DAFTAR INFORMAN
1. NAMA : H. Muhawam, S.E
UMUR : 55 Tahun
ALAMAT : Pulau Burung
PEKERJAAN : Kepala Desa Pulau Burung
2. NAMA : Rum
UMUR : 56 Tahun
ALAMAT : Pulau Burung
PEKERJAAN : Pedagang
3. NAMA : Zaini
UMUR : 37 Tahun
ALAMAT : Pulau Burung
PEKERJAAN : Karyawan
4. NAMA : Jonner Silitonga
UMUR : 54 Tahun
ALAMAT : Pulau Burung
5. NAMA : Ir. Irfan Haryanto
UMUR : 53 Tahun
ALAMAT : Lampung
PEKERJAAN : Karyawan Swasta
6. NAMA : Rahmat Sugiono
UMUR : 51 Tahun
ALAMAT : Pulau Burung
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman, Ir. 1982. Budidaya Kelapa. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.
J. Peltzer, Karl, Toean Keboen dan Petani. Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria Di
Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1977.
Kartodirdjo, Sartono dan Suryo, Djoko, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial
Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991.
Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.
Purba, Elisa. 2012, Kelapa Sawit Rakyat: Hubungannya Dengan Perkembangan Kecamatan
Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir Tahun 1981-2000, skripsi sarjana, Medan:
belum diterbitkan.
Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1999.
Setyamidjaja, Djoehana, Bertanam Kelapa, Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Soetedjo,R.1969, Kelapa. Penerbit Yasaguna, Jakarta
Suhardiyono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Kanisius, Yogyakarta.
Suhardiman, P. 1999, Bertanam Kelapa Hibrida, Penebar Swadaya, Jakarta.
BAB III
PEMBUKAAN PERKEBUNAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS TAHUN 1985
Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, kata ini berhubungan
dengan kera atau wajah aneh seperti tempurung kelapa yang bermata tiga.19 Sebenarnya kelapa
hibrida sebagai kelapa unggul sudah lama dikenal. Usaha pemuliaan tanaman kelapa di
Indonesia, melalui proses persilangan (hibridasi) mulai dirintis sejak tahun 1955. Lantaran usaha
pengembangan tersebut terbentur sarana dan keuangan maka kegiatannya terputus dan
dilanjutkan kembali pada tahun 1973. Tanaman kelapa dalam mempunyai bunga yang bersifat
protandri, yaitu bunga jantan yang lebih dahulu masak, sehingga bila tanaman tersebut
didekatnya terdapat tanaman kelapa genjah, kemungkinan persilangan alami akan banyak terjadi.
Hal ini terbukti dengan adanya kelapa hibrida alam yang menghasilkan buah cukup tinggi,
misalnya antara kelapa dalam dengan kelapa genjah Nias kuning.20
Sebelum membahas mengenai pembukaan perkebunan PT Riau Sakti United Plantations
di Pulau Burung, ada baiknya dibahas sejarah perkelapaan di Indonesia terlebih dahulu.
Penelitian kelapa telah mendapat perhatian sejak awal abad ke 19. Pada Tahun 1876, pemerintah
kolonial Belanda mendirikan Cultuurtuin atau Economic Garden dan kelapa di masukkan dalam
program penelitian pada tahun 1907. Penelitian kelapa secara institusional dilaksanakan pada
tahun 1911 yaitu koleksi kelapa dari berbagai daerah di Indonesia. Pada tahun 1900 terjadi serangan
hama Sexava sp dan Aspidiotus sp di Kabupaten Sangihe Talaud (Sulawesi Utara) dan Maluku Utara. Dr
P.L.M. Tammes, seorang ahli agronomi Belanda, atas praksasa sendiri dibantu oleh dua orang rekannya,
19 Suhardikono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Yogyakarta: Kanisius. hal. 14.
melakukan penelitian hama Sexava sp. Pada tahun 1927 terjadi kembali serangan hama Sexava sp
bersamaan dengan kekeringan yang panjang. Akibat serangan hama dan kemarau yang panjang
dilaporkan kurang lebih 100.000 pohon kelapa mati. Pemerintah Belanda kemudian mendirikan Klapper
Proefstation (Stasiun Percobaan Kelapa) pada tahun 1930 dengan kantor bertempat di Sario (Manado)
dan kebun percobaan di Mapanget. Dr. A. Reyne, seorang ahli zoology, sebagai kepala Stasiun Percobaan
ditugaskan melakukan usaha-usaha pemberantasan hama Sexava sp. Ia dibantu oleh Dr. P.L.M. Tammes
dan Ir. Tulner. Hasil penelitian yang menonjol saat itu adalah seleksi dan koleksi lebih dari 40 kultivar
kelapa dari berbagai daerah.
Sesudah Indonesia Merdeka (1945), Penelitian kelapa dilanjutkan pemerintah Indonesia dan
mendapat perhatian lebih besar pada tahun 1955 – 1961, terutama setelah merosotnya eksport kopra
Indonesia. Seorang ahli pemuliaan tanaman FAO berkebangsaan Jerman, Diplm. Img. A.F. Ihne
didatangkan untuk melakukan inventarisasi, seleksi dan hibridisasi materi-materi yang telah dikumpulkan
Tammes. Klimaks dari perhatian pemerintah Indonesia terhadap penelitian kelapa terjadi pada tahun 1961
yaitu dengan didirikannya Lembaga Penelitian Tanaman Lemak. Lembaga ini diubah namanya menjadi
Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis-jenis Tanaman Lemak Lainnya pada tahun 1962 yang selanjutnya
bergabung dengan Lembaga Penelitian Serat dan Jenis-jenis Tanaman Industri (LPTI) pada tahun 1967.
3.1 Latar Belakang Pendirian Perkebunan PT Riau Sakti United Plantations
Pada hamparan sebagian Pulau Sumatera yang tenang di Propinsi Riau, Sumatera Bagian
Timur, terdapat lahan perkebunan tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit seluas kurang
lebih 100.000 hektar. Dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dengan sinergi inovasi, kerja
keras, dan dedikasi tanpa henti dalam sebuah visi untuk muncul sebagai sebuah perkebunan dan
industri kelapa hibrida yang paling komprehensif dan terpadu di dunia. Menekankan pada
intensifikasi tanaman dan perkebunan kelapa pertama yang berhasil pada lahan basah berpori di
Lahan basah berpori memungkinkan terjadi rembesan air dalam jumlah yang banyak dan
penguapan yang berlebihan terutama terjadi pada saat musim kering. Sehingga lahan basah ini
cocok dan subur untuk budidaya tanaman kelapa hibrida. Hal ini juga didukung dengan saluran
irigasi yang baik dengan adanya kanalisasi yang memungkinkan pengairan tetap terjaga
sepanjang tahunnya.
Memperhatikan beberapa faktor tersebut, maka pada tahun 1985 didorong dengan
keberhasilan berdirinya PT Pulau Sambu Kuala Enok dan PT Pulau Sambu Guntung, PT Pulau
Sambu kembali melebarkan sayap usahanya di Pulau Burung dengan mendirikan PT Riau Sakti
United Plantations yang juga merupakan sebuah perusahaan padat karya yang juga bergerak pada
pengelolaan hasil perkebunan kelapa hibrida dengan media lahan gambut. Sesuai dengan kutipan
dari daftar keputusan Menteri Kehakiman tertanggal 24 Januari 1986 nomor
C2-500HT01.01TH86, Menteri Kehakiman memutuskan menetapkan berdasarkan hukum yang
berlaku untuk perseroan terbatas memberikan persetujuan atas akta pendirian perseroan terbatas
“PT Riau Sakti United Plantations” berkedudukan di Jakarta yang dibuat tanggal 2 Maret 1978
nomor 5 di hadapan Notaris Henk Limanow diperbaiki tanggal 18 Oktober 1984 nomor 20 dan
akta tertanggal 7 Januari 1986 yang ddiajukan oleh seorang pengusaha bedarah Cina-Singapura
yaitu Tay Juhana.
Berdirinya perusahaan perkebunan di Pulau Burung ini telah memberikan bukti bahwa
dengan memperhatikan beberapa faktor, lahan gambut dapat diolah dengan baik dan dapat
menghasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan. Sejak berdiri pada tahun 1985, PT Riau
Sakti United Plantations telah membuktikan diri sebagai pionir dalam hal pengolahan lahan
basah gambut tersebut dengan manajemen irigasi yang baik. PT Riau Sakti United Plantations
membuka lapangan pekerjaan yang luas untuk penduduk yang berada di lingkungan perkebunan
maupun dari luar daerah Pulau Burung. Hal ini dibuktikan dengan memeberikan ruang bagi para
petani yang berasal dari Jawa untuk merantau ke lahan kosong yang telah disediakan oleh pihak
perusahaan tersebut untuk diberdayakan. Lahan kosong tersebut merupakan sebuah kesatuan dari
Perkebunan Inti Rakyat yang diperuntukkan bagi masyarakat transmigrasi yang berasal dari
Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Sarana Pemukiman.
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang paling berpotensi untuk pemanfaatan
[image:20.612.64.529.352.658.2]budidaya tanaman kelapa di Propinsi Riau. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel II: Daerah Potensi Bahan Baku Kelapa di Propinsi Riau Tahun 2001
Kabupaten/Kota Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)
Kuantan Singingi 2001 7.160,00 17.663,16
Indragiri Hulu 2001 1.688,00 1.551,24
Indragiri Hilir 2001 220.813,00 330.225,00
Pelalawan 2001 21.329,50 230.782,40
S i a k 2001 2.034,00 1.070,00
Kampar 2001 2.726,00 1.560,00
Rokan Hulu 2001 1.344,00 4.876,70
Bengkalis 2001 48.198,00 58.643,80
Kota Dumai 2001 2.027,00 4.387,00
Jumlah 307.319,50 650.759,30
Berdasakan tabel yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 Kabupaten
Indragiri Hilir menempati urutan pertama daerah potensi bahan baku kelapa di Propinsi Riau
dengan total luas area lahan perkebunan kelapa 220.813 Ha dengan total produksi 330.225 ton
per tahun. Mengikut kemudian Kabupaten Bengkalis dengan total luas area lahan perkebunan
kelapa 48.198 Ha dengan total produksi 58.643,80 ton per tahun dan yang terakhir adalah
Kabupaten Rokan Hulu dengan total luas lahan perkebunan kelapa 1.344 Ha dengan total
produksi 4.876,70 ton per tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pulau Burung yang berada
di wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir adalah daerah yang sangat berpotensi untuk
pengembangan budidaya tanaman kelapa, khususnya tanaman kelapa hibrida yang diusahakan
oleh PT Riau Sakti United Plantation.
3.2 Profil Perusahaan PT Riau Sakti United Plantations
PT Riau Sakti United Plantations merupakan perusahaan swasta yang berada dalam
naungan PT Sambu Group yang bergerak di bidang perkebunan khususnya perkebunan kelapa
hibrida, nanas, dan kelapa sawit. PT Riau Sakti United Plantations telah dikenal dunia untuk
pengelolaan perkebunan dengan komoditas unggulan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit.
Perusahaan yang berlokasi di Desa Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau ini memiliki luas area sekitar 22.560 Ha dengan rincian 18.228,5 Ha kelapa
hibrida, 2.449 Ha nanas dan 33,5 Ha kelapa sawit21.
Perusahaan yang berdiri pada tahun 1986 dan intensif pada tanaman kelapa hibrida ini
merupakan pengelola perkebunan kelapa hibrida pertama di dunia pada lahan basah berpori.
Untuk efektifitas pemanfaatan perkebunan pada lahan basah berpori pihak perusahaan
21 Dokumen Quality Manual Departemen Quality System PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan,
membangun sistem irigasi atau sistem kanalisasi yang terdiri dari kanal utama, kanal sekunder
atau kanal cabang, dan kanal tersier yang dibangun sepanjang lebih dari 3000 km. Pintu air pada
jaringan kanal tersebut difungsikan sebagai kontrol distribusi air untuk masing-masing area demi
menjamin pasokan air dapat dipertahankan secara konsisten. Jaringan kanal di area perkebunan
dikeruk setiap kurang lebih 18 bulan, sehingga memungkinkan debit air yang konsisten tetap
dipertahankan sebagai sarana peningkatan produktifitas kebun serta memastikan penyediaan
bahan baku yang bermutu.
Perusahaan ini terletak di zona tropis yang memiliki curah hujan lebih dari 2500 mm per
tahun. Oleh karena itu, selain sesuai untuk lahan perkebunan kelapa hibrida, lahan perkebunan di
PT Riau Sakti United Plantations juga sesuai untuk perkebunan nanas dan kelapa sawit. Sejak
tahun 1993 perusahaan ini mulai memproduksi buah nanas dengan total produksi awal sekitar
14,200 buah per hari22. Untuk menjaga produktifitas dan kelangsungan usaha, pihak perusahaan
juga memiliki lahan untuk pembibitan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit yaitu Kebun
Induk. Sementara itu Departemen Research and Advisory mempunyai kegiatan untuk penelitian
dan pengembangan. Difasilitasi laboratorium sebagai tempat penelitian dan memonitoring pola
pertumbuhan tanaman dan mengendalikan serta memberantas hama penyakit.
3.2.1 Kebijakan Sosial Lingkungan
Dalam hal kebijakan sosial lingkungan pengusahaan tanaman dikerjakan dengan cara
monokultur dan tumpang sari serta diolah secara terpadu. Pihak perusahaan berkomitmen
melaksanakan perkebunan yang berkelanjutan melalui program-program yang berkaitan dengan
kelestarian lingkungan dengan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi
perusahaan. Adapun program-program yang mendukung kelestarian lingkungan tersebut
meliputi:
1. Penyiapan lahan dengan metode pembakaran tidak dibenarkan di perusahaan,
2. Lokasi lahan produksi sesuai dengan prinsip ijin yang berlaku,
3. Perusahaan menyiapkan lahan konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup,
4. Perusahaan berkomitmen untuk tidak mengelola segala jenis satwa liar, termasuk di
dalamnya perburuan satwa liar, penangkaran, pengembangbiakan, dan perdagangan
satwa liar di dalam lokasi perusahaan,
5. Perusahaan berkomitmen untuk mencari alternatif yang lebih baik secara berkelanjutan
termasuk dalam penggunaan bahan agrokimia berbahaya yang dilarang oleh
undang-undang atau Jaringan Pertanian Lestari,
6. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga kelestarian ekosistem baik ekosistem darat
maupun ekosistem perairan,
7. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga sungai alam, merawat serta mencegah dari
bahaya erosi dengan melakukan pemeliharaan ekosistem air secara berkala dan
berkelanjutan, dan
8. Perusahaan berkomitmen untuk melakukan peningkatan perhatian terhadap kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan.
3.2.2 Pemberdayaan Masyarakat Setempat
Sebagai bagian dari lingkungan sekitar, dalam melaksanakan kegiatan usahanya PT Riau
Sakti United Plantations tidak melupakan masyarakat sekitar yang tinggal di lingkungan usaha
masyarakat sudah dibentuk dan akan terus berlanjut. Adapun bentuk dari program-program
pendayagunaan masyarakat sekitar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tetap memperkuat kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi, dan
infrastruktur masyarakat sekitar,
2. Perusahaan membangun infrastruktur yang juga menguntungkan bagi masyarakat sekitar
secara proporsional seperti jalan umum, jembatan penyeberangan, dan akses transportasi
air,
3. Perusahaan mendukung dan melakukan pembangunan infrastruktur desa di luar area
perusahaan,
4. Perusahaan juga ikut memberdayakan masyarakat sekitar dengan mendirikan fasilitas
kesehatan dan pendidikan yang terbuka secara luas untuk semua lapisan, dan
5. Perusahaan memprioritaskan masyarakat sekitar untuk diberdayakan di perusahaan.
3.2.3 Kebijakan Mutu
Dalam hal kebijakan mutu, pihak perusahaan juga menerapkan kebijakan mutu yang
relevan dengan tujuan dan harapan perusahaan. Adapun kebijakan mutu yang diterapkan di
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Berkomitmen menerapkan sistem manajemen sosial dan lingkungan melalui program
perkebunan yang lestari secara berkelanjutan dan menjamin keefektifannya,
2. Berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerja pada seluruh tingkat
3. Berkomitmen meningkatkan aspek kesehatan dan keselamatan kerja, patuh pada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik lokal, nasional maupun
internasional.
3.2.4 Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah limbah yang sangat berbahaya,
karena bersifat korosif, mudah terbakar, meledak, reaktif, beracun, dan radioaktif yang dapat
mengakibatkan infeksi, iritasi, mutagenis, cedera, wabah penyakit, sampai berujung pada
kematian. Walaupun peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3 sudah ada, akan tetapi
peraturan tersebut hanya diterapkan di sektor industri dan pabrik saja. Padahal pencemaran
limbah B3 tersebut tidak hanya terjadi dipabrik saja, pencemaran tersebut juga dapat dijumpai
pada limbah-limbah rumah tangga dan biasanya limbah rumah tangga tersebut tidak dikelola
dengan baik dan dibuang di lingkungan sekitar secara terbuka.
Adapun kegiatan kerja di lingkungan PT Riau Sakti United Plantations yang
menghasilkan limbah B3 dan perlu penanganan yang serius untuk pengolahannya adalah sebagai
berikut23:
1. Oli Bekas
Oli bekas adalah limbah yang mengandung logam berat yang sangat berbahaya yang
apabila logam tersebut masuk ke dalam tubuh dan perlahan menumpuk sedikit demi sedikit akan
mengakibatkan kerusakan ginjal, gangguan syaraf, penyakit kanker, dan lain sebagainya. Tingkat
bahaya oli bekas jika dinyatakan dalam perbandingan dalah 1 liter oli bekas mampu mencemari 1
juta galon air, selain itu oli bekas juga mudah terbakar.
2. Wadah Bekas Bahan Kimia
Wadah bekas bahan kimia adalah suatu wadah yang telah bercampur dengan bahan kimia
berbahaya. Salah satu contoh dari wadah bekas bahan kimia adalah wadah kemasan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi baik di perkebunan maupun di
industri. Limbah daripada bahan ini sangatlah berbahaya karena mengandung racun yang dapat
bercampur dengan udara, air, tanah, dan kontak langsung dengan tubuh bila tidak menggunakan
pengaman. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa gangguan syaraf, iritasi, ISPA, dan merusak
organ-organ vital tubuh.
3. Limbah Bekas Bola Lampu
Limbah bekas bola lampu jenis fluoroescent lamp atau lampu hemat energi mengandung
zat merkuri dan uap raksa yang tidak baik bagi kesehatan anak-anak maupun ibu hamil.
4. Limbah Baterai/Accu
Limbah baterai/accu merupakan limbah yang mengandung zat mercuri, nikel, timbel,
mangan, litihium, seng, dan juga menghasilkan asam sulfat yang sangat tinggi. Sehingga limbah
ini dapat mengganggu kinerja otak dan syaraf dan tidak jarang dapat mengakibatkan gangguan
jiwa hingga kematian.
5. Limbah Medis
Limbah medis merupakan salah satu jenis limbah b3 yang lainnya, yang bila mencemari
lingkungan dapat berakibat fatal, serangan dari berbagai penyakit berbahaya, hal ini dikarenakan
penyakit. Contoh dari limbah ini adalah jarum suntik, botol infus, jarum suntik, dan wadah yang
digunakan untuk pengobatan yang tidak terpakai.
Pengolahan limbah-limbah tersebut baik diperkebunan maupun di industri diolah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan agar tidak mencemari
lingkungan sehingga ekosistem di lingkungan sekitar perusahaan tetap terjaga dan tidak
mengganggun kegiatan produksi. Penanganan yang tepat dalam pengelolaan limbah beracun dan
berbahaya sangatlah penting mengingat limbah dapat mengganggu kesehatan manusia, oleh
karena itu pola sanitasi yang benar kepada penduduk dapat diterapkan guna menghimbau akan
bahaya yang ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan.
Selain itu perusahaan perkebunan yang berdiri sejak tahun 1985 ini terbagi dalam
beberapa area ataupun afdeling yang masing-masing afdeling tersebut dikontrol oleh seorang
manager wilayah yang bertanggung jawab kepada pihak manajemen perusahaan atas
keberlangsungan kegiatan kerja di lapangan. Pada tiap-tiap area tersebut terdapat
kampung-kampung produksi yang dihuni oleh tenaga-tenaga kerja dengan varian pekerjaan yang
berbeda-beda.
Untuk mengalokasikan hasil panen dari perkebunan, PT Riau Sakti United Plantations
memiliki pabrik ataupun industri pengolahan hasil perkebunan sendiri. Industri yang masih
merupakan bagian dari PT Pulau Sambu tersebut mulai didirikan pada tahun 1993 dengan badan
hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Riau Sakti United
Plantations-Industri atau lebih dikenal oleh masyarakat di Pulau Burung dengan sebutan CWP II. PT Riau
Sakti United Plantations-Industri bergerak dibidang pengolahan hasil-hasil produksi dari
beberapa produk tersebut adalah santan kara, kopra, nanas kaleng, arang, dan beberapa produk
industri lainnya yang siap untuk didistribusikan ke pasar. Oleh karena itu, di Pulau Burung
terutama di Desa Pulau Burung perkebunan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit dikelola oleh
PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan dan PT Riau Sakti United Plantations-Industri
yang masih berada di bawah naungan PT Pulau Sambu.
3.3 Penyediaan Lahan
Kelapa diketahui dapat tumbuh di semua jenis tanah. Akan tetapi, untuk mendorong
produktivitas yang lebih baik perlu diperhatikan syarat-syarat tanah yang baik, seperti:
a. Struktur tanah cukup baik, artinya selain tata udara yang cukup baik, sistem peresapan airnya
juga harus baik. Persediaan humus/bahan organik dan bila perlu ditanami tanaman penutup.
b. Derajat keasaman tanah (pH) yang baik antara 6,5-7,5.
c. Tipe tanah yang baik untuk tanaman kelapa adalah tanah alluvial, tanah latosol, tanah pasir
dengan air tanah yang cukup baik dan sedikit mengandung tanah liat.
Selain itu, lokasi yang baik untuk tanaman kelapa adalah di daerah pantai atau pesisir.
Hal ini karena tata udara tanah yang baik dengan kandungan air tanah yang cukup dalam, atau air
tanah dangkal tetapi bergerak. Kelapa masih dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian 600
meter dari permukaan air laut sampai 900 meter di atas permukaan air laut. Suhu yang baik
untuk tanaman kelapa adalah 27-28 derajat celcius. Sedangkan untuk kelembaban udara yang
baik adalah 80-90 %. Kelembaban udara di bawah 70 % akan menyebabkan daun kering dan
rontoknya buah dan pertumbuhan tanaman muda terganggu.24
Kunci untuk mengetahui pertumbuhan daerah yang cukup subur di Pulau Burung adalah
kondisi geologi daerah itu sendiri dan yang erat berkaitan dengannya, yaitu bentuk lahan dan
tanahnya. Lahan di Pulau Burung yang sebagian besar merupakan rawa-rawa dan tanah gambut
dianggap cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa hibrida dan beberapa komoditas
perkebunan lainnya. Hal ini didukung oleh tanaman kelapa yang dapat tumbuh pada semua jenis
tanah, termasuk pada lahan basah berpori yang ada di Pulau Burung.
Proses awal daripada pembukaan sebuah perkebunan adalah persiapan dan penyediaan
lahan yang cocok untuk komoditas yang akan ditanam. PT Riau Sakti United Plantations melihat
potensi tersebut ada pada lahan basah berpori yang ada di Pulau Burung untuk dijadikan
perkebunan kelapa hibrida. Pemetaan lahan dilakukan sekitar tahun 1985 dengan mendatangkan
tenaga ahli topografi untuk memetakan lahan yang akan dipersiapkan menjadi lahan perkebunan
kelapa hibrida. Adapun lahan berupa hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang besar
dengan kondisi semak belukar dan berawa-rawa. Persiapan awal penyediaan lahan setelah proses
fotografi lahan selanjutnya masuk pada tahapan tumbang atau tebang pohon (rencek lahan). Pada
tahap ini pohon-pohon besar yang merupakan hutan tersebut ditebang dan ditumbang oleh para
pekerja dengan menggunakan peralatan berupa kapak, gergaji, dan chainsaw. Pengerjaan lahan
ini dikerjakan oleh tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari luar Pulau Burung yang
benar-benar terampil dalam bidangnya. Pengerjaan penebangan pohon ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan ketentuan dan area yang telah dipetakan untuk dijadikan lahan perkebunan.
Kayu-kayu yang telah ditebang kemudian diolah menjadi papan untuk bahan baku bangunan
perumahan para tenaga kerja di tiap-tiap area yang telah ditentukan oleh pihak perkebunan. Pada
tahap rencek lahan ini, lahan harus benar-benar bersih dari sisa-sisa penebangan pohon. Lahan
Setelah lahan benar-benar bersih, proses selanjutnya yang dilakukan adalah kanalisasi.
Adapun yang dimaksud dengan kanalisasi adalah proses pembuatan kanal yang digunakan untuk
sistem irigasi dan bertujuan untuk efektifitas pemanfaatan perkebunan. Peranan kanal
difungsikan sebagai sarana kontrol distribusi air untuk setiap area dengan menjamin pasokan air
dapat dipertahankan dan tetap konsisten pada saat musim kemarau. Kanalisasi juga bertujuan
untuk mengeringkan genangan air gambut yang ada di lahan mengingat kondisi lahan yang
berawa-rawa. Selain itu, kanal juga berfungsi sebagai jalur transportasi pengangkutan buah hasil
panen dari kebun yang diangkut dengan menggunakan pompong25. Kanal-kanal tersebut dikeruk
atau digali dengan menggunakan alat berat seperti excavator milik perusahaan dan ukuran dari
tiap-tiap kanal yang akan digali atau dikeruk tersebut telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan agar dapat tetap menjaga konsistensi irigasi area tanam. Pengerjaan penggalian
kanal tersebut dilakukan berangsur dan bertahap sesuai dengan standar operasional prosedur
yang ditetapkan oleh perusahaan agar tidak merusak kelangsungan ekosistem yang ada.
Pemadatan jalur tanam merupakan proses selanjutnya dalam tahap penyediaan lahan.
Hasil-hasil galian kanal dari proses kanalisasi tersebut kemudian dipadatkan dan diratakan
menggunakan bulldozzer dan excavator. Pemadatan ini dilakukan bertujuan untuk memastikan
lahan tidak digenangi air sehingga lahan siap untuk ditanami bibit-bibit kelapa hibrida. Setelah
proses pemadatan lahan selesai, maka lahan-lahan tanam tersebut digali atau dibuat
lubang-lubang tanam untuk persiapan penanaman bibit-bibit yang telah dipersiapkan. Lubang-lubang-lubang
galian tersebut diberi pupuk yang sesuai dengan prosedur penanaman yang ditetapkan oleh
tenaga ahli yang dipekerjakan oleh pihak perkebunan. Pada tahapan ini pemberian pupuk dasar
25 Pompong adalah sejenis perahu bermotor yang beroperasi di Pulau Burung yang memiliki ragam
dimaksudkan untuk semakin menyuburkan lahan sehingga membantu pertumbuhan bibit-bibit
kelapa hibrida yang ditanam kemudian. Adapun jenis-jenis pupuk dasar yang diberikan antara
lain26:
1) Pupuk RP (Rhophospat) dengan takaran 500 gram per lubang,
2) Pupuk CuSO4 dengan takaran 20 gram per lubang,
3) Pupuk FeSO4 dengan takaran 50 gram per lubang,
4) Pupuk ZnSO4 dengan takaran 10 gram per lubang, dan
5) Pupuk Boraks dengan takaran 10 gram per lubang.
Setelah semua tahapan selesai dilakukan dan lahan sudah benar-benar siap untuk
ditanami bibit-bibit kelapa hibrida, proses selanjutnya adalah memindahkan bibit-bibit kelapa
hibrida dari polybag ke lubang tanam dengan cara menyayat bagian bawah polybag dan menarik
bibit-bibit kelapa hibrida tersebut ke atas kemudian meletakkannya di lubang tanam yang telah
teredia. Proses penyediaan lahan pertama ini berlangsung selama tahun 1986 dan berlanjut secara
bertahap hingga mencapai luas sekitar 22.650 Ha. Luas lahan tanam bibit-bibit kelapa hibrida
yang pertama kali dilakukan adalah 112 Ha dengan jumlah bibit pohon kelapa hibrida sekitar
18.243 batang (1986)27. Pada tahun 1990 pihak perkebunan mulai mengusahakan tanaman
nanas. Bibit-bibit nanas tersebut berasal dari daerah lokal yang dibeli dari petani nanas kemudian
dikembangkan sendiri oleh pihak perkebunan. Jenis bibit nanas yang diusahakan oleh
perkebunan adalah nanas bangka. Pada tahun 1990 luas lahan pembibitan nanas yang
diusahakan pertama kali sekitar 50 Ha dan mulai menghasilkan pada tahun 1993 dengan total
produksi sekitar 14.200 butir. Sementara untuk tanaman kelapa sawit baru dikembangkan oleh
pihak perkebunan pada akhir tahun 1999 dengan total luas lahan usaha sekitar 33,5 Ha.
Luas lahan yang dimiliki oleh PT Riau Sakti United Plantations sebagian besar berada di
Desa Pulau Burung. Perkebunan kelapa hibrida ini juga menjalin hubungan kerjasama dengan
perkebunan kelapa hibrida milik masyarakat yang tergabung dalam Perkebunan Inti Rakyat yang
berada di desa-desa tetangga, seperti Desa Manunggal Jaya, Desa Mayang Sari Jaya, dan
beberapa desa lainnya. Desa-desa ini merupakan sarana pemukiman yang dibangun oleh pihak
perkebunan yang ditujukan untuk membantu program pemerintah dalam hal transmigrasi
penduduk, oleh karena itu desa-desa tersebut sering juga disebut sebagai “trans”. Kebanyakan
masyarakat yang tinggal di desa-desa trans tersebut bermata pencaharian sebagai petani kelapa.
Lahan perkebunan seluas 22.650 Ha tersebut selain untuk area pengelolaan komoditas
perkebunan juga diperuntukkan untuk sarana pemukiman tenaga kerja (perumahan),
kantor-kantor perkebunan, sekolah-sekolah, puskesmas, rumah-rumah ibadah, akses transportasi baik
darat maupun air, dan termasuk lahan kosong yang memiliki fungsinya masing-masing. Lahan
kosong tersebut meliputi tanah lapang, kebun sayur yang diusahakan oleh tenaga kerja untuk
kebutuhan sehari-hari, dan sebagian lagi hutan lindung yang masih terjaga serta dilindungi oleh
pihak perkebunan sesuai dengan ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.
3.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi bisa didefinisikan merupakan salah satu mekanisme-mekanisme
secara formal tentang pengolahan dari pengertian organisasi itu sendiri. Struktur organisasi
mencakup unsur-unsur seperti spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau
pembuatan struktur organisasi perusahaan bukan hanya sekedar menggambarkan deskripsi
terhadap wewenang dan tugas karyawan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi,
anggota dalam organisasi tersebut wajib bertanggung jawab terhadap apa yang harus
dipertanggungjawabkan. Struktur organisasi memberikan gambaran secara jelas mengenai
pertanggungjawaban kepada pimpinan atau atasan yang telah memberikan kewenangan, karena
selanjutnya pelaksanaan kewenangan tersebut harus dipertanggungjawabkan. Kedudukan setiap
orang dalam perusahaan, terlihat pada struktur organisasi yang sebenarnya mempermudah dalam
melakukan koordinasi, karena adanya keterkaitan penyelesaian pekerjaan terhadap suatu fungsi
yang dipercayakan pada seseorang.
Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan
di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini
biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah,
kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah.
Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di
lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan
teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok
tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi
lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis
mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus
berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi
ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan
menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah
melalui penyesuaian struktur organisasi.
PT Riau Sakti United Plantation yang telah berdiri sejak 1986 di Desa Pulau Burung
merupakan sebuah perusahaan dengan struktur organisasi yang jelas dan tersistematis mulai dari
pimpinan perusahaan sampai tenaga kerja yang paling bawah.
Pimpinan perusahaan PT Riau Sakti United Plantation dipegang langsung oleh seorang
General Manager yang memiliki peran dan fungsi yang telah diatur. Seorang General Manager
bertanggung jawab langsung akan keberlangsungan dan perkembangan perusahaan. General
Manager kemudian dibantu oleh beberapa Vice General Manager atau Wakil General Manager
yang bertanggung jawab langsung kepada General Manager dalam memberikan laporan
perkembangan perusahaan. Kemudian Vice General Manager membawahi beberapa orang
Assistant General Manager yang berperan langsung dilapangan dan bertanggung jawab langsung
kepada Vice General Manager terhadap perkembangan maupun kondisi di lapangan. Assistant
General Manager memiliki peran dan fungsi masing-masing tergantung pada fokus
pekerjaannya, apakah di perkebunan atau di industri. Seorang Assistant General Manager
biasanya membawahi beberapa orang Manager. Seorang Manager merupakan pimpinan dari
departemen yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sebagai contoh, seorang
manager di departemen Research and Advisory bertanggung jawab dalam hal penyediaan bibit
tanaman produksi, pemeliharaan, dan penanaman bibit.
Garis koordinasi antara tiap-tiap departemen di dalam struktur organisasi PT Riau Sakti
dengan departemen yang lainnya dengan jelas yang secara keseluruhan membidangi tanggung
jawab serta fungsinya masing-masing. Adapun bagan struktur organisasi PT Riau Sakti United
Plantations-Perkebunan dan PT Riau Sakti United Plantations-Industry dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Struktur Organisasi PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan
GENERAL MANAGER
VICE GENERAL MANAGER Finances,
Control & Audit
Assistant Manager Accounting
KABAG Accounting
Manager Finance Manager Divisi IA
Senior Assistant Manager Plantation Audit
KABAG Finance Audit
VICE GENERAL MANAGER PLANTATIONS
Senior Manager RAA
& Nursery Manager QSD Senior Assistant Manager Quality Control Assistant General Manager Plantation Replanting Manager KTTA Manager HRD
Manager Area I
Manager Area II
Manager Area III
Struktur Organisasi PT Riau Sakti United Plantations-Industry
3.5 Sistem Upah Karyawan
Gaji adalah suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang majikan pada karyawannya
yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja. Dari sudut pandang pelaksanaan bisnis, gaji dapat
dianggap sebagai biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sumber daya manusia untuk
menjalankan operasi, dan karenanya disebut dengan biaya personel atau biaya gaji. Sistem upah
merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima pekerja.
Kompensasi ini merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas
hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah merupakan masalah yang penting karena
menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karena itu tidak heran bila
dari buruh hingga direktur, tidak ada topik yang lebih menarik dan sensitif daripada masalah gaji.
Di Indonesia, peraturan mengenai penetapan upah minimum diatur dalam Peraturan Meteri
MANAGING DIRECTOR
GENERAL MANAGER
KETUA TKP MML/KAHIQMR INDEPENDET AUDITOR P2K3/AHLI K3
Tenaga Kerja No. 05/Men/1989. Di dalam peraturan menteri tersebut upah minimun terbagi atas
tiga jenis, yaitu:
1. Upah Minimum Regional atau yang biasa dikenal dengan UMR.
2. Upah Minimum Sektor Regional, dan
3. Upah Minimum Sub Regional.
Melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi, mengubah pemberlakuan Upah Minimum
Regional (UMR) menjadi Upah minimum Propinsi (UMP) atau Upah minimum Kabupaten/Kota
(UMK) yang besarannya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur dalam kurun waktu 1
tahun sekali. Upah Minimum Propinsi adalah suatu upah minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten/kota di suatu propinsi. Sedangkan Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah suatu upah
minimum yang berlaku di suatu kabupaten/kota.
Seperti halnya di Pulau Burung, sistem pengupahan tenaga kerja mengikuti peraturan
daerah Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan sesuai dengan upah minimum
kota. Sesuai dengan peraturan tersebut, PT Riau Sakti United Plantations sebagai sebuah
perusahaan yang taat akan peraturan pemerintah, menetapkan besaran gaji pokok yang diterima
oleh tiap karyawan atau tenaga kerja yang bekerja di PT Riau Sakti United Plantations mulai dari
Rp 1.300.000 per bulannya. Jumlah gaji yang diterima oleh tiap pekerja tentu saja berbeda-beda
sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkatan jabatan yang mereka peroleh di perusahaan.
Perbedaan pembagian gaji tersebut ditentukan oleh manajemen perusahaan yang sesuai dengan
Upah yang diterima oleh karyawan di PT Riau Sakti United Plantations diperuntukkan
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup mereka, seperti biaya kebutuhan sehari-hari,
kebutuhan untuk biaya sekolah anak-anak mereka, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
masuk dalam katergori kebutuhan sekunder dan terseier.
Setiap karyawan yang bekerja di PT Riau Sakti United Plantations memiliki kesempatan
dan peluang yang sama dalam hal kenaikan upah atau gaji. Karyawan yang mendapat kenaikan
gaji tersebut ditentukan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mereka lakukan dan
dipromosikan oleh masing-masing pimpinan mereka di tiap-tiap departemen. Hal kenaikan gaji
kemudian disampaikan kepada pihak personalia untuk kemudian dipertimbangkan dan
diputuskan.
Upah ataupun gaji sebagai bentuk balas jasa dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja
yang bekerja diperusahaan diberikan setiap awal bulan dalam minggu pertama. Untuk karyawan
yang bekerja di lapangan, gaji diberikan kepada tiap-tiap asisten wilayah yang bertanggung
jawab di wilayahnya, sementara untuk karyawan golongan staff, wakil kepala bagian, kepala
bagian, manager, sampai vice general manager, gaji yang berikan perusahaan masuk ke dalam
rekening pribadi yang telah dianjurkan oleh perusahaan.
3.6 Pengelolaan Hasil Produksi
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai suatu
kegiatan penanganan produk hasil perkebunan, sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan
baku atau produk akhir siap dikonsumsi, dimana didalamnya juga termasuk distribusi dan
pemasarannya. Cakupan teknologi pascapanen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar,
setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan atau transformasi produk hanya terjadi
secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini. Kedua:
penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap ini
akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu
proses pengolahan.
Secara umum, masalah penerapan teknologi maju dalam penanganan pascapanen hasil
perkebunan masih banyak ditemui disekitar mata rantai pemasaran dan lebih banyak lagi ditemui
pada tingkat daerah sentra produksi (farm). Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan
teknologi pascapanen antara lain:
1. Kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam
negeri,
2. Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan
pascapanen maupun informasi teknologi penanganan pascapanen itu sendiri,
3. Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan
penanganan pascapanen, misalnya tentang susut pascapanen sehingga berakibat kurangnya
perhatian terhadap masalah mutu,
4. Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi
hasil perkebunan rakyat,
5. Masih kecilnya margin yang diperoleh untuk menutupi biaya operasi penanganan
pascapanen, dan
6. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan
Dalam upaya meningkatkan pengelolaan hasil produksi, tindakan pemeliharaan tanaman
merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Pemeliharaan tanaman bukan saja sekedar
memberikan pupuk, tetapi juga menyiangi gulma, membersihkan tubuh tanaman, pemberian
sanitasi, menanam tanaman sela, membuat parit drainase, memperbaiki teras pada lahan miring,
dan menyulam tanaman mati.28
Dari beberapa penelitian tentang pengolahan kelapa, para petani biasanya enggan
memberikan pupuk pada tanaman kelapanya. Hal ini dimungkinkan karena rekomendasi
pemberian pupuk terhadap tanaman kelapa belum menarik perhatian mereka. Salah satu faktor
pendukung produktivitas pertumbuhan tanaman kelapa adalah ketersediaan unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman itu sendiri.29
Pemberian air terhadap tanaman kelapa sangat diperlukan, terutama pada saat musim
kemarau. Ketersediaan air yang cukup setiap tahunnya akan meningkatkan produktivitas
tanaman kelapa, di Pulau Burung sendiri sistem kanalisasi sangat membantu dalam penyediaan
air yang cukup bagi tanaman kelapa hibrida. Selain ketersediaan air, penyiangan gulma juga
sangat penting, mengingat gulma merupakan tanaman salah satu tanaman parasit yang dapat
menjadi penghalang pertumbuhan tanaman komoditas yang diusahakan.
PT Riau Sakti United Plantation dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil produksi
usahanya telah melakukan hal-hal seperti yang dimaksudkan di atas, pemberian pupuk,
penyiangan gulma, pembuatan parit drainase, hingga menanam tanaman sela dilakukan oleh
tenaga kerja yang bekerja dibidangnya masing-masing. Perawatan tanaman produksi di
lingkungan perusahaan sangat diperhatikan. Perkembangan tanaman, kontrol terhadap hama
penyakit, dan panen buah telah diatur secara sistematis oleh pihak perusahaan.
Seperti buah-buahan yang lainnya, pemanfaatan tanaman kelapa dimulai sejak masa
panen. Tetapi sering kali buah kelapa dipanen sebelum masak, karena kebutuhan untuk
konsumsi. Kriteria masaknya buah kelapa dapat diketahui dari perubahan warna kulit luar yang
menjadi cokelat. Tandan buah kelapa pada umumnya terbentuk sebanyak 14 kali dalam 1 tahun,
kira-kira 1 tandan tiap bulannya. Oleh karena itu, panen kelapa sering dilakukan setiap 2-3 bulan
sekali dalam 1 tahun.30
Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah kelapa
yang telah masak, akan tetapi sering kali dilakukan panen 2-3 tandan buah kelapa sekaligus.
Tinggi rendahnya hasil yang dipanen sering kali dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
varietas tanaman kelapa, umur tanaman kelapa, keadaan tanah dan iklim serta pemeliharaan.
Panen yang dilakukan di PT Riau Sakti United Plantations dikerjakan oleh tenaga
borongan maupun tenaga harian. Buah kelapa yang telah dipanen kemudian dikupas kulit
luarnya kemudian dikumpulkan sebelum dikirim ke industri untuk diolah. Panen dilakukan
dengan menggunakan peralatan sederhana, yaitu dengan menggunakan tongkat bambu yang
panjang untuk menjangkau tandan buah kelapa yang akan dipanen yang di ujungnya dikaitkan
sebilah pisau yang berbentuk seperti celurit. Untuk mengupas kulit luar kelapa digunakan alat
berupa tonggak kayu yang ditancapkan ke tanah setinggi kira-kira 70 cm yang di atasnya di
berikan sejenis pisau tajam untuk mengupas kulit kelapa tersebut atau dalam bahasa lokal di
Pulau Burung disebut ”sulak”.
Buah kelapa yang sudah selesai dipanen dari perkebunan selanjutnya dikirim ke industri
untuk diolah ke dalam beberapa bentuk komoditas yang akan diperdagangkan baik ke
daerah-daerah terdekat, luar daerah-daerah, hingga ke pasaran luar negeri.
30 Suhardikono, L. 1988, Tanaman Kelapa, Budidaya dan pemanfaatannya, Yogyakarta: Kanisisus. hal:
Adapun hasil-hasil olahan yang dihasilkan oleh industri PT Riau Sakti United Plantation
adalah:
1. Canned Pineapple/Nanas dalam Kaleng
2. Pineapple Juice Concentrate/Juice nenas
3. Desiccated Coconut/Kelapa Parut Kering
4. Can cream/Santan
5. Air Kelapa
6. Minyak Kelapa
7. Bungkil Kelapa
8. Arang Tempurung Kelapa
9. Kulit Nenas
Sementara itu, bagian-bagian tanaman kelapa lainnya seperti sabut kelapa, batang kelapa,
daun, hingga lidinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan konsumsi
lainnya, seperti batang kelapa untuk jembatan-jembatan kecil, lidi untuk sapu, sabut kelapa dan
BAB IV
PERKEMBANGAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS
4.1 Pembibitan Kelapa Hibrida
Hibridasi ataupun pembastaran adalah perkawinan atau persilangan antara 2 tanaman
sejenis yang berbeda sifatnya, sedangkan hasilnya disebut hibrida (bastar). Demikian pula pada
tanaman kelapa, apabila dilakukan perkawinan atau persilangan antara dua kelapa yang berbeda
sifatnya maka akan menghasilkan kelapa hibrida.
Tujuan pembibitan adalah untuk menghasilkan tanaman yang subur dan sehat dalam
waktu yang relatif singkat. Keuntungan yang diperoleh dari bibit yang subur dan sehat antara
lain adalah menghasilkan tanaman yang seragam, berbuah lebih awal, dan berproduksi tinggi.
Dalam pembibitan benih yang baik harus diambil dari pohon induk yang sudah diplih,
berasal dari pohon induk dalam blok penghasil tinggi yang terpilih untuk kelapa dalam, dan dari
kebun induk kelapa hibrida untuk benih kelapa hibrida. Benih harus dipilih dari buah kelapa
yang berukuran dan berat yang normal, dengan bentuk bulat atau mendekati bulat, cukup tua,
sehat, tidak cacat, tidak terserang hama penyakit, dan air buahnya cukup banyak. Adapun syarat
pohon induk kelapa dalam yang baik untuk bibit kelapa yang akan ditanam adalah:
1. Umur tanaman antara 20-40 tahun.
2. Produksi terus-menerus dengan jumlah yang tinggi (80-120 butir/pohon/tahun).
3. Batang pohon yang kuat dan lurus dengan mahkota yang berbentuk sperical atau
4. Daun dan tangkainya kuat.
5. Bebas dari gangguan hama penyakit.
Buah yang baru saja dipetik tidak dapat langsung dikecambahkan, karena buah kelapa
memerlukan masa istirahat selama lebih kurang 1 bulan. Apabila benih akan ditanam ada tempat
yang cukup jauh dari sumber benih, waktu yang diperlukan untuk mengangkut benih harus
diperhitungkan tidak lebih dari 1 bulan.31 Lokasi yang baik untuk pembibitan benih tanaman
kelapa yang baik adalah memiliki topografi datar, drainase yang baik, dekat dengan sumber air,
dan dekat dengan lokasi penanaman.
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan perkebunan, PT
Riau Sakti United Plantations merupakan perusahaan yang mengusahakan komoditas-komoditas
perkebunan seperti kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Adapun komoditas unggulan yang
merupakan hasil produksi terbesar dari perusahaan ini adalah kelapa hibrida.
Dalam perkembangannya, perusahaan ini membuka lahan perkebunan yang sangat
strategis di sebuah kawasan lahan basah berpori di Pulau Burung. Pengembangan usaha
perkebunan tersebut berawal pada tahun 1985, di mana benih ataupun bibit kelapa hibrida yang
ditanam pertama kali didatangkan dari luar daerah, tepatnya dari PTPN X Lampung32. Bibit-bibit
kelapa hibrida tersebut dibeli dan kemudian dikelola dan ditanam pada lahan tanam persiapan
pertama seluas kira-kira 50 Ha dan kemudian bertambah luas menjadi 112 Ha pada akhir tahun
1986.
Kelapa hibrida merupakan tanaman kelapa hasil persilangan antara kelapa dalam (tall)
dengan kelapa genjah (dwarf). Berikut ini beberapa jenis kelapa yang dapat diusahakan di
perkebunan:
PB 121, merupakan kelapa hasil persilangan antara Malayan Yellow Dwarf atau Malayan
Red Dwarf dengan West Africaan Tall,
PB 113, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design
dengan Rennell Tall,
PB 111, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design
dengan West Africaan Tall,
KHINA (Kelapa Hibrida Indonesia), merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias
Yellow Dwarf dengan Tenga,
KHINA 2, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis
kelapa dari Bali, dan
KHINA 3, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis
kelapa dari Palu.
4.2 Penanaman Bibit Kelapa Hibrida
Dalam tahap penanaman bibit kelapa hibrida lokasi tanah atau kebun yang akan ditanami
bibit kelapa hibrida yang luas dibedakan dalam 3 macam, yaitu: pembukaan lahan baru bekas
hutan, pembukaan lahan baru bekas alang-alang, dan peremajaan kebun. Pulau Burung sebelum
masuknya PT Riau Sakti United Plantations merupakan hutan, sehinga lahan yang akan ditanami
Faktor-faktor penanaman yang cukup berpengaruh pada produksi buah dan
pertumbuhannya adalah jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan cara menanam.33 Adapun
jarak tanam kelapa yang tepat yaitu antara 6x6 meter hingga 10x10 meter, lubang tanam yang
dibuat sebaiknya dibuat 2 bulan sebelum bibit ditanam, ukuran lubang tanam yang dibuat
tergantung pada jenis tanahnya. Ukuran bervariasi dari 60x60x60 cm sampai 100x100x100 cm.
Sementara itu pemindahan bibit hendaknya dilakukan pada saat musim hujan dengan cara
putaran.
Keberhasilan penanaman bibit kelapa hibrida dapat dilihat hasilnya pada tahun 1991, di
mana hasil produksi pertama kelapa hibrida mulai dapat dirasakan berkat hasil kerja keras dan
upaya yang diusahakan oleh para tenaga kerja yang bekerja di perkebunan. Berikut ini
merupakan tabel perkembangan luas lahan dan jumlah pohon yang berhasil ditanam tahap demi
tahap dari tahun 1986-2001:
Tabel III: Perkembangan Luas Lahan dan Jumlah Pohon Kelapa Hibrida Dari Tahun 1986-2001
TAHUN JUMLAH POHON LUAS LAHAN (Ha)
1986 18.243 112
1987 373.151 2530
1988 601.099 3990
1989 493.307 3093
1990 67.2421 5183
1991 47.2375 3992
1992 33.344 182
1993 22.420 123
1994 21.100 157
1995 20.129 112
1996 - -
1997 14.648 237
1998 - 45
1999 21.270 253
2000-2001 12.968 583
JUMLAH 2.776.475 20.593
Sumber: Departemen Plantations Administration PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan
Tahun 2013 menjelaskan perkembangan luas area tanaman kelapa dan bibit yang berhasil
Penjelasan tabel:
Tahun 1986 merupakan tahun awal penanaman bibit kelapa hibrida dengan luas lahan
pertama seluas 112 Ha dengan jumlah pohon kelapa hibrida 18.243 batang pohon.
Tahun 1987 luas lahan yang ditanam bibit kelapa hibrida 2.530 Ha dengan jumlah
penanaman pohon sebanyak 373.151 batang pohon. Peningkatan luas lahan dari 112 Ha
menjadi 2.530 Ha didukung dengan efisiensi kerja dari tenaga kerja yang berhasil
membuka lahan tahap demi tahap, sehingga berhasil melakukan penanaman bibit kelapa
hibrida yang semula 18.243 batang pohon bertambah menjadi 373.151 batang pohon.
Perluasan lahan terus dilakukan pihak perusahaan tahap demi tahap, sehingga pada tahun
1988 luas lahan bertambah 3.990 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 601.099
batang pohon.
Tahun 1989 luas lahan bertambah 3.093 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
493.307 batang pohon. Konsistensi terhadap perluasan lahan penanaman kelapa hibrida
tetap terjaga dengan jumlah pasokan bibit kelapa hibrida yang berhasil dikembangkan
sendiri oleh pihak perusahaan, sehingga tidak perlu lagi melakukan pembelian bibit dari
luar.
Tahun 1990 luas lahan bertambah 5.183 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
672.421 batang pohon. Tahun 1990 dapat dikatakan sebagai tahun keberhasilan perluasan
lahan dan penanaman bibit kelapa hibrida oleh pihak perusahaan. Hal ini didukung juga
dengan jumlah tenaga kerja yang semakin ramai di lingkungan perusahaan perkebunan,
Tahun 1991 luas lahan bertambah 3992 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
472.375 batang pohon. Terjadi penurunan perluasan lahan tanam kelapa hibrida, hal ini
dikarenakan pihak perusahaan mulai mengusahakan tanaman nanas.
Tahun 1992 luas lahan bertambah 182 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
33.344 batang pohon. Penurunan drastis baik dalam luas lahan tanam maupun dalam
jumlah bibit kelapa hibrida yang berhasil ditanam. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan
yang merupakan lingkungan hutan lindung, sehingga tidak baik untuk pengeksploitasian
lahan secara berlebihan karena telah diatur dalam Undang-Undang mengenai
perlindungan terhadap kawasan hutan lindung serta ragam makhluk hidup yang berada di
dalamnya.
Tahun 1993 luas lahan bertambah 123 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
22.420 batang pohon.
Tahun 1994 luas lahan bertambah 157 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.100
batang pohon.
Tahun 1995 luas lahan bertambah 112 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 20.129
batang pohon.
Tahun 1996 tidak ada aktifitas penambahan lahan dan penanaman pohon kelapa hibrida.
Hal ini dikarenakan pada tahun ini pihak perusahaan memfokuskan diri untuk
pengembangan usaha produksi yang lain di luar Pulau Burung dan tidak ada proses
pembibitan.
Penanaman kembali dilanjutkan pada tahun 1997 dengan luas lahan yang bertambah
sekitar 237 Ha dengan jumlah penanaman bibit kelapa hibrida sebanyak 14.648 batang
Pada tahun 1998 luas lahan bertambah 45 Ha namun tidak ada aktifitas penanaman pohon
kelapa hibrida. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang tergenang air yang
berkepanjangan sehingga pihak perusahaan berkesimpulan untuk tidak melakukan
penanaman bibit kelapa hibrida.
Tahun 1999 luas lahan bertambah 253 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.270
batang pohon.
Pada tahun 2000-2001 luas lahan bertambah 583 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak
12.968 batang pohon. Terjadi penurunan dari segi jumlah bibit kelapa hibrida yang
ditanam, hal ini dikarenakan pihak perusahaan mulai melakukan pengembangan dalam
penanaman bibit kelapa sawit.
Untuk mengelola dan mengusahakan pembibitan, pihak perusahaan memiliki
laboratorium pengembangan bibit-bibit kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Benih-benih dari
tiap-tiap tanaman yang berasal dari lahan perkebunan diteliti, dikembangkan dan dikelola secara
mandiri oleh perusahaan sehingga mendorong untuk tidak mendatangkan dan membeli bibit-bibit
komoditas yang diusahakan dari luar perusahaan. Kegiatan pembibitan ini diusahakan dan
dikelola di area yang disebut Kebun Induk34 dan berada dibawah monitoring langsung
Departemen Research and Advisory PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan.
4.3 Industri
Keberhasilan yang diperoleh dari penanaman bibit kelapa hibrida di Pulau Burung
sebagai bagian dari PT Riau Sakti United Plantations serta permintaan pasar terhadap hasil
34 Kebun Induk merupakan area pembibitan tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit milik PT Riau
olahan tanaman kelapa hibrida yang tinggi mendrong pihak perusahaan mendirikan basis pabrik
pengolahan hasil perkebunan kelapa hibrida, sehingga pada tahun 1993 didirikan pabrik
pengolahan di Pulau Burung dengan nama PT Riau Sakti United Plantations-Industry. Industri
ataupun pabrik ini didirikan untuk menangani masalah produksi hasil kelapa dan santan kering
sebagai bagian dari permintaan pasar untuk kemudian dipasarkan dan diekspor.
Dalam perkembangannya PT Riau Sakti United Plantations-Industry kemudian
berkembang dan bergerak pada sektor industri dalam pengolahan hasil perkebunan kelapa
hibrida dan nanas. Pada tahun 1993, industri diawali dengan dengan 1 line produksi desiccated
coconut dengan mesin dryer yang didatangkan dari Amerika Serikat dan pembangunan fasilitas
dermaga ekspor. Pada tahun 1994, industri melakukan perluasan produksi untuk pengoolahan
minyak kelapa dan bungkil kopra serta mulai melakukan perluasan pabrik yang mengolah
prduksi sabut kelapa. Pada tahun 1995, penambahan line 2 pabrik desiccated coconut bersama
dengan perluasan dan peningkatan meat preparation untuk pembukaan 500.000 butir kelapa
hibrida per hari dan kapasitas 2.000.000 butir kelapa hibrida pada nut storage dan ditahun yang
sama pihak perusahaan mulai mendirikan pabrik untuk menangani produksi nanas kaleng dengan
penambahan kapasitas 5 line produksi. Pada tahun 1996-1997 perluasan pabrik santan kaleng
dengan penambahan pengoperasian 2 retort dan persiapan penambahan 3 line pabrik desiccated
coconut. Pada tahun 1998 persiapan penambahan 8 line untuk produksi nanas kaleng.
Pihak industri juga melakukan kerja sama dengan beberapa instansi terkait untuk
mendorong kelancaran produksi. Berikut ini beberapa bentuk kerja sama yang dilakukan oleh PT
Riau Sakti United Plantations35:
1. Kerjasama dengan Disnaker Kabupaten pelaporan tenaga kerja dari mulai masuk dan
dalam urusan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) dan memenuhi regulasi.
2. Kerjasama dengan PT Jamsostek untuk urusan penyetoran iuran Jamsostek seluruh
tenaga kerja dan urusan dokumentasi jamsostek seluruh tenaga kerja.
3. Dirjen Pajak penyetoran pajak penghasilan dan dokumentasinya.
4. Kerjasama dengan KLH/BLH (Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Lingkungan
Hidup) dalam upaya melestarikan lingkungan.
5. Kerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Pulau Burung dalam mengoptimalkan
kesehatan masyarakat.
6. Kantor Pelayanan Bea Cukai Kabupaten untuk lalu lintas barang keluar dan masuk.
7. Kerjasama dengan Badan Perijinan mengurus dan memperpanjang ijin-ijin yang
diperlukan.
8. Kerjasama dengan Dispenda pajak dan retribusi daerah.
9. Kerjasama dengan Kantor Imigrasi untuk lalu lintas orang-orang asing.
10.Kerjasama dengan Syahbandar lalu lintas alat angkut air.
11.Kerjasama dengan Karantina Pelabuhan (Departemen Kesehatan) untuk memastikan
pemenuhan spesifikasi persyaratan kesehatan barang keluar.
4.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang
menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja36.
Jenis-jenis tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Berdasarkan Penduduknya
a) Tenaga kerja, yaitu seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup
bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka
yang dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja adalah mereka yang berusia 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.
b) Bukan tenaga kerja, yaitu mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja
meskipun ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun
dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia
(lanjut usia) dan anak-anak.
2) Berdasarkan batas kerja
a) Angkatan kerja, yaitu mereka dengan usia produktif antara 15-64 tahun, yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.
b) Bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang berusia 10 tahun ke atas yang kegiatannya
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Contoh dari bukan
angkatan kerja adalah: anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pengangguran sukarela.
3) Berdasarkan kualitasnya
a) Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal.
b) Tenaga kerja terlatih, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam
bidang tertentu dengan pengalaman kerja yang diperoleh secara berulang-ulang.
c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, yaitu mereka yang bekerja dengan
mengandalkan tenaga saja, seperti buruh kasar.
Peranan perkebunan dalam perkembangan sejarah Indonesia sendiri memiliki peranan
yang cukup penting. Keberadaan suatu perkebunan baik itu dalam skala kecil maupun skala
besar seperti sebuah perusahaan tentu saja mampu menyerap tenaga kerja sehingga mampu
menekan angka pengangguran penduduk itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat
perkembangan sebuah wilayah tidak terlepas dari sumber penghasilan yang terdapat di wilayah
tersebut. Seperti halnya di Pulau Burung, pendirian perusahaan perkebunan kelapa hibrida
semula bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada penduduk serta
memberikan ruang kepada para petani transmigran dari Pulau Jawa untuk mengolah lahan
kosong yang diupayakan ooleh pihak perusahaan sebagai wujud dalam menekan angka
pengangguran tersebut.
Secara historis, tenaga kerja yang pertama sekali didatangkan langsung oleh PT Riau
Sakti United Plantations berasal dari Pulau Jawa. Para tenaga kerja yang akan dipekerjakan di
transmigrasi yang pada saat itu merupakan program pemerintahan masa orde baru. Tenaga kerja
yang akan diberangkatkan ke perkebunan pertama sekali berjumlah sekitar 100 orang yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan. Biaya perjalanan sampai ke tempat tujuan mereka akan
bekerja ditanggung oleh pihak penyelenggara yaitu PT Riau Sakti United Pantations. Dalam
perkembangannya, PT Riau Sakti United Plantations mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang
luas untuk menunjang kegiatan produksi sebagai sebuah perusahaan padat karya. Tenaga kerja
yang dipekerjakan di PT Riau Sakti United Plantations sangat beraneka ragam mengingat skala
produksi serta pengelolaan manajemen perushaan yang cukup luas. Hampir sebagian besar
penduduk di Pulau Burung merupakan tenaga kerja yang bekerja di bawah naungan PT Riau
Sakti United Plantations.
Untuk PT Riau Sakti United Plantations-Industry jumlah tenaga kerja yang bekerja di
pabrik sekitar 4.453 orang. Adapun tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja PT Riau Sakti
United Plantations-Industry dan Outsourcing yang ada di wilayah pabrik. Outsourcing tersebut
merupakan milik tokoh-tokoh masyarakat Pulau Burung dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan biasanya yang direkut dan dipekerjakan adalah penduduk lokal. Untuk PT Riau
Sakti United Plantations-Perkebunan, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perkebunan sekitar
1.800 orang. Secara keseluruhan tenaga kerja tersebut berada di bawah naungan PT Riau Sakti
United Plantations dengan perjanjian kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan
sesuai dengan Peraturan Undang-Undang Ketenaga Kerjaan dan sesuai dengan ketentuan yang
BAB V
PENGARUH PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS DI PULAU BURUNG SAMPAI DENGAN TAHUN 2001
5.1 Bidang Ekonomi Penduduk
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah indikator untuk tingkat kesejahteraan ekonomi
suatu bangsa pada suatu negara atau masyarakat suatu daerah. Selain itu, pemerataan
pendapatan, tingkat kemiskinan, pendapatan per kapita, angka pengangguran, sampai tingkat
mortalitas bayi juga merupakan indikator untuk tingkat kesejahteraan sebuah daerah. Semakin
baik tingkat perekonomian sebuah daerah maka semakin sejahtera rakyatnya dan semakin maju
pula daerah itu.37
Kelapa hibrda memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu, tidak sedikit petani
maupun perusahaan perkebunan di Indonesia yang mengusahakan tanaman ini. Produk kelapa
yang memiliki nilai ekonomi yang paling tinggi adalah minyak kelapa. Minyak kelapa berasal
dari daging buah segar atau dari kopra.
PT Riau Sakti United Plantations yang berdiri di Kecamatan Pulau Burung sejak tahun
1986 telah memberikan perubahan yang sangat besar dalam kaitannya dengan pembangunan
serta perkembangan wilayah di Pulau Burung khususnya dalam bidang ekonomi masyarakat.
Keberadaan perusahaan perkebunan ini saat ini menjadi tulang punggung perekonomian
sebagian besar penduduk yang berdomisili di Pulau Burung.
37 Purba, Elisa. 2012, Kelapa Sawit Rakyat: Hubungannya Dengan Perkembangan Kecamatan Bagan