• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.2 Sosiodemografi Responden .1 Usia .1 Usia

5.2.2 Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bidan dengan masa kerja ≤ 10 tahun sebanyak 25 bidan (27,87%), jumlah bidan dengan masa kerja > 10 tahun sebanyak 36 bidan (72,13%). Diperoleh p = 0,02 berarti terdapat hubungan yang signifikan masa kerja dan tindakan bidan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2004) dan Fauzi (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan perilaku bidan.Menurut Sunaryo (2004)semakin lama seseorang menggeluti bidangpekerjaannya semakin trampil seseorang dalambekerja atau berkarya.

47

Pengalaman bekerja juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan prilaku seseorang. Semakin lama seseorang bekerja, semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dia dapat dari bekerja.

Masa kerja yang berbeda antar bidan secara umum hanya berdampak terhadappengalamannya dalam melakukan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS dalam persalinan pervaginam, namun biasanya bagibidan yang baru bekerja di klinik bersalin tersebut juga ada yang malas dalam menggunakan alat pelindung diri, apalagi jika selama itu dia tidak pernah mengalami gangguan kesehatanmeskipun tidak disiplin menggunakan alat pelindung diri, tetapi bagi bidan yang masa kerjanyarelatif lama cenderung rajin menggunakan alat pelindung diri dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Masa kerja lebih dari 10 tahun akan menambah banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan semakin mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan dan mencegah penularan HIV/AIDS.

5.2.3 Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bidan dengan kategori pendidikan D-I sebanyak 21 bidan (34,43%), bidan dengan kategori pendidikan D-III sebanyak 40 bidan (65,57%). Diketahui nilai p = 0,000 berarti terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dan tindakan bidan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanLestari (2004) dan Wekoyla (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pendidikan dengan perilaku bidan.Pendidikan mempengaruhi pengetahuan bidantentang pencegahan penularan HIV/AIDS, di mana semakin tinggi pendidikan seorang bidanmaka semakin baik pengetahuannya, mudah untuk menyerap ilmu-ilmu barudan dapat mengambil keputusan sendiri untuk melakukan suatu tindakan yang baik.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaannya.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda pendidikan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS diperoleh nilai probabilitas (p = 0,001) dengan besar pengaruh pendidikan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dilihat dari nilai Exp (B) dengan nilai 133,255.

5.2.4 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan bidan dengan kategori tidak baik sebanyak 8 bidan (13,1%) dan pengetahuan bidan dengan kategori baik sebanyak 53 bidan (86,9%), Diperoleh nilai p = 0,394 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan bidan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwanti (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap bidan tentang pencegahan infeksi pada asuhan persalinan normal

49

Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam hal membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang baik dapat membentuk perilaku yang baik sehingga bidan dapat mencegah penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginam.

Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih melekat dan tahan lama dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan atau seminar untuk meningkatkan kesadaran berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki bidan.

Semakin tinggi pengetahuan bidan maka semakin disiplin bidan dalam menerapkan pencegahan penularan HIV/AIDS. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan dasarnya, pelatihan yang diikuti dan studi empiris yaitu pengalamannya dalam melakukan asuhan persalinan atau pengalaman pernah memperoleh kecelakaan jika tidak menggunakan alat pelindung diri.

Fauzi (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan tentangkesehatan diperlukan untuk terjadinya perilaku atau tindakan kesehatan, namunperilaku kesehatan yang diinginkan mungkin tidak akan muncul kecuali seseorangmenerima isyarat yang cukup kuat untuk melaksanakan perilaku berdasarkanpengetahuannya. Faktor tekanan dan dukungan sosial juga sangat mempengaruhiseseorang untuk melakukan tindakan pencegahan.

Oleh karena itu, sebaiknya perlu diadakan pendidikan dan pelatihan secara kontinyu. Dengan adanya langkah tersebut, bidan akan terus terupdate wawasan dan

keterampilannya khususnya mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS. Pendidikan bertujuan untuk memberi pengetahuan sedangkan pelatihan memantapkan pengetahuan agar perawat dan bidan lebih paham dengan cara mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam bentuk pelatihan. Dengan demikian, bidan dapat lebih berwaspada terhadap risiko penularan HIV?AIDS sehingga meningkatkan juga kepatuhan terhadap penerapan Kewaspadaan Universal.

Para bidan juga sudah mendapatkan informasi mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS dari pendidikan informal melalui pelatihan-pelatihan, seminar atau sosialisasi kewaspadaan standar yang sering dilakukan secara berkala di Kota Kabanjahe baik dari institusi pemerintah maupun LSM (lembaga swadaya masyarakat) khususnya yang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

5.2.5 Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap bidan yang memiliki sikap baik sebanyak 44 bidan (72,1%)dan sikap tidak baik sebanyak 17 bidan (27,9%). Diketahui nilai p = 0,905 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan tindakan bidan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwanti (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap bidan tentang pencegahan infeksi pada asuhan persalinan normal.Berbeda dengan

51

hasil penelitian Setiyani (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku bidan.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, bersifat seperti evaluasi pribadi seseorang terhadap stimulus yang diterima.

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007)menyatakan bahwa komponen sikap ada 3 komponen, yaitu kognitif (pengetahuan, keyakinan), afektif (emosional, evaluasi) dan konatif (kecenderungan bertindak). Ketiga komponen ini bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Sikap bidan baik dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan persalinan pervaginamdisebabkan bidan tersebut sudah memiliki pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, cara penularan dan cara mencegah penularan HIV/AIDS khususnya pada pertolongan persalinan pervaginam.

Pengetahuan ini akan membawa bidan untuk berfikir dan berusaha supaya bidan dan pasien tidak tertular dan menularkan HIV/AIDS.Pada proses berfikir tersebutlah emosi dan keyakinan bahwa pencegahan penularan HIV/AIDS tersebut penting dan bermanfaat bagi bidandan pasien sehingga menimbulkan sikap yang baik terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dan selanjutnya timbul keinginan untuk melakukan tindakan kewaspadaanuniversal di setiap pertolongan persalinan pervaginam.

Dokumen terkait