• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN DI KOTA KABANJAHE

TESIS

Oleh

SRI HANDAYANI GIRSANG 127032012/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN DI KOTA KABANJAHE

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada

FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI HANDAYANI GIRSANG 127032012/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN BIDAN DALAM

PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA PERTOLONGAN PERSALINAN

PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN DI KOTA KABANJAHE

Nama Mahasiswa : Sri Handayani Girsang Nomor Induk Mahasiswa : 127032012

Progaram Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H )

Ketua Anggota

(Asfriyati, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 27 Januari 2015

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 27 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN DI KOTA KABANJAHE

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

Sri Handayani Girsang 127032012/IKM

(6)

ABSTRAK

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karo dari tahun 2006 hingga Tahun 2011 telah mencapai 254 kasus. Bidan harus menganggap bahwa pasien yang melahirkan potensial terinfeksi dengan salah satu penyakit, apakah itu HIV/AIDS, atau penyakit-penyakit lainnya. Tujuan umum penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

Jenis Penelitian ini penelitian analitik dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple random Sampling. Sampel penelitian sebanyak 61 orang. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square, dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap, pengetahuan, dukungan teman dan sarana prasaranadengan tindakan bidan. Terdapat hubungan yang signifikan usia bidan dan tindakan bidan (p=0,018), terdapat hubungan yang signifikan pendidikan bidan dan tindakan bidan (p=0,001). Hasil uji regresi bergandamenunjukkan bahwa variabel pendidikan (p=0,001) merupakan variabel palingdominan yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Bidan perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya melaksanakan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS karena bidan memiliki resiko tinggi untuk tertular selama melakukan pertolongan persalinan pervaginam.

(7)

ii ABSTRACT

The cumulative number of cases of HIV / AIDS in Karo, from 2006 to the year 2011 has reached 254 cases.Midwives should assume that patients potentially infected gave birth to one of the disease, whether it is HIV / AIDS, or other diseases.Pervagina fluid and amniotic fluid of mothers giving birth with seropositive HIV / AIDS is to transmit HIV exposure in labor.The general objective of this study was to determine the factors associated with the action of midwives in the prevention of contracting HIV / AIDS in the relief of vaginal delivery in Kabanjahe Maternity Clinic.

This type of research is analytic research using cross sectional survey. The samples in this study carried out by simple random sampling.The study sample as many as 61 people.The collection of data through interviews and observation using a questionnaire.The data were analyzed using univariate, bivariate using chi-square test, and multivariate logistic regression test regression.

The results showed no significant relationship between attitudes, knowledge, peer support and infrastructure midwife with actions midwife. There is a significant association of age midwives and midwife measures (p = 0.018), a significant relationship education of midwives and midwife measures (p = 0.001).Results The results of logistic regression shows the value of the variable education(p = 0.001), education has a significant relationship to the variable midwife measures in prevention of contracting HIV / AIDS.

Midwives need to raise awarenessof the importance of implementing preventive measures of HIV / AIDS because midwives are at high risk for contracting during vaginal delivery assistance.

Keywords: action midwife, Prevention, vaginal delivery.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Berkat serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan, bantuan, dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

iv

5. Asfriyati,S.K.M, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Siselaku Ketua Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran guna penyempurnaan tesis ini.

7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran guna penyempurnaan tesis ini.

8. Emmi Br Pelawi, S.K.M, selaku Ketua Ikatan Bidan Indonesia cabang kabupaten karo telah memberikan izin penelitian di klinik bersalin kabanjahe.

9. Ayahanda Judin Girsang (Alm) dan Ibunda Masni Sembiring, selaku orang tua yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana IKM-FKM USU.

11. Suamiku tercinta H.E Jhonson Tampubolon, S.E dan putriku Felicia Margaretha Kristin Tampubolon dan Sophia Abbytia Tampubolon yang telah banyak berkorban selama penulis menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana IKM-FKM USU.

12. Rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materi, penulis ucapkan terima kasih semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya.

(10)

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam tesis ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Januari 2015 Penulis

(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Sri Handayani Girsang, lahir pada tanggal 12 April 1981 di Tebing Tinggi, anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Judin Girsang (Alm) dan Ibu Masni br Sembiring.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Swasta F.Tandean Tebing Tinggiselesai tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tebing Tinggi selesai tahun 1997, Sekolah Menengah Atas Negeri I Tebing Tinggi selesai tahun 2000, Diploma 3 Keperawatan di Akper Takasima Kabanjahe selesai tahun 2003 dan S-1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia selesai tahun 2006.

Mulai bekerja di Akper Takasima Kabanjahe dari tahun 2006 sampai dengan sekarang.

Pada tanggal 8 Februari 2008, penulis menikah dengan H.E Jhonson Tampubolon, SE anak dari Bapak Maradjo Tampubolon dan Ibu Tiara br Sitorus, dan penulis dikaruniai dua orang putri Felicia Margareth Kristin Tampubolon dan Sophia Abbytia Tampubolon.

Tahun 2012 Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S2 Program StudiMagister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Reproduksi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(12)

DAFTAR ISI

2.2 Pencegahan penularan HIV/AIDS ... 15

2.2.1 Pengertian ... 15

2.2.2 Komponen Dasar Kewaspadaan Universal ... 16

2.2.3 Kewaspadaan Universal dalam Tindakan Medik ... 16

2.2.4 Kewaspadaan Universal di Kamar Bersalin ... 17

2.2.5 Alat Pelindung Diri di Kamar Bersalin ... 18

2.2.6 Protokol Kewaspadaan Universal pada Kasus Kebidanan/Persalinan ... 18

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 28

3.6 Metode Pengukuran ... 30

(13)

viii

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Analisis Univariat ... 35

4.3 Analisis Bivariat ... 36

4.4 Analisis Multivariat ... 42

BAB 5. PEMBAHASAN ... 44

5.1 Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS ... 44

5.2 Sosiodemografi Responden ... 45

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran.. ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas variabel tindakan ... 25

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas variabel sikap ... 26

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas variabel pengetahuan ... 27

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas variabel dukungan teman ... 27

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas variabel sarana prasarana ... 28

3.6 Metode Pengukuran ... 30

4.1 Jumlah sarana kesehatan tahun 2010 di kabupaten karo ... 34

4.2 Distribusi Frekuensi tindakan bidan, sikap, pengetahuan, dukungan teman, sarana prasarana, usia, pendidikan, dan masa kerja di klinik bersalin kabanajahe ... 35

4.3 Hubungan sikap dengan tindakan bidan ... 37

4.4 Hubungan pengetahuan dengan tindakan bidan ... 37

4.5 Hubungan dukungan teman dengan tindakan bidan ... 38

4.6 Hubungan sarana prasarana dengan tindakan bidan ... 39

4.7 Hubungan usia dengan tindakan bidan ... 39

4.8 Hubungan pendidikan dengan tindakan bidan ... 40

4.9 Hubungan masa kerja dengan tindakan bidan ... 41

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Model Teori Prilaku Kesehatan dari Green ... 15 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 58

2 Kuesioner Penelitian ... 59

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 65

4 Hasil Analisis Univariat ... 71

5 Hasil Analisis Bivariat ... 73

6 Hasil Analisis Multivariat ... 80 7 Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 IKM USU Medan

(17)

i ABSTRAK

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karo dari tahun 2006 hingga Tahun 2011 telah mencapai 254 kasus. Bidan harus menganggap bahwa pasien yang melahirkan potensial terinfeksi dengan salah satu penyakit, apakah itu HIV/AIDS, atau penyakit-penyakit lainnya. Tujuan umum penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

Jenis Penelitian ini penelitian analitik dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple random Sampling. Sampel penelitian sebanyak 61 orang. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square, dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap, pengetahuan, dukungan teman dan sarana prasaranadengan tindakan bidan. Terdapat hubungan yang signifikan usia bidan dan tindakan bidan (p=0,018), terdapat hubungan yang signifikan pendidikan bidan dan tindakan bidan (p=0,001). Hasil uji regresi bergandamenunjukkan bahwa variabel pendidikan (p=0,001) merupakan variabel palingdominan yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Bidan perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya melaksanakan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS karena bidan memiliki resiko tinggi untuk tertular selama melakukan pertolongan persalinan pervaginam.

Kata kunci : tindakan bidan, pencegahan, persalinan pervaginam.

(18)

ABSTRACT

The cumulative number of cases of HIV / AIDS in Karo, from 2006 to the year 2011 has reached 254 cases.Midwives should assume that patients potentially infected gave birth to one of the disease, whether it is HIV / AIDS, or other diseases.Pervagina fluid and amniotic fluid of mothers giving birth with seropositive HIV / AIDS is to transmit HIV exposure in labor.The general objective of this study was to determine the factors associated with the action of midwives in the prevention of contracting HIV / AIDS in the relief of vaginal delivery in Kabanjahe Maternity Clinic.

This type of research is analytic research using cross sectional survey. The samples in this study carried out by simple random sampling.The study sample as many as 61 people.The collection of data through interviews and observation using a questionnaire.The data were analyzed using univariate, bivariate using chi-square test, and multivariate logistic regression test regression.

The results showed no significant relationship between attitudes, knowledge, peer support and infrastructure midwife with actions midwife. There is a significant association of age midwives and midwife measures (p = 0.018), a significant relationship education of midwives and midwife measures (p = 0.001).Results The results of logistic regression shows the value of the variable education(p = 0.001), education has a significant relationship to the variable midwife measures in prevention of contracting HIV / AIDS.

Midwives need to raise awarenessof the importance of implementing preventive measures of HIV / AIDS because midwives are at high risk for contracting during vaginal delivery assistance.

(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010. Sasaran MDGs memiliki indikator dan waktu pencapaian. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Pada visi Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya target untuk 2015 adalah menghentikan pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya (Kemkes, 2010).

Berdasarkan case report United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir tahun 2010 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan Selatan Sahara, di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 persen, di Afrika Selatan 5,6 juta orang terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS sekitar 840 ribu, di Jerman secara kumulasi ada 73 ribu orang, kawasan Asia Pasifik merupakan urutan kedua terbesar di dunia setelah Afrika Selatan dimana terdapat 5 juta penderita HIV/AIDS.

Menurut World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Beberapa Negara seperti Myanmar, Nepal dan Thailand menunjukkan Tren penurunan untuk

(20)

infeksi baru HIV, hal ini dihubungkan salah satunya dengan diterapkannya program pencegahan HIV/AIDS melalui program Condom use 100 persen (CUP). Trend kematian yang disebabkan oleh AIDS antara tahun 2001 sampai 2010 berbeda disetiap bagian Negara. Di Eropa Timur dan Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800 menjadi 90.000, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 22.000 menjadi 35.000, di Asia Timur juga meningkat dari 24.000 menjadi 56.000 (WHO, Progress Report 2011).

Laporan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan HIV/AIDS di Indonesia pada Triwulan III (dari bulan Juli sampai dengan September tahun 2013) jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 10.203 kasus, rasio kasus HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1, persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (51,7%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Pengguna Narkotika suntik (Penasun) (11,6%) dan pada Lelaki suka seks Lelaki (LSL) (10,6%). Jumlah kasus baru AIDS sebanyak 1.983 kasus, jumlah AIDS tertinggi pada wiraswasta (5.430), diikuti ibu rumah tangga (5.353). Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1, persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (6,5%), pada LSL (5,3%) dan dari Ibu (positif HIV) ke anak (4,3%). Untuk propinsi Sumatera Utara jumlah kasus HIV sebanyak 7.588 kasus dan AIDS sebanyak 515 kasus (Ditjen PP & PL, 2013).

(21)

3

Serikat, hal ini terjadi akibat risiko pekerjaan. Di Indonesia walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko penularan infeksi terutama infeksi nosokomial termasuk HIV terhadap tenaga kesehatan bisa dikatakan cukup tinggi (Avert HIV and AIDS, 2012).

Penolong persalinan dapat terpapar HIV di tempat kerjanya melalui percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka lecet kecil), luka tusuk yang disebabakan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat proses perawatan di rumah sakit (Depkes, 2012).

Resiko penularan HIV akibat kecelakaan kerja pada petugas yaitu 0,3-0,4% yang biasanya akibat tertusuk jarum yang telah di pakai pasien dengan HIV dan lebih kecil 0,1 melalui mukokutan, seperti terkena percikan darah (Maryunani, 2009).

Prinsip-prinsip tindakan kewaspadaan universal atau universal precaution harus diterapkan dalam proses menolong persalinan karena untuk menghindari penyakit-penyakit infeksi yang melalui jalan lahir. Bidan harus menganggap bahwa pasien yang melahirkan potensial terinfeksi dengan salah satu penyakit, apakah itu HIV/AIDS, atau penyakit-penyakit lainnya. Cairan pervagina serta cairan amnion dari ibu melahirkan dengan seropositif HIV/AIDS merupakan paparan untuk menularkan HIV dalam proses persalinan (Estiwidani, 2009).

Dengan demikian, ada kemungkinan perempuan hamil pengidap HIV/AIDS berada diantara pasien yang ditolong bidan di pelayanan kebidanan. Dari sisi profesi bidan, pada lampiran SK Menkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tertuang dalam

(22)

kompetensi ke sembilan, bidan harus mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi, termasuk diantaranya memiliki pengetahuan dasar penyuluhan kesehatan mengenai HIV/AIDS (Maryunani, 2009).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit dengan mengingat Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dalam hal kesehatan bagi tenaga kesehatan, penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS harus dilakukan.

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karo dari tahun 2006 hingga Tahun 2011 telah mencapai 254 kasus. Namun, jumlah kasus sebenarnya diprediksi jauh lebih besar dari angka tersebut karena diperkirakan masih banyak kasus yang belum terdeteksi karena banyaknya orang yang masih enggan, takut, dan malu untuk melapor serta memeriksakan diri (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2011).

(23)

5

pelindung dan penutup kaki (sepatu). Umumnya bidan hanya memakai sarung tangan, menggunakan sandal jepit saat menolong persalinan, tidak menggunakan masker dan kaca mata pelindung. Alasan bidan tidak memakai alat pelindung diri disebabkan alat-alat pelindung dirasakan sebagai beban atau kurang nyaman menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan mempersulit dalam kegiatan pertolongan persalinan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di kota Kabanjahe.

1.2Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

(24)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor umur dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

b. Untuk mengetahui hubungan faktorpendidikan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

c. Untuk mengetahui hubungan faktormasa kerja dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

e. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

f. Untuk mengetahui hubungan faktor sarana dan prasarana dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

(25)

7

1.4Hipotesis

1.4.2 Ada hubungan faktor umur dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.3 Ada hubungan faktor pendidikan dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.4 Ada hubungan faktor masa kerja dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.5 Ada hubungan faktor pengetahuan dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.6 Ada hubungan faktor sikap dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.7 Ada hubungan faktor sarana dan prasarana dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

1.4.8 Ada hubungan faktor dukungan teman dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

(26)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Menjadi masukan bagi bidan untuk menerapkan prosedur atau pedoman pencegahan infeksi (kewaspadaan universal) pada persalinan pervaginam dalam upaya penanggulangan pencegahan penularan HIV/AIDS.

1.5.2 Menjadi masukan bagi Klinik Bersalin untuk evaluasi terhadap penerapan standar praktek persalinan dalam upaya penanggulangan pencegahan penularan HIV/AIDS.

(27)

9 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan

2.1.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

2.1.2 Domain Perilaku

Menurut Bloom (1908), seperti dikutip Notoatmodjo (2010), membedakanadanya 3 domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif dinilai atau diukur dari pengetahuan, afektif diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan.

Perilaku seseorang yang diukur melalui pengetahuan, sikap dan psikomotor dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahuan (kognitif) adalah domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan manusia (panca indra) meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Apabila perilaku baru dibentuk melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

(28)

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Ada enam tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) yaitu : a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telahdipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yangspesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yangtelah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakantingkat pengetahuan yang saling rendah. Kata kerja untukmengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitumenyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dansebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untukmenjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dandimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yangtelah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dansebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

(29)

11

menggunaan hukumhukum,rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteksatau situsi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atausuatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satusama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuanuntuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesisadalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dariformulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah:

1) Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

(30)

MenurutHuclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dankekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir danbekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yanglebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggikedewasaannya.

Pembagian umur menurut Hurlock, (2001) yaitu ;

a. Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun. b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian 2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruhkemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (prosesperkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkatpendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhipersepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide danteknologi.

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalammenghadapi pekerjaan. Faktor pendidikan adalah salah satu halyang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatanproduktivitas kerja yang di lakukan, semakin tinggi tingkatpendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapatbekerja dan melaksanakan pekerjaannya (Ravianto,1990)

3) Pengalaman

(31)

13

memetik hasil dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang akan mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan.

WHO (1984) menyatakan bahwa seseorang menerima objek tertentu dan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman bekerja juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan prilaku seseorang. Semakin lama seseorang bekerja, semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dia dapat dari bekerja. Adapun pembagian lamanya untuk masa bekerja yaitu: kurang dari atau sama dengan 10 tahun dan lebih dari10 tahun.

b. Sikap

Sikap merupakan perilaku yang masih tertutup, manifestasi sikap tidak dapatdilihat secara langsung. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari tindakan.

Menurut Allport dalamNotoatmodjo (2007) sikap terdiri dari tiga komponen yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek (kognitif) 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek (afektif)

3) Kecenderungan untuk bertindak (konatif) c. Praktik atau tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

(32)

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support).

Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Green (1980) menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

a. Predisposisi Factor yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain : pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Enabling Factor adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. c. ReinforcingFactor adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku, meliputi dukungan sosial (sikap dan perilaku petugas kesehatan, dukungan keluarga, guru, majikan, teman, dan kebijakan atau peraturan).

(33)

15

Gambar 2.1 Model Teori Perilaku Kesehatan dari Green 2.2 Pencegahan penularan HIV/AIDS

2.2.1 Pengertian

Menurut Depkes (2010), kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Centers for disease Control (CDC) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua

Predisposing Factor

Pengetahuan Sikap

Keyakinan Kepercayaan Nilai

Sosial demografi

Enabling Factor

Ketersediaan fasilitas kesehatan

Keterjangkauan pelayanankesehatan Peraturan dan komitmenmasyarakat

yangmenunjang perilaku

Reinforcing Factor

Sikap danperilaku (pelayanan) tokoh masyarakat, tokoh agama danpetugas kesehatan

Perilaku

(34)

darah dan cairan tubuh harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, Hepatitis B dan berbagai penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.

Menurut Maryunani (2009), Kewaspadaan universal terhadap HIV/AIDS adalah seluruh tindakan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di lingkungan sarana kesehatan yang dilaksanakan dengan pengelolaan yang tepat terhadap darah dan cairan tubuh sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, sehingga penularan antara petugas dan penderita serta antar penderita dapat dicegah.

2.2.2 Komponen Dasar Kewaspadaan Universal

Menurut Varney (2008), komponen dasar kewaspadaan universal yang spesifik untuk bidang kebidanan adalah sebagai berikut :

a. Kewaspadaan barier yang tepat harus digunakan untuk mencegah pajanan kulit dan membran mukosa (mulut, hidung dan mata) terhadap darah, cairan amnion, sekresi vagina dan lain-lain.

b. Sarung tangan harus dipakai ketika melakukan pemeriksaan vagina, membantu kelahiran, menangani bayi baru lahir dan menangani setiap pakaian, linen atau benda-benda lain yang dikotori cairan tubuh.

c. Tangan dan permukaan kulit yang telah terkontaminasi harus dicuci dengan segera dan menyeluruh.

2.2.3 Kewaspadaan Universal dalam Tindakan Medik

(35)

17

untuk menularkan HIV bagi tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam tindakan ini. Untuk memutuskan mata rantai penularan diperlukan barier berupa :

a. Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh pada mata.

b. Masker penutup pelindung hidung dan mulut untuk mencegah percikan pada mukosa hidung dan mulut.

c. Celemek plastik (apron) untuk mencegah kontak cairan tubuh pasien dengan penolong.

d. Sarung tangan yang tepat untuk melindungi tangan yang aktif melakukan tindak medik.

e. Penutup kaki untuk melindungi kaki dari kemungkinan terpapar cairan yang terinfeksi.

2.2.4 Kewaspadaan Universal di Kamar Bersalin

Menurut Maryunani (2009), ketentuan umum bagi petugas kesehatan di kamar bersalin yaitu :

a. Patuh menerapkan kewaspadaan universal

b. Melakukan cuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan tindakan. c. Petugas yang berambut panjang, rambutnya harus diikat dan ditutup

d. Petugas kesehatan dilarang makan, minum dan merokok di dalam kamar bersalin.

e. Petugas kesehatan yang menderita luka terbuka atau lesi terbuka pada kulit tidak boleh melakukan tindakan medik kepada pasien. Luka harus diobati sampai

(36)

sembuh sebelum diperkenankan bekerja. Luka gores ringan harus ditutupi dengan plester kedap air.

f. Bila menggunakan alat tajam, misal jarum, gunting dan lain-lain, petugas kesehatan harus memperhatikan posisi bagian runcing alat tajam tersebut menjauhi tubuh petugas kesehatan.

2.2.5 Alat Pelindung Diri di Kamar Bersalin

a. Alat pelindung selalu dikenakan didalam kamar bersalin

b. Kegiatan di kamar bersalin yang membutuhkan tangan untuk memanipulasi intrauterin atau pemeriksaan dalam harus menggunakan celemek plastik dan sarung tangan yang mencapai siku

c. Pada saat menolong persalinan maka petugas kesehatan harus selalu mengenakan sebagai berikut :

1. Penutup kepala

2. Sarung tangan dan celemek plastik 3. Pelindung wajah/masker

4. Sepatu pelindung yang menutup seluruh punggung dan telapak kaki

d. Satu set alat pelindung diri tersebut harus dikenakan untuk menangani satu pasien dan tidak dibawa keluar kecuali untuk dicuci.

(37)

19

a. Cuci tangan atau permukaan kulit secara merata untuk mencegah kontaminasi kuman pada tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun. Mencuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar, sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan yang bertujuan untuk :

1. Menghilangkan atau mengurangi penyebaran mikroorganisme yang ada dipermukaan tangan

2. Mengurangi penyebaran penyakit dan lingkungan terjaga dari infeksi

Perlu diketahui bahwa tindakan cuci tangan tidak dapat menggantikan pemakaian sarung tangan. Cuci tangan merupakan prosedur penting dan harus dilakukan :

1. Sebelum dan sesudah memegang pasien

2. Sebelum (dekontaminasi) dan sesudah melepas cuci tangan.

3. Sesudah kontak/terpapar dengan darah, cairan tubuh, sekret dan alat yang terkontaminasi cairan tubuh walaupun menggunakan sarung tangan.

Sarana untuk mencuci tangan yaitu :

1. Air mengalir dengan saluran pembuangan yang baik. Air mengalir memungkinkan mikroorganisme terlepas karena gesekan mekanis dan kimiawi saat mencuci tangan.

2. Sabun dapat menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme.

3. Larutan antiseptik dipakai pada kulit untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit.

(38)

b. Pemakaian alat pelindung sesuai dengan indikasi c. Perawatan alat-alat yang dipakai pasien :

1. Tangani alat yang telah dipergunakan untuk pasien yang terkena darah dan cairan tubuh yang dapat mengkontaminasi pakaian dan memindahkan mikroorganisme ke pasien lain serta lingkungan sekitar.

2. Pastikan alat yang dapat dipakai ulang tidak digunakan untuk merawat pasien lain sampai alat tersebut telah dibersihkan dan diproses dengan benar. 3. Pastikan alat sekali pakai dibuang dengan benar setelah digunakan

d. Pemakaian antiseptik dan desinfektan dengan benar sesuai aturan.

e. Pengelolaan khusus untuk alat-alat bekas pakai dan benda tajam dan menghindari resiko kecelakaan tusukan jarum suntik atau alat tajam lainnya.

f. Dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi untuk bahan atau alat kesehatan bekas pakai.

g. Linen dan bahan-bahan yang dikotori darah atau cairan tubuh harus ditempatkan dalam kantung anti bocor dan segera ditangani atau diangkut.

2.3 Bidan

Menurut Kepmenkes No.900/MENKES/SK/III/2007, bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

(39)

21

negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

2.4 Persalinan Pervaginam

Menurut WHO, persalinan pervaginam adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Menurut Varney (2008), persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.

2.4.1 Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Tujuan dari asuhan persalinan normal menurut Depkes RI (2010) adalah menjagakelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi pada ibu danbayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensiyang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapatterjaga pada tingkat yang diinginkan. Setiap intervensi yang akan diaplikasikandalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti yang ilmiah yang kuat tentangmanfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.

(40)

2.5 Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep berikut ini :

Variabel Independent Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposing

1. Karakteristik bidan

- Umur - Masa Kerja - Pendidikan

2. Pengetahuan 3. Sikap

Faktor Enabling Ketersediaan sarana dan prasarana

Faktor Reinforcing Dukungan teman

Tindakanbidan dalam pencegahan penularan

HIV/AIDS pada pertolongan persalinan

(41)

23 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin yang berlokasi di kota Kabanjahe. Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh bidan yang bekerja di Klinik Bersalin yang berlokasi di kota Kabanjahe yaitu 142 bidan.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple random Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara acak. Untuk mengetahui jumlah sampel minimal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus lameshow sebagai berikut :

(42)

�= kepercayaan 95%, nilainya 1,96

�1−� : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu dengan tingkat

kepercayaan 90% , nilainya 1,28

P0 : Proporsi tindakan bidan dalam pencegahan tertular HIV/AIDS sebesar

0,5 (karena tidak diketahui tindakan bidan dalam pencegahan tertular HIV/AIDS, maka dapat dilakukan maksimal estimation dengan p = 0,5 untuk mendapatkan jumlah sampel terbesar)

Pa : Perkiraan proporsi di populasi yang diteliti sebesar 0,7

Pa – P0 : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi dipopulasi

Dengan rumus ini diperoleh sampel minimal sebesar 61,32 ≈ 61 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu bidan yang bekerja di Klinik Bersalin yang berlokasi di Kabanjahe.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui pencatatan berbagai dokumen dilokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

(43)

25

ukur dalam mengukur suatu data. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur, harus mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas instrumen (kuesioner) dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected Item-Total Correlation dengan nilai tabel r, pada df= 30-2=28 α:0,05 sebesar 0,361.

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur menggunakan Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan bila Cronbach Alpha> 0,60, maka dinyatakan reliabel dan bila Cronbach Alpha< 0,60 maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas variabel tindakan Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,787 Valid Cronbach’s Alpha = 0,950

(44)

Tabel 3.1 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya lima belas pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel tindakan semuanya valid.. Memperhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,950 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan tindakan bidan terhadap pencegahan penularan HIV/ AIDS ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap

Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,906 Valid Cronbach’s Alpha = 0,945

(45)

27

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,583 Valid Cronbach’s Alpha = 0,877

Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan semuanya valid. Memperhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,877 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pengetahuan bidan terhadap pencegahan penularan HIV/ AIDS ini ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Teman Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,921 Valid

2 30 0,782 Valid

3 30 0,860 Valid

4 30 0,922 Valid

5 30 0,928 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,920

Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya lima pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan teman semuanya valid.

(46)

Memperhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,920 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan dukungan teman terhadap pencegahan penularan HIV/ AIDS ini ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sarana Prasarana Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,583 Valid Cronbach’s Alpha = 0,773

Tabel 3.5 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel sarana prasarana semuanya valid. Memperhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,773 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan sarana prasarana terhadap pencegahan penularan HIV/ AIDS ini ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

(47)

29

a. Variabel Independent atau variabel bebas adalah umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan teman. b. Variabel dependen atau variabel terikat adalah tindakan bidan dalam pencegahan

penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti adalah :

1. Tindakan bidan adalah kegiatan Bidan dalam menerapkan pencegahan penularan HIV/AIDS secara benar saat melakukan pertolongan persalinan.

2. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup responden yang di hitung sejak dia lahir sampai batas waktu penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

3. Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diikuti responden dan diselesaikan sesuai waktu penelitian.

4. Masa kerja adalah kurun waktu yang telah dilalui responden sejak pertama kali bertugas sebagai bidan sampai pada waktu dilakukan penelitian.

5. Pengetahuan adalah pemahaman bidan tentang tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS dalam pertolongan persalinan pervaginam.

5. Sikap bidan adalah respon yang ditunjukkan bidan dalam penerapan pencegahan penularan HIV/AIDS.

6. Sarana dan prasarana adalah ketersediaan alat-alat yang menunjang pencegahan penularan HIV/AIDS.

(48)

7. Dukungan teman adalah adanya dorongan teman untuk mengingatkan, membantu dan berpatisipasi terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS pada saat menolong persalinan.

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.6. Metode Pengukuran

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

Tindakan Dengan mengisi kuesioner sebanyak 15 pertanyaan diukur dengan

Selalu : 2

Kadang-kadang : 1 Tidak pernah : 0

Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika nilai ≥ 75% (23-30)

2. Tidak baik, jika nilai < 75 % (0-22)

Umur Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Umur 20- 40 tahun 2. Umur 41- 60 tahun

Pendidikan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. D I 2. D III

Masa kerja Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Masa kerja ≤ 10 tahun 2. Masa kerja > 10 tahun

(49)

31

Tabel 3.6 (Lanjutan)

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

Sikap Dengan mengisi kuesioner sebanyak 10 pertanyaan diukur dengan :

Pertanyaan positif Sangat setuju: 4 Setuju : 3 Tidak setuju : 2 Sangat tidak setuju : 1 Pertanyaan Negatif Sangat setuju: 1 Setuju : 2 Tidak setuju : 3 Sangat tidak setuju : 4

Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika nilai ≥ 75% kuesioner sebanyak 10 pertanyaan. diukur kuesioner sebanyak 5 pertanyaan diukur dengan

Selalu : 3 Sering : 2

Kadang-kadang : 1 Tidak pernah : 0

Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika nilai ≥ 75% (12-15)

2. Tidak baik, jika nilai < 75 % (0-11)

3.7 Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat.

a. Analisa univariat yaitu menjelaskan setiap variabel penelitian dengan penyajian dalam tabel distribusi frekwensi.

(50)

b. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik digunakan chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

Untuk melihat kemungkinan timbul atau berkembangnya suatu perilaku dihubungkan dengan faktor risiko maka dilakukan perhitungan dengan angka risiko relatif. Perhitungan risiko relatif untuk rancangan penelitian cross sectional dicerminkan dengan angka ratio prevalensi (prevalence ratio = PR). PR diperoleh dengan membandingkan proporsi perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dengan faktor risiko dan proporsi perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dengan tanpa faktor risiko.PR dihitung dengan menggunakan rumus :

��=�/(�+�) �/(�+�)

Keterangan :

a = pencegahan penularan HIV/AIDS tidak baik dengan faktor risiko b = pencegahan penularan HIV/AIDS baik dengan faktor risiko

c = pencegahan penularan HIV/AIDS tidak baik dengan tanpa faktor risiko d = pencegahan penularan HIV/AIDS baik dengan tanpa faktor risiko

(51)

33 BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitan 4.1.1Letak Geografis

Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 02050’ – 03019’ Lintang utara dan 97055’ – 98038’ Bujur timur dengan luas 2.127,25 Km2. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan Sebelah Barat dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Ibu kota dari Kabupaten Karo adalah Kota Kabanjahe. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi, terhampar di punggung Bukit Barisan yang dikelilingi pegunungan dengan ketinggian 140 s/d 1400 m diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabanjahe adalah sekitar 44,65Km2. Jarak kota Kabanjahe dengan ibu kota propinsi (Medan) adalah 67Km.

(52)

4.1.2 Sarana Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan menurut jenisnya dan kecamatan tahun 2010 adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jumlah sarana kesehatan tahun 2010 di Kabupaten Karo

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karo 2010

Kecamatan Puskesmas

(53)

35

4.2 Analisis Univariat

Pada analisis univariat digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tindakan Bidan, Sikap, Pengetahuan, Dukungan Teman, Sarana dan Prasarana, Usia, Pendidikan, dan Masa Kerja Bidan di

Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Distribusi Frekuensi %

(54)

Masa Kerja

Masa Kerja ≤ 10 Tahun 25 27,9

Masa Kerja >10 Tahun 36 72,1

Jumlah 61 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tindakan bidan melakukan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan parvaginam lebih banyak dalam kategori baik sebanyak 46 bidan (75,4%). Untuk sikap bidan lebih banyak yang memiliki sikap baik sebanyak 44 bidan (72,1%). Untuk pengetahuan lebih banyak dalam kategori baik sebanyak 53 bidan (86,9%). Untuk dukungan temanlebih banyak dalam kategori baik sebanyak 48 bidan (78,7%).

Untuk sarana prasarana lebih banyakdalam kategori lengkap sebanyak 58 bidan (95%). Untuk usia bidan lebih banyak dalam kategori usia 18-40 tahun sebanyak 24 bidan (39,3%). Untuk pendidikan lebih banyak dengan kategori pendidikan D-III sebanyak 40 bidan (65,6%). Untuk masa kerja lebih banyak dengan kategori dengan masa kerja > 10 tahun sebanyak 36 bidan (72,1%).

4.3 Analisis Bivariat

(55)

37

4.3.1 Hubungan Sikap dengan Tindakan Bidan dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Pertolongan Pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.3 Hubungan Sikap dengan Tindakan Bidan

Sikap

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa sikap bidan dengan kategori baik sebanyak 44 bidan, di antaranya 33 bidan (75%) dengan kategori tindakan baik dan 11 bidan (25%) dengan kategori tindakan tidak baik.Sikap bidan dengan kategori tidak baik sebanyak 17 bidan, di antaranya 13 bidan (76,5%) dengan kategori tindakan baik dan 4 bidan (23,5%) dengan kategori tindakan tidak baik.Diketahui nilai �= 0,905 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan tindakan bidan.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Bidan dalam Pencegahan penularan HIV/AIDS pada Pertolongan Pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Bidan

(56)

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa pengetahuan bidan dengan kategori baik sebanyak 53 bidan, di antaranya 39 bidan (73,6%) dengan kategori tindakan baik dan 14 bidan (26,4%) dengan kategori tindakan tidak baik dan.Pengetahuan bidan dengan kategori tidak baik sebanyak 8 bidan, di antaranya7 bidan (87,5%) dengan kategori tindakan baik1 bidan (12,5%) dengan kategori tindakan tidak baik dan. Diperoleh nilai �= 0,394 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan bidan.

4.3.3 Hubungan Dukungan Teman dengan Tindakan Bidan dalam Pencegahan penularan HIV/AIDS pada Pertolongan Pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.5 Hubungan Dukungan Teman dengan Tindakan Bidan

Dukungan Teman

(57)

39

4.3.4 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Tindakan Bidan dalam Pencegahan penularan HIV/AIDS pada Pertolongan Pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.6 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Tindakan Bidan

Sarana dan

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana bidan dengan kategori lengkap sebanyak 58 bidan, di antaranya 44 bidan (75,9%) dengan kategori tindakan baik dan 14 bidan (24,1%) dengan kategori tindakan tidak baik. Sarana dan prasarana bidan dengan kategori tidak lengkap sebanyak 3 bidan, di antaranya 2 bidan (66,7%) dengan kategori tindakan baik dan 1 bidan (33,3%) dengan kategori tindakan tidak baik. Diperoleh nilai �= 0,718 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana terhadap tindakan bidan.

4.3.5 Hubungan usia dengan tindakan Bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.7 Hubungan usiadengan tindakan Bidan

(58)

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa usia bidan dengan kategori 41-60 tahun sebanyak 24 bidan, di antaranya 22 bidan (91,7%) dengan kategori tindakan baik dan 2 bidan (8,3%) dengan kategori tindakan tidak baik. Usia bidan dengan kategori 18-40 tahun sebanyak 37 bidan, di antaranya 24 bidan (64,9%) dengan kategori tindakan baik dan 13 bidan (35,1%) dengan kategori tindakan tidak baik.

Diketahui nilai �= 0,018 berarti terdapat hubungan yang signifikan usia dan tindakan bidan. Prevalence ratio tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada responden dengan usia 18-40 tahun dan 41-60 tahun adalah 1,413, dengan 95% CI = 1,083-1,844. Hal ini menunjukkan bahwa bidan dengan kategori usia41-60tahun memiliki perkiraan peluang 1,413kali untuk memiliki tindakanbaik dalam melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dibandingkan bidan dengan kategori usia 18-40 tahun.

4.3.6 Hubungan pendidikan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.8 Hubungan pendidikan dengan tindakan bidan

Pendidikan

(59)

41

baikdan 2 bidan (5%) dengan kategori tindakan tidak baik. Pendidikan bidan dengan kategori D-I sebanyak 21 bidan, di antaranya 8 bidan (38,1%) dengan kategori tindakan baik dan 13 bidan (61,9%) dengan kategori tindakan tidak baik.

Diperoleh nilai �= 0,001berarti terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dan tindakan bidan. Prevalence ratio tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada responden dengan pendidikan DI dan DIII adalah 2,494, dengan 95% CI = 1,439-4,322. Hal ini menunjukkan bahwa bidan dengan kategori pendidikan DIII memiliki perkiraan peluang 2,494kali untuk melakukan tindakan baik dalam melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dibandingkan bidan dengan kategori pendidikan DI.

4.3.7 Hubungan masa kerja dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

Tabel 4.9 Hubungan masa kerjadengan tindakan bidan

Masa Kerja

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa masa kerja bidan dengan di atas 10 tahun sebanyak 36 bidan, di antaranya 31 bidan (86,1%) dengan kategori tindakan baik dan 5 bidan (13,9%) dengan kategori tindakan tidak baik. Masa kerja bidan dengan kategori kurang dari 10 tahun sebanyak 25 bidan, di antaranya 15 bidan

(60)

(60%) dengan kategori tindakan baik dan 10 bidan (40%) dengan kategori tindakan tidak baik.

Diketahui nilai �= 0,02 berarti terdapat hubungan yang signifikan masa kerja bidan dan tindakan bidan.Prevalence ratio tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada responden dengan masa kerja kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun adalah 1,435, dengan 95% CI = 1,016-2,028. Hal ini menunjukkan bahwa bidan dengan masa kerjalebih dari 10 tahun memiliki perkiraan peluang 1,435kali untuk melakukan tindakanbaik dalam melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dibandingkan dengan bidan dengan masa kerja kurang dari 10 tahun.

4.4 Analisis Multivariat

(61)

43

terbesar saja, yaitu masa kerja. Pada hasil seleksi terakhir diperoleh dua variabel dengan nilai p < 0,05, yaitu variabel pendidikan dan usia, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Hasil analisis multivariat Uji Regresi Logistik Ganda

Variabel B Sig. (p-value) Exp B

Usia Pendidikan Constant

3,706 4,892 -2,433

0,004 0,001 0,020

40,638 133,255

0,088

Dari hasil seleksi terakhir diperoleh dua variabel yang berhubungan yaitu usia dan pendidikan. Untuk melihat variabel yang paling dominan adalah variabel yang mempunyai variabel yang mempunyai nilai Exp (B) paling besar, dalam hal ini variabel pendidikan mempunyai nilai Exp (B) yang paling besar yaitu 133,255. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian diketahui tindakan bidan dengan kategori baik dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan sebanyak 46 bidan (75,4%), dan dengan kategori tidak baik sebanyak 15 bidan (24,6%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, para bidan di klinik bersalin di Kota Kabanjahe telah menerapkan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS saat melakukan pertolongan persalinan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursadah (2013) yang menyatakan bahwa perilaku bidan baik tentang pencegahan infeksi saat menolong persalinan. Tindakan bidan sebagai penolong persalinan sangat penting dalam menghasilkan pertolongan persalinan yang aman bagi ibu dan bayi serta bagi bidan itu sendiri sehingga bidan harus mematuhi prinsip dan langkah kewaspadaan standar secara benar dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

(63)

45

Klinik Bersalin Bidan juga merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkewajiban melaksanakan pencegahan infeksitermasik HIV sebagaimana diatur dalam pasal 42 ayat 1 dan 2 Permenkes tersebut.

5.2 Sosiodemografi Responden 5.2.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui jumlah bidan dengan kategori usia 18-40 tahun sebanyak 24 bidan (39,3%), sedangkan bidan dengan kategori usia 41-60 sebanyak 37 bidan (60,7%). Diketahui nilai p = 0,018 berarti terdapat hubungan yang signifikan usia dan tindakan bidan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wekoyla (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku bidan. Menurut Notoatmodjo (2003) semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

Menurut Suwita (2001) yang mengutip pendapat Gilmer bahwa ada pengaruhantara umur terhadap penampilan kerja dan seterusnya akan berkaitan dengan tingkatkinerja. Bidan yang berusia tua cenderung mempunyai pengalaman untuk antisipasiterhadap penularan HIV/AIDS, dibandingkan denganusia muda yang masih baru dalam melaksanakan tugasnya dalam asuhan persalinan pervaginam.

(64)

Dengan tingkat usia diatas 40 tahun, bidan cenderung untuk lebih mematuhi standar yang ada dan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dikarenakan pada tingkat usia tersebut, seseorang memiliki kemampuan yang lebih untuk mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari ataupun untuk mengimplementasikan pengetahuan atau materi yang dimiliki

Bidan yang berusia tua cenderung mempunyai pengalaman untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan bahaya dari penularan HIV/AIDS, dibandingkan dengan usia muda yang masih baru dalam melaksanakan tugasnya dalam persalinan pervaginam.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku bidan.

5.2.2 Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bidan dengan masa kerja ≤ 10 tahun sebanyak 25 bidan (27,87%), jumlah bidan dengan masa kerja > 10 tahun sebanyak 36 bidan (72,13%). Diperoleh p = 0,02 berarti terdapat hubungan yang signifikan masa kerja dan tindakan bidan.

(65)

47

Pengalaman bekerja juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan prilaku seseorang. Semakin lama seseorang bekerja, semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dia dapat dari bekerja.

Masa kerja yang berbeda antar bidan secara umum hanya berdampak terhadappengalamannya dalam melakukan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS dalam persalinan pervaginam, namun biasanya bagibidan yang baru bekerja di klinik bersalin tersebut juga ada yang malas dalam menggunakan alat pelindung diri, apalagi jika selama itu dia tidak pernah mengalami gangguan kesehatanmeskipun tidak disiplin menggunakan alat pelindung diri, tetapi bagi bidan yang masa kerjanyarelatif lama cenderung rajin menggunakan alat pelindung diri dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Masa kerja lebih dari 10 tahun akan menambah banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan semakin mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan dan mencegah penularan HIV/AIDS.

5.2.3 Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bidan dengan kategori pendidikan D-I sebanyak 21 bidan (34,43%), bidan dengan kategori pendidikan D-III sebanyak 40 bidan (65,57%). Diketahui nilai p = 0,000 berarti terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dan tindakan bidan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanLestari (2004) dan Wekoyla (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

(66)

pendidikan dengan perilaku bidan.Pendidikan mempengaruhi pengetahuan bidantentang pencegahan penularan HIV/AIDS, di mana semakin tinggi pendidikan seorang bidanmaka semakin baik pengetahuannya, mudah untuk menyerap ilmu-ilmu barudan dapat mengambil keputusan sendiri untuk melakukan suatu tindakan yang baik.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaannya.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda pendidikan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS diperoleh nilai probabilitas (p = 0,001) dengan besar pengaruh pendidikan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dilihat dari nilai Exp (B) dengan nilai 133,255.

5.2.4 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan bidan dengan kategori tidak baik sebanyak 8 bidan (13,1%) dan pengetahuan bidan dengan kategori baik sebanyak 53 bidan (86,9%), Diperoleh nilai p = 0,394 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan bidan.

Gambar

Gambar 2.1 Model Teori Perilaku Kesehatan dari Green
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas variabel tindakan
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan kedua metode tersebut di atas, yaitu content analysis dan word count untuk melihat perbedaan hasil pengujian

(2) Zona P sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan di perairan pesisir Teluk Benoa yang berada di sebagian Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian

Karsinoma  payudara  tergantung  pada  oestrogen  serta  mempunyai reseptor dengan afinitas­tinggi pad a  oestradiol. Oleh  karena  itu,  arah  pendekatan 

[r]

Berdasarkan hasil penelitian kesehatan psikologi, didapatkan ada hubungan antara psikologi ibu dengan pemberian ASI eksklusif, ini didukung oleh teori Mufdlilah (2017)

Kesalahan penggunaan EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan) pada karangan deskripsi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 9 Palu masih banyak mengalami kesalahan dalam

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi dan persepsi ibu tentang pelaksanaan toilet training pada balita

pendekatan PMRI untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang bangun datar. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara lain: 1)