• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Metode Heuristik Pada PT. Bina Karya Logam Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Metode Heuristik Pada PT. Bina Karya Logam Mandiri"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP DENGAN METODE HEURISTIK PADA PT. BINA KARYA LOGAM MANDIRI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik

Oleh

LEONARDO SILALAHI

NIM. 090403078

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih Karunia-Nya serta kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Bina Karya Logam Mandiri yang bergerak dibidang produksi mesin yang akan digunakan untuk mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan juga menghasilkan spare part mesin untuk perusahaan lainnya. Tugas Sarjana ini berjudul “Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Metode Heuristik Pada PT. Bina Karya Logam Mandiri .”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis terbuka untuk setiap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.

(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materi, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. Selaku sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir.Mangara Tambunan, MSc, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Rahmi M. Sari, ST, MM(T), selaku Dosen Pembimbing II dalam pelaksanaan Tugas Sarjana yang telah memberikan banyak pengetahuan yang baru bagi penulis dan memberikan motivasi yang berharga.

4. Kepada Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku dosen penguji I dan Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku dosen penguji II yang telah member banyak masukan kepada penulis.

5. Staff pegawai Teknik Industri Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, Ibu Ani, dan Bang Ridho terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

(4)

telah banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis dalam melaksanakan Tugas Sarjana ini.

7. Keluarga penulis (M.Silalahi, SPd dan I. Saragih, SPd) abang (Roy Agusmer Silalahi, SPd) dan adik-adik (Masniari Fitriyanti Silalahi dan Tio Berlin Silalahi) yang telah mendukung lewat doa, semangat, dan dana.

8. Teman-teman KK Anak Yang Hilang (Bang Bonar, Jhon, Rianto, Evan, Adventus) dan Fill de Deo (Kak Yusnia, Oloan Simorangkir, Ade, Prima) yang selalu setia mendoakan penulis dan memberikan semangat yang luar biasa selama pengerjaan Tugas Sarjana ini.

9. Adik-adik KK Sincerely (Tulus, Joshua, Ronald, Sehat, Agus) dan Yehowa Yireh (Trissa, Mien, April, Poly, Elisabeth, Lorenzo) yang terus mendukung penulis.

10.Suluruh teman-teman IE-KLAN yang menjadi rekan seperjuangan di kampus. 11.Tonggo Hutabarat yang menjadi sahabat, dan rekan peneliti di PT. Bina Karya

(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1

(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Organisasi dan Manajemen ... II-1 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung jawab ... II-2 2.2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-8 2.2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya... II-10 2.3. Proses Produksi ... II-11 2.3.1. Bahan Baku ... II-12 2.3.2. Bahan Tambahan ... II-12 2.3.3. Bahan Penolong ... II-12 2.3.4. Standar Mutu Bahan Baku ... II-13 2.3.5. Standar Mutu Produk... II-13 2.3.6. Mesin dan Peralatan ... II-16 2.3.7. Utilitas ... II-16

III LANDASAN TEORI ... III-1

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.3. Job Shop Schedulling ... III-5 3.1.3.1. Teknik-Teknik Penyelesaian

Masalah Job Shop ... III-6 3.1.4. Priority Dispatching Heuristic ... III-7 3.1.5. Shifting Bottleneck Heuristic ... III-9 3.2 . Pengukuran Waktu ... III-11

3.2.1. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan

Pengukuran Waktu ... III-14 3.2.2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ... III-16 3.2.3. Pengujian Keseragaman Data ... III-17 3.2.4. Uji Kecukupan Data ... III-18 3.3. Penilaian Performance Kerja ... III-19 3.4. Penetapan Kelonggaran (Allowance) ... III-23 3.5. Perhitungan Waktu Standar ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitiaan ... IV-4 4.6. Studi Pustaka ... IV-6 4.7. Sumber Data ... IV-6 4.7.1. Data Primer ... IV-6 4.7.2. Data Sekunder ... IV-6 4.8. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.9.1. Pengukuran Waktu ... IV-8 4.9.2. Perhitungan dengan Metode

Priority Dispatching Heuristic ... IV-12 4.9.3. Perhitungan dengan Metode

Shifting Bottleneck Heuristic ... IV-14 4.10. Perhitungan Parameter Performanse Penjadwalan ... IV-16 4.11. Analisis Pemecahan Masalah ... IV- 16 4.12. Kesimpulan dan Saran ... IV-17

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.3. Urutan Proses Produksi ... V-2 5.1.4. Rating Factor Pekerja ... V-3 5.1.5. Allowance ... V-5 5.1.6. Data Pengukuran Waktu Tiap Job ... V-7 5.2. Pengolahan Data ... V-9 5.2.1. Pengukuran Waktu ... V-9 5.2.1.1.Uji Keseragaman Data dan Uji

Kecukupan Data ... V-9 5.2.1.2. Menghitung Waktu Standar setiap

Stasiun Kerja ... V-12 5.2.1.3. Waktu Penyelesaian ... V-13 5.2.2. Penjadwalan dengan Metode

Shifting Bottleneck Heuristic ... V-15 5.2.3. Penjadwalan dengan Metode

Priority Dispatching Heuristic ... V-19 5.2.3.1. Penjadwalan dengan Metode

Priority Dispatching Heuristic

Aturan Short Processing Time (SPT) ... V-19 5.2.3.2. Penjadwalan dengan Metode

Priority Dispatching Heuristic

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3.3. Penjadwalan dengan Metode Priority Dispatching Heuristic

Aturan Least Work Remaining (LWKR) ... V-26 5.2.3.4. Penjadwalan dengan Metode

Priority Dispatching Heuristic

Aturan Longest Processing Time (LPT)... V-32 5.2.4. Perhitungan Parameter Performansi Penjadwalan ... V-35 5.2.4.1. Perhitungan Efficiency Index (EI) ... V-37 5.2.4.2. Perhitungan Persentase Penghematan

Makespan ... V-40

VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ...

VI-1

6.1. Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Serve .. VI-1 6.2. Analisis Penjadwalan dengan

Metode Shifting Bottleneck Heuristic ... VI-1 6.3. Analisis Penjadwalan dengan Metode Priority

Dispatching Heuristic Aturan Short Processing Time (SPT) .... VI-2 6.4. Analisis Penjadwalan dengan Metode Priority

Dispatching Heuristic Aturan MWKR ... VI-3 6.5. Analisis Penjadwalan dengan Metode Priority

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.6. Analisis Penjadwalan dengan Metode Priority

Dispatching Heuristic Aturan LPT ... VI-4 6.7. Analisa Parameter Performansi Penjadwalan ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

(12)

ABSTRAK

PT. Bina Karya Logam Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi mesin yang akan digunakan untuk mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan juga menghasilkan spare part mesin untuk perusahaan lainnya. Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan atau order yang masuk (job-order), sedangkan urutan proses pengerjaan antara job satu dengan job lainnya berbeda-beda atau job shop. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Bina Karya Logam Mandiri adalah adanya keterlambatan untuk beberapa spare part yang dikerjakan sehingga mempengaruhi jadwal pengiriman kepada pelanggan. Metode penjadwalan produksi yang selama ini digunakan oleh perusahaan adalah metode First Come First Serve (FCFC) dengan Mekespan sebesar 10042 menit = 167,76 jam. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan urutan penjadwalan produksi dengan kriteria minimisasi makespan. Berdasarkan hasil penentuan penjadwalan produksi dengan metode Shifting Bottleneck Heuristic diperoleh bahwa nilai makespan adalah 9128 menit = 152,12 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan SPT diperoleh bahwa nilai makespan adalah 6612 menit = 110,19 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan MWKR diperoleh bahwa nilai makespan adalah 6834 menit =113,9 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan LWKR diperoleh bahwa nilai makespan adalah 8861 menit = 147,67 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan LPT diperoleh bahwa nilai makespan adalah 10685 menit = 178,08 jam. Penyelesaian permasalah penjadwalan dengan menggunakan metode PDH aturan SPT adalah metode yang paling besar meminimisasi waktu penyelesaian seluruh Job atau metode yang nilai Efficiency Index paling besar yaitu 1,522. Order yang diselesaikan selama 167,76 jam dapat dikerjakan selama 110,19 jam untuk seluruh order. Minimisasi waktu penyelesaian atau persentase penghematan mekespan sebesar 57,57 jam atau 52,246%.

(13)

ABSTRAK

PT. Bina Karya Logam Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi mesin yang akan digunakan untuk mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan juga menghasilkan spare part mesin untuk perusahaan lainnya. Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan atau order yang masuk (job-order), sedangkan urutan proses pengerjaan antara job satu dengan job lainnya berbeda-beda atau job shop. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Bina Karya Logam Mandiri adalah adanya keterlambatan untuk beberapa spare part yang dikerjakan sehingga mempengaruhi jadwal pengiriman kepada pelanggan. Metode penjadwalan produksi yang selama ini digunakan oleh perusahaan adalah metode First Come First Serve (FCFC) dengan Mekespan sebesar 10042 menit = 167,76 jam. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan urutan penjadwalan produksi dengan kriteria minimisasi makespan. Berdasarkan hasil penentuan penjadwalan produksi dengan metode Shifting Bottleneck Heuristic diperoleh bahwa nilai makespan adalah 9128 menit = 152,12 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan SPT diperoleh bahwa nilai makespan adalah 6612 menit = 110,19 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan MWKR diperoleh bahwa nilai makespan adalah 6834 menit =113,9 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan LWKR diperoleh bahwa nilai makespan adalah 8861 menit = 147,67 jam, penjadwalan produksi dengan metode Priority Dispatching Heuristic aturan LPT diperoleh bahwa nilai makespan adalah 10685 menit = 178,08 jam. Penyelesaian permasalah penjadwalan dengan menggunakan metode PDH aturan SPT adalah metode yang paling besar meminimisasi waktu penyelesaian seluruh Job atau metode yang nilai Efficiency Index paling besar yaitu 1,522. Order yang diselesaikan selama 167,76 jam dapat dikerjakan selama 110,19 jam untuk seluruh order. Minimisasi waktu penyelesaian atau persentase penghematan mekespan sebesar 57,57 jam atau 52,246%.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tingginya permintaan dan cepatnya perkembangan dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat bertahan dalam persaingan tersebut harus berusaha untuk mempertahankan atau menambah jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya yaitu dengan menyelesaikan pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

PT. Bina Karya Logam Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi mesin yang akan digunakan untuk mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan juga menghasilkan spare part mesin untuk perusahaan lainnya. Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan atau order yang masuk (job-order), sedangkan urutan proses pengerjaan antara job satu dengan job lainnya berbeda-beda atau job shop.

(15)

Perusahaan ini menghasilkan berbagai jenis spare part diantaranya: Kaki Pompa, Ring, Roda Roli, Plat Cutter (2 x 12,5) cm, Plat Cutter (2 x 26,5) cm, Sprocket Belah, Sprocket 10T, Sprocket 12T, Gear, Mainshaft/Gearbox dan lain-lain. Setiap spare part mempunyai urutan proses yang berbeda-beda, mesin yang berbeda-beda dan juga waktu proses yang berbada-beda. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya waktu mengangur pada bahan dan juga pada mesin. Misalnya, untuk produk Plat Cutter (2 x 12,5) cm dan Plat Cutter (2 x 26,5) cm proses pengerjaan pertama yaitu mesin pemotongan. Jumlah mesin potong hanya ada satu unit. Hal ini sangat mempengaruhi waktu pengerjaan produk tersebut.

(16)

Tabel 1.1. Keterlambatan Jumlah Pengiriman

Spare part Keterlambatan Pengiriman

(Hari)

Ring 1

Plat Cutter (2 x 12,5) Cm 7

Plat Cutter (2 x 26,5) Cm 7

Roda Roli 9

Kaki Pompa 14

Sumber : PT.Bina Karya Logam Mandiri

Oleh karena itu, untuk menghindari hal semacam ini, perlu disertai adanya metode penjadwalan yang tepat. Perusahaan menggunakan aturan order yang telah tiba terlebih dahulu, akan dilayani terlebih dahulu (First Come First Serve). Dengan adanya metode penjadwalan yang tepat, diharapkan waktu penyelesaian produk (makespan) yakni jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pemrosesan seluruh job, menjadi singkat. Dengan demikian, waktu yang masih tersisa dapat digunakan untuk menyelesaikan rencana produksi komponen lain.

Terdapat banyak metode penjadwalan yang dapat menyelesaikan penjadwalan job shop ini. Dalam hal ini metode penjadwalan yang ingin dianalisis dan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Priority Dispatching Heuristic dan Shifting Bottleneck Heuristic. Metode Shifting Bottleneck Heuristic dan Priority Dispatching Heuristic adalah metode yang umum digunakan dalam penyelesaian masalah Job Shop.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

Dalam mengatasi masalah tersebut, maka perusahaan membutuhkan suatu sistem penjadwalan yang terstruktur yang dapat menghasilkan waktu proses keseluruhan yang optimal sehingga dapat meminimisasi waktu penyelesaian seluruh pesanan (makespan).

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil penjadwalan produksi yang optimal pada PT. Bina Karya Logam Mandiri.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Merumuskan metode penjadwalan produksi yang memberikan hasil yang optimal diantara metode Priority Dispatching Heuristic dan Shifting Bottleneck Heuristic dan metode perusahaan.

2. Menyelesaikan permasalahan penjadwalan, yaitu meminimisasi waktu penyelesaian seluruh job (makespan).

3. Memberikan usulan mengenai urutan pengerjaan produk pada setiap mesin yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

4. Penentuan ukuran kinerja metode penjadwalan yang digunakan.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu, antara lain:

1. Metode penjadwalan produksi yang digunakan adalah metode Priority Dispatching Heuristic dan Shifting Bottleneck Heuristic.

(18)

3. Pembahasan meliputi lima jenis produk yaitu Roda Roli, Kaki Pompa, Plat Cutter (2 x 12,5) cm, Plat Cutter (2 x 26,5) cm dan Ring.

4. Perhitungan waktu proses dilakukan dengan perhitungan waktu baku.

5. Aturan yang digunakan untuk metode Priority Dispatching heuristic adalah Most Work Remaining (MWKR), Shortest Processing Time (SPT), Least Work Remaining (LWKR) dan Longest Processing Time (LPT).

Sedangkan asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada mesin yang rusak ketika melakukan operasi.

2. Tidak ada penambahan atau pengurangan terhadap mesin-mesin atau peralatan produksi.

3. Tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan seperti bencana alam atau demonstrasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk mendapatkan analisa penjadwalan yang paling optimal pada PT.Bina Karya Logama Mandiri

b. Mendapatkan peluang untuk memecahkan permasalahan yang ada pada perusahaan dengan menggunakan bidang ilmu yang digeluti peneliti. 2. Bagi Perusahaan

(19)

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi untuk perbaikan penjadwalan produksi.

Menambah cakrawala dunia keilmuan, yaitu kaitan antara teoritis dengan aplikasi dan mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

Bab I berisi tentang Pendahuluan yang menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari peneliti untuk membuat suatu rancangan perbaikan terhadap masalah penjadwalan produksi di perusahaan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi Gambaran Umum Perusahaan, yaitu mengenai sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan manajemen serta proses produksi.

(20)

Bab IV berisi Metodologi Penelitian yang menjelaskan tahapan-tahapan penjadwalan produksi dengan metode Shifting Bottleneck Heuristic dan Priority Dispatching Heuristic, mulai dari persiapan penelitian, pengambilan data waktu proses, pengolahan data, analisis hasil sampai kesimpulan urutan jadwal produksi yang akan diusulkan untuk pengerjaan order perusahaan.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data berisi data-data primer yaitu data pengukuran waktu pengerjaan proses, urutan proses, dan data sekunder berupa data jenis produk, jumlah order yang datang, data jumlah dan jenis mesin, dan waktu Set Up serta pengolahan data dengan metode Shifting Bottleneck Heuristic dan Priority Dispatching Heuristic untuk mendapatkan pemecahan.

Bab VI atau Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis dari hasil pengolahan data dan alternatif dari pemecahan masalah. Pada bab ini akan dibandingkan ukuran kinerja perusahan menggunakan metode yang dipakai perusahaan yaitu penjadwalan aktual dengan FCFS terhadap metode yang dipakai dalam pengolahan data yaitu penjadwalan produksi dengan Shifting Bottleneck Heuristic dan Priority Dispatching Heuristic

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Bina Karya Logam Mandiri (BKLM) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi mesin yang akan digunakan untuk mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan juga menghasilkan spare part mesin untuk perusahaan lainnya. PT. Bina Karya Logam Mandiri berdiri sekitar tahun 1987 dan berlokasi di di jalan Tanjung Morawa Km 13,2 Gang. Madirsan No. 142 Deli Serdang-Sumatera Utara. Adapun pendiri sekaligus pemilik perusahaan ini adalah Kurniawan Halim.

PT. Bina Karya Logam Mandiri menggunakan sistem make to order dimana permintaan produk sangat bervariasi dari segi jumlah dan spesifikasi sesuai dengan permintaan pelanggan. Dalam menjalankan proses produksinya, teknologi produksi yang digunakan PT. Bina Karya Logam Mandiri bersifat semi otomatis, dimana sebagian proses produksi masih menggunakan mekanisme manual dalam bekerja.

2.2. Organisasi dan Manajemen

Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya

(22)

yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang digunakan PT. Bina Karya Logam Mandiri adalah struktur organisasi fungsional. Hal ini terlihat dari pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab berdasarkan fungsi-fungsi tertentu.

Struktur organisasi PT. Bina Karya Logam Mandiri dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada PT. Bina Karya Logam Mandiri dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Direktur

(23)

Direktur

Sekretaris

Manager Perbengkelan

Bag pembubutan

Bag Pengeboran

Bag Pemotongan

Bag

pengelesan Bag Miling Bagian PON

Bag Peleburan

Bag Mal/ Cetakan

Bag Penuangan

Bag Bending Bag

Pembongkara

Bag Pembersihan Bag Tab

Sekretaris

Manager Pengecoran

Bagian Personalia

Satpam

Sumber : PT.Bina Karya Logam Mandiri

(24)

Adapun tugas Direktur adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengarahkan dan menganalisa dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

b. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap manager dan menjalin hubungan baik.

c. Melaksanakan kontrak-kontrak dengan pihak luar. 2. Manager Perbengkelan

Manager perbengkelan memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan produksi yang berkaitan dengan perbengkelan sehingga dapat berlangsung secara lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Adapun tugas Manager Perbengkelan adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi semua kegiatan proses produksi yang berkaitan dengan perbengkelan yang berlangsung di lantai pabrik seperti pemotongan, pembubutan, perakitan, dan proses lainnya.

b. Mengkoordinir dan mengarahkan setiap bawahannya serta menentukan pembagian tugas bagi setiap bawahannya.

(25)

3. Manager Pengecoran

Adapun tugas Manager Pengecoran adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi semua kegiatan proses produksi yang berkaitan dengan pengecoran yang berlangsung di lantai pabrik seperti peleburan, penuangan, pembuatan mal/cetakan, dan proses lainnya.

b. Mengkoordinir dan mengarahkan setiap bawahannya serta menentukan pembagian tugas bagi setiap bawahannya.

c. Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi yang berkaitan dengan pengecoran agar dapat mengetahui kekurangan dan penyimpangan/kesalahan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya

4. Bagian Personalia

Bagian Personalia memiliki tanggung jawab mengelola kegiatan bagian personalia dan umum, mengatur kelancaran kegiatan ketenagakerjaan, hubungan industrial dan umum, menyelesaikan masalah yang timbul dilingkungan perusahaan dan bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan perusahaan.

Adapun tugas dari Bagian Personalia adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan pengangkatan dan pemberhentian karyawan dan menyelesaikan konflik antara sesama karyawan dan atasan dengan bawahan.

(26)

d. Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan. 5. Bagian Pembubutan

Adapun tugas Bagian Pembubutan adalah bertanggung jawab atas semua proses pembubutan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

6. Bagian Pengeboran

Adapun tugas Bagian Pengeboran adalah bertanggung jawab atas semua proses pengeboran seluruh spare part yang akan dihasilkan.

7. Bagian Pemotongan

Adapun tugas Bagian Pemotongan adalah bertanggung jawab atas semua proses pemotongan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

8. Bagian Pengelasan

Adapun tugas Bagian Pengelasan adalah bertanggung jawab atas semua proses pengelesan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

9. Bagian Miling

Adapun tugas Bagian Miling adalah bertanggung jawab atas semua proses penghalusan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

10.Bagian PON

Adapun tugas Bagian PON adalah bertanggung jawab atas semua proses Pembentukan rangka plat seluruh spare part yang akan dihasilkan.

11.Bagian Bending

(27)

12.Bagian Tab

Adapun tugas Bagian Tab adalah bertanggung jawab atas semua proses pengetaban seluruh spare part yang akan dihasilkan.

13.Bagian Peleburan

Adapun tugas Bagian Peleburan adalah bertanggung jawab atas semua proses Peluburan untuk menjadi bahan tuangan pada cetakan.

14.Bagian Pembuatan Mal/Cetakan

Adapun tugas Bagian Pembuatan Mal/Cetakan adalah bertanggung jawab atas semua proses pembuatan mal yang akan digunakan sebagai cetakan bahan yang akan dituang.

15.Bagian Penuangan

Adapun tugas Bagian Penuangan adalah bertanggung jawab atas semua proses penuangan bahan yang sudah dilebur ke dalam cetakan.

16.Bagian Pembongkaran

Adapun tugas Bagian Pembongkaran adalah bertanggung jawab atas semua proses pembongkaran cetakan yang sudah dingin.

17.Bagian Pembersihan

(28)

18.Satpam

Adapun tugas Satpam adalah sebagai berikut :

1. Menjaga keamanan dan melaksanakan kegiatan pengamanan di seluruh kompleks perusahaan.

2. Mengambil tindakan pengamanan dan perlindungan ketika tejadi gangguan keamanan di dalam kompleks perusahaan.

2.2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan didasari atas kebutuhan setiap bagian pekerjaan. Tenaga kerja pada PT. Bina Karya Logam Mandiri terbagi kepada dua bagian, yaitu:

1. Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung terhadap berjalannya produksi, tetapi berdampak terhadap berjalannya produksi, baik dalam bidang manajemen ataupun administratif. Tenaga kerja tidak langsung PT. Bina Karya Logam Mandiri berjumlah 10 orang. Bagian-bagian tenaga kerja tidak langsung adalah supir, sekretaris, bagian personalia dan satpam dan pimpinan-pimpinan perusahaan.

2. Tenaga Kerja Langsung

(29)

Tabel 2.1 Pembagian Jabatan di PT. Bina Karya Logam Mandiri

No Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Manager Perbengkelan 1

3 Manager Pengecoran 1

4 Personalia 1

5 Sekretaris Perbengkelan 1

6 Sekretaris Pengecoran 1

7 Bagian Pembubutan 4

8 9

Bagian Pengeboran Bagian Pemotongan Gas

2 1

10 Bagian Pemotongan 1

11 Bagian Pengelasan 3

12 Bagian Remer 1

13 Bagian Scrap 1

14 Bagian Gerinding 1

15 Bagian Tab 1

16 Bagian Mesin Pon 1

17 Bagian Mesin Bending 1

18 Bagian Mesin Miling 1

19 Bagian Peleburan 1

20 Bagian Mal/ Cetakan 6

21 Bagian Penuangan 2

22 Bagian Pembongkaran 4

23 Bagian Pembersihan 2

24 Receptionist 1

25 Supir 2

26 Satpam 1

Total Jumlah 43

Sumber : PT.Bina Karya Logam Mandiri

(30)
[image:30.595.178.447.140.260.2]

Tabel 2.2. Pembagian Shift Kerja Karyawan

No Hari Jadwal Kerja

Kegiatan Jam

1 Senin-Jumat

Bekerja 08.00 - 12.00 WIB

Istrahat 12.00 - 13.00 WIB

Bekerja 13.00 - 16.00 WIB

Overtime 16.00 - 17.00 WIB

2 Sabtu Bekerja 08.00 - 13.00 WIB

Sumber : PT.Bina Karya Logam Mandiri

2.2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada PT. Bina Karya Logam Mandiri diatur berdasarkan status karyawan, dimana pemberian upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja, dan sebagainya dari karyawan yang bersangkutan. Pajak atas upah menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan. Pengupahan pada perusahaan ini terdiri atas :

a. Upah pokok

b. Insentif Kerajinan/Bulan

Bagi karyawan yang melakukan kerja lembur akan mendapatkan tambahan yang dihitung berdasarkan tarif upah lembur. Selain upah pokok yang diterima oleh karyawan, perusahaan memberikan suatu jaminan sosial dan tunjangan kepada karyawan. Adapun tunjangan yang diberikan antara lain :

a. Tunjangan Hari Raya dan Tahun Baru

(31)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Penjadwalan

3.1.1. Definisi Penjadwalan1

Penjadwalan didefinisikan sebagai rencana pengaturan kerja serta pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan (Vollman; 1988). Penjadwalan dapat diartikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber untuk memilih tugas dalam jangka waktu tertentu (Baker; 1974). Definisi lain mengatakan bahwa penjadwalan ialah proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu (Conway; 1967).

Dari sekian banyak definisi penjadwalan yang telah ada pada saat ini, intinya adalah:

1. Penjadwalan berfungsi sebagai alat pengambilan keputusan.

2. Penjadwalan merupakan teori yang berisi prinsip-prinsip dasar, model, teknik, dan kesimpulan logis dalam pengambilan keputusan.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penjadwalan produksi (Bedworth; 1987) adalah:

1. Meningkatkan utilitas sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

1

(32)

2. Mengurangi makespan, yang juga berarti menurunkan flow time rata-rata dan work in process rata-rata.

3. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi waktu persediaan.

4. Meminimasi biaya produksi.

5. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menungggu antrian suatu mesin yang dalam keadaan sibuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari biaya flow time, yaitu biaya penyimpanan produksi setengah jadi.

6. Memenuhi keinginan konsumen, baik itu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun dalam ketepatan waktu.

7. Membantu dalam pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

Adapun tipe keputusan yang akan diperoleh dari pelaksanaan penjadwalan tersebut berupa:

1. Pengurutan pekerjaan (sequencing) 2. Penugasan (dispatching)

3. Pengurutan operasi suatu job (routing)

(33)

Proses penjadwalan timbul jika terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga diperlukan adanya pengaturan sumber-sumber daya tersebut secara efisien. Berbagai model penjadwalan telah dikembangkan untuk mengatasi persoalan penjadwalan tersebut. Menurut Baker (1974), model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu:

1. Pola aliran proses

a. Penjadwalan flowshop, dimana job-job yang akan diproses seluruhnya mengalir pada arah/jalur produk yang sama.

b. Penjadwalan jobshop, dimana tiap job memiliki aliran/routing yang berbeda.

2. Mesin yang digunakan dalam proses

a. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses pada sebuah mesin tunggu.

b. Penjadwalan mesin jamak, dimana serangkaian job hendak diproses pada beberapa mesin baik seri, paralel maupun kombinasinya.

3. Pola kedatangan job

a. Penjadwalan statis, dimana job yang hendak diurutkan datang dan tiba pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada mesin yang menganggur.

b. Penjadwalan dinamis, dimana kedatangan job tidak menentu. 4. Karakteristik informasi

(34)

b. Stokastik, dimana sifat informasi yang diterima relatif tidak pasti.

3.1.2. Parameter Performansi Penjadwalan2

1. Efficiency Index (EI), yaitu perbandingan antara metode usulan dengan metode yang digunakan perusahaan, dirumuskan sebagai berikut :

Parameter performansi digunakan untuk menentukan metode yang lebih baik untuk diterapkan pada perusahaan. Parameter performansi yang dapat digunakan antara lain :

EI =

Apabila EI = 1, maka kedua metode memiliki performance yang sama, bila EI < 1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang kurang baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan, demikian juga sebaliknya. E>1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang lebih baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan

2. Persentase Penghematan makespan digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan makespan yang dihasilkan oleh kedua metode, yang dapat dihitung sebagai berikut :

Persentase Penghematan = x 100%

2

Taylor, Production Planning and control, vol 12 No 7, hal 651

( )

(metodeusulan)

perusahaan metode Makespan Makespan

( ) ( )

(metodeusulan)

perusahaan metode usulan

metode

Makespan

Makespan

(35)

3.1.3. Job Shop Schedulling3

1. Job terdiri dari aliran operasi yang telah ditentukan.

Penjadwalan Job Shop adalah pengurutan pekerjaan untuk lintasan produk yang tidak beraturan (tata letak pabrik berdasarkan proses). Penjadwalan pada proses produksi tipe Job Shop lebih sulit dibandingkan dengan penjadwalan Flow Shop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan:

1. Job Shop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliran yang berbeda-beda melalui work center.

2. Peralatan pada Job Shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam macam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan flow shop digunakan khususnya hanya untuk satu jenis produk.

3. Job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula. Hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu work center.

Karakteristik pola aliran Job Shop menurut Baker ( Baker, 1974 ) :

2. Suatu operasi hanya bisa dikerjakan pada satu tipe mesin. 3. Hanya ada satu mesin dari tiap tipe mesin dalam Jop.

4. Waktu proses diketahui dengan pasti seperti halnya due date.

5. Urutan waktu set-up bersifat independen dan waktu transportasi antar mesin dapat diabaikan.

6. Operasi yang sedang dikerjakan pada suatu mesin tidak dapat diinterupsi.

3

(36)

7. Suatu operasi tidak dapat dimulai sampai operasi pendahulunya diselesaikan. 8. Setiap mesin hanya dapat memproses satu operasi pada suatu waktu.

9. Setiap parts hanya dapat diproses disuatu mesin pada suatu waktu.

3.1.3.1. Teknik-Teknik Penyelesaian Masalah Job Shop4

1. Metode Linear Programming 1. Teknik pendekatan optimal

Teknik pendekatan optimal merupakan pendekatan yang memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan ditinjau dari kriteria tertentu. Pendekatan optimal akan menghasilkan jadwal yang optimal, namun pendekatan optimal untuk permasalahan penjadwalan dengan operasi dan mesin yang relatif besar akan menyebabkan tingkat kesulitan penyelesaian maslah menjadi tinggi dan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Pendekatan optimal memiliki 2 metode yaitu :

2. Metode Branch and Bound 2. Teknik Pendekatan Heuristic

Teknik pendekatan heuristik digunakan dalam masalah penjadwalan untuk jumlah mesin dan operasi yang lebih kompleks dengan waktu penyelesaian yang relatif lebih cepat. Walaupun pendekatan heuristik tidak menghasilkan jadwal yang optimal, namun penjadwalan heuristik dapat menghasilkan jadwal yang baik dan mendekati optimal. Teknik pendekatan heuristik terbagi atas :

4

(37)

1. Priority Dispatching Rules 2. Sampling Pocedurs

3. Probabilistic Dispatching Procedurs 4. Shifting Bottleneck Heuristic

3.1.4. Priority Dispatching Heuristic5

1. PSt : Jadwal keseluruhan yang terdiri dari operasi-opersi yang telah terjadwal. Priority Dispatching Heuristic merupakan metode penjadwalan yang menggunakan aturan prioritas sebagai salah satu kriteria dalam menyusun urutan pekerjaan pada setiap mesin yang ada. Aturan prioritas merupakan aturan yang sering digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah penjadwalan karena cukup mudah dalam implementasinya dan rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan cepat. Berikut ini adalah notasi-notasi yang digunkan dalam metode Priority Dispatching Heuristic.

2. St : Sekelompok operasi pada tiap stage, biasa diberi lambang J-O-M. Dimana J = Job, O =Operation, M =Machine.

3. δj : Waktu paling cepat operasi ke-i

4. f : Jumlah waktu proses pada setiap mesin.

Dalam penyelesaian masalah Job Shop digunakan prosedur yang ada dalam Priority Dispatcing Heuristic. Dalam model terdapat beberapa prosedur, antara lain:

5

(38)

1. MWKR ( Most Work Remaining ) : adalah aturan yang memprioritaskan job dengan jumlah sisa waktu operasi paling banyak.

2. LWKR ( Least Work Remaining ) : adalah aturan yang memprioritaskan job dengan jumlah sisa operasi paling paling pendek.

3. SPT ( Shortest Processing Time ) : adalah aturan yang memprioritaskan operasi dengan waktu proses operasi paling singkat.

4. LPT ( Longest Processing Time ) : adalah aturan yang memprioritaskan operasi dengan waktu proses terlama.

Dari model-model tersebut, SPT dan MWKR paling sering digunakan. Langkah-langkah pada metode Priority Dispatching Heuristic adalag sebagai berikut:

Langkah 1: Menganggap waktu proses awal pada setiap mesin adalah nol, f=0 dan pada PSt tidak ada pekerjaan yang terjadwal. Tentukan nilai St yaitu semua operasi pertama (tidak ada operasi yang mendahului).

Langkah 2: Menentukan nilai δj untuk setiap operasi pada St.

Langkah 3: Menentukan aturan prioritas yang digunakan dan dihitung nilai-nilai prioritasnya. Pilih operasi dengan nilai qj terkecil, jika nilainya ada yang sama dilihat dari aturan prioritas yang digunakan, kemudian tambahkan pada PSt untuk membentuk jadwal baru yaitu Pst +1. Langkah 4 : Untuk PSt +1, hasilnya di update dengan cara:

1. Menghapus operasi ke-i dari St

(39)

3. Menambah nilai f sesuai dengan waktu proses operasi yang sudah terjadwal.

Langkah 5: Iterasi terus dilakukan, sampai semua operasi terjadwal, apabila masih ada operasi yang belum terjadwal kembali ke langkah 2.

3.1.5. Shifting Bottleneck Heuristic6

1. (i,j ) : Suatu metode dimana i adalah operasi dan j adalah pekerjaan. Pada prinsipnya metode Shifting Bottleneck Heuristic adalah menjadwalkan terlebih dahulu operasi-operasi dari setiap pekerjaan yang mesinnya dalam keadaan bottleneck. Kondisi bottleneck ini dapat dilihat dari nilai keterlambatan yang paling besar pada suatu mesin, oleh karena itu bila tidak ada mesin yang mengalami bottleneck (nilai keterlambatannya adalah nol atau negatif), maka proses iterasi dihentikan, artinya semua operasi dari setiap pekerjaan yang diproses pada mesin-mesin yang telah terjadwal.

Berikut ini adalah notasi-notasi yang digunakan dalam metode Shifting Bottleneck Heuristic.

2. Cmax : Waktu penyelesaian seluruh pekerjaan atau lebih dikenal dengan makespan.

3. M : Sekumpulan mesin

4. pij : Processing Time adalah waktu untuk menyelesaikan operasi ke i dari suatu pekerjaan ke j.

6

(40)

5. Rij : Ready Time adalah waktu dimana operasi ke-I dari suatu pekerjaan ke-j paling cepat dimulai.

6. Dij : Due date adalah waktu penyelesaian opersi ke i dari suatu pekerjaan ke j.

7. L : Keterlambatan pada pekerjaan

Langkah –langkah metode Shifting Bottleneck Heuristic adalah sebagai berikut: Langkah 1: Inisilisasi

Mengidentifikasi mesin yang akan dijadwalkan Mo = ∅. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk membuat job (C

j), lalu

menentukan waktu yang terlama sebagai makespan (C

max).

Langkah 2: Menganalisis mesin untuk dijadwalkan Memperkirakan waktu siap (Rij).

Menghitung keterlambatan dari masing-masing mesin (L). Langkah 3: Menyeleksi yang terlambat dan menjadwalkan

Perhitungkan mesin yang memiliki keterlambatan terbesar atau terlama (L). Jadwalkan mesin yang memiliki keterlambatan maksimum (L

max).

Langkah 4: Menjadwalkan keseluruhan mesin yang belum terjadwal Memperkirakan waktu siap (Rij).

Melakukan penjadwalan pada mesin yang belum terjadwalkan. Langkah 5: Penjadwalan selesai

(41)

3.2. Pengukuran Waktu (Time Study)

Pengukuran kerja merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengamati pekerjaan dan mencatat waktu kerja dengan menggunakan alat yang sesuai. Waktu yang diukur adalah waktu siklus dari pekerjaan itu yaitu waktu penyelesaian dalam satuan waktu mulai dari bahan baku, diperoses hingga menjadi produk jadi. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menekan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang terbaik7

1. Penentuan perencanaan dan penjadwalan kerja. .

Hasil pengukuran waktu kerja digunakan untuk berbagai perencanaan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, antara lain:

2. Penentuan biaya standar dan sebagai bantuan dalam penentuan anggaran. 3. Perkiraan biaya produk sebelum memproduksi.

4. Penentuan keefektifan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan oleh seorang operator dan sebagai bantuan dalam menyeimbangkan jalur perakitan. 5. Penentuan waktu standar digunakan sebagai dasar dalam pembayaran insentif

gaji pekerja langsung dan pekerja tidak langsung.

6. Waktu standar digunakan sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada

7

(42)

kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi. Pada umumnya teknik-teknik pengukuran waktu terdiri dari dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Untuk pelaksanaannya penelitian waktu dapat dibagi atas tahap-tahap berikut ini:

1. Melaksanakan pengamatan terhadap departemen-departemen dengan memahami semua gerakan bahan, pekerja dan mesin.

2. Tahap komunikasi dengan mengadakan pendekatan pada karyawan dengan baik, sehingga karyawan dapat bekerja tanpa merasa terganggu.

3. Mengamati dan mencatat informasi mengenai operasi dan operator dari objek yang diamati.

4. Menentukan satu siklus kerja dan menguraikannya atas elemen-elemen kerja 5. Tahap pengukuran, pengamatan waktu pengerjaan (selected time) yang

dibutuhkan pekerja dan penentuan jumlah pengamatan yang dibutuhkan, penentuan penyesuaian (rating factor) serta kelonggaran (allowance).

6. Tahap penyelesaian, penelaahan hasil waktu yang dilakukan.

7. Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan berdasarkan waktu standar.

(43)

dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang dibutuhkan dalam penyelesaian kerja.

Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua bagian yaitu8

1. Pengukuran waktu secara langsung :

Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu pada tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling).

2. Pengukuran secara tidak langsung

Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat harus ditempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan. Misalnya aktivitas data waktu baku (standard data), dan data waktu gerakan (predetermined time system).

Pada pengukuran waktu sampling pekerjaan, pengamat tidak harus menetap di tempat kerja, melainkan melakukan pengamatan secara sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Panjang satu satuan waktu biasanya tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang.

8

(44)

3.2.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut9

1. Penetapan tujuan pengukuran :

Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

2. Melakukan penelitian pendahuluan

Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metoda untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material yang dipergunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, atau kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan jadi waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut.

(45)

3. Memilih operator

Operator yang melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat.

4. Melatih operator

Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan latihan bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja yang digunakan tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi jika pada saat penelitian kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan.

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan

(46)

6. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Setelah lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah :

a. Jam henti

b. Lembaran-lembaran pengamatan c. Pena atau pensil

d. Papan pengamatan

3.2.2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk melakukan sampling dalam pengambilan data. Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% berarti bahwa penyimpangan hasil pengukuran dari hasil sebenamya maksimum 5% dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil yang demikian adalah 95%. Dengan kata lain, jika pengukur sampai memperoleh hasil yang menyimpang, hal demikian diizinkan paling banyak 5% dari jumlah keseluruhan hasil pengukuran.

(47)

terjadi tidak menyebabkan kesalahan fatal maupun resiko seperti dalam meneliti obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan.

3.2.3. Pengujian Keseragaman Data

Selain kecukupan data harus dipenuhi dalam pelaksanaan time study maka yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang dikumpulkan harus seragam. Test keseragaman data perlu dilakukan mengingat bahwa ketidakseragaman dengan cara visual atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart) yang disebut dengan Peta Kontrol Shewhart.

Dalam penentuan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% digunakan batas 1,96σ. Peta kontrol mempunyai batas-batas:

σ

96 , 1

+ = X= BKA

σ

96 , 1

− = X= BKA

[image:47.595.112.464.416.715.2]

Peta kontrol10 shewhart dapat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Kontrol Shewhart

10

Besterfield, Dale. Quality Control. Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. Hal. 106

S

ubgr

oup

A

ve

ra

g

e

X

SENTRAL

BKB

Y

BKA

(48)

3.2.4. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari lapangan penelitian telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Misalkan serangkaian pengukuran pendahuluan telah dilakukan dan hasil pengukuran ini dapat dikelompokkan ke dalam N sampel, dimana11

Besarnya pengamatan yang dibutuhkan (N') adalah: :

N = Jumlah pengamatan pendahuluan N' = Jumlah pengamatan yang diperlukan

σ = Standar deviasi data pengamatan

Dengan menetapkan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% maka formulasi yang digunakan adalah:

(

)

2 2 2 ' 40           =

i i i x x x n N

Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kepercayaan yang digunakan.

11

Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Hal. 182.

                      − =

= = = N j N j N j Xj Xj Xj N N 1 40 1 1 2 ' _ 05 , 0 __
(49)

Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N’ > N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

3.3. Penilaian Performance Kerja

Rating factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran peneliti/pengamat. Dari faktor ini dapat dilihat bahwa:

1. Apabila operator dinyatakan terampil, maka rating factor akan lebih besar dari pada 1 (Rf > l).

2. Apabila operator bekerja lamban, maka rating factor akan lebih kecil dari 1 (Rf < l).

3. Apabila operator bekerja secara normal, maka rating factornya sama dengan 1 (Rf = 1). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka waktu yang diukur dianggap waktu yang normal.

Ada 7 sistem penyesuaian yang sering dipergunakan, yaitu12 1. Skill dan Effort.

:

Di sini faktor yang diperhatikan adalah kecakapan dan usaha-usaha yang ditunjukkan oleh operator pada saat bekerja, juga mempertimbangkan kelonggaran (allowance) waktu lainnya.

12

(50)

2. Westinghouse System of Rating.

Ada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yakni:

a. Skill (keterampilan).

Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis.

b. Effort (usaha).

Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya.

c. Condition (kondisi kerja).

Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.

d. Consistency (konsistensi).

Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama.

[image:50.595.174.449.543.755.2]

Besar nilai westinghouse factor dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Westinghouse Factor

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Superskill Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00 - 0,05 - 0,10 - 0,16 - 0,22

(51)

Excellent Good Average Fair Poor A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 0,00 - 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17 Kondisi Kerja Ideal Excellenty Good Average Fair Poor A B C D E F + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07 Konsistensi Perfect Excellent Good Average Fair Poor A B C D E F + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04

3. Shumard Rating.13

[image:51.595.181.446.111.377.2]

Cara ini memberikan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja dimana setiap kelas memiliki nilai tersendiri. Faktor ini diperoleh dengan membandingkan nilai performansi kerja dari kelas yang bersangkutan dengan nilai performansi normal. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. Kelas-kelas tersebut beserta dengan nilai-nilainya tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Rating Performance Menurut Cara Schumard Kelas Rating Performance

13

(52)

Super fast Fast +

Fast Fast – Excellent

Good + Good Good – Normal Fair +

Fair Fair- Poor

100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40

Sumber : Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja

4. Objective Rating.

Cara objektif adalah cara menentukan rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan berapa besarnya rf untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. 5. Synthetic Rating.

Metode ini mengevaluasi kecepatan operator berdasarkan data waktu gerakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedurnya adalah dengan mengukur waktu penyelesaian dari setiap elemen gerakan kemudian dibandingkan dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan untuk kemudian dihitung harga rata-ratanya. Harga rata-rata inilah yang digunakan sebagai faktor penyesuaian.

6. Evaluasi Fisiologis pada Tingkat Kinerja.

(53)

minimum gangguan pada aktivitas orang tersebut. 7. Penilaian Kinerja (Performance Rating).

Sejauh ini nilai rating factor yang paling banyak digunakan pada negara ini dipengaruhi oleh kecepatan operator, gerakan, atau tempo. Rating factor dapat dinyatakan dalam sistem persentase, dalam poin per jam, atau pada unit lain.

3.4. Penetapan Kelonggaran (Allowance)

Waktu normal untuk suatu elemen kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan normal. Karena ini dibutuhkan kelonggaran dalam menyelesaikan pekerjaan yang sering disebut dengan allowance.

Kelonggaran ada 3 yang terdiri dari14

1. Personal allowance (Untuk kebutuhan pribadi). :

Personal allowance adalah jumlah waktu yang diijinkan untuk operator yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Yang termasuk kebutuhan pribadi disini adalah minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap sekedarnya dengan teman sekerja untuk menghilangkan kejenuhan ataupun ketegangan dalam bekerja. Untuk pekerjaan dimana operator bekerja selama 8 jam perhari besamya allowance berkisar 2 - 2,5% di negara maju sedangkan di negara berkembang diberikan 5 - 15%.

2. Delay allowance (Hambatan-hambatan yang tidak dapat dihilangkan).

14

(54)

Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol dengan sengaja. Bagi hambatan pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan yang kedua harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karena itu harus tetap diperhitungkan dalam melakukan perhitungan waktu standar.

Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah 15 a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas,

:

b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin,

c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat, seperti mengganti alat potong yang patah,

d. Memasang kembali ban yang lepas, e. Mengasah peralatan potong,

f. Mengambil alat-alat atau bahan-bahan khusus dari gudang,

g. Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. 3. Fatique allowance (Menghilangkan kelelahan).

Kelelahan (fatigue) dapat dilihat dengan menurunnya hasil produksi baik kualitas maupun kuantitas atau dengan perkataan lain rasa lelah itu dapat dilihat dari menurunnya kualitas kerja operator. Fatique allowance terdiri dari dua bagian, yaitu kelonggaran tetap (basic allowance) dan variabel allowance.

3.5. Perhitungan Waktu Standar

(55)

Waktu standard suatu pekerjaan adalah jumlah waktu standard dari masing-masing elemen pekerjaan. Waktu standard ini merupakan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan rating performance dan kelonggaran.

Waktu standard terutama sekali diperlukan dalam : 1. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja). 2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan.

3. Penjadwalan produksi dan penganggaran.

4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan yang berprestasi.

5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Untuk menghitung waktu standar perlu dihitung waktu siklus rata-rata yang disebut dengan waktu terpilih, faktor penampilan (rating factor), waktu normal dan kelonggaran (allowance)16.

Wn = Wt × Rf dimana : Wn = Waktu normal

Wt = waktu terpilih Rf = Rating factor

�� = ��� ( 100% 100%− ���)

dimana : Ws = Waktu standar All = Allowance

16

(56)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan metode yang digunakan yaitu penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk mendapatkan suatu model rancangan penjadwalan produksi sehingga efisiensi di lantai pabrik dapat meningkat. Ditinjau dari tingkat eksplanasi, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, karena penelitian ini akan memaparkan setiap variabel yang mempengaruhi masalah yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang ada.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bina Karya Logam Mandiri yang bertempat di jalan Tanjung Morawa Km 13,2 Gang. Madirsan No. 142 Deli Serdang-Sumatera Utara yang bergerak dibidang manufaktur yang memproduksi spare part mesin PKS dan memproduksi spare part perusahaan-perusahaan lainnya sesuai permintaan.

4.3. Kerangka Berpikir

(57)

waktu proses sehingga diperolehlah urutan penjadwalan dan Makespan Time. Hal ini dikarenakan penilaian total waktu proses dipengaruhi oleh waktu set up, waktu standar, jumlah permintaan dan jumlah mesin. Penelitian ini juga mengamati tipe produk yang turut mempengaruhi urutan penjadwalan.

4.4. Definisi Variabel Operasional

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel penelitian yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (bebas). Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

a. Urutan Penjadwalan

Variabel ini menunjukkan urutan dari produksi pada tipe produk. b. Makespan Time

Variabel ini menunjukkan total waktu penyelesaian pekerjaan-pekerjaan mulai dari urutan pertama yang dikerjakan pada mesin atau work center pertama sampai kepada urutan pekerjaan terakhir pada mesin atau work center terakhir, di mana urutannya dilihat dari satuan waktu.

c. Total Waktu Proses

(58)

d. Waktu Standar

Variabel ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel penelitian yang nilainya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

a. Tipe Produk

Variabel ini menunjukkan banyaknya jenis produk yang dihasilkan oleh pihak perusahaan

b. Waktu Siklus

Variabel ini menunjukkan jumlah waktu yang tersedia yang didapat dari pengukuran waktu dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) pada setiap mesin dan peralatan, dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

c. Jumlah Permintaan (Order)

(59)

d. Allowance

Variabel ini menunjukkan besarnya kelonggaran yang diberikan pada tenaga kerja berupa kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah dan hambatan yang tidak terhindarkan, dimana ukurannya dilihat dari satuan persen.

e. Rating Factor

Variabel ini menunjukkan besarnya faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran peneliti/pengamat.

f. Waktu Set Up

Waktu Set Up merupakan waktu yang digunakan untuk mempersiapkan proses pengerjaan mesin sebelum melakukan proses.

4.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

(60)

Mulai

Studi Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Perumusan Permasalahan dan Penetapan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data Primer -Urutan Proses

-Waktu Proses Pengerjaan

Pengumpulan Data Sekunder

-Data jenis dan jumlah produk -Jenis dan spesifikasi mesin dan peralatan

-Struktur organisasi, ruang lingkup bidang usaha -Waktu set up

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Identifikasi Kebutuhan Data

Studi Literatur

Analisis Pemecahan Masalah

[image:60.595.108.524.106.627.2]
(61)

4.6. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan terhadap literatur yang mempunyai hubungan dengan teori yang digunakan dalam penjadwalan. Di antaranya adalah buku Principles of Sequencing and Scheduling, yang membahas tentang teori dan penjelasan Priority Dispatching Heuristic dan Shifting Bottleneck Heuristic. Selain itu, juga dilakukan studi terhadap teori-teori yang diperoleh dari penelitian sejenis yang berupa jurnal internet.

4.7. Sumber Data

Berdasarkan cara memperoleh data, maka sumber data yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

4.7.1. Data Primer

Data primer yang digunakan diperoleh melalui pengamatan langsung melalui metode jam henti. Data primer pada penelitian ini antara lain:

1. Waktu pengerjaan produk oleh unit-unit produksi yang terdapat pada sepanjang lintasan jalur produksi.

2. Urutan proses.

4.7.2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh berdasarkan data dokumentasi perusahaan, dan diambil dengan cara wawancara dengan bagian produksi, antara lain:

(62)

2. Jumlah produk yang dipesan. 3. Data jumlah dan jenis mesin 4. Waktu Set Up

4.8. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi/pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan stopwatch dan tabel pengumpulan data. Hal ini dilakukan dengan mengambil lima kali pengamatan data waktu proses untuk pengamatan pendahuluan.

2. Wawancara berupa tanya jawab dan diskusi kepada pihak perusahaan.

3. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan Priority Dispatching Heuristic dan Shifting Bottleneck Heuristic dalam pengoptimuman jadwal produksi.

4.9. Metode Pengolahan Data

(63)

Shifting Bottleneck Heuristic Priority Dispatching Heuristic

Performansi Penjadwalan

Pengukuran Waktu

Penjadwalan Produksi

[image:63.595.116.507.110.322.2]

Metode Perusahaan

Gambar 4.2. Pengolahan Data Secara Umum

4.9.1. Pengukuran Waktu

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran waktu diuraikan sebagai berikut:

1. Melakukan pengujian keseragaman data dengan langkah-langkah berikut: a. Mengelompokkan data waktu siklus dalam beberapa subgrup.

b. Menghitung rata-rata waktu siklus dengan rumus:

Dimana :

X = Harga rata-rata data pengamatan ke-i (i = 1,2,…k) Xi = Data pengamatan ke-i (i = 1,2,…k)

k = Jumlah data

c. Menghitung standar deviasi dengan rumus: k

Xi X

k

i __

= =

(64)

(

)

1 n X Xi 2 − − = σ

Dimana :

Xi = Harga rata-rata.

X = Harga rata-rata data pengamatan ke-i (i = 1,2,…k). n = Jumlah seluruh data.

d. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang ditentukan. Dalam penentuan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% digunakan batas 1,96σ

= +1,96σ

= X BKA σ 96 , 1 − = X= BKB

e. Menguji keseragaman berdasarkan BKA dan BKB terhadap seluruh data pengamatan

2. Melakukan pengujian kecukupan data untuk menentukan jumlah data pengamatan yang diambil.

= Data pengamatan ke-j (j = 1,2,2,...,N)

= Harga rata-rata

N = Jumlah pengamatan pendahuluan N' = Jumlah pengamatan yang diperlukan

(65)

3. Setelah data seragam dan cukup, lalu diambil waktu rata-rata pengukuran. 4. Selanjutnya menentukan Waktu Normal dengan terlebih dahulu menghitung

rating factor. Metode yang digunakan adalah westinghouse Wn = Ws x (1+Rf)

Wn = Waktu Normal Rf = Rating Factor

5. Melakukan perhitungan Waktu Standar dengan terlebih dahulu menghitung Allowance

Waktu Standard = Waktu Normal x ( 100 % 100%−���)

6. Melakukan perhitungan total waktu penyelesaian pengerjaan di tiap mesin sesuai dengan komponen yang ditinjau dengan memperhatikan waktu set up

Waktu penyelesaian(ti,j) = waktu set up + waktu baku x ����� ℎ����� ℎ���������������

(66)
[image:66.595.164.480.107.544.2]

Gambar 4.3. Blok DiagramPengukuran Waktu.

Pengukuran Waktu Siklus

Uji Keseragaman Data

Uji Kecukupan Data Apakah Data

Seragam ?

Ya

Revisi Tabel Data Pengamatan

Tidak

σ

2

+ =X=

BKA = −2σ

= X BKB               −       − = ∑= ∑= 1 2 1 1 ' N X X N i j N i j σ

Penentuan Waktu Standar

Waktu Penyelesaian tiap Work Center

Penentuan Waktu Normal Apakah Data

Cukup ?

Ya

Penambahan Pengamatan

Tidak

( ) 2

(67)

4.9.2. Perhitungan dengan Metode Priority Dispatching Heuristic

Langkah-langkah dengan menggunakan metode Priority Dispatching Heuristic adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menganggap waktu proses awal pada setiap mesin adalah nol, f=0 dan pada PSt tidak ada pekerjaan yang terjadwal. Tentukan nilai St yaitu semua operasi pertama (tidak ada operasi yang mendahului). Langkah 2: Menentukan nilai qj untuk setiap operasi pada St.

Langkah 3: Menentukan aturan prioritas yang digunakan dan dihitung nilai- nilai prioritasnya. Pilih operasi dengan nilai qj terkecil, jika nilainya ada yang sama dilihat dari aturan prioritas

Gambar

Tabel 2.2. Pembagian Shift Kerja Karyawan
Gambar 3.1. Peta Kontrol Shewhart
Tabel 3.1. Westinghouse Factor
Tabel 3.2. Rating Performance Menurut Cara Schumard
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.2.5 Intrepetasi Hasil Model Regresi Nonparametrik Spline Model regresi nonparametrik spline linier dengan menggunakan taraf signifikansi didapatkan kesimpulan bahwa

Untuk mencapai tujuan Institusional, diperlukan adanya sarana- sarana yang berujud kegiatan kurikuler, dan masing-masing mempunyai tujuan tersendiri.Tujuan kurikuler

Pada tahap ini peserta didik mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari melalui diskusi kelas untuk menganalisis hasil pemecahan masalah

Sejalan dengan RKP Tahun 2016 yang mengarahkan prioritas pembangunan nasional pada program kedaulatan pangan, maritim, industri, pemerataan pembangunan,

Gigi molar satu mandibula permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri

Nasionalisme kini tidak diperlukan lagi, sebab tantangan yang dihadapi oleh generasi sekarang lain sama sekali lain dari zaman penjajahan. lndonesia adalah negara &#34;baru&#34;

The  respondents  who  lived  in  the  District  of Sumenep  had  less  socio­economic  status  compared  to the  two  other  districts  based  on