• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ONDO ANDREAS MARPAUNG 110521171

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment, dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 10 perusahaan farmasi. Jumlah sampel yang menjadi penelitian adalah sebanyak 8 perusahaan dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 5%.

(3)

ABSTRACT

EFFECT OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT AND EARNING PER SHARE AGAINST STOCK PRICE IN PHARMACEUTICAL

SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to find out and analyze the influence of the Debt to Equity Ratio, Return on Investment, and Earning Per Share of stock prices on the pharmaceutical sector companies were listed on the Indonesia stock exchange.

This type of research is associative research. The population used in this study a number of 10 pharmaceutical companies. The number of samples into research is as much as 8 companies with specified criteria. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis technique with a 5% significance level.

The results of this research suggest that DER, ROI and EPS simultaneously influence significantly to the company's share price of pharmaceutical sector in Indonesia stock exchange. Partially, DER and influential positive ROI and not significant to the stock price, while EPS positive and significant effect on stock prices.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara dan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, masukan atau saran, motivasi

dan doa dari dosen pembimbing, dosen pembaca dan juga teman-teman selama

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih, khususnya kepada orang tua penulis, yaitu Arifin Wilson Marpaung dan Ibu S.Simamora serta kedua kakak penulis Inma T.B Marpaung dan Lulu Malaross Marpaung atas dukungan beliau yang luar biasa. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, C., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati

dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.

7. Ibu Bebi Kendida, SE, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan saran dan kritik bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen M a n a j e m e n , s t a f , d a n p e g a w a i F a k u l t a s

E k o n o m i Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan

bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan dan dalam penulisan

skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara, atas bantuan saran dan kerja sama, motivasi,

penghiburan, dan perhatian selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun guna untuk kesempurnaan dan keakuratan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang

memberikan dampak positif kepada semua pihak.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Pasar Modal. ... 9

2.1.2 Pengertian Saham. ... 10

2.1.3 Jenis-Jenis Saham. ... 11

2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Saham. ... 12

2.1.5 Pengertian Harga Saham. ... 13

2.1.6 Pendekatan Penilaian Harga Saham. ... 13

2.1.7 Analisis Fundamental. ... 14

2.1.8 Variabel Fundamental yang Mepengaruhi Harga Saham 15

2.2. Kerangka Konseptual ... 22

2.3. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Batasan Operasional ... 25

3.4. Definisi Operasional ... 26

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 28

3.6. Populasi dan Sampel ... 28

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.8. Jenis Data ... 31

3.9. Teknik Analisis ... 31

3.9.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 31

(7)

3.10. Pengujian Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Profil Perusahaan ... 38

4.2. Hasil Penelitian ... 45

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 45

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 46

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 46

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 49

4.2.2.3. Uji Heteroskedatisitas ... 50

4.2.2.4. Uji Autokorelasi ... 51

4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 52

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 54

4.2.4.1. Uji Hipotesis Secara Serempak (uji F) ... 54

4.2.4.2. Uji Hipotesis Secara Parsial (uji t) ... 55

4.2.5. Koefisien Determinasi ... 57

4.3. Pembahasan ... 58

4.3.1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham ... 58

4.3.2. Pengaruh Return on Investment (ROI) Terhadap Harga Saham ... 59

4.3.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Kesimpulan ... 61

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Rata-rata DER,ROI,EPS dan Harga Saham Pada

Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2012... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Daftar Populasi Perusahaan Farmasi ... 25

3.2 Karakteristik Pengambilan Sampel ... 30

3.3 Sampel Penelitian ... 30

3.4 Kriteria Pengambilan Durbin Watson ... 35

4.1 Statistik Deskriptif ... 45

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 47

4.3 Uji Kolmogrov-Smirnov Setelah Transformasi Data ... 47

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 52

4.6 Hasil Analisis Regresi ... 53

4.7 Hasil Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ... 55

4.8 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 56

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 24

4.1 Grafik Histogram ... 48

4.2 Normal Plot ... 49

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi-Sampel Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Selama Periode 2008-2012 ... 66 2 Data Sampel Rasio Keuangan Perusahaan Sektor

Farmasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia... 67 3 Data Total Aktiva, Total Ekuitas dan Laba Bersih

Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2008-2012 ... 69 4 Data Jumlah Saham yang beredar pada

Perusahaan Farmasi... 72 5 Output SPSS... 73

(11)

ABSTRAK

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment, dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 10 perusahaan farmasi. Jumlah sampel yang menjadi penelitian adalah sebanyak 8 perusahaan dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 5%.

(12)

ABSTRACT

EFFECT OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON INVESTMENT AND EARNING PER SHARE AGAINST STOCK PRICE IN PHARMACEUTICAL

SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to find out and analyze the influence of the Debt to Equity Ratio, Return on Investment, and Earning Per Share of stock prices on the pharmaceutical sector companies were listed on the Indonesia stock exchange.

This type of research is associative research. The population used in this study a number of 10 pharmaceutical companies. The number of samples into research is as much as 8 companies with specified criteria. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis technique with a 5% significance level.

The results of this research suggest that DER, ROI and EPS simultaneously influence significantly to the company's share price of pharmaceutical sector in Indonesia stock exchange. Partially, DER and influential positive ROI and not significant to the stock price, while EPS positive and significant effect on stock prices.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar

modal di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI, atau

Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa

Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas

operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa

Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar

obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1

Desember 2007. Dalam pasar modal memungkinkan para pemodal (investor)

untuk melakukan investasi,membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang

bersedia mereka tanggung dan memperoleh tingkat keuntungan. Pada masa

sekarang, semakin banyak orang maupun perusahaan yang menginvestasikan dana

mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas biasanya

dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih populer adalah

dalam bentuk saham.

Pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menjual sahamnya di pasar

modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang digunakan untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang

kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dalam bentuk saham yang

(14)

Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan

investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya

dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera sedangkan Investasi saham

dalam jangka panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di

perusahaan lain atau untuk menguasai perusahaan lain. Pengembalian yang

didapatkan dari investasi dalam saham dapat berbentuk deviden dan capital gain.

Deviden yaitu laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham atau

investor, sedangkan capital gain adalah selisih lebih antara harga pembelian

dengan harga penjualan dari saham itu.

Sebelum melakukan investasi, para investor perlu melakukan studi

kelayakan bisnis terlebih dahulu untuk menilai apakah investasi yang akan

dilakukannya layak atau tidak. Saham yang berada di pasar modal ada yang

undervalue dan overvalue. Saham dikatakan undervalue apabila harga saham

dipasar modal lebih kecil dari pada nilai saham yang seharusnya, demikian juga

sebaliknya.

Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa fundamental

yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan

saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan

tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk

menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan yang

diperkirakan berhubungan dengan perubahan harga saham yaitu DER,ROI dan

(15)

Debt To Equity Ratio (DER) ini disebut juga dengan leverage ratio, yaitu

rasio yang mengukur seberapa jumlah modal sendiri yang tersedia untuk menutupi

semua hutangnya. Menurut Harahap (2008:303) semakin kecil rasio ini maka

semakin baik dan menjadikan suatu jaminan keamanaan bagi pihak luar, rasio

terbaik adalah apabila jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal

jumlahnya sama. Dengan demikian, Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap

harga saham, karena semakin kecil DER maka akan menarik investor untuk

melakukan investasi di perusahaan tersebut sehingga membuat harga saham di

perusahaan tersebut menjadi naik.

ROI (Return On Investment) merupakan kemampuan perusahaan untuk

mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi ROI maka

semakin baik keadaan suatu perusahaan (Syamsudin 2009:63). ROI adalah salah

satu rasio yang biasa digunakan perusahaan yang dapat memberikan indikasi baik

buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya maupun pengelolaan

aktivanya (Kuswadi, 2004: 191). Semakin besar ROI menunjukkan kinerja

perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar,

sehingga dengan meningkatnya ROI akan menarik investor untuk melakukan

investasi di perusahaan tersebut.

EPS (Earning Per Share) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh

untuk setiap lembar saham biasa. EPS merupakan komponen penting yang harus

diperhatikan dalam analisa perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan

(16)

perusahaan di masa mendatang, maka semakin besar EPS akan menarik investor

untuk melakukan investasi perusahaan tersebut, sehingga membuat harga saham

meningkat.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Perusahaan Farmasi adalah perusahaan yang dalam kegiatan

operasinya memproduksi produk-produk obat untuk kesehatan. Indonesia sebagai

negara dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa sebenarnya

memiliki pasar atau kebutuhan akan obat-obatan yang cukup banyak. Industri

obat-obatan sangat penting bagi negara, karena perusahaan-perusahaan ini

menghasilkan produk kebutuhan manusia akan obat yang tetap dibutuhkan oleh

masyarakat setiap waktu, apalagi jika tingkat kesehatan masyarakat semakin

menurun, sehingga industri ini akan tetap survive dan paling lama tahan terhadap

krisis dibandingkan dengan sektor lain.

Pasar Farmasi di indonesia dewasa ini, merupakan salah satu industri yang

berkembang cukup pesat dengan pasar yang terus berkembang dan merupakan

pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN. Dari data Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM RI, 2011) pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata

mencapai 13% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang

hanya mencapai 5-6% per tahun. Perkembangan yang cukup signifikan bagi

perkembangan industri farmasi di Indonesia adalah dikeluarkannya

Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang-Undang-Undang

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968 yang mendorong

(17)

Perkembangan industri farmasi di indonesia merupakan pasar farmasi yang sangat

menjanjikan. Untuk itu sangat besar peranan yang dapat diambil oleh industri

farmasi dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan kesehatan masyarakat

melalui penyediaan obat yang dibutuhkan di sarana pelayanan kesehatan.

Perkembangan industri farmasi di indonesia juga sangat menjanjikan untuk para

investor dan diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

mengingat konsumsi obat perkapita Indonesia paling rendah diantara

negara-negara ASEAN. Rendahnya konsumsi obat perkapita Indonesia tidak hanya

disebabkan karena rendahnya daya beli tapi juga pola konsumsi obat di

Indonesia berbeda dengan di negara-negara ASEAN lainnya. Karena

perkembangan industri farmasi di indonesia berjalan dengan sangat cepat dan

menjanjikan tentunya hal ini mendapat perhatian lebih oleh investor, karena ini

akan memberikan prospek yang menguntungkan dimasa depan oleh para investor

untuk berinvestasi di perusahaan farmasi tersebut.

Dalam laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2008-2012 terlihat adanya perubahan setiap tahun Debt to Equity

Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Harga

(18)

Tabel 1.1

Rata-rata DER, ROI, EPS, dan Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012

No Tahun

Rasio Keuangan

DER (x) ROI (%) EPS (Rp) Harga Saham (Rp)

1 2008 0,58 12,39 1.607.28 6.892

2 2009 0,49 14,65 1.741.40 11.753

3 2010 0,43 14,58 1.958.81 14.238

4 2011 0,37 17,16 2.214.49 18.609

5 2012 0,41 13,37 2.402.71 21.006

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa perusahaan Farmasi yang

dijadikan sampel penelitian menunjukkan perkembangan rata-rata Debt to Equity

Ratio (DER) cenderung mengalami penurunan pada periode 2008-2012, kondisi

ini berbanding terbalik dengan harga saham yang selalu mengalami kenaikan

setiap periodenya, berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori (Sudana, 2011:

153) yang mengatakan bahwa nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan

menggunakan hutang lebih dari modal sendiri. Perkembangan rata-rata variabel

Return On Investment (ROI) pada periode 2008-2011 cenderung mengalami

pergerakan yang searah dengan perkembangan harga saham, dimana variabel

Return On Investment (ROI) dan Harga saham cenderung mengalami kenaikan

pada periode 2008-2011. Namun pada tahun 2012 variabel Return On Investment

(ROI) mengalami penurunan dan kondisi ini berbanding terbalik dengan

(19)

Berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

(Kasmir,2008 :202) yang mengatakan bahwa semakin tinggi ROI berarti semakin

baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang

dihasilkan sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.

Perkembangan rata-rata variabel Earning Per share (EPS) pada periode

2008-2012 cenderung mengalami pergerakan yang searah dengan perkembangan harga

saham, dimana variabel Earning Per share (EPS) dan Harga saham cenderung

mengalami kenaikan pada periode 2008-2012. Keadaan ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh (Kasmir,2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi

nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh oleh pemegang

saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian agar dapat mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On

Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga

saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Maka peneliti

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah DER (Debt to Equity Ratio),

ROI (Return On Investment) dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), ROI (Return On Investment) dan EPS

(Earning Per Share) terhadap harga saham.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan khususnya mengenai penilaian harga saham.

2. Bagi calon investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atas suatu investasi.

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan di

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan

pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan

juga tawar-menawar harga.

Menurut Sitompul (2003:3), stock exchange atau stock market adalah “an

organized market or exchange where shares (stocks) are traded” yaitu pasar

modal adalah suatu pasar yang terorganisir dimana efek-efek diperdagangkan.

Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor. 8 Tahun 1995 dikutip dari

(www.bapepam.go.id), “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek tersebut”. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para

investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan

instrumen keuangan jangka panjang.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal

adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna

memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga

(22)

pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga

merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual

hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.

2.1.2 Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang

atau badan terhadap suatu perusahaan dalam bentuk selembar kertas yang

mempunyai nilai atau harga.

Menurut Brigham (2006 : 58) Saham (stock) didefenisikan sebagi surat

berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun intitusi dalam

suatu perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 6), “Saham (stock atau share)

adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas.

Menurut BAPEPAM (2003: 9) dikutip dari (www.bapepam.go.id), “Saham

adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan

pemegangsaham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah

sertifikat atau surat berharga yang menunjukan bukti kepemilikan dalam suatu

(23)

Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh

keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor.

Menurut Anoraga (2006:59) dan Rusdin (2006: 68), penentuan harga pasar saham

dapat dilihat pada harga penutupan (closing price).

2.1.3 Jenis-Jenis Saham

Beberapa jenis saham yang dikenal adalah :

1) Dari segi peralihan

a. Saham atas tunjuk (bearer stocks)

Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak

tertulis nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini

mudah untuk dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.

b. Saham atas nama (registered stocks)

Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan

untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan

prosedur tertentu.

2) Dari segi hak tagih

a. Saham biasa (common stock)

Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh dividend akan

didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula

dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.

(24)

mengemukakan bahwa saham biasa merupakan investasi yang

berisiko.

b. Saham preferen (Preferrend stocks)

Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam dividend

dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi.

2.1.4 Keuntungan dan Kerugian saham

Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan

membeli atau memiliki saham :

1. Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

2. Capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Umumnya

pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui

capital gain.

Tetapi ada juga beberapa resiko yang akan dihadapi pemodal dengan

kepemilikan saham, yaitu:

1. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan dividend jika operasi perusahaan

mengalami keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak akan

(25)

investor untuk mendapatkan dividend ditentukan oleh kinerja

perusahaan tersebut.

2. Capital loss

Dalam aktivitas perdagangan saham tidak selalu investor mendapatkan

capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya

investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari

harga beli, dinamakan capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang

untuk menghindari potensi kerugian yang membesar seiring

menurunnya harga saham maka invetor rela menjual saham dengan

harga rendah (cut loss).

3. Saham di-delist dari bursa (delisting)

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja

yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah

diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak

membagikan dividend secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan

berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa

efek pada umumnya.

2.1.5 Pengertian Harga saham

Harga saham merupakan indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan.

(26)

bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan

keuntungan yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan

sehingga memudahkan manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.

2.1.6 Pendekatan Penilaian Harga Saham

Upaya untuk merumuskan bagaimana menghitung harga saham yang

seharusnya (nilai intrinsik), dilakukan oleh setiap analis dengan tujuan untuk

memperoleh tingkat pengembalian yang memuaskan. Namun demikian, sulit bagi

investor untuk terus menerus mengalahkan pasar dan memperoleh tingkat

pengembalian di atas normal. Hal ini disebabkan karena adanya faktor faktor yang

mempengaruhi harga saham. Sebenarnya faktor-faktor tersebut mudah diketahui,

masalahnya adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut kedalam suatu

model perhitungan yang dapat digunakan untuk memilih saham mana yang

seharusnya dimasukan kedalam portofolio.

Seorang investor dalam membuat keputusan dalam berinvestasi atau untuk

membeli saham tertentu, sebelumnya terlebih dahulu menganalisis saham

tersebut. Hal ini untuk menentukan kualitas, prospek, dan tanggungan risiko

saham. Sehubungan dengan uraian diatas, berikut beberapa pendekatan

perhitungan harga saham yang seharusnya (nilai intrinsik), selanjutnya diikuti

(27)

2.1.7 Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada

fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio

keuangan dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 189), “Analisis Fundamental

merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau

mengamati berbagai indikator terkait kondisi industri perusahaan, termasuk

berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba,

pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin, untuk menilai kinerja

perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang”.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 126), “Analisis fundamental atau

analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham

dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Analisis fundamental

menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari data keuangan yang

dapat berupa, laba, kebijakan, dividen, penjualan, pertumbuhan dan lain

sebagainya. Selain itu, data keuangan perusahaan dapat berupa rasio keuangan.

rasio keuangan yang ada dapat mencerminkan kinerja keuangan suatu perusahaan,

sehingga rasio keuangan tersebut dapat digunakan sebagai variabel dalam analisis

fundamental”.

Tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan nilai intrinsik, yang

(28)

mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Nilai intrinsik (intrinsic value)

adalah nilai sebuah perusahaan atau sahamnya berdasarkan analisis fundamental,

tanpa mengacu pada nilai dasar atau harga saham.

2.1.8 Variabel Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor Fundamental adalah faktor-faktor yang mencerminkan kinerja emiten

yang dapat dilihat dari laporan keuangan emiten tersebut. Semakin baik kinerja

emiten, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham

dan demikian sebaliknya, apabila semakin buruk kinerja emiten maka semakin

turun harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan pada perusahaan tersebut.

Karena kinerja emiten menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan

investor dalam menanamkan modalnya.

Faktor fundamental dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi harga

saham. Ada beberapa faktor fundamental internal dan eksternal yang

mempengaruhi harga saham namun peneliti hanya memfokuskan pada faktor

internal saja yaitu variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment

(29)

2.1.8.1 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio keuangan yang mengukur seberapa

besar kemampuan perusahaan melunasi hutang dengan modal yang dimiliki

(Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 70). Menurut Kasmir (2012: 157), “DER berguna

untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan

pemilik perusahaan”.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini berfungsi

untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan

hutang. Sehingga, hutang menjadi bahan pertimbangan bagi seorang investor

untuk menentukan saham pilihan. DER yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan sangat bergantung pada pihak luar (investor) dalam mendanai

kegiatan, sehingga beban perusahaan juga akan meningkat.

DER diukur dengan satuan persen dan secara matematis DER dapat dihitung

dengan menggunakan rumus (Kasmir, 2012: 207):

DER Total HutangTotal Ekuitas

2.1.8.2Return on Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat

pengembalian hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan

(Kasmir, 2008 : 202). ROI juga merupakan suatu ukuran efektivitas perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. ROI

(30)

(earning after interest and tax) dengan rata-rata total aktiva. Semakin tinggi ROI

berarti semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar

keuntungan yang dihasilkan sehingga dapat menarik minat investor untuk

membeli harga saham tersebut.

ROI = Laba Operasi

Total Investasi ×100%

2.1.8.3 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pasar yang mengukur

keberhasilan perusahaan, sehingga EPS yang tinggi akan menarik minat investor.

Menurut Kasmir (2012: 207), “Rasio laba per lembar saham atau disebut juga

rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

mencapai keuntungan bagi pemegang saham”. Dengan demikian, EPS

memberikan gambaran mengenai jumlah atau besarnya keuntungan yang

diperoleh untuk setiap lembar sahamnya yang siap dibagikan kepada semua

pemegang saham perusahaan.

Semakin tinggi nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan

diperoleh oleh pemegang saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham.

EPS dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi para investor

untuk mengambil keputusan investasi.

EPS diukur dengan satuan rupiah dan secara matematis EPS dapat dihitung

(31)

EPS Saham Biasa yang BeredarLaba Saham Biasa

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di jadikan bahan referensi dalam penelitian ini:

1. Astrid (2011)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity,

Earning Per Share, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham”.

Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan

variabel independen yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER),

Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning

Ratio (PER). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa DER, ROE, EPS

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan PER tidak

berpengaruh terhadap Harga Saham.

2. Novi (2008)

Penelitian dengan judul “ Pengaruh DER, BOPO, ROA dan EPS Terhadap

Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa”. Variabel

dependen yang digu nakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel

independen yang digunakan adalah DER, BOPO, ROA dan EPS. Tehnik

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil

(32)

terhadap Harga Saham. Sedangkan ROA dan EPS tidak berpengaruh

terhadap Harga Saham.

3. Kielsan (2010)

Penelitian dengan judul “ Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit

Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)

Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”. Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham,

sedangkan variabel independen yang digunakan adalah DER, NPM, ROA

dan ROE. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan

semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap Harga

Saham.

4. Priatinah (2010)

Penelitian dengan judul “ Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning

Per Share (EPS) dan Deviden Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham

Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel

independen yang digunakan adalah ROI,EPS dan DPS. Tehnik analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh secara

signifikan terhadap Harga Saham, semua variabel independen berpengaruh

(33)

5. Marcellyna (2011)

Penelitian dengan judul “ Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap

Harga Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Variabel dependen

yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan variabel independen yang

digunakan adalah EPS. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang

digunakan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

6. Kartiwan (2011)

Penelitian dengan judul “ Analisis Faktor Fundamental dan Tingkat Suku

Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Indonesia

(BEI)”. Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham, sedangkan

variabel independen yang digunakan adalah EPS, PER, NPM, DER dan

ROA. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen

berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham, sedangkan secara

parsial hanya variabel PER dan NPM yang berpengaruh signifikan terhadap

Harga Saham, sedangkan EPS, DER dan ROA tidak berpengaruh terhadap

[image:33.595.55.555.643.749.2]

Harga Saham.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun Judul

Variabel

Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen

1 Astrid (2011)

Pengaruh Debt to Equity Ratio,

Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity

Regresi Linier

(34)

Return on Equity, Earning Per Share,

dan Price Earning Ratio Terhadap

Harga Saham

(ROE), Earning Per Share (EPS),

dan Price Earning Ratio

(PER)

Berganda nifikan terhadap Harga Saham. PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

2 Indriana (2011)

Pengaruh DER, BOPO, ROA dan

EPS Terhadap Harga Saham di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa

Harga Saham

DER, BOPO, ROA dan EPS

Regresi Linier Berganda

DER dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, ROA dan EPS tidak berpengaruh terhadap

Harga Saham.

3 Kielsan (2010)

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER),

Net Profit Margin (NPM), Return On

Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga

Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER),

Net Profit Margin (NPM), Return On Asset

(ROA) dan Return On Equity (ROE) Regresi Linier Berganda Semua variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham. Secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

4 Priatinah dan Denies

(2010)

Pengaruh Return On Investment (ROI),

Earning Per Share

(EPS) dan Deviden Per Share (DPS)

Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Harga Saham

Return On Investment

(ROI), Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per

Share (DPS)

Regresi Linier Berganda

Semuan variabel berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

(35)

5 Marcellyna (2011)

Pengaruh Earning Per Share (EPS)

Terhadap Harga Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Harga Saham Earning Per Share (EPS) Regresi Linier Berganda EPS berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.. 6 Kartiwan (2011) Analisis Faktor Fundamental dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Tekstil

di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Harga Saham

EPS, PER, NPM, DER dan

ROA

Regresi Linier Berganda

PER dan NPM berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. EPS, DER, dan ROA

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis

antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah Debt to Equity Ratio

(DER), Return on Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS). Sedangkan

variabel dependen adalah harga saham.

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar

kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki

(36)

permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga

semakin berat. Nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan menggunakan

hutang lebih dari modal sendiri (Sudana, 2011: 153). Jika suatu perusahaan

menanggung beban hutang yang tinggi, yaitu melebihi modal sendiri yang

dimiliki, maka resiko gagal bayar atau resiko kebangkrutan yang akan ditanggung

oleh pihak perusahaan semakin tinggi, hal ini akan menurunkan minat investor

untuk berinvestasi pada perusahan tersebut, sehingga harga saham di perusahaan

tersebut menurun.

Return On Investment merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROI diperoleh dengan cara

membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak (earning after interest and

tax) dengan rata-rata total aktiva. Semakin tinggi ROI berarti semakin baik kinerja

keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang dihasilkan

sehingga dapat menarik minat investor untuk membeli harga saham tersebut.

Earning Per Share (EPS) menunjukkan berapa besar laba setelah pajak yang

diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham biasa yang

diinvestasikan. EPS merupakan rasio keuangan yang sangat penting bagi

pertimbangan investasi, karena mencerminkan kinerja perusahaan sehingga

investor dapat mempertimbangkan cukup layakkah dengan dana yang

diinvestasikanya per lembar menghasilkan profit yang diharapkan. Apabila EPS

suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan

(37)

perusahaa minat inve Harg perusahaa oleh keku investor, h Ada sebagai be     Deb Re Ea an keberhas estor (Syam ga saham

an. Harga sa

uatan permin

harga saham

apun kerang

erikut :

bt to Equity R

eturn On Eq

rning Per Sh

silan perusa

msuddin, 201

merupakan

aham senant

ntaan dan p

m mencermi gka konsep Ratio uity hare ahaan, sehi 11: 66).

n salah satu

ntiasa berger

penawaran s

inkan nilai s

ptual dalam

Gamb Kerangka

ngga EPS

u indikator

rak dan per

saham itu s

suatu perusa m penelitia bar 2.1 Konseptua Ha yang tingg r keberhasi gerakan ter

endiri di pa

ahaan.

an ini dap

al

arga Saham

gi akan me

(38)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Debt to Equity

Ratio (DER),Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) berpengaruh

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian atau desain penelitian menggambarkan apa yang dilakukan

oleh peneliti dalam terminologi teknis. Dalam penelitian ini, penelitian yang

digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif ini merupakan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media

internet dengan situs http://idx.co.id dan http://duniainvestasi.com.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai dengan bulan

Juni 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah Debt To Equity Ratio

(X1), Return On Investment (X2) dan Earning Per Share (X3).

2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah Harga Saham (Y).

3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan Farmasi yang terdaftar di

(40)

4. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan

tahunan dan Harga Saham perusahaan yang tergolong sektor farmasi di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun pada tahun 2008-2012 yang

dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4 Definisi Operasional

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent variable)

a. Debt To Equity Ratio (X1)

Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio keuangan yang mengukur

seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang dengan modal yang

dimiliki (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 70). DER diukur dengan satuan

persen dan secara matematis DER dapat dihitung dengan menggunakan

rumus (Kasmir, 2012: 207):

x 100%

b. Return On Investment (X2)

Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan tingkat

pengembalian hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan (Kasmir, 2008 : 202). ROI juga merupakan suatu ukuran

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROI diukur dengan

(41)

ROI = Laba Operasi

Total Investasi ×100%

c. Earning Per Share (X3)

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pasar yang

mengukur keberhasilan perusahaan, EPS yang tinggi akan menarik minat

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut,sehingga harga saham di

perusahaan tersebut naik.berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

tersebut. Menurut Kasmir (2012: 207), “Rasio laba per lembar saham atau

disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham”. EPS

diukur dengan satuan rupiah dan secara matematis EPS dapat dihitung

dengan menggunakan rumus (Kasmir, 2012: 207):

EPS Saham Biasa yang BeredarLaba Saham Biasa

1. Variabel terikat (Dependent variabel)

Harga Saham (Y)

Adapun yang menjadi variabel dependen adalah harga saham

masing-masing perusahaan yang termasuk dalam sektor Farmasi yang terdaftar di

(42)

rata-rata harga tahunan, dengan menggunakan rumus (Fransiskus, 2007:

22):

Rata rata Harga Saham Tahunan ∑ Rata rata Harga Saham Bulanan

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio, skala bersifat angka

dalam arti yang sesungguhnya (bukan kategori seperti pada skala nominal dan

ordinal) dan bisa di operasikan secara matematika.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelomok elemen yang lengkap yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya

atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 118). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sektor Farmasi yang terdaftar (listing) di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria

tertentu. Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 10

(43)
[image:43.595.108.511.162.447.2]

Tabel 3.1

Nama-nama Populasi Perusahaan Farmasi

No Nama Perusahaan Kode

Emiten Terdaftar

1 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 11 November 1994

2 PT. Indofarma (Persero) Tbk INAF 17 April 2001

3 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 14 Juli 2001

4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991

5 PT. Merck Tbk MERK 23 Juli 1981

6 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA 16 Oktober 2001

7 PT. Schering Plough Indonesia Tbk SCPI 7 Oktober 2001

8 PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk SIDO 18 Desember 2013

9 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 29 Maret 1983

10 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 17 Januari 1994

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Perusahaan Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini

sebanyak 10 perusahaan. Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini

adalah:

a. Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

penelitian dari tahun 2008-2012.

b. Perusahaan Farmasi yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan

selama periode penelitian dari tahun 2008-2012.

c. Perusahaan Farmasi yang mempunyai laba positif selama periode

(44)
[image:44.595.115.523.155.384.2]

Tabel 3.2

Karakteristik Pengambilan Sampel

No Karakteristik Sampel Keterangan Jumlah

1 Perusahaan Farmasi yang terdaftardi Bursa

Efek Indonesia - 10

2 a.Perusahaan Farmasi yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2008-2012. b.Perusahaan Farmasi yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012

PT.Industri Jamu & Farmasi

Sido Muncul Tbk (SIDO) (1)

3 Perusahaan Farmasi yang tidak mempunyai laba positif selama periode 2008-2012

PT.Schering Plough Indonesia

Tbk (SCPI) (1)

Jumlah Sampel 8

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 8 perusahaan yang dijadikan sampel

penelitian dari 10 populasi perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, yaitu :

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

Emiten Terdaftar

1 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 11 November 1994

2 PT. Indofarma (Persero) Tbk INAF 17 April 2001

3 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 14 Juli 2001

4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991

5 PT. Merck Tbk MERK 23 Juli 1981

[image:44.595.110.512.540.747.2]
(45)

7 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 29 Maret 1983

8 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 17 Januari 1994

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi

dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur, penelitian

terdahulu, buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah

yang diteliti dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.8 Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui

laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs

www.idx.co.id. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro,

2003: 127).

3.9 Teknik Analisis

3.9.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu analisis

regresi linier berganda, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel

independen Debt To Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI) dan

Earning Per Share (EPS) terhadap variabel dependen Harga Saham Perusahaan

(46)

dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens)

18.0 for windows. Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian

asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan apakah model regresi linier

berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Model yang digunakan dirumuskan sebagai

berikut:

Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Keterangan:

Y = Harga Saham

α = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3.

X1 = Debt to Equity Ratio (DER)

X2 = Return On Investment (ROI)

X3 = Earning Per Share (EPS)

e = Terms of error (variabel yang tidak diteliti)

3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda

(47)

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal,yakni distribusi data dengan

bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti

distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau menceng

kanan. Dengan adanya tes normalitas, maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan

pada populasi. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu

rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang

banyaknya lebih dari 30 angka (n>30), maka sudah dapat diasumsikan

berdistribusi normal. Bisa dikatakan sebagai sampel besar.

1. Analisis Grafik

Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan

menggunakan grafik histogram dan normal probability.

2. Analisis Statistik

Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan uji statistic non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2005:27). Untuk melihat apakah suatu

data mempunyai distribusi normal, maka kriterian pengujiannya adalah

sebagai berikut:

a. Jika angka signifikan > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal

b. Jika angka signifikan < 0,05 maka data tidak mempunyai distribusi

(48)

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen

(Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam

model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) varians factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama

dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2009).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat ketidaksamaan varians. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi

dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan

heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011: 8). Pengambilan keputusan

untuk ada tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Grafik

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

(49)

2. Jika Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2005:30).

b. Pendekatan Statistik

Pendekatan statistik cukup dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini

dilakukan dengan men-transform data Understandardized Residual ke

dalam Absut (Situmorang dan Lufti, 2011: 116). Dari hasil output akan

diketahui berapa besar nilai signifikansinya. Apabila nilai Signifikansi

(Sig) > 5% disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya

heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul

karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya (Situmorang dan Lufti, 2011: 120).

Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson,

(50)
[image:50.595.105.527.180.337.2]

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

Sumber: Situmorang dan Lufti (2011: 126)

Keterangan: du = batas atas

dl = batas bawah

3.10 Pengujian Hipotesis

1. Uji secara simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)

berpengaruh signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel

dependen (Y). Bentuk pengujian sebagai berikut:

a. H0 : b1=b2=b3=0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return

On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan

berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Harga Saham

Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. H1 : b1 b2 b3 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return

(51)

berpengaruh signifikan terhadap variable Harga Saham Perusahaan

Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Pada Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada

tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji F adalah:

1. Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%, maka Ho ditolak (H1 diterima).

2. Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%, maka Ho diterima (H1 ditolak).

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (X)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara

parsial. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung

masing-masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat

signifikansi yang digunakan. Bentuk pengujian sebagai berikut:

1. H0 : bi = 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return On

Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial

berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. H1 : bi 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return On

Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada pengujian hipotesis ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada

(52)

1. Jika thitung > ttabel pada α = 5%, maka Ho ditolak (H1 diterima).

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil

pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun

pembahasan yang dimaksud meliputi: deskripsi hasil penelitian, pengujian

variabel independen secara parsial dengan model regresi, pengujian asumsi klasik,

dan pembahasan.

4.1 Profil Perusahaan

1. PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April 1976

dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat

DVLA beralamat di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jln. Letjend. T.B.

Simatupang No. 22-26, Jakarta 12430 dan pabrik berada di Bogor. Induk

usaha DVLA adalah Blue Sphere Singapore Pte Ltd, merupakan afiliasi dari

United Laboratories Inc, perusahan farmasi di Filipina. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam

bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi,

produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan

kesehatan. Saat ini, DVLA menjalankan usaha manufaktur, perdagangan dan

jasa atas produk-produk farmasi. Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

(54)

10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga

penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Nopember 1994.

2. PT. Indonesia Farma Tbk

PT. Indonesia Farma Tbk disingkat PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)

didirikan tanggal 02 Januari 1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1983. Kantor pusat dan pabrik INAF terletak di Jalan Indofarma No.1,

Cibitung, Bekasi 17530. Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang

didirikan pada tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950,

Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan

dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini

diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian,

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) No.20 tahun 1981,

Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi

Perseroan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun

1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan

(Persero). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INAF

adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah di

bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang

farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan, dengan

menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Pada tanggal 30 Maret 2001,

INAF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

(55)

596.875.000 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga

penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2001. INAF telah melaksanakan

Kuasi-reorganisasi pada tanggal 30 September 2011 sesuai dengan peraturan yang

berlaku dan PSAK No.51 (Revisi 2003) “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang

menghasilkan penghapusan defisit sebesar Rp57.661.903.925 dan kenaikan

penilaian kembali nilai wajar aset bersih sebesar Rp 260.955.748.932 yang terdiri

dari aset tetap sebesar Rp252.089.087.407 dan aset tidak lancar yang akan

ditinggalkan sebesar Rp8.866.661.523.

3. PT. Kimia Farma Tbk

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) didirikan tanggal 16 Agustus 1971.

Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110 dan unit

produksi berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Mojokerto), dan

Tanjung Morawa – Medan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak

tahun 1817 yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan

baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan

semua Perusahaan Belanda, status KAEF tersebut diubah menjadi beberapa

Perusahaan Negara (PN). Pada tahun 1969, beberapa Perusahaan Negara (PN)

tersebut diubah menjadi satu Perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan

Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada

tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan Negara tersebut

diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma (Persero). Berdasarkan

(56)

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi khususnya bidang industri kimia,

farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan/minuman dan apotik. Pada tanggal

14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham

dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 2001.

4. PT. Kalbe Farma Tbk

PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF

berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih,

Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta

Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kalbe adalah PT Gira Sole

Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.70%), PT Diptanala Bahana (9.50%),

PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira Panen (9.21%) dan PT

Bina Arta Charisma (8.66%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi,

perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang

pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan,

nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan

termasuk pelayanan kesehatan primer. Kalbe memiliki anak usaha yang juga

(57)

(EPMT). Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada

masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.

5. PT. Merck Indonesia Tbk

PT. Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia Tbk) (MERK) didirikan 14

Oktober 1970 dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat MERK berlokasi di Jl.

T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MERK adalah bergerak dalam bidang industri

farmasi dan perdagangan. Pada tanggal 23 Juni 1981, MERK memperoleh

pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MERK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.900,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

23 Juli 1981.

6. PT. Pyridam Farma Tbk

PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA) didirikan tanggal 27 Nopember dan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1977. Kantor pusat PYFA terletak di

(58)

Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan PYFA meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan,

dan industri kimia lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor

dan antar pulau, dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari

segala macam barang. Saat ini, kegiatan usaha PYFA meliputi produksi dan

pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan. Pada

tanggal 27 September 2001, PYFA memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PYFA kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham

dengan harga penawaran Rp105,- per saham d

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Return on Assets, Earning per Share, dan Price Earning Ratio.. Data

Apakah secara individu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel earning per share, return on equity, debt equity ratio dan current ratio, terhadap harga

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan menganalisis PENGARUH EARNING PER SHARE(EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP

Dwiatma Patriawan, 2010, Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham pada

Apakah Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Earning Per share, dan Price Earning Ratio berpengaruh secara parsial terhadap return saham pada Perusahaan Jasa

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) untuk menguji dan menganalisis pengaruh earning per share, debt to equity ratio, return on investment dan return on assets terhadap dividend

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Asset ROA, Earning Per Share EPS, dan Debt to Equity Ratio DER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor