SKRIPSI
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR TERJUN SIPISO-PISO
OLEH
HARBI D GIRSANG 070501120
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Abstract
Sipiso-piso waterfall is a potential tourist area in Karo Regency. Even so, the number of tourist visits Sipiso-piso waterfall tends to decrease due to lack of care and attention from the local government. The high cost incurred due to the infrastructure and the lack of transportation, and cultural character of the local community who are less friendly, made travelers choose another tourist area which is located around the Sipiso-piso waterfall.
This study aims to provide an overview of the development of tourism in the Sipiso-piso waterfall and to analyze tourism development strategy Sipiso-piso waterfall.
This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS and SWOT. Analysis of the tourism development strategy in the Sipiso-piso waterfall includes aspects of promotions, institutional, infrastructure, management, transportation and the welfare of surrounding communities.
Abstrak
Objek wisata air terjun sipiso-piso merupakan obyek wisata yang cukup potensial di Kabupaten Karo. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisata air terjun sipiso-piso cenderung menurun dikarenakan kurangnya perawatan dan perhatian dari pemerintah setempat. Mahalnya biaya yang dikeluarkan karena infrastruktur dan transportasi yang jarang dijumpai, serta watak budaya masyarakat setempat yang kurang ramah membuat wisatawan memilih kawasan wisata yang lain yang masih berada disekitar objek wisata air terjun sipiso-piso.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso dan untuk menganalis strategi pengembangan obyek wisata air terjun sipiso-piso.
Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS dan SWOT. Analisis strategi pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso meliputi aspek promosi, kelembagaan, infrastruktur, pengelolahan, transportasi dan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, yang
senantiasa memberikan hikmat, pengetahuan dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, isi, dan
penyajian skripsi ini. Namun demikian penulis tetap berharap skripsi ini dapat berguna
sebagai bahan masukan bagi pembaca, khususnya pembelajar ekonomi.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini bisa diselesaikan,
terutama kepada :
1. Kepada orang tua yang penulis cintai Rostina Ginting, S.Pd yang senantiasa
mendukung dalam kasih dan doa.
2. Kepada saudara-saudara saya Juned R Girsang, Friebert Girsang, Jufri Girsang,
Manda Girsang dan Nova Sinaga yang selalu menyertai dan mendukung penulis baik
materi maupun moral dalam menyelesaikan penelitian
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir
Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D, selaku Ketua Program studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Bapak Paidi Hidayat,
6. Seluruh Staff Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya
Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai
disiplin ilmu kepada Penulis.
7. Seluruh Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah
mendukung penyelesaian dalam hal proses administrasi yang selama ini dibutuhkan.
8. Seluruh sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terimakasih atas motivasi dan doanya yang senantiasa mewarnai
perjalanan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Konsep Pariwisata ... 7
2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 7
2.1.2 Unsu-unsur Dalam Pariwisata ... 8
2.1.3 Jenis Pariwisata ... 9
2.1.4 Wisatawan ... 11
2.1.5 Motivasi Wisatawan ... 13
2.1.6 Pemasaran Pariwisata ... 14
2.1.7 Strategi Pengembangan Pariwisata ... 16
2.1.8 Strategi Bauran Pemasaran Jasa / Pariwisata (Marketing Mix) ... 17
2.1.9 Teori Tentang Pemasaran Pariwisata ... 19
2.2. Konsep Strategi ... 20
2.2.1 Perencanaan Strategi ... 20
2.2.2 Implementasi Strategi ... 23
2.2.3 Pelaksanaan Strategi ... 25
2.3 Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III :METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5 Metode Pengolahan data ... 32
3.5.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 32
3.5.1.1 Penyusunan Prioritas ... 34
3.5.1.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process ... 37
3.5.2 EFAS dan IFAS ... 39
3.5.3 Analisis SWOT ... 42
BAB IV : PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Morfologi Air Terjun Sipiso-piso ... 45
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 45
4.1.2 Iklim (Suhu dan Musim) ... 46
4.1.3 Aksesibilitas Lokasi ... 46
4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo ... 46
4.2.1 Visi ... 46
4.2.2 Misi ... 47
4.2.3 Jumlah Wisatawan ... 48
4.2.4 Objek Wisata Di sekitar Air Terjun Sipiso-piso ... 49
4.3 Defenisi Kriteria ... 50
4.3.1 Eksternal ... 50
4.3.2 Internal ... 50
4.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 52
4.5 Persepsi Pengelolah/Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 53
4.6 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal ... 55
4.7 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal ... 58
4.8 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal ... 60
4.9 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal ... 63
4.10 Matriks EFAS dan IFAS ... 66
4.11 Matriks SWOT ... 68
... BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Saran ... 70
Daftar Pustaka ... 72
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Hal
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 34
3.2 Skala Saaty ... 36
3.3 Nilai Random Indeks ... 37
3.4 Matriks SWOT ... 44
4.1 Jumlah Wisatawan Tahun 2012 ... 49
4.2 Daftar Objek Wisata Dekat Dengan Air Terjun Sipiso-piso ... 49
4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 52
4.4 Persepsi Pengelolah/Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Terhadap Kondisi Objek Wisata Air Tejun Sipiso-piso ... 54
4.5 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal ... 56
4.6 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal yang Dinormalkan ... 56
4.7 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal ... 58
4.8 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal yang Dinormalkan ... 59
4.9 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal ... 61
4.10 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal yang Dinormalkan ... 62
4.11 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal ... 64
4.12 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal yang Dinormalkan ... 65
4.13 EFAS Peluang ... 66
4.14 EFAS Ancaman ... 66
4.15 IFAS Kekuatan ... 67
4.16 IFAS Kelemahan ... 67
4.17 Rumusan Matriks SWOT ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Hal
Abstract
Sipiso-piso waterfall is a potential tourist area in Karo Regency. Even so, the number of tourist visits Sipiso-piso waterfall tends to decrease due to lack of care and attention from the local government. The high cost incurred due to the infrastructure and the lack of transportation, and cultural character of the local community who are less friendly, made travelers choose another tourist area which is located around the Sipiso-piso waterfall.
This study aims to provide an overview of the development of tourism in the Sipiso-piso waterfall and to analyze tourism development strategy Sipiso-piso waterfall.
This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS and SWOT. Analysis of the tourism development strategy in the Sipiso-piso waterfall includes aspects of promotions, institutional, infrastructure, management, transportation and the welfare of surrounding communities.
Abstrak
Objek wisata air terjun sipiso-piso merupakan obyek wisata yang cukup potensial di Kabupaten Karo. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisata air terjun sipiso-piso cenderung menurun dikarenakan kurangnya perawatan dan perhatian dari pemerintah setempat. Mahalnya biaya yang dikeluarkan karena infrastruktur dan transportasi yang jarang dijumpai, serta watak budaya masyarakat setempat yang kurang ramah membuat wisatawan memilih kawasan wisata yang lain yang masih berada disekitar objek wisata air terjun sipiso-piso.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso dan untuk menganalis strategi pengembangan obyek wisata air terjun sipiso-piso.
Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS dan SWOT. Analisis strategi pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso meliputi aspek promosi, kelembagaan, infrastruktur, pengelolahan, transportasi dan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesejahteraan masyarakat tidak dapat dicapai bila tidak didukung oleh
kemampuan dan sumber daya manusia dalam memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki. Penyebab utama suatu negara tidak maju atau menjadi terbelakang
adalah karena dikelola dengan tidak benar. Kemampuan suatu bangsa menjadi hal
utama bagi kemajuan bangsa itu sendiri, oleh karena itu, perencanaan wilayah
dengan manajemen yang baik sangat diperlukan. Perencanaan dibutuhkan agar
bangsa tersebut dapat mengangkat dirinya sendiri dari keterbelakangan menuju
kesejahteraan masyarakat yang baik.
Pada saat ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan dan
pengembangan wilayah semakin besar, hal ini terjadi baik di negara maju maupun
di negara berkembang. Oleh karena latar belakang historis, sosial, ekonomi,
kultural, politik dan teknologi yang berbeda-beda, maka permasalahan yang
muncul di negara maju jelas berbeda pula dengan permasalahan yang dihadapi
oleh negara berkembang.
Dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya, pemerintah daerah harus
mencari potensi-potensi yang ada untuk dikembangkan sehingga dapat
menyebabkan perkembangan yang signifikan bagi wilayah disekitarnya. Salah
satu yang berpontensi untuk menciptakan kondisi tersebut adalah pengembangan
di sektor pariwisata. Sektor pariwisata alam banyak macamnya di Indonesia,
mulai dari objek wisata pantai, pegunungan, bukit yang masih alami, dan lain
oleh Indonesia, sektor pariwisata menjadi salah satu sumber devisa negara.
Indonesia merupakan negara yang sangat indah. Berbagai potensi wisata yang
dimiliki oleh daerah destinasi wisata di tanah air, baik di daerah yang sudah maju,
maupun kurang berkembang adalah modal dasar pengembangan kepariwisataan
Indonesia.
Promosi dan pengembangan pariwisata baru di Indonesia sebenarnya
potensial untuk dikembangkan dan dapat membantu perekonomian daerah, serta
sebagai salah satu cara untuk menarik minat wisatawan untuk berlibur di
Indonesia.
Salah satu upaya pengembangan industri pariwisata dapat dilakukan
dengan cara pengembangan objek wisata di suatu kawasan sebagai daya tarik
wisata. Pengembangan objek wisata ini tentunya direncanakan dan dilakukan
sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah untuk menyusun rencana dan
mengelola secara optimal sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Suatu objek
wisata hendaknya memiliki beraneka ragam atraksi, baik merupakan atraksi
keindahan alam, keagungan manifestasi kebudayaan yang dalam keseluruhannya
merupakan daya tarik kuat bagi para wisatawan dari segala pelosok. Tidak ada
objek wisata yang tidak layak jual. Layaknya menjual sebuah produk,
kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang handal dan tepat sasaran.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memajukan kepariwisataan di
daerah tujuan wisata. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata
fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta,
pengaturan dan promosi.
Sumatera Utara termasuk provinsi yang banyak memiliki kekayaan alam
yang dapat dijadikan sebagai objek wisata andalan. Salah satu daerah yang
memiliki potensi wilayah di sektor pariwisata adalah Kabupaten Karo. Kabupaten
Karo sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara memiliki
berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik
wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata yang ada tersebar hampir di semua
kecamatan. Salah satu alternatif pengembangan objek wisata dan dapat dijadikan
pilihan para wisatawan sebagai daerah tujuan wisata untuk dinikmati khususnya
di Kabupaten Karo adalah objek wisata yang terkait dengan pariwisata alam.
Diantara objek wisata yang ada di Kabupaten Karo salah satu objek wisata
yang potensial adalah Air Terjun Sipiso-piso yang sampai sekarang masih
terbengkalai pembangunannya dan potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan
optimal. Air Terjun Sipiso Piso berada di sekitar tepi Danau Toba bagian utara
dengan ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan
dikelilingi oleh bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus. Ketinggian air
terjun ini berkisar 120 meter sehingga dinobatkan sebagai air terjun tertinggi di
Indonesia.
Kemampuan daya tarik objek wisata Air Terjun Sipiso-piso belum begitu
luas diketahui dan dikenal masyarakat. Di luar itu, tidak ada informasi berarti
yang mendukung pengembangan objek wisata tersebut. Apalagi tak banyak
rangka mengembangkan Air Terjun Sipiso-piso menjadi daerah tujuan wisata
yang menarik, perlu disusun suatu rencana yang menyeluruh.
Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata
sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab dalam pengembangan dan
pemasaran Air Terjun Sipiso-piso harus mampu menjadikan objek wisata Air
Terjun Sipiso-piso menjadi semakin bagus dan mampu bersaing agar semakin
banyak wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Air Terjun
Sipiso-piso.
Nama Sipiso-piso berasal dari piso yang artinya pisau. Derasnya air-air
yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diumpamakan
layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika
dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah
Karo.
Terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatra Utara. Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota
Kabupaten Karo. Sedangkan jarak air terjun ini dari Kota Brastagi sejauh 35 km
yang hanya memerlukan sekitar 45 menit dari Kota Medan.
Beberapa usaha yang dilakukan masyarakat dan pengelola dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Karo untuk mendukung kegiatan wisata alam Air Terjun
Sipiso-piso adalah dengan menyediakan berbagai penawaran jasa wisata berupa
penyediaan tempat untuk menikmati keindahan alam, adanya rumah makan,
souvenir shop dan prasarana tempat berjalan berupa anak tangga sampai
mendekati tumpahan air terjun tersebut. Namun pengelolaan yang belum optimal
Pengelolaan obyek wisata Air Terjun Sipiso-piso merupakan bagian
integral dari pembangunan kepariwisataan secara nasional. Pengelolaan yang
terintegrasi secara baik oleh seluruh stakeholder mulai dari masyarakat lokal,
pengusaha wisata, media massa maupun pemerintah daerah dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta berpengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan kondisi tersebut, strategi yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso secara baik, profesional,
berkelanjutan dan bertanggung jawab dapat dimulai dengan mengumpulkan data
dan informasi tentang nilai ekonomi dari obyek wisata ini melalui metode biaya
perjalanan dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
pengunjung mulai dari tempat tinggal, perjalanan sampai ke objek wisata itu
sendiri dan kembali lagi ke tempat tinggal mereka. Disamping itu, besarnya
intensitas kunjungan yang datang berkunjung beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas kunjungan tersebut juga diperlukan sebagai bahan
pertimbangan bagi pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu dilakukan penelitian
mengenai Analisis Stategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sipiso-piso.
1.2Perumusan Masalah
Dari penjabaran diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini yaitu bagaimana strategi yang sebaiknya diterapkan untuk
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
strategi pengembangan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso dalam menarik
kunjungan wisatawan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karo, sebagai bahan pertimbangan dalam
mendukung program peningkatan pariwisata.
2. Bagi Program Studi Ekonomi Pembangunan, sebagai referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam perencanaan kebijakan
pembangunan.
3. Bagi penulis, sebagai sarana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama perkuliahan.
4. Bagi peneliti lain, sebagai referensi ataupun acuan dalam pengembangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pariwisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata
Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti perjalanan dimana si
pelaku kembali ke tempat awalnya, perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk
tujuan bisnis, bersenang-senang, atau pendidikan, dengan mengunjungi berbagai
tempat dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana (Pitana
2005). Menurut Murphy (1985) dalam Pitana (2005), definisi pariwisata
mencakup wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lainnya,
yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata.
Undang-undang (UU) No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan
menjelaskan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata yang
menjadi sasaran wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan objek wisata sendiri
mengandung pengertian objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna, objek dan daya tarik
wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata
2.1.2 Unsur-Unsur Dalam Pariwisata
Menurut Yoeti (2006), perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam
industri pariwisata adalah : travel agent atau tour operator, perusahaan
pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent local,
souvenirshoop, perusahaan-perusahaan yang akan berkaitan dengan aktivitas
wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos,
penukaran uang, bank dan lain-lain.
Menurut Pendit (2006) unsur-unsur dalam pariwisata terdiri dari:
1. Politik pemerintahan, merupakan sikap pemerintah terhadap
kepariwisataan yang ada. Politik pemerintahan dapat bersifat secara
langsung, yaitu sikap pemerintah terhadap wisatawan yang datang ke
daerah wisata dan tak langsung yaitu kondisi kestabilan politik, ekonomi,
dan keamanan daerah bersangkutan.
2. Kesempatan berbelanja, tersedianya tempat belanja yang dibutuhkan
wisatawan juga barang-barang khas tempat wisata.
3. Promosi, adalah propaganda kepariwisataan dengan didasarkan atas
rencana atau propaganda secara teratur dan kontinu ke dalam negeri
maupun ke luar negeri.
4. Harga, yaitu harga barang-barang, sarana dan prasarana yang ada. Pada
intinya wisatawan sama seperti konsumen pada umumnya yang
menginginkan harga murah dengan kualitas yang baik.
5. Pengangkutan, meliputi: keadaan jalan, alat angkut, dan kelancaran
6. Akomodasi, merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Hal yang
penting diperhatikan dari akomodasi adalah: kenyamanan, pelayanan yang
baik dan kebersihan sanitasinya.
7. Atraksi, adalah segala pertunjukan yang mempunyai nilai manfaat untuk
dilihat atau diperhatikan termasuk objek wisata itu sendiri.
8. Jarak dan waktu, berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan
wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya
semakin baik.
9. Sifat ramah tamah, wisatawan sangat menyenangi keramahan dari
penduduk yang ada di tempat wisata tersebut.
Untuk Air terjun sipiso-piso banyak sekali unsur dalam pariwisata yang
kurang dikembangkan, seperti kesempatan berbelanja yang tidak ada terutama
souvenir, promosi yang kurang, pengangkutan penumpang yang hanya ada di pagi
hari, akomodasi yang tidak memadai, serta minimnya atraksi pertunjukan sebagai
cara lain untuk menarik wisatawan. Oleh karena itu diperlukan strategi
pengembangan air terjun sipiso-piso untuk unsur pariwisata agar jumlah
wisatawan yang berkunjung meningkat.
2.1.3 Jenis Pariwisata
Menurut Pendit (2002), pariwisata dapat dikelompokkan menurut objek
yang menjadi daya tariknya, yaitu:
1. Pariwisata budaya, pariwisata yang didasari rasa ingin tahu wisatawan akan
2. Pariwisata kesehatan, adalah suatu kegiatan wisata yang dilakukan untuk
penyegaran jasmani maupun rohani, seperti berkunjung ke tempat pemandian
air panas.
3. Pariwisata olahraga, pariwisata yang dilakukan dalam rangka olahraga, seperti
bepergian dalam rangka perwakilan negara dalam pertandingan olahraga
antarnegara.
4. Pariwisata komersial, pariwisata yang dikomersilkan. Dapat berupa
pameran-pameran
5. Pariwisata industri, erat kaitannya dengan pariwisata komersil, hanya saja
objek yang dituju berupa lingkungan industri.
6. Pariwisata politik, pariwisata yang berkenaan dengan kegiatan politik suatu
negara.
7. Pariwisata konvensi, pariwisata yang menyediakan fasilitas tempat
pertemuan-pertemuan atau acara antar negara.
8. Pariwisata sosial, adalah kegiatan wisata yang diperuntukkan bagi kelas
menengah ke bawah. Kegiatan wisata ini biasanya disponsori oleh
lembagalembaga tertentu.
9. Pariwisata pertanian, adalah pariwisata yang memanfaatkan kegiatan pertanian
(agriculture) dan produknya.
10.Pariwisata maritim, kegiatan wisata yang memanfaatkan pesona alam laut.
11.Pariwisata cagar alam, adalah kegiatan wisata dengan bepergian ke tempat
cagar alam.
12.Pariwisata buru, adalah pariwisata yang menyediakan tempat untuk
13.Pariwisata bulan madu, pariwisata yang diperuntukkan bagi pasangan yang
melakukan perjalanan bulan madu.
14.Pariwisata petualangan, adalah kegiatan berwisata ke tempat-tempat yang
tidak lazim dikunjungi orang. Fasilitas yang ada sangat minim atau tidak ada.
Semuanya sangat bersifat alami.
15.Pariwisata pilgrim, adalah pariwisata yang diperuntukkan untuk kegiatan
keagamaan.
Untuk Air Terjun Sipiso-piso, jenis pariwisatanya dapat dikategorikan
dalam pariwisata petualangan. Oleh karena itu, kedepannya diperlukan strategi
pengembangan terkait jenis pariwisata tambahan yang dapat dijadikan alternatif
pilihan bagi pengunjung untuk datang ke Air terjun sipiso-piso.
2.1.4 Wisatawan
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata (UU No 9
Tahun 1990). Mengenali tipologi wisatawan merupakan hal penting dalam
membuka paket wisata yang menjadi daya tarik suatu industri pariwisata.
Klasifikasi wisatawan menurut Cohen (1997) dalam Pitana (2005) sebagai
berikut :
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum diketahuinya dan bepergian dalam jumlah kecil.
2. Eksplorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalanannya sendiri dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari hal yang tidak umum (Off the beaten track).
Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal
3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya menyerahkan pengaturan
perjalanannya kepada agen perjalanan dan mengunjungi daerah tujuan wisata
yang sudah terkenal.
4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat
ditemuinya di tempat tinggalnya dan perjalanannya selalu dipandu oleh
pemandu wisata. Wisatawan seperti ini terkungkung oleh apa yang disebut
sebagai environmental bubble.
5. Wisatawan Mancanegara
Definisi wisatawan ini ditetapkan berdasarkan rekomendasi International
Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism
Organization (WTO). Wisatawan macanegara adalah seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara
di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya
untuk periode kurang dari 12 bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan
berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar
(cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan
catatan bermalam.
Kondisi pariwisata alam yang sedang mengalami pertumbuhan memiliki
beberapa keterbatasan dalam sarana dan prasarana, namun terdapat kelebihan
dalam keaslian atau objek wisata yang alami. Hal ini berpeluang untuk menarik
wisatawann bertipe petualang dan menyukai perjalanan ke tempat-tempat yang
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Air terjun sipiso-piso, dapat
diklasifikasikan sebagai wisatawan drifter, individual mass tourist terutama
wisatawan mancanegara yang ikut dalam rombongan Remote Destination.
2.1.5 Motivasi Wisatawan
Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan
itu sendiri, berdasarkan kebutuhan atau keinginan manusia itu sendiri dan faktor
eksternal wisatawan yang sama terbentuk dari pengaruh faktor-faktor eksternal
seperti: norma susila, pengaruh, atau tekanan keluarga, situasi kerja dan
sebagainya (Pitana 2005). Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan
dimotivasi oleh beberapa hal yang mendorong mereka untuk memutuskan
berwisata di suatu tempat tertentu. Mcntosh (1997) dan Murphy (1985) dalam
Pitana (2005) mengelompokkan motivasi wisatawan ke dalam empat kelompok,
yaitu:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau
fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui
budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga kelestarian akan
berbagai objek peninggalan kebudayaan (monumen sejarah )
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial)
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
halhal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, dan pelarian
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di
daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.
Disebut juga sebagai status and prestige motivation.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Air terjun sipiso-piso dapat
dikategorikan kedalam physical or physiological motivation, dikarenakan tujuan
utama pengunjung yaitu untuk bersantai di tepi jurang air terjun sipiso-piso.
2.1.6 Pemasaran Pariwisata
Krippendorf dalam Wahab (1988) memberikan batasan pemasaran wisata
sebagai berikut, penyesuaian yang sistematis dan terkoordinasi mengenai
kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sector
pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasional,
guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan kelompok
pelanggan tertentu yang telah diterapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai
tingkat keuntungan yang memadai.
Yoeti (1990) menyatakan bahwa pemasaran pariwisata (tourism
marketing) adalah suatu sistem dan koordinasi yang dilaksanakan sebagai suatu
kebijakan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan,
baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional,
nasional, dan internasional untuk dapat mencapai kepuasan wisatawan dengan
memperoleh keuntungan yang wajar.
Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan untuk
membelanjakan uangnya di suatu tujuan wisata. Kegiatan-kegiatan seperti itulah
yang dirumuskan oleh ahli ekonomi sebagai pemasaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pariwisata
merupakan keseluruhan aktivitas yang diarahkan untuk memberikan informasi
kepada konsumen yang bertujuan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai
konsumen.
Pemasaran pariwisata (tourism marketing) sangat kompleks sifatnya
karena produk yang ingin dipasarkan sangat terikat dengan supplier yang
menghasilkannya, instansi, organisasi, atau lembaga pariwisata yang
mengelolanya. Memasarkan produk industri pariwisata tidak hanya sebatas
koordinasi, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara organisasi yang
bertanggung jawab dalam pengembangan pariwisata dengan semua pihak yang
terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Dalam pandangan Yoety (2005)
keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang pemasaran sangat ditentukan
oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan
daerah, karena itu sebelum program pemasaran dilaksanakan harus ada komitmen
dari semua unsur terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang
bersifat quick yielding dan merupakan agent of development bagi daerah
berkaitan. Bertolak pada industri pariwisata merupakan industri yang berorientasi
pada jasa layanan dan mempunyai sifat yang sangat berlawanan dengan industry
barang, sangat subjektif, serta intangible maka dengan karakteristik yang
dimilikinya tersebut dalam pemasarannya harus memperhatikan strategi
pemasaran dalam artian proses segmenting, targetting, positioning, dan marketing
2.1.7 Strategi Pengembangan Pariwisata
Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik, yang
berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas
dan kuantitas. Dalam konteks pariwisata secara kualitas berarti meningkatkan
objek wisata dan peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti
perluasan penganekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.
Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang
berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik
dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang
semakin banyak secara terus menerus sehingga akan merupakan aset penting
dalam pembangunan, baik bagi negara dan bagi Kabupaten Tapanuli Selatan
khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian rakyat.
Menurut Happy Marpaung (2002) perkembangan kepariwisataan
bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat.
Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat
melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam
perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan
wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui
penyediaan tempat tujuan wisata.
Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah, dan
taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam
pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik
dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka
perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil
masalah-masalah yang ada.
2.1.8 Strategi Bauran Pemasaran Jasa/Pariwisata (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari
berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan
sukses.
Marketing mix produk barang mencakup 4P, product, price, promotion,
dan place. Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut masih kurang mencukupi.
Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur lagi: people, process, dan customer
service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi/operasi hingga
konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan
mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung.
1. Product (Produk)
Product adalah merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu
diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari
produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang
disebut “the offer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak
2. Price (Harga)
Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada
konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen
untuk membeli.
3. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan manfaat produknya dan untuk meyakinkan pelanggan
agar membeli produk yang ditawarkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
promosi adalah pemilihan bauran promosi yang terdiri dari iklan, penjualan
perorangan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, informasi dari mulut
ke mulut, dan surat pemberitahuan langsung.
4. Place (Tempat)
Place dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas
saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis.
Variabel-variabel pemasaran tempat antara lain saluran pemasaran, cakupan
pasar, pengelompokan, lokasi, ketersediaan, dan transportasi.
5. People (Pelayanan)
Orang yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas
jasa yang diberikan. Orang adalah semua partisipan yang memainkan
penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan komunikasi jasa berlangsung
6. Process (Proses)
Process merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana
jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
7. Customer Service
Customer service pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari
kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada
konsumen untuk mencapai kepuasan. Customer service meliputi aktivitas
untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan
pra-transaksi, saat transaksi dan paska transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan
turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi, oleh karena itu
kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen
memberikan respon yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.
2.1.9 Teori Tentang Pemasaran Pariwisata
Pertanyaan tentang adakah ciri-ciri khusus pariwisata sebagai suatu gejala
kegiatan perjalanan masyarakat, yang akan menunjang pemikiran bahwa
pemasaran pariwisata itu berbeda dari pengertian umum pemasaran mengenai
barang-barang yang dapat dijamah dan jasa-jasanya.
Dapat dikatakan bahwa pariwisata itu hanya berupa jasa-jasa yang tidak
berbeda dari jasa-jasa lain. Akibatnya pemasaran pariwisata akan mengikuti
2.2 Konsep Strategi
2.2.1 Perencanaan Strategi
Seperti kita ketahui bahwa tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk
mengembangkan kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan
langkah-langkah perencanaan yang utama diantara orang-orang penting pembuat
keputusan atau pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang
relevan untuk dilibatkan.
Ada beberapa aspek yang memprakarsai dan menyepakati suatu proses
perencanaan strategi di dalam perencanaan strategi ini.
1. Siapakah yang harus memprakarsai rencana strategi?
Secara teoritis adalah eksekutif tertinggi pada organisasi yang
bersangkutan, tetapi kegiatan ini dapat saja didelegasikan kepada yang lain
atau pihak lain yang ditunjuk untuk memberdayakan bawahan. Namun
yang jelas suatu perencanaan strategi meminta komitmen tinggi dari pihak
pimpinan tertinggi dari organisasi yang direncanakan. Salah satu tugas
dalam memprakarsai perencanaan strategi adalah menetapkan secara tepat
tentang orang-orang yang penting dalam pembuatan keputusan.
Orang-orang ini bisa bersumber dari internal maupun eksternal organisasi. Namun
kriterianya adalah pihak yang diakibatkan, harus memiliki informasi yang
banyak yang relevan dengan perencanaan strategis yang dilakukan.
2. Bagaimana memulai rencana strategis?
Kegiatan ini dapat diawali dengan beberapa aktivitas, seperti
pengarahan ahli tentang substansi yang ingin dicapai dalam perencanaan
dan stakeholder yang ikut serta dalamperencanaan strategis. Diskusi kasus
penting dilakukan untuk memperoleh kesepakatan awal tentang kekuatan,
kelemahan dari faktor-faktor internal dak kesepakatan serta ancaman yang
dihadapi dari lingkungan eksternal organisasi yang dapat dilakukan
denganmenggunakan analisis SWOT.
3. Berapa banyak kesepakatan awal dalam rencana strategi “awal”?
Jumlah kesepakatan awal yang dicapai dalam berbagai kegiatan
sebelumnya perlu ditegaskan. Meskipun jumlah ini tidak bersifat kekal,
karena terdapat kemungkinan masih ada aspek penting yang belum
tercakup dalam kesepakatan yang telah dilakukan. Dalam perencanaan
strategis dari suatu organisasi, manajemen puncak harus terlibat secara
aktif. Hal ini karena manajemen puncak yang dari posisinya di tempat
yang tinggi, mempunyai visi yang diperlukan untuk mempertimbangkan
semua aspek organisasi, komitmen manajemen puncak diperlukan untuk
menimbulkan dan mendukung komitmen pada tingkat yang lebih rendah.
Rencana strategi membantu para manajer untuk meningkatkan
kemampuan manajerialnya, juga membantu mereka dan stafnya sehingga
dapat lebih mudah menanggapi berbagai peristiwa dengan cepat dan tepat.
Konsep perencaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4)
mengatakan bahwa : “perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan
untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu
bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa
organisasi mengerjakan hal seperti itu” Pernyataan tersebut di atas
mengakomodasi kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat
keputusan secara tertib maupun keberhasilan implementasi keputusan.
Menurut Stonner dan Wenkel (1986:175) mengemukakan lima
karakteristik perencanaan strategi yakni :
1. Berkaitan dengan pertanyaan dasar dan memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut
2. Memberikan kerangka untuk perencanaan yang lebih terinci dan untuk
pengambilan keputusan sehai-hari
3. Menyangkut kurun waktu yang lebih lama dari pada jenis perencanaan lainnya
4. Membantu memusatkan energi dan sumber daya organisasi pada kegiatan yang
menyangkut prioritas tinggi.
5. Merupakan aktivitas dimana manajemen puncak harus secara efektif terlibat.
Menurut Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategi Bagi Organisasi
Sosial (2007:5) “Perencanaan strategi sebagai upaya yang di disiplinkan untuk
membuat keputusan dan tindakan penting mementuk dan memandu bagaimana
menjadi organisasi, apa yang dikerjakan orgnisasi, dan mengapa organisasi
menegerjakan hal seperti itu”
2.2.2 Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur. Tindakan pengelolaan bermacam-macam sumber daya
organisasi dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan
sumber-sumber daya organisasi (keuangan, manusia, peralatan dan lain-lain)
secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah
diambil direalisasikan.
Menurut Bryson dalam skripsi Marzuki (2006 : 10) langkah pertama untuk
mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah membuat
perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah
bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program
dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (misi-visi-goal) dan strategi
yang telah ditetapkan organisasi.
Program berisi tahapan-tahapan kegiatan yang merupakan urutan kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran strategik (the step-by step sequence
of actions). Sedangkan dalam rumusan anggaran berisi rencana kegiatan/program
(biasanya tahunan) yang disertai taksiran sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan semua kegiatan yang direncanakan. Selain itu juga ditunjuk orang
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana-rencana kegiatan.
Berikut hal-hal yang perlu dikaji dalam implementasi strategi :
1) Program
Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan
restrukturisasi organisasi, perubahan budaya internal organisasi, atau awal dari
suatu usaha penelitian baru.
2) Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang,
setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat
Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam
tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang
menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan organisasi.
3) Prosedur
Prosedur yang kadang disebut Standard Operating System (SOP).
Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan
yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan
diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktifitas yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikan program-program organisasi.
Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus
dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang disebut
dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena
itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus
memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara
mengatasinya. Dalam tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan
dan pola kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.
2.2.3 Pelaksanaan Strategi
Dalam kamus bahasa Indonesia yang disusun oleh Poewadarminta
(1976;553) dalam bukunya Kamus Bahasa Indonesia diberikan batasan mengenai
pelaksana dan pelaksanaan sebagai; “Pelaksana adalah orang-orang yang
mengerjakan atau melaksanakan rencana yang telah disusun, sedangkan
pelaksanaan adalah perihal perbuatan usaha atau pelaksanaan rancangan”.
Kata pelaksanaan juga memiliki makna kata yang sama dengan kata
Pendekatan dan Relevansinya dalam Pembangunan mengemukakan :
Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegitan tindak lanjut setelah sebuah
rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,
langkah-langkah yang strategi maupun yang oprasional yang ditempuh guna
mewujudkan suatu kegiatan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari
program yang ditetapkan semula.
Menurut Higgins yang dikutip oleh J. Salusu (1996:409), dalam bukunya
Pengambilan Keputusan Strategis mengatakan bahwa : Implemantasi merupakan
rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia
menggunakan daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu
menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada
karyawan lini paling bawah.
Dalam kamus Webster yang dikutip oleh Wahab (1997:64) dalam
bukunya Analisis Kebijaksanaan dikemukakan bahwa : Pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek, dimana “to implementasi” (mengimplementasikan)
berarti “to provide means for carrying out; practical effec to” (menyajikan alat
bantu untuk melaksanakan : menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).
Dari definisi di atas menunjukan bahwa implementasi atau pelaksanaan
merupakan aspek operasional dari rencana atau penerapan berbagai program yang
telah disusun sebelumnya, mulai dari penetapannya pada hasil akhir yang dicapai
sebagai tujuan semula.
Untuk melihat apakah strategi yang telah di tentukan tepat atau tidak, baik
pada tingkat organisasi atau bisnis yang ditangani, tidak hanya terletak pada
mendukung keseluruhan upaya untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran serta
mengembangkan misi yang telah ditentukan, juga tidak hanya terletak pada
akuratnya analisis strategi yang dilakukan, melainkan terutama pada analisis
terakhir terjadi pada waktu strategi tersebut diimplementasikan. (Siagian, 2005 ;
198).
Selanjutnya Siagian membagi tiga tahap yang penting dalam implementasi
strategi, yaitu :
1. Mengidentifikasi sasaran tahunan yang berperan sebagai pemandupemandu
dalam proses implementasi karena merupakan rincian sasaran jangka pendek
yang spesifik diangkat dari sasaran jangka panjang
2. Merumuskan strategi dalam berbagai bidang nasional yang merupakan
terjemahan strategi dasar pada tingkat satuan bisnis yang dikelolah menjadi
rencana aksi bagi bagian-bagian satuan bisnis yang bersangkutan
3. Merumuskan dan mengkomuniksikan berbagai kebijaksanaan untuk
digunakan sebagai penuntun bagi para manajer oprasional beserta para
bawahan dalam pengambilan berbagai keputusan oprasional, dalam rangka
implementasi berbagai strategi yang telah ditetapkan oleh manajemen pada
tingkat yang lebih tinggi, termasuk manajemen puncak
Sejalan dengan itu, dapat dikatakan bahwa rencana adalah 20%
keberhasilan adalah 60%, 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan
implementasi. Implementasi adalah hal yang paling berat, karena disini
masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain
Jadi dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari
berbagai aktivitas guna mencapai sasaran tertentu. Sifat dari suatu implementasi
adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal yang selalu mempengaruhinya. Faktorfaktor ini harus dikendalikan
secara baik (Salusu, 1996;409) Setiap keputusan stratejik, setiap stratejik,
menuntut pelaksanaan. Tanpa pelaksanaan, ia tidak mempunyai arti apa-apa.
Pelaksanaan suatu strategi adalah suatu yang sangat peka, menuntut kehati-hatian,
dan bahkan pada saat penyusunan alternatif dilakukan, sudah harus dipertanyakan,
bagaimana melaksanakan setiap alternatif itu. Hal itu terutama disinggung ketika
para manajemen tingkat atas membicarakan tentang konsekuensi-konsekuensi
yang diperkirakan akan timbul andaikata alternatif itu dilaksanakan. Pelaksanaan
itu mencakup kegiatan dan tindakan dan seringkali juga tanpa bertindak. Sifatnya
adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhinya dan faktor yang dimaksud harus dikendalikan secara
baik. Apabila strategi itu merupakan hasil keputusan strategi yang inkrimental
maka pelaksanaannya mungkin tidak banyak menimbulkan masalah, tetapi kalau
merupakan keputusan yang baru sama sekali, apalagi kalau berupa “keputusan
gempa bumi” maka implementasi atau pelaksanaannya tidak akan begitu mudah.
Para pelaksana hanya mungkin dapat mengimplementasikan strategi yang baru itu
apabila mereka dapat memahaminya, mengerti, dan mengetahui bagaimana
melaksanakannya sehingga tidak meleset dari keinginan para pembuat keputusan
tingkat atas. Semua kepentingan, baik kepentingan tingkat atas maupun
kepentingan berkeping-keping dari para karyawan, haruslah dipertemukan saat
organisasi. Untuk menjamin bahwa strategi baru itu akan berhasil, diperlukan
kebijaksanaan organisasi yang akan menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama pelaksanaan.
Kebijaksanaan itu berkaitan dengan pedoman pelaksanaan, metode kerja,
prosedur, peraturan-peraturan, formulir-formulir, dan segala sesuatu yang
diperlukan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi karyawan dalam
menyukseskan sasaran organisasi. Kebijaksanaan itu mengatur batas-batas apa
yang dapat dan yang tidak dapat dikerjakan, tindakan-tindakan administratif mana
yang boleh dan tidak boleh dijalankan.
Dengan kata lain tindakan independen yang berarti memelihara
ketergantungan satu pada yang lain, memperkecil keputusan-keputusan zig-zag
dan praktek-praktek yang kontradiktif. Masalah perekrutan tenaga ahli yang
dibutuhkan, dimasukkan pula dalam kebijaksanaan tersebut. Di dalam organisasi
yang tidak menggunakan pendekatan manajemen strategi, masalah perekrutan dan
alokasi sumber daya sering menjadi bagian dari kebijaksanaan tersendiri, yang
bisanya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas politik. Bagaimanapun cara yang
ditempuh dalam sistem perekrutan dan alokasi sumber daya belum akan mampu
memberi jaminan implementasi yang sukses dari suatu strategi. Dalam
penelitiannya terhadap hampir seratus presiden dan manajer divisi perusahaan,
Alexander (1991) mencoba mengungkap beberapa masalah yang sering dijumpai
dalam melaksanakan suatu strategi (Salusu, 1996). Masalah yang paling sering
timbul adalah jangka waktu pelaksanaan. Jangka waktu pelaksanaan ternyata jauh
lebih lama daripada yang direncanakan karena timbul banyak masalah baru yang
koordinasi tidak berjalan secara efektif, apalagi banyak karyawan atau pegawai
yang tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk melaksanakan kewajiban.
Pada saat analisis SWOT dilakukan, masalah yang berkaitan dengan faktor
eksternal telah banyak dibicarakan. Namun pada saat pelaksanaannya faktor itu
banyak sekali dilupakan dan kurang dikontrol. Akibatnya adalah aktivitas
organisasi kadang-kadang terpengaruh oleh faktor eksternal yang tak terkendali
itu sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Reza (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Strategi
Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep berkesimpulan,
berdasarkan hasil analisis metode SWOT maka strategi yang tepat untuk
pengembangan Pantai Lombang yaitu pengembangan ekonomi berbasis potensi
wilayah, khususnya pembentukan kelompok bisnis cemara. Hal ini juga sesuai
dengan hasil dari matriks IE dimana Pantai Lombang berada pada posisi V yaitu
jaga dan pertahankan dengan pilihan strategi antara penetrasi pasar atau
pengembangan produk.
Prasetyo dalam tulisannya Strategi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda
dan Olagraga Dalam Pengembangan Potensi Objek Wisata Kota Tarakan Dalam
menetapkan strategi pengembangan potensi objek wisata dinas kebudayaan
pariwisata pemuda dan olahraga Kota Tarakan menganalisis lingkungan internal
(kekuatan, kelemahan), dan lingkungan eksternal (peluang, ancaman) dan
kemudian menentukan kebijakan dalam menetapkan arah tujuan organisasi, yang
tertuang dalam perwujudan visi misi yang disusun dalam suatu konsep kerja
diimplementasikan kedalam program-program pengembangan pariwisata Kota
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif
dengan objek studinya adalah pariwisata Air Terjun Sipiso-piso di Kabupaten
Karo. Menurut Nazir (2003), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek
penelitian yang berkenaan dengan suatu frase yang spesifik atau khas dari
keseluruhan personalitas, subjek penelitian dapat saja individu, kelompok,
lembaga, maupun masyarakat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Air Terjun Sipiso-piso, Kabupaten
Karo. Kegiatan pengumpulan data dilakukan mulai Juni 2013.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder, yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dengan pengamatan langsung di lokasi sekitar Air Terjun Sipiso-piso dan
melakukan wawancara secara langsung dengan Pemerintah Kabupaten Karo
khususnya kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Air Terjun Sipiso-piso,
masyarakat atau tokoh masyarakat, lembaga-lembaga non pemerintah dan
pengunjung objek wisata yang memahami kondisi pariwisata Air Terjun
Sipiso-piso. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
kondisi pariwisata Air Terjun Sipiso-piso. Responden yang dipilih yaitu 10 orang
dari pengunjung objek wisata air terjun sipiso-piso dan 10 orang dari
dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata dan Budaya, dan beberapa
dinas terkait lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan
program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna
memudahkan pemahaman.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam
perumusan dan pelaksanaan strategi pariwisata Air Terjun Sipiso-piso. Pemilihan
responden tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan
masyarakat setempat.
3.5 Metode Pengolahan Data
3.5.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami
suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil
keputusan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami antara lain:
a) Decomposition, setelah mendefinisikan permasalahan / persoalan, maka
perlu dilakukan dekomposisi, yaitu: memecahkan persoalan yang utuh
Gambar 3.1
Dekomposisi Permasalahan
b) Comparative Judgement, prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari
AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil
dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks Pairwise
Comparison.
c) Synthesis of Priority, dari setiap matriks pairwise comparison vektor eigen
cirinya untuk mendapatkan prioritas local, karena matrik pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global
harus dilakukan sintesis diantara prioritas local. Prosedur melakukan
sintesis berbeda menurut hierarki.
d) Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah
bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai
keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara
obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty mulai dari nilai bobot 1
menggambarkan kasus atribut yang “penting absolute” dibandingkan dengan
lainnya.
3.5.1.1 Penyusunan Prioritas
Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun
perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan
seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan
dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2,
…, An) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara
[image:46.595.111.514.354.578.2]lain Ai dan Aj dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison.
Tabel 3.1
Matriks Perbandingan Berpasangan
A1 A2 …. An
A1 A11 A12 …. A1n
A2 A21 A22 …. A2n
…. …. …. …. ….
An An1 An2 …. Ann
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1
(kolom) yang menyatakan hubungan :
a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C
dibandingkan dengan A1 (kolom) atau
c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan
dengan A1 (kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel
Tabel 3.2 Skala Saaty Tingkat
Kepentingan Defenisi Keterangan
1 Equal importance
(sama penting)
Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama
3 Weak importance of one
over another (sedikit lebih penting)
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Essential or strong
importance (lebih penting)
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya
7 Demonstrated
importance (sangat penting)
Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat, dibandingkan dengan elemen pasangannya
9 Extreme importance
(mutlak lebih penting)
Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi
2,4,6,8 Intermediate values between the two adjacent judgments
Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan
Tabel 3.3 Nilai Random Indeks
n 1 2 3 4 5 6 7 8
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41
n 9 10 11 12 13 14 15
RI 1.45 1.48 1.49 1.51 1.56 1.57 1.59
Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana
elemenelemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker.
Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun
memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks
tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP
yang membagi habis suatu persoalan.
3.5.1.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas elemen :
a) Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
b) Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen
yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis
untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah
ini adalah :
a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks.
c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan
pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah sebagai berikut:
a) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya.
b) Jumlahkan setiap baris
c) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
d) Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya
disebut λ maks
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = (λmax – n) /n-1
Dimana n = banyaknya elemen.
6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
CR= CI/RC
Dimana :
CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
IR = Indeks Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian
data judgment harus diperbaiki. Namun jika Rasio Konsistensi (CI/CR) kurang
atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. (Kusrini.
2007)
3.5.2 EFAS dan IFAS
3.5.2.1 Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara
penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika ada ancaman yang sangat besar, ratingnya adalah 1.
Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama.
3.5.2.2Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
Setelah faktor-faktor srategis internal suatu perusahaan diidentifikasi,
merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and
Weakness perusahaan. Tahapnya adalah :
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat
baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan
rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan
di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
3.5.3 Analisis SWOT (Sterngth Weakness Opportunity and Threath)
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weakness) dalam lingkungan internal perusahaan dan peluang
(Opportunities) serta ancaman (Threats) lingkungan eksternal perusahaan.
Analisis kekuatan dan kelemahan yang ada dilingkungan internal terutama