• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NUTRIEN DAN FITOKIMIA TANAMAN

Murdannia bracteata

SERTA PENGARUHNYA PADA

KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN

HARFINA RAIS

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

HARFINA RAIS. Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen. Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH dan SRI SUHARTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi nutrisi dan fitokimia Murdannia bracteata (MB) dan pengaruhnya pada karakteristik fermentasi rumen. Evaluasi nutrien meliputi analisis proksimat, van soest, mineral dan klorofil, sedangkan analisis fitokimia meliputi tanin dan saponin. Evaluasi karakteristik fermentasi secara in vitro menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan (Murdannia bracteata, Pennisetum purpureum (PP), Panicum maximum (PM), Brachiaria humidicola (BH)). Parameter terdiri dari kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), produksi amonia (NH3) dan total volatile fatty acid (VFA). Hasil menunjukkan MB mengandung bahan kering, serat kasar, NDF relatif lebih rendah, dan mineral relatif lebih tinggi dari hijauan lain. Tanin MB relatif lebih rendah dari PP, lebih tinggi dari PM dan BH. Saponin MB relatif lebih rendah dari BH, lebih tinggi dari PP dan PM. Kandungan total klorofil yaitu 1.0603 mg g-1. Hasil uji in vitro menunjukkan KcBK dan KcBO tanaman MB lebih tinggi (P<0.01) dari hijauan pembanding. Konsentrasi amonia dan produksi total VFA pada hijauan MB tidak berbeda (P>0.05) dengan ketiga jenis hijauan lain yang diuji.

Kata kunci: fermentabilitas, fitokimia, Murdannia bracteata, nutrien

ABSTRACT

HARFINA RAIS. Nutrients and Phytochemicals Analysis of Murdannia bracteata and Its Effect on the Characteristics of Rumen Fermentation. Supervised by LUKI ABDULLAH and SRI SUHARTI.

The aim of this study was to evaluate nutrients and phytochemicals composition of MB and its effect on the characteristics of ruminal fermentation. Nutrients evaluation included proximate, van soest, mineral, chlorophyll, tannin and saponin analysis. In vitro fermentation by using a randomized block design with 4 treatments (Murdannia bracteata (MB), Pennisetum purpureum (PP), Panicum maximum (PM), Brachiaria humidicola (BH)) was applied. Parameters measured were organic and dry matter digestibility (OMD, DMD), amonia and VFA production. The results showed that dry matter content, crude fiber, and NDF of MB was lower but mineral content was higher than other forages. The tannin content of MB was relatively lower than PP but higher than PM and BH. The saponin content of MB was relatively lower than BH, but higher than PP and PM. The total chlorophyll content of MB was 1.0603 mg g-1.OMD and DMD of MB was highest (P<0.01) than other forages. Ammonia concentration and total VFA production of MB was similar (P>0.05) among treatments.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

ANALISIS NUTRIEN DAN FITOKIMIA TANAMAN

Murdannia bracteata

SERTA PENGARUHNYA PADA

KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN

HARFINA RAIS

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen

Nama : Harfina Rais NIM : D24090112

Disetujui oleh

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Sri Suharti, S Pt, MSi Pembimbing II

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah “Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen”.

Ada beberapa permasalahan yang sering muncul dalam penyediaan hijauan pakan di Indonesia, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi yang tidak stabil. Penganekaragaman hijauan unggul diharapkan dapat membantu ketersediaan hijauan untuk ternak. Murdannia bracteata merupakan salah satu jenis tanaman yang sudah digunakan oleh masyarakat Taiwan dan Malaysia untuk pengobatan tradisional berupa penyakit ginjal, liver, peradangan dan kanker. Adanya kemampuan Murdannia bracteata sebagai tanaman obat ini berpeluang untuk menjadikan tanaman ini sebagai sumber hijauan pakan fungsional. Sehingga diperlukan analisis mengenai potensi tanaman ini sebagai hijauan pakan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan dan pendidikan serta menjadi suatu amal baik.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 3

Rancangan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Analisis Proksimat 5

Analisis Van Soest 6

Analisis Mineral 7

Analisis Fitokimia 8

Analisis Klorofil 9

Karekteristik Fermentasi Rumen 10

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 19

(11)

DAFTAR TABEL

1 Hasil Analisis Proksimat Hijauan Perlakuan 5

2 Hasil Analisis Van Soest Hijauan Perlakuan 6 3 Kandungan Beberapa Mineral pada Murdannia bracteata 8 4 Range kandungan mineral pada rumput pastura di temperatea 8

5 Hasil Analisis Tanin dan Saponin Hijauan 9

6 Kandungan Klorofil pada Murdannia bracteata 9

7 Karekteristik Fermentabilitas Hijuan di dalam Rumen 10 8 Analisis Regresi Linear Tanin Terhadap Konsentrasi Amonia 12 9 Analisis Regresi Linear Berganda Tanin, Protein Terhadap Konsentrasi

Amonia 12

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman Murdannia bracteata 2

2 Grafik Hubungan NDF dan Kecernaan Bahan Kering 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Kering 16

2 Uji lanjut Duncan pada KcBK terhadap Jenis Hijauan 16

3 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Organik 16

4 Uji lanjut Duncan pada KcBO terhadap Jenis Hijauan 17

5 ANOVA RAK Konsentrasi Amonia 17

6 Uji Lanjut Duncan Konsentrasi Amonia Terhadap Jenis Hijauan 17

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Hijauan pakan merupakan bahan utama dalam ransum ternak ruminansia sehingga kualitas hijauan dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Hijauan dengan kualitas baik akan memberikan intake nutrien yang baik pada ternak. Ada beberapa permasalahan yang sering muncul dalam penyediaan pakan di Indonesia terutama hijauan, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi yang tidak stabil. Penganekaragaman hijauan unggul diharapkan dapat membantu ketersediaan hijauan untuk ternak.

Murdannia bracteata (MB) bukan termasuk tanaman dari suku rumput-rumputan (Gramminae atau Poaceae). Berdasarkan hasil analisis taksonomi LIPI (2013) tanaman ini termasuk kedalam genus Murdannia dan family Comelinaceae, memiliki bentuk daun seperti rumput Axonopus compressus namun sedikit lebih tebal serta berkembang dengan stolon. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman yang sudah digunakan oleh masyarakat Taiwan dan Malaysia untuk pengobatan tradisional. Tanaman ini di Malaysia digunakan untuk mengobati penyakit ginjal, liver, peradangan dan kanker (Yam et al. 2010). Selanjutnya Yam et al. (2010) mengevaluasi efek antioksidan dan hepatoprotektif dari ekstrak methanol MB dan melaporkan bahwa tanaman ini memiliki antioksidan dan mengusir radikal bebas serta mampu menghambat kerusakan hati pada tikus. Adanya kemampuan tanaman MB sebagai tanaman obat ini berpeluang untuk menjadikan tanaman ini sebagai sumber hijauan pakan fungsional. Hijauan pakan fungsional merupakan hijauan yang memiliki fungsi utama sebagai sumber serat dan mempunyai fungsi lain seperti sebagai tanaman herbal ataupun sebagai sumber mineral.

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tanaman ini bisa dijadikan sebagai hijauan pakan. Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan termasuk hijauan yang akan diberikan kepada ternak adalah bahwa hijauan tersebut mengandung nilai nutrisi yang baik yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan oleh ternak serta tidak membahayakan ternak. Informasi mengenai nilai nutrisi dan kegunaannya diketahui melalui analisis komposisi nutrien dan fitokimia tanaman MB serta pengaruhnya terhadap karakteristik fermentasi rumen.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi, sehingga perlu dilakukan perbandingan kualitas tanaman MB sebagai hijauan pakan dengan hijauan lain yang sudah biasa digunakan untuk ternak. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui kelebihan ataupun kekurangan tanaman MB dibandingkan dengan hijauan lain yang sudah biasa digunakan, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai pertimbangan ketika tanaman MB diaplikasikan kepada ternak. Diantara hijauan pakan yang sudah umum digunakan hijauan pakan di Indonesia adalah ruput gajah atau Pennisetum purpureum (PP), rumput benggala atau Panicum maksimum (PM) dan ruput brachiaria atau Brachiaria humidicola (BH). Spesies hijauan ini digunakan sebagai hijauan pembanding karena data yang berhubungan dengan produksi dan kualitasnya sudah memadai untuk studi ini.

(14)

2

dengan hijauan pakan lainnya, yaitu Pennisetum purpureum, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Murdannia bracteata (Gambar1), Pennisetum purpureum, Panicum maksimum dan Brachiaria humidicola. Cairan rumen, larutan McDougall, gas CO2, HgCl2, vaselin Na2CO3 ml, asam borat (H3BO3) berindikator merah metil, H2SO4 0.005 N, H2SO4 15 %, NaOH 0.5 N, indikator phenolptalein, HCl 0.5 N, HCl 0.2 % dan kertas saring.

Alat

Alat yang digunakan adalah termos, tabung fermentor, shaker water bath, sentrifuge, tabung destilasi, erlemeyer, pompa vakum, cawan porselin, oven 105 °C dan tanur 600 °C.

Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong untuk identifikasi nama tanaman; di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB untuk menganalisis kandungan nutrien dengan metode proksimat dan kandungan fraksi serat dengan metode Van Soest; di Laboratorium Pakan Terpadu Fakultas Peternakan IPB untuk analisis fitokimia; di Laboratorium Spektrofotometri Fakultas Pertanian IPB untuk analisis klorofil;di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB untuk menganalisis kandungan mineral dan karakteristik fermentasi rumen. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.

Gambar 1 Tanaman Murdannia bracteata

(15)

3 Prosedur Percobaan

Penelitian ini dimulai dengan identifikasi taksonomi tanaman utama yaitu tanaman MB yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kandungan nutrien antara lain bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), fitokimia berupa tannin dan saponin serta kandungan mineral dan klorofilnya. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi asam lemak terbang (VFA) dan ammonia (NH3-subskrip) in vitro dengan menggunakan cairan rumen sapi.

Pengambilan Cairan Rumen

Cairan rumen sapi didapatkan dari rumah potong hewan. Termos diisi dengan air panas yang mempunyai suhu 39 ºC dan tidak boleh dibuang hingga cairan rumen berhasil didapatkan. Isi rumen dipindahkan ke dalam termos yang sebelumnya disaring terebih dahulu. Sebelum isi rumen disaring dan dimasukkan ke dalam termos, air panas yang ada dalam termos dibuang. Cairan rumen yang sudah ditampung dalam termos tersebut segera dibawa ke Laboratorium.

Pencernaan Fermentatif

Pencernaan fermentatif dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode Tilley and Terry (1963). Sebanyak 0.5 g sample perlakuan, 40 ml larutan McDougall dan 10 ml cairan rumen dimasukkan ke dalam tabung fermentor sambil dialiri gas CO2 selama 30 detik dan ditutup dengan menggunakan tutup karet berventilasi. Tabung fermentor tersebut dimasukkan ke dalam shaker water bath dengan suhu 39 °C dan diinkubasi selama 4 jam untuk analisis VFA dan NH3, 48 jam untuk analisis KcBK dan KcBO. Setelah waktu inkubasi tersebut, tabung fermentor diambil dan tutup karetnya dibuka dan ditambahkan 0.2 ml HgCl2 untuk mematikan mikroba rumen sehingga proses fermentasi terhenti. Campuran dalam tabung fermentor disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan supernatan yang dihasilkan digunakan untuk analisa VFA dan NH3.

Analisis Konsentrasi Amonia (NH3)

Analisis konsentrasi amonia dilakukan dengan menggunakan teknik mikrodifusi Conway (General Laboratory Produce 1966). Cawan Conway terdiri dari tiga sekat, diolesi vaselin dibagian bibir dan tutupnya. Supernatan hasil in vitro sebanyak 1 ml dimasukkan ke salah satu ruang, Na2CO3 keruang satunya lagi, dan ruang yang ditengah dimasukkan 1 ml asam borat (H3BO3) berindikator merah metal dan hijau bromo kresol pada pH 5.5. Selanjutnya cawan ditutup agar udara tidak masuk. Cawan diputar agar supernatan dan Na2CO3 tercampur dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Ion hidrogen asam borat akan mengikat N-amonia dari supernatan, dan asam borat dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai warnanya berubah menjadi merah muda, selanjutnya dihitung kadar NH3 dengan rumus sebagai berikut:

Kadar NH3 (mM) = ���2��4 ���2��4 � 100

(16)

4

Analisis Konsentrasi Asam Lemak Terbang (VFA)

Analisis VFA dilakukan dengan teknik Destilasi Uap (Steam Destilation) (General Laboratory Procedure 1966). Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung destilasi, lalu ditambahkan 1 ml H2SO4 15 % dan tabung segera ditutup. Proses destilasi dilakukan dengan cara menghubungkan tabung dengan labu yang berisi air mendidih. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi di dalam pendingin. Destilat ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N sehingga volumenya mencapai 250-300 ml. Setelah itu ditambahkan indikator phenolptalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai warna titrat berubah dari merah jambu menjadi bening.

Konsentrasi VFA dapat dihitung dengan rumus :

VFA total (mM) = (�−�) ������ 1000

5 ��

����� ������ ���������

Keterangan:

a = Volume titran blanko b = volume titran sampel

Analisis Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (KCBK dan KCBO) Pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik (KCBK dan KCBO) dilakukan dengan metode Tilley and Terry (1963). Tahapan analisis sama seperti yang dilakukan pada fermentasi in vitro, dengan waktu inkubasi hingga 48 jam. Setelah 48 jam fermentasi in vitro, tutup karet dibuka dan ditambahkan 2 tetes HgCl2 jenuh. Campuran disentrifus pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit. Supernatan dibuang, kemudian ke dalam tabung ditambahkan 50 ml larutan pepsin HCl 0.2 %. Inkubasi dilanjutkan 48 jam secara aerob. Sisa pencernaan disaring menggunakan kertas saring dan dibantu dengan pompa vakum. Hasil saringan dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan di dalam oven 105°C selama 24 jam untuk mengetahui residu bahan kering dan diabukan dalam tanur 600°C selama 6 jam untuk menghitung bahan organiknya.

Kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) dapat dihitung dengan rumus :

KCBK (%) = �������� (�)− (�������� (�)−�������� (�))

�������� (�) � 100%

KCBO (%) =�������� (�)− (�������� (�)−�������� (�))

�������� (�) � 100%

Keterangan : BK = Bahan Kering BO = Bahan Organik

Rancangan dan Analisis Data

(17)

5 Pengelompokan berdasarkan perbedaan waktu pengambilan rumen. Perlakuan yang diberikan adalah:

P1 = Murdannia bracteata P2 = Pennisetum purpureum P3 = Panicum maximum P4 = Brachiaria humidicola

Model matematika dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y

ij

=

μ

+

τ

i

+

β

j

+

ε

ij Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τ

i = Pengaruh perlakuan ke- i

βj = Pengaruh Kelompok ke- j

ɛij = Galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3 dan 4

j = 1, 2, 3 dan 4

Data hasil uji fermentasi in vitro dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), selanjutnya jika terdapat perbedaan yang nyata, dilanjutkan uji lanjut Duncan (Mattjik dan Sumertajaya 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat

Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan bahan kering hijauan MB relatif rendah dibandingkan dengan bahan kering pada hijauan lain yang diuji (Tabel 1). Kandungan bahan kering suatu bahan pakan menjadi sangat penting karena untuk ternak ruminansia penyusunan ransum berbasiskan pada bahan kering. Hijauan MB termasuk kedalam golongan tanaman sukulen. Kelebihan dari tanaman sukulen seperti hijauan MB ini adalah dapat terjaga kesegarannya setelah beberapa waktu dari pemanenan.

Tabel 1 Hasil Analisis Proksimat Hijauan Perlakuan

Kandungan nutrien* BK Abu PK LK SK Beta-N

Jenis hijauan % ---% BK---

(18)

6

Kandungan protein kasar hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan protein kasar hijauan MB relatif lebih tinggi dibandingkan ketiga jenis hijauan dari spesies rerumputan lainnya yaitu 13.62%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan protein kasar hijauan. Menurut Purbajanti et al. (2011) jenis rumput berpengaruh nyata terhadap kadar kandungan protein kasar. Sedangkan Syarifuddin (2000) menyatakan bahwa semakin tua tanaman kandungan protein kasar akan semakin menurun. Pengolahan pakan juga akan mengakibatkan perubahan kandungan kadar protein kasar seperti silase.

Kandungan lemak kasar hijauan MB relatif tidak jauh berbeda dengan ketiga jenis hijauan lain yaitu 3%. Lemak kasar menggambarkan kandungan zat-zat yang larut dalam pelarut lemak (Suparjo 2010). Jadi tidak hanya lemak yang larut tapi juga beberapa zat lain. Diantara zat yang ikut larut dalam pelarut lemak tersebut adalah karoteniod, steroid, pigmen tanaman, dan vitamin A, D, E, K (Sutardi 1980)

Hijauan MB mempunyai kandungan serat kasar relatif paling rendah yaitu 27.95% dibandingkan dengan ketiga jenis hijauan lainnya. Kandungan serat kasar hijauan MB ini relatif lebih tinggi dari pada kandungan serat kasar pada rumput Paspalum notatum yaitu 21.4% (Despal et al. 2008). Sebagai sumber pakan nilai serat kasar hijauan MB dinilai masih dalam kisaran nilai serat kasar seperti umumnya hijauan pakan tropis. Pada ternak ruminansia serat kasar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sehingga kandungan serat kasar hijauan menjadi penting. Suatu bahan pakan disebut sebagai sumber serat apabila serat kasar pada bahan tersebut lebih dari 18%.

Kandungan serat kasar suatu hijauan akan mempengaruhi kecernaan hijauan tersebut. Selanjutnya perbedaan proporsi komponen serat mengakibatkan perbedaan kecernaan hijauan. Menurut Purbajanti et al. (2011), dinding sel dan isi sel merupakan komponen serat yang berhubungan dengan kemampuan cerna. Komponen serat selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode Van Soest.

Hijauan MB memiliki kandungan abu yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan lain, yaitu 21.82%. Tingginya kadar abu menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki kandungan mineral yang tinggi.

Analisis Van Soest

Hasil analisis menunjukkan bahwa hijauan MB memiliki kandungan Neutral Detergen Fiber (NDF) relatif lebih rendah dibandingkan ketiga jenis hijauan lainnya, sedangkan untuk kandungan Acid Detergen Fiber (ADF) pada MB tidak jauh berbeda (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil Analisis Van Soest Hijauan Perlakuan

Jenis Hijauan NDF (% BK)* ADF (% BK)*

(19)

7 Kandungan NDF yang lebih rendah mengindikasikan bahwa tanaman MB ini memiliki kandungan bahan komponen yang mudah dicerna lebih tinggi. Kandungan NDF merupakan komponen yang tidak larut pada larutan detergen netral, sedangkan komponen yang larutnya disebut NDS (Neutral Detergent soluble). Menurut Suparjo (2010) NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Menurut Oktaviani (2008) NDS mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarut dan bahan yang larut dalam air. Menurut Tillman et al. (1989) isi sel hampir seluruhnya dapat dicerna, sehingga proporsi NDF dan NDS akan menentukan nilai kecernaan bahan pakan tersebut. Lebih kecilnya kandungan NDF pada hijauan MB mengindikasikan nilai NDS yang lebih tinggi dibandingkan hijauan lainnya, sehingga komponen yang larut pada larutan detergen netral atau komponen yang mudah dicerna lebih tinggi. Menurut Ginting dan Tarigan (2006), NDF atau dinding sel yang tinggi merupakan indikasi lebih rendahnya kandungan bahan yang mudah dicerna (isi sel). Selanjutnya NDF terdiri dari ADF dan hemiselulosa. Menurut Puastuti (2009) Hemiselulosa merupakan komponen yang tidak larut dalam air.

Kandungan ADF merupakan kompenen yang tidak larut pada larutan detergen asam, sedangkan komponen yang larutnya disebut ADS (Acid detergent fiber). Komponen ADF mewakili selulosa dan lignin dinding sel tanaman. Kandungan ADF pada keempat jenis hijauan relatif sama. Menurut Syarifuddin (2000) ADF yang merupakan komponen dari dinding sel merupakan bagian yang sukar dicerna bahkan lignin yang rupakan komponen ADF tidak bisa dicerna, sehingga semakin meningkatnya kandungan ADF akan menurunkan kecernaan. Dengan mengetahui kandungan NDF dan ADF suatu bahan pakan dapat pula diketahui kandungan bahan pakan yang dapat mudah dicerna dan sulit dicerna.

Analisis Mineral

Mineral merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah sedikit, kehadiran mineral menjadi sangat penting terkait beberapa fungsi mineral. Hasil analisis mineral pada hijauan MB ditunjukkan pada tabel 3. Setiap mineral memiliki fungi yang berbeda. Secara umum menurut Tillman et al. (1989) mineral berfungsi sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi, mempertahankan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa, sebagai aktivator sistem enzim tertentu dan sebagai komponen dari suatu sistem enzim.

Analisis Mineral pada penelitian ini hanya dilakukan pada hijauan MB sedangkan pada ketiga hijauan lainnya tidak dilakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan mineral pada tanaman tersebut tergolong tinggi. Kandungan kalsium hijauan MB lebih tinggi namun lebih rendah pada kandungan phosphor dibandingkan dengan hijauan PM (Ca: 0.618%, P: 0.268%), PP (Ca: 0.475%, P: 0.347%) (Sutardi 1981).

(20)

8

MB mencapai 9282.04 mg kg-1 BK, sedangkan untuk kandungan besi sama yaitu berkisar 177 ppm - 4807.66 ppm pada hijauan BH.

Tabel 3 Kandungan Beberapa Mineral pada Murdannia bracteata

Jenis mineral Kadar (ppm) BKb Kadar (% BK)b Gradea

Grade berdasarkan kandungan range mineral pada rumput pastura di daerah temperate

(McDonald et al. 1995); bHasil analisis Laboratorium Nutrisi ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013)

Tabel 4 Range kandungan mineral pada rumput pastura di temperatea

Mineral Rendah Sedang Tinggi

ppm % Ppm % Ppm %

Range mineral pada rumput pastura didaerah temperate (McDonald et al.1995)

Analisis Fitokimia

Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan tannin dan saponin MB masih berada diantara ketiga jenis hijauan lain (tabel 5). Kandungan Tanin hijauan MB relatif lebih tinggi dari pada hijauan PM dan BH, tapi lebih rendah dari pada hijauan PP. Kandungan saponin hijauan MB relatif lebih rendah dari pada hijauan BH dan lebih tinggi dari pada hijauan PP dan PM. Kandungan yang tannin dan saponin yang masih berada dalam kisaran kandungan pada hijauan lain menunjukkan bahwa dengan kandungan tannin dan saponin hijauan MB masih dalam batas normal.

(21)

9 yang melebihi kapasitasnya keberadaan tannin dapat mengganggu fermentabilitas ruminansia. Disamping itu, keberadaan tannin dapat berdampak positif yaitu meningkatkan protein yang lolos degredasi rumen, terutama pada pakan dengan kualitas protein yang baik.

Tabel 5 Hasil Analisis Tanin dan Saponin Hijauan

Jenis Rumput Tanin (% BK)* Saponin (% BK)*

Hasil analisis Laboratorium Pakan terpadu Fakultas Peternakan IPB (2013)

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang mengandung gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamanosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikogen hidrofobik berupa triterpenoid, steroid atau steroid alkaloid (Suparjo 2008). Saponin banyak terdapat pada tumbuhan. Saponin dapat berdampak positif dan negatif bagi ternak ruminansia. Dampak positif yaitu meningkatkan protein yang lolos degradasi rumen, sedangkan dampak negatif adalah dalam hal kemampuan saponin dalam menurunkan populasi protozoa (Suparjo 2008). Jika populasi protozoa yang diturunkan melebihi normalnya dapat mengganggu fermentabilitas pakan.

Analisis Klorofil

Hasil analisis klorofil menunjukkan bahwa kandungan klorofil pada hijauan MB lebih rendah daripada kandungan klorofil alfalfa pada penelitian Parman dan Harnina (2008) yaitu berkisar 149.15-208.69 mg 100g-1 atau berkisar 1.4915-2.0869 mg g-1, sedangkan pada hijauan MB yaitu 1.0603 mg g-1. Hasil analisis klorofil pada hijauan MB ditunjukkan pada tabel 6.

Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada tumbuhan. Tidak hanya bermanfaat bagi tumbuhan klorofil juga bermanfaat bagi manusia dan hewan. Menurut Limantara (2004) dalam Parman dan Harnina (2008) klorofil dapat berfungsi sebagai pembersih, pembentuk sel darah merah, berperan membantu sistem imunitas dan ketahanan tubuh dari penyakit serta regenerasi dan regulator sel–sel tubuh, sebagai penguat dan penenang otak.

Tabel 6 Kandungan Klorofil pada Murdannia bracteata

Jenis klorofil Kadar*

Klorofil a (mg g-1) 0.7004

Klorofil b (mg g-1) 0.3598

Antosianin (mikromol g-1) 0.1015

Karoten (mg g-1) 0.2334

Total klorofil (klorofil a + b) (mg g-1) 1.0603 *

(22)

10

Karekteristik Fermentasi Rumen Kecernaan Bahan Kering

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hijauan MB memiliki kecernaan bahan kering paling tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan hijauan lainnya (Tabel 7). Kecernaaan bahan kering yang tinggi pada hijauan MB diduga akibat kadar serat kasar dan komponen serat pada tanaman tersebut. Hijauan MB memiliki kandungan serat kasar paling rendah dengan kadar NDF paling rendah.

Tabel 7 Karekteristik Fermentabilitas Hijuan di dalam Rumen

Jenis Hijauan KcBK (%)* KcBO (%)* NH3 (mMol)** VFA (mMol)

*Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 1% (uji selang berganda Duncan); **Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013)

Menurut Widodo et al. (2012) serat kasar merupakan komponen bahan oganik yang sulit tercerna didalam rumen. Di dalam rumen yang mempunyai pH pada kisaran netral (6.8) mengakibatkan NDS lebih mudah larut dari pada NDF. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi kecernaan. Menurut Ginting dan Tarigan (2006) NDF atau dinding sel yang tinggi merupakan indikasi lebih rendahnya kandungan bahan yang mudah dicerna (isi sel).

Hubungan antara nilai KcBK dengan NDF sangat jelas menunjukan bahwa nilai kecernaan bahan kering pakan sangat dipengaruhi nilai seratnya yang ditunjukan oleh korelasi negatif antara nilai KcBK dengan NDF dengan persamaan y = -1.066x + 138.3, dan nilai korelasi 96.8% (Gambar 1). Nilai x negatif mengandung makna semakin tinggi kandungan NDF pada hijauan akan mengakibatkan terjadinya penurunan kecernaan bahan kering yang tinggi pada hijauan.

(23)

11 Kecernaan Bahan Organik

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hijauan MB memiliki kecernaan bahan organik paling tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan hijauan lainnya (Tabel 7).Tinggi dan rendahnya kecernaan bahan organik pada penelitian ini seiring dengan kecernaan bahan kering. Hal ini dikarena oleh sebagian besar komponen bahan kering adalah bahan oganik. KcBO yang tinggi pada hijauan MB diduga akibat pengaruh dari rendahnya kadar serat kasar dan NDF pada tanaman tersebut. Menurt Tillman et al. (1989) setiap penambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna bahan organiknya sebesar 0.7 - 1 unit pada ruminansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al. 1995)

Produksi Amonia

Hasil sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) konsentrasi ammonia pada perlakuan jenis hijauan (Tabel 7). Konsentrasi amonia pada substrat hijuan PM berdasarkan uji lanjut selang berganda Duncan lebih tinggi dari pada hijauan PP dan BH, namun tidak berbeda dengan hijauan MB. Konsentrasi amonia pada substrat hijauan MB tidak berbeda dengan hijauan PP dan BH. Adanya perbedaan konsentrasi amonia pada yang dihasilkan diduga diakibatkan oleh perbedaan kandungan protein kasar pada hijauan tersebut. Mansyur et al. (2007) menyatakan kandungan protein kasar hijauan akan berpengaruh terhadap konsentrasi amonia, kandungan protein kasar kurang dari 7% akan membuat aktivitas mikroba rumen tertekan karena kekurangan amonia. Amonia merupakan komponen yang sangat penting untuk perkembangan mikroba rumen karena digunakan oleh mikroba untuk pembentukan protein sel tubuhnya.

Hidrolisa protein menjadi asam amino diikuti oleh proses deaminasi untuk membebaskan amonia (Arora 1989), sehingga produksi amonia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan protein didalam rumen. Menurut McDonald et al. (2002) kisaran normal konsentrasi amonia untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen adalah 6 mMol - 21 mMol. Hasil analisis amonia pada keempat hijauan berada pada kisaran bawah bahkan ada yang dibawah kisaran normal yaitu pada substrat hijauan PP dan BH. Hal ini diduga diakibatkan oleh kandungan tanin yang ada pada hijauan. Tanin dapat mempengaruhi degradasi protein pakan di dalam rumen. Karakteristik tanin adalah dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya (Jayanegara dan Sofyan 2008). Tanin dapat mengikat protein sehingga ketersediaan protein yang dapat didegradasi dirumen menjadi berkurang, yang selanjutnya akan berdampak pada produksi amonia. Korelasi antara tanin dan konsentrasi amonia terdapat pada tabel 8, sedangkan korelasi antara tanin, protein dan konsentrasi amonia terdapat pada tabel 9.

(24)

12

terjadinya penurunan konsentrasi amonia yang diproduksi oleh rumen jika kandungan tanin hijauan meningkat.

Tabel 8 Analisis Regresi Linear Tanin Terhadap Konsentrasi Amonia

Variabel Koefisien regresi Signifikansi

F hitung

Tabel 9 Analisis Regresi Linear Berganda Tanin, Protein Terhadap Konsentrasi Amonia

Variabel Koefisien regresi Signifikansi

F hitung

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda didapatkan persamaan y= 0.858 – 0.125x1 +0.258x2 dengan koefisien determinasi 0.632 atau 63.2 %. Meskipun hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada persamaan regresi tersebut dengan P>0.05, namun sebesar 63.2% variasi konsentrasi amonia dipengaruhi oleh variabel tanin dan protein, sedangkan 27.8% dipengaruhi oleh variabel lain. Hubungan negatif antara tanin dengan konsentrasi amonia menunjukkan bahwa ada peluang terjadinya penurunan konsentrasi amonia yang diproduksi oleh rumen jika kandungan tanin hijauan meningkat. Hubungan positif antara protein dengan konsentrasi amonia menunjukkan bahwa ada peluang terjadinya peningkatan konsentrasi amonia jika kandungan protein hijauan meningkat.

Produksi Total Volatile Fatty Acid (VFA)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa VFA keempat jenis hijauan secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata (P>0.05). Tidak adanya perbedaan signifikan pada produksi VFA yang merupakan sumber energi bagi ternak, menujukkan bahwa hijauan MB mampu menghasikan energi yang dapat mengimbangi energi yang dihasilkan oleh hijuan lainnya. VFA merupakan produk akhir fermentasi gula didalam rumen yang digunakan sebagai sumber energi oleh ternak ruminansia.

(25)

13 sintesis protein mikroba jika tersedia sumber energi yang mudah terfermentasi. Sehingga produksi amonia didalam rumen harus diimbangi dengan produksi VFA.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Murdannia bracteata secara deskriptif mengandung mineral yang lebih tinggi dibandingakan dengan Pennisetum purpureum, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola, serta mengandung serat kasar dan bahan kering lebih rendah. Pada fermentasi in vitro, Murdannia bracteata menghasilkan kecernaan bahan kering dan bahan organik nyata lebih tinggi dibandingkan ketiga hijauan lainnya. Produksi amonia Murdannia bracteata tidak berbeda dengan ketiga jenis hijauan lain yang diuji, namun konentrasi amonia Panicum maximum lebih tinggi dari Pennisetum purpureum dan Brachiaria humidicola. Produksi VFA total tidak berbeda nyata pada keempat hijauan perlakuan. Berdasarkan kandungan nutrien dan fitokimia serta karakteristik fermentasinya, Murdannia bracteata berpotensi sebagai sumber hijauan baru bagi ternak ruminansia.

Saran

Perlu dilakukannya analisis komponen mineral mikro pada Murdannia bracteata dan mengkaji solubilitas mineral organiknya pada rumen, absorbsinya dan manfaatnya untuk tujuan kesehatan organ dalam ternak. Selanjutnya perlu juga dilakukaan analisis terhadap pengaruh Murdannia bracteata pada bota rumen.

DAFTAR PUSTAKA

Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Despal, Permana IG, Sardiana TA, Sigit N, Suryahadi, Toharmat T. 2008. Nutrisi Ternak Perah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Evitayani, Warly L, Fariani A, Ichinohe T, Fujihara T. 2004. Study on nutritive value of tropical forages in North Sumatra, Indonesia. Asian-Aust J Anim Sci.17(11):1518–1523.

Ginting SP, Tarigan A. 2006. Kualitas nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum dan Brachiaria humidicola pada kambing. JITV. 11(4):273-279.

Hindratiningrum N, Bata M, Santoso SA. 2011. Produk fgermentasi Rumen dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. 11(2):29-34.

(26)

14

Lubis D, Nurhayati DP, Manurung. 1999. Potensi nutrisi rumput gajah dari sistim pertanaman lorong dan kapasitas dukungnya untuk sapi perah laktasi. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner [Internet]. Bogor (ID): Balai Penelitian ternak. hal 375-381; [diunduh 2013 Juli 3]. Tersedia pada: http:// peternakan.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=artic le&id=3105%3Asemnas&catid=310%3Asemnas1999&Itemid=26

Mansyur, Djuned H, Dhalika T, Abdullah L. 2006. Konsentrasi potasium, magnesium dan ferum hijauan rumput Brachiaria humidicola (Rendle Schweick) pada metode penanaman dan berbagai interval pemotongan. J Anim Prod.8(1):34-43.

Mansyur, Abdullah L, Djuned H, Tarmidi AR, Dhalika T. 2007. Konsentrasi amonia dan asam lemak terbang rumput Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick pada berbagai interval pemotongan (In Vitro). J Ilmu Ternak. 7(1):64-68.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.

McDonald, Edwards, Greenhalgh, Morgan. 1995. Animal Nutrition edisi ke-5. New York (US): Longman Scientific and Technical.

Oktaviani S. 2008. Kandungan ADF dan NDF Jerami Padi yang Direndam Air Laut dengan Lama Perendaman yang Berbeda. [Thesis]. Makasar (ID): Universitas Hasanuddin.

Parman S, Harnina S. 2008. Pertumbuhan, kandungan klorofil dan serat kasar pada defoliasi pertama alfalfa (Medicago sativa L ) akibat pemupukan mikorisa. Bul Anatomi dan Fisiologi.16(2):1-12.

Puastuti W. 2009. Manipulasi bioproses dalam rumen untuk meningkatkan penggunaan pakan berserat. Wartazoa. 19(4):180-190.

Purbajanti ED, Soetrisno RD, Hanudin E, Budhi SPS. 2011. Produksi, kualitas, dan kecernaan in vitro tanaman rumput benggala (Panicum maximum) pada lahan salin. Bul Peternakan. 35(1):30-37.

Suparjo. 2008. Saponin: peran dan pengaruhnya bagi ternak dan manusia [Internet]. Jambi (ID): Universitas Jambi. hlm 1-4; [diunduh 2012 Des 12]. Tersedia pada: http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/saponin.pdf

Suparjo. 2010. Analisis bahan pakan secara kimiawi: analisis proksimat dan analisis serat [Internet]. Jambi (ID): Universitas Jambi. hlm 1-7; [diunduh 2012 Des 12]. Tersedia pada: http:// jajo66.files.wordpress.com /2010/10/ analisis-kimiawi2010.pdf

Sutedi E, Yuhaeni S, Prawiradiputra BR. 2002. Karakterisasi rumput benggala (Panicum Maximum) sebagai pakan ternak. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner [Internet]. Bogor (ID): Balai Penelitian ternak. hal 161-164;

[diunduh 2013 Jan 31]. Tersedia

pada: 32.pdf

Syarifuddin NA. 2000. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase pada Berbagai Umur Pemotongan. Lampung (ID): Universitas Lampung. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in-vitro digestion of

(27)

15 Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Widodo, Wahyono F, Sutrisno. 2012. Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan NH3 pakan komplit dengan level jerami padi berbeda secara in vitro. Anim Agr J.1(1):215-230.

(28)

16

Lampiran 1 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Kering

SK JK Db KT F Sig.

Model koreksi 1493.344 6 248.891 18.245 .000 Intersep 60254.007 1 60254.007 4.417E3 .000 Jenis hijauan 1453.786 3 484.595 35.524 .000

Kelompok 39.558 3 13.186 .967 .450

Galat 122.771 9 13.641

Total 61870.122 16

Total koreksi 1616.115 15

JK: Jumlah Kuadrat; db: derajat bebas; KT: Kuadrat Tengah; Sig.: Signifikansi

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan pada KcBK terhadap Jenis Hijauan

Jenis hijauan N Subset

1 2

Brachiaria humidicola 4 53.9135

Panicum maximum 4 54.8103

Pennisetum purpureum 4 59.2400

Murdannia bracteata 4 77.5032

Sig. .083 1.000

N: Jumlah perlakuan

Lampiran 3 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Organik

SK JK Db KT F Sig.

Model koreksi 2021.557 6 336.926 29.895 .000 Intersep 63553.150 1 63553.150 5.639E3 .000 Jenis hijauan 1995.036 3 665.012 59.006 .000

Kelompok 26.521 3 8.840 .784 .532

Galat 101.433 9 11.270

Total 65676.140 16

(29)

17

Lampiran 4 Uji lanjut Duncan pada KcBO terhadap Jenis Hijauan

Jenis hijauan N Subset

1 2 3

Brachiaria humidicola 4 53.9925

Panicum maximum 4 56.0525 56.0525

Pennisetum purpureum 4 60.0600

Murdannia bracteata 4 81.9925

Sig. .408 .126 1.000

Lampiran 5 ANOVA RAK Konsentrasi Amonia

SK JK db KT F Sig.

Model koreksi 22.075 6 3.679 8.241 .003

Intersep 607.499 1 607.499 1.361E3 .000

Jenis hijauan 7.086 3 2.362 5.290 .022

Kelompok 14.989 3 4.996 11.191 .002

Galat 4.018 9 .446

Total 633.593 16

Total koreksi 26.093 15

Lampiran 6 Uji Lanjut Duncan Konsentrasi Amonia Terhadap Jenis Hijauan

Jenis hijauan N Subset

1 2

Pennisetum purpureum 4 5.5500

Brachiaria humidicola 4 5.6675

Murdannia bracteata 4 6.1950 6.1950

Panicum maximum 4 7.2350

(30)

18

Lampiran 7 ANOVA RAK Konsentrasi Asam Lemak Terbang

SK JK db KT F Sig.

Model koreksi 19969.703 6 3328.284 .978 .491

Intersep 400964.402 1 400964.402 117.864 .000

Jenis hijauan 10995.224 3 3665.075 1.077 .407

Kelompok 8974.479 3 2991.493 .879 .487

Galat 30617.368 9 3401.930

Total 451551.473 16

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Panas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada tanggal 16 November 1990 dari pasangan Bapak Rafnis dan Ibu Ratnawilis. Penulis adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun 2009 penulis menyelesaikan studi di MAN 2 Padang. Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 46 Melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN 2009). Penulis tercatat sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai

organisasi kemahasiswaan, seperti anggota (2009-2010) dan bendahara umum (2010-2011) di UKM Catur IPB. Pada tahun yang sama (2010-2011) penulis aktif sebagai staf Departemen Sosial lingkungan masyarakat (Soslingmas) BEM-D. Penulis juga aktif sebagai anggota Teater Kandang pada tahun 2010-2012. Selanjutnya pada tahun 2011-2012 penulis aktif di himpunan profesi HIMASITER sebagai sekretaris di biro Nutricom (Nutrisi Community). Penulis juga aktif dan tercatat sebagai guru pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar Kharisma Prestasi dari tahun 2012. Selain itu, penulis aktif diberbagai kepanitiaan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah mengikuti program magang di Balai Peternakan Sapi Perah Cikole, Bandung (2011) dan di PT. Sierad Produce (2012). Proposal kewirausahaan didanai pada kegiatan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) 2013 oleh Kementrian Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Grafik Hubungan NDF dan Kecernaan Bahan Kering
Gambar 1 Tanaman Murdannia bracteata
Tabel 5 Hasil Analisis Tanin dan Saponin Hijauan

Referensi

Dokumen terkait

Pasang Surut Kehidupan Petani Sayuran di Desa Cikole Tahun 1990-2008 : dari Pertanian Tradisional Ke Modern.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Terciptanya kerukunan antar umat beragama melalui dialog lintas iman tidak hanya dibebankan kepada para tokoh agama maupun pemerintah, melainkan juga menjadi

Tulisan ini akan membahas tentang pendekatan filosofis dalam kajian fikih Islam yang berkenaan dengan masalah-masalah sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat muslim, tentang

[r]

Drawing on the collection of documents known as the Ramsey Abbey cartulary, on a royal survey done in 1279, on the accounts and court records of the manor, and on what archeology

Memahami prosedur survey penentuan kebutuhan data § Prosedur survey untuk menentukan kebutuhan dapat dijelaskan sesuai jenis pekerjaan yang akan dilakukan § Prosedur operasi fungsi

Terb ila n g : zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA Seratus empat zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA puluh Sembilan juta dua ratus empt puluh

Pengaruh long term debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba adalah semakin besar hutang yang dimiliki maka laba yang dihasilkan perusahaan akan semakin rendah karena