PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
ONDO ANDREAS MARPAUNG 110521171
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment, dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 10 perusahaan farmasi. Jumlah sampel yang menjadi penelitian adalah sebanyak 8 perusahaan dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 5%.
ABSTRACT
EFFECT OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT AND EARNING PER SHARE AGAINST STOCK PRICE IN PHARMACEUTICAL
SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to find out and analyze the influence of the Debt to Equity Ratio, Return on Investment, and Earning Per Share of stock prices on the pharmaceutical sector companies were listed on the Indonesia stock exchange.
This type of research is associative research. The population used in this study a number of 10 pharmaceutical companies. The number of samples into research is as much as 8 companies with specified criteria. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis technique with a 5% significance level.
The results of this research suggest that DER, ROI and EPS simultaneously influence significantly to the company's share price of pharmaceutical sector in Indonesia stock exchange. Partially, DER and influential positive ROI and not significant to the stock price, while EPS positive and significant effect on stock prices.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara dan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, masukan atau saran, motivasi
dan doa dari dosen pembimbing, dosen pembaca dan juga teman-teman selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih, khususnya kepada orang tua penulis, yaitu Arifin Wilson Marpaung dan Ibu S.Simamora serta kedua kakak penulis Inma T.B Marpaung dan Lulu Malaross Marpaung atas dukungan beliau yang luar biasa. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, C., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati
dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.
7. Ibu Bebi Kendida, SE, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
memberikan saran dan kritik bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen M a n a j e m e n , s t a f , d a n p e g a w a i F a k u l t a s
E k o n o m i Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan
bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan dan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, atas bantuan saran dan kerja sama, motivasi,
penghiburan, dan perhatian selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna untuk kesempurnaan dan keakuratan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang
memberikan dampak positif kepada semua pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1.Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1 Pasar Modal. ... 9
2.1.2 Pengertian Saham. ... 10
2.1.3 Jenis-Jenis Saham. ... 11
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Saham. ... 12
2.1.5 Pengertian Harga Saham. ... 13
2.1.6 Pendekatan Penilaian Harga Saham. ... 13
2.1.7 Analisis Fundamental. ... 14
2.1.8 Variabel Fundamental yang Mepengaruhi Harga Saham 15
2.2. Kerangka Konseptual ... 22
2.3. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1. Jenis Penelitian ... 25
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
3.3. Batasan Operasional ... 25
3.4. Definisi Operasional ... 26
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 28
3.6. Populasi dan Sampel ... 28
3.7. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.8. Jenis Data ... 31
3.9. Teknik Analisis ... 31
3.9.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 31
3.10. Pengujian Hipotesis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Profil Perusahaan ... 38
4.2. Hasil Penelitian ... 45
4.2.1. Statistik Deskriptif ... 45
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 46
4.2.2.1. Uji Normalitas ... 46
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 49
4.2.2.3. Uji Heteroskedatisitas ... 50
4.2.2.4. Uji Autokorelasi ... 51
4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 52
4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 54
4.2.4.1. Uji Hipotesis Secara Serempak (uji F) ... 54
4.2.4.2. Uji Hipotesis Secara Parsial (uji t) ... 55
4.2.5. Koefisien Determinasi ... 57
4.3. Pembahasan ... 58
4.3.1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham ... 58
4.3.2. Pengaruh Return on Investment (ROI) Terhadap Harga Saham ... 59
4.3.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
5.1. Kesimpulan ... 61
5.2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
1.1 Rata-rata DER,ROI,EPS dan Harga Saham Pada
Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 21
3.1 Daftar Populasi Perusahaan Farmasi ... 25
3.2 Karakteristik Pengambilan Sampel ... 30
3.3 Sampel Penelitian ... 30
3.4 Kriteria Pengambilan Durbin Watson ... 35
4.1 Statistik Deskriptif ... 45
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 47
4.3 Uji Kolmogrov-Smirnov Setelah Transformasi Data ... 47
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 50
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 52
4.6 Hasil Analisis Regresi ... 53
4.7 Hasil Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ... 55
4.8 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 24
4.1 Grafik Histogram ... 48
4.2 Normal Plot ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi-Sampel Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Selama Periode 2008-2012 ... 66 2 Data Sampel Rasio Keuangan Perusahaan Sektor
Farmasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia... 67 3 Data Total Aktiva, Total Ekuitas dan Laba Bersih
Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2008-2012 ... 69 4 Data Jumlah Saham yang beredar pada
Perusahaan Farmasi... 72 5 Output SPSS... 73
ABSTRAK
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment, dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 10 perusahaan farmasi. Jumlah sampel yang menjadi penelitian adalah sebanyak 8 perusahaan dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 5%.
ABSTRACT
EFFECT OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT AND EARNING PER SHARE AGAINST STOCK PRICE IN PHARMACEUTICAL
SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to find out and analyze the influence of the Debt to Equity Ratio, Return on Investment, and Earning Per Share of stock prices on the pharmaceutical sector companies were listed on the Indonesia stock exchange.
This type of research is associative research. The population used in this study a number of 10 pharmaceutical companies. The number of samples into research is as much as 8 companies with specified criteria. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis technique with a 5% significance level.
The results of this research suggest that DER, ROI and EPS simultaneously influence significantly to the company's share price of pharmaceutical sector in Indonesia stock exchange. Partially, DER and influential positive ROI and not significant to the stock price, while EPS positive and significant effect on stock prices.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar
modal di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI, atau
Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas
operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa
Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar
obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1
Desember 2007. Dalam pasar modal memungkinkan para pemodal (investor)
untuk melakukan investasi,membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang
bersedia mereka tanggung dan memperoleh tingkat keuntungan. Pada masa
sekarang, semakin banyak orang maupun perusahaan yang menginvestasikan dana
mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas biasanya
dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih populer adalah
dalam bentuk saham.
Pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menjual sahamnya di pasar
modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang
kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dalam bentuk saham yang
Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya
dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera sedangkan Investasi saham
dalam jangka panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di
perusahaan lain atau untuk menguasai perusahaan lain. Pengembalian yang
didapatkan dari investasi dalam saham dapat berbentuk deviden dan capital gain.
Deviden yaitu laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham atau
investor, sedangkan capital gain adalah selisih lebih antara harga pembelian
dengan harga penjualan dari saham itu.
Sebelum melakukan investasi, para investor perlu melakukan studi
kelayakan bisnis terlebih dahulu untuk menilai apakah investasi yang akan
dilakukannya layak atau tidak. Saham yang berada di pasar modal ada yang
undervalue dan overvalue. Saham dikatakan undervalue apabila harga saham
dipasar modal lebih kecil dari pada nilai saham yang seharusnya, demikian juga
sebaliknya.
Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa fundamental
yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan
saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan
tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk
menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan yang
diperkirakan berhubungan dengan perubahan harga saham yaitu DER,ROI dan
Debt To Equity Ratio (DER) ini disebut juga dengan leverage ratio, yaitu
rasio yang mengukur seberapa jumlah modal sendiri yang tersedia untuk menutupi
semua hutangnya. Menurut Harahap (2008:303) semakin kecil rasio ini maka
semakin baik dan menjadikan suatu jaminan keamanaan bagi pihak luar, rasio
terbaik adalah apabila jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal
jumlahnya sama. Dengan demikian, Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap
harga saham, karena semakin kecil DER maka akan menarik investor untuk
melakukan investasi di perusahaan tersebut sehingga membuat harga saham di
perusahaan tersebut menjadi naik.
ROI (Return On Investment) merupakan kemampuan perusahaan untuk
mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi ROI maka
semakin baik keadaan suatu perusahaan (Syamsudin 2009:63). ROI adalah salah
satu rasio yang biasa digunakan perusahaan yang dapat memberikan indikasi baik
buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya maupun pengelolaan
aktivanya (Kuswadi, 2004: 191). Semakin besar ROI menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar,
sehingga dengan meningkatnya ROI akan menarik investor untuk melakukan
investasi di perusahaan tersebut.
EPS (Earning Per Share) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa. EPS merupakan komponen penting yang harus
diperhatikan dalam analisa perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan
perusahaan di masa mendatang, maka semakin besar EPS akan menarik investor
untuk melakukan investasi perusahaan tersebut, sehingga membuat harga saham
meningkat.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan Farmasi adalah perusahaan yang dalam kegiatan
operasinya memproduksi produk-produk obat untuk kesehatan. Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa sebenarnya
memiliki pasar atau kebutuhan akan obat-obatan yang cukup banyak. Industri
obat-obatan sangat penting bagi negara, karena perusahaan-perusahaan ini
menghasilkan produk kebutuhan manusia akan obat yang tetap dibutuhkan oleh
masyarakat setiap waktu, apalagi jika tingkat kesehatan masyarakat semakin
menurun, sehingga industri ini akan tetap survive dan paling lama tahan terhadap
krisis dibandingkan dengan sektor lain.
Pasar Farmasi di indonesia dewasa ini, merupakan salah satu industri yang
berkembang cukup pesat dengan pasar yang terus berkembang dan merupakan
pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN. Dari data Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM RI, 2011) pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata
mencapai 13% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang
hanya mencapai 5-6% per tahun. Perkembangan yang cukup signifikan bagi
perkembangan industri farmasi di Indonesia adalah dikeluarkannya
Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang-Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968 yang mendorong
Perkembangan industri farmasi di indonesia merupakan pasar farmasi yang sangat
menjanjikan. Untuk itu sangat besar peranan yang dapat diambil oleh industri
farmasi dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan kesehatan masyarakat
melalui penyediaan obat yang dibutuhkan di sarana pelayanan kesehatan.
Perkembangan industri farmasi di indonesia juga sangat menjanjikan untuk para
investor dan diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
mengingat konsumsi obat perkapita Indonesia paling rendah diantara
negara-negara ASEAN. Rendahnya konsumsi obat perkapita Indonesia tidak hanya
disebabkan karena rendahnya daya beli tapi juga pola konsumsi obat di
Indonesia berbeda dengan di negara-negara ASEAN lainnya. Karena
perkembangan industri farmasi di indonesia berjalan dengan sangat cepat dan
menjanjikan tentunya hal ini mendapat perhatian lebih oleh investor, karena ini
akan memberikan prospek yang menguntungkan dimasa depan oleh para investor
untuk berinvestasi di perusahaan farmasi tersebut.
Dalam laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2012 terlihat adanya perubahan setiap tahun Debt to Equity
Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Harga
Tabel 1.1
Rata-rata DER, ROI, EPS, dan Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012
No Tahun
Rasio Keuangan
DER (x) ROI (%) EPS (Rp) Harga Saham (Rp)
1 2008 0,58 12,39 1.607.28 6.892
2 2009 0,49 14,65 1.741.40 11.753
3 2010 0,43 14,58 1.958.81 14.238
4 2011 0,37 17,16 2.214.49 18.609
5 2012 0,41 13,37 2.402.71 21.006
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa perusahaan Farmasi yang
dijadikan sampel penelitian menunjukkan perkembangan rata-rata Debt to Equity
Ratio (DER) cenderung mengalami penurunan pada periode 2008-2012, kondisi
ini berbanding terbalik dengan harga saham yang selalu mengalami kenaikan
setiap periodenya, berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori (Sudana, 2011:
153) yang mengatakan bahwa nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan
menggunakan hutang lebih dari modal sendiri. Perkembangan rata-rata variabel
Return On Investment (ROI) pada periode 2008-2011 cenderung mengalami
pergerakan yang searah dengan perkembangan harga saham, dimana variabel
Return On Investment (ROI) dan Harga saham cenderung mengalami kenaikan
pada periode 2008-2011. Namun pada tahun 2012 variabel Return On Investment
(ROI) mengalami penurunan dan kondisi ini berbanding terbalik dengan
Berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Kasmir,2008 :202) yang mengatakan bahwa semakin tinggi ROI berarti semakin
baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang
dihasilkan sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.
Perkembangan rata-rata variabel Earning Per share (EPS) pada periode
2008-2012 cenderung mengalami pergerakan yang searah dengan perkembangan harga
saham, dimana variabel Earning Per share (EPS) dan Harga saham cenderung
mengalami kenaikan pada periode 2008-2012. Keadaan ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh (Kasmir,2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi
nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh oleh pemegang
saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian agar dapat mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Maka peneliti
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah DER (Debt to Equity Ratio),
ROI (Return On Investment) dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), ROI (Return On Investment) dan EPS
(Earning Per Share) terhadap harga saham.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan khususnya mengenai penilaian harga saham.
2. Bagi calon investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atas suatu investasi.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan
pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan
juga tawar-menawar harga.
Menurut Sitompul (2003:3), stock exchange atau stock market adalah “an
organized market or exchange where shares (stocks) are traded” yaitu pasar
modal adalah suatu pasar yang terorganisir dimana efek-efek diperdagangkan.
Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor. 8 Tahun 1995 dikutip dari
(www.bapepam.go.id), “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek tersebut”. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para
investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan
instrumen keuangan jangka panjang.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga
pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga
merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual
hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.
2.1.2 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang
atau badan terhadap suatu perusahaan dalam bentuk selembar kertas yang
mempunyai nilai atau harga.
Menurut Brigham (2006 : 58) Saham (stock) didefenisikan sebagi surat
berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun intitusi dalam
suatu perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 6), “Saham (stock atau share)
adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas.
Menurut BAPEPAM (2003: 9) dikutip dari (www.bapepam.go.id), “Saham
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegangsaham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah
sertifikat atau surat berharga yang menunjukan bukti kepemilikan dalam suatu
Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh
keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor.
Menurut Anoraga (2006:59) dan Rusdin (2006: 68), penentuan harga pasar saham
dapat dilihat pada harga penutupan (closing price).
2.1.3 Jenis-Jenis Saham
Beberapa jenis saham yang dikenal adalah :
1) Dari segi peralihan
a. Saham atas tunjuk (bearer stocks)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak
tertulis nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini
mudah untuk dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.
b. Saham atas nama (registered stocks)
Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan
untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan
prosedur tertentu.
2) Dari segi hak tagih
a. Saham biasa (common stock)
Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh dividend akan
didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula
dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.
mengemukakan bahwa saham biasa merupakan investasi yang
berisiko.
b. Saham preferen (Preferrend stocks)
Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam dividend
dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi.
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian saham
Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan
membeli atau memiliki saham :
1. Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
2. Capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Umumnya
pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui
capital gain.
Tetapi ada juga beberapa resiko yang akan dihadapi pemodal dengan
kepemilikan saham, yaitu:
1. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan dividend jika operasi perusahaan
mengalami keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak akan
investor untuk mendapatkan dividend ditentukan oleh kinerja
perusahaan tersebut.
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham tidak selalu investor mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari
harga beli, dinamakan capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang
untuk menghindari potensi kerugian yang membesar seiring
menurunnya harga saham maka invetor rela menjual saham dengan
harga rendah (cut loss).
3. Saham di-delist dari bursa (delisting)
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja
yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak
membagikan dividend secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan
berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa
efek pada umumnya.
2.1.5 Pengertian Harga saham
Harga saham merupakan indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan.
bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan
sehingga memudahkan manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.
2.1.6 Pendekatan Penilaian Harga Saham
Upaya untuk merumuskan bagaimana menghitung harga saham yang
seharusnya (nilai intrinsik), dilakukan oleh setiap analis dengan tujuan untuk
memperoleh tingkat pengembalian yang memuaskan. Namun demikian, sulit bagi
investor untuk terus menerus mengalahkan pasar dan memperoleh tingkat
pengembalian di atas normal. Hal ini disebabkan karena adanya faktor faktor yang
mempengaruhi harga saham. Sebenarnya faktor-faktor tersebut mudah diketahui,
masalahnya adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut kedalam suatu
model perhitungan yang dapat digunakan untuk memilih saham mana yang
seharusnya dimasukan kedalam portofolio.
Seorang investor dalam membuat keputusan dalam berinvestasi atau untuk
membeli saham tertentu, sebelumnya terlebih dahulu menganalisis saham
tersebut. Hal ini untuk menentukan kualitas, prospek, dan tanggungan risiko
saham. Sehubungan dengan uraian diatas, berikut beberapa pendekatan
perhitungan harga saham yang seharusnya (nilai intrinsik), selanjutnya diikuti
2.1.7 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio
keuangan dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 189), “Analisis Fundamental
merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indikator terkait kondisi industri perusahaan, termasuk
berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba,
pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin, untuk menilai kinerja
perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang”.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 126), “Analisis fundamental atau
analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham
dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Analisis fundamental
menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari data keuangan yang
dapat berupa, laba, kebijakan, dividen, penjualan, pertumbuhan dan lain
sebagainya. Selain itu, data keuangan perusahaan dapat berupa rasio keuangan.
rasio keuangan yang ada dapat mencerminkan kinerja keuangan suatu perusahaan,
sehingga rasio keuangan tersebut dapat digunakan sebagai variabel dalam analisis
fundamental”.
Tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan nilai intrinsik, yang
mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Nilai intrinsik (intrinsic value)
adalah nilai sebuah perusahaan atau sahamnya berdasarkan analisis fundamental,
tanpa mengacu pada nilai dasar atau harga saham.
2.1.8 Variabel Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor Fundamental adalah faktor-faktor yang mencerminkan kinerja emiten
yang dapat dilihat dari laporan keuangan emiten tersebut. Semakin baik kinerja
emiten, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham
dan demikian sebaliknya, apabila semakin buruk kinerja emiten maka semakin
turun harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan pada perusahaan tersebut.
Karena kinerja emiten menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan
investor dalam menanamkan modalnya.
Faktor fundamental dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi harga
saham. Ada beberapa faktor fundamental internal dan eksternal yang
mempengaruhi harga saham namun peneliti hanya memfokuskan pada faktor
internal saja yaitu variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment
2.1.8.1 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio keuangan yang mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan melunasi hutang dengan modal yang dimiliki
(Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 70). Menurut Kasmir (2012: 157), “DER berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan
pemilik perusahaan”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
hutang. Sehingga, hutang menjadi bahan pertimbangan bagi seorang investor
untuk menentukan saham pilihan. DER yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan sangat bergantung pada pihak luar (investor) dalam mendanai
kegiatan, sehingga beban perusahaan juga akan meningkat.
DER diukur dengan satuan persen dan secara matematis DER dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Kasmir, 2012: 207):
DER Total HutangTotal Ekuitas
2.1.8.2Return on Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
pengembalian hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan
(Kasmir, 2008 : 202). ROI juga merupakan suatu ukuran efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. ROI
(earning after interest and tax) dengan rata-rata total aktiva. Semakin tinggi ROI
berarti semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar
keuntungan yang dihasilkan sehingga dapat menarik minat investor untuk
membeli harga saham tersebut.
ROI = Laba Operasi
Total Investasi ×100%
2.1.8.3 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pasar yang mengukur
keberhasilan perusahaan, sehingga EPS yang tinggi akan menarik minat investor.
Menurut Kasmir (2012: 207), “Rasio laba per lembar saham atau disebut juga
rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham”. Dengan demikian, EPS
memberikan gambaran mengenai jumlah atau besarnya keuntungan yang
diperoleh untuk setiap lembar sahamnya yang siap dibagikan kepada semua
pemegang saham perusahaan.
Semakin tinggi nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan
diperoleh oleh pemegang saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
EPS dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi para investor
untuk mengambil keputusan investasi.
EPS diukur dengan satuan rupiah dan secara matematis EPS dapat dihitung
EPS Saham Biasa yang BeredarLaba Saham Biasa
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang di jadikan bahan referensi dalam penelitian ini:
1. Astrid (2011)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Earning Per Share, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham”.
Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan
variabel independen yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER),
Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning
Ratio (PER). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa DER, ROE, EPS
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan PER tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham.
2. Novi (2008)
Penelitian dengan judul “ Pengaruh DER, BOPO, ROA dan EPS Terhadap
Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa”. Variabel
dependen yang digu nakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah DER, BOPO, ROA dan EPS. Tehnik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil
terhadap Harga Saham. Sedangkan ROA dan EPS tidak berpengaruh
terhadap Harga Saham.
3. Kielsan (2010)
Penelitian dengan judul “ Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit
Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham,
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah DER, NPM, ROA
dan ROE. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan
semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap Harga
Saham.
4. Priatinah (2010)
Penelitian dengan judul “ Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning
Per Share (EPS) dan Deviden Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah ROI,EPS dan DPS. Tehnik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh secara
signifikan terhadap Harga Saham, semua variabel independen berpengaruh
5. Marcellyna (2011)
Penelitian dengan judul “ Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap
Harga Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Variabel dependen
yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel independen yang
digunakan adalah EPS. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
digunakan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
6. Kartiwan (2011)
Penelitian dengan judul “ Analisis Faktor Fundamental dan Tingkat Suku
Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”. Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan
variabel independen yang digunakan adalah EPS, PER, NPM, DER dan
ROA. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen
berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham, sedangkan secara
parsial hanya variabel PER dan NPM yang berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham, sedangkan EPS, DER dan ROA tidak berpengaruh terhadap
[image:33.595.55.555.643.749.2]Harga Saham.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun Judul
Variabel
Teknik
Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen
1 Astrid (2011)
Pengaruh Debt to Equity Ratio,
Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
Regresi Linier
Return on Equity, Earning Per Share,
dan Price Earning Ratio Terhadap
Harga Saham
(ROE), Earning Per Share (EPS),
dan Price Earning Ratio
(PER)
Berganda nifikan terhadap Harga Saham. PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
2 Indriana (2011)
Pengaruh DER, BOPO, ROA dan
EPS Terhadap Harga Saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa
Harga Saham
DER, BOPO, ROA dan EPS
Regresi Linier Berganda
DER dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, ROA dan EPS tidak berpengaruh terhadap
Harga Saham.
3 Kielsan (2010)
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM), Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga
Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM), Return On Asset
(ROA) dan Return On Equity (ROE) Regresi Linier Berganda Semua variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham. Secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
4 Priatinah dan Denies
(2010)
Pengaruh Return On Investment (ROI),
Earning Per Share
(EPS) dan Deviden Per Share (DPS)
Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Harga Saham
Return On Investment
(ROI), Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per
Share (DPS)
Regresi Linier Berganda
Semuan variabel berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
5 Marcellyna (2011)
Pengaruh Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Harga Saham Earning Per Share (EPS) Regresi Linier Berganda EPS berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.. 6 Kartiwan (2011) Analisis Faktor Fundamental dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Tekstil
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Harga Saham
EPS, PER, NPM, DER dan
ROA
Regresi Linier Berganda
PER dan NPM berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. EPS, DER, dan ROA
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS). Sedangkan
variabel dependen adalah harga saham.
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki
permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan menggunakan
hutang lebih dari modal sendiri (Sudana, 2011: 153). Jika suatu perusahaan
menanggung beban hutang yang tinggi, yaitu melebihi modal sendiri yang
dimiliki, maka resiko gagal bayar atau resiko kebangkrutan yang akan ditanggung
oleh pihak perusahaan semakin tinggi, hal ini akan menurunkan minat investor
untuk berinvestasi pada perusahan tersebut, sehingga harga saham di perusahaan
tersebut menurun.
Return On Investment merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROI diperoleh dengan cara
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak (earning after interest and
tax) dengan rata-rata total aktiva. Semakin tinggi ROI berarti semakin baik kinerja
keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang dihasilkan
sehingga dapat menarik minat investor untuk membeli harga saham tersebut.
Earning Per Share (EPS) menunjukkan berapa besar laba setelah pajak yang
diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham biasa yang
diinvestasikan. EPS merupakan rasio keuangan yang sangat penting bagi
pertimbangan investasi, karena mencerminkan kinerja perusahaan sehingga
investor dapat mempertimbangkan cukup layakkah dengan dana yang
diinvestasikanya per lembar menghasilkan profit yang diharapkan. Apabila EPS
suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan
perusahaa minat inve Harg perusahaa oleh keku investor, h Ada sebagai be Deb Re Ea an keberhas estor (Syam ga saham
an. Harga sa
uatan permin
harga saham
apun kerang
erikut :
bt to Equity R
eturn On Eq
rning Per Sh
silan perusa
msuddin, 201
merupakan
aham senant
ntaan dan p
m mencermi gka konsep Ratio uity hare ahaan, sehi 11: 66).
n salah satu
ntiasa berger
penawaran s
inkan nilai s
ptual dalam
Gamb Kerangka
ngga EPS
u indikator
rak dan per
saham itu s
suatu perusa m penelitia bar 2.1 Konseptua Ha yang tingg r keberhasi gerakan ter
endiri di pa
ahaan.
an ini dap
al
arga Saham
gi akan me
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Debt to Equity
Ratio (DER),Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian atau desain penelitian menggambarkan apa yang dilakukan
oleh peneliti dalam terminologi teknis. Dalam penelitian ini, penelitian yang
digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif ini merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media
internet dengan situs http://idx.co.id dan http://duniainvestasi.com.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai dengan bulan
Juni 2014.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah Debt To Equity Ratio
(X1), Return On Investment (X2) dan Earning Per Share (X3).
2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah Harga Saham (Y).
3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan Farmasi yang terdaftar di
4. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan
tahunan dan Harga Saham perusahaan yang tergolong sektor farmasi di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun pada tahun 2008-2012 yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.4 Definisi Operasional
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Independent variable)
a. Debt To Equity Ratio (X1)
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio keuangan yang mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang dengan modal yang
dimiliki (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 70). DER diukur dengan satuan
persen dan secara matematis DER dapat dihitung dengan menggunakan
rumus (Kasmir, 2012: 207):
x 100%
b. Return On Investment (X2)
Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
pengembalian hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan (Kasmir, 2008 : 202). ROI juga merupakan suatu ukuran
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROI diukur dengan
ROI = Laba Operasi
Total Investasi ×100%
c. Earning Per Share (X3)
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pasar yang
mengukur keberhasilan perusahaan, EPS yang tinggi akan menarik minat
investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut,sehingga harga saham di
perusahaan tersebut naik.berpengaruh terhadap harga saham perusahaan
tersebut. Menurut Kasmir (2012: 207), “Rasio laba per lembar saham atau
disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham”. EPS
diukur dengan satuan rupiah dan secara matematis EPS dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Kasmir, 2012: 207):
EPS Saham Biasa yang BeredarLaba Saham Biasa
1. Variabel terikat (Dependent variabel)
Harga Saham (Y)
Adapun yang menjadi variabel dependen adalah harga saham
masing-masing perusahaan yang termasuk dalam sektor Farmasi yang terdaftar di
rata-rata harga tahunan, dengan menggunakan rumus (Fransiskus, 2007:
22):
Rata rata Harga Saham Tahunan ∑ Rata rata Harga Saham Bulanan
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio, skala bersifat angka
dalam arti yang sesungguhnya (bukan kategori seperti pada skala nominal dan
ordinal) dan bisa di operasikan secara matematika.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelomok elemen yang lengkap yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 118). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sektor Farmasi yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria
tertentu. Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 10
Tabel 3.1
Nama-nama Populasi Perusahaan Farmasi
No Nama Perusahaan Kode
Emiten Terdaftar
1 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 11 November 1994
2 PT. Indofarma (Persero) Tbk INAF 17 April 2001
3 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 14 Juli 2001
4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991
5 PT. Merck Tbk MERK 23 Juli 1981
6 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA 16 Oktober 2001
7 PT. Schering Plough Indonesia Tbk SCPI 7 Oktober 2001
8 PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk SIDO 18 Desember 2013
9 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 29 Maret 1983
10 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 17 Januari 1994
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Perusahaan Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini
sebanyak 10 perusahaan. Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini
adalah:
a. Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian dari tahun 2008-2012.
b. Perusahaan Farmasi yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan
selama periode penelitian dari tahun 2008-2012.
c. Perusahaan Farmasi yang mempunyai laba positif selama periode
Tabel 3.2
Karakteristik Pengambilan Sampel
No Karakteristik Sampel Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Farmasi yang terdaftardi Bursa
Efek Indonesia - 10
2 a.Perusahaan Farmasi yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2008-2012. b.Perusahaan Farmasi yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012
PT.Industri Jamu & Farmasi
Sido Muncul Tbk (SIDO) (1)
3 Perusahaan Farmasi yang tidak mempunyai laba positif selama periode 2008-2012
PT.Schering Plough Indonesia
Tbk (SCPI) (1)
Jumlah Sampel 8
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 8 perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian dari 10 populasi perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yaitu :
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Emiten Terdaftar
1 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 11 November 1994
2 PT. Indofarma (Persero) Tbk INAF 17 April 2001
3 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 14 Juli 2001
4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991
5 PT. Merck Tbk MERK 23 Juli 1981
[image:44.595.110.512.540.747.2]7 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 29 Maret 1983
8 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 17 Januari 1994
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur, penelitian
terdahulu, buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah
yang diteliti dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
3.8 Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs
www.idx.co.id. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro,
2003: 127).
3.9 Teknik Analisis
3.9.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu analisis
regresi linier berganda, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen Debt To Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI) dan
Earning Per Share (EPS) terhadap variabel dependen Harga Saham Perusahaan
dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens)
18.0 for windows. Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian
asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan apakah model regresi linier
berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Model yang digunakan dirumuskan sebagai
berikut:
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan:
Y = Harga Saham
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3.
X1 = Debt to Equity Ratio (DER)
X2 = Return On Investment (ROI)
X3 = Earning Per Share (EPS)
e = Terms of error (variabel yang tidak diteliti)
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal,yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau menceng
kanan. Dengan adanya tes normalitas, maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan
pada populasi. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu
rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang
banyaknya lebih dari 30 angka (n>30), maka sudah dapat diasumsikan
berdistribusi normal. Bisa dikatakan sebagai sampel besar.
1. Analisis Grafik
Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan
menggunakan grafik histogram dan normal probability.
2. Analisis Statistik
Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan uji statistic non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2005:27). Untuk melihat apakah suatu
data mempunyai distribusi normal, maka kriterian pengujiannya adalah
sebagai berikut:
a. Jika angka signifikan > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal
b. Jika angka signifikan < 0,05 maka data tidak mempunyai distribusi
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam
model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) varians factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama
dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2009).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi
dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan
heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011: 8). Pengambilan keputusan
untuk ada tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Grafik
Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
2. Jika Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2005:30).
b. Pendekatan Statistik
Pendekatan statistik cukup dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini
dilakukan dengan men-transform data Understandardized Residual ke
dalam Absut (Situmorang dan Lufti, 2011: 116). Dari hasil output akan
diketahui berapa besar nilai signifikansinya. Apabila nilai Signifikansi
(Sig) > 5% disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Situmorang dan Lufti, 2011: 120).
Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson,
Tabel 3.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du
Sumber: Situmorang dan Lufti (2011: 126)
Keterangan: du = batas atas
dl = batas bawah
3.10 Pengujian Hipotesis
1. Uji secara simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)
berpengaruh signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel
dependen (Y). Bentuk pengujian sebagai berikut:
a. H0 : b1=b2=b3=0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return
On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Harga Saham
Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. H1 : b1 b2 b3 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return
berpengaruh signifikan terhadap variable Harga Saham Perusahaan
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pada Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada
tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji F adalah:
1. Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%, maka Ho ditolak (H1 diterima).
2. Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%, maka Ho diterima (H1 ditolak).
2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (X)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara
parsial. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung
masing-masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat
signifikansi yang digunakan. Bentuk pengujian sebagai berikut:
1. H0 : bi = 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. H1 : bi 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada pengujian hipotesis ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada
1. Jika thitung > ttabel pada α = 5%, maka Ho ditolak (H1 diterima).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil
pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun
pembahasan yang dimaksud meliputi: deskripsi hasil penelitian, pengujian
variabel independen secara parsial dengan model regresi, pengujian asumsi klasik,
dan pembahasan.
4.1 Profil Perusahaan
1. PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April 1976
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat
DVLA beralamat di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jln. Letjend. T.B.
Simatupang No. 22-26, Jakarta 12430 dan pabrik berada di Bogor. Induk
usaha DVLA adalah Blue Sphere Singapore Pte Ltd, merupakan afiliasi dari
United Laboratories Inc, perusahan farmasi di Filipina. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam
bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi,
produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan
kesehatan. Saat ini, DVLA menjalankan usaha manufaktur, perdagangan dan
jasa atas produk-produk farmasi. Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Nopember 1994.
2. PT. Indonesia Farma Tbk
PT. Indonesia Farma Tbk disingkat PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
didirikan tanggal 02 Januari 1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1983. Kantor pusat dan pabrik INAF terletak di Jalan Indofarma No.1,
Cibitung, Bekasi 17530. Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang
didirikan pada tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950,
Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan
dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini
diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) No.20 tahun 1981,
Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi
Perseroan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun
1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan
(Persero). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INAF
adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang
farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Pada tanggal 30 Maret 2001,
INAF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
596.875.000 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2001. INAF telah melaksanakan
Kuasi-reorganisasi pada tanggal 30 September 2011 sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan PSAK No.51 (Revisi 2003) “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang
menghasilkan penghapusan defisit sebesar Rp57.661.903.925 dan kenaikan
penilaian kembali nilai wajar aset bersih sebesar Rp 260.955.748.932 yang terdiri
dari aset tetap sebesar Rp252.089.087.407 dan aset tidak lancar yang akan
ditinggalkan sebesar Rp8.866.661.523.
3. PT. Kimia Farma Tbk
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) didirikan tanggal 16 Agustus 1971.
Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110 dan unit
produksi berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Mojokerto), dan
Tanjung Morawa – Medan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak
tahun 1817 yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan
baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan
semua Perusahaan Belanda, status KAEF tersebut diubah menjadi beberapa
Perusahaan Negara (PN). Pada tahun 1969, beberapa Perusahaan Negara (PN)
tersebut diubah menjadi satu Perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan
Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada
tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan Negara tersebut
diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma (Persero). Berdasarkan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi khususnya bidang industri kimia,
farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan/minuman dan apotik. Pada tanggal
14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 2001.
4. PT. Kalbe Farma Tbk
PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF
berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih,
Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta
Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kalbe adalah PT Gira Sole
Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.70%), PT Diptanala Bahana (9.50%),
PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira Panen (9.21%) dan PT
Bina Arta Charisma (8.66%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi,
perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang
pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan,
nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan primer. Kalbe memiliki anak usaha yang juga
(EPMT). Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada
masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.
5. PT. Merck Indonesia Tbk
PT. Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia Tbk) (MERK) didirikan 14
Oktober 1970 dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat MERK berlokasi di Jl.
T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MERK adalah bergerak dalam bidang industri
farmasi dan perdagangan. Pada tanggal 23 Juni 1981, MERK memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MERK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.900,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal
23 Juli 1981.
6. PT. Pyridam Farma Tbk
PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA) didirikan tanggal 27 Nopember dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1977. Kantor pusat PYFA terletak di
Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan PYFA meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan,
dan industri kimia lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor
dan antar pulau, dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari
segala macam barang. Saat ini, kegiatan usaha PYFA meliputi produksi dan
pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan. Pada
tanggal 27 September 2001, PYFA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PYFA kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp105,- per saham d