010, dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 432 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 43 sampel. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi) dan uji hipotesis (uji t)
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa arus kas mempunyai perngaruh yang signifikan terhadap perubahan dividen, karena sumber pembayaran dividen adalah dari arus kas operasi.
ABSTRACT
This study aims to determine whether operating cash flow change affect on dividend changes on all of the companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variables used in this study are operating cash flow and net cash flow, and dependent variable used in this study is dividend change.
The population used in this study were all of the companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009-2010, where the total population was used as many as 432 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 43 samples. The test used in this study is to the classical assumption (normality,
heteroscedasticity, and autocorrelation) and hypotesist testing (t test).
Based on the testing results was donecan be concluded that the changes in operating cash flow have a significant effect on dividend changes, because the source of dividend payment is from aoperating cash flow.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. ... Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. ... Perumusan Masalah ... 3
1.3. ... Tujuan Penelitian ... 3
1.4. ... Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Arus Kas dan Perubahan Dividen ... 5
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 5
2.1.2. Pengertian Laporan Arus Kas ... 7
2.1.3. Pengertian Kas ... 21
2.1.4. Tujuan dan Kegunaan Informasi Arus Kas ... 26
2.1.5. Kebijakan Dividen ... 30
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
2.3. Kerangka Konseptual ... 35
2.4. Hipotesis ... 36
2.4.1. Arus Kas Operasi ... 36
2.4.2. Arus Kas Bersih ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1. Jenis Penelitian ... 38
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
3.3 . Batasan Operasional ... 38
3.4. Defenisi Operasional ... 39
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 39
3.6. Populasi dan Sampel ... 40
3.7. Jenis Data ... 52
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 52
3.9. Teknik Analisis Data ... 52
3.9.1. Uji Asumsi Klasik ... 52
3.9.2. Uji Hipotesis ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 56
4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ... 57
4.1.3. Arus Kas dari Aktivitas Operasi ... 59
4.1.4. Arus Kas Bersih ... 61
4.1.5. Perubahan Dividen ... 63
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 65
4.2.2. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Dividen ... 71
4.2.3. Pengaruh Arus Kas Bersih terhadap Perubahan Dividen ... 72
BAB V PENUTUP ... 75
5.1. Kesimpulan ... 75
5.2. Saran ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung 13
NomorJudulHalaman
Tabel 2.2 Contoh Laporan Arus KasMetode Tidak Langsung 14
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel 40
Tabel 4.1 Arus Kas Operasional tahun 2010 60
Tabel 4.2 Arus Kas Bersih tahun 2010 62
Tabel 4.3 Perubahan Dividen 64
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi dari Arus Kas Operasi 70 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi dari Arus Kas Bersih 71
Tabel 4.6 Koefisien Regresi Arus Kas Operasi 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Kelembagaan Pasar Modal 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Regresi untuk Arus Kas Operasi
79
NomorJudulHalaman
Lampiran 2 Hasil Regresi untuk Arus Kas Bersih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan arus kas berpengaruh terhadap perubahan dividen pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas operasi dan arus kas bersih, sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan dividen.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010, dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 432 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 43 sampel. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi) dan uji hipotesis (uji t)
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa arus kas mempunyai perngaruh yang signifikan terhadap perubahan dividen, karena sumber pembayaran dividen adalah dari arus kas operasi.
ABSTRACT
This study aims to determine whether operating cash flow change affect on dividend changes on all of the companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variables used in this study are operating cash flow and net cash flow, and dependent variable used in this study is dividend change.
The population used in this study were all of the companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009-2010, where the total population was used as many as 432 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 43 samples. The test used in this study is to the classical assumption (normality,
heteroscedasticity, and autocorrelation) and hypotesist testing (t test).
Based on the testing results was donecan be concluded that the changes in operating cash flow have a significant effect on dividend changes, because the source of dividend payment is from aoperating cash flow.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu perusahaan, kas mempunyai arti yang sangat penting, karena
semua aktivitas perusahaan selalu melibatkan aliran kas. Kas digunakan untuk
memperoleh barang dan jasa serta aktiva tetap yang diperlukan untuk
menghasilkan persediaan. Kas juga digunakan untuk membayar tenaga kerja. Pada
tahap berikutnya, persediaan dijual dan menghasilkan penerimaan kas. Uang kas
yang diperoleh digunakan untuk membayar dividen dan bunga serta untuk memulai
kembali proses produksi berikutnya. Intinya, semua aktivitas perusahaan pada
akhirnya bermuara pada pengeluaran dan penerimaan kas, sehingga kas sering
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan.
Pentingnya arti kas menyebabkan semua pihak yang terkait dengan
perusahaan lebih memusatkan perhatian pada arus (aliran) kas sesuai dengan
kepentingan masing-masing. Secara internal, pihak manajemen menggunakan
arus kas sebagai dasar untuk membuat berbagai kebijakan atau keputusan
sehubungan dengan aktivitas perusahaan. Sedangkan pihak eksternal, khususnya
investor dan kreditor menggunakan arus kas sebagai dasar pertimbangan untuk
memutuskan pemberian (penanaman) modal pada perusahaan. Namun pada
dasarnya pihak internal dan eksternal sama-sama bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan kas.
Laporan arus kas menyajikan informasi tentang sumber-sumber arus kas
masuk serta penggunaan arus kas keluar sepanjang tahun selama satu periode
akuntansi. Semua arus kas dibuat (dilaporkan) dalam tiga kelompok berdasarkan
jenis aktivitasnya, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah
mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan dana kas, yang kemudian
digunakan sebagai dasar untuk membuat berbagai kebijakan penting pada
perusahaan.
Salah satu kebijakan penting yang berhubungan dengan arus kas adalah
pembayaran dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada
para pemegang saham atau investor. Kebijakan pembayaran dividen melibatkan
arus kas keluar (cash outflow) yang relatif besar, sehingga dalam prosesnya, kebijakan tersebut harus ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan menghasilkan kas dan kebutuhan perusahaan atas dana kas. Kebijakan
pembayaran dividen harus dibuat untuk menciptakan keseimbangan antara
pembayaran dividen dengan pertumbuhan perusahaan, karena pertumbuhan juga
ditujukan untuk meningkatkan aliran kas, yang pada gilirannya akan meningkatkan
pembayaran dividen dimasa yang akan datang.
Dari survey pendahuluan diketahui bahwa selama tahun 2008 sampai tahun
2010, beberapa perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap membayar dividen
walaupun pada tahun yang sama arus kas bersihnya negatif. Sebaliknya, beberapa
perusahaan justru tidak membayar dividen walaupun arus kas bersihnya positif.
Dengan demikian perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia tidak selalu
menggunakan informasi tentang kemampuan perusahaan menghasilkan kas
dividen perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan pembahasan lebih
lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Arus Kas terhadap Perubahan
Dividen, Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di BEI”.
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya
tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal
atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan
rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik
yang telah ada ataupun yang akan ada.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan
penelitian: “Sejauh mana perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia
menggunakan informasi dari laporan arus kas sebagai dasar pertimbangan dalam
menetapkan kebijakan pembayaran dividen kepada pemegang saham”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui apakah arus kas operasi mempunyai pengaruh positif
atau negatif terhadap perubahan dividen dilihat dari laporan tahunan
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.
1.3.2. Untuk mengetahui apakah arus kas bersih mempunyai pengaruh positif
atau negatif terhadap perubahan dividen dilihat dari laporan tahunan
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang
diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:
1.4.1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan pemahaman lebih mendalam
mengenai pengaruh arus kas terhadap perubahan dividen.
1.4.2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan referensi dalam membuat
kebijakan pembayaran dividen dengan melihat posisi laporan
keuangan, khususnya laporan arus kas sebagai bahan
pertimbangannya.
1.4.3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
penelitian-penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arus Kas dan Perubahan Dividen 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Pada umumnya, setiap perusahaan membuat laporan keuangan sebagai
bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan
perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan.
Menurut Harahap (2006:121) bahwa:
Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan ini menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban.
Sedangkan menurut Salim (2000:6) bahwa: Laporan keuangan merupakan
sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di
luar perusahaan. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas serta laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah alat
komunikasi yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Laporan keuangan utama menurut PSAK No. 1 yang disajikan terdiri dari:
2.1.1.1. Neraca (balance sheet)
Neraca, yang disebut juga laporan posisi keuangan, memberikan informasi
lancar dan aktiva tetap. Sedangkan pasiva terdiri dari kewajiban dan kekayaan
pemegang saham. Neraca menunjukkan posisi keseimbangan antara aktiva dengan
kewajiban ditambah kekayaan pemegang saham.
2.1.1.2. Laporan laba-rugi (income statement)
Pada dasarnya, laporan laba-rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan
biaya suatu perusahaan pada periode tertentu, misalnya satu bulan, satu tahun.
Laporan laba rugi disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk menggambarkan
keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuan
selama periode tertentu, yang diukur dengan membandingkan pendapatan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2.1.1.3. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah sumber informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari semua aktivitas yang dilakukan perusahaan selama satu
periode, baik dari aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan. Informasi ini
sangat penting untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta
mengetahui bagaimana kebijakan entitas dalam mengelola (menggunakan) dana
kasnya.
2.1.1.4. Laporan Perobahan Ekuitas atau Modal
Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Laporan perobahan ekuitas, kecuali untuk perobahan yang berasal dari transaksi
menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan
perusahaan selama periode yang bersangkutan.
2.1.1.5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perobahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.1.2. Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah sumber informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari semua aktivitas yang dilakukan entitas selama satu periode,
baik dari aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan. Informasi ini sangat
penting untuk menilai kemampuan entitas menghasilkan kas serta mengetahui
bagaimana kebijakan entitas dalam mengelola (menggunakan) kasnya. Menurut
Harnanto (2002:130), “Laporan arus kas menjelaskan perubahan-perubahan yang
terjadi pada kas dan setara kas (investasi sementara dan sangat likuid yang dengan
mudah dapat dikonversikan menjadi kas) dalam suatu periode akuntansi”.
Untuk dapat dikatakan setara kas, suatu item harus memenuhi dua kriteria
pendek tanggal jatuh temponya, sehingga kecil tingkat risiko terjadinya perubahan
nilai sebagai akibat dari perubahan suku bunga.
Selanjutnya menurut Wibowo dan Arif (2005:134) “Laporan arus
merupakan suatu laporan yang menyediakan informasi mengenai penerimaan kas
pengeluaran kas oleh suatu entitas selama periode tertentu”. Marom (2004:16)
menyatakan bahwa, “Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan”. Sedangkan menurut Simamora (2000:448) “Laporan arus
kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari
aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap arus kas semasa
periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan
saldo akhir kas”.
Pengertian tersebut mengartikan bahwa laporan arus kas memperlihatkan
sumber-sumber arus kas masuk serta penggunaan arus kas keluar sepanjang tahun
selama satu periode akuntansi. Arus kas tersebut dibuat (dilaporkan) dalam tiga
kelompok berdasarkan jenis aktivitasnya, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pendanaan. Kas bersih dari masing-masing aktivitas dijumlahkan dan
direkonsiliasikan dengan saldo kas pada awal tahun, sehingga diperoleh saldo kas
akhir tahun.
Laporan ini disusun dari perbandingan neraca awal serta akhir, dan juga
dikaitkan dengan laporan laba rugi pada periode tersebut. Laporan ini
mencerminkan keputusan tentang sumber dan penggunaan dana, yaitu komitmen
dana untuk investasi dalam aktiva atau untuk membayar kembali kewajiban, atau
aktiva. Salah satu sumber dana utama adalah operasi yang menguntungkan dimana
pendapatan melebihi biaya dan beban. Sebaliknya, operasi yang tidak
menguntungkan merupakan suatu penggunaan dana.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas
dapat dikelompokkan secara terinci, sesuai dengan penjelasan Ikatan Akuntan
Indonesia PSAK No. 2 Paragraf 09 (2004:seksi 2.3) sebagai berikut : “Laporan arus
kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan”.
Penjelasan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan adalah sebagai
berikut:
2.1.2.1. Aktivitas Operasi (Operating Activities)
Menurut Djarwanto (2004:122), “Aliran kas ini utamanya berhubungan
dengan aktivitas penjualan produk atau jasa dan berkaitan dengan pendapatan
(revenues) dan biaya (expense) seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi”.
Arus kas yang termasuk aktivitas operasi adalah semua jenis penerimaan dan
pengeluaran dana kas yang transaksinya berpengaruh terhadap laba operasional
perusahaan. Kas bersih dari aktivitas operasi sangat penting karena secara
langsung menggambarkan jumlah kas yang dihasilkan secara internal. Jumlah kas
yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah
secara internal perusahaan mampu melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasional, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan
sumber pendanaan eksternal.
Penerimaan kas dari penjualan barang dan atau penyerahan jasa akan
merupakan bagian terpenting dari perusahaan. Penerimaan kas yang lain, dapat
berasal dari pendapatan bunga, dividen, dan pendapatan lain sejenis. Sedang
gaji dan upah karyawan, pajak, bunga, utulitas, sewa, dan biaya lain sejenis.
Jumlah neto dari kas yang diperoleh dari dan digunakan untuk melakukan aktivitas
operasi perusahaan harus ditonjolkan dalam laporan arus kas.
2.1.2.2. Aktivitas Investasi (Investing Activities)
Menurut Wibowo dan Arif (2005:135), “Aktivitas investasi merupakan
aktivitas yang berkaitan dengan perolehan dan pelepasan aktiva tetap dan investasi
serta pemberian dan penagihan pinjaman kepada perusahaan lain”. Arus kas yang
termasuk aktivitas investasi meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, perolehan
dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas), serta penjualan dan
pembelian peralatan, pabrik, dan properti. Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan. Sebab arus kas tersebut
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya
yang berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dari
arus kas pada masa depan.
Penambahan properti pabrik dan peralatan menunjukkan pertambahan neto
gedung dengan mengeluarkan kas, demikian juga dengan perbaikan gedung yang
disewa memerlukan pengeluaran kas. Penjualan properti ini akan menghasilkan
aliran kas masuk. Aktivitas investasi yang lain timbul dari penurunan akun aktiva
lain-lain di neraca.
2.1.2.3. Aktivitas Pendanaan (Financing Actvities)
Menurut Wibowo dan Arif (2005:136), “Aktivitas pendanaan merupakan
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan
- Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya
- Peminjaman uang dari kreditur serta pelunasannya
Transaksi dan peristiwa yang berakibat terjadinya penerimaan kas dari atau
pengeluaran kas kepada para pemilik atau pemegang saham disebut pendanaan
ekuitas. Sedangkan transaksi dan peristiwa yang berakibat terjadinya penerimaan
kas dari atau pengeluaran kas kepada para kreditur disebut pendanaan utang.
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas pada masa
depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Laporan arus kas memperlihatkan sumber-sumber dan
penggunaan-penggunaan kas sepanjang tahun. Arus masuk dan keluar kas dari
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan setiap jenis aktivitas diperlihatkan dalam laporan,
disertai dengan arus masuk dan arus keluar kas bersih untuk jenis aktivitas tersebut.
Selanjutnya, laporan arus kas serta pos-pos yang terdapat di dalamnya dapat
disajikan sebagai berikut (Simamora, 2000:298):
Arus kas dari aktivitas operasi:
Laba bersih xxx
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas:
Beban penyusutan xxx
Amortisasi aktiva tak berwujud xxx
Keuntungan atas penjualan aktiva pabrik xxx
Kenaikan piutang usaha (bersih) xxx
Penurunan persediaan xxx
Penurunan hutang usaha xxx
xxx (+/-)
Kas bersih dari aktivitas operasi xxx
Arus kas dari aktivitas investasi:
Penjualan aktiva pabrik xxx
Pembelian peralatan xxx
Pembelian tanah xxx
Kas bersih dari aktivitas investasi xxx
Pembayaran dividen tunai xxx
Penerbitan saham biasa xxx
Penebusan obligasi xxx
Kas bersih dari aktivitas pendanaan xxx
(+/-)
Kenaikan atau penerimaan kas bersih xxx
Bentuk laporan arus kas tersebut menunjukkan bahwa kenaikan kas bersih
selama periode tertentu diperoleh dengan menjumlahkan kas bersih dari
masing-masing aktivitas (investasi, operasi, dan pendanaan), dan selanjutnya saldo kas pada
akhir tahun akan diketahui dengan menambahkan kas bersih pada saldo kas awal
tahun.
Contoh laporan arus kas metode langsung dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
PT CITRA PESONA JAYA Laporan Arus Kas
untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2001
Uraian
Per 31 Des 2001 (Rp) Arus kas operasi dari aktivitas operasi:
Penerimaan kas:dari pelanggan 29.464.000
Pengeluaran untuk pembayaran barang
(pemasok) 15.995.000
Pengeluaran kas untuk pembayaran biaya 10.000.000
Arus kas untuk pembayaran biaya 3.469.000
Arus ka bersih dari operasi
Pembayaran kas untuk biaya bunga:
Biaya bunga 1.150.000
Dikurangi: Amortisasi diskonto 27.000
Pembayaran kas untuk biaya bunga 1.123.000
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan
(270.000+225.000-154.000) 341.000
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 2.005.000
Arus kas bersih dari aktivitas investasi: Penjualan bangunan, mebel dan peralatan
kantor 1.671.000
Pembelian investasi jangka panjang (390.000)
Pembelian tanah (420.000)
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
Penarikan saham 1.200.000
Pembayaran dividen 1.732.000
Kas dibayarkan untuk pendanaan 2.932.000
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 2.005.000
Arus kas bersih dari aktivitas investasi 861.000
Arus kas bersih (untuk) aktivitas pendanaan (2.932.000)
Kenaikan (penurunan) kas (66.000)
Sumber: Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2008:43)
Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa kas bersih aktivitas operasi pada tahun 2001
adalah positif sebesar Rp. 3.469.000. Aktivitas investasi pada tahun 2001
menggunakan kas sebesar Rp. 861.000. Sedangkan aktivitas pendanaan pada tahun
2001 menghasilkan kas sebesar Rp. 2.932.000. Secara keseluruhan, aktivitas
perusahaan pada tahun 2001 menurunkan saldo kas sebesar Rp. 66.000.
Berikut ini contoh laporan arus kas metode tidak langsung, seperti tertera
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
PT CITRA PESONA JAYA Laporan Arus Kas
untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2001
Uraian (Rp)
Arus kas pada aktivitas operasi:
Laba Sebelum bunga dan pajak 2.540.000,00
Penyesuaian untuk:
Depresiasi aktiva tetap 420.000,00
Amortisasi paten 180.000,00
Rugi penjualan bangunan 60.000,00
Rugi penjualan mebel dan peralatan kantor 90.000,00 Laba opreasi sebelum perubahan modal kerja: 3.290.000,00
Kenaikan piutang dagang (36.000,00)
Penurunan persediaan 200.000,00
Kenaikan utang wesel 50.000,00
Penurunan utang dagang (45.000,00)
Kenaikan utang biaya sewa 1.000,00
Kas yang dihasilkan dari operasi 3.469.000,00
Pembayaran kas untuk biaya bunga (1.123.000,00)
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan (341.000,00) Arus kas sebelum pos luar biasa
Pos luar biasa: 2.005.000,00
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 2.005.000,00
Arus kas dari aktivitas investasi:
Pembelian tanah (420.000,00) Arus kas bersih dari aktivitas investasi 861.000,00
Arus kas dari aktivitas pendanaan:
Penarikan kembali saham 1.200.000,00
Pembayaran dividen (1.732.000,00)
Arus kas bersih untuk aktivitas pendanaan (2.932.000,00) Kenaikan (penurunan) kas dan setara kas (66.000,00)
Kas dan setara kas pada awal periode 336.000,00
Kas dan setara kas pada akhir periode 270.000,00
Sumber: Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2008:49).
Dari Tabel 2.2 terlihat bahwa kas bersih aktivitas operasi pada tahun 2001
adalah positif sebesar Rp. 2.005.000. Aktivitas investasi pada tahun 2001
menggunakan kas sebesar Rp. 861.000. Sedangkan aktivitas pendanaan pada tahun
2001 menurunkan kas sebesar Rp. 2.932.000. Secara keseluruhan, aktivitas
perusahaan pada tahun 2001 menurunkan saldo kas sebesar Rp. 66.000.
Menurut Djarwanto (2004:125) jenis-jenis penyesuaian umum yang
dilakukan pada laba bersih untuk memperoleh arus kas bersih dari aktivitas operasi
:
a. Menambah kas
- Penurunan netto aktiva lancar selain kas - Penurunan aktiva tidak lancar
- Bertambahnya hutang - Hasil penjualan saham
- Keuntungan dari operasi perusahaan b. Penurunan kas
- Kenaikan netto aktiva lancar selain kas - Kenaikan netto aktiva tidak lancar - Berkurangnya hutang
- Penarikan kembali modal saham - Pembayaran dividen tunai
- Kerugian dalam operasi perusahaan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber tersebut, maka akan
disusun dan dilaporkan menjadi laporan arus kas, melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
b. Pelaporan Arus Kas Atas Dasar Kas Bersih.
c. Pelaporan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan
d. Pelaporan arus kas dari transaksi non kas
e. Pelaporan arus kas dari pos-pos tertentu
a. Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi
Menurut Djarwanto (2004:125), untuk menyajikan laporan arus kas dari
kegiatan operasi dapat digunakan dua metode, yaitu:
1) Metode langsung (direct method)
Dalam metode langsung pelaporan arus kas dilakukan dengan cara
melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari
aktivitas operasional secara lengkap tanpa melihat laporan laba-rugi, dan baru
dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan keuangan.
2) Metode tidak langsung (indirect method)
Dalam metode tidak langsung penyajian laporan arus kas dimulai dari
laba-rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi
perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti
penyusutan, naik turunnya pos aktiva lancar dan utang lancar.
Metode langsung memperlihatkan secara langsung semua jenis penerimaan
dan pengeluaran kas. Penerimaan kas meliputi penagihan dari pelanggan,
penerimaan bunga dan dividen, serta penerimaan lain-lain (jika ada), sedangkan
pengeluaran kas meliputi pembayaran kepada supplier, gaji pegawai, pembayaran
pajak, dan pembayaran lainnya. Kenaikan piutang dagang dikurangkan dari
pendapatan penjualan karena penjualan telah lebih besar diakui dalam laporan laba
rugi daripada uang tunai yang sungguh-sungguh diterima. Jumlah kenaikan
dibayar untuk membeli persediaan lebih besar dari yang dibebankan dalam harga
pokok penjualan, yaitu uang tunai yang dipakai untuk membeli persediaan yang
belum terjual. Kenaikan hutang dagang dikurangkan dari harga pokok penjualan
karena perusahaan dapat menunda pembayaran pembelian persediaan kepada
supplier, sehingga harga pokok penjualan telah diakui lebih besar dari yang
sesungguhnya dibayar.
Penyusutan dan amortisasi dikurangkan dari beban operasi, karena
penyusutan dan amortisasi adalah alokasi biaya, bukan pengeluaran kas.
Pembelian aktiva tetap harus diakui sebagai investasi dengan arus kas keluar
(kecuali terjadi pertukaran hutang atau saham) dalam laporan arus kas pada
periode dimana aktiva tersebut diperoleh. Penyusutan dan amortisasi dalam tahun
tertentu sama dengan perubahan perkiraan akumulasi penyusutan dan amortisasi
dalam neraca, kecuali perusahaan melakukan penjualan aktiva modal. Jika
perusahaan menjual aktiva modal, maka perubahan perkiraan aktiva di neraca tidak
akan sama dengan pengakuan beban penyusutan, karena sebahagian dari perubahan
perkiraan diakibatkan adanya eliminasi akumulasi penyusutan untuk aktiva yang
dijual.
Penurunan biaya dibayar dimuka dikurangkan dari beban operasi, karena
perusahaan telah mengakui beban yang lebih besar dari yang telah dibayarkan
secara tunai. Akhirnya, kenaikan pajak ditangguhkan dikurangkan dari beban
pajak, karena pajak yang ditangguhkan timbul sebagai penyesuaian antara jumlah
beban pajak yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan uang tunai yang
sungguh-sungguh dibayarkan.
Metode tidak langsung dimulai dengan penyajian laba bersih, yang
harus dibayar, item non kas seperti penyusutan dan amortisasi, serta item non
operasi seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap. Penyusutan dan amortisasi
harus ditambahkan kembali ke laba karena merupakan beban non kas. Kenaikan
perkiraan kewajiban pajak yang ditangguhkan juga harus ditambahkan kembali,
karena beban pajak telah lebih besar diakui dari pada pajak yang telah dibayarkan.
Kenaikan piutang dagang dikurangkan karena pendapatan penjualan diakui
lebih besar dibanding uang tunai yang tertagih dari pelanggan. Kenaikan
persediaan dikurangkan karena perusahaan telah membeli persediaan dengan uang
tunai yang lebih besar daripada beban harga pokok penjualan. Padahal harga
pokok penjualan yang dipakai dalam perhitungan laba bersih hanya meliputi
persediaan yang benar-benar terjual.
Penurunan biaya dibayar dimuka ditambahkan kembali, karena perusahaan
telah mengakui beban pada periode berjalan, tetapi telah dibayar tunai pada periode
yang lalu. Kenaikan hutang dagang ditambahkan karena uang tunai yang
dibayarkan ke supplier lebih kecil dari biaya pembelian persediaan yang telah
diakui. Kenaikan biaya yang masih harus dibayar ditambahkan ke laba bersih
karena beban telah diakui sebelum uang kas benar-benar dibayarkan.
Dengan demikian kedua metode penyusunan laporan arus kas tersebut
dimuka mempunyai perbedaan masing-masing, dimana dengan metode langsung
dilakukan dengan mengurangkan pengeluaran kas opoerasi dari peneriman kas
operasi. Metode langsung menghasilkan penyajian laporan penerimaan dan
pengeluaran kas yang ringkas. Sedangkan metode tidak langsung dimulai dari laba
bersih dan mengubahnya menjadi arus kas bersih dari aktivitas operasi. Dengan
kata lain, penyesuaian laba bersih yang dilaporkan tetapi tidak mempengaruhi kas
Perbedaan antara metode langsung dengan metode tidak langsung adalah
bahwa metode langsung memperlihatkan penerimaan dan pengeluaran kas operasi.
Sedangkan metode tidak langsung memusatkan perbedaan antara laba bersih dan
arus kas dari aktivitas operasi, dimana metode tersebut memberikan salinan rugi
laba serta neraca. Akan tetapi dalam menghasilkan kas bersih yang disediakan oleh
aktivitas operasi harus sama diantara metode yang digunakan, baik metode
langsung maupun metode tidak langsung.
Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi
dengan menggunakan metode langsung, karena metode ini memperlihatkan
penerimaan dan pembayaran kas operasi. Sedangkan metode tidak langsung tidak
melaporkan penerimaan dapat pembayaran operasinya. Maka metode langsung ini
lebih baik dari metode tidak langsung.
b. Pelaporan Arus Kas Atas Dasar Kas Bersih.
Pelaporan arus kas bersih dilakukan untuk:
1) Penerimaan dan pengeluaran untuk kepentingan para pelanggan (karena
tidak mencerminkan aktiviras perusahaan). Contoh: penerimaan dan
pembayaran rekening giro, dana pelanggan yang dikelola perusahaan
investasi, dan sewa yang ditagih oleh pengelola perusahaan disetor kepadas
pemilik tanah (properti)
2) Penerimaan dan pengeluaran untuk pos-pos dengan perputaran cepat,
dengan volume transaksi yang besar, dan dalam jangka waktu yang singkat.
Contoh : transaksi kartu kredit, pembelian dan penjualan surat-surat
berharga, dan pinjaman jangka pendek lain dengan jangka 3 (tiga) bulan
c. Pelaporan Arus Kas Dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
Pelaporan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan
pendanaan.
d. Pelaporan Arus Kas Dari Transaksi Non Kas
Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas
atau setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas.Transaksi semacam itu harus
diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat
memberikan informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pedanaan
tersebut.
e. Pelaporan Arus Kas dari Pos-pos Tertentu
1) Pos luar biasa, hanya diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi
dan pendanaan sesuai dengan sifat, transaksinya dan diungkapkan secara
terpisah.
2) Bunga dan dividen, yang diterima dan dibayarkan masing-masing harus
diungkapkan tersendiri dan diklasifikasikan secara konsisten antar periode
sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
3) Pajak penghasilan diungkapkan secara tersendiri dan
diklasifikasikangsebagai arus kas aktivitas operasi kecuali secara spesifik
2.1.3. Pengertian Kas
Kas merupakan pos perkiraan yang paling aktif dari aktiva lainnya.
Perkiraan kas terdiri dari perkiraan yang ada dalam perusahaan dan kas yang ada di
bank. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan unit perusahaan.
Salim (2000:402) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kas
adalah:
Kas, harta yang paling likuid, adalah media pertukaran baku dan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pos lainnya. Kas umumnya diklasifikasikan sebagai harta lancar. Agar dapat dilaporkan sebagai kas, pos bersangkutan harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiban lancar, dan harus bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya dalam pemenuhan hutang.
Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa kas merupakan suatu alat
tukar yang standar dan harta yang paling likuid, memberikan dasar pengukuran,
pencatatan untuk semua perkiraan, pemakaian dan pengembalian tanpa ada batas.
Lebih lanjut Nugroho (2002:243) mengemukakan bahwa: “Kas merupakan aktiva
lancar yang paling likuid (cair) dan terdiri dari pos-pos yang berlaku sebagai alat
tukar dan memberikan dasar bagi pengukuran akuntansi.” Agar dapat dilaporkan
sebagai kas suatu pos harus tersedia setiap saat dan tidak dibatasi penggunaannya
untuk pembayaran kewajiban lancar.
Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan dana yang tersedia pada
deposito bank. Instrumen yang dapat dinegosiasikan seperti pos wesel, cek yang
disahkan, cek kasir, cek pribadi dan wesel bank juga dipandang sebagai kas.
Rekening tabungan biasanya diklasifikasikan sebagai kas, walaupun bank memiliki
pemberitahuan sebelumnya jarang diminta oleh bank dalam praktek, maka rekening
tabungan juga dipandang sebagai kas.
Kas pada pos itu sendiri bukan merupakan harta yang produktif, karena
tidak memberikan hasil atau pengembalian. Namun perlu untuk menyediakan uang
kas yang lebih besar dari yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhn sehari-hari
dengan marjin yang layak dalam kondisi tertentu. Kelebihan kas dari yang
diperlukan harus dimanfaatkan, misalnya dengan mengadakan investasi yaitu
berupa pembelian aktiva tetap dan surat-surat berharga.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa kas
merupakan aktiva yang paling aktif yang berfungsi sebagai alat pembayaran dalam
semua kegiatan usaha. Syarat dari suatu elemen yang dapat dipersamakan dengan
kas yaitu (Wibowo dan Abubakar, 2005:135):
a. Dapat diterima setiap saat sebagai alat pembayaran khususnya dalam
lingkungan bisnis.
b. Dapat disetor ke rekening giro di bank setiap saat sesuai dengan nilai
nominalnya.
Dari kedua elemen pokok tersebut dapat dipakai untuk menentukan apakah
suatu elemen termasuk kas atau bukan kas.
Menurut Wibowo dan Abubakar (2005:137), elemen-elemen yang termasuk
kas yaitu:
a. Kas pada perusahaan (cash on hand) b. Kas di bank (cash in bank)
c. Cek bertanggal mundur (post date cheque) d. Deposito berjangka (time deposit)
e. Cek yang tidak cukup dana (Not Sufficient Fund) atau cek kosong (Not Fund)
f. Investasi jangka pendek
i. Bank Draft.
a. Kas pada perusahaan (cash on hand)
Elemen yang termasuk kas dalam perusahaan dapat digolongkan dalam
beberapa kategori antara lain (Wibowo dan Abubakar, 2005:137):
1) Uang tunai, meliputi uang logam dan uang kertas yang dimiliki perusahaan,
termasuk uang tunai yang terdapat pada kas kecil dalam perusahaan.
2) Check yang diterima sebagai alat pembayaran dari pihak lain tetapi oleh
perusahaan belum digunakan atau belum disetor ke bank.
3) Elemen-elemen lain yang dapat dipersamakan dengan kas kecil, seperti: wesel
pos, bukti kiriman uang, bank draft, money order dan lainnya.
b Kas di bank (cash in bank)
Kas di bank adalah semua saldo rekening koran atau rekening giro yang
dimiliki perusahaan dan dapat digunakan setiap saat sebagai alat pembayaran.
Dalam praktek sehari-hari sering sekali ada elemen-elemen yang tidak dapat
tergolong kedalam kas, tetapi dimasukan ke dalam kas sehingga elemen tersebut
perlu dipisahkan dari kas.
Elemen yang tidak termasuk ke dalam kas yaitu (Wibowo dan Abubakar,
2005:139):
1) Kas bon atau uang muka intern adalah merupakan bukti pengambilan uang kas yang dilakukan petugas perusahaan untuk melakukan pembayaran ke pihak luar yang jumlahnya belum dapat dipastikan dan bukti-bukti pendukungnya baru diperoleh jika sudah dibayar.
2) Persediaan perangko dan meterai. Persediaan ini sering kali dalam prakteknya dimasukkan sebagai elemen kas, hal ini tidak benar karena persediaan perangko dan meterai tidak dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan tidak dapat disetor ke rekening di bank.
Cek yang bertanggal mundur adalah cek yang diterima dari pihak lain pada
tanggal tertentu tetapi dibubuhi tanggal yang selang beberapa waktu kemudian
dibandingkan dengan penerimaan cek tersebut.
d. Deposito berjangka (time deposit)
Deposito berjangka adalah simpanan di bank yang pengambilannya terkait
pada peraturan dalam jangka waktu tertentu, sehingga simpanan tersebut tidak
dapat diambil atau diuangkan setiap saat sesuai dengan pengambilannya.
e. Cek yang tidak cukup dana (Not Sufficient Fund) atau cek kosong (Not Fund) Cek yang diterima perusahaan dari pihak luar dapat berupa cek yang tidak
cukup dananya dan bahkan mungkin merupakan cek kosong, sehingga cek tersebut
tidak dapat digunakan atau disetor ke dalam rekening bank.
f. Investasi jangka pendek
Karena investasi jangka pendek bertujuan untuk menghindari kas yang
menganggur, maka dalam prakteknya seringkali investasi jangka pedek disajikan
sebagai unsur kas. Penyajian tersebut tidak dapat dibenarkan karena investasi
jangka pendek tidak dapat langsung dipakai sebagai alat pembayaran setiap saat
dan tidak dapat disetor ke dalam rekening bank. Dengan demikian investasi jangka
pendek bukan merupakan unsur kas.
g. Kas dibatasi pemakaiannya (restricted cash)
Dalam suatu perusahaan mungkin terdapat kas yang dibatasi pemakaiannya
untuk tujuan khusus, seperti untuk pelunasan utang jangka panjang, ekspansi dan
pembayaran dividen.
Piutang wesel yang diserahkan pada bank untuk ditagih pada pihak lain
seringkali dimasukkan sebagai unsur kas di bank, perlakuan tersebut tidak
dibenarkan karena piutang wesel tidak termasuk unsur kas. Apabila piutang wesel
telah dapat diuangkan atau ditagih oleh bank baru memenuhi unsur sebagai kas.
i. Bank Draft
Hal ini timbul apabila perusahaan telah melakukan pembayaran dengan cek
melalui saldo rekening bank, sehingga catatan kas di bank yang diselenggarakan
perusahaan saldo kecil, maka menurut peraturan ini tidak diperbolehkan. Bank over draft tidak boleh disajikan sebagai elemen kas dan harus disajikan sebagai utang lancar.
Kas terdiri dari saldo kas atau yang ada di dalam perusahaan dan rekening
giro atau kas yang ada di bank. Pengertian kas juga meliputi kas kecil seperti
penerimaan tunai dan cek yang disetor ke bank. Kas merupakan aktiva perusahaan
yang paling likuid. Kas yang ada di bank biasanya disebut ‘kas di bank” dan kas
yang ada di tangan biasanya disebut ‘kas di tangan’.
2.1.4. Tujuan dan Kegunaan Informasi Arus Kas 2.1.4.1. Tujuan Informasi Arus Kas
Menurut Baridwan (2004:43), “Tujuan utama laporan aliran kas adalah
untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu
perusahaan selama suatu periode”. Berarti dengan adanya informasi dari laporan
arus kas memungkinkan semua pihak dapat mengetahui dari mana kas diperoleh
dan kemana kas dialokasikan. Informasi tersebut sangat berguna dan dapat
dimanfaatkan masing-masing pihak sesuai dengan kepentingannya.
a. Menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas bagi investor dan kreditur.
b. Membantu pembaca laporan keuangan dalam memperkirakan perbedaan antara laba bersih (net income) dengan penerimaan serta pengeluaran kas yang terkait dengan pendapatan tersebut.
c. Membantu menentukan pengaruh transaksi kas dan nonkas dari aktivitas pendanaan dan investasi terhadap posisi keuangan suatu entitas.
Selanjutnya menurut Sirait (2001:69) tujuan pelaporan arus kas yaitu:
a. Memperlihatkan hubungan di antara laba bersih dan perubahan saldo kas. Saldo kas dapat menurun meskipun perusahaan memperoleh laba bersih dan juga sebaliknya.
b. Melaporkan arus kas masa lalu untuk membantu: - Memprediksi arus kas masa mendatang.
- Mengevaluasi penghasilan dan penggunaan kas oleh manajemen. - Menentukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga serta
dividen dan menbayar hutang yang jatuh tempo. c. Mengidentifikasi perubahan bauran aktiva produktif.
Neraca memperlihatkan status sebuah perusahaan pada saat tertentu.
Sebaliknya, laporan arus kas, laporan laba-rugi, dan laporan laba ditahan mencakup
satu periode tertentu. Laporan arus kas menjelaskan dari mana datangnya uang kas
dan ke mana dibelanjakan dalam periode tertentu. Selain kas, laporan ini juga
memberikan penjelasan mengenai ekuivalen kas, yaitu investasi jangka pendek
yang sangat likuid sehingga dapat dengan mudah dikonversi menjadi kas.
Dari semua pendapat tersebut, fungsi dan informasi laporan arus kas adalah
memberikan informasi yang memugkinkan bagi para nasabah untuk mengevaluasi
perubahan dari aktiva bersih, stuktur keuangan (likuiditas dan solvabilitas) dan
kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Tujuan laporan arus kas bagi perbankan adalah agar bank dapat mengetahui
kas dan memungkinkan para nasabah untuk menilai dan membandingkan nilai
sekarang dan arus kas masa depan bank.
2.1.4.2. Kegunaan Informasi Arus Kas
Salim (2000:373), menyatakan bahwa manfaat laporan arus kas bagi pihak
internal dan eksternal perusahaan sebagai berikut:
a. Pihak internal (manajemen) memanfaatkan laporan arus kas sebagai dasar untuk menilai likuiditas perusahaan, menentukan kebijakan dividen, dan mengevaluasi imbas (akibat) dari keputusan-keputusan kebijakan pokok yang dibuat manajemen menyangkut investasi dan pendanaan.
b. Pihak eksternal, khususnya investor dan kreditur juga memanfaatkan laporan arus kas. Investor memanfaatkan laporan arus kas sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan penanaman modal, sedangkan kreditur memanfaatkannya sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan kredit.
Singkatnya, pihak internal dan eksternal menggunakan informasi yang
terdapat dalam laporan arus kas untuk memprediksi kemampuan entitas
menghasilkan kas dan setara kas, yang kemudian dijadikan sebagai dasar
pertimbangan pembuatan keputusan sesuai dengan kepentingan masing-masing
pihak. Menurut Harahap (2006:257), dengan melakukan analisis terhadap arus kas
ini dapat diketahui:
a. Kemampuan perusahaan menggenerate kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus keluar perusahaan masa lalu.
b. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang.
c. Informasi bagi investor, kreditor, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan.
d. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang.
e. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
Informasi tentang arus kas akan membantu para pemodal dan kreditur untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih yang positif
dan memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya, termasuk
kemampuannya untuk membayar dividen pada masa yang akan datang. Selain itu,
laporan arus kas membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengetahui
alasan-alasan tentang perbedaan antara laba bersih atau laba akuntansi dengan laba
tunainya. Laporan arus kas juga membantu para pemakai laporan keuangan untuk
menentukan dampak dari transaksi-transaksi cash dan noncash investing serta
pendanaannya terhadap posisi keuangan perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No.2 Paragraf 03-04 (2004:Seksi 2.1-2.2)
mengemukakan sebagai berikut:
Jika digunakan dalam kaitanya dengan laporan keuangan lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, stuktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menhasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan kerena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.
Informasi dalam laporan arus kas akan membantu investor, kreditur dan
pihak lain dalam menilai hal berikut (Harahap, 2006:259):
a. Kemampuan kesatuan menghasilkan arus kas masa depan.
antara pos-pos seperti penjualan dan arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan akan memungkinkan untuk membuat ramalan yang lebih baik mengenai arus kas perusahaan.
b. Kemampuan kesatuan usaha untuk membayar dividen dan memenuhi kewajiban. Secara sederhana, jika suatu perusahaan tidak mempunyai cukup uang kas, maka upah karyawan tak dapat dibayar, utang tak terlunasi, dividen tak terbayar atau peralatan tak terbeli. Selain itu laporan arus kas menunjukkan bagaimana kas digunakan dan darimana diperoleh. Semua pihak yang terkait dengan perusahaan sangat berkepentingan dengan informasi arus kas yang dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan.
c. Perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Angka laba bersih penting karena memberikan informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan bisnis dari satu periode ke periode lain. Tetapi beberapa orang mengkritik laba bersih berdasar akrual karena taksiran harus dibuat untuk menghitungnya. Akibatnya, keandalan dari angka itu sering diragukan. Tidak demikian halnya dengan kas. Banyak pembaca laporan keuangan ingin mengetahui alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Kemudian mereka dapat menilai bagi diri mereka sendiri keandalan dari angka laba.
d. Transaksi investasi dan pendanaan kas dan nonkas selama periode itu. Dengan memeriksa aktivitas investasi suatu perusahaan (pembelian atau penjualan aktiva selain dari produknya) dan transaksi pendanaannya (peminjaman dan pelunasan pinjaman investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik), pembaca laporan keuangan dapat memahami lebih baik mengapa aktiva dan kewajiban meningkat atau menurun selama periode itu.
2.1.5. Kebijakan Dividen
Menurut Siegel (2001 : 254), “laba perusahaan yang dibayarkan kepada
para pemegang saham disebut sebagai dividen”, sedangkan kebijakan dividen
menurut Brigham dan Houston (2000 : 66) adalah “kebijakan yang menciptakan
keseimbangan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan dimasa mendatang yang
memaksimumkan harga saham”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham bersumber dari keuntungan yang
dividen adalah penentuan pembayaran dividen meliputi saat pembayaran dan
jumlah nominal dividen yang dibayarkan.
Perusahaan harus memilih apakah dividen akan dibayar saat ini (periode ini)
atau ditunda hingga periode berikutnya. Menurut Hin (2001 : 20), walaupun pada
suatu periode tertentu perusahaan memperoleh keuntungan belum tentu melakukan
pembayaran dividen, karena perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
melakukan ekspansi atau membayar beban hutang. Tetapi bisa saja perusahaan
yang mengalami kerugian justru membayarkan dividen dari saldo kas atau laba
ditahan pada periode sebelumnya.
Ahmad (2004 : 194) menguraikan beberapa ‘kebijakan dasar’ yang dapat
dipilih (dianut) perusahaan sehubungan dengan saat pembayaran dan jumlah
nominal dividen yang akan dibayarkan, yaitu:
1. Dividen per saham yang stabil. Perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang tetap pada setiap periode, walaupun perusahaan tersebut mengalami kerugian.
2. Dividen pay out (DPO) yang stabil. Rasio dividen dengan laba bersih stabil, tetapi jumlah nominal dividen yang dibayarkan bervariasi.
3. Dividen kombinasi. Selain jumlah pembayaran dividen yang tetap, perusahaan dapat membayar dividen tambahan jika keuntungan perusahaan meningkat.
4. Dividen residual. Dividen yang dibayarkan adalah residu (sisa) laba setelah dana untuk kebutuhan investasi terpenuhi. Dalam hal ini, jika pada suatu periode perusahaan mengalami kerugian, maka dividen tidak akan dibayar.
Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kebijakan dividen adalah (Riyanto, 2000 : 267):
1. Posisi likuiditas perusahaan
Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan saat menetapkan besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan adalah posisi likuiditas perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen melibatkan arus kas keluar (cash outflow) yang relatif besar, sehingga kebijakan tersebut harus ditetapkan berdasarkan posisi likuiditas perusahaan.
Disamping posisi likuiditas, perusahaan juga harus mempertimbangkan kebutuhan dana kas untuk membayar utang-utangnya. Jika perusahaan menetapkan bahwa utang yang jatuh tempo akan dibayar dengan menggunakan sumber-sumber dana internal, maka jumlah dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham akan berkurang.
3. Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan (ekspansi) perusahaan juga membutuhkan dana kas. Jika perusahaan memutuskan untuk membiayai pertumbuhan dari sumber-sumber dana internal, maka jumlah pembayaran dividen akan berkurang. Namun jika kebutuhan dana ekspansi dipenuhi dari sumber dana eksternal, maka perusahaan dapat menstabilkan atau meningkatkan pembayaran dividen.
2.1.6. Pengaruh Arus Kas terhadap Perubahan Dividen
Dana yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen kepada para pemegang
saham adalah bersumber dari dana kas perusahaan, sedangkan dana kas perusahaan
bersumber dari aliran (arus) kas berbagai aktivitas perusahaan, yang secara garis
besar dibagi atas 3 golongan, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Jika arus kas masuk cukup besar, maka ketersediaan dana kas juga
besar (posisi likuiditas kuat), yang berarti kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen juga cukup kuat. Dengan demikian, salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan dan berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen adalah
informasi tentang kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setara kas yang
disajikan dalam ‘laporan arus kas’.
Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2000 : 66), “kebijakan dividen
harus menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan
dimasa mendatang yang memaksimumkan harga saham”. Ini berarti faktor lain
yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah kebutuhan perusahaan
atas dana kas untuk membiayai pertumbuhan (ekspansi) dalam aktivitas
investasinya. Jika perusahaan memutuskan untuk membiayai pertumbuhan
membayar dividen akan berkurang atau tidak dibayar sama sekali. Pertumbuhan
perusahaan adalah suatu hal yang penting, karena pertumbuhan juga ditujukan
untuk meningkatkan aliran kas, yang pada gilirannya akan meningkatkan
pembayaran dividen dimasa yang akan datang.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap kebijakan pembagian dividen adalah kemampuan menghasilkan aliran kas
dan kebutuhan perusahaan atas dana kas. Perusahaan harus berupaya
mengalokasikan dana kasnya sebaik mungkin agar pembayaran dividen saat ini
dapat ditingkatkan melalui pertumbuhan dimasa mendatang, yang secara
keseluruhan terangkum dalam laporan arus kas perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung
kerangka konseptual penelitian.
1. Ida Novawanty (2010)
Judul penelitian adalah “Pengaruh Arus Kas Operasi dan Profitabilitas
terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Variabel penelitian adalah arus kas operasi (X1) dan return on asset (X2) sebagai variabel independen, dan dividen payout ratio (Y) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan kedua variabel independen
tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio secara bersama-sama, dan juga secara parsial masing-masing variabel independen tidak berpengaruh terhadap
dividen payout ratio. Hal ini menunjukkan bahwa arus kas operasi dan return on
2. Weny Artika Sari (2011)
Judul penelitian adalah “Analisis Hubungan antara Laba Bersih dan Arus
Kas Operasi dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI”. Variabel penelitian adalah laba bersih (X1) dan arus kas operasi (X2
3. Norma Kristina Ritonga (2010)
) sebagai
variabel independen dan dividien kas (Y) sebagai variabel dependen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial laba bersih memiliki hubungan
dengan dividen kas, sedangkan arus kas operasi tidak memiliki hubungan dengan
dividen kas. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa laba bersih dan arus
kas operasi mempunyai hubungan dengan dividen kas.
Judul penelitian adalah “Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas dan Likuiditas
Terhadap Pembagian Dividen Tunai Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”. Variabel penelitian adalah laba bersih (X1), arus kas total (X2)
dan current ratio (X3 sebagai variabel independen dan dividen tunai (Y) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan laba
bersih, arus kas total dan current ratio mempunyai pengaru yang signifikan
terhadap pembagian dividen tunai, akan tetapi secara parsial arus kas total dan
current ratio tidak berpengaruh terhadap pembagian dividen tunai, sedangkan
labar bersih berpengaruh signifikan terhadap pembagian dividen tunai.arus kas
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Salah satu kebijakan penting yang berhubungan dengan arus kas adalah
perubahan pembayaran dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang
dibayarkan kepada para pemegang saham atau investor. Kebijakan pembayaran
dividen melibatkan arus kas keluar (cash outflow) yang relatif besar, sehingga dalam prosesnya, kebijakan tersebut harus ditetapkan dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan kebutuhan perusahaan atas dana
kas. Kebijakan pembayaran dividen harus dibuat untuk menciptakan
keseimbangan antara pembayaran dividen dengan pertumbuhan perusahaan,
karena pertumbuhan juga ditujukan untuk meningkatkan aliran kas, yang pada
gilirannya akan meningkatkan pembayaran dividen dimasa yang akan datang.
Untuk menciptakan keseimbangan tersebut perlu diketahui sumber kas
darimana yang harus dialokasikan untuk pembayaran dividen. Sesuai dengan
makna dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham, maka
terdapat suatu anggapan bahwa sumber kas terbaik untuk pembayaran dividen
adalah dari aktivitas operasional, karena kas dari aktivitas operasioanal diperoleh
dari hasil usaha yang mencerminkan laba. Jika perusahaan menggunakan kas dari
Arus Kas Operasi Perubahan Dividen
Arus Kas Bersih Perubahan Dividen
Vaiabel Independen (X)
aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan maka keadaan tersebut dapat bermakna
bahwa sebenarnya perusahaan sedang kesulitan dana. Pembagian dividen dengan
menggunakan kas dari penjualan investasi atau pengalihan kas dari pendanaan
cenderung dianggap sebagai upaya lain untuk meningkatkan perolehan dana yang
lebih besar dari para pemegang saham.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya.
Berdasarkan konsep dan teori sebagai mana penulis kemukakan diatas, maka
penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni:
2.4.1. Arus Kas Operasi
Arus kas operasi merupakan sumber utama dana kas dari sumber
internalnya. Kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan investasi serta
memenuhi pembayaran utang dan dividen sangat tergantung pada aliran kas dari
sumber internal. Secara umum dapat dikatakan jika arus kas dari operasi
perusahaan cukup tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dana dan membayar dividen semakin tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
2.4.2. Arus Kas Bersih
Besar kecilnya jumlah dividen yang dibayarkan tidak hanya tergantung pada
kas bersih dari aktivitas operasional, tetapi juga dipengaruhi oleh dua aktivitas
lainnya, yaitu aktivitas investasi dan pendanaan. Walaupun aktivitas operasi
menghasilkan kas dalam jumlah besar tetapi jika perusahaan membutuhkan kas
untuk investasi atau pendanaan maka pembayaran dividen sering ditunda.
Sebaliknya, walaupun aktivitas operasi menghasilkan kas negatif tetapi perusahaan
perlu menaikkan harga saham sering diputuskan untuk melakukan pembayaran
dividen dengan menggunakan saldo kas sebelumnya atau menggunakan dana yang
diperoleh dari aktivitas investasi dan pendanaan. Keseluruhan kebijakan tersebut
tercermin pada arus kas bersih yang merupakan penandingan ketiga jenis aktivitas,
yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel arus kas operasi, arus kas bersih
(X) berpengaruh terhadap variabel dependen perubahan dividen (Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs
Waktu penelitian yang dilakukan penelulis adalah mulai dari bulan Oktober
sampai dengan bulan Desember 2011.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya
membatasi pembahasan pada menguji apakah arus kas operasi berpengaruh nyata
terhadap perubahan dividen dan apakah arus kas bersih berpengaruh nyata terhadap
perubahan dividen. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010.
3.4. Definisi Operasional
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas
dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah arus kas yang disajikan
dalam laporan arus kas perusahaan, terdiri dari:
a) Arus kas dari aktivitas operasi, yaitu kas bersih perusahaan yang
bersumber dari aktivitas operasionalnya, diukur dalam skala rasio
dengan satuan Rupiah.
b) Arus kas bersih, yaitu kas bersih perusahaan yang bersumber dari
semua aktivitas, yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan,
diukur dalam skala rasio dengan satuan Rupiah.
2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah perubahan dividen, yaitu
jumlah kenaikan atau penurunan nilai nominal dividen yang dibayarkan
perusahaan pada tahun 2010 dibanding tahun 2009, diukur dalam skala rasio
dengan satuan Rupiah.
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio sebagai alat
mengukur nilai nominal yang terdapat dalam laporan arus kas pada perusahaan
yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan skala rasio, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun nilai nominal yang terdapat dalam
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
2010, yang berjumlah 432 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik
mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria
yang ditentukan adalah:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 – 2010.
2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2009 – 2010.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keu