• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Interview Guide

1. Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif 2. Berapa lama ibu memberikan ASI Eksklusif 3. Darimana ibu mengetahui tentang ASI Eksklusif

4. Apakah lingkungan ibu mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif 5. Bagaimana peran tenaga kesehatan (suster, perawat, dokter, puskesmas)

terhadap informasi pemberian ASI Eksklusif

6. Apakah orangtua memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI, kalau iya 7. Apakah pernah orangtua ibu menyarankan sesuatu hal terhadap pemberian

asupan selain ASI

8. Apakah ibu pernah ikut dalam acara kesehatan di Puskesmas 9. Bagaimana pengalaman ibu selama menyusui

10.Apakah ibu pernah memberikan asupan selain ASI

11.Berapa anak ibu, (kalau lebih dari satu) apakah sebelumnya ibu memberikan ASI Eksklusif

12.Apakah sebelumnya ibu juga memberikan asupan lain

13.Bagaimana pendapat ibu tentang ASI Eksklusif dan susu formula 14.Apakah nilai kebudayaan mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. Buku Pintar Menu Bayi. Jakarta: Wahyu Media, 2009

Bartlett, Alisson. Breatwork; Rethinking Breastfeeding. Sydney: University of New South Wales Press, 2005.

Baskoro, A. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Jakarta: Banyu Media, 2008. Cohen, M. N. Population Pressure and the Origins of Agriculture: An Archaeological Example from the Coast of Peru. In Population, Ecology and Social Evolution. S. Polger, ed. Pp. 79-121. The Hague: Mouton. 1977.

Heryani, R. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media, 2012.

Jafar, N. ASI Eksklusif. Skripsi Sarjana. Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Hasanuddin, 2011. (tidak diterbitkan).

Kalangie N. S. Kebudayaan dan Kesehatan (Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer melalui Pendekatan Sosial Budaya), Jakarta : PT Kesaint Blanc Indah Corp, 1994.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Kottak, Conrad Phillip. Mirror for Humanity; A Concise Introduction to Cultural Anthropology. McGraw Hill, 2007.

Maryunani, A. Inisiasi Menyusui Dini ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: Trans Info Media, 2012.

Nugroho, T. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011. Prasetyono, D.S. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press, 2009. Roesli, U. Seri I; Mengenal ASI Eksklusif.. Jakarta: Trubus Agriwidya. 2008. Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2007.

(3)

Tylor, Sir Edward Burnett. Primitive Culture. London: John Murray, 1871.

Winkelman, Michael. Culture and Health; Applying Medical Anthropology. San Fransisco, CA: Jossey-Bass A Willey Imprint, 2009.

Sumber lainnya :

ASI Eksklusif. (http//www.husadautamahospital.com//) Kecamatan Sunggal Dalam Angka Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 tentang Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2012. Jakarta. (http://www.depkes.go.id//)

Profil Desa Lalang Tahun 2009.

(4)

BAB III

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI

Pengetahuan ibu menyusui secara sederhana merupakan suatu pengetahuan yang tidak saja muncul secara natural dalam diri seorang ibu melainkan juga didukung oleh pengetahuan lainnya yang didapat dari keluarga, lingkungan maupun pihak lain yang terkait dengan proses pemberian air susu ibu.

Bab ini mendeskripsikan hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu menyusui, baik pengetahuan ibu menyusui dengan memberikan ASI Eksklusif maupun ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif beserta asupan lain bagi bayinya.

3.1 Ibu Menyusui

Ibu menyusui merupakan suatu perilaku yang alami dan natural dalam kehidupan dan dilakukan oleh tiap-tiap ibu yang melahirkan dan membesarkan anaknya, definisi sederhana ini mengantarkan pada konsep mengenai ibu menyusui sebagai bagian dari pengetahuan dan perilaku kultural yang dipengaruhi oleh beragam aspek, seperti gaya hidup dan tuntutan kesehatan.

(5)

Dalam tataran pengetahuan kultural masyarakat, perilaku ibu menyusui tidak hanya merupakan kegiatan fisik—psikis yang dilakukan oleh seorang ibu melainkan juga bagian dari pengetahuan komunal mengenai kedekatan ibu dan asupan gizi bayi tersebut. Pada perkembangannya kemudian pemberian air susu ibu merupakan suatu hal yang mendasar dan membentuk perkembangan kesehatan bayi dan ibu.

3.2 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif menurut WHO adalah menyatakan bahwa ASI selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI Eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

Pemberian ASI Ekslusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman, ramuan, cairan lain, maupun makanan selama enam bulan pertama usianya. (Penting untuk menyebut jenis minuman dan makanan yang biasa diberikan dalam 6 bulan pertama. Dalam sebuah program ditemukan bahwa ibu-ibu menganggap pesan ―jangan memberi cairan‖ tidak berlaku untuk teh/minuman herbal atau cairan lain).

Pengertian ASI Eksklusif ditengah-tengah masyarakat memiliki beragam pemahaman dan penafsiran, sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Yuni (26 tahun) sebagai berikut :

―ASI Eksklusif ya air susu ... air putih masuk juga dikonsumsi sama bayi, sama seperti air tajin, madu.‖

(6)

mengatakan :

―ASI Eksklusif itu air susu ibu, yang diberikan dari awal bayi lahir

hingga usia enam bulan ... ASI Eksklusif gak pake air yang lain,

hanya air susu ibu saja.‖

Dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit, bubur nasi dan tim.

Dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Walaupun pada kenyataannya kebanyakan dari ibu yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan waktu, hal ini sebagaimana dialami oleh ibu Siti :

―Kan kakak kerja juga dek, agak susah ... mana mau kerja, mana

mau ngasi susu, tambah lagi ngurus anak kakak yang dua lagi. Kadang kakak susuin juga, cuman kalo lagi repot ya kakak suruh aja suami kasihkan air putih atau teh manis. Biar dia gak nangis pas kakak lagi repot. Nanti setelah kakak gak repot lagi barulah kakak susuin lagi dek..‖

(7)

memberikan ASI saja kepada bayi segera dalam waktu satu jam setelah lahir hingga berusia enam bulan dan dilanjutkan dengan pemberian asupan lain setelah bayi berumur lebih dari enam bulan.

Mengutip Ambarwati (2009) pemberian ASI Eksklusif ini tidak selamanya harus langsung dari payudara ibunya. ASI dapat ditampung dari payudara ibu dan ditunda pemberiannya kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar, relatif masih sama kualitasnya denga ASI yang langsung dari payudara ibunya.

3.2.1 Komposisi ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2008) air susu mamalia (makhluk menyusui) spesifik spesies, yaitu disesuaikan secara alamiah dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang secara khusus bagi bayi setiap jenis mamalia. Demikian khususnya sehingga komposisi, lokasi, jumlah puting susu, dan frekuensi menyusui, semua diciptakan untuk mengoptimalkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang turunan mamalia tersebut. Demikian juga air susu ibu yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

Soetjiningsih (2007) mengatakan bahwa komposisi ASI adalah sebagai berikut:

1. Kolostrum (susu jolong) yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 atau hari ke-7.

2. ASI transisi / peralihan yaitu ASI yang keluar sejak hari ke-4 sampai hari ke-7 sampai hari ke-10 atau hari ke-14.

3. ASI matang (mature) yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14.

(8)

pertama dinamakan foremilk sedangkan ASI yang keluar selanjutnya dinamakan hindmilk. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk.

5. Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemah bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh.

6. Karbohidrat ASI terasa manis dan segar, karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya.

7. ASI mengandung protein yang sangat penting selama setahun pertama kehidupan bayi. Protein dirancang untuk pertumbuhan bayi.

8. ASI sebagai pelindung, pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri.

9. ASI mengandung vitamin, mineral, dan zat besi. Zat nutrisi yang terdapat di ASI tidak dapat ditiru oleh manusia. Vitamin, mineral, dan zat besi ASI sebagian besar diserap oleh usus, masuk dalam darah dan dimanfaatkan oleh tubuh bayi sebagai pertumbuhan dan perkembangan.

(9)

mikro nutrisi. Yang termasik makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.

1. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, hal ini menyebabkan bahyi yang seudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Kartinin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi kreatinin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.

2. Protein

(10)

diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang suka diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudia meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda denga hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan.

Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim Lipase. Lemak dalam bentuk omega 3, omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.

Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.

4. Mineral

(11)

kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.

5. Vitamin

Menurut Jafar (2011) ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain vitamin A, vitamin B, vitamin C.

3.2.2 Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Heryani dan Maryunani (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut:

Manfaat untuk Bayi

1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, 2. ASI mengandung zat produktif,

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan,

4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik, 5. Mengurangi kejadian karies dentis,

6. Mengurangi keadaan maloklusi,

(12)

8. Bayi yang ASI Eksklusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama dengan yang ASI Eksklusif hanya empat bulan,

9. ASI Eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat besi.

Manfaat ibu

Manfaat ASI bagi ibu dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu : (1) Aspek Kesehatan Ibu

1. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga:

2. Memberi jarak antara anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya.

3. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi. 4. Ibu lebih cepat langsing, penelitian membuktikan bahwa ibu

menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan dan lebih ekonomis.

(2) Aspek Keluarga Berencana (KB) (3) Aspek psikologis

(13)

(1) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian (mortalitas) anak (2) Mengurangi subsidi untuk RS

(3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula (4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

3.2.3 Hambatan Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Maryunani (2012), untuk dapat meningkatkan keberhasilan penggunaan ASI, maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi atau menghambat keberhasilan menyusui atau pemberian ASI. Beberapa faktor tersebut, antara lain :

1. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap ASI dan fisiologis laktasi. 2. Kurangnya persiapan fisik dan mental ibu.

3. Kurangnya dukungan keluarga.

4. Kurangnya dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Gencarnya kurangnya fasilitas yang mendukung laktasi di tempat kerja. 6. Kurangnya dukungan lingkungan.

Setelah menyadari adanya faktor-faktor yang menghambat atau memengaruhi pemberian ASI pada bayi, maka perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI/ menyusui.

(14)

Menurut Maryunani (2012), masalah yang sering dijumpai dalam menyusui adalah stres, bingung puting, puting susu datar dan terbenam, ASI tidak keluar, sindrom ASI kurang/ASI sedikit, saluran ASI tersumbat, puting lecet, mastitis/payudara meradang (abses : merah, sakit), pembengkakan payudara dan puting/ekskoriasi (hampir sama dengan puting lecet).

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI, menyusui diperlukan adanya pemisahan antara fakta dan cerita (mitos) yang berkembang masyarakat umum yang berkaitan dengan ASI.

Dalam kajian antropologis, mitos dibangun atas konsepsi tandingan antar wacana sehingga kadangkala kehadiran mitos dapat merubah pola pikir dan perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan kesalahan informasi walaupun pada lain kesempatan mitos juga dapat dipergunakan sebagai wacana edukasi dan penyebaran informasi.

Pada tataran aplikatif diperlukan adanya individu atau kelompok yang bertindak sebagai agen untuk meluruskan cerita yang berkembang di masyarakat mengenai pemberian ASI sehingga pemberian ASI Eksklusif dapat berjalan dengan baik yang disertai dengan proses edukasi yang baik pula.

Adapun mitos yang berkembang di masyarakat dan berkaitan dengan pemberian ASI adalah :

1. Selama menyusui harus keramas tiap pagi biar darah putih tidak naik ke kepala dan menyebabkan kebutaan.

(15)

4. Setelah keluar rumah, ASI harus dibuang dulu agar bayi tidak gumoh. 5. Ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang pedas dan amis.

6. Setelah ke kamar mandi harus membuang ASI pertama dan minum air hangat

7. Ibu menyusui tidak boleh minum es dan air panas.

8. ASI yang putih dan kental, seperti santan, lebih bagus dari ASI yang encer. 9. ASI bisa merusak kulit bayi.

10.Tidak boleh menyusui saat maghrib.

11.ASI tidak boleh mengenai alat kelamin bayi pria. 12.ASI yang tidak terminum menyebabkan kanker. 13.ASI membuat anak obesitas.

14.Makan ayam arak akan membuat ASI lancar dan bayi cepat gemuk. 15.ASI hari pertama harus dibuang.

16.Bayi yang hanya minum ASI butuh asupan vitamin D. 17.Sebelum menyusui puting harus dibersihkan terlebih dahulu.

18.Dengan memompa atau memerah ASI seorang ibu bisa tahu seberapa banyak produksi ASI-nya.

19.ASI tidak cukup mengandung zat besi untuk kebutuhan bayi. 20.Menyusui membuat ibu repot dan tidak bisa beraktivitas.

21.Tidak ada cara untuk mengetahui seberapa banyak bayi menyusu pada ibu. 22.Kecanggihan teknologi memungkinkan kandungan susu formula hampir

sama dengan kandungan ASI.

(16)

24.Ukuran payudara yang kecil sehingga tidak mungkin menyusui.

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di beberapa wilayah, terdapat suatu pengetahuan yang berkembang di masyarakat mengenai perlunya makanan tambahan selain ASI, pengetahuan tersebut dilekatkan dengan mitos-mitos tertentu walaupun pada beberapa kasus pengetahuan tersebut tidak memberikan efek edukasi yang positif.

3.2.4 ASI dan Susu Formula

ASI selalu tersedia setiap saat, steril dan cukup hangat. Dengan adanya ASI para ibu tidak perlu repot mencarikan makanan bayi yang lain. Merekapun tidak perlu menghabiskan waktu untuk mencuci botol susu, dan sering kali membuatkan susu ketika bayi kehausan. Kebutuhan nutrisi bayi sampai 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal dengan ASI Eksklusif. Meskipun khasiat ASI begitu besar namun tidak banyak ibu yang bersedia memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Makanan yang terbaik bagi bayi sebenarnya bukanlah susu formula, tetapi ASI Eksklusif. ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada yang dapat menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi, sedangkan komposisi susu sapi sangat berbeda sehingga tidak dapat menggantikan ASI.

(17)

yang belum dapat mengakses air bersih. Malnutrisi dapat menjadi ancaman bagi

bayi yang diberi susu formula ―irit‖ (terlalu encer). ASI merupakan pilihan terbaik

bagi bayi karena didalamnya mengandung antibodi dan lebih dari 100 jenis zat gizi, seperti AA, DHA, Taurin dan spingomyelin yang tidak dapat dalam susu sapi. Ada banyak manfaat yang terkandung dalam ASI. Oleh karena itu, tidak ada alasan apapun bagi ibu untuk tidak menyusui. Pemberia ASI merupakan hak anak sehingga jika menolak melakukannya maka ia telah menelantarkan anaknya sendiri.

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau malah lebih baik daripada ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau ketika memulangkan bayi sebagai contoh, banyak ibu dan petugas kesehatan yang tidak mengetahui beberapa hal berikut :

1. Defekasi bayi pada minggu-minggu pertama dalah encer dan sering sehingga dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui pada hal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laktasi.

(18)

malas menyusu. Perlu diketahui bahwa pengeluaran ASI oleh isapan bayi dapat memicu produksi ASI sehingga produksinya melimpah.

Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI, padahal ukuran payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI. Walaupun payudata kecil, namun produksi ASI dapat tetap memenuhi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.

3.3 Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif adalah suatu cara memberikan gizi dan nutrisi kepada bayi melalui proses menyusui yang dilakukan oleh ibu, dalam pemberian ASI Eksklusif diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif agar tercapai pemberian ASI Eksklusif yang sesuai dengan tata cara.

3.3.1 Pengetahuan Ibu Maria

Ibu Maria salah seorang informan, ketika penelitian ini dilakukan memiliki seorang anak bayi yang berumur 8 bulan 15 hari. Dalam kategori pemberian ASI Eksklusif bayi tersebut berarti sudah lewat masa enam bulan pemberian ASI Eksklusif tanpa disertai makanan maupun minuman lainnya.

Pemberian ASI Eksklusif yang diberikan Ibu Maria (30 tahun) sebagaimana diungkapkannya :

―ASI yang kakak kasi buat anak kakak ASI Eksklusif, karena takutnya nanti anak kakak kenapa-kenapa kalau dikasi yang lain, lagian perawat di Puskesmas juga kasi tau kalau enam bulan cukup

(19)

Maria (30 tahun) telah menerima pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif selama masa enam bulan tanpa pemberian nutrisi lainnya.

Pembentukan pengetahuan Ibu Maria (30 tahun) mengenai ASI Eksklusif yang didapatkan melalui agen kesehatan (perawat, suster, dokter dan lainnya) telah menjadikan pemberian ASI Eksklusif yang sesuai dengan tata cara pemberian ASI Eksklusif, keterangan Ibu Maria (30 tahun) juga menuturkan :

―... waktu itu juga ada orang sebelah (tetangga) anaknya dikasi

minum air tajin sebagai pengganti ASI, waktu kakak melahirkan disarankannya juga supaya kasi air tajin tapi enggak kakak turutin karena kata dokter waktu itu jangan kasi yang lain selain ASI Eksklusif. Namanya untuk anak dek jadinya kakak turutin apa kata dokter. Kan memang dokter yang lebih paham.‖

Pengetahuan Ibu Maria (30 tahun) terhadap nutrisi selain ASI yang diberikan kepada anak juga terbentuk oleh proses pengetahuan lokal mengenai pemberian nutrisi lainnya yang dibandingkan dengan aspek kelayakan dan keselamatan anak.

Mengenai pemberian nutrisi lainnya kepada anak pada usia enam bulan juga diungkapkan oleh informan Ibu Maria (30 tahun) :

(20)

―. . . kalau zaman dulu sering anak baru lahir dikasi air tajin, ibu

kakak pun gitunya dulu kasi sama nenek tapi itukan dulu waktu masih zaman susah, sekarang sudah zaman kek gini masak dikasi gitu juga, bisanya kita tanya ke puskesmas kekmana-kekmana

caranya ASI Eksklusif.‖

Pengetahuan secara sederhana yang dapat didefinisikan sebagai tata cara yang didapatkan melalui proses kehidupan bukanlah suatu hal yang berlaku statis, melainkan suatu hal yang bersifat dinamis dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam proses kehidupan, begitu pula dengan proses pemberian ASI Eksklusif yang pada dahulunya dikombinasikan dengan pemberian air tajin yang merupakan kemampuan pengetahuan masyarakat pada masa tersebut.

Proses perkembangan zaman juga berkorelasi terhadap pengetahuan mengenai ASI Eksklusif yang tidak hanya berkutat pada nutrisi anak melainkan juga aspek kesehatan dan keselamatan anak nantinya.

Pemberian ASI Eksklusif sebagaimana diungkapkan Groz (Bartlett, 2005:3) bahwa :

―Grosz argues that ‗All knowledge, all discourses, are produced by interests, values and political perspectives‘ (‗Notes‘, p. 13), and

that the accumulation of these interests, values and political perspectives over the last five hundred years has meant that breastfeeding is as much a product of current cultural perceptions

as it is a personal ‗decision‘. ―

(21)

dilindungi oleh peraturan pemerintah dalam lingkup kesehatan dan perkembangan anak yang ditentukan oleh aspek asupan nutrisi.

Keterkaitan antara pengetahuan dan pemberian ASI Eksklusif sebagai bagian perkembangan persepsi kebudayaan juga diungkapkan oleh informan penelitian ibu Maria (30 tahun) yang secara sederhana mengatakan :

―... kalau dulu mungkin bisalah tapi sekarang kan sudah ASI

Eksklusif, selama masih bisa ASI Eksklusif ya itu, kalau enggak

kan ada cara lain selain ASI.‖

Pendapat tersebut tidak hanya menggambarkan pentingnya pemberian ASI Eksklusif dalam lingkup persepsi kebudayaan masa kini, dimana ASI Eksklusif adalah sumber utama nutrisi bagi anak dalam rentang usia 0 hingga 6 bulan pertama melainkan juga terdapat alternatif cara lain yang berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada usia anak hingga 6 bulan juga dituturkan oleh informan sebagai sumber utama asupan nutrisi bagi perkembangan anak, hal ini juga didukung oleh usaha penyuluhan kesehatan dan wawasan pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi anak. Ibu Maria (30 tahun) mengatakan :

―... dari awal lahir sudah diingatkan sama perawat-perawat kalau ASI Eksklusif saja, kan ada di tivi juga kalau susu formula gak bisa menggantikan ASI ... ya kalau sudah dikatakan ASI Eksklusif ya ASI Eksklusif lagian kalau datang ke puskemas itu-itu juga yang

dibilang.‖

(22)

cukup mengenai pemberian ASI Ekslusif yang tidak hanya dari sisi kedekatan antara ibu dan anak, melainkan juga wawasan kesehatan dan asupan gizi bayi yang telah didapatkan melalui serangkaian proses dalam kehidupannya.

Pemberian ASI Ekslusif akan bermanfaat bagi bayi, bagi ibu, bagi keluarga, bagi masyarakat dan negara.

Bagi Bayi

1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

2. Mengandung antibodi sehingga bayi kebal terhadap penyakit 3. ASI mengandung komposisi yang tepat

4. Mengurangi kejadian karies dentis

5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.

6. Terhindar dari alergi

7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

Bagi Ibu

1. Aspek kontrasepsi

(23)

2. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofise. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.

3. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.

4. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

Bagi Keluarga 1. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Bagi Masyarakat dan Negara

(24)

2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat

3. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit.

4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian

5. ASI merupakan sumber daya yang terus menerus diproduksi.

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Di antaranya ialah menurunkan risiko terjadnya infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan juga mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakt alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksem. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak.

Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikolgis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Hal itu tidak akan dirasakan bayi ketika minum susu lainnya selain ASI, karena ia harus menggunakan botol.

(25)

kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya, seperti diare dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.

3.3.2 Pengetahuan Ibu Yanti

Ibu Yanti (42 tahun) yang merupakan salah seorang informan penelitian ini dan juga dari segi usia merupakan ibu menyusui yang dapat dianggap dewasa dibandingkan dengan ibu-ibu menyusui lainnya yang menjadi informan penelitian ini.

Pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh ibu Yanti (42 tahun) diberikan kepada anaknya yang kini telah berusia sekitar 3 tahun, pengetahuan yang dimiliki oleh ibu Yanti (42 tahun) tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan konstruksi pemahaman yang tidak hanya didapat melalui proses otodidak melainkan juga melalui sarana informasi kesehatan desa, yaitu puskesmas. Ibu Yanti (42 tahun) mengatakan bahwa :

―... ASI yang air susu ibu yang diberikan kepada anak, ASI kan gizi jadi kalau tidak ada ASI gizi anak darimana ?, itulah pentingnya

Selain hal tersebut, ibu Yanti (42 tahun) juga mengungkapkan :

―... namanya anak baru lahir ya perutnya kan kecil gak mungkin aja

langsung dikasi nasi kek orang besar, pelan-pelan lah dikasi air susu nanti kalau sudah agak besar sikit kasi bubur, gitulah terus

sampai nanti bisa ngunyah makanan sendiri.‖

(26)

yang diberikan dalam kurun waktu enam bulan pertama sehingga diberi label eksklusif sebagai penanda bahwa asupan gizi awal bayi adalah air susu ibu yang diberikan dalam kurun waktu enam bulan pertama setelah melahirkan.

Keberadaan ASI Eksklusif tidak serta seluruh ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya selama enam bulan semenjak dilahirkan, ada juga pengetahuan yang berkembang di masyarakat mengenai asupan gizi lain yang dianggap dapat menunjang bahkan menggantikan peran air susu ibu. Ibu Yanti (42 tahun) menuturkan :

―... lain dulu lain pula sekarang, kan air susu ibu gratis diberikan

sama anaknya, kalau mau membeli susu belum tentu juga sanggup ... kalau dulu yang dikasi air tajin, bubur atau pisang yang sudah dikunyah tapi kan gak semua anaknya juga bisa kek gitu, tergantung tiap-tiap anaknya juga.‖

Pengetahuan mengenai sumber gizi lain atau pengganti ASI yang dikemukakan oleh ibu Yanti (42 tahun) mewakili beberapa pendapat mengenai pentingnya ASI Eksklusif yang berkorelasi terhadap tingkat ekonomi, dimana pemberian susu kepada anak selain air susu ibu memiliki kaitan terhadap kemampuan daya beli masyarakat terhadap susu tersebut. Selain itu, pemberian ASI Eksklusif dianggap sebagai suatu cara pemberian asupan gizi kepada anak sebagai suatu sarana membangun kedekatan antara ibu dan anak secara emosional dan juga dianggap dapat menekan tingkat kebutuhan ekonomi, karena pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui kepada anak merupakan suatu bagian dari kewajiban ibu serta dianggap tidak mengeluarkan biaya.

(27)

dimana pemberian asupan gizi selain ASI Eksklusif dianggap sebagai suatu pemenuhan atas kebutuhan diluar kebutuhan yang dianggap primer dalam kehidupan berumah tangga, ibu Yanti (42 tahun) secara eksplisit mengutarakan :

―ya itu tadi, kalau dikasi susu kan berarti beli terus duitnya

darimana kalau mau beli ? Belum lagi ongkosnya, kalau ASI kan dari ibu sendiri namanya dikasi Allah ya dinikmati aja, gak keluar

biaya dan juga menjaga ibu agar tetap sehat.‖

Selain hal tersebut, aspek kultural juga menjadi pendukung pemberian ASI Eksklusif kepada anak. Dimana aspek kultural yang melingkupi ibu Yanti (42 tahun) adalah kultur Jawa yang mengharuskan ibu dalam jangka waktu tertentu setelah melahirkan tidak keluar rumah dan secara terus-menerus memantau perkembangan anak dari waktu ke waktu.

Diungkapkan oleh ibu Yanti (42 tahun) bahwa keluarganya yang merupakan etnis Jawa masih tetap menjalankan tradisi leluhur mereka, yaitu dengan tetap berada didalam rumah dalam jangka waktu tertentu (40 hari) setelah melahirkan walaupun tidak terbatas pada jumlah hari akan tetapi tradisi ini dianggap sebagai momen dalam ibu setelah melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anak dan juga ibu melahirkan mengonsumsi jamu-jamuan sebagai bagian dari menguatkan kesehatan ibu, melancarkan air susu dan juga mengembalikan bentuk tubuh.

Pengetahuan kultural dalam hal ini memiliki arti penting sebagai suatu hal yang menjaga ibu untuk tetap berada didekat anaknya sembari tetap memberikan ASI Eksklusif dan memantau anak, dimana semenjak dilahirkan hingga 40 hari pertama dianggap sebagai waktu yang krusial pada perkembangan anak tersebut.

(28)

kesehatan dan ASI Eksklusif oleh institusi kesehatan, aspek kultural juga memiliki korelasi terhadap hal tersebut pada tataran kognitif masyarakat, dan juga beberapa pengetahuan kultural dengan basis etnis memiliki tradisi tersendiri dalam lingkup setelah melahirkan dan menyusui sehingga pemberian ASI Eksklusif dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.

3.4 Pemberian ASI Eksklusif dan Asupan Lainnya

Pemberian ASI Eksklusif merupakan suatu keharusan bagi seorang ibu yang menyusui, namun pada penerapannya masih terdapat ibu menyusui yang turut menyertakan asupan gizi lainnya selain ASI Eksklusif walaupun pada kenyataannya hal tersebut bertentangan terhadap tata cara pemberian ASI Eksklusif.

Menurut Maryunani (2012) alasan yang kurang tepat tentang pemberian cairan tambahan lebih awal adalah :

1. Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama, namun dilakukan di banyak negara.

2. Kebiasaan ini sering kali dimulai saat bayi berusia 1 bulan.

3. Beberapa penelitian terkait pemberian cairan tambahan lebih awal

4. Alasan untuk memberi tambahan cairan kepada bayi berbeda sesuai nilai budaya masyarakat masing-masing

(29)

Di banyak masyarakat dan rumah sakit di negara berkembang, saran dari petugas kesehatan juga memengaruhi pemberian cairan ini.

Perilaku memberikan asupan gizi lain secara kesehatan dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan usia anak, pada prakteknya halnya ini menjadi pembenaran terhadap pemberian asupan gizi atau makanan lain selain ASI kepada anak pada rentang usia sejak dilahirkan hingga pada usia enam bulan pertama.

Mengutip dari Aisyah (husadautamahospital.com diakses pada 3 Oktober 2015) mengatakan bahwa air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memberikan banyak keuntungan fisiologis maupun emosional. World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama, dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Selain itu terdapat pula periodesasi pemberian makan pada bayi yang meliputi :

1. ASI Eksklusif

2. ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI 3. Makanan keluarga.

(30)

makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI ini adalah merupakan sebuah proses transisi dari asupan kepada bayi yang semula hanya susu (Air Susu Ibu/ASI) menuju ke makanan yang semi padat. Tujuan pemberian makan sebagai pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan aktivitas, dll. Tidak hanya itu, tujuan pemberian makan juga sebagai pendidikan untuk ketrampilan makan, pembinaan rasa, disiplin dan sarana pembelajaran. Serta pemberian makan juga faktor psikologis untuk kepuasan dan hubungan erat ibu-anak. Proses penyapihan dari ASI menuju makanan pendamping ASI mulai dengan pemberian makanan khusus, selain ASI secara bertahap jenis, konsistensi, tekstur, sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh makanan keluarga. Makanan khusus yang di berikan berbentuk cair, lunak, padat dan jenis makanannya bisa seperti jus, biskuit, bubur susu, nasi tim. Sedangkan untuk pemberian bertahap ; dari jenis, konsistensi, tekstur, jumlah/kali dan frekuensi/hari.

Terdapat dua kesiapan utama dalam memberikan asupan gizi kepada bayi, yaitu :

1. Kesiapan fisik : refleks ekstrusi, dapat menahan kepala tetap tegak dan dapat duduk dengan sedikit bantuan.

(31)

Makanan pertama pada umumnya berupa bubur tepung beras yang diperkaya zat besi. Berikan hanya 1 jenis (bukan kombinasi), bergizi, tekstur halus dan konsistensi agak encer. Diberikan setelah minum ASI atau formula, kecuali bila bayi menolak berulang atau tampak tidak berminat bisa diberikan sebelum minum ASI atau susu formula.

Ada beberapa panduan dasar dalam pemberian makanan baru walupun tidak ada urutan khusus alangkah baiknya diperhatikan untuk tekstur halus dan konsistensi encer pada awal pemberian yang ditingkatkan bertahap, mulailah dengan jumlah sedikit (1-2 sendok teh), bertahap di tambah 1 sendok makan atau lebih sampai jumlah yang sesuai. Berilah jarak waktu antara pemberian makan baru, makanan baru berjarak 4 - 7 hari (riwayat alergi +), perhatikan adanya reaksi simpang, dicoba satu persatu jenis makanan, di coba pada pagi hari oleh ibu. Tidak hanya itu, perhatikan factor keamanannya seperti cuci tangan dan semua peralatan, tidak menggunakan peralatan bersama-sama atau mengunyah terlebih dulu.

3.4.1 Pengetahuan Ibu Yuni

Ibu Yuni (26 tahun) merupakan ibu muda yang menjadi informan penelitian ini, ketika penelitian ini dilakukan ibu Yuni memiliki seorang anak lelaki yang berumur 1 tahun 3 bulan.

(32)

dilahirkan hingga pada usia enam bulan.

Praktek ini dalam dunia kesehatan dan pemberian ASI dianggap sudah tidak menjadi bagian dari pemberian ASI Eksklusif tanpa asupan lainnya, namun ibu Yuni (26 tahun) menceritakan :

―waktu awal-awal dikasi ASI tapi sudah beberapa bulan kakak kasi air putih, kan kasihan sudah dikasi ASI masih tetap haus anaknya ya kakak kasi air putih lagian mamak kakak pun bilang kek gitu

juga.‖

Pernyataan informan ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif juga turut dipengaruhi oleh lingkup keluarga terdekat yaitu orangtua, pengaruh keluarga pada kasus informan ini menggambarkan bahwa konstruksi ASI Eksklusif yang dilakukan oleh informan ibu Yuni (26 tahun) tidak berjalan dengan efektif dikarenakan ketidaktahuan informan mengenai tidak adanya asupan selain air susu untuk tetap berada dalam program pemberian ASI Eksklusif.

Secara kesehatan, pemberian air putih akan mengurangi asupan gizi yang diberikan, dalam hal ini air susu ibu dan juga pada rentang usia hingga enam bulan air putih dapat mengganggu metabolisme lambung anak yang dianggap belum mampu menampung air dalam jumlah tertentu dan tidak melatih fisik anak secara natural.

Ketika ditanyakan lebih lanjut kepada ibu Yuni (26 tahun) mengenai ASI Eksklusif, informan mengatakan :

―untung adek kasi tau, kalau enggak kakak enggak tau juga kalau air putih pun gak boleh dikasi sampai usia enam bulan ... dari rumah sakit pun gak waktu itu dikasi tau ASI Eksklusif, cuman

(33)

Keterangan informan ini menggambarkan kondisi penyuluhan kesehatan, terutama pada aspek pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui tidak berjalan dengan baik dimana seharusnya pihak institusi kesehatan adalah pihak yang pertama menginformasikan mengenai tata cara pemberian ASI Eksklusif bagi ibu menyusui.

Selain itu, pandangan umum masyarakat mengenai keberadaan air putih yang turut diberikan selain ASI dianggap sebagai bagian dari kehidupan dan tidak memiliki aspek negatif bagi perkembangan bayi nantinya walaupun secara kesehatan pemberian air putih tidak dibenarkan selama menjalani masa ASI Eksklusif.

Dalam tata cara kesehatan, pemberian air putih kepada bayi dianggap dapat melonggarkan pengamatan ibu kepada anak dan juga kehadiran ASI dianggap sudah mewakili asupan cairan (air) kepada bayi.

Pemahaman ibu Yuni (26 tahun) terhadap pemberian ASI Eksklusif juga tidak terlepas dari segi usia muda dan tingkat pendidikan yang dimilikinya, sehingga terjadi ketergantungan terhadap orangtua dan pendapat orangtua atas tindakan dibenarkan secara sosial, ibu Yuni (26 tahun) mengatakan :

―ya kakak kalo kenapa-napa nanya sama mamak kakak, kan mamak kakak juga pernah melahirkan juga yang pastilah kurang lebih sama ... jadi misalnya kemarin waktu anak kakak nangis-nangis udah kakak diamkan gak mau juga, mamak kakak bilang itu

(34)

Informan juga menambahkan bahwa :

―kalau kakak sering cerita-cerita sama mamak kakak, misalnya kasi ini, kasi itu biar kek gini kek gitu tapi dibilang mamak kakak juga supaya gak usah kasi air tajin kan beda beras jaman

sekarang.‖

Pembentukan pemahaman mengenai ibu menyusui yang dialami oleh informan (ibu Yuni, 26 tahun) merupakan warisan pengetahuan yang didapatkan melalui orangtua yang disertai pengetahuan yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, sejalan dengan pendapat Winkelman (2009:136) yang mengatakan :

―A family‘s genetic contribution to health is mediated through socialization and environ- mental influences ... Family is the context in which the sick role is learned and primary care is given. It is also the context for decision making about health care. Family values and norms influence basic health care behavior, including which resources to access and when or whether to seek biomedical services.‖

Walaupun pada beberapa bagian terdapat pengetahuan mengenai ibu menyusui yang sejalan dengan konsepsi kesehatan mengenai ibu menyusui, misalnya untuk tetap memberikan air susu ibu kepada anak dan tetap berada dirumah dalam kurun waktu tertentu serta memberikan ibu gizi yang seimbang misalnya mengkonsumsi daun katuk-katuk yang dipercaya dapat melancarkan air susu.

(35)

―waktu itu dek memang terbatas kali, disana (rumah sakit) pun gak ada yang kasi tau kakak, lain kali kalau kek gitu kakak tanya sama orang itu cemana-cemananya sama kakak usahakan juga hadir di puskesmas waktu imunisasi atau apalah biar dapat keterangan tentang cemana menyusui yang benar dan makanan yang kekmana

aja yang boleh dikasi.‖

Secara umum pendapat informan ini menggambarkan suatu keterbukaan akan pengetahuan yang selama ini tidak diketahui untuk mencari jalan agar dapat mengetahui mengenai tata cara pemberian air susu dan hal-hal lain yang berkaitan dengan usaha kesehatan ketika ibu menyusui.

Menurut kesimpulan peneliti, orang tua adalah orang yang dianggap berpengalaman dalam memberikan nasehat, termasuk nasehat memberikan makanan tambahan pada bayi karena bayi yang diberi makanan tambahan akan terlihat lebih gemuk karena merasa kenyang dan apabila terjadi suatu penyakit pada cucunya, mereka memberikan sesuatu ramuan yang sudah mereka percaya untuk mengatasi penyakit – penyakit yang muncul.

Hal tersebut diatas adalah salah satu pemahaman kebudayaan yang seharusnya tidak benar namun dibenarkan karena yang memberikan nasehat dianggap sudah sepenuhnya benar atas tindakannya tersebut.

3.4.2 Pengetahuan Ibu Siti

(36)

Pemberian air putih kepada bayi perempuannya oleh informan ibu Siti (27 tahun) sebagaimana diungkapkan dalam wawancara kepada peneliti :

―ya kakak kasi air putih lah, orang anak kakak haus, kakak kan

juga harus kerja kek ginilah (jualan bakso) kan sekalian sama jaga anak ... kalau lagi sepi kakak nyusui juga kalau udah

waktu-waktunya.‖

Keterangan informan ini mendeksripsikan kondisi dan situasi yang harus dihadapi oleh informan selama memberikan ASI kepada bayinya tersebut, keterbatasan fisik yang dimiliki oleh informan menyebabkan informan memberikan asupan lain selain ASI Eksklusif.

Dalam kenyataannya, informan juga memberikan ASI Eksklusif kepada bayi perempuannya pada waktu-waktu tertentu yang dianggap sebagai ―jam

makan‖ namun informan juga turut memberikan asupan lain berupa air putih

kepada bayi perempuannya pada beberapa kesempatan yang dianggap informan tidak dapat dapat memberikan ASI Eksklusif, hal ini setidaknya sejalan dengan pendapat Maryunani (2012) yang mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI oleh ibu menyusui, yaitu kurangnya persiapan fisik dan mental ibu serta kuranganya daya dukung laktasi di tempat kerja.

Ibu Siti (27 tahun) mengatakan bahwa kondisi waktu yang tidak sesuai antara pekerjaan dan waktu menyusui menjadi suatu kendala :

―kalau kondisi lagi rame ya cemanalah mau dibuat, kan gak enak

aja kalau kakak sambil jualan juga menyusui anak kakak. Kadang ya itu tadi gak bisa juga dipaskan waktunya kapan anak kakak mau menyusui kapan orang rame (pembeli) datang kemari.‖

Ibu Siti (27 tahun) juga menambahkan bahwa :

(37)

perempuan) udah makin rame jadi agak susah kakak kalau mau menyusui.

Selain itu, informan juga mengutarakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sebagaimana yang diberikannya kepada dua orang anak lainnya sesuai dengan tata cara pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan tanpa pemberian asupan lainnya, namun pengalaman di kehidupan memberikan pengetahuan bagi informan bahwa memberikan asupan lain, seperti air putih tidak menyebabkan efek samping bagi bayi yang mengkonsumsinya, secara lengkap informan mengatakan :

―Kalau dulu kakak kasi ASI Eksklusif, tapi kakak liat anak Yuni itu dikasi air putih besar juganya gak kenapa-kenapa, orang-orang ini pun (tetangga) juga pernah ngasi anaknya minum air putih waktu

masih bayi ... ya kakak rasa tergantung anaknya juga sih.‖

Pemahaman informan mengenai pemberian ASI Ekslusif kepada anak hingga usia enam bulan pertama ditilik dari sisi kesehatan sudah sesuai dengan memberikan ASI Eksklusif hingga pada kurun waktu enam bulan namun informan juga memberikan air putih sebagai asupan pendamping ASI dikarenakan pengetahuan yang berkembang di masyarakat melakukan hal tersebut dan

dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang ―benar‖ dan didukung pula dengan

(38)

Ketika peneliti menanyakan lebih lanjut mengenai fungsi dan kegunaan ASI Eksklusif, informan memberikan keterangan yang sesuai dengan tata cara kesehatan dan terkadang ditingkahi dengan pengetahuan secara kultural yang kadang kala mendukung kegiatan menyusui ASI Eksklusif dan adapula yang bertentangan dengan pemberian ASI Eksklusif, sebagaimana diungkapkan oleh ibu Siti (27 tahun) :

―kalau dulu-dulu setau kakak dikasi air tajin kalau gak ada air ASI, sekarang pun kakak liat masih ada yang ngasi kek gitu tapi kakak gak pernah ngasi gitu sama anak kakak takutnya kenapa-napa, kan itu air campuran jadi agak takut juga kakak ngasinya ... kalau ASI Eksklusif ya itu menyusui selama enam bulan, di puskesmas

seringnya itu dibilang tapi kakak gak pernah ―ngeh‖ kalau itu

betul-betul ngaruh sama perkembangan bayi.‖

Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif di tingkat masyarakat sudah menjadi pengetahuan yang umum namun kadangkala terdistorsi oleh pengetahuan lain yang berkembang dalam masyarakat (dikurangi-berkembang) dan pada sisi lain hal ini menjadikan pemberian ASI Eksklusif sebagai pengetahuan yang dibentuk secara kultural dan tidak secara natural, sebagaimana diungkapkan oleh Carter (Bartlett, 2005:17) :

―for a number of women, childbirth was extremely ―unnatural‖ and

afterwards, some, at least in the earlier period, were seemingly

almost coerced into ―natural feeding‖, in a highly medicalised hospital setting. In this way women chose ―unnatural feeding‖ in order to defend themselves from the ―unnatural‖ hospital intrusions and relations.‖

(39)

dalam melahirkan dan pendidikan, melainkan juga turut dipengaruhi oleh faktor keluarga terdekat (dalam hal ini orangtua) serta lingkungan.

(40)

BAB IV

ASI EKSKLUSIF DAN KEBUDAYAAN

Pemberian ASI Eksklusif tidak hanya suatu perilaku yang dilakukan secara natural dan insting seorang ibu yang melahirkan bayi, terdapat hal lainnya yang mempengaruhi perilaku tersebut. Kebudayaan sebagai pandangan hidup masyarakat memiliki beberapa pengetahuan yang menuntun perilaku tersebut dan membentuk perilaku tersebut dalam konteks proses kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu, dan terdapat pula aspek kehidupan yang ikut menjadi pendorong kegiatan menyusui menjadi suatu kegiatan kultural yang saling berkaitan antara satu sama lain.

4.1 Pemberian ASI Eksklusif dan Pemahaman Kultural

Tradisi (bahasa latin: traditio, ―diteruskan‖) atau kebiasaan, dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

(41)

sederhana dapat dikatakan bahwa upaya-upaya kesehatan tersebut berjalan dan menyesuaikan dengan keadaaan hidup suatu kebudayaan, mengutip Winkelman (2009:2) yang mengatakan :

―Medical anthropology is the primary discipline addressing the interfaces of medicine, culture, and health behavior and incorporating cultural perspectives into clinical settings and public health programs.‖

Kutipan tersebut dapat diartikan sebagai suatu upaya menjembatani antara

pemahaman kesehatan secara umum dalam kerangka kebudayaan, secara spesifik

disebutkan bahwa antropologi kesehatan menghubungkan antara pengobatan—

budaya--dan perilaku hidup sehat yang dikombinasikan dengan pandangan

kebudayaan dalam sudut pandang klinis dan kegiatan kesehatan umum.

Pemberian ASI Ekskusif dalam kehidupan kultural sebagaimana tampak

pada beberapa kebudayaan (Batak, Jawa, Melayu) memberi perhatian terhadap

kesehatan ibu menyusui dan bayi yang menerima asupan gizi susu tersebut

melalui norma kebudayaan, seperti membatasi interaksi ibu dengan tetap tinggal

didalam rumah dalam kurun waktu tertentu, mendekatkan ibu menyusui dengan

bayi dalam upaya membangun kedekatan secara emosional hingga pada

pemanfaatan beberapa tumbuhan yang dianggap dapat melancarkan keluarnya air

susu ibu.

Pemahaman kebudayaan tersebut seringkali hanya berlaku pada kehidupan

satu kebudayaan dan memiliki kesulitan ketika dilakukan penggabungan antara

dua pemahaman kebudayaan, namun pada beberapa kasus juga terjadi suatu

kompromi pemahaman kebudayaan terhadap kesehatan (ASI Eksklusif), hal ini

(42)

pendukung kebudayaan tersebut. Winkelman (2009:3) merangkum pemahaman

antara tradisi kebudayaan, kesehatan dan manusia menjadi :

―Perspectives for addressing culture and health relations are provided by medical anthropology and the cultural systems models used within nursing, public health, and medicine to understand systemic ecological and social effects on health.‖

Selain itu, dalam kebudayaan juga hidup tradisi yang dibangun oleh mitos,

dimana mitos yang berlaku dalam kehidupan perlu untuk dikategorisasikan sesuai

dengan peruntukkannya.

Definisi tradisi tersebut dalam konteks penulisan ini merupakan gambaran pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif yang pada umumnya berakar pada tradisi dan pengetahuan yang dibangun secara komunal. Pada beberapa bagian pengetahuan komunal tersebut ada yang bersifat mendukung pemberian ASI Eksklusif dan adapula yang bertentangan dengan kaidah pemberian ASI Ekslusif.

(43)

4.2 Aspek Politis ASI Eksklusif

ASI Eksklusif tidak hanya bentuk perilaku kesehatan dan pertumbuhan bayi, melainkan juga turut memiliki keterkaitan dengan aspek politis, dimana ASI Eksklusif menjadi sebentuk komoditi yang memiliki sisi nilai komersil.

Bartlett (2005:19-20) mencatat bahwa dalam sejarah pemberian air susu ibu telah menjadi komoditi ekonomi politik semenjak tahun 1758, dimana Linnaleus seorang doktor medis kala itu mewajibkan masyarakat kelas bawah dan menengah untuk merawat dan memberikan air susu kepada bayi-bayi mereka secara langsung, dan pada awal 90-an di dunia barat mulai dikenal ―susu formula‖ yang dianggap dapat menggantikan fungsi air susu ibu (ASI).

Perubahan zaman, dimana air susu ibu diberikan secara langsung (ASI Eksklusif) berubah menjadi penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI Eksklusif dengan cerita yang melingkupi susu formula bahwa susu tersebut cocok untuk bayi oleh para ibu yang disibukkan oleh pekerjaan (wanita karies). Terma kecepatan dianggap harus disesuaikan dengan kehidupan, dimana ASI Eksklusif digambarkan sebagai perilaku menyusui yang dianggap kuno, dan harus diganti dengan penggunaan susu formula.

(44)

Kehadiran susu formula juga menjadi komoditi tenaga kesehatan (dokter, rumah sakit) untuk turut mengambil peluang ekonomis, pada kejadian ini Carter (Bartlett, 2005:17) menuliskan fenomena tersebut :

“... In this way women chose ―unnatural feeding‖ in order to defend themselves from the ―unnatural‖ hospital intrusions and relations‘.

Pada perkembangan selanjutnya, kehadiran susu formula sebagai pengganti ASI Eksklusif semakin tergerus oleh pemahaman kultural yang menguat dalam kehidupan, dimana ASI Eksklusif tidak dapat digantikan oleh apapun (termasuk air, susu, dan lain-lain). ASI Eksklusif kemudian menjadi suatu kewajiban secara global untuk para ibu menyusui melalui serangkaian aturan dari tingkat global hingga lokal.

4.3 Dukungan Suami

Istri sebagai manusia selalu membutuhkan bantuan suami untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dukungan suami dapat diartikan sebagai bentuk bantuan yang dirasakan oleh istri yang datang dari hubungan interpersonal. Adapun bentuk dukungan tersebut dapat berupa perhatian emosional, informasi, instrumental, dan penilaian yang positif.

(45)

pemberian ASI, dimana suami memiliki kontribusi yang besar dalam memberi dukungan kepada istri untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya untuk kesehatan dirinya dan kesehatan bayinya.

Menurut Taylor et al (2009), bentuk-bentuk dukungan suami terdiri dari: 1. Dukungan nyata (dukungan instrumental)

Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan keuangan atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan.

2. Dukungan informasi

Informasi dapat membantu seseorang dalam memahami sebuah peristiwa yang menimbulkan tekanan (stress) menjadi lebih bai serta dapat menentuka sumber daya dan mencontoh strategi apa yang sesuai dalam menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang masalah yang dihadapi suami.

3. Dukungan emosional (kedekatan sosial dan harga diri)

(46)

individu bahwa ia adalah orang yang berharga dan perlu mendapatkan perhatian. Kehangatan kasih sayang yang diberikan dapat memungkinkan kelompok penerima dukungan untuk didekati. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpatik, empati, cinta, dan penghargaan.

4. Dukungan tak terlihat

Dukungan sosial ini merupakan dukungan yang paling bermanfaat bagi individu, dimana individu menerima bantuan dari orang lain tanpa menyadarinya. Berdasarkan penelitian dukungan tidak terlihat ini memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

4.4 Sosial Ekonomi Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Aspek sosial ekonomi memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui, secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari jamak

terdengar ―pendidikan berkaitan dengan pengetahuan‖ hal ini bertujuan

(47)

4.7 ASI Eksklusif Sebagai Asupan Bayi

ASI memang benar-benar penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi. Mengenai hal ini, ibu perlu mengetahui berbagai aspek yang mengharuskanya untuk memberi ASI Eksklusif pada bayi sejak 6 bulan pertama kelahirannya. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

Aspek Pemahaman dan Pola Pikir

ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada bandingannya, meskipun susu formula termahal dan terbaik. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa ASI Eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu formula. Sebab, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh susu formula. Zat kekebalan ini sangat dibutuhkan oleh bayi pada bulan-bulan oertama setelah kelahirannya.

Aspek Gizi

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan pada bayi, yang disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, diare. Bila kolostrum terlambat diberikan pada bayi, maka boleh jadi sistem kekebalan bayi sedikit rapuh dan mudah terserang penyakit.

Aspek Pendidikan

(48)

dipelajari. Sebenarnya, anggapan ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi menyusui bisa menjadi masalah manakala ibu menikah dini, atau melahirkan bayi yang pertama, terutama di kalangan artis atau ibu yang bekerja.

Aspek Imunologik

Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti-infeksi yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

Aspek Psikologis

Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting. Pertama, menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Di satu sisi, ibu boleh merasa bangga lantaran sanggup menyusui bayi sesuai kodratnya sebagai wanita.

Kedua, interaksi antara ibu dan bayi. Secara psikologis, pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi. Ketiga, kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

Aspek Kecerdasan

(49)

pertama setelah kelahiran bayi mempunyai dua dampak positif. Pertama, proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan adanya interaksi yang baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika menyusui. Kedua, berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung DHA dan AA.

Aspek Neurologis

Dengan meminum ASI, kordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas menelan, menghisap, dan bernafas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi resiko gangguan sesak nafas pada bayi yang baru lahir, atau terjadinya asma pada anak prasekolah.

Aspek Biaya

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya.

Aspek Penundaan Kehamilan

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah menjawab dan mendeskripsikan apa yang menjadi fokus perhatian, adapun kesimpulan penelitian :

1. Bagaimana pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif ?

Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif memiliki beragam pengetahuan dan pemahaman, berdasarkan penelitian yang dilakukan pengetahuan ibu menyusui mengenai ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beragam hal, yaitu :

1. Perilaku natural

Perilaku natural dalam hal ini merupakan pengetahuan yang dibangun oleh insting seorang perempuan yang melahirkan dan menyusui bayinya, dalam bentuk aplikasinya perilaku natural berada pada level sederhan dimana pengetahuan tentang ASI Eksklusif tidak disertai dengan pengetahuan lainnya dan merangkum dalam praktek perilaku ASI Eksklusif.

(51)

2. Pengetahuan ASI Eksklusif Lengkap

Pada beberapa ibu menyusui di lapangan penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ASI Eksklusif bukanlah suatu hal yang sulit, karena banyak terdapat ibu-ibu menyusui yang paham akan ASI Eksklusif mencakup masa pemberian ASI Eksklusif, mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan institusi kesehatan, hingga pada aturan utama pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dimulai ketika bayi itu lahir tanpa disertai oleh asupan lainnya.

3. Pengetahuan ASI Eksklusif dan Asupan Lain

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif di masyarakat tidak hanya sekedar pada pemahaman pemberian ASI selama enam bulan pertama melainkan juga terdapat pengetahuan bahwa selain memberikan ASI Eksklusif berupa air susu ibu, juga turut diberikan asupan lain diluar ketentuan ASI Eksklusif, baik berupa memberikan asupan air putih dengan alasan kurangnya air susu ibu, bayi haus hingga pada memberikan asupan madu, air tajin dan lain-lain.

4. Pengetahuan Kultural

Selain pemahaman mengenai ASI Eksklusif oleh ibu menyusui kepada bayi yang didapatkan melalui keterangan-keterangan resmi yang dikeluarkan oleh institusi kesehatan, terdapat pula pengetahuan kultural yang terkait dengan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui, secara garis besar pengetahuan kultural tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu :

- Mendukung

(52)

melahirkan dan menyusui untuk membangun kedekatan emosional antara ibu dan bayi, memperlancar air susu ibu melalui pola konsumsi, dan pola kesehatan ibu melalui serangkaian kegiatan yang dibangun dalam pemahaman kultural.

- Distorsi Pemahaman

Distorsi pemahaman dalam hal ini merupakan bentuk pemahaman kultural yang sesuai dengan konteks kebudayaan namun memiliki makna lain karena tercerabut dari kondisi, situasi kebudayaan atau dengan kata lain ruang dan waktu penggunaan pemahaman kultural tidak memiliki sinkronisasi.

Adapun distorsi pemahaman mengenai ASI Eksklusif mencakup pemberian asupan lain yang didasari oleh warisan pengetahuan orangtua (ibu) ssecara turun-temurun, dan mitos-mitos yang dikembangkan berkaitan dengan ibu melahirkan dan pemberian ASI Eksklusif , hal ini menjadi suatu perilaku rancu dimana pengetahuan kultural yang diwariskan dianggap memiliki kekuatan legitimasi dibandingkan dengan upaya kesehatan secara klinis yang dianggap tidak sesuai dengan pemahaman kultural.

5. Pengetahuan Melalui Tenaga Kesehatan

Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif tidak hanya melalui serangkaian pemahaman secara intuisi dan kultural melainkan juga melibatkan agen kesehatan sebagai pengetahuan eksternal yang membangun pemahaman perilaku ASI Eksklusif yang sesuai dengan tatacara pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama.

(53)

adanya pengamatan langsung maupun evaluasi secara berkala, peran agen kesehatan dianggap dapat membangun pemahaman yang menyeluruh mengenai ASI Eksklusif yang benar hal ini dikarenakan secara klinis para agen kesehatan memiliki otorisasi dan legitimasi terhadap perilaku kesehatan dan menjamin usaha kesehatan yang diberikan merupakan suatu proses yang telah teruji dalam konteks kesehatan secara umum.

2. Apa saja hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif ?

Hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing ibu menyusui, adapun beberapa hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah :

- Tingkat pendidikan

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan ibu menyusui memiliki kaitan langsung terhadap pemahaman kesehatan secara umum dan perilaku menyusui ASI Eksklusif yang baik.

- Usia melahirkan

Usia melahirkan turut memiliki andil terhadap hambatan pemberian ASI Eksklusif, dimana usia terlalu muda ketika melahirkan mengakibatkan ibu tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai ASI Eksklusif.

- Pembagian waktu

(54)

menyebabkan ibu menyusui pada umumnya memiliki mengorbankan waktu mengasuh anak dengan alasan lebih memilih waktu bekerja sebagai kegiatan yang dapat menopang hidup dari sisi ekonomis.

- Pola hidup

Sama seperti halnya pembagian waktu, pola hidup menjadi hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui kepada bayi. Pola hidup yang tidak teratur menyebabkan pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan dengan baik, begitu pula dengan pola hidup sehat yang tidak dijalankan (bekerja hingga larut, mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, kondisi fisik, kondisi psikologis) berakibat pada pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan dengan semestinya.

5.2 Saran

Saran penelitian ini mencakup pada :

1. Penguatan pemahaman kepada ibu menyusui mengenai pentingnya ASI Eksklusif selama enam bulan,

2. Kombinasi pemahaman kultural dan kesehatan secara klinis dalam lingkup pemberian ASI Eksklusif,

3. Pentingnya peran agen kesehatan (suster, perawat, dokter) dalam menyampaikan informasi kesehatan mengenai ASI Eksklusif secara lengkap dan menyeluruh,

(55)

BAB II

DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang

Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang dulunya merupakan satu kecamatan yang belum dipecah-pecah menjadi beberapa desa tepatnya pada masa penjajahan. Kecamatan tersebut bernama Kecamatan Serba Nyaman bukan nama Kecamatan seperti sekarang ini yakni Kecamatan Sunggal. Pada masa itu yang memiliki kuasa yang besar adalah seorang datuk bernama Datuk Serba Nyaman atau Datuk Sunggal. Bentuk pemerintahan masih berbentuk kesultanan dan sebagian besar tanah yang ada merupakan milik sultan.

Pada masa Datuk Serba Nyaman tersebut, semua keputusan yang menyangkut tetang daerah ini harus izin darinya terlebih dahulu. Masyarakat masih harus melakukan kerja paksa atau kerja rodi atas perintah Datuk Serba Nyaman tersebut. Pada masa itu masih banyak rakyat yang belum dapat mengenyam pendidikan. Dimana sekolah pada masa itu juga masih memakai batu lai sebagai tempat menulis dan gerip sebagai alat menulisnya.

Gambar

Tabel 1 Data Kependudukan
Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Umur
Tabel 4  Komposisi Penduduk Menurut Usia Kelompok Kerja
Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

***EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) merupakan metode pengukuran yang bukan berasal dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

[r]

"Terlepas dari terpaan krisis keuangan dalam dunia bisnis sepanjang tahun 2011, kami tetap berupaya untuk fokus dalam meraih pertumbuhan pendapatan yang berkesinambungan,

[r]

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa selisih rerata peningkatan perkembangan motorik halus sebelum dan setelah dilakukan intervensi permainan edukatif jenis

Telah dapat dibangun suatu sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process untuk menentukan urutan prioritas dalam penentuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan, bahwa langkah dan strategi Wilayatul Hisbah dalam mencegah lesbian, gay, biseksual dan transgender