• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL

DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 30 Juni 2013

(4)

ABSTRAK

ALMIRA ROSALINA. Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Teksil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010. Dibimbing oleh ALLA ASMARA.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat merupakan sentral industri TPT di Indonesia yang memiliki potensi yang besar, namun pada kenyataannya produksi ekspor yang dimiliki industri ini berfluktuatif bahkan terkadang mengalami penurunan yang cukup besar yang diakibatkan salah satunya tingginya adanya persaingan global dan minat masyarakat terhadap produk-produk tekstil impor, hal ini menunjukkan daya saing sebagian pelaku usaha di industri TPT Indonesia khususnya Jawa Barat masih relatif rendah sehingga belum mampu mengimbangi daya saing industri TPT dari luar negeri. Penelitian ini bertujuan menganalisis keunggulan kompetitif dan komperatif industri TPT Jawa Barat, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing inudstri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat masih tergolong tinggi, namun perlu ada proteksi dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan daya saing industri ini, dan faktor-faktor yang memengaruhi ialah produktivitas, nilai tukar, berpengaruh positif secara signifikan, sedangkan tingkat inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap daya saing industri TPT Jawa Barat.

Kata Kunci : Daya saing, Industri TPT, Jawa Barat, OLS

ABSTRACT

ALMIRA ROSALINA. Analysis Competitiveness of Textile Industry and Textile Product (TPT) in West Java 1981-2010 Period. Supervised by ALLA ASMARA.

Textile industry and textile product (TPT) in West Java Province is the central of Indonesian TPT industry which has a great potential, but in fact the industry's export production was fluctuating and sometimes had a substantial reduction caused by the high global competition and public interest of imported textile products, it indicates the competitiveness of most businesses in the Indonesian TPT industry particularly in West Java Province is still relatively low, so it has not able to keep the competitiveness of the textile industry from foreign countries. This research is aimed to analyze the competitive and comparative advantages of TPT industry and analyze factors that affect the competitiveness in West Java. The results showed that the level of competitiveness of TPT industry in West Java is still relatively high, but there should be protection from the government through policies to increase the competitiveness of this industry, and the factors that are affecting productivity, exchange rate, positive and significant effect, while the negative effect of inflation rate significantly to the competitiveness of TPT industry in West Java.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL

DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010

Nama : Almira Rosalina

NIM : H14090078

Menyetujui, Dosen Pebimbing,

Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si Dosen Pebimbing

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tema yang di pilih dalam penelitian ini adalah daya saing, dengan judul Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, semangat dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Dahlan Jambek dan Ibu Sri Herlina Nasution serta abang M. Zakaria dan juga kak Antis Yulianti kemudian seluruh keluarga penulis atas doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil bagi penulis dalam menyelesasikan skripsi ini.

2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si.selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam penyusunan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Tanti Noviatnti, M.si selaku dosen penguji utama yang telah bersedia memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis sebagai penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Deni Lubis, M.A selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak masukan mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

5. Para dosen, staff dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

6. Sahabat-sahabat penulis Famran Hadi Saputra, Syafira, Tata, Mutia dan Malla,atas dukungan, semangat dan motivasi dimanapun berada.

7. Teman-teman satu bimbingan Puspita Mega Lestari Effendi, Almira Rosalina, Ardhi Harry dan Jajang Arif atas kerjasama, motivasi dan semangat selama ini. 8. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 atas kebersamaan dan keceriaan selama di IE.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,penulis berharap semoga segala kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 5

Teori Perdagangan Internasional 5

Teori Keunggulan Komparatif 7

Teori Keunggulan Kompetitif 8

Pengertian Daya Saing 10

Teori Daya Saing 10

Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) 11

Tinjauan PenelitianTerdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis 15

METODE PENELITIAN 16 Jenis dan Sumber Data 16 Analisis RCA 17 Analisis Potter's Diamond 19

Analisis Regresi Linier Berganda 20 GAMBARAN UMUM 25

Keunggulan Jawa Barat 24

Perkembangan Industri TPT Jawa Barat 26

Peranan Industri TPT Terhadap Perekonomian 27

Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat 28

Kinerja Impor TPT Jawa Barat 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Komparatif) 30 Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Kompetitif) 35

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi 45

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010 2

2 Penelitian terdahulu 15

3 Produk domestik regional bruto Jawa Barat tahun 2005-2010 26 4 Ekspor non migas menurut kelompok barang (juta US Dollar) 28 5 Realisasi ekspor TPT Jawa Barat tahun 2007-2010 29

6 Hasil perhitungan RCA dan indeks RCA 32

7 Jumlah tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Barat

tahun 2001-2010 36

8 Tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat terhadap produk industri

TPT Jawa Barat 38

9 Perkembangan ekspor TPT Indonesia ke AS dan Jepang 38 10 Jumlah perusahaan Industri TPT Jawa Barat 2008-2010 40

11 Tingkat Impor TPT ke Indonesia 41

12 Minat Jumlah Proyek (izin pinsip) PMA dan PMDNdi Jawa

Barat menurut Sektor Usaha periode Januari sd Desember 2010 43 13 Hasil estimasi faktor-faktor yang mepengaruhi daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat 45

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010 3

2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010 3

3 Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010 4

4 Kerangka pemikiran penelitian 16

5 Diamond of competitive advantage 20

6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat 26

7 Kinerja impor TPT Jawa Barat 2008-2010 30

8 Ringkasan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya

saing industri TPT dengan pendekatan Potterr's Diamond 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan RCA 53

2. Hasil perhitunganindeks RCA industri TPT Jawa Barat 54

3. Data nominal periode 1981-2010 55

4. Data nominal 1981-2010 (dalambentukLogarima natural) 56

5. Hasil Estimasidengan Model Ordinary Least Square 57

6. Uji Autokorelasi 58

7. Uji Heteroskedastisitas 58

8. Correlation Matrix 58

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri selalu memiliki terms of trade yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan tambahan manfaat kepada pemakainya (Dumairy, 2000). Industri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan industri TPT adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur Indonesia.Terlihat posisi strategis industri ini jika ditinjau dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap devisa negara. Ekspor Indonesia pada produk-produk yang dihasilkan oleh industri TPT ini dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang meningkat. Industri tekstil diharapakan untuk tetap menjadi kontributor utama bagi ekonomi Indonesia di masa depan. Saat ini perkembangan industri TPT diIndonesia merupakan satu dari sepuluh klaster industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam jangka panjang. Hal tersebut tercantum pada Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 mengenai perkembangan kesepuluh klaster industri inti tersebut, secara komprehensif dan integratif, akan didukung oleh industri terkait (related industries) dan industri penunjang (supporting industries) (Bappenas, 2013).

Alasan industri TPT menjadi salah satu prioritas perkembangan industri jangka panjang, karena selama ini industri TPT memainkan peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2006 industri ini memberikan kontribusi devisa sebesar sebesar 3.8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dengan mencapai USD 10.68 miliar dan di tahun 2007 terjadi penurunan menjadi sebesar 2.4 persen dengan nilai USD 10.31 miliar, namun pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan kembali menjadi sebesar 4.3 persen dan 5 persen, nilai tersebut merupakan penyumbang terbesar PDB yang berasal dari sektor non migas. Besaran kontribusi yang disumbangkan oleh industri TPT tersebut berasal dari net ekspor, penjualan domestik serta investasi pada industri ini, dan dalam hal daya serap tenaga kerja, industri TPT ini menyerap tenaga kerja sebanyak 1.33 juta orang pekerja pada tahun 2009. Jumlah tersebut merupakan 10.6 persen dari jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri manufaktur sebanyak 12.62 juta orang (BPS Pusat, 2010).

(12)

2

Industri TPT merupakan industri berbasis ekspor yang sebagian besar hasil industrinya untuk tujuan pasar luar negeri, dari sisi ekspor komoditas TPT memiliki peran penting dalam pembentukan nilai total ekspor komoditas. Pada tahun 2007 total ekspor Indonesia atas tekstil dan produk tekstil adalah sebesar USD 9.815 miliar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai USD 11.190 miliar pada tahun 2010 (BPS Pusat, 2011).

Ekspor komoditasTPTsangat kompetitif sehingga hanya industri yang memilikidaya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat merebut pangsa pasar. Saat ini diperkirakan produk-produk tekstil asal China, India dan Korea yang masuk ke Indonesia dapat mengancam keberadaan produk TPT lokal dalam memenuhi permintaan pasar di dalam negeri. Salah satu faktor utama penyebabnya adalahharga produk TPT impor tersebut relatif lebih murah dibandingkan produk lokal, sehingga produk lokal kalah bersaing dipasaran. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan ekspor TPT Indonesia selama tahun 2007-2010.

Tabel 1 Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010

Tahun Ekspor

(juta US $)

Pertumbuhan ( %)

2007 9.814 -

2008 11.339 15.5

2009 10.421 -8.41

2010 11.190 7.4

Sumber : BPS Pusat, 2010

(13)

3

Gambar 1Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010 Sumber : BPS Pusat, 2010

Dilihat dari sisi nilai ekspor industri TPT untuk Provinsi Jawa Barat selama periode 2005 hingga 2010 nilai ekspornya cenderung terus mengalami kenaikan. Walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan nilai ekspor yang dikarenakan industri TPT Jawa Barat mulai merasakan imbas dari adanya persaingan global, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali atas berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kementerian industri Indonesia terhadap peningkatan daya saing industri TPT Jawa Barat pada tahun tersebut.

Gambar 2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010 Sumber : BPS Jawa Barat, 2011

Adanya persaingan bebas yang menyebabkan tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individu-individudan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Jakarta Jawa Timur Jawa Tengah

Banten Jawa Barat

Nilai Ekspor TPT Tahun 2010 (USD)

0 2000000 4000000 6000000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(14)

4

berbeda.Negara Cina, Thailand dan Vietnam sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia, mengingat pemerintah negara tersebut sangat serius mendorong dan memfasilitasi industri TPT-nya. Indikator daya saing dibutuhkan dan digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan industri tersebut dibandingkan dengan industri pesaing dan industri lain yang ada disuatu negara. Selain itu, daya saing dapat dilihat dari total ekspor komoditi suatu industri dari tahun ke tahun. Peningkatan ekspor yang dimiliki oleh industri TPT Jawa Barat harus dapat dipertahankan dimasa mendatang bahkan ditingkatkan agar industri ini memiliki daya saing dipasar nasional maupuninternasional. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian mengenai “analisis daya saing industri tekstil dan produk tekstil di Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010“.

Perumusan Masalah

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentral Industri TPT di Indonesia yang mempunyai peluang cukup besar untuk menguasai pasar ekspor.Pengembangan industri TPT Jawa Barat harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang karena merupakan faktor penting dalam pembangunan perekonomian terutama pembangunan perekonomian nasional dalam bentuk fisik.

Beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan ekspor industri tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat kurang kondusif bahkan nilai ekspor dan jumlah prodksi dengan satuan ton pada industri ini pun berfluktuatif, dan mengalami penurunan ekspor pada tahun-tahun tertentu, yang diantaranya dapat dilihat antara tahun 2010. Penurunan nilai ekspor dan jumlah produksi tersebut akan berdampak pada penurunan tingkat daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat dalam pasar nasional maupun internasional.

Gambar 3Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010 Sumber : BPS Jawa Barat,2011

Industri tekstil dan produk tekstil Provinsi Jawa Barat yang berbasis ekspor berhubungan erat dengan fenomena persaingan global. Persaingan global menuntutindustri TPT Jawa Barat untuk dapat bersaing dengan provinsi lain bahkan negara produsen TPT lainnya.Semakin ketatnya persaingan di pasar

75 80 85 90 95 100 105

2007 2008 2009 2010

jumlah produksi per ton

(15)

5 domestik maupun internasional,industri TPT Provinsi Jawa Barat harus memiliki keunggulan dibandingkan industri TPT provinsi lain bahkan dari negara lain.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan ditelitiadalah :

1. Bagaimana daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitifyang dimiliki industri TPT Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri TPT Provinsi Jawa Barat?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitifyang dimiiki industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber referensi yang baik bagi kegiatan penulisan dan penelitian selanjutnya.

2. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan dan bahan pertimbangandalam mengambil kebijakan yang paling relevan bagi kemajuan Jawa Barat.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum yang dapat diambil manfaatnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada industri TPT Jawa Barat untuk melihat daya saing industri tersebut dan peneliti hanya menggunakan data dari tahun 1981 sampai tahun 2010.Analisis yang digunakan dalam melihat daya saing industri TPT Jawa Barat dengan menggunakanpendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki industri tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan Internasional

(16)

6

menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat perdagangan internasional adalah :

1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting, dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negara-negara miskin tidak dapat berkembang.

2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien (meningkatkan upah relatif di negara-negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di negara-negara yang kekurangan tenaga kerja).

3. Membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif baik karena efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor produksi.

4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam kebebasan pasar tersebut.

5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas.

Menurut teori daya saing dari sisi industri, perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antara negara. Adam Smith dalam bukunya Ekonomi Internasional dalam Salvatore tahun 1997berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien dari pada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolute.

(17)

7 Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997).

Teori Keunggulan Komparatif

David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1817 dalam Tambunan yang berisi penjelasan mengenai hukumkeunggulan komparatif.Hukum ini merupakan salah satu hukum perdaganganinternasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masihbelum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. Menurut hukumkeunggulan komparatif ,

“meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif)” (Salvatore, 1997).

Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi,

“meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalammemproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak, kecuali jika kerugian absolut (salah satu negara) pada kedua komoditi tersebut memiliki proporsi yang sama” (Salvatore, 1997).

Agar dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain, suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi komoditi yang dapat dilakukan lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dan mengimpor komoditi yang kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Konsep yang dipopulerkan oleh David Ricardo (1923) dalam Tambunan mengenai keunggulan komparatif ini menyatakan bahwa perdagangan yang saling menguntungkan antar kedua masih dapat berlangsung sekalipun suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan Negara lain.

(18)

8

R A =XLi / XLw Xi / Xw Dimana :

C = angka RCA (Revealed Comparative Advantage) XL i = nilai ekspor a suatu wilayah

XLw = nilai total ekspor ( industri a dan lainnya) di suatu wilayah Xi = nilai ekspor a di suatu negara

Xw = nilai total ekspor di suatu negara

Dengan perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif industri TPT di Jawa Barat yang diekspor.Nilai RCA>1, menunjukan bahwa pangsa sektor A di suatu wilayah lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan dalam ekspor di suatu Negara tertentu, artinya bahwa wilayah tersebut relatif lebih berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.

Teori Keunggulan Kompetitif

Menurut Michael E. Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan keunggulanbersaing industri nasional, yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisipermintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory :

1. Factor Condition (Kondisi Faktor)

Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan kompetitif suatu industri. Menurut Porter, 1998 faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut.

2. Demand Condition (Kondisi Permintaan)

(19)

9 Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara. 3. Related and supporting industry (Industri Terkait dan Industri Pendukung)

Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang memengaruhi posisi daya saing nasional, mutu produk dan produktivitas suatu negara akan memengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara. Mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen.

4. Firm Strategy, Structure, and rivalry(Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan)

Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa.

5. Government (Peran Pemerintah)

Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri.Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara tidak langsung pemerintah dapat memengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan jasa.Pemerintah juga dapat memengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia, berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenaga kerja, pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk. Dalam penerapan kebijakan peran pemerintah tidak selamanya baik, masih terdapat kemungkinan kegagalan yang dapat dilakukan pemerintah atau biasa disebut govern mentfailure.

6. Chance event (Peran Kesempatan)

(20)

10

terjadi.Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan parapelaku usaha.

Pengertian Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen (Tambunan dalam firdaus, 2005).Dilihat dari keberadaannya mengenai keunggulan dalam daya saing, maka keunggulan daya saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang dikembangkan (acquired advantage). Pada saat ini keunggulan alamiah atau keunggulan absolut yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia, ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi keunggulan alamiah yang sama. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia maka suatu komoditi harus memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah, yaitu keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk dapat memilikinya.

Teori Daya Saing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 41 Tahun 2007 tentang standar proses mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan meneggakan posisi yang menguntungkan (BSNP, 2013)

(21)

11 kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan melalui investasi.Atribut yang merupakan faktor-faktor keunggulan bersaing industri nasional, yakni kondisi faktor sumberdaya (resources faktor conditions), kondisi permintaan (demand conditions), industri pendukung dan terkait, serta persaingan, struktur dan strategi perusahaan (Porter, 1998).Asian Development Bank (1992) dalam Ziambong menjelaskan bahwa perbedaan antara keunggulan komparatif dan kompetitif serta cara mengukurnya. Indikator keunggulan komparatif digunakan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki keunggulan ekonomi untuk memperluas produksi dan perdagangan suatu komoditi. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan indikator untuk melihat apakah suatu negara akan berhasil dalam bersaing di pasar internasional atas suatu komoditi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing komoditi suatu industri di Indonesia menurut Departemen Perindustrian 2003 diantaranya :

A. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997).Nilai tukar antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000).Kurs efektif yang menguntungkan, dimana depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing suatu negara atau industri.

B. Produktivitas

Porter (1998), daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas. Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan..

C. Jumlah Tenaga Kerja.

Porter (1998), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat memengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja. D. Krisis.

Kestabilan kondisi suatu negara dapat memengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Sedangkan inflasi dan UMP menjadi variabel tambahan pada penelitian ini karena kedua variabel tersebut dapat pula memengaruhi tingkat daya saing suatu industri, dengan teori yang dimilikinya sebagai berikut :

A. Inflasi.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum. Peningkatan harga secara umum akan memengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi inflasi disuatu wilayah/negara, yang berarti peningkatan seluruh barang bahkan bahan baku, sehingga mengakibatkan tingginya biaya produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing.

B. Upah Minimum Provinsi (UMP).

(22)

12

harus mematuhi peraturan tersebut, dan bagi perusahaan penetapan UMP merupakan peningkatan biaya untuk tenaga kerja, sehingga tingginya biaya yang dikeluarkan untuk pekerja akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu texstiles yang berarti menenun atau kain tenun (BPS, 2005). Tekstil berarti pula:

1. Suatu benda yang terbuat dari benang kemudian dijadikan kain sebagai bahan pakaian.

2. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (tenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya.

Industri TPT merupakan kegiatan industri yang meliputi kegiatan usaha sektor industri manufakturdari hulu sampai hilir (terintegrasi), meliputi pembuatan serat dan filamen, benang, kain, sampai dengan pembuatan barang jadi tekstil lainnya yang selama ini menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional (API, 2007). Industri TPT di Indonesia meliputi lima kegiatan industri, diantaranya adalah:

1. Industri Pembuatan Serat (Fiber Making Industry)

Industri serat merupakan sektor hulu (upstream) pada struktur industry TPT yang bersifat padat modal dan full automatic dan berskala besar dengan penyerapan tenaga kerja yang relatif sedikit dengan output besar. Sebagian besar industri serat Indonesia memproduksi serat buatan (manmadefiber).Industri serat buatan Indonesia termasuk salah satu terbesar dunia.

2. Industri Pemintalan (Spinning Industry)

Industri pemintalan termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan industri semi padat modal, dengan mesin yang terus berkembang teknologinya dan menyerap tenaga kerja hampir tiga kali lipat dari industri serat.Industri ini memproduksi benang tenun dan benang rajut (spun yarn) serta benang jahit (sewing thread).

3. Industri Pertenunan, Perajutan, Pencelupan dan Penyempurnaan (Weaving, Knitting, Dyeing, Finishing Industry)

Industri pertenunan, perajutan, pencelupan, dan penyempurnaan, juga termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan industri semi padat modal dengan mesin yang terus berkembang teknologinya, dan menyerap tenaga kerja lebih banyak dari industri pemintalan.Industri ini memproduksi kain tenun lembaran berupa kain grey (woven fabrics), kain finis (fabric finis), kain rajut (knitting fabrics) dan kain lembaran bukan tenun (non-woven fabrics).

4. Industri Pakaian Jadi (Garment/Clothing Industry)

Industri pembuatan pakaian jadi (garment), sangat berbeda dengan industri-industri TPT lainnya, yang pada struktur industri-industri TPT nasional berada paling hilir (down stream) dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sangat besar (sebagian besar wanita) yang bersifat padat karya.

(23)

13 Industri pembuatan produk tekstil jadi lainnya termasuk industri hilir dan mempunyai kesamaan dengan industri pakaian jadi (garment).Industri ini menghasilkan produk-produk seperti produk permadani, label, lencana, pita dan lain-lain.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Widiati dan Kuncoro (2006) dalam jurnalnya mengenai Industri tekstil dan produk tekstile di Indonesia tahun 1996 dan 2001 dengan menggunakan pendekatan Cluster dan SCP Approach. Hasil analisis menunjukkan bentuk struktur pasar tahun 1996 dan 2001 adalah persaingan monopolistik dengan tingkat persaingan yang relatif tinggi. Nilai produktivitas industri TPT menunjukan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri manufaktur pada tahun 1996 dan 2001. Lokasi utama kluster di Jabodetabek (termasuk Kerawang), Greater Bandung meliputi kabupaten/kota Bandung, Sumedang dan Semarang Tahun 1996 dan 2001 nilai rata produktivitas rata-rata dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat konsentrasi, ukuran perusahaan dan penggunaan input impor, sementara tingkat upah dan lokasi perusahaan tidak memengaruhi secara signifikan.

Penelitian Mulyani (2007) dalam skripsinya mengenai dampak restrukturisasi industri tekstil dan produk tekstil terhadap kinerja perekonomian Jawa Barat dengan menggunakan metode input-output. Tapi dari ketiga jenis multiplier tersebut, nilai yang paling tinggi dimiliki oleh multiplier tenaga kerja. Ini menunjukkan bahwa sektor industri TPT lebih mampu memengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja daripada memengaruhi output dan pendapatan, ini menunjkkan bahwa sektor industri TPT merupakan sektor yang bersifat padat karya sehingga tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Dari analisis mengenai adanya pengeluaran pemerintah melalui program restrukturisasi industri TPT tahap 1, menunjukkan bahwa sektor yang paling merasakan pengaruhnya adalah adalah sektor industri TPT sendiri, sektor industri lainnya sebagai penyedia input serta sektor penggalian dan pertambangan karena mesin-mesin yang digunakan masih ada yang menggunakan bahan bakar yang bersumber dari bahan pertambangan.

Achmad Soleh (2012), dalam jurnalnya mengenai kontribusi dan daya saing ekspor sektor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah dengan penggunaan metode RCA(Revealed Comparative Advantage) dalam melihat daya saing ekspor sektor unggulan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor unggulan di Jawa Tengah yang memiliki daya saing ekspor adalah industri kayu dan bahan bangunan dari kayu, industri barang mineral bukan logam, industri permintalan, industri semen, dan industri kapur. Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektor-sektor unggulan memiliki daya saing ekspor.

Firdaus (2007), dalam skripsinya mengenai analisis daya saing dan faktor

(24)

14

efek yang paling menentukan dalam peningkatan atau penurunan ekspor TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Efek daya saing TPT Indonesia lebih rendah dari Cina dalam memberikan kontribusi ekspor.Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina.Untuk komoditi kain dan benang Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar.Peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya.Dalam jangka panjang peurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah.Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

(25)

15 Tabel 2 Penelitian terdahulu

No Penulis Judul/Tahun Hasil

1. Widiati,

Tahun 1996 dan 2001 nilai rata-rata produktivitas dipengaruhi secara signifikan dengan tingkat konsentrasi, ukuran perusahaan dan penggunaan input impor, tingkat upah dan lokasi perusahaan tidak

Dari analisis mengenai adanya pengeluaran pemerintah melalui program restrukturisasi industri TPT tahap 1, menunjukkan bahwa sektor yang paling merasakan pengaruhnya adalah adalah sektor industri TPT sendiri.

Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektor-sektor unggulan

(26)

16

pembangunan industri dimasa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional, adanya persaingan global dan banyaknya produk luar negeri yang masuk di Indonesia yang akan berpengaruh besar terhadap tingkat konsumsi dan tingkat ekspor produk TPT Jawa Barat di dalam dan di luar negeri yang akan memengaruhi terhadap daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat kondisi daya saing industri TPT Jawa Barat dengan metode RCA dan Potter’s Diamond,dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing tersebut, dengan melihat produktivitas, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$ Dollar), jumlah tenaga kerja, tingkat inflasi, krisis dan UMP. Kerangka pemikiran dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat memiliki daya saing yang tinggi. Impilikasi Hasil Penelitian

OLS (Ordinary least square) Faktor-faktor yang memengaruhi daya saing RCA (Revealed Comparative

Advantage)

Potter’s Diamond Tingkat Daya Saing TPT

Jawa Barat TPT sebagai salah satu komoditi unggulan Indonesia

Provinsi Jawa Barat sebagai sentral industri TPT Persaingan

(27)

17 2. Semua variabel bebas yang yang digunakan (produktivitas, nilai tukar nominal Indonesia terhadap US $, jumlah tenaga kerja, upah minimum provinsi, inflasi dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat :

a) Produktivitas memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin tinggi produktivitas maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

b) Nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana ketika terjadi depresiasi nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

c) Jumlah tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin banyak jumlah tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

d) Inflasi memiliki koefisien negatif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat. Dimana semakin tinggi inflasi maka semkin rendah daya saing tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

e) Upah Minimum Provinsi (UMP) memiliki koefisien yang negatif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin tinggi upah maka semakin rendah daya saing industri tekstiil dan produk tekstil Jawa Barat.

f) Dummy krisis memiliki koefisian yang negatif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana ketika terjadi krisis maka akan menurunkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data deret waktu (time series). Data time series adalah data mengenai fakta-fakta yang terjadi pada waktu yang berbeda-beda yang dikumpulkan dari kategori sumber yang sama. Selain itu penulisan ini juga menggunakan jenis data kuantitatif.Data kuantitatif adalah data yang berupa nilai dan angka yang disajikan dalam bentuk ringkas yang didapatkan dari beberapa hasil pengamatan yang dimanfaatkan sebagai bahan argumentasi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti : Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan website Kementrian Perindustian Indonesia, Bank Jabar dan Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja.

(28)

18

nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dan lainnya, total ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia, total ekspor Indonesia, Upah Minimum Jawa Barat. Adapun data tahunan periode 2005-2010 yang digunakan adalah data PDRB Jawa Barat, tingkat konsumsi domestik terhadap industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dan banyaknya perusahaan industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif untuk menjelaskan perkembangan industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, variabel-variabel yang memengaruhi dayasaingnya serta melihat pengaruh kebijakan upah minimum Provinsi terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA).Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi tekstil dan produk tekstil Jawa Barat didalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa ekspor komoditi TPT di dalam total ekspor produk Indonesia, diharapkan Negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komodititekstil dan produk tekstil. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditi tekstil dan produk tekstil. Sebaliknya, jika nilainya lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tekstil dan produk tekstil rendah. Secara matematis RCA dapat dituliskan seperti persamaan 1.

RCAij =XLi / XLw

Xi / Xw... (1) Dimana :

XLi = nilai ekspor industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat XLw = nilai total ekspor ( industri TPT dan lainnya) Jawa Barat Xi = nilai ekspor industry TPT di Indonesia

(29)

19 Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi sehingga suatu industri memiliki daya saing lemah .

Keunggulan metode RCA ini, metode ini dapat dikatakan merupakan metode yang sederhana dan menurut Basri (2002) dalam bukunya yang berjudul

Perekonomian Indonesia, RCA dapat mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total negara tersebut, dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu Melalui analisis perhitungan RCA, posisi daya saing dan ekspor produk TPT di pasar nasional dapat diketahui.

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

Indeks RCA = RCAt ... (2) RCAt-1

Dimana :

RCAt = nilai RCA tahun ke sekarang (t) RCAt-1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1) t = 1981,..., 2010

Nilai indeks RCA berkisar nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun sekarang lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya.Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun sekarang lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya.

Keuntungan menggunakan mrtode atau indeks RCA adalah bahwa indeks ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah alternatif.Selain itu, keunggulan dari metode ini juga adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas.Namun, bagaimanapun indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumberdaya dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai. Kelemahan dalam

metode RCA ini, diantaranya :

1. Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan pentingnyapermintaan domestik, ukuran dasar domestik, dan perkembangannya.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal

(30)

20

Analisis Daya saing (Potter’s Diamond)

Keunggulan kompetitif dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan Potter’s Diamond.Metode ini merupakan metode kualitatif yaitu menganalisi tiap komponen dalam Potter’s Diamond, dan dapat dilihat seperti Gambar 5.

a) Factor condition (FC) yaitu faktor-faktor produksi seperti Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Modal, infrastruktur dan IPTEK.

b) Demand Condition (DC) yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negeri.

c) Related and supporting Industries (RSI) yaitu keadaan industri pendukung dan terkait yang dapat meningkatkan efisiensi dan sinergi industri.

d) Firm strategy, Structure and Rivalry (FSSR) yaitu strategi yang digunakan perusahaan pada umumnya, struktur industri serta keadaan kompetisi dalam industri.

Selain itu terdapat komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu peran pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi, dari hasil analisis faktor penentu daya saing selanjutnya ditentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan daya saing industritekstil dan produk tekstil Jawa Barat.Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri.

Gambar 5.Diamond of competitive advantage Sumber : Potter, 1998

Model Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk melakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing tekstil dan produk tekstil Jawa Barat adalah regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa, dengan asumsi-asumsi tertenu.Metode Ordinary Least Square (OLS) mempunyai beberapa sifat statistik yang membuatnya menjadi satu

Strategi dan Struktur Persaingan

Kondisi Faktor

Industri Terkait dan Pendukung

(31)

21 metode analisis regresi yang paling kuat.Menurut Koutsoyianis (1997), terdapat beberapa kelebihan metode Ordinary Least Square (OLS) seperti berikut:

1. Hasil estimasi parameter yang diperoleh dengan metode OLS memiliki beberapa kondisi optimal (BLUE)

2. Tata cara pengolahan data dengan dengan metode OLS relatif mudah daripada metode ekonometrika lain, serta tidak membutuhkan data yang terlalu banyak. 3. Metode OLS telah banyak digunakan dalam peneltian ekonomi dengan

berbagai macam hubungan antar variable dengan hasil yang memuaskan. 4. Mekanisme pengolahan data dengan metode OLS mudah dipahami.

5. Metode OLS juga merupakan bagian dari kebanyakan metode ekonometrik yang lain meskipun dengan penyesuaian di beberapa bagian.

Beberapa sifat penduga yang utama agar metode OLS dapat digunakan adalah tidak bias, efisien dan varian minimum (Nachrowi dan Usman, 2003). Asumsi-asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi dengan metode OLS berdasarkan teori Gauss-Markov sebagai berikut:

1. E(ui) = 0 atau E(ui) atau E(Yi ) = β1 + β2Xi

uimenyatakan variable-variabel lain yang memengaruhi Yi akan tetapi tidak terwakili di dalam model.

2. Tidak ada korelasi antara ui dan uj {cov (ui , uj )= 0}; i≠j

3. Homokedastisitas : yaitu besarnya varian ui sama arau car (ui) = σ2 untuk setiap i.

4. Kovarian antara ui dan Xi nol. {cov (ui,Xi ) )= 0}.Asumsi tersebut sama artinya bahwa tiidak ada korelasi antara ui , Xi.

5. Model regresi dispesifikasikan secara benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Model harus berpijak pada landasan teori b) Perhatikan variable-variabel yang diperlukan. c) Bagaiman bentuk fungsinya.

Sifat yang akan dimiliki oleh estimator pada model regresi OLS dengan memenuhi asumsi-asumsi di atas adalah BLUE. Ragam minimum (efisien) dan konsisten serta berasal dari model yang linear. Selain itu, nilai estimasi dari contoh (sample) akan mendekati populasi.

Dalam penelitian ini untuk menganalisi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, yang diperoleh dari hasil penelitian dan jurnal terdahulu, dapat dilihat dari produktivitas, jumlah tenaga kerja, nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, inflasi, upah minimum dan dummy krisis. Secara matematis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dapat ditulis sebagai berikut :

DSt = α0 + α1Prodt+ α2JmlhTk + α3NT +α4INF + α5UMP + α6 Dkt+e1t……(3) Yang kemudian untuk menyamakan variable yang digunakan di dalam persamaan, persamaan akan diubah ke dalam bentuk double log (kecuali variable yang sudah dalam bentuk persen) menjadi:

(32)

22 Dimana :

DSt = Daya Saing (%) Prodt = Produktivitas (%)

LnJMlhTKt = Jumlah tenaga Kerja (%)

LnNTt = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (%) INFt = Nilai inflasi (%)

LnUMPt = Nilai UMP Jawa Barat (%) Dkt = Dummy krisis

e1t, e2t = Kesalahan pengganggu (galat)

Pengujian Parameter Persamaaan Regresi

Untuk mendapatkan model terbaik, perlu dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:

Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar total variasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model. R² menunjukan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya jumlah variabel yang dimasukan kedalam model.

R- Squared = RSS TSS dimana :

RSS = Jumlah kuadrat regresi TSS = Jumlah kuadrat total

Nilai koefisien determinasi yang digunakan adalah 0 ≤ R2≤ 1. Jika R2 = 1 berarti 100 persen keragaman dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Selain nilai R2 terdapat juga nilai adjusted- R2. Nilai ini digunakan untuk membandingkan dua model, semakin besar nilai R2 adj maka makin baik model tersebut.R2 adj dapat digunakan untuk membandingkan dua model karena nilai R2adj sudah mengalami koreksi terhadap derajat bebas model sehingga dua model yang berbeda derajat bebasnya dapat dibandingkan secara adil.

Uji F-statistik

(33)

23 Perumusan hipotesis:

H0 :β1 = β2 = β3 = βk = 0, variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

H1 : β1 ≠ β2 ≠ ... ≠ βn ≠ 0, variabel independen secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

Uji statistik F dapat dihitung dengan formula: Fhitung =R2/(k-1)

(1-R2)/(n-k) Dimana:

R2 : jumlah kuadrat regresi (1- R2) : jumlah kuadrat sisa n : jumlah pengamatan k : jumlah parameter Kriteria uji:

Probability F-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan minimalada variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas (dependent).

Probability F-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas (dependent).

Uji t-statistik

Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas(independent) atau untuk menguji secara statistik apakah regresi dari masing-masingvariabel independen yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atautidak terhadap variabel dependen.

Hipotesis:

H0 :βk = 0 (variabel independen k tidak mempengaruhi variabel dependen) H1 :βk ≠ 0 (variabel independen k mempengaruhi variabel dependen)

Kriteria uji:

Probability t-Statistic < (α), maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen kberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Probability t-Statistic > (α), maka terima H0 dan simpulkan variabel independen k tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Uji Asumsi Klasik

(34)

24

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat error term. Jika data sampel yang digunakan dalam penelitian kurang dari 30 maka perlu dilakukan uji normalitas dan jika sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi normal. Karena data yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 30, maka uji normalitas perlu dilakukan.Uji normalitas ini disebut Jarque-Bera Test (J-B) yang pengujiannya dilakukan pada error term yang harus terdistribusi secara normal.Kriteria uji yang digunakan adalah :

Hipotesis:

H0 :error term terdistribusi normal H1 :error term tidak terdistribusi normal Kriteria uji:

Jika nilai probabilitas > taraf nyata (α) maka terima H0 dan kesimpulannya errorterm terdistribusi normal.

Jika nilai probabilitas < taraf nyata (α) maka tolak H0 dan kesimpulannya errorterm tidak terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Asumsi lain yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya korelasi yang kuat antarsesama variabel bebas (eksogen). Uji multikolinearitas dalam Minitab 16 dinamakan uji kolinearitas, yaitu untuk melihat apakah terjadi korelasi yang kuat antara variabel-variabel independennya. Pengujiannya ada dua cara yaitu:

1. Nilai korelasi dua variabel independen mendekati satu 2. Nilai korelasi parsial akan mendekati nol

Setelah itu ada atau tidaknya kolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Error), apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas.Jika hasil estimasi memiliki nilai R² dan Adjusted R² yang tinggi tetapi memiliki banyak nilai t-stat yang tidak signifikan sementara hasil F-stat nyasignifikan, maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas (Juanda, 2009).

Uji Autokorelasi

(35)

25 1. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengandung autokorelasi. 2. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan mengandung autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika ragam error tidak konstan.Gejalaheteroskedastisitas menunjukan bahwa model tersebut tidak memenuhi syarat sebagai model yang baik. Model yang baik adalah jika memenuhi ragam error yang sama. Gejala tersebut dapat ditunjukan melalui uji Breush-Pagan pada program Eviews 6.

Hipotesis:

H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedatisitas

Dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini 0,05 (5 persen).Sehingga apabila nilai p-value lebih dari 0,05 (5 persen) maka terima H0 yang artinya ragam residual homogen atau biasa disebut tidak terjadi heteroskedastisitas pada model yang diteliti.

GAMBARAN UMUM

Keunggulan Jawa Barat

(36)

26

Tabel 3Produk domestik regional bruto Jawa Barat tahun 2006-2010

Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

PDRB adh

berlaku (juta Rp) 473.556.757 542.272.108 593.914.351 597.759.642 645.414.329

Kontribusi sektor industri manufaktur (%)

45.24 41.21 43.37 44.21 44.26

Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran (%)

19.40 22.31 26.41 25.13 22.41

Kontribusi

sektor pertanian (%) 11.12 12.45 12.87 11.45 12.61

Sumber : BPS Jawa Barat, 2010

Perkembangan Industri TPT Jawa Barat

Lokasi industri TPT di Jawa Barat tersebar di wilayah-wilayah Kabupaten/Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Karawang. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah utama produksi TPT di Indonesia, hal tersebut terbukti dengan terdapatnya 57 persen pabrik TPT di Jawa Barat dan berpusat di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Pada Gambar 6terlihat banyaknya perusahaan TPT yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2006 sampai tahun 2010.

Gambar 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat Sumber :BPS Jawa Barat,2010

Jumlah perusahaan TPT dari tahun 2006 hingga 2010 cenderung mengalami peningkatan, walaupun terjadi pengurangan pada 2009 yang dikarenakan industri TPT Jawa Barat terkena dampak dari krisis Amerika namun pada 2010 mengalami peningkatan kembali yang sangat tinggi yakni sebesar 253 perusahaan. Hal ini menandakan bahwa para investor baik asing maupun dalam

1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650 1700

2006 2007 2008 2009

Jumlah Perusahaan

(37)

27 negeri mulai memiliki kepercayaan untuk berinvestasi di Provinsi Jawa Barat dalam kondisi perekonomian yang dimiliki Indonesia pada masa sekarang ini

Peranan Industri TPT terhadap Perekonomian Jawa Barat

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari industri tekstil dan produk tekstil yang memberikan kontribusi bagi devisa negara. Peran penting lainnya adalah sumbangan lapangan pekerjaan yang begitu besar bagi sebuah negara, tahun 2007 jumlah industri tekstil dan garmen di Indonesia mencapai 2820 perusahaan. Penyebaran industri tekstil dan garmen di Indonesia terpusat di pulau Jawa dan lebih dari 50 persen industri tersebut berada di wilayah Jawa Barat.Tumbuh dan kembangnya industri tekstil dan produk tekstil di Jawa barat tidak dapat dipungkiri oleh besarnya antusias para sektor-sektor pendukungnya.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan industri andalan dalam menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri, serta memiliki nilai tambah dalam mengembangkan perekonomian daerah. Beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan yang kurang kondusif.hal ini disebabkan oleh berbagai permasalahan yang kompleks yang dihadapi industri TPT dewasa ini antara lain menyangkut permasalahan internal (internal perusahaan/iklim usaha di dalam negeri) dan permasalahan eksternal (persaingan dan isu-isu internasional).

Indutri tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat, khususnya di wilayah Bandung terdapat lebih dari 300 perusahaan tekstil dan produk tekstil yang tersebar di 8 wilayah, yaitu wilayah Bojonegara, wilayah Cibeunying, wilayah Gede Bage, wilayah Karees, wilayah Tegalega, wilayah Ujung Berung, wilayah Cimahi dan wilayah Padalarang. Proporsi penyebaran industri tekstil dan garmen terbesar berada di wilayah Tegallega (sepanjang kecamatan Astana Anyar hingga Banjaran) sebesar 25 persen, lalu diikuti oleh wilayah Cimahi (sepanjang kecamatan Cimahi Utara hingga Cimahi Selatan) sebesar 21 persen dan wilayah Gede Bage (sepanjang kecamatan Bandung Kidul hingga kecamatan Bojong Soang) sebesar 17 persen. Dengan dampak yang sedemikian besarnya industri tekstil dan produk tekstil dapat menjadi salah satu industri yang dominan di wilayah Jawa Barat.Dukungan ekspor dari hasil industri tekstil dan produk tekstil dapat mendorong laju pertumbuhan pendapatan per kapita di Jawa Barat (BPS 2008, Jawa Barat).

Sektor industri TPT merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian Jawa Barat, selain itu, industri TPT juga berperan sebagai salah satu komoditi ekspor unggulan. Tabel 4 menunjukkan bahwa diantara kelompok barang nonmigas,industri TPT merupakan kelompok yang memiliki nilai ekspor terbesar keduasetelah kelompok mesin dan pesawat mekanik, perlengkapan elektronik serta bagiannya. Pada tahun 2008 nilai ekspor industri TPT mencapai 5.088 juta US Dollardan meningkat menjadi 5.655 juta US Dollarpada tahun 2010.

(38)

28

TPT terhadap ekspor non migas Jawa Barat menunjukkan peningkatan. Industri TPT merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar Jawa Barat, Selain itu industri TPT merupakan industri yang bersifat padat karya dimana mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu sebanyak 502.234 orang pada tahun 2010, dengan demikian sektor industri TPT merupakan industri yang memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi atau kedua terbesar di Jawa Barat setelah sektor pertanian. Hal ini juga menunjukkan bahwa Industri TPT merupakan sektor penting dan strategis dalam pembangunan Jawa Barat selama ini. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor industri TPT memberikan arti bahwa sampai saat ini perekonomian Jawa Barat masih didominasi oleh sektor industri

Tabel 4 Ekspor non migas menurut kelompok barang (juta US Dollar)

Kelompok Komoditi Tahun

2008 2009 2010

Mesin dan Pesawat Mekanik 6.501.408,21 7.066.202,45 8.344.359,21 Tekstil dan Barang dari Tekstil 5.088.097,90 4.623.458,45 5.655.883,98 Plastik, Karet, Barang Plastik 1.843.278,49 1.790.066,6 2.146.478,25 Logam Tidak Mulia 1.146.931,56 641.165,08 797.557,14 Pulp, dan Kertas 1.039.862,65 975.510,16 1.086.243,83 Kendaraan, Pesawat Terbang 986.758,39 677.597,86 990.965,03 Produk Industri Kimia 690.800,50 584.108,0 788.436,9 Makanan,MinumanKeras 477.230,03 512.752,57 712.269,45 Barang dari Batu, Semen. 333.184,08 251.654,94 325.859,99 Alas Kaki, Payung 353.213,05 335.887,21 449.955,71 Alat Optik, Kedokteran. 350.413,99 302.710,93 339.841,13 Kayu, Barang dari Kayu, 186.107,64 165.039,94 192.641,43 Kulit dan Barang dari Kulit 181.615,34 150.340,98 184.388,91

Produk Nabati 162.933,2 168.269,53 178.993,03

Lemak, Minyak dan Malam 53.106,5 55.330,57 84.789,78

Lain-lain 939.066,56 804.864,04 962.614,88

JUMLAH 20.334.008,18 19.104.959,40 23.241.278,66

Sumber :BPS Jawa Barat,2011

Kinerja Ekspor Industri tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat

Gambar

Gambar 2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010
Tabel 2 Penelitian terdahulu
Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 3Produk domestik regional bruto Jawa Barat  tahun 2006-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baterai akan habis jika di gunakan secara terus menerus.Untuk mengatasi hal tersebut perlu di pasang system pengisian.Alternator berfungsi untuk merubah energy mekanik yang di

He has worked as an EFL lecturer in the International School of Wuhan University of Science and Technology, China for around ten years, and his research interests include

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, keterampilan pengelolaan pembelajaran guru, dan

Data arus lalu lintas eksisting digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja lalu lintas, berupa arus lalu lintas per jam eksisting pada jam-jam tertentu sedangkan

g. Profil Murid Pondok Sufi POMOSDA h. Proses Menuju Martabat Insân Kâmila. 1) Meminta petunjuk Ilmu Syaththariah (melalui

Pada Usecase Diagram, terdapat aktor berupa admin yang dapat melakukan update database, insert database, delete database, melihat pesanan yang dilakukan oleh customer pada

waktu perlakuan dari jam ke-0 ke pengukuran jam ke-1 menunjukkan bahwa peningkatan kadar gula terrendah adalah pada pemberian pakan berupa suweg mentah, yaitu meningkat

Hasil penelitian adalah cetak biru hasil analisis dan perancangan buku digital atraktif pada matakuliah algoritme dan permograman yang dapat menjadi fondasi pengembangan