• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak perubahan harga internasional komoditas ekspor utama terhadap perekonomian Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak perubahan harga internasional komoditas ekspor utama terhadap perekonomian Indonesia"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL

KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP

PEREKONOMIAN INDONESIA

SETIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dampak Perubahan Harga Internasional Komoditas Ekspor Utama terhadap Perekonomian Indonesia adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

(4)
(5)

ABSTRACT

SETIANTO. The Impact of International Price Change of Major Exported Commodities on Indonesia Economy. Under direction of Dr. RINA OKTAVIANI and Dr. SRI HARTOYO.

The change of international prices have caused world’s economy fluctuating. The Gulf war crisis, in 2005, had an impact on oil prices increased. The declining of global demand, as an impact of global economy crisis recently (2008), has impacts on Indonesia economy. This research analyses the impact of international price change of major Indonesia’s exported commodities on Indonesia economy based on modified Indonesia SAM 2005 as a data framework and SAM-Based CGE model as a tool.

Three simulations were made by shocking international price of the main exported commodities from its base-line price to examine the impacts by comparing base-line and counterfactual figures. Simulation I is made by giving a shock on international prices (pwe) of ten main exported commodities based on quarter 1(q1)/2008 up to quarter2 (q2)/2009 trend prices simultaneously. Simulation II is made by decreasing international prices of ten main exported commodities by 25% partially. Simulation III is made by increasing international prices of ten main exported commodities by 25% partially.

Export commodities for simulation consist of ten major exported commodities as follow; 1) oil, 2) coal, 3) copper ore, 4) vegetable oil and animal oil, 5) textile and its product, 6) electronic product, 7) non-ferrous basic metal, 8) basic chemical, 9) liquid natural gas and 10) crumb rubber,.

The impact of international price decrease from q1-2008 to q2-2009 of ten major exported commodities, simultaneously, on Indonesia economy will cause the decrease of GDP nominal by 1.59%. The decrease of GDP mostly caused by the decrease of Indonesia’s balance of trade in which export decrease higher (2.11%) compared to the increase of import (0.61 %).

International price decrease, partially, of basic chemical, vegetable and animal oil, have biggest negative impact on Indonesia’s economy. Otherwise, price decrease of coal, copper ore, non-ferrous basic metal and liquid natural gas have positive impact on the economy.

International price increase of 10 main exported commodities, partially, gives negative impact on Indonesia’s economy except for elektronic product, non-ferrous basic metal and liquid natural gas. The biggest negative impact on the economy if oil and vegetable and animal oil’s price increased.

Indonesia’s economy is very sensitive on international price’s increase rather than international price’s decrease. Sectors which give biggest impact on total output of the economy are oil mining and vegetable and animal oil. The total output decreases caused by the increase of international prices of these sectors also give biggest impact on household group’s income.

(6)
(7)

RINGKASAN

SETIANTO. Dampak Perubahan Harga Internasional Komoditas Ekspor Utama terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Rina Oktaviani dan Dr. Sri Hartoyo.

Perubahan harga komoditas internasional menyebabkan banyak perekonomian dunia mengalami kontraksi. Krisis perang teluk menyebabkan harga minyak bumi di pasar internasional meningkat sangat tinggi. Demikian pula krisis ekonomi dunia yang terjadi pada awal tahun 2008. Krisis ekonomi 2008 berdampak pada permintaan barang dan jasa yang menurun sehingga terjadi penurunan harga internasional. Kondisi ini menyebabkan perekonomian global mengalami perlambatan dan berimbas pula pada perekonomian di Indonesia.

Akibat dari krisis, sebagian besar komoditas yang diperdagangkan secara internasional mengalami perubahan. Krisis minyak menyebabkan harga internasional meningkat dengan pesat. Sementara krisis 2008, terutama periode triwulan I/2008 sampai dengan triwulan II/2009 (Laporan IMF, Oktober 2009) menyebabkan harga komoditas dunia mengalami penurunan. Beberapa ekspor utama Indonesia bahkan mengalami penurunan cukup tinggi (lebih dari 30%) seperti komoditas minyak bumi, batu bara, minyak nabati dan hewani.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan harga internasional yang terjadi pada qI/2008 sampai dengan qII/2009 terhadap perekonomian Indonesia, terutama yang berkaitan dengan komoditas ekspor utama Indonesia. Berdasarkan Tabel Input-Output (I-O) Indonesia tahun 2005, 10 (sepuluh) komoditas ekspor terbesar Indonesia adalah sebagai berikut; 1) minyak bumi, 2) batu bara, 3) biji tembaga, 4) minyak nabati dan hewani, 5) pakaian jadi, 6) barang elektronik, 7) logam dasar bukan besi, 8) kimia dasar, 9) gas alam cair dan serta 10) karet remah. Selanjutnya, ingin diketahui seberapa besar dampak penurunan harga internasional tersebut terhadap 10 (sepuluh) sektor pengeskspor terbesar dan apa saja yang terpengaruh. Pada akhirnya, penurunan kinerja ekonomi suatu sektor akan berpengaruh kepada penerimaan rumah tangga. Sehingga perlu diketahui seberapa besar pengaruh penurunan harga internasional masing-masing komoditas ekspor utama terhadap penerimaan rumah tangga.

(8)

Analisis dilakukan baik secara deskriptif maupun dengan melakukan simulasi berdasarkan shock terhadap harga internasional komoditas ekspor utama yaitu; simulasi I: melakukan shock terhadap harga internasional 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama berdasarkan harga pada qI/2008 s/d qII/2009. Secara rata-rata dari triwulan I-2008 s/d triwulan II-2009, harga internasional 10 komoditas ekspor yang diteliti adalah sbb: 1) komoditas batu bara (KOD6) turun sebesar 35%, 2) minyak bumi (KOD7) 40%, 3) biji tembaga (KOD8) 37%, 4) minyak hewani dan nabati (KOD11) 34%, 5), pakaian jadi (KOD13) 25%, 6) barang elektronika(KOD16) 25%, 7) logam dasar bukan besi (KOD17) 27%, 8) kimia dasar (KOD19) 27%, 9) gas alam cair (KOD20) 20%, dan 10) karet remah (KOD21) turun sebesar 23%. Simulasi I ini dilakukan untuk mengetahui dampak penurunan harga internasional yang terjadi terhadap perekonomian secara bersamaan/simultan. Selanjutnya, simulasi II melakukan shock terhadap harga internasional secara parsial yaitu menurunkan harga internasional setiap komoditas ekspor utama dengan persentase penurunan yang sama (berdasarkan rata-rata penurunan seluruh komoditas dunia dari qI/2008 s/d qII/2009 yaitu sebesar 25 %). Seperti simulasi II, simulasi III dilakukan tidak dengan menurunkan harga internasional tetapi menaikkan harga internasional dengan besaran penurunan harga sma dengan simulasi II. Simulasi II dan III digunakan untuk melihat keterbandingan dampak antar komoditas dan sensitivitas perekonomian terhadap penurunan dan kenaikan harga internasional komoditas yang diteliti.

Asumsi yang digunakan dan berkaitan dengan perilaku makro ekonomi (macro closure) dan biasa digunakan untuk negara berkembang antara lain a) faktor produksi tenaga kerja yang tetap dengan upah yang fleksibel; segmentasi pasar (faktor produksi tidak dapat berpindah ke sektor lainnya), b) dalam neraca kapital, perilaku tabungan adalah investment-driven savings dimana MPS salah satu institusi RT bersifat fleksibel sehingga tabungan institusi lain menyesuaikan, c) keseimbangan di neraca pemerintah berupa fleksibilitas dalam MPS pemerintah namun rate pajak dibuat tetap, dan d) keseimbangan dalam neraca

RoW diasumsikan nilai tukar bersifat fleksibel dan tabungan RoW bersifat tetap. Berdasarkan data empiris diketahui bahwa krisis 2008 yang terjadi sejak triwulan I-2008 s/d triwulan II-2009 menyebabkan sebagian besar harga-harga komoditas internasional mengalami penurunan. Penurunan harga internasional yang terjadi sejak triwulan I-2008 s/d triwulan II-2009 berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.

Secara nominal, penurunan harga komoditas internasional yang terjadi selama triwulan I-2008 s/d triwulan II-2009 terhadap 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama, ceteris paribus, memberikan pengaruh negatif terhadap perekonomian berupa penurunan nominal PDB.

(9)

internasional komoditas batu bara, biji tembaga, logam dasar bukan besi serta gas alam cair masih memberikan pengaruh yang positif terhadap perekonomian.

Apabila terjadi kenaikan harga internasional secara parsial, maka kenaikan harga internasional komoditas minyak nabati dan hewani atau minyak bumi akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian yang cukup besar. Sementara, kenaikan harga internasional komoditas batu bara, biji tembaga, pakaian jadi, kimia dasar dan karet remah juga mempunyai dampak negatif terhadap perekonomian namun dalam persentase yang lebih kecil. Kenaikan harga internasional komoditas barang elektronik, logam dasar bukan besi, dan gas alam cair masih memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian.

Penurunan harga internasional secara simultan terhadap 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama, akibat krisis tahun 2008, masih memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan rumah tangga. Penyerapan tenaga kerja yang sangat kecil pada 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama yang diteliti, menyebabkan penurunan harga hanya berdampak negatif terhadap penerimaan rumah tangga non pertanian di kota (0,01%). Namun apabila dilihat secara parsial, dampak negatif terbesar terhadap penerimaan rumah tangga apabila terjadi penurunan harga internasional komoditas minyak nabati dan hewani, kimia dasar dan minyak bumi.

Penerimaan rumah tangga mengalami penurunan cukup besar bila terjadi kenaikan harga internasional komoditas minyak hewani dan nabati dan minyak bumi. Sebaliknya, karena pengaruhnya yang positif terhadap perekonomian, maka kenaikan harga internasional barang elektronika juga memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan rumah tangga. Sementara kenaikan harga internasional komoditas lainnya mempunyai pengaruh negatif dengan persentase kecil terhadap penerimaan rumah tangga.

Kata Kunci: Harga internasional, Komoditas ekspor utama, Harga ekspor, Model

(10)
(11)

(C) Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(12)
(13)

DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL

KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP

PEREKONOMIAN INDONESIA

SETIANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)
(15)

Judul Tesis : DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP PEREKONOMIAN

Nama Mahasiswa : Setianto Nomor Pokok : H151064174 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nunung Nuryartono,MSi. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS.

(16)
(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil dilaksanakan. Topik yang penulis angkat untuk diteliti adalah dampak penurunan harga nternasional terhadap perekonomian

dengan judul “Dampak Penurunan Harga Internasional Komoditas Ekspor Utama terhadap Perekonomian Indonesia”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga dalam menyusun tesis ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih serta penghargaan disampaikan kepada seluruh jajaran di Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Badan Pusat Statistik, Bapak Dr. Rusman Heriawan, yang telah memberikan ijin belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ungkapan terima kasih dan penghormatan juga penulis sampaikan kepada Ibunda Tercinta yang telah memberikan do’a dan restunya. Akhirnya berkat dorongan, do’a dan kasih sayang dari Istri tercinta Umi Fauziah dan anak-anakku Dresto Fauzantyo dan Reyhan Yogaswara sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

(18)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan masalah ...6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...9

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...10

II TINJAUAN PUSTAKA ...13

2.1 Peranan Perdagangan dalam Perekkonomian ...13

2.2 Kerangka Data Sistem Neraca Sosial Ekonomi ...15

2.3 Teori Keseimbangan Umum ...17

III KERANGKA PEMIKIRAN ...21

3.1 Fluktuasi harga Komoditas Internasional ...21

3.2 Kerangka Konseptual ...22

3.3 Hipotesis Penelitian ...23

IV METODE PENELITIAN ...25

4.1 Prosedur Pemodelan SAM-based CGE ...25

4.2 Modifikasi Kerangka Data SNSE Indonesia ...26

4.2.1 Kerangka Dasar SNSE Indonesia ...26

4.2.2 Modifikasi Kerangka Data SNSE Dalam Model SAM-based CGE ..32

4.3 Kerangka Makro Ekonomi Dalam SNSE ...36

4.4 Model SAM-based CGE ...41

4.4.1 Perilaku Institusi ...41

4.4.2 Perilaku Pasar Produksi/Sektor, Komoditas dan Faktor Produksi ...44

4.4.3 Closure Faktor Produksi, Pemerintah, Luar Negeri Serta S-I ....47

4.5 Spesifikasi Model Empiris ...49

4.5.1 Persamaan (Blok) harga ...49

4.5.2 Persamaan (Blok) Produksi dan Komoditas ...49

4.5.3 Persamaan (Blok) Institusi ...50

4.5.4 Persamaan (Blok) System Constraint ...50

4.6 Simulasi ...53

V GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA ...55

5.1 Neraca Perdagangan Indonesia ...55

5.2 Struktur Produksi Sektor Ekspor Utama ...60

(19)

ii

Halaman

VI DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL ...65

6.1 Kalibrasi dan Replikasi ...65

6.2 Dampak Perubahan Harga Internasional Sepuluh Komoditas Ekspor Utama secara Simultan pada Triwulan I/2008 s/d Triwulan II/2009 terhadap Perekonomian (Simulasi I). ...70

6.3 Dampak Penurunan Harga Internasional 10 (sepuluh) Komoditas Ekspor Utama secara Parsial terhadap Perekonomian (Simulasi II)...73

6.3.1 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Ekspor dan Output Sektoral ...73

6.3.2 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Total Perekonomian...75

6.3.3 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Pendapatan Rumah tangga...77

6.4 Dampak Kenaikan Harga Internasional 10 (sepuluh) Komoditas Ekspor Utama secara Parsial terhadap Perekonomian (Simulasi III)...78

6.4.1 Dampak Kenaikan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Ekspor dan Output Sektoral. ...79

6.4.2 Dampak Kenaikan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Total Perekonomian....81

6.4.3 Dampak Kenaikan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Pendapatan Rumah tangga ...83

VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ...85

7.1 Kesimpulan ...85

7.2 Implikasi Kebijakan ...86

DAFTAR PUSTAKA ...89

(20)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB menurut Penggunaan (Persen) ...5

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha (Persen)...6

Tabel 1.3 Beberapa Indikator Ekonomi Dunia, 2007 – 2010...8

Tabel 4.1 Kerangka SAM Indonesia Ukuran 13x13 ...31

Tabel 4.2 Klasifikasi SNSE Indonesia Dalam Model SAM-based CGE ...35

Tabel 4.3 Kerangka SNSE Dalam Model SAM-Based CGE, Ukuran 12x12 ...40

Tabel 5.1 Distribusi Ekspor, Impor dan Output Domestik menurut Komoditas, Tahun 2005 dan Tahun 2008 (Persen) ...56

Tabel 5.2 Kontribusi Konsumsi Domestik, Ekspor, Impor dan Net Ekspor Dalam Penciptaan Output Domestik (Persen) ...59

Tabel 5.3 Struktur Input Perekonomian Indonesia Tahun 2005, menurut Sektor (Persen) ...61

Tabel 5.4 Penyerapan Tenaga kerja menurut Sektor Usaha ...63

Tabel 6.1 Elastisitas Transformasi (Sigma(t)) dan Elastisitas Armington (Sigma(q)) menurut Komoditas ...68

Tabel 6.2. Eksponen Fungsi Armington (rhoq)dan Eksponen Fungsi CET (rhot) .69 Tabel 6.3. Dampak Penurunan Harga Internasional 10 (Sepuluh) Komoditas Ekspor Utama secara Simultan pada Triwulan I/2008 s/d Triwulan II/2009 terhadap Perekonomian (Simulasi I) ...72

Tabel 6.4. Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Ekspor dan Output Sektoral...74

Tabel 6.5 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Total Perekonomian ...76

Tabel 6.6 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Beberapa Indikator Makro Ekonomi (Persen) 77 Tabel 6.7 Dampak Penurunan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Pendapatan Rumah tangga...78

Tabel 6.8. Dampak Kenaikan Harga Internasional masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Ekspor dan Output Sektoral...80

Tabel 6.9 Dampak Kenaikan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Total Perekonomian ...81

Tabel 6.10 Dampak Kenaikan Harga Internasional Masing-masing Komoditas Ekspor Utama terhadap Beberapa Indikator Makro Ekonomi (Persen) ..82

(21)
(22)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju (OECD) dan Negara

Berkembang ...3 Gambar 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Bulanan Indonesia

Januari 2007 s/d Januari 2009 ...4 Gambar 1.3 Diagram Proses Krisis Ekonomi Global, Tahun 2008 ...7 Gambar 2.1 Kotak Edgeworth (Kasus Dua Komoditi dan Dua Faktor Produksi) .18 Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Produsen dan Konsumen ...19 Gambar 3.1 Aliran Kegiatan Ekonomi dalam Kerangka Makro Ekonomi

(23)
(24)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Indeks dan Pertumbuhan Harga (QtoQ) Komoditas Migas

dan Non Migas (2000 = 100) ...94 Lampiran 2 Nilai dan Persentase Ekspor Barang menurut Komoditas

Berdasarkan Klasifikasi Tabel I-O (175x175) ...95 Lampiran 3 Ekspor, Impor dan Output Masing-masing Sektoral (Rp miliar) ...97 Lampiran 4 Persentase Perubahan Kuantitas Konsumsi Domestik (QD), Kuantitas

Penawaran (QX), Kuantitas Impor (QM) dan Kuantitas Ekspor (QE), Hasil Simulasi I ...98 Lampiran 5 Persentase Perubahan Harga Konsumsi Domestik (PD), Harga

Penawaran (PX), Harga Impor (PM) dan Harga Ekspor (PE),

(25)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 31 Desember 1962 dari ayah Heru Mulyono (alm.) dan ibu Karsasih. Penulis merupakan putra ketiga dari tujuh bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan Umi Fauziah dan dikaruniai tiga anak; Dresto Fauzantyo, Reyhan Yogaswara dan Nadhira Defany (alm.).

Penulis menempuh pendidikan formal di SD Bhayangkari komplek Polri Ragunan dan lulus pada tahun 1974, dilanjutkan di SMPN 41 Ragunan, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1977 serta dilanjutkan di SMAN 28 Pasar Minggu Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1981. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan kuliah di Akademi Ilmu Statistik (AIS) sebagai mahasiswa ikatan dinas. Setelah tamat AIS, penulis bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS). Sambil bekerja, setahun kemudian penulis melanjutkan kuliah di Extention Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 1991.

(26)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan harga berbagai komoditas yang terjadi di pasar dunia dapat terjadi karena berbagai hal antara lain karena adanya krisis ekonomi maupun krisis politik dunia. Krisis politik akibat perang Iran dan Irak tahun 1981 menyebabkan harga minyak meningkat dari US$ 14 pada tahun 1979 menjadi US $ 35 pada tahun 1981. Selanjutnya, perang teluk yang terjadi pada tahun 2005 menyebabkan harga, khususnya harga minyak bumi, mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari sekitar US $ 60 per barrel meningkat menjadi lebih dari US $ 100 per barrel (OPEC, 2009). Sementara penurunan harga di hampir seluruh komoditas yang diperdagangkan di pasar dunia juga terjadi pada saat krisis yang terjadi pada tahun 2008.

Krisis ekonomi tahun 2008 menyebabkan harga internasional komoditas yang diperdagangkan di pasar global menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan harga berbagai komoditas di perdagangan internasional dapat dilihat mulai dari triwulan I/2008 sampai dengan awal tahun 2009 (lihat Lampiran 1). Laporan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam Lampiran 1 tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga yang terjadi di hampir seluruh komoditas yang diperdagangkan secara internasional menyebabkan perekonomian dunia mengalami perlambatan. Perlambatan perekonomian terjadi baik di negara maju yang secara langsung terkena dampak krisis ekonomi maupun negara berkembang yang merupakan penyedia berbagai komoditas bagi negara maju. Indonesia, sebagai salah satu eksportir beberapa komoditas juga terkena dampak dari perubahan harga komoditas internasional tersebut yaitu berupa perlambatan perekonomian yang diakibatkan menurunnya nilai jual komoditas ekspor utama Indonesia di pasar dunia seperti komoditas pertambangan dan beberapa komoditas industri pengolahan antara lain minyak nabati dan hewani, pakaian jadi dan sebagainya.

(27)

2

gagal bayar dari industri perumahan di Amerika Serikat. Kasus ini menyebabkan jatuhnya perusahaan-perusahaan penjaminan keuangan dunia seperti Merill Lynch dan beberapa perusahaan penjaminan lainnya di Amerika. Selanjutnya, kasus ini juga menyebabkan jatuhnya beberapa harga saham perusahaan penjaminan multi-nasional. Kejatuhan perusahaan penjaminan perumahan dan anjloknya saham-saham besar dunia menyebabkan bangkrutnya lembaga keuangan penjamin kredit perumahan tidak hanya yang berasal dari Amerika sendiri namun juga yang berasal dari beberapa negara maju lainnya di Eropa dan Asia antara lain Jepang, Cina dan Korea Selatan.

Dampak dari krisis global 2008, pada akhirnya, menurunkan penerimaan negara maju sehingga daya beli masyarakatnya juga mengalami penurunan. Penurunan penerimaan negara-negara maju dan menurunnya daya beli masyarakatnya, selanjutnya menyebabkan permintaan terhadap berbagai komoditas dunia juga menurun. Daya beli yang melemah di negara-negara maju yang merupakan konsumen utama komoditas negara berkembang akan menurunkan permintaan terhadap berbagai produk yang diperdagangkan secara global. Penurunan permintaan akhirnya berujung pada penurunan harga produk-produk perdagangan internasional.

Perkiraan penurunan perekonomian dunia akibat krisis yang terjadi pada tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 1.1. Hasil laporan Bank Dunia, seperti terlihat pada Gambar 1.1, menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global telah direvisi lebih rendah untuk tahun 2009. Perekonomian negara-negara maju pada tahun 2009 yang sebelumnya diproyeksikan mengalami pertumbuhan sekitar 1,5 hingga 2,0 persen pada tahun 2009, namun akibat adanya krisis, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diproyeksikan menurun hingga kurang dari 0,25 persen. Sementara negara-negara berkembang yang sebelumnya diproyeksikan akan tumbuh diatas 6 persen namun karena krisis, maka pertumbuhan pada tahun 2009, diproyeksikan menjadi kurang dari 5 persen.

(28)

3

2000 2002 2004 2006 2008 2009 2010

Sumber: Bank Dunia dan BPS, 2009

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju (OECD) dan Negara Berkembang

Sebagian besar komoditas yang diperdagangkan secara internasional antara lain hasil sektor pertanian dan pertambangan dan hasil industri pengolahan. Harga internasional beberapa hasil produk pertanian seperti rotan, kayu , katun, wol, karet dan hides sampai dengan triwulan II/2009 masih mengalami rata-rata penurunan harga hingga minus 26,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (triwulan II/2008). Komoditas perkebunan (hides dan karet) mengalami kontraksi harga hingga 52,05 persen dan 45,77 persen.

Komoditas pertambangan terutama produk logam seperti tembaga, aluminium, bijih besi, nikel, seng dan sebagainya pada triwulan II/2009 mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 38,04 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun yang lalu. Bahkan pada triwulan I/2009 yang lalu penurunan harga komoditas pertambangan ini mencapai 45,66 persen. Penurunan harga tertinggi komoditas pertambangan terutama terjadi pada produk nikel yang mengalami penurunan hingga 49,28 persen pada triwulan II/2009 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, bahkan mencapai 63,57 persen pada triwulan I/2009 jika dibandingkan dengan triwulan I/2008 yang lalu.

Komoditas lainnya seperti komoditas industri pengolahan antara lain industri makanan mengalami penurunan harga rata-rata 20,54 persen pada triwulan II/2009.

Negara Berkembang

Negara Maju Pertumbuhan

(persen)

Proyeksi Awal 7

6

5

4

3

2

(29)

4

Beras yang merupakan kelompok industri makanan yaitu berupa biji-bijian mengalami penurunan harga hingga 41,71 persen. Sementara kelompok produk industri pengolahan berupa tepung menurun sebesar 25,43 persen pada triwulan II/2009. Produk industri pengolahan yang bersumber dari sektor peternakan seperti daging mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 6,42 persen. Sementara industri pengolahan yang bersumber dari produk perikanan sudah menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu sebesar 0,25 persen jika dibandingkan dengan harga pada triwulan II/2008 yang lalu. Pada triwulan I/2009 kelompok produk industri pengolahan yang bersumber dari industri perikanan masih menunjukkan kecenderungan menurun yaitu sebesar minus 12,68 persen. Secara keseluruhan penurunan harga internasional dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sumber: BPS, 2009.

Gambar 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Bulanan Indonesia, Januari 2007 s/d Januari 2009.

Dampak penurunan permintaan produk yang diperdagangkan di pasar internasional dari negara maju juga berimbas pada perekonomian Indonesia. Sejak pertengahan tahun 2008, ekspor maupun impor Indonesia di pasar global terus menunjukkan kecenderungan menurun (lihat Gambar 1.2).

Sampai dengan pertengahan tahun 2008 baik ekspor dan impor Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat, namun setelah triwulan II/2008 baik

-60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80%

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

2

0

0

7

-J F M A M J J A S O N D

2

0

0

8

-J F M A M J J A S O N D

2

0

0

9

-J

% Juta US$ Perkembangan Ekspor Impor Indonesia

Nilai Ekspor Nilai Impor Pertm. Ekspor Pertm. Impor

(30)

5 nilai ekspor maupun impor Indonesia sudah mulai menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada akhirnya berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan berupa perlambatan pertumbuhan (lihat Tabel 1.1 dan Tabel 1.2).

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB menurut Penggunaan (Persen)

Jenis Penggunaan

Trw I-2009 Terhadap Trw I-2008

Trw II-2009 Terhadap Trw II-2008

Sm I-2009 Terhadap Sm I-2008

(1) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi RT 6,0 4,8 5,4

2. Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 19,2 17,0 18,0

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,4 2,7 3,0

4. Ekspor Barang dan Jasa -18,7 -15,7 -17,2

5. Dikurangi Impor Barang dan

Jasa -26,0 -23,9 -24,9

PDB 4,4 4,0 4,2

Sumber: BPS 2009

Secara makro, perekonomian Indonesia sampai dengan triwulan II/2009 masih mengalami perlambatan. Pada triwulan II/2009 pertumbuhan perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan I/2009. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada triwulan I/2009, perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 4,4 persen jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008. Namun pada triwulan II/2009, kinerja perekonomian Indonesia mengalami perlambatan yaitu menjadi 4,0 persen jika dibandingkan dengan triwulan II/2008. Ekspor dan impor pada triwulan I dan II/2009 masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Sampai dengan semester I/2009, pertumbuhan ekspor adalah sebesar minus 17,2 persen sementara impor tumbuh minus 24,9 persen.

(31)

6

[image:31.612.96.470.188.435.2]

mengalami kontraksi dari tumbuh 0,5 persen pada triwulan I/2009 menjadi minus 0,1 persen pada triwulan II/2009. Selain itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang semula tumbuh sebesar 6,3 persen pada triwulan I/2009 menjadi tumbuh sebesar 5,3 persen pada triwulan II/2009.

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha

Trw I-2009 Terhadap Trw I-2008

Trw II-2009 Terhadap Trw II-2008

Sm I-2009 Terhadap Sm I-2008

(1) (4) (5) (6)

1. Pertanian 5,2 2,4 3,7

2. Pertambangan dan Penggalian 2,4 2,4 2,4

3. Industri Pengolahan 1,5 1,5 1,5

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 11,4 15,4 13,4

5. Konstruksi 6,3 6,4 6,3

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 0,5 -0,1 0,2

7. Pengangkutan dan Komunikasi 17,1 17,5 17,3

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa

Perusahaan 6,3 5,3 5,8

9. Jasa Lainnya 6,8 7,4 7,1

PDB 4,4 4,0 4,2

PDB Tanpa Migas 4,8 4,4 4,6

Sumber: BPS 2009

1.2 Perumusan masalah

Gambar 1.3 menunjukkan bagaimana perubahan harga internasional yaitu berupa penurunan harga akibat adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Perekonomian dunia sampai dengan akhir tahun 2007 masih mengalami booming

harga pada sejumlah komoditas. Kondisi ini menyebabkan beberapa indikator makro mengalami peningkatan seperti harga ekspor dan selanjutnya mendorong peningkatan berbagai pasar termasuk pasar finansial. Kondisi tersebut menyebabkan ekonomi global secara riil juga meningkat dan peningkatan perekonomian berujung pada peningkatan penerimaan rumah tangga. Peningkatan pendapatan rumah tangga ini, pada akhirnya mendorong rumah tangga miskin semakin berkurang.

(32)

7 banyaknya perusahan penjamin simpanan akibat gagal bayar kredit perumahan sehingga permintaan akan komoditas dunia dari negara-negara maju sebagai negara pengimpor komoditas dunia menurun dan berlanjut kepada negara-negara produsen sebagai negara pengekspor termasuk Indonesia yang mengalami kelebihan suplai/penawaran untuk beberapa komodias tertentu seperti komoditas pertambangan (antara lain batu bara, minyak bumi, biji tembaga) dan komoditas industri pengolahan ( seperti minyak nabati dan hewani, pakaian jadi, logam dasar, gas alam cair).

[image:32.612.113.483.234.532.2]

Gambar 1.3 Diagram Proses Krisis Ekonomi Global Tahun 2008.

Salah satu jalur bagaimana krisis ekonomi menjadi krisis global adalah melalui jalur perdagangan internasional. Permintaan dunia (negara-negara maju) yang melemah sementara produksi dari negara terutama dari negara berkembang termasuk Indonesia terus bertambah maka selanjutnya akan terjadi kelebihan penawaran (over supply) termasuk produk-produk ekspor utama Indonesia. Sementara itu, akibat krisis, penerimaan negara maju terus mengalami menurun. Hal ini, pada akhirnya menyebabkan harga di pasar internasional mengalami penurunan.

Kenaikan Harga Komoditas

2007-Q3 2008-Q1 2008-Q3 2009-Q1…

Harga Komoditas Dunia Jatuh Krisis Finansial Internasional

Krisis Ekonomi Global

Permintaan Dunia (EksporM/impor) melemah

Rupiah Melemah Saham

Anjlok

Investasi

Pekerjaan Pendapatan

Inflasi rendah

Inflasi Naik

Harga Ekspor Naik

Pasar Finansial

Ekonomi Riil Meningkat

Kemiskinan Turun

Barang Domestik

(33)

8

Beberapa indikator dampak krisis seperti diperkirakan oleh Bank Dunia (Global Economic Prospect, Januari 2009) dan IMF (World Economic Outlook-Update, Januari 2009) dapat dilihat pada Tabel 1.3. dibawah ini, Seperti disampaikan dalam laporan tentang prospek perekonomian dunia oleh bank dunia dan laporan perekonomian dunia oleh IMF menunjukkan pertumbuhan PDB dunia pada tahun 2009 menurun menjadi 0,9 persen dibandingkan tahun 2008. Pertumbuhan PDB tahun 2008 sebesar 2,5 persen atau menurun dibandingkan dengan pertumbuhan PDB dunia pada tahun 2007 (3,7 persen).

[image:33.612.112.487.345.566.2]

Sebagai dampak krisis yang terus berlanjut maka proyeksi yang dilakukan oleh IMF terhadap perekonomian dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan output dunia sebesar 0,5 persen pada tahun 2009 dan diperkirakan menurun menjadi 0,3 persen pada tahun 2010 (lihat Tabel 1.3).

Tabel 1.3 Beberapa Indikator Ekonomi Dunia, 2007 - 2010.

Indikator 2007 2008 2009 2010

World bank (2009)

• Pertumbuhan PDB riil dunia (%) 3,7 2,5 0,9 3,0

• Pertumbuhan volume perdagangan dunia (%) 7,5 6,2 -2,1 6,0

• Pertumbuhan harga komoditas, non-oil (%) 17,0 22,4 -23,2 -3,3

• Harga minyak dunia (USD per barrel) 71,1 101,2 74,5 75,8

IMF (2009)

• Pertumbuhan output dunia (%) 5,2 3,4 0,5 3,0

• Pertumbuhan volume perdagangan dunia (%) 7,2 4,1 -2,8 3,2

• Pertumbuhan ekspor negara berkembang (emerging dan developing countries), (%)

9,6 5,6 -0,8 5,4

• Pertumbuhan ekspor negara maju (%) 5,9 3,1 -3,7 2,1

• Pertumbuhan impor negara maju (%) 4,5 1,5 -3,1 1,9

• Pertumbuhan impor negara berkembang (%) 14,5 10,4 -2,2 5,9 Sumber: World bank dan IMF, 2009

(34)

9 perdagangan yang dilakukan oleh negara maju terkontraksi sebesar minus 3,7 persen untuk ekspor dan minus 3,1 persen untuk impor. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor dan impor negara berkembang, dimana pada tahun 2009 ekspor negara berkembang diprediksikan oleh IMF terkontraksi sebesar minus 0,8 persen sementara impor sebesar minus 2,2 persen.

Berdasarkan uraian diatas maka beberapa permasalahan mengenai dampak perubahan harga ekspor komoditas internasional terhadap perekonomian dan perdagangan Indonesia serta dampak terhadap pendapatan rumah tangga yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar dampak perubahan harga komoditas internasional yang terjadi pada triwulan 1/2008 sampai dengan triwulan II/2009 (secara simultan) terhadap perekonomian Indonesia. Apa pengaruhnya terhadap konsumsi, investasi, ekspor dan impor serta seberapa besar dampak penurunan harga komoditas internasional tersebut terhadap penerimaan rumah tangga.

2. Sektor apa yang memberikan dampak terbesar terhadap perekonomian akibat dari adanya penurunan harga komoditas internasional. Untuk itu perlu diketahui seberapa besar pengaruh penurunan harga internasional di masing-masing komoditas ekspor utama (secara parsial) terhadap masing–masing sektor dan pengaruh penurunan harga internasional di masing-masing komoditas ekspor utama terhadap perekonomian secara keseluruhan dan apa dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga

3. Selanjutnya, apa dampak terhadap perekonmian apabila terjadi kenaikan harga komoditas internasional dan apa dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

(35)

10

Dengan diketahuinya dampak perubahan harga komoditas internasional terutama yang berkaitan dengan komoditas ekspor utama Indonesia terhadap perekonomian dan pengaruhnya terhadap pendapatan rumah tangga maka diharapkan besaran dampak secara kuantitatif dapat diprediksi lebih awal dan diestimasi secara lebih tepat dan dapat digunakan sebagai antisipasi kebijakan pemerintah terhadap harga produk ekspor yang berfluktuasi di pasar internasional. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan antisipasi terhadap adanya perubahan harga ekspor serta dapat meminimalisir dampak negatif dengan berbagai alternatif kebijakan dan strategi tindakan yang diperlukan.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan analisis dampak perubahan harga internasional yang terjadi pada periode krisis yaitu harga pada triwulan I 2008 sampai dengan triwulan II 2009. Untuk menentukan besaran perubahan harga di tiap komoditas maupun keseluruhan harga komoditas secara agregat digunakan nilai rata rata yang bersumber dari laporan IMF. Dalam penelitian ini hanya dianalisis komoditas yang mempunyai peranan ekspor besar dalam perekonomian Indonesia. Komoditas yang diteliti adalah komoditas yang berpengaruh dalam ekspor Indonesia yaitu terbatas kepada 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama Indonesia. Penentuan 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama dilakukan dengan melihat kontribusi setiap komoditas ekspor terhadap total ekspor. 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama Indonesia dipilih berdasarkan klasifikasi Tabel I-O Indonesia ukuran 175 x 175. Komoditas ekspor yang termasuk 10 (sepuluh) besar berdasarkan nilai yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) Batu bara, 2) Minyak bumi, 3) Biji tembaga, 4) Minyak hewani dan minyak nabati, 5) Pakaian jadi, 6) Barang elektronika, 7) Logam dasar bukan besi, 8) Gas alam cair, 9) Kimia dasar dan 10) Karet remah.

(36)

11 menyusun SNSE dalam suatu seri data (Kearney, 2003), maka analisis ini bersifat statis (comparatif static). Selanjutnya, SNSE Indonesia yang digunakan adalah SNSE yang mendekati periode analisis yaitu SNSE Indonesia tahun 2005. Dengan demikian penggunaan SNSE Indonesia tahun 2005 yang merupakan data satu tahun (cross section data) masih dianggap relevan (Kearney, 2003), meskipun secara statistik kalibrasi suatu model dengan menggunakan data time series lebih signifikan dibandingkan penggunaan data satu titik.

Dari koefisien teknologi pada tahun 2005 yang diperoleh dari SNSE Indonesia 2005 dibandingkan dengan koefisien teknologi tahun 2008 yang diperoleh dari Up-dated Tabel I-I Indonesia tahun 2008 menunjukkan tidak ada perubahan yang berarti. Mengingat sumber data yang digunakan dalam menyusun Up-dated Tabel I-O Indonesia belum komplit (full coverage) sehingga beberapa struktur yang berasal dari Tabel I-O sebelumnya (Tabel I-O Indonesia, 2005) masih digunakan sehingga koefisien teknologi tidak berubah secara berarti. Perbandingan struktur ekonomi tahun 2005 dengan tahun 2008 yang bersumber dari data PDB (klasifikasi 43 sektor) juga tidak menunjukkan perubahan yang berarti (BPS, 2009).

Alasan lain digunakan kerangka data SNSE dalam penelitian ini adalah karena menyangkut analisis yang menghitung dampak perubahan harga internasional dan kaitannya dengan perekonomian domestik (Indonesia) seperti pasar sektor produksi, faktor dan institusi dan neraca lain. Untuk itu maka digunakan kerangka data yang dapat mengkaitkan berbagai neraca (pasar) tersebut. Salah satu kerangka data yang dapat mengkaitkan berbagai neraca (pasar) tersebut adalah melalui kerangka data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia.

Kerangka data SNSE Indonesia 2005 digunakan sebagai dasar analisis dan menggunakan model keseimbangan umum (CGE) sebagai alat analisis. Untuk itu, maka dilakukan modifikasi terhadap kerangka data SNSE Indonesia untuk melakukan pemodelan terhadap kerangka data tersebut yang dapat mengkaitkan berbagai pasar (tenaga kerja, kapital dan sebagainya) dengan berbagai pelaku ekonomi (konsumen, produsen, pemerintah, luar negeri) dan hubungannya dengan perubahan harga komoditas barang dan jasa yang terjadi di pasar internasional.

(37)

12

(38)

13

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Perdagangan dalam Perekonomian

Peningkatan perdagangan internasional yang digambarkan sebagai peningkatan ekspor dan impor komoditas internasional yang diperdagangkan negara-negara di dunia akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Studi tentang dampak globalisasi terutama yang berkaitan dengan dampak peningkatan perdagangan dunia atau liberalisasi perdagangan terhadap kesejahteraan masyarakat dan kaitannya dengan penurunan jumlah penduduk miskin sudah banyak dilakukan.

Nssah (2005), dalam studinya menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan menurunkan jumlah penduduk miskin. Selanjutnya, Khan (2008), dalam studinya terhadap penduduk miskin di beberapa negara di Asia Selatan yang menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara dalam studi ini sangat membantu dalam penurunan jumlah penduduk miskin.

Namun demikian, semakin terbuka perekonomian suatu negara semakin rentan terhadap stabilitas ekonomi dunia. Krisis yang terjadi saat ini (tahun 2008) diperkirakan akan berdampak tidak hanya di negara yang terkena krisis (negara maju) namun juga berdampak kepada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sementara, negara berkembang terus membuka diri untuk melakukan perdagangan dengan partner dagangnya sehingga negara-negara berkembang menjadi lebih terbuka dalam melakukan perdagangan dibandingkan dengan negara maju.

Khan (2004), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kontribusi negara berkembang dalam perdagangan dunia adalah sebesar 45 persen dibandingkan dengan konribusi negara G-7 yang hanya sebesar 25 persen dari total perdagangan dunia. Disebutkan pula bahwa harga komoditas dalam perdagangan internasional dikontrol oleh negara maju (harga sebagai faktor eksogen bagi negara berkembang). Dilihat dari jenis komoditas yang diperdagangkan maka lebih dari separuh perdagangan dunia adalah berupa komoditas primer seperti pertanian dan sumber daya alam (pertambangan).

(39)

14

mutlak bagi setiap negara yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, demikian pula halnya dengan Indonesia.

Feridhanusetyawan dan Damuri (2004), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dampak perekonomian Indonesia terhadap krisis 1998 yang lalu menunjukkan bahwa keuntungan potensial yang dapat diperoleh dari liberalisasi perdagangan yang dilakukan pemerintah Indonesia setelah krisis adalah lebih besar dari kerugian (welfare lost) yang terjadi. Dengan kata lain, liberalisasi perdagangan yang lebih progresif yang dilakukan setelah krisis akan mempercepat recovery ekonomi yaitu dengan menciptakan kesempatan ekspor lebih luas untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dari perdagangan dunia

Saat ini studi yang berkaitan dengan liberalisasi perdagangan banyak menyoroti tentang stabilitas harga komoditas dunia terutama dampak fluktuasi harga minyak dunia terhadap perekonomian suatu negara. Perubahan harga minyak yang sangat fluktuatif tidak hanya mempengaruhi perekonomian negara-negara maju tetapi juga mempengaruhi perekonomian negara berkembang.

Al-Amin et al, (2005), melakukan studi mengenai dampak kenaikan harga komoditas impor internasional terhadap perekonomian Malaysia. Dalam penelitiannya, Al Amin menunjukkan bahwa shock harga eksternal berupa peningkatan harga impor sangat mempengaruhi biaya hidup masyarakat Malaysia. Perekonomian Malaysia yang sangat tergantung pada impor (pada tahun 2005 peranan impor Malaysia mencapai 125 persen dari PDB Malaysia) sangat sensitif terhadap fluktuasi harga eksternal seperti harga komoditas impor. Sehingga secara signifikan dampak fluktuasi harga eksternal menurunkan produksi domestik dan impor serta kesejahteraan masyarakat Malaysia.

Fan et al (2007), meneliti dampak distorsi harga minyak dunia terhadap ekonomi makro di China. Hasil penelitian Fan, yang juga menggunakan model CGE sebagai alat analisanya, menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia memberikan dampak negatif terhadap riil PDB, investasi, konsumsi, serta impor dan ekspor.

(40)

15 harga minyak dunia yang signifikan yaitu sebesar 81 persen antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, menurunkan pertumbuhan ekonomi India hingga 38 persen

Kapsalyamova (2009) dalam studinya tentang pengaruh harga dunia dan kenaikan harga ekspor minyak dalam kerangka model One-sector and Two-sector stylized Models menyebutkan bahwa pengaruh peningkatan harga ekspor minyak dapat dibedakan atas pengaruh neraca perdagangan (balance of trade effect) dan pengaruh impor competing effect. Pengaruh neraca perdagangan menunjukkan respons perekonomian terhadap kenaikan harga ekspor minyak tergantung kepada apakah perekonomian mengalami surplus perdagangan atau defisit perdagangan dalam benchmark equilibrium-nya. Selanjutnya, dengan pengaruh import competing effect sama dengan satu yang menyebabkan perubahan biaya riil produsen sehingga menentukan sektor mana yang tumbuh dan sektor mana yang kontraksi. Pengaruh

import-competing effect dengan asumsi neraca perdagangan seimbang/balance

menunjukan perubahan biaya riil produsen akibat perbedaan harga barang impor dan barang domestik berpengaruh kepada sektor mana yang meningkat dan sektor mana yang mengalami penurunan.

Anderson (1977) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat perubahan kesejahteraan massyarakat tergantung kepada besar kecilnya perubahan harga eksternal yang terjadi di sektor tertentu dan tergantung kepada kontribusi sektor terhadap (proporsional dengan PDB).

2.2 Kerangka Data Sistem Neraca Sosial Ekonomi.

Kajian dan analisis yang berkaitan dengan liberalisasi perdagangan dan kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dan kemiskinan banyak menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting matrix (SAM) sebagai kerangka data dan alat analisis. Salah satu alat analisis yang menggunakan kerangka data SNSE dan dapat mengkaitkan berbagai variabel atau indikator makro ekonomi secara simultan adalah dengan menggunakan model keseimbangan umum (General Equilibrium/GE).

(41)

16

dengan adanya perangkat lunak yang dirancang khusus (Computerized General Equilibrium/CGE) diantaranya adalah perangkat lunak GAMS (General Algebraic Modelling System) versi 3.2.

Model CGE yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah model keseimbangan umum yang mendasarkan sebagian besar perhitungan parameter parameter yang digunakan bersumber dari kerangka data SNSE. Model ini biasa disebut sebagai model SAM-Based CGE. Model ini dikembangkan oleh Lofgren dan Robinson (2003) dan banyak dipakai dalam penentuan berbagai kebijakan pemerintah di berbagai negara khususnya negara-negara di Afrika antara lain Ghana, Zimbabwe dan Lesotho serta negara-negara Amerika Selatan dan beberapa negara Asia.

Penelitian ini menggunakan kerangka data SNSE Indonesia tahun 2005. SNSE merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matrik yang merangkum berbagai variabel ekonomi dan sosial secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara/wilayah dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada suatu waktu tertentu. SNSE juga merupakan suatu sistem akuntansi dimana variabel-variabel ekonomi dan sosial disusun dalam bentuk neraca-neraca yang mempunyai sisi debet dan sisi kredit dan kedua sisi tersebut selalu berada dalam keadaan seimbang/balance (Pyatt. dan Round, 1977 dan BPS, 2005).

Sebagai kerangka data yang kompak, SNSE dapat menjelaskan hubungan input dan output. Keterkaitan antar variabel dalam kerangka data SNSE tidak hanya keterkaitan misalnya antara pembelian suatu sektor dengan penjualan sektor lainnya (inter-industry flows), namun juga meliputi keseluruhan transaksi dalam perekonomian. Pembayaran suatu barang dan jasa oleh rumah tangga (merupakan pembelian) kepada penjual (sektor produksi) atau pembayaran pajak perusahaan (merupakan pengeluaran perusahaan kepada pemerintah atau merupakan pemasukan pemerintah) dicatat dalam SNSE sebagai pembayaran pelaku ekonomi (menurut kolom) kepada pelaku ekonomi lainnya (menurut baris) dan sebagainya.

(42)

17 digambarkan dalam sistem pencatatan akuntasi double entry. Dalam kerangka SNSE penerimaan digambarkan oleh baris dan pengeluaran adalah kolom.

Pada prinsipnya, SNSE dibentuk atas dasar 3 pilar utama:

a. Sebagai suatu sistem kerangka data yang bersifat modular yang dapat menghubungkan variabel-variabel ataupun subsistem-subsistem yang terdapat di dalamnya secara terpadu,

b. Sebagai suatu sistem klasifikasi data yang konsisten dan komprehensif,

c. Sebagai alat analisis terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan.

Model yang menggunakan SNSE sebagai kerangka dasar penyusunan model analisis banyak digunakan negara-negara berkembang terutama digunakan untuk menganalisa dampak kebijakan pemerintah dan menganalisis adanya shock dari variabel eksogen seperti pajak, subsidi, pengeluaran pemerintah, fluktuasi harga dunia, teknologi produksi dan sebagainya. Sementara model analisis yang biasa digunakan adalah model keseimbangan umum/General Equilibrium Model (Lofgren

et al, 2003).

2.3 Teori Keseimbangan Umum.

Pemecahan permasalahan ekonomi yang mendasarkan penyelesaiannya hanya kepada model keseimbangan parsial (partial equilibrium model) dalam pasar persaingan sempurna tidak memadai lagi apabila harus menjelaskan permasalahan yang terjadi di suatu pasar yang mempengaruhi/berkaitan dengan keseimbangan pasar lainnya. Untuk itu digunakan suatu model ekonomi yang dapat mengkaitkan beberapa pasar secara simultan melalui suatu teori keseimbangan umum (Nicholson, 2008).

(43)

18

Kondisi pareto optimum produsen terjadi apabila input yang digunakan produsen dalam melakukan aktivitas produksi terdiri dari tenaga kerja (L) dengan harga faktor tenaga kerja tersebut adalah w1 dan faktor produksi kapital (K) dengan

harga sebesar w2 maka produsen dalam keadaan keseimbangan bila MRTS = w1/w2

(lihat Gambar 2.1).

OX1

OX2

L K

X21

X25

X24

X23 X2

2

X11

X12

X13

X14

X15

P1

P2

P3

P4

P5

[image:43.612.98.477.177.442.2]

Sumber: Oktaviani, 2008

Gambar 2.1 Kotak Edgeworth (Kasus Dua Komoditas dan Dua Faktor Produksi).

Keseimbangan simultan yang terjadi antara dua produk x1 dan x2 yang

dihasilkan oleh dua perusahaan yang berbeda dapat tercapai pada saat isoquant x1

bersinggungan dengan isoquant x2 sehingga membentuk kurva kontrak. Disisi lain,

produk x1 dan x2 yang dihasilkan oleh dua perusahaan/produsen tersebut harus sesuai

dengan permintaan oleh konsumen terhadap barang x1 dan x2 tersebut yang ditentukan

oleh harga relatif kedua barang tersebut (p1 dan p2).

Selanjutnya kondisi pareto optimum pada konsumen dapat diperoleh pada saat

MRS sama dengan harga relatif barang x1 dan x2 yang akan dikonsumsi seperti

(44)

19 pada saat MRS sama dengan harga relatif barang x1 dan x2. Akhirnya keseimbangan

antara produsen dan konsumen dapat tercapai dalam suatu mekanisme harga dan keseimbangan alokasi dimana MRTP = MRS = harga relatif (p1/p2).

O

Slope

Slope X2*

X1*

=

Px1*

Px2*

X2

X1

=

Px1

P x2

X

2

X

1

C

C*

U

3

U

2

U

1

P

X

12

X

1*

X

11

P*

P

X

21

X

2*

X

22 [image:44.612.145.486.155.409.2]

Sumber: Oktaviani, 2008

Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Produsen dan Konsumen

(45)
(46)

21

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Fluktuasi harga Komoditas Internasional.

Pengaruh perekonomian global terhadap perekonomian suatu negara dapat ditransmisikan melalui kegiatan sektor finansial maupun sektor riil. Pengaruh sektor finansial terhadap perekonomian antara lain melalui perubahan neraca finansial suatu negara seperti modal yang keluar atau masuk dalam suatu wilayah (capital inflow atau

capital outflow) melalui instrumen finansial seperti saham, obligasi, kredit, hutang dan sebagainya. Penarikan dana di pasar uang akibat adanya krisis menyebabkan ketidak seimbangan neraca finansial negara yang bersangkutan. Akibat dari penarikan dana tersebut kegiatan investasi menjadi terganggu.

Sementara pengaruh perubahan ekonomi global kepada sektor riil dapat melalui jalur perdagangan internasional baik ekspor maupun impor. Apabila terjadi fluktuasi harga komoditas di pasar internasional akan berdampak kepada term of trade

sehingga mempengaruhi neraca perdagangan (balance of trade) yaitu terjadi perubahan baik di sisi ekspor maupun impor suatu negara. Selanjutnya fluktuasi harga akan berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Permintaan dunia yang menurun terhadap suatu komoditas akibat krisis ekonomi akan mendorong harga komoditas tersebut melemah. Akibat harga komoditas di pasar internasional melemah maka suplai terhadap komoditas tersebut (ekspor) menjadi berkurang. Di lain pihak penurunan harga suatu komoditas di pasar internasional mendorong permintaan komoditas tersebut (impor) meningkat. Kondisi ini berlangsung terus sehingga perdagangan internasional (ekspor dan impor) kembali dalam kondisi keseimbangan baru.

Besaran shock perubahan harga komoditas internasional yang terjadi di masing-masing komoditas akan mempunyai dampak yang berbeda beda. Besarnya dampak perubahan harga tergantung kepada tiga komponen yaitu seberapa besar

(47)

22

3.2 Kerangka Konseptual

Dampak dari adanya gejolak perdagangan dunia terhadap perekonomian Indonesia dapat dijelaskan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 tersebut menggambarkan keterkaitan dari berbagai aktor ekonomi (institusi) yaitu rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan luar negeri, sektor produksi, faktor produksi dan neraca lainnya seperti neraca komoditas dan neraca kapital.

Perubahan perekonomian dunia yang diimplementasikan antara lain dalam bentuk fluktuasi harga komoditas perdagangan dunia akan berdampak pada perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor impor Indonesia dengan negara lain. Perubahan ekspor maupun impor dalam bentuk harga atau kuantitas akan mempengaruhi ketersediaan barang dan jasa domestik. Penyediaan komoditas selain mempengaruhi konsumsi akhir institusi juga akan mempengaruhi aktivitas produksi domestik. Selanjutnya, perubahan aktivitas produksi akan mempengaruhi input/penggunaan faktor produksi di masing-masing sektor produksi antara lain seperti barang modal dan tenaga kerja.

Gambar 3.1 Aliran Kegiatan Ekonomi dalam Kerangka Makro Ekonomi

Fluktuasi yang terjadi pada kegiatan produksi akan mempengaruhi faktor produksi yang digunakan. Dengan adanya penambahan ataupun pengurangan faktor

Aktivitas Produksi

Komoditas

Biaya Faktor

Biaya inputt Antara

Rumah tangga / perusahaan

Pemerintah

Sewa & Upah TK

Sewa

transfer

Sewa & Upah TK Biaya Faktor

Faktor

Produksi Pajak,, retribusi

dsb

RoW

Penjualan

Kapital

Lending/Borrowing Ekspor/Imporr

(48)

23 produksi yang digunakan maka pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan pemilik faktor produksi tersebut. Selain institusi domestik sebagai pemilik faktor produksi modal dan tenaga kerja juga negara lain yang menanamkan modal di Indonesia atau tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia. Selanjutnya perubahan pendapatan akan mempengaruhi konsumsi institusi.

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka berfikir penelitian di atas maka hipotesis dari penelitian mengenai dampak perubahan harga internasional produk ekspor utama Indonesia adalah sebagai berikut;

1. Perubahan harga internasional pada triwulan I/2008 s/d triwulan II/2009 disebabkan oleh perekonomian dunia yang melemah. Hal ini terjadi akibat terjadinya krisis global sehingga permintaan dunia menurun. Penurunan permintaan dunia menyebabkan harga sebagian besar komoditas yang diperdagangkan di pasar dunia mengalami penurunan. Perubahan harga komoditas internasional menyebabkan term of trade juga berubah dan selanjutnya ekspor dan impor (balance of trade) Indonesia juga mengalami pergeseran sehingga mempengaruhi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

2. Perubahan harga internasional komoditas ekspor utama menyebabkan suplai/ekspor komoditas dari Indonesia mengalami perubahan dan perubahan ini menyebabkan neraca perdagangan bergeser. Besaran pergeseran neraca perdagangan sangat tergantung kepada antara lain besaran elastisitas transformasi komoditas ekspor maupun elastisitas Armington/import competing effect setiap komoditas serta permintaan domestik setiap komoditas ekspor utama. Penurunan maupun peningkatan harga internasional mengakibatkan permintaan terhadap komoditas dunia meningkat/menurun atau impor Indonesia mengalami peningkatan/penurunan akibat dari perubahan harga internasional tersebut.

(49)

24

ekspor besar akan memberikan dampak besar pula terhadap masing masing sektor (parsial) maupun perekonomian secara keseluruhan.

(50)

25

IV METODE PENELITIAN

4.1 Prosedur Pemodelan SAM-based CGE

Pemodelan CGE dengan data dasar SNSE sebagai kerangka data utama (SAM based CGE) merupakan salah satu cara dalam memecahkan persoalan perekonomian dalam kerangka keseimbangan umum. Model CGE dengan data dasar SNSE dapat menghemat biaya dan waktu dalam melakukan berbagai analisis dengan menggunakan model CGE.

Proses pemodelan dengan menggunakan SAM Based CGE dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar flowchart pemodelan CGE pada Gambar 4.1. Ada 4 (empat) tahap utama yang dilakukan dalam penggunaan SNSE sebagai kerangka data dalam pemodelan dengan menggunakan CGE.

Pertama, menyusun suatu kerangka data SNSE yang konsisten pada suatu tahun tertentu sebagai dasar (benchmark) dan diasumsikan ekuilibrium. Dalam hal ini untuk menghemat biaya dan waktu maka digunakan data SNSE Indonesia tahun 2005. Kedua, untuk memenuhi kerangka pemodelan CGE standar yang digunakan maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap kerangka data SNSE Indonesia, khususnya klasifikasi dan harga yang digunakan. Modifikasi kerangka dasar SNSE Indonesia dilakukan agar dapat digunakan dan konsisten dan sesuai dengan syarat syarat yang ditetapkan dalam pemodelan CGE yang akan digunakan. Ketiga, pemodelan dengan SNSE sebagai kerangka dasar menggunakan parameter yang sebagian besar bersumber dari data SNSE. Parameter-parameter tersebut didefinisikan sesuai dengan fungsi atau persamaan yang digunakan terhadap berbagai pasar dan pelaku ekonomi. Ada beberapa parameter yang tidak dapat dihitung dari kerangka data SNSE yang digunakan dalam model SAM-Based CGE yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jumlah tenaga kerja dan elastisitas transformasi (CET) serta elastisitas Armington (CES). Untuk itu digunakan parameter dari hasil penelitian atau data empiris yang tersedia dalam perekonomian yang diteliti (Indonesia).

(51)

26

equilibrium) dengan data dasar (benchmark) berdasarkan closure makro ekonomi yang ditetapkan dalam model.

Sumber: Shoven dan Whalley, 1992 .

4.2 Modifikasi Kerangka Data SNSE Indonesia. 4.2.1 Kerangka Dasar SNSE Indonesia

Tujuan dari penyusunan SNSE pada dasarnya adalah kebutuhan untuk mengembangkan tabel Input-Output (I-O) dan data neraca pendapatan nasional dalam suatu kerangka data statistik yang utuh (Robinson, 1989). SNSE adalah data terstruktur yang berbentuk matriks yang menggambarkan berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu perekonomian. Prinsip dasar penyusunan SNSE adalah sama dengan sistem pembukuan double entry dalam sistem pencatatan akuntansi. SNSE terdiri dari set neraca dimana pendapatan harus sama dengan pengeluaran (balance). Setiap pendapatan dari suatu neraca (misalnya industri) merupakan pengeluaran dari industri lainnya. Untuk itu maka kerangka SNSE harus memenuhi dua aturan dasar yaitu;

(a) Matriks SNSE harus mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama dan nilai dari masing-masing total baris dan kolom harus sama.

Sumber: Shoven dan Whalley, 1992

[image:51.612.95.452.139.452.2] [image:51.612.89.476.141.716.2]
(52)

27 (b) Isian dalam baris merupakan penerimaan dan isian di masing-masing kolom

adalah pengeluaran.

Kerangka data SNSE Indonesia tahun 2005 secara rinci terdiri dari matriks ukuran 107x107 dengan rincian neraca faktor produksi dirinci menjadi faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (kapital). Faktor produksi tenaga kerja dibedakan lagi atas faktor produksi tenaga kerja sebagai buruh hingga manajer dan profesional dan juga dibedakan atas tenaga kerja di desa dan kota. Neraca institusi dirinci atas institusi rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Institusi rumah tangga dirinci lagi menurut rumah tangga petani menurut buruh tani dan petani, menurut luas kepemilikan tanah pertanian, serta bukan petani menurut golongan rendah dan atas di desa dan kota. Neraca sektor, komoditas domestik dan komoditas impor dirinci menjadi 24 sektor/komoditas. Serta neraca neraca lainnya seperti neraca kapital (S-I), pajak tak langsung, subsidi dan luar negeri.

Gambaran hubungan setiap neraca dalam kerangka matriks SNSE Indonesia secara umum dapat dilihat pada tabel kerangka SNSE Indonesia agregat ukuran 13x13 sebagai berikut;

Baris 1 dan 2 : merupakan penerimaan atas balas jasa faktor produksi tenaga kerja (baris 1) dan faktor produksi bukan tenaga kerja seperti kapital, tanah, enterpreneur (baris 2) yang digunakan dalam kegiatan ekonomi domestik (kolom 6) dan yang digunakan di luar negeri/RoW (kolom 13). Jumlah baris (1) dan baris (2) masing-masing merupakan jumlah penerimaan dari balas jasa faktor tenaga kerja dan balas jasa faktor produksi bukan tenaga kerja. Kolom 1 dan 2: menjelaskan alokasi penerimaan dari balas jasa faktor produksi

(total baris 1 dan baris 2) yang didistribusikan kepada institusi pemilik faktor produksi. Penerimaan dari balas jasa tenaga kerja (upah dan gaji) diterima oleh institusi rumah tangga sedangkan penerima pendapatan dari balas jasa faktor produksi bukan tenaga kerja adalah institusi rumah tangga memperoleh pendapatan antara lain dari usaha rumah tangga/unincorporated enterprise, institusi perusahaan memperoleh keuntungan atau pendapatan

(53)

28

antara lain berupa investasi langsung (foreign direct investment/FDI).

Baris 3, 4 dan 5: merupakan penerimaan institusi domestik. Penerimaan institusi domestik selain dari balas jasa faktor produksi (baris 1 dan 2) juga berasal dari penerimaan transfer yang diberikan oleh institusi domestik (perpotongan baris 3,4 dan 5 dengan kolom 3, 4 dan 5) dan transfer dari luar negeri (perpotongan baris 3, 4 dan 5 dengan kolom 13). Jumlah baris 3, 4 dan 5 masing-masing adalah jumlah penerimaan dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Kolom 3, 4 dan 5: Penerimaan yang diperoleh rumah tangga, perusahaan dan

pemerintah selanjutnya digunakan untuk membayar transfer kepada institusi lain (baris 3, 4 dan 5), untuk konsumsi akhir (baris 8 dan 9), pengeluaran pemerintah dalam rangka pemberian subsidi atas komoditas domestik (baris 12) serta pengeluaran transfer ke luar negeri (baris 13). Jumlah penerimaan setelah dikurangi dengan pengeluaran akhir dan transfer merupakan tabungan di masing-masing institusi (baris 10).

Baris 6 : merupakan penerimaan dari penjualan produk barang dan jasa domestik (kolom jumlah) yang terdiri dari biaya produksi (kolom 8) dan subsidi yang diberikan kepada produk barang dan jasa domestik (kolom 12).

Kolom 6 : merupakan pengeluaran oleh produsen/sektor produksi atas penggunaan input primer (tenaga kerja dan kapital) (baris 1 dan 2) dan pengeluaran untuk input antara barang domestik maupun impor (baris 8 dan 9).

Baris 7 : merupakan penerimaan dari ongkos transportasi dan keuntungan perdagangan atas penjualan produk domestik (kolom 8) dan bea masuk atas produk impor (kolom 9).

Kolom 7 : merupakan total biaya marjin pengangkutan dan perdagangan, baik untuk komditas domestik maupun impor.

(54)

29 dihitung berdasarkan pengeluaran aktual. Komoditas domestik dan impor masing-masing selain digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga (kolom 3) dan konsumsi akhir pemerintah (kolom 4) juga digunakan sebagai input antara oleh produsen/sektor dalam melakukan aktivitas atau proses produksi (kolom 6), marjin perdagangan dan pengangkutan (kolom 7), investasi riil termasuk perubahan inventori (kolom 10), subsidi bahan bakar minyak (BBM) impor (kolom 12) serta barang komoditas domestik yang di ekspor (kolom 13).

Kolom 8 dan 9 : penjumlahan kolom 8 dan 9 adalah pengeluaran dalam rangka penyediaan atas barang dan jasa domestik dan impor. Pengeluaran dalam rangka penyediaan barang dan jasa domestik terdiri dari biaya produksi (baris 6), marjin perdagangan dan pengangkutan (baris 7) serta pajak atas barang komoditas domestik/pajak tak langsung (baris 11). Sementara penyediaan barang impor meliputi pengeluaran impor barang dan jasa (baris 13) ditambah marjin perdagangan serta pengangkutan komoditas imor (baris 7) serta bea masuk (baris 11).

Baris 10 : adalah tabungan domestik dari institusi rumah tangga, pemerintah dan perusahaan (kolom 3,4 dan 5) yang merupakan selisih penerimaan masing-masing institusi terhadap pengeluarannya dan hutang dari luar negeri (kolom 13).

Kolom 10 : tabungan domestik dan hutang luar negeri digunakan untuk investasi riil baik investasi yang berasal dari komoditas domestik maupun impor (baris 8 dan 9) serta piutang luar negeri (baris 13) Baris 11 dan 12 : merupakan penerimaan atas pajak barang dan jasa (pajak tak

langsung) (baris 11) dan subsidi (baris 12). Penerimaan pajak berasal dari komoditas domestik (kolom 8) dan

Gambar

Tabel 1.2  Laju Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha (Persen)
Gambar 1.3  Diagram Proses Krisis Ekonomi Global Tahun 2008.
Tabel 1.3  Beberapa Indikator Ekonomi Dunia, 2007 - 2010.
Gambar 2.1  Kotak Edgeworth (Kasus Dua Komoditas dan Dua Faktor Produksi).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman konsep eksperimen 1 dengan model pembelajaran IL yaitu (63,7), dan untuk kelas eksperimen 2

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan antara jarak tanam dan pupuk kandang ayam tidak terjadi interaksi terhadap rata-rata tinggi tanaman bawang merah

In order to obtain the required data, the researcher used creativity verbal test to measure students’ creativity, questionnaire of reading habit, and writing test of

Parameter yang diuji meliputi sifat fisikokimia (pengujian kadar air, volume pengembangan, daya serap minyak, dan tekstur ( Hardness dan Fracturability )) dan

Tabel 3.14 Berita kekerasan terhadap perempuan ditinjau dari unit analisis pekerjaan korban atau pelaku di bawah umur 16 tahun pada body berita... Tabel 3.15 Berita

Perubahan sistem politik Indonesia pasca reformasi dilakukan oleh Presiden BJ Habibie pada tahun 1999 masa kepemimpinannya, meskipun masa kepemimpinan itu, tidak

Untuk mengetahui hasil praktikum Baca Tulis Al- Qur’an (BTQ) dalam. mengembangkan kemampuan menghafal Al- Qur’an mahasiswa

Sedangkan pada pola tanam sambiloto dengan jagung dalam baris dengan jarak tanam 90 cm x 20 cm, dengan kenaikan biaya produksi sampai 20% atau penurunan harga jual produk sampai 15%