HUBUNGAN PELAPISAN SOSIAL PETERNAK DOMBA DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM JARINGAN KOMUNIKASI
DI DESA GUNUNG SEUREUH KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
AKHMAD NURYAHYA
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
HUBUNGAN PELAPISAN SOSIAL PETERNAK DOMBA DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM JARINGAN KOMUNTKASI
DI DESA GUNUNG SEUREUH KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
AKHMAD NURYAEYA DO3495040
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
HUBUNGAN PELAPISAN SOSIAL PETERNAK DOMBA DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM JARINGAN KOMUNIKASI
Dl DESA GUNUNG SEUREUH KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
Oleh:
AKHMAD NURYAHYA
Skripsi
ini
telah disetujui dan disidangkandi hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14
Februari
2000Menyetujui,
Pembimbing ~ n w a
Ir.
ada an
Duljaman. MS. $enguji
DuaDr.
Ir.
Andriyono K. Adhi Pembimbing Utama~ r i % Dr. Pang S. Asnnari.
M.
Ed. Penguji SatuMengetahui, ,. . 1-..
Ketua
Jurusan S E P Dekan Fakultas PeternakanFakultas Peternakan IPB
SUMMARY
Nuryahya, A. 2000. The Relationship between Social Stratification and Involvement in Comunication Network of Sheep Breeders in Gunung Seureuh Village Leuwiliang Subdistrict Bogor Regent (Advisory Committee: Andriyono
K
Adhi. as chairman; Burhanuddin, as member).
The study of the communication it's very urgent to develop in action of sheep breeders as subject of development animal husbandry sub-sector. There are expedients to pass the study of communication network to understand the flow of information "who talks to hom" to find the information.
The objectives of this research were to understand (1) the sheep breeders of social stratification (2) illustration of communication network and (3) the relationship between social stratification and communication network.
This research used the communication network analysis models by means of design sociometri survey to receive of sociogram. The population was the sheep breeders which live in Gunung Seureuh vilage, Leuwiliang subdistrict Bogor regent. The identification of social stratification to consist of age, education, economic status, ownership of sheep, exposure of mass media and long time breeders. The identification of communication network variable was the part individual and individual connectedness.
The result of these research showed more than half of respondents were the youthful category, low-education, economic status of poor category, the exposure of mass media was low-category, and long time breeders of low category. In these sociogram was founded two
cliques
and both of them contain 17 and 13 with 3 liaison. There were not founded theisolates
in this general sociogram but it's founded in sub-topic sociogram.RINGKASAN
Nuryahya, A. 2000. Hubungan Pelapisan Sosial Peternak Domba dengan Keterlibatannya dalam Jaringan Komunikasi di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor @i bawah Bimbingan : Andriyono K. Adhi sebagai Pembimbing Utama, Burhanuddin sebagai Pembimbing Anggota).
Studi ilmu komunikasi sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan peternak sebagai pelaku utama pembangunan sub sektor peternakan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui kajian yang mendalam tentang jaringan komunikasi untuk memperlihatkan arus informasi yang tejadi, "kepada siapa" peternak mendapatkan informasi dan "kepada siapa" peternak menyebarkan informasi tentang usaha ternak domba.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pelapisan sosial peternak domba, (2) gambaran jaringan komunikasi peternak domba dan (3) hubungan antara pelapisan sosial peternak domba dengan keterlibatannya dalam jaringan komunikasi di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Model penelitian yang digunakan adalah analisis jaringan komunikasi (comrnunzcation network analysis) dengan desain survei sosiometri untuk mendapatkan sosiogram. Populasi penelitian adalah peternak domba di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Identifikasi pelapisan sosial terdiri dari umur, pendidikan, status ekonomi, pemilikan ternak, keterdedahan media massa dan lama betern&, sedangkan identifikasi variabel jaringan komu6kasi adalah peranan individu dan derajat koneksi individu.
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengan total responden berumur muda (berkisar antara 21 sampai dengan 42 tahun), pendidikan rendah (tidak sekolah sama sekali dan tidak lulus SD), status ekonomi dalam kategori miskin (pengeluaran sembako kurang dari Rp. 2.698.010,OO) kemudian pemilikan ternak yang seimbang (rata-rata 1.42 ST), keterdedahan media massa rendah (Frekuensi pemanfaatannya antara 1 sampai 4 jam perm'nggu) dan lama beternak yang rendah (berkisar antara
1
sampai dengan 12 tahun)l dd ada sosiogram ditemukan dua klik yang masing-masing mempunyai anggota sebanyak 17 dan 13 anggota peternak dengan tiga penghubung Tidak ditemukan isolate pada sosiogram secara umum dan ditemukan isolate pada sub topik sosiogram.
Peternak yang menduduki posisi bridge adalah peternak #1, #4, #8, #9, #lo, #12, #19, #22, #23 dan #27. Mereka menghubungkan klik I dan klik i i h o s i s i star diduduki oleh peternak #1, #lo, #19 dan #22.ditemukan 16 pasangan mutualpair, enam posisi chain dan lima posisi neglectee.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis adalah putra ketiga dari pasangan Bapak M. Su'ud Abd Hamid dan Ibu Sofiah. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 1989 dari SDN Plintahan Pandaan dan sebelumnya telah menyelesaikan Madrasah Diniyah di PP Darut Ta'lim Mlaten Pandaan. Pendidikan sekolah menengah pada tahun 1992 di SMPN I Pandaan Pasuruan. Pendidikan menegah atas tahun 1995 di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP-SPMA) Sidoarjo. Penulis diterima di IPB pada Fakultas Peternakan, Program Studi Sosial Ekonomi Ternak dengan minat studi Komunikasi dan Penyuluhan melalui jalur undangan siswa berprestasi tahun 1995 dan diterima di Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) Tanjung Malang tetapi hanya sempat menjalaninya selama satu semester.
Prestasi yang pernah diraih penulis adalah Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SLTA-Pertanian se-Jawa dan Bali yang diselanggarakan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang tahun 1993, sebagai Pemuda Pelopor Pembangunan bidang teknologi tepat guna tingkat Popinsi Jawa Timur sekaligus mendapatkan penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga
RI
dan GubernurKDH
TK I Jawa Timur tahun 1994, Juara I Lomba Demontrasi Cara (DEMCA) pada Temu Siswa Tani dan Nelayan Tingkat Daerah (TESISTADA) Jawa Timur 1994.
Penulis sering mengikuti seminar dan pelatihan diantaranya pelatihan Kewirausahaan yang diselengarakan oleh IPB dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, pelatihan Tenaga Pendamping program Proksidatani yang diselenggarakan oleh IPB, Departemen Pertanian serta Departemen Koperasi dan PKM tahun 1999.
Pengalaman bekerja adalah sebagai Tenaga Pendamping Program P4M2.T di Kabupaten Lebak tahun 1999, asisten dosen Manajemen Komunikasi dan asisten Komunikasi Audiovisual pada Program Studi Diploma KPP tahun 1998-1999 dan asisten luar biasa Pembangunan Masyarakat Desa tahun 1998.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmah-Nya dan
Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
"Hubungan Pelapisan Sosial Petemak Domba dengan Keteriibatannya dalam Jaringan
Komunikasi di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor".
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :
(1). Bapak Dr. Ir. Andriyono K. Adhi selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama yang senantiasa sabar membimbing dan mengarahkan
penulis.
(2). Bapak Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing anggota atas bimbingan,
saran dan kritik yang diberikan kepada penulis.
(3). Bapak Ir. Amirudin Saleh, MS se1aku dosen penguji seminar terima kasih atas
saran dan kritik yang diberikan.
(4). Bapak Dr. Ir. Arnri Jahi, M Sc se1aku Ketua Program Studi SET atas bimbingan
dan tidak jenuh-jenuh menasehati penulis.
(5). Bapak Ir. Richard W. E. Lumintang, MSAE selaku Ketua Jurusan SEIP yang
telah memberikan kepercayaan penuh kepada penulis untuk mengelola
praktikum mata kuliah Manajemen Komunikasi untuk Program Studi KPP.
(6). Bapak Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad, M.Sc yang telah mengundang penulis untuk
masuk IPB, terima kasih atas bantuan biaya yang diberikan kepada penulis
selama penelitian.
(7). Yang tercinta : Ayahanda dan Ibunda, Mbak Yati, Mbak Mut, Dik Yudi, Jeng
Vivin, terima kasih atas bantuan dan dorongan moril serta kasih sayang yang
diberikan selama ini.
(8). Ternan SEIP 32, 34 dan 35 terutama Dewi Cs, Eti, Farid, Udin terima kasih atas
kerjasamanya se1ama ini.
Penelitian ini merupakan langkah awal untuk memulai studi komunikasi
peternakan yang lebih baik dan baru dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi
peternak. Tentunya penulis menyadari masih banyak yang harus dilakukan perbaikan
pada penelitian ini agar didapatkan hasil yang optimal.
Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca, peminat
dan peneliti bidang komunikasi terutama komunikasi pembangunan pedesaan. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Januari 2000
DAFTARISI
Halaman
RINGKASAN ... .
RIWAYATHIDUP... II
KATAPENGANTAR ... IV
DAFTAR TABEL ... VI
DAFTARGAMBAR ... VII
DAFT AR LAMPIRAN ... .
PENDAHULUAN ... .
Latar Belakang ... .
Masalah Penelitian ... .
Tujuan Penelitian ... .
Kegunaan Penelitian ... .
TINJAUANPUSTAKA ... .
Pelapisan Sosial. ... . Faktor Penyebab Pelapisan Sosial
x
1
1
3
4
4
6
6
7 Model Komunikasi Konvergen... 9
Analisis Jaringan Komunikasi ... . 10 Teknik Sosiometri ... 14
Beberapa Hasil Studi tentang Pelapisan Sosial dengan Jaringan
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS ... 17
Kerangka Berfikir... 17
Hipotesis ... 18
METODE PENELITIAN ... 19
Model Penelitian ... 19
Populasi dan Sampel... 19
Disain Penelitian ... 19
Data dan Instrumen ... 21
Validitas Instrumen ... 21
Reliabilitas Instrumen... 22
Pengumpulan Data... 22
Analisis Data... ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 24
Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 24
Pelapisan Sosial... 25
Umur Petemak ... ... ... 25
Tingkat Pendidikan... ... ... 26
Status Ekonomi.. .... ... ... ... ... ... .... .... .... ... .... 27
Pemilikan Temak ... ... ... ... ... 29
Keterdedahan Media Massa... 30
Lama Betemak ... 31
Identifikasi Klik. .... 34
Identifikasi Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi ... \(... 41
Derajat Koneksi Individu ... '" ... .... .... ... .... 46
Hubungan Pelapisan So sial Petemak Domba dengan Keterlibatannya v dalam Jaringan Komunikasi... ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN... ... ... ... ... 51
Kesimpulan ... 51
Saran... 52
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Distribusi Frekuensi Umur Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 26
2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... 27
3. Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... 28
4. Distribusi Frekuensi Pemilikan Ternak Domba Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 30
5. Distribusi Frekuensi Keterdedahan Media Massa Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 31
6. Distribusi Frekuensi Lama Beternak Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... 32
7. Matriks Komunikasi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... ... ... ... 35
8. Distribusi Peranan dan Derajat Koneksi Individu Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 45
9. Distribusi Frekuensi Derajat Koneksi Individu Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tampak Model Komunikasi Konvergen... 10 2. Tampak Sosiogram dan Posisi Klik... ... ... ... ... 15 3. Bagan Hubungan antara Variabel Pelapisan Sosial dengan Variabel
Jaringan Komunikasi Petemak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ... 18 4. Sosiogram Jaringan Komunikasi Petemak Domba di Desa Gunung
Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... ... .... .... ... 36 5. Sosiogram Jaringan Komunikasi Sub Topik Pemasaran Petemak Domba di
Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... 37 6. Sosiogram Jaringan Komunikasi Sub Topik Pemeliharaan Domba
Petemak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor... 38 7. Sosiogram Jaringan Komunikasi Sub Topik Informasi Pengembalian
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub sektor petemakan merupakan sub sektor strategis dari sektor pertanain
untuk pemerataan kemakmuran rakyat dalam pembangunan nasional karena dapat
membuka peluang dan kesempatan berusaha yang mampu menyerap angkatan kerja
dalam jumlah besar, mampu memberikan konstribusi terhadap
PDB
dalam bentukdevisa negara untuk membayar hutang luar negeri dan sumber penghidupan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan produksi petemakan merupakan
hasil kerja keras semua komponen bangsa terutama masyarakat petemak dan
agroindustri, namun hal ini tidak bertahan lama.
Ketertinggalan sub sektor petemakan di Indonesia tidak terlepas dari strategi
pembangunan yang keliru. Pada masa orde baru pembangunan petemakan yang
memanfaatkan resource base domestic tidak mendapat perhatian senus.
Pembangunan sub sektor peternakan hanya dipandang sebagai penunjang kebijakan
"harga pangan murah" padahal sub sektor ini memegang peran penting dalam
meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Mendayagunakan potensi petemakan dalam rangka mengurangi impor
daging dan protein hewani guna menghemat devisa negara sudah sangat mendesak
untuk segera dilaksanakan. Pemberdayaan petemak melalui aksesibilitas permodalan,
penyedian kredit lunak, penciptaan pasar yang seimbang dan pengolahan hasil hams
diimbangi dengan pemberdayaan manusia pengelolanya dalam hal ini petemak. Salah
2
kemampuan interaksi mereka dalam masyarakat termasuk berusaha temak domba melalui studi komunikasi yang berhubungan erat dengan perilaku petemak sebagai suatu komponen sistem sosial masyarakat.
Studi ilmu komunikasi sudah saatnya dilakukan dengan intensif sebagai upaya pemberdayaan masyarakat petemak domba melalui kajian yang mendalam tentang jaringan komunikasi untuk memperlihatkan arus informasi yang terjadi, kepada siapa petemak mendapatkan informasi dan kepada siapa menyebarkan informasi. Studi jaringan komunikasi ingin memberikan kontribusi dalam pembangunan petemakan dan aspek penting untuk menunjukkan perilaku petemak, hubungan antara petemak satu dengan petemak lain.
Pada masyarakat yang berlapis-lapis, proses penyebaran suatu informasi akan bermula dari lapisan yang paling atas dan berakhir pada lapisan yang paling bawah (Soekanto, 1987). Namun, pola hubungan atau interaksi yang teIjadi umumnya terbatas antar beberapa individu tertentu. Hal inilah yang menyebabkan kesenjangan efek komunikasi mengenai suatu informasi. Informasi petemakan biasanya memakan waktu yang cukup lama untuk tersebar dikalangan petemak. Hubungan petemak dengan petemak lain akan membentuk rangkaian hubungan yang disebut sebagaijaringan komunikasi petemak.
3
Masalah Penelitian
Studi jaringan komunikasi diperkenalkan oleh Moreno (Jahi, 1993) dengan mengoperasionalkan ajakan Simmel melalui "geometri hubungan sosial" dengan menggunakan metode sosiometri.
Meskipun sosiometri tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometri dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang teIjadi dalam komunikasi. Selanjutnya Bavelas (Goldberg, 1985) membangkitkan kembali studi jaringan komunikasi. Baveles mengembangkan suatu strategi untuk mengendalikan anggota kelompok dengan hanya membolehkan anggota kelompok membuat catatan tertulis dengan membatasi mereka pada saluran komunikasi tertentu.
Selama ini penelitian-penelitian dalam bidang petemakan banyak difokuskan pada peningkatan produksi petemakan dengan mengabaikan penelitian tentang perilaku petemakan. Dalam kaitannya dengan pelapisan sosial, penelitian ini ingin mengetahui keterlibatan seorang petemak dalam jaringan komunikasi. Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana konsep yang telah ditulis oleh Rogers dan Kincaid (1981), Crowell dan Katcher (Goldberg, 1985), kemudian Crowell dan Sceidel (Goldberg, 1985). Masing-masing memperkuat dugaan bahwa karakteristik petemak, pelapisan so sial dan peer raating (penilaian kelompok sebaya) mempengaruhi keterlibatan seseorang dalam jaringan komunikasi.
4
komunikasi. Berkaitan dengan uraian diatas ada beberapa masalah yang ingin
diajukan dalam penelitian ini, yaitu :
(\). Bagaimanakah pelapisan sosial peternak domba yang berada di Desa Gunung
Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor ?
(2). Bagaimanakah jaringan komunikasi pada kelompok peternak domba di Desa
Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor ?
(3). Apakah ada hubungan yang signifikan antara pelapisan sosial peternak domba
dengan keterlibatannya dalam jaringan komunikasi ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku komunikasi dengan
pelapisan sosial peternak domba
di
Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian terperinci sebagai berikut :(\). Untuk mengetahui pelapisan so sial peternak domba di Desa Gunung Seureuh,
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
(2). Untuk mengetahui gambaran jaringan komunikasi peternak domba di Desa
Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
(3). Mengetahui hubungan antara pelapisan sosial peternak domba dengan
keterlibatannya dalam jaringan komunikasi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah terutama untuk
mengevaluasi kebijakan yang telah diambil berkaitan dengan upaya peningkatan
5
penyuluhan yang akan dilaksanakan memerlukan sarana komunikasi yang merupakan
inti dari penelitian ini, maka diperlukan upaya yang optimal dalam mempercepat arus
informasi melalui studi-studi yang memperlihatkan perilaku petemak dalam jaringan
komunikasi.
Selain itu hasil penelitian ini akan berguna sebagai :
(1). Bahan pembanding dalam melaksanakan penelitian selanjutnya dalam disiplin
ilmu komunikasi untuk pengembangan petemak domba.
(2). Bahan pertimbangan dalam meningkatkan efektifitas program pembangunan
oleh penentu kebijakan dalam merencanakan program pengembangan petemakan
domba masa depan.
(3). Bahan menentukan strategi penyuluhan untuk meningkatkan produksi
TINJAUAN PUSTAKA
Pelapisan Sosial
Sorokin (Soemardjan dan Soemardi, 1964) menyatakan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau heirarkhis. Perwujudannya adalah adanya lapisan atas dan lapisan bawah.
Pelapisan sosial mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam organisasi sosial, mula-mula pelapisan sosial didasarkan pada perbedaan suku, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, perbedaan berdasarkan pembagian dan perbedaan berdasarkan kekayaan. Semakin kompleks dan semakin majunya perkembangan suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan sosial dalam masyarakat (Soekanto, 1987).
Secara teoritis semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial tidak demikian, pembedaan atas lapisan sosial merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem so sial setiap masyarakat.
Beteile (Pujiwati, 1985) menyatakan pelapisan so sial adalah gambaran mengenai ketidaksamaan (iniquity) dalam kehidupan masyarakat. Menurut Beteile menelaah struktur sosial (abstract from ideas) adalah tidak cukup, perlu melengkapinya dengan analisis mengenai pembagian masyarakat atas group, strata dan kelas. Sumber ketidaksamaan adalah : (1) sumber gejala status dan (2) organisasi dan pengorganisasian.
7
Dalam struktur desa lama, status seorang anggota masyarakat ditentukan
oleh keeratan hubungan dengan desanya ditandai dengan hak dan kewajiban
komunal. Dasar penentuan status diutarakan dalam sistem kesikepan yang juga
dikenal sebagai sistem gogol. Menurut sistem ini status masyarakat dibedakan antara
kaum sikep yang diberi hak menggunakan tanah komunal dan kaum tangkong yang
tidak diberi pinjaman tanah desa; sistem ini ditemukan di daerah pedesaan Cirebon
(Prasaja, 1974).
Koentjaraningrat (1961) mengklasifikasikan masyarakat pedesaan antara
kelas wong sugih atau orang kaya dan kelas wong cilik atau orang kecil, antara
pemilik lahan dengan buruh. Ogburn (1974) menyebutkan bahwa status adalah hasil
dari kedudukan individu dalam kelompok. Pelapisan so sial masyarakat mempunyai
fungsi penting dalam ketidaksamaan status.
Faktor Penyebab Pelapisan Sosial
Soekanto (1987) menyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
teIjadinya pelapisan sosial adalah sebagai berikut :
(1). Ukuran kekayaan: individu yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk
dalam lapisan teratas dilingkungannya.
(2). Ukuran kehormatan: individu yang paling dihormati menempati lapisan teratas.
(3). Ukuran kekuasaan: individu yang memiliki kekuasaan dan wewenang
menempati lapisan tertinggi.
(4). Ukuran ilmu pengetahuan: ini berlaku pada masyarakat yang menghargai ilmu
8
Untuk menganalisis pelapisan sosial yang teIjadi dapat dilakukan dengan mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti tingkat umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, keterdedahan media massa, kepemilikan suatu harta dan pengalaman individu. Pelapisan sosial yang ada pada suatu sistem masyarakat akan memberikan gambaran nyata terhadap interaksi sosial yang sebenarnya teIjadi dengan ditandai oleh adanya strata so sial yang berbeda.
Umur
Tingkat aktivitas seseorang banyak dipengaruhi oleh tingkat umur. Seseorang akan semakin matang dalam berfikir dan semakin meningkat aktivitasnya dengan semakin meningkatnya umur (Burhanuddin, 1992)
Pada batas umur tertentu aktivitas akan semakin menurun sesuai dengan kemampuan fisiknya. Contohnya aktivitas dalam mengarnbil keputusan, semakin tambah umur (tua) semakin lambat untuk berfikir dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu sikap dan perilaku petemak yang dipengaruhi oleh umur.
Peudidikan
9
Status Ekonomi
Gonzales (Jahi, 1993) menyatakan bahwa individu dengan status ekonomi
yang tinggi umumnya berpeluang untuk menduduki posisi atas, seperti pemimpin
formal atau informal. Status ekonomi biasanya diukur dari jumlah materi atau
fasilitas yang dimiliki oleh seseorang. Makin banyak fasilitas yang dimiliki seseorang
maka makin kuat motivasinya untuk berkembang atau lebih mudah mengikuti
kegiatan di luar komunitasnya.
Keterdedahan Media Massa
Penggunaan dan pemanfaatan media massa akan memperluas penguasaan
informasi dan motivasi untuk mengambil keputusan dalam mengadopsi inovasi atau
mengubah perilaku individu. Menurut Gonzales (Jahi, 1993) semakin tinggi frekuensi
penggunaan atau pemanfaatan media massa semakin banyak pula informasi yang
diperoleh sehingga memperbesar motivasi dalam mengambil keputusan
Model Komunikasi Konvergen
Model komunikasi konvergen atau komunikasi interaktif diperkenalkan oleh
Kincaid dengan menganalisis komunikasi sebagai konsep pemusatan yakni informasi
yang disebarkan oleh partisan komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan
pengertian (Rogers dan Kincaid, 1981). Menurut Gonzales (Jahi, 1993) model
komunikasi konvergen atau interaktif menganggap komunikasi sebagai suatu
transaksi diantara partisan yang setiap individu memberikan kontribusi pada transaksi
10
Pada kenyataannya konsep jaringan komunikasi dan prinsip konvergen diturunkan dari informasi karena informasi telah menjadi konsep dasar untuk pendekatan sistem kehidupan. Informasi yang disebarkan oleh dua orang atau lebih partisan komunikasi mengarahkan kepada tindakan kolektif, kesamaan tujuan dan kesamaan pengertian diantara pelaku komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Gambar berikut akan memberikan penjelasan sederhana tentang komunikasi konvergen.
Participant A Understanding
•
A B [image:24.603.148.471.276.388.2]Mutual understanding A & B
Gambar 1. Tampak Model Komunikasi Konvergen.
Participant B Understanding
Berdasarkan Gambar 1. bahwa komunikasi merupakan sebuah proses, ditunjukkan dengan tumpang tindih (over lap) pengertian dari dua individu yakni partisan menciptakan dan membagi informasi satu sarna lain untuk menciptakan kesamaan pengertian.
Analisis Jaringan Komunikasi
II
Schramm dan Kincaid (1978) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan inti daTi jaringan komunikasi karena rangkaian interpersonal ini
merupakan sarana terkecil penyaji informasi atau pusat informasi yang merupakan
syarat kelanjutan dari suatu komunikasi yang akan membentuk jaringan.
Gonzales (Jahi, 1993) menyatakan bahwa sifat informasi yang beredar dalam
jaringan komunikasi tidak lagi bersifat pesan tetapi sudah bersifat keterangan.
Penerima informasi dapat menerima penjelasan lebih lanjut melalui tanya jawab
sampai informasi tersebut dapat dimengerti. JaTingan komunikasi interpersonal sangat
penting dan menentukan dalam masalah pengambilan keputusan mengenai
pemecahan masalah. Lebih lanjut Ganzales (Jahi, 1993) menyatakan hubungan yang
terjadi antar individu dapat digambarkan dalam hubungan garis akan terlihat adanya
sejumlah garis dengan mata rantai yang dapat mencakup sejumlah individu. Manusia
sebagai variabel dalam jaringan komunikasi yang menunjukkan adanya hubungan
antar variabel yang berbeda-beda.
Prosedur yang biasa digunakan dalam analisis jaringan komunikasi menurut
Rogers dan Kincaid (1981) adalah:
(1). Mengidentifikasikan klik dalam sistem sosial.
(2). Mengidentifikasikan beberapa peranan komunikasi spesifik seperti liaison,
bridge dan isolat.
(3). Mengukur beberapa indeks struktur komunikasi seperti derajat koneksi individu.
Prosedur tersebut sering dipergunakan untuk memperlihatkan dan
menggambarkan jaringan komunikasi pada beberapa obyek penelitian yang
12
Identifikasi Klik
Rogers dan Kincaid (1981) mendefinisikan klik sebagai bagian dari sistem
yakni anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sarna lain. Untuk
mengetahui individu itu dapat dimasukkan dalam suatu klik atau tidak, ada tiga
kreteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, yaitu:
(1). Setiap klik minimal terdiri dari tiga anggota atau lebih.
(2). Setiap anggota klik minimal mempunyai derajat hubungan lebih dari setengah
total hubungan di dalam klik.
(3). Seluruh anggota klik secara lang sung atau tidak langsung harus saling
berhubungan melalui suatu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara
kontinu dan menyeluruh dalam klik.
Dalam mempelajari proses komunikasi digunakan cara yang disebut analisis
jaringan komunikasi untuk menerangkan dan mengidentifikasikan struktur dan
kombinasi sebagai alat ilmiah bagi peneliti.
Peranan Jaringan Komunikasi Spesifik
Roger dan Kincaid (1981) menyatakan bahwa perananjaringan komunikasi
adalah liaison, bridge dan isolat. Gonzales (Jahi, 1993) menambah dengan satu
variabel yaitu klik. Berikut adalah pengertian dari istilah di atas:
(1). Liaison (penghubung) adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik
atau lebih dalam suatu sistem, namun ia tidak menjadi anggota klik manapun.
(2). Bridge (jembatan) adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik atau
13
(3). Isolate (pencilan) adalah individu yang tidak menjadi angota dalam suatu sistem
atau individu yang tidak terlibat dalam jaringan komunikasi.
(4). Klik adalah kelompok kecil temp at individu tersebut berinteraksi.
Menurut Vredenbregt (Suparman, 1987) ada beberapa peranan komunikasi
yang dapat dilihat dari jaringan komunikasi yaitu :
(I). Star (tokoh) adalah seorang individu yang menerima sejumlah besar pilihan dari
anggota lainnya.
(2). Mutual pair (pasangan) adalah pilihan timbal balik antara anggota kelompok.
(3). Isolate adalah salah seorang individu yang tidak memilih maupun tidak dipilih.
(4). Neglectee yaitu individu yang memilih, tetapi tidak dipilih baik sebagi pilihan
pertama maupun sebagai pilihan lebih lanjut.
(5). Rejectee yaitu individu yang menerima pilihan negatif(penolakan sosial).
(6). Chain yaitu sub kelompok dari individu yang berhubungan me1alui pilihan.
(7). Clique yaitu kelompok dari individu yang melalui hubungan timbal balik sebagai
mana chain dan juga setiap pasangan mutual pair.
Indeks Strnktur Komnnikasi
Indeks struktur komunikasi yang dapat dilihat adalah derajat koneksi,
integrasi dan diversity individu. Berikut ini definisi masing-masing indeks struktur
komuniakasi yaitu:
(1). Derajat koneksi individu (individual connectedness) adalah derajat seorang
14
(2). Derajat integrasi individu (individual integration) adalah darajat dari seorang anggota jaringan berhubungan dengan beberapa orang yang juga saling berhubungan satu sama lain.
(3). Derajat perbedaan (diversity) adalah derajat dimana seorang anggota jaringan berhubungan satu sama lain yang mempunyai perbedaan dalam beberapa
karakteristik individu.
Teknik Sosiometri
Pengukuran hubungan interpersonal dalam jaringan komunikasi menggunakan teknik sosiometri. Sosiometri merupakan metode penyelidikan yang didasarkan "siapa berinteraksi dengan siapa" pada individu diantara klik-klik. Rogers dan Kincaid (1981) menyatakan bahwa sosiometri merupakan hasil dari analisis data kuantitatif tentang pola komunikasi diantara individu dalam sebuah sistem sosial dengan menanyakan kepada siapa mereka berhubungan. Vredenbergt (Suparman, 1987) menyatakan bahwa sosiometri adalah suatu metode yang bertujuan untuk meneliti interaksi-interaksi sosial dari anggota suatu kelompok.
Gonzales (Jahi, 1993) menyatakan bahwa sosiogram dalam batas-batas tertentu menyajikan suatu gambaran interaksi dalam jaringan sosial, untuk kelompok yang cukup kecil dan sedikit interaksi sangat berguna untuk menelusuri aliran informasi atau difusi suatu inovasi.
15
Berikut ini adalah sebuah contoh sosiogram dengan posisi individu dalam
jaringan komunikasi yang dikutip dari Young (Suparman, 1987).
Individual chosen
0
o
Individual choosingMutual choice
,
,
,
,
,
,
,
,
,
ABC D E (Clique)
,
,
,
,
セセセMMMMMMMMMMMMMMMMMM
Star
BMBMBBGセ@
o
Isola!-
スAGUiNAセ⦅、⦅セ@
Asゥ⦅BᆪAセ@
___
0
o
Individual rejectionMutual rejection
Star
G
H
Gambar 3. Tampak Sosiogram dan Posisi Klik.
Dari pengertian-pengertian sosiometri diatas, dapat disimpulkan bahwa
sosiometri merupakan suatu metode pengukuran interaksi individu dengan individu
lain dalam suatu sistem. Pengukuran ini dapat diusahakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sosiometris kepada responden tergantung kepada topik yang
akan diteliti. Sosiogram akan memperjelas posisi dan peranan seorang individu
[image:29.603.127.473.131.473.2]16
Analisis sosiometris menggunakan sosiogram yang merupakan gambar yang
menyajikan pilihan-pilihan responden dalam jaringan komunikasi, baik itu memilih,
dipilih, menolak atau ditolak. Sosiogram digunakan untuk memberikan informasi
adanya klik, bridge dan isolate. Selain itu sosiogram akan memudahkan mengetahui
indeks struktur komunikasi untuk mencari derajat koneksi individu.
Beberapa Hasil Studi tentang Pelapisan Sosial dengan Jaringan Komunikasi
Studi tentang pelapisan sosial sebelumnya pernah dilakukan oleh
Burhanuddin (1992) yang mengemukakan bahwa umur dan tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi keterlibatan peternak dalam jaringan komunikasi, sedangkan status
sosial ekonomi, pemilikan ternak dan keterdedahan media massa perJu diperhatikan
dalam alih teknologi. Pelapisan sosial menjadi variabel independen adalah umur,
tingkat pendidikan, status ・ォッョッュセ@ pemilikan ternak dan keterdedahan media massa.
Setyanto (1993) mengemukakan bahwa karakteristik individu mempunyai
hubungan positif dengan keterlibatan petani dalam jaringan komunikasi. Makin muda
umur, makin tinggi tingkat pendidikan, makin lama pengalaman beternak, makin
berani mengambil resiko dan makin kosmopolit seorang peternak burung walet, maka
makin cenderung peternak terlibat dalam jaringan komunikasi.
Sementara Witardi (1997) mengemukakan bahwa umur, dan status sosial
ekonomi tidak berhubungan positif dengan keikutsertaannya dalam jaringan
komunikasi, tetapi variabe1-variabel lain seperti tingkat pendidikan akan
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berfikir
Penelitian ini didasarkan pada satu konsep yang dikemukakan oleh Rogers
dan Kincaid (1981) bahwa karakteristik individu dimungkinkan dapat mempengaruhi
variabel jaringan komunikasi yang selanjutnya variabel komunikasi akan
mempengaruhi perilaku individu.
Gonzales (Jahi, 1993) individu yang berkomunikasi dengan individu lainnya
memiliki karakteristik serupa. Karakteristik itu dapat menjadi pembeda antara
individu satu dengan individu lainnya atau lebih dikenal dengan pelapisan sosial. Hal
ini ditunjukkan oleh individu yang tidak memiliki kesamaan cenderung kurang
berkomunikasi satu sarna lain.
Scheidel dan Crowell (Goldberg, 1985) menjelaskan tentang penelitian
hubungan (contiguity research) yaitu menguraikan proses komunikasi kelompok
dengan cara mengkategorikan pemyataan anggota kelompok dalam berbagai kelas
dan tipe. Perwujudannya adalah anggota kelompok yang mengirim pesan lebih
banyak disebut pemimpin. Rogers dan Kincaid (1981) kembali mengemukakan
bahwa karakteristik individu adalah umur dan status ekonomi.
Pelapisan sosial yang dianalisis pada penelitian ini adalah umur, pemilikan
ternak, tingkat pendidikan, status ekonomi, keterdedahan media massa dan lama
beternak. Variabel yang dianalisis dalam jaringan komunikasi adalah peranan
individu dan derajat koneksi individu. Hubungan antara variabel pelapisan sosial dan
variabel j aringan komunikasi dapat digambarkan pada bagan berikut.
Variabel Pelapisan Sosial
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan 3. Status ekonomi 4. Pemilikan Ternak S. Keterdedahan
media massa 6. Lama Beternak
18
Variabel J aringan Komunikasi
1. Peranan Individu
2. Derajat Koneksi Individu
Gambar 3. Bagan Hubungan antara Variabel Pelapisan Sosial dengan Variabel Jaringan Komunikasi Peternak Domba di Desa Gunung Seuruh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang mendasari penelitian Inl, akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ho:
Variabel pelapisan so sial secara nyata tidak mempengaruhi keterlibatan peternak dalam jaringan komunikasi [image:32.602.136.515.78.235.2]METODE PENELITIAN Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis jaringan komunikasi
(communication network analysis) dengan model komunikasi interaktif atau
konvergen. Model ini menganggap komunikasi adalah suatu transaksi yang setiap
individu memberikan sumbangan dengan derajat yang berbeda.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian adalah kelompok petemak domba di Desa
Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penentuan populasi dan
sampel dilakukan dengan met ode tertuju (purposive sampling method) karena
pertimbangan biaya dan waktu.
Cara pengambilan sampel met ode tertuju ialah dengan memilih sub grup dari
populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai
dengan sifat populasi. Miller (Rakhmat, 1999) menyatakan bahwa metode tertuju
tidak dapat dilakukan dari populasi yang belum dikenal karaktemya terlebih dahulu.
Pemilihan sampel dengan metode ini harus memiliki tingkat signifikansi dan prosedur
pengujian hipotesis.
Disain Penelitian
Penelitian ini didisain sebagai survai sosiometri untuk mengukur hubungan
komunikasi antar individu dalam suatu sistem so sial. Variabel yang diukur adalah
umur, pendidikan, status ekonomi, pemilikan temak, keterdedahan media massa dan
20
lama beternak. Keenam variabel tersebut akan dilihat hubungannya dengan
keterlibatannya dalam jaringan komunikasi. Variabel yang diidentifikasi dalam
jaringan komunikasi adalah peranan individu dan derajat koneksi individu.
Adapun penjelasan variabel-variabel diatas adalah sebagai berikut:
(1). Umur diukur dengan menggunakan skala rasio dihitung dengan usia dalam
tahun. Pengkategoriannya berdasarkan pada nilai rataannya.
(2). Pendidikan diukur dari tingkat pendidikan formal dengan pengkategoriannya
berdasarkan nilai rata-rata pendidikan.
(3). Status ekonomi diukur berdasarkan tingkat pengeluaran peternak untuk sembi Ian
bahan pokok selama satu tahun. Status ekonomi dikategorikan menjadi miskin
dan kaya berdasarkan pada nilai rataannya.
(4). Pemilikan ternak domba diukur dari jumlah ternak domba yang dimiliki oleh
peternak saat peternak diwawancarai. Pengkategoriannya dilakukan dengan cara
mengurutkan jumlah ternak dalam Satuan Ternak (ST), kemudian ditentukan
nilai rataannya. Satu satuan ternak diasumsikan ekuivalen yakni sebesar 0.17
untuk domba betina dewasa. Domba umur 0 sampai 6 bulan (0.09), domba umur
6 sampai 12 bulan (0.17) dan domba umur 12 bulan lebih (0.20).
(5). Keterdedahan media massa diukur dari frekuensi pemanfaatan media massa
(televisi, radio dan koran) setiap minggu. Nilai rata-ratanya akan menentukan
responden dalam kategori rendah dan tinggi.
(6). Lama beternak adalah lamanya responden melakukan kegiatan beternak domba,
diukur berdasarkan skala rasio dengan satuan tahun. Nilai rataannya akan
21
(7). Peranan individu adalah kedudukan seorang anggota kelompok petemak dalam
jaringan komunikasi. Diukur berdasarkan skala nominal yang terbagi menjadi
kategori isolate dan kategori non-isolate yang terdiri dari bridge, star, mutual
pair, chain dan neglectee.
(8). Derajat koneksi individu adalah derajat seorang individu berhubungan dengan
individu lainnya dalam suatu sistem. Diukur berdasarkan skala interval dengan
cara membagi hubungan aktual yang teIjadi (n) dengan jumlah kemungkinan
hubungan dalam kelompok petemak yaitu (N - 1), dengan N adalah jumlah
responden.
Data dan Instrumen
Data terdiri dari informasi yang menunjukkan arah hubungan anggota
jaringan. Data primer berasal dari kuesioner dan wawancara dengan beberapa
informan sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Gunung
Seureuh dan sekretariat kelompok Tunas Harapan. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: (J) mengukur pelapisan sosial petemak domba, (2) mengukur jaringan
komunikasi petemak domba dan (3) mengukur sub topik jaringan komunikasi
petemak domba.
Validitas Instrumen
Validitas kuesioner dapat diusahakan selaras dengan literatur yang dipelajari,
informasi tentang pengelolaan temak domba dari Dinas Petemakan Kabupaten
Bogor, informasi dari PPL dan mengikuti prosedur yang biasa digunakan dalam
--'.;::-/.
·f,-,
.\:.'
...22
penelitian jaringan komunikasi. Sebelumnya dilakukan prauji kuesioner, dengan memilih sejumlah responden yang representatif Pertanyaan diajukan dan dilihat kemungkinan adanya salah paham atau makna yang membingungkan pada kuesioner.
Reliabilitas Instrumen
Menurut Forcese dan Richer (Rakhmad, 1999) suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sarna atau peneliti lain tetapi memberikan hasil yang sarna.
Reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik ulangan, dimana kuesioner diuji pada responden yang sarna pada waktu yang berbeda. Skor responden pada pengukuran pertama dikorelasikan dengan pengukuran kedua. Hasil uji karelasi kuesioner menunjukkan 0.856, berarti kuesioner reliabel.
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan yang dimulai pada bulan Juli 1999 sampai dengan akhir bulan Desember 1999 di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang. Semua responden diberi pertanyaan-pertanyaan sosiometris dengan cacah lengkap yang dilakukan sendiri oleh peneliti.
Analisis Data
23
menggunakan analisis statistik deskriptik. Derajat koneksi individu dihitung dengan
menggunakan pendekatan indeks koneksi yaitu :
n I K =
-N -1
Keterangan :
IK = Indeks Koneksi
n = Hubungan-hubungan nyata petemak
N = lumlah responden
Analisis sosiometri digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang
terjadi antar anggota kelompok. Untuk memudahkan analisis terlebih dahulu dibuat
matriks komunikasi yang didapat dari pertanyaan sosiometris pada kuesioner
kemudian dibuat sosiogram. Selanjutnya sosiogram digunakan untuk melihat peranan
dan derajat koneksi individu petemak domba.
Hubungan pelapisan sosial petemak dengan keterlibatannya dalam jaringan
komunikasi dianalisis menggunakan Chi-square test dengan kaidah pengambilan
keputusan sebagai berikut :
Ho diterima jika X2 hitung < X2tabel
RASIL DAN PEMBARASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Gonung Seureuh merupakan wilayah Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor dengan luas wilayah l.860 Ha, jumlah penduduk 9.150 jiwa,
terletak 40 km dari pusat Kota Bogor ke arab barat dan ketinggian lebih dari 1000 m
dpl. Wilayah desa ini terbagi menjadi dua pedukuan (dusun) yaitu Dusun Gunung
Seureuh dan Dusun Sadeng. Topografi wilayah Desa Gonung Seureuh berbukit-bukit
sehingga untuk menjangkau wilayah ini hanya dapat dilakukan dengan transportasi
kendaraan roda dua. Mata pencabarian utama penduduk desa ini sebagai petani dan
petemak dan termasuk dalam kategori desa tertinggal menurut data yang dikeluarkan
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor.
Wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan petemakan domba
dengan dukungan oleh potensi hijauan makanan temak (HMT) yang besar. Hampir
40 persen wilayah ini ditumbuhi oleh rumput gajah (Penisetum purpureum) dan HMT
lainnya seperti kaliandra, pohon nangka dan ketela pohon baik yang berada pada
lahan pertanian maupun di lahan kehutanan.
Potensi yang besar mendorong petani untuk melakukan usaha temak domba,
yang dilakukan sebagai usaha sampingan selain usahatani lainnya. Bantuan kredit
dari BPR Leuwiliang yang dikelola oleh Pusat Studi Pembangunan (PSP) lPB
merangsang petani untuk mulai menjadikan usaha temak domba sebagai altematif
dalam meningkatkan pendapatan. Kredit yang diberikan lebih diutamakan untuk
memperbaiki skala yang sudah ada disamping aspek manajemen usaha temak domba.
25
Hal lain yang teramati adalah petemak domba membentuk suatu organisasi atau paguyuban kelompok petemak domba penerima UC KUK DAS BPR yang merupakan fusi dari kelompok tani yang sudah ada. Kelompok tersebut dinamakan Kelompok Petemak Tunas Harapan. Kegiatan yang sering dilakukan adalah mengadakan pertemuan rutin setiap hari jum'at dengan membahas masalah petemakan biasanya dipimpin oleh sorang PPL dan anggota KTNA desa.
Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial petemak domba pada penelitian ini meliputi umur petemak, tingkat pendidikan, status ekonomi, pemilikan temak, pengalaman betemak dan keterdedahan media massa. Pelapisan sosial yang ada pada petemak domba di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor akan memperlihatkan persentase kategori yang telah dibuat berdasarkan nilai rata-rata setiap varibel pelapisan sosial.
Vmur Peternak
26
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Petemak Domba di Desa Gunung Seurueh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Umur Petemak
Muda (21 sampai 42 tahun)
Tua (45 sampai 71 tahun)
Jumlah
Banyaknya Petemak (orang)
17
13
30
Presentase (%)
56.67
43.33
100.00
Umur petemak yang termasuk kategori muda berkisar antara 21 sampai
dengan 42 tahun, sedangkan petemak yang termasuk pada kategori umur tua berkisar
antara 45 sampai dengan 71 tahun.
Tingkat umur petemak akan mempengaruhi aktivitas dalam usaha temak
domba. Hal ini dapat diamati dari respon seorang responden terhadap kuesioner yang
diajukan. Terdapat kematangan berpikir tentang usaha temak domba pada kategori
umur tua.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi dua yaitu kategori
responden yang tidak lulus sekolah dasar dan kategori responden yang lulus sekolah
dasar. Pengkategorian tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tingkat pendidikan
yaitu 2.06. Pada kategori tidak lulus SD mencapai 60 persen atau 18 orang dari total
responden dan kategori lulus SD mencapai 40 persen atau 12 orang dari total
respond en. Pendistribusian frekuensi pendidikan petemak domba dapat dilihat pada
[image:40.600.100.511.111.231.2]27
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Petemak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Pendidikan Banyaknya Petemak Persentase
(orang)
(%)
Tidak lulus SD 18 60
Lulus SD 12 40
Jumlah 30 100
Pendidikan responden pada kategori tidak lulus SD meliputi responden yang benar-benar tidak mengenyam pendidikan SD dan responden yang mengenyam pendidikan SD tetapi tidak sampai lui us. Sedangkan responden pada kategori lulus SD adalah responden yang lulus sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi petemak dalam menerima dan mengadopsi suatu pengetahuan dari penyuluh dan penerapan suatu teknologi tepat guna petemakan. Kesulitan petemak dalam manajemen usaha temak domba adalah salah satu penyebab karena rendahnya tingkat pendidikan. Teramati pada beberapa responden yang belum melek huruf.
Status Ekonomi
[image:41.600.97.511.112.219.2]28
Pemerintah Kabupaten Bogor tentang Inpres Desa Tertinggal (IDT). Penyesuaian
harga di lokasi penelitian didasarkan pada kesulitan distribusi terutama transportasi
yakni antara harga yang berada pada pasar Kecamatan Leuwiliang berbeda antara 2
sampai 5 persen, karena lokasi desa yang sedikit terisolir. Sehingga harga sembako
relatiflebih mahal dari desa lain yang tidak terpencil dan tidak kesulitan transportasi.
Kategori miskin dan kaya diambil dari nilai rata-rata pengeluaran sembako,
kategori miskin jika pengeluaran sembako kurang dari Rp. 2.698.010,00 selama
setahun dan kategori kaya jika pengeluaran rumah tangga peternak untuk sembako
lebih dari Rp. 2.698.010,00 setiap tahunnya. Responden dengan kategori miskin
sebanyak 66.67 persen atau 20 orang dari total responden dan responden dengan
kategori kaya sebanyak 33.33 persen atau 10 orang dari total responden.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan dilokasi penelitian sangat
tinggi, yang dapat diamati adalah rumah responden rata-rata berasal dari bambu
dengan penerangan berasal dari minyak tanah karena belum terjangkau oleh instalasi
penerangan dari PLN. Transportasi yang kurang tersedia membuat responden jarang
berinteraksi dengan wilayah lain yang lebih maju.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Status Ekonomi Banyaknya Peternak Persentase
(orang)
(%)
Miskin 20 66.67
Kaya 10 33.33
[image:42.598.95.512.553.661.2]29
Pemilikan Ternak
Ternak yang dimiliki oleh responden berasal dari Uji Coba Kredit Usaha
Konservasi DAS dan BPR Leuwiliang, milik pribadi dan pemeliharaan dengan sistem
paroan. Jumlah ternak yang dihitung adalah jumlah ternak domba yang ada pada saat
responden diwawancarai.
Jumlah ternak yang dipelihara oleh responden berkisar antara 0.65 ST
sampai 3.18 ST. Rata-rata jumlah pemilikan ternak yang dipelihara oleh responden
adalah 1.42 ST. Pemilikan ternak dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori sedikit
dan kategori banyak. Pengkatagorian pemilikan ternak didasarkan pada nilai
rata-ratanya, kategori sedikit jika responden memiliki ternak kurang dari 1.42 ST dan
kategori banyak jika responden memiliki ternak lebih dari 1.42 ST.
Responden yang termasuk pada kategori pemilikan ternak sedikit ada sekitar
50 persen sedangkan responden dengan kategori pemilikan ternak banyak ada sekitar
50 persen. Pemilikan ternak antara responden kategori sedikit dan kategori banyak
ternyata seimbang. Selanjutnya distribusi frekuensi pemilikan ternak domba disajikan
pada Tabel4.
Peternak yang memiliki ternak melebihi rata-rata dianggap oleh peternak
lainya mempunyai status lebih tinggi dalam kekayaan. Peternak dengan pemilikan
ternak banyak mempunyai pendapatan lebih tinggi apabila ternak dijual. sehingga
pendapatan perkapita rumah tangga peternak akan meningkat. Dapat teramati bahwa
responden yang mempunyai jumlah ternak domba daiam jumlah yang banyak mudah
30
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemilikan Ternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Pemilikan Ternak Banyaknya Peternak Persentase
(orang)
(%)
Sedikit (0.65 sampai 1.42 ST) 15 50
Banyak (1.42 sampai 3.18 ST) 15 50
Jumlah 30 100
Keterdedahan Media Massa
Keterdedahan media massa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi pemanfaatan media massa dalam meningkatkan pengetahuan peternak domba. Keterdedahan media massa meliputi radio, televisi dan koran yang berhubungan dengan peternakan.
[image:44.598.96.512.112.219.2]31
berhubungan dengan peternakan yaitu Tabloid Sinar Tani yang terbit semingu sekali
dan banyak dimanfaatkan terutama oleh tokoh-tokoh dalam kelompok peternak untuk
meningkatkan pengetahuan. Tabel 5 akan memperjelas distribusi frekuensi
keterdedahan media massa peternak domba di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Keterdedahan Media Massa Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Keterdedahan Media Massa Banyaknya Peternak Persentase
(orang)
(%)
Rendah (1 sampai 4 jam perminggu) 17 56.67
Tinggi (5 sampai 13 jam perminggu) 13 43.33
Jumlah 30 100.00
Lama Beternak
Lama beternak didefinisikan sebagai pengalaman responden melakukan
kegiatan usaha ternak domba baik melakukan usaha ternak sendiri atau pemeliharaan
dengan sistem bagi hasil, dihitung dalam satuan tahun. Lama beternak responden
bervariasi antar responden satu dengan responden lainnya yaitu antara 1 sampai 24
tahun, maka dibuat pengkategorian berdasarkan nilai rata-rata dari 30 responden.
Rata-rata lama beternak adalah 12.3 tahun. Jika responden mempunyai lama beternak
1 sampai 12.3 tahun maka termasuk pada kategori pengalaman beternak rendah,
sedangkan responden yang mempunyai lama beternak lebih dari 12.3 tahun maka
[image:45.598.100.511.250.358.2]32
Dari 30 responden yang dilibatkan pada penelitian ini dapat diketemukan
bahwa responden dengan lama beternak rendah ada sekitar 55.33 persen atau 16
orang dari total responden dan responden dengan lama beternak tinggi ada sekitar
46.67 persen. Untuk lebih lengkapnya distribusi frekuensi lama beternak para
peternak domba di Desa Gunung Seureuh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
akan disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Lama Beternak Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Pengalaman Beternak Banyaknya Peternak Persentase
(orang)
(%)
Rendah (1 sampai 12 tahun) 16 53.33
Tinggi (13 sampai 24 tahun) 14 46.67
Jumlah 30 100.00
Dilihat dari pendistribusian lama beternak, responden dengan kategori rendah
umumnya barn menerima Uji Coba Kredit Usaha Konservasi (UC KUK DAS BPR)
sejak dilaksanakannya program dari Pusat Studi Pembangunan (pSP-IPB) tahun
1997. Sedangkan peternak dengan kategori tinggi, sudah mulai beternak sebelum
adanya kredit ini. Sebelumnya usaha ternak domba hanya untuk memenuhi kebutuhan
soma tani (keluarga tani) saja selain usaha pertanian sebagai usaha pokok.
Analisis Jaringan Komunikasi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Dalam mempelajari proses komunikasi yang terjadi antar anggota peternak
[image:46.598.95.512.276.385.2]33
(communication network analysis). Analisis jaringan komunikasi ini dapat menggambarkan dan mengidentifikasi interaksi sosial seorang peternak dengan peternak lainnya.
Analisis jaringan komunikasi pada penelitian ini menggunakan pendekatan sosiometri untuk membentuk suatu sosiogram. Sebelum membentuk sosiogram terlebih dahulu membuat matriks komunikasi untuk menje1askan "siapa berbicara dengan siapa" dengan intensitas interaksi tertentu yang dilakukan oleh peternak. Matriks komunikasi tidak dapat menj elaskan arus informasi yang エ・イェ。、セ@ hanya untuk mempermudah membuat sosiogram dengan menambahkan arus informasi yang terjadi disesuaikan dengan pertanyaan sosiometri pada kuesioner. Se1anjutnya akan disajikan matriks komunikasi untuk menjelaskan "petemak siapa berinteraksi dengan siapa" yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Sosiogram yang terbentuk dapat menggambarkan bahwa hubungan antar anggota kelompok yang terjalin cukup dinamis, hal ini dibuktikan dengan tidak ada seorang anggota ke1ompok peternak yang menjadi isolate. Sosiogram jaringan komunikasi peternak dapat dilihat pada Gambar 4.
Sub topik yang dibicarakan oleh anggota peternak adalah informasi pengembalian kredit, pemeliharaan domba dan pemasarannya. Pengembalian kredit
-
34
dari PPL petemakan. Hal lain yang senng dibicarakan oleh petemak adalah ーセュ。ウ。イ。ョN@ Permasalahan pemasaran domba menjadi masalah baru bagi petemak Sebelumnya petemak memasarkan dombanya melalui seorang tengkulak yang membeli dengan harga rendah, selanjutnya oleh tengkulak dijual dengan harga tinggi. Pembicaraan petemak pada pemasaran lebih ditujukan untuk mencari pemecahan pemasaran tanpa melewati tengkulak dengan mengadakan rapat dan saling diskusi antar petemak. Untuk lebih detailnya sosiogram yang terbentuk pada sub topik diatas disajikan masing-masing pada Gambar 5, 6, dan 7.
Jaringan komunikasi pada sub topik, banyak anggota petemak yang menduduki posisi isolate, tetapi sebenarnya mereka tidak menduduki posisi isolate
pada jaringan komunikasi secara umum. Sosiogram yang terbentuk pada sub topik berasal dari pertanyaan sosiometri dalam kuesioner, artinya petemak sangat sedikit membicarakan sub topik tersebut dan hanya membicarakan usaha temak domba secara umum.
Pembahasan berikutnya mengenai jaringan komunikasi adalah identifikasi klik, identifikasi peranan dan derajat koneksi individu dengan mengacu pada sosiogram hasil jaringan komunikasi petemak secara umum.
Identifikasi K1ik
Tabel 7. Matriks Komunikasi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
-
1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 02 1 - 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
3 0 0 - 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
4 1 0 0
-
0 0 1 1 1 1 0 1 1 15 0 1 0 0 - 0 0 1 0 0 0 0 0 0
6 1 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 1 0 0
7 0 1 1 1 0 0 - 0 0 1 0 0 0 0
8 0 0 0 1 1 0 0 - 1 1 0 1 0 1
9 1 0 0 1 0 0 0 1
-
1 1 1 110 0 1 1 1 0 0 1 1 1
-
1 1 1 111 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
-
0 0 012 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
-
0 013 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 - 0
14 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
-15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
20 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
23 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 L-IL __ 0 0 0 0 0 0 0 0
Model MatriksKomunikasi dari Rogers dan Kincaid (1981)
w
V>
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
-
0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0
-
0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 - 0 0 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 0 0
0 0 0 0 1 - 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 1 0 - 0 0 0 1 0
0 0 0 0 1 0 0 - 1 0 1 1
0 0 0 1 1 1 0 1
-
0 0 00 0 0 0 1 0 0 0 0 - 0 0
0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 - 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
-0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
27 28 29 30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
-
1 0 11
-
0 00 0 - 1
[image:49.819.127.740.117.472.2]-Gambar 4. Sosiogram pada Jaringan Komunikasi Peternak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
w
[image:50.820.123.727.117.490.2]0--8
Xセ@
0)
/0
0
0)
0
G
/
0
8
"-./\
/
0
®
0
/
"-./
/0
0
0
セ@
0)
8
/
0
"-./
---g
G
G
G
G
0)
®
Gambar 5. Sosiogramjaringan komunikasi sub topik pemasaran pada Peternak Domba di Desa Gunung Seurueh Kecamatan
w
...,
[image:51.819.141.738.107.461.2]o·
o
セi@
o
(0
o
I3
G
G
Gambar 6. Sosiogram Jaringan Komunikasi Sub Topik Pemeliharan Temak Domba Pada Petemak Domba di Desa Gunung Seureuh Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
w
[image:52.819.137.730.98.459.2]w
'-D
(J
(J
o
(J
8
o
9
o
o
G
6
00
o
o
6
セP@
o
C0
o
o
6
[image:53.820.135.742.81.439.2]40
yang terjadi pada responden. Tetapi matriks komunikasi itu sendiri tidak dapat
menjelaskan arus informasi yang ada pada jaringan komunikasi yang terbentuk oleh
peternak domba di Desa Gunung Seuruh, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Dari sosiogram dan matriks komunikasi diketemukan dua klik yang
masing-masing klik mempunyai anggota yang cukup besar, yaitu klik I dan klik II. Anggota
klik I terdiri dari 17 peternak. Posisi peternak yang menduduki bridge dari anggota
klik I adalah peternak #1, #4, #8, #9, #10 dan #12. Posisi star diduduki oleh peternak # 1 dan peternak # 1 O. Klik II beranggotakan 13 peternak dengan posisi bridge
diduduki oleh peternak #19, #22, #23 dan #27. Peternak #19 dan #22 sekaligus
menduduki posisi star.
Menentukan keanggotaan suatu klik I dan klik II dengan melihat banyaknya
hubungan yang dibuat oleh peternak yang bersangkutan. Jika lebih setengah dari total
hubungan yang dibuat peternak pada klik I maka peternak tersebut masuk anggota
klik I, demikian sebaliknya.
Terbentuknya suatu klik juga dapat dilihat pada keadaan lokasi penelitian.
Lokasi memberikan penjelasan bahwa anggota suatu klik pada umumnya mempunyai
tempat tinggal di Dusun Gunung Seureuh pada klik I dan Dusun Sadeng pada klik II.
Adanya klik akan mempermudah penyampaian arus informasi tentang UC KUK DAS
atau penyampaian suatu inovasi untuk penerapan teknologi tepat guna kepada
peternak dengan memperhatikan arus komunikasi yang dibuat oleh peternak.
41
Identifikasi Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi
Pengidentifikasian peranan individu didasarkan pada peranan komunikasi
yang dibuat oleh Rogers dan Kincaid (1981) dan Vredenbregt (Suparman, 1987)
adalah bridge, liaison, star, mutual pair, chain dan neglectee. Isolat tidak termasuk
dalam pengidentifikasian peranan individu karena tidak satupun diketemukan
responden yang menempati posisi isolat. Artinya semua responden tergabung dalam
jaringan komunikasi.
Posisi bridge terdapat 1
°
petemak atau sekitar 33.33 persen dari total responden yaitu petemak #1, #4, #8, #9, #10, #12, #19, #22, #23 dan #27. Merekasaling menghubungkan satu sarna lain pada klik I dan klik II. Karakter petemak
yang menduduki posisi bridge adalah mempunyai derajat koneksi individu yang
tinggi, mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, mempunyai status ekonomi tinggi
(kaya), pemilikan temak domba yang banyak dan keterdedahan pada media massa
yang tinggi. Dengan profil petemak seperti itu memungkinkan untuk menjadi agen
penyampai informasi petemakan dan menjadi publik opini pada anggotanya.
Selain peranannya sebagai bridge beberapa petemak juga menempati posisi
star yaitu petemak #1, #10 dan petemak #19. #22. Mereka mempunyai peranan
sebagai kunci utama dalam arus komunikasi dengan menyebarkan kontak di dalam
jaringan komunikasi. Posisi star akan mengakibatkan mereka menerima sejumlah
pilihan dari anggota lainnya. Kedudukan sosial yang tinggi menyebabkan mereka
menempati posisi star selain dari peranan penting dalam organisasi keJompok
42
Karakter petemak # 1 sebagai ketua kelompok tani menyebabkan lebih sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan diimbangi oleh pendidikan formal dan non formal yang tinggi, pengalaman betemak tinggi dan keterdedahan med