Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
ANALISIS NILAI EKONOMI DAN TINGKAT KUNJUNGAN DI OBYEK WISATA ALAM AIR TERJUN SIPISO-PISO
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
HOTMAN SIREGAR
031201030/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo
Nama : Hotman Siregar
Nim : 031201030
Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan
Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP
Ketua Anggota
Mengetahui :
Sekretaris Departemen Kehutanan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
ABSTRACT
Hotman Siregar, Analyze of economic value and traffic of the visit in Tourism Object Nature Waterfall Sipiso, Karo District. The guidance by Mr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si and Mrs. Kansih Sri Hartini, S. Hut, MP.
This study aims to calculate the economic value of Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso, Merek Sub Brand, Karo District using the travel cost method, knowing the intensity of the visit and to determine the factors that influence the intensity of the visit. The number of samples used in this study was 100 respondents, while the sampling technique using a quota sampling technique. Based on research by the economic value derived Tourism Object Nature Waterfall Sipiso using travel cost method is about Rp.14.708.461.662,8/tahun. The intensity of visits to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso is three times the traffic while the factors that influence the intensity of the visit is the level of income, age and time taken to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso.
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
ABSTRAK
Hotman Siregar, Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di
Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo. Dibimbing oleh
Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo dengan menggunakan metode biaya perjalanan, mengetahui intensitas kunjungan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik kuota sampling.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp.14.708.461.662,8/tahun. Intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso adalah sebanyak tiga kali kunjungan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan adalah tingkat pendapatan, umur dan waktu yang dibutuhkan menuju obyek wisata.
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Hotman Siregar lahir di Dolok Merawan, Kabupaten Serdangbedagai pada
tanggal 19 November 1985. Penulis merupakan anak keenam dari enam
bersaudara dari ayah H. Sormin (Alm) dan ibu R. Tambunan.
Pada tahun 1991 penulis memasuki Sekolah Dasar di SD Negeri
No. 102123 Dolok Merawan lulus pada tahun 1997, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke SLTP YPAK PTPN-III Gunung Para lulus pada
tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke
SMU Negeri 1 Tebingtinggi lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis
melanjutkan pendidikan ke Program Studi Manajemen Hutan, Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasisiwa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif belajar dari beberapa
komunitas, baik itu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus.
Pada tahun 2004, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan
Hutan (P3H) di Kecamatan Bandar Khalifa, Kabupaten Serdang Bedagai dan di
Desa Tongkoh Kabupaten Karo. Pada tahun 2007, penulis melakukan
Praktik Kerja Lapang (PKL) di Wilayah 1 Subanjeriji PT. Musi Hutan Persada,
Sumatera Selatan. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air
Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo” yang dibimbing oleh Bapak Agus Purwoko,
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun skripsi ini dengan
judul Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air
Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua
dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit
kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan
yang diemban. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP
sebagai Komisi Pembimbing skripsi penulis yang terus membimbing penulis
dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan skripsi ini
di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Desember 2009
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso
Manfaat Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Pengertian Pariwisata ... 5
Konsep Ekowisata (Wisata Alam) ... 7
Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam ... 10
Pendekatan Metode Biaya Perjalanan ... 12
METODOLOGI PENELITIAN ... 14
Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Alat dan Bahan ... 14
Teknik Pengambilan Sampel ... 14
Teknik Pengumpulan Data ... 16
Data Primer ... 16
Data Sekunder ... 16
Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 17
Pendugaan nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan ... 17
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20
Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 20
Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 20
Aksesibilitas ke Lokasi ... 21
Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata ... 22
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Karakteristik Responden... 26
Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 26
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 29
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .. 30
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32
Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32
Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33
Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34
Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34
Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 35
Kondisi Jalan Menujua Obyek Wisata ... 35
Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata... 36
Keindahan Alam ... 37
Sistem Tata Ruang dan Fasiliatas Obyek Wisata ... 38
Tingkat Keamanan ... 40
Menduga Jumlah Pengunjung Berdasarkan Masing-masing Daerah Asal Responden Selama Setahun ... 41
Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 42
Intensitas Kunjungan ... 46
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan ... 48
KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
Kesimpulan ... 53
Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 27
2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28
3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur ... 29
4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 30
5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 31
6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31
7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32
8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 33
9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 33
10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan ... 34
11. Rekapitulasi Data Responden Berdasarakan Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata ... 35
12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan ... 36
13. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas ... 37
14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Keindahan Alam ... 38
15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Sistem Tata Ruang... 38
16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata ... 39
17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Tingkat Keamanan ... 40
18. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama Setahun ... 42
19. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan ... 43
20. Rekapitulasi Data Responden Menurut Intensitas Kunjungan ... 46
21. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Penentuan Koefisien Variabel Terikat (Y) dan Variabel Bebas (X)... 49
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 57
2. Rekapitulasi Data Responden Multiaspek ... 59
3. Peta Lokasi Penelitian ... 65
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki
kekayaan sumber daya alam baik di daratan (khususnya sumber daya hutan)
maupun di perairan (laut) yang sangat melimpah. Oleh karena itu, Indonesia
dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia
setelah Brazil (negara megabiodiversity) (Syahadat, 2006).
Beberapa bentuk sumber daya alam yang dapat ditemui di Indonesia
diantaranya adalah pemandangan alam pegunungan, bentangan lembah, sungai,
goa, air terjun, hamparan persawahan dan perkebunan dengan udara segar,
matahari, gelombang air laut maupun keanekaragaman flora dan fauna.
Keberadaan sumber daya alam ini diperkaya dengan bentuk negara Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dengan keberagaman adat-istiadat, budaya dan
bahasa sehingga memberikan peluang yang sangat besar dalam memperoleh
manfaat dari sumber daya alam melalui kegiatan yang tidak merusak atau
merubah karakter fisik sumber daya alam tersebut. Salah satu manfaat yang dapat
diperoleh adalah pengembangan potensi sumber daya alam khususnya sumber
daya hutan melalui manfaat intangible seperti udara yang segar dan pemandangan
alam yang indah untuk kegiatan wisata alam (Fandeli, 1995).
Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata yang menawarkan
banyak pilihan obyek wisata dengan berbagai karakteristiknya. Salah satu
diantaranya adalah Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso yang terletak di
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
ketinggiannya yang mencapai lebih dari 120 meter, dimana air tumpahan tersebut
selanjutnya mengalir ke genangan air Danau Toba dan keindahan alam
pegunungan beserta karakteristik bentangan lembah dengan tumbuhan pepohonan
dan hamparan persawahan serta keindahan pemandangan Danau Toba yang dapat
dinikmati dari tempat ini. Keindahan inilah yang dapat menarik minat para
wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Obyek Wisata
Alam Air Terjun Sipiso-piso.
Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pengelola
dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Karo untuk mendukung kegiatan Wisata
Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah dengan menyediakan berbagai penawaran
jasa wisata berupa penyediaan tempat untuk menikmati keindahan alam, adanya
rumah makan, souvenir shop dan prasarana tempat berjalan berupa anak tangga
sampai mendekati tumpahan air terjun tersebut. Namun pengelolaan yang belum
optimal merupakan hambatan bagi pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso ini.
Pengelolaan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso merupakan
bagian Integral dari pembangunan kepariwisataan secara nasional. Pengelolaan
yang terintegrasi secara holistik oleh seluruh stakeholder mulai dari masyarakat
lokal, pengusaha pariwisata, media massa maupun pemerintah daerah dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya
manusia.
Berdasarkan kondisi tersebut strategi yang dapat dilakukan dalam
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
berkelanjutan dan bertanggungjawab dapat dimulai dengan mengumpulkan data
dan informasi tentang nilai ekonomi dari obyek wisata ini. Nilai ekonomi suatu
daerah obyek wisata dapat ditentukan dengan menggunakan metode biaya
perjalanan (travel cost methode). Metode biaya perjalanan bertujuan untuk
mengetahui nilai ekonomi obyek wisata alam dengan cara menghitung sejumlah
biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung mulai dari tempat tinggal, selama
perjalanan sampai di daerah obyek wisata itu sendiri dan kembali lagi ke tempat
tinggal mereka. Disamping itu, besarnya intensitas kunjungan yang datang
berkunjung beserta faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan
tersebut perlu untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan bagi pengelolaan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu untuk dilakukan
penelitian mengenai Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek
Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Berapa besarnya nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
Kabupaten Karo berdasarkan metode biaya perjalanan?
2. Berapa besarnya intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso Kabupaten Karo?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost methode).
2. Mengetahui intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso Kabupaten Karo.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek
Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk
kajian penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi obyek wisata
berdasarkan metode biaya perjalanan.
2. Bagi pihak terkait seperti : Pengelola/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karo, pengusaha pariwisata dan masyarakat setempat bermanfaat
dalam menyediakan data nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso yang berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
perencanaan pengelolaan secara holistik yang lebih baik di masa yang akan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata
Menurut Wahab (2003), pada dasarnya ruang lingkup kepariwisataan
terdiri atas 3 unsur yakni : manusia sebagai unsur insani pelaku kegiatan
pariwisata, tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu
sendiri dan waktu sebagai unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu
sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan wisata.
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat
diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Kata wisata
dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
kata pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan tour (Yoeti ,1996).
Pada hakikatnya pariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggal. Dorongan
bepergian ini adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi,
sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti
karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar
(Suwantoro, 2002).
Pariwisata merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang melakukan perjalanan
dari rumah utama untuk maksud bersantai menuju daerah yang lain.
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
usaha seperti : layanan angkutan udara, kapal-kapal pesiar, kereta api, agen-agen
perjalanan, pengusaha tur, penginapan, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan dan
pusat konvensi ( Lundberg, et al, 1997).
Menurut definisi yang lebih luas pariwisata adalah perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun
kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu
(Spillane, 1990).
Apabila ditinjau dari aspek industri, pariwisata merupakan salah satu dari
industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan
sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata
sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi industri-industri dalam arti yang
klasik seperti industri kerajinan tangan dan industri cindramata. Penginapan dan
transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 2003).
Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan
oleh baik-buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, tidak mungkin
pariwisata berkembang dengan baik karena dalam industri pariwisata, lingkungan
itulah yang yang sebenarnya dijual sehingga mutu lingkungan harus diperhatikan.
Didalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk
melestarikan dan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang
terlanjutkan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Konsep Ekowisata (Wisata Alam)
Menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Sedangkan obyek
wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi
wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam baik dalam kegiatan alam
maupun setelah pembudidayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata alam
merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang ditata dengan baik sehingga
dapat menimbulkan rasa senang, rasa indah, nyaman dan bersih dengan
menggunakan konservasi sumber daya alam serta lingkungan sebagai daya
tariknya. Pendapat diatas lebih dirincikan oleh Robby (2001), yang menyatakan
bahwa wisata alam adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilaksanakan pada
tempat-tempat yang berhubungan dengan alam seperti : gunung, rimba/hutan, gua,
lembah, sungai, pesisir, laut, air terjun, danau, lembah sempit (canyon) dan lain
sebagainya.
Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah
ekowisata. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan
terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Menurut
Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat
diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area
yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat.
Suatu kegiatan ekoturisme dapat dilakukan secara perorangan, kelompok
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
yang diminati terdapat dua jenis yaitu daya tarik wisata yang berhubungan dengan
alam (nature related attraction) dan daya tarik wisata yang didasarkan atas alam
(nature based tourist attraction) dimana kedua daya tarik ini dimanfaatkan bagi
kebutuhan pengunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut ekowisata diartikan
sebagai perjalanan ke suatu kawasan alam yang relatif masih asli dan tidak
tercemar, dengan minat khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati
pemandangan, tumbuhan liar maupun manifestasi budaya masyarakat setempat
(Gunawan, 1997).
Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang disengaja ke
kawasan-kawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil
menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk
pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari
upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam
yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan
partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.
Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau
ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi
akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman
alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Hakim, 2004).
Disamping itu ekowisata juga merupakan salah satu bentuk kegiatan
wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
membedakannya dari wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar.
Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang
menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat
Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam
yang bertanggungjwab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal. Berdasarkan defenisi ini, ekowisata dapat dilihat
dari 3 perspektif, yakni ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar dan
ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk ekowisata
merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar,
ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian
lingkungan. Pada akhirnya sebagai pendekatan pengembangan ekowisata
merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara
ramah lingkungan. Dalam kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan
merupakan ciri khas dari ekowisata (Damanik dan Weber, 2006).
Sejalan dengan beberapa pendapat diatas Wiratno, et al (2004), juga
memberikan pengertian kepada ekowisata sebagai kegiatan perjalanan ke
daerah-daerah yang masih alami dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para peminat-peminat
khusus terhadap kawasan pelestarian alam dan bersifat tidak massal. Kegiatan ini
bisa dilakukan di tempat-tempat terbuka yang relatif belum terjamah atau
tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati
pemandangan dengan tumbuhan-tumbuhan satwa liarnya (termasuk potensi
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk
tatanan lingkungan sosial budaya) baik dari masa lampau maupun masa kini di
tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam
Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang
makna/manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu
tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang
berkonotasi sama dengan nilai atau harga. Persepsi itu sendiri merupakan
ungkapan, pandangan seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda,
dengan proses pemahaman melalui pancaindera yang diteruskan ke otak untuk
proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma
kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996).
Ukuran nilai/harga menurut Ichwandi (1996) ditentukan oleh waktu,
barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Sedangkan penilaian
merupakan proses mengkuantitatifkan nilai atas sesuatu yang dilakukan menurut
persepsi, perspektif/pandangan individu atau kelompok individu yang
bersangkutan. Demikian juga Davis dan Johnson (1987), memberikan pengertian
penilaian (valuasi) sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep
dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa.
Menurut Davis dan Jhonson, (1987) nilai ekonomi adalah seluruh barang
dan jasa yang secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan,
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
ekonomi. Sesuai dengan hal tersebut total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu nilai penggunaan (use
value) dan nilai intrinsik (non use value). Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai
penggunaan dibagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai
penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value).
Perhitungan nilai ekonomi sumberdaya alam hingga saat ini telah
berkembang pesat. Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi
bagi kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks,
mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Di dalam
konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, perhitungan-perhitungan
tentang biaya lingkungan sudah banyak berkembang. Menurut Hufschmidt, et al
(1987), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan)
suatu sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua
kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan
pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan
berikut ini :
1. Pendekatan Orientasi Pasar
A. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa
(actual based market methods) :
a. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)
b. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)
B. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap
masukan berupa perlindungan lingkungan :
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
b. Biaya penggantian (replacement cost methods)
c. Proyek bayangan (shadow project methods)
d. Analisis keefektifan biaya
C. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods)
a. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan
b. Pendekatan nilai kepemilikan
c. Pendekatan lain terhadap nilai tanah
d. Biaya perjalanan (travel cost)
e. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)
f. Penerimaan kompensasi/pampasan
2. Pendekatan Orientasi Survey
A. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay)
B. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)
Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
Ada berbagai macam teknik penilaian yang dapat digunakan untuk
mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi
yang mendasari semua teknik ini adalah kesediaan membayar dari individu untuk
jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Menurut Davis dan Jhonson (1987), dalam
penelitian manfaat rekreasi dari sumberdaya hutan, pendekatan kesediaan
membayar dilakukan dengan menggambarkan kesediaan dari pengunjung untuk
membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan dalam menikmati suatu kegiatan
rekreasi.
Metode biaya perjalanan (travel cost methode) ini dilakukan dengan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya
nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang
dikunjungi. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini termasuk biaya pulang
pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan
dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah rekreasi
tersebut diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi
dari nilai atau harga lokasi kunjungan tersebut. Jika lokasi kunjungan itu adalah
barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu dipandang sebagai nilai
yang diperoleh oleh penyediaan barang lingkungan tersebut (Yakin, 1997).
Selanjutnya Hufschmidt, et al (1987), menyatakan bahwa pendugaan
permintaan terhadap manfaat intangible seperti rekreasi dapat dilakukan dengan
pendekatan metode biaya perjalanan. Besarnya permintaan dalam kegiatan
rekreasi alam berbanding lurus dengan kedekatan jarak tempat tinggal ke tempat
rekreasi, yaitu semakin jauh tempat tinggal seseorang dari suatu tempat rekreasi
tertentu, maka permintaan rekreasi terhadap tempat tersebut semakin rendah, dan
sebaliknya untuk para konsumen yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian
ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Mei sampai 21 Juni 2009.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator,
kamera, Soft Ware Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 15.00 dan
perangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner sebagai bahan pertanyaan/wawancara secara langsung terhadap para
pengunjung yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini disebut dengan responden. Teknik yang
digunakan dalam memilih sampel adalah teknik Quota Sampling. Teknik
pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel yang mengambil
sejumlah sampel sesuai karakteristik populasi yang ditentukan berdasarkan data
kunjungan tahunan yang merupakan representatif dan relevan terhadap kondisi
sebenarnya (Sugiarto, et al, 2001). Sasaran penelitian ini dibatasi hanya pada
pengunjung lokal, yaitu pengunjung yang berasal dari dalam negeri khususnya
pengunjung yang berasal dari seluruh daerah yang ada pada wilayah administratif
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :
n =
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasinya
e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).
Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang
akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di Obyek Wisata
Alam Air Terjun Sipiso-piso 3 tahun terakhi ini (2006 – 2008) adalah :
69.226 orang, 76.890 orang dan 87.600 orang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karo, 2009). Oleh karena itu, dalam 3 tahun ini akan diperoleh
rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 77.905 orang dan jika
dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel
sebanyak 100 orang. Secara matematis cara memperoleh jumlah sampel adalah
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Teknik Pengumpulan Data
Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik
observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden di lapangan, yang
meliputi:
1. Data karakteristik pengunjung yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, lama perjalanan,
banyaknya kunjungan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan,
motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun
Sipiso-piso.
2. Data yang diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata dengan
menggunakan metode biaya perjalanan adalah biaya perjalanan pulang pergi,
biaya transportasi, biaya tiket masuk, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama
kegiatan wisata, biaya souvenir, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya
lain yang telah dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan wisata.
Data Sekunder
Data yang diperlukan untuk karakteristik obyek wisata adalah : letak
grografis dan batas wilayah daerah obyek wisata, iklim (suhu, musim, angin dan
curah hujan), aksesibilitas ke lokasi wisata, fasilitas dan potensi wisata, data
kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat serta jumlah pengunjung per tahun
(3 tahun terakhir). Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka
dari berbagai sumber referensi serta melakukan observasi kepada pengelola obyek
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan
(Travel Cost Methode)
Nilai ekonomi rekreasi diduga dengan menggunakan metode pendekatan
biaya perjalanan wisata (travel cost methode), yang meliputi biaya transportasi
pulang pergi dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi rekreasi dan pengeluaran
lainnya selama dalam perjalanan dan di dalam lokasi wisata seperti dokumentasi,
konsumsi dan tiket masuk.
Biaya perjalanan adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan pengunjung
selama melakukan kegiatan rekreasi. Menurut Sulistiyono (2007), tahapan
penentuan nilai ekonomi wisata alam dengan menggunakan metode biaya
perjalanan adalah :
1. Menentukan jumlah rata-rata kunjungan per tahun berdasarkan data
pengunjung pada tahun sebelumnya dari Pengelola Obyek Wisata Alam Air
Terjun Sipiso-piso.
2. Menduga persentase pengunjung dari tiap daerah administratif yang
dirumuskan :
Pi = x100%
N JCi
Keterangan :
Pi = Persentase pengunjung dari tiap daerah i
JCi = Jumlah pengunjung contoh dari daerah i
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
3. Menentukan jumlah pengunjung dari daerah masing-masing asal pengunjung
selama setahun yang dirumuskan dengan :
JKi = Pi x JKt
Keterangan :
JKi = Jumlah pengunjung dari daerah i selama setahun
Pi = Persentase pengunjung dari daerah administratif ke-i
JKt = Jumlah seluruh kunjungan selama setahun
4. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya
perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan
rekreasi, dirumuskan :
BP = BT + BK + BTk + BD + BL
Keterangan :
BP = Biaya Perjalanan (Rp/Orang/Hari Kunjungan)
BT = Biaya Transportasi (Rp/Orang)
BK = Biaya Konsumsi selama melakukan wisata (Rp/Orang)
BTk = Biaya Tiket (Rp/Orang)
BD = Biaya Dokumentasi (Rp/Orang)
BL = Biaya Lain-lain (Rp/Orang)
5. Menduga intensitas kunjungan responden (Y) berdasarkan faktor-faktor
penduga (X) seperti tingkat pendidikan (X1), tingkat penghasilan (X2), umur
(X3) dan waktu menuju ke lokasi wisata (X4). Adapun bentuk umum dari
persamaan tersebut adalah :
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Keterangan :
Y = Intensitas kunjungan dari responden
X1 = Tingkat pendidikan
X2 = Tingkat penghasilan
X3 = Umur
X4 = Waktu menuju lokasi
a = Intercept atau Konstanta
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Batas Wilayah
Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso terletak di Desa Tongging,
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Secara geografis, Desa
Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso
terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada
di ketinggian lebih kurang 800 meter diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh
perbukitan yang hijau dengan tumbuhan pinus dan hamparan lahan persawahan
milik masayarakat.
Obyek Wisata Alam Air terjun Sipiso-piso ini memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Pengambaten dan Desa Situnggaling
Sebelah Timur Berbatasan dengan Gunung Sipiso-piso
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Danau Toba
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pengambaten
Berdasarkan kondisi ini dapat dilihat bahwa Obyek Wisata Alam Air
Terjun Sipiso-piso dikelilingi oleh beberapa desa disekitarnya. Menurut data yang
diperoleh, luas masing-masing desa tersebut adalah Desa Pengambaten
seluas 10,00 km2, Desa Situnggaling seluas 6,00 km2 dan Desa Tongging sendiri
adalah seluas 4,50 km2 (BPS Kabupaten Karo, 2009).
Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)
Desa Tongging yang merupakan bagian dari Kabupaten Karo memiliki
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
setinggi 88,39 % tersebar antara 86,3 % sampai dengan 90,3 %. Daerah ini
beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan
Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan
musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.
Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus dari
arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah
Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September. Pada
tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan
angin 1,32 m/dt. Curah hujan tahun 2006 tertinggi pada bulan April sebesar
272 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 56 mm sedangkan hari hujan
tertinggi pada bulan Desember sebanyak 20 hari dan terendah pada bulan Maret
dan Juni sebanyak 8 hari (BPS Kabupaten Karo, 2009).
Aksesibilitas Lokasi
Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso terletak di ujung Kabupaten
Karo tidak jauh dari ibu kota Sumatera Utara yaitu Kota Medan, dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Jarak
Air Terjun Sipiso-piso lebih kurang 35 km arah selatan Berastagi di pinggir
Danau Toba atau 112 km dari Medan. Jenis angkutan umum yang tersedia menuju
lokasi ini dari pusat kota Medan ada berbagai pilihan diantaranya adalah Bus
DATRA, SAMPRI, BTN dan PASS melalui jalur Medan – Berastagi – Kabanjahe
– Simpang Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.20.000,00. Pilihan lain
yang dapat digunakan menuju lokasi tersebut adalah melalui jalur Medan –
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
dilanjutkan dengan angkutan yang berbeda dari Kabanjahe menuju Simpang
Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.7.000,00. Perjalanan ke Obyek
Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dari Simpang Merek sejauh 3 km dengan
kualitas jalan beraspal dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan Becak Motor
dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp. 5.000,00. Pada umumnya lokasi ini dapat
dicapai dengan berbagai jenis kendaraan bermotor roda empat dan roda dua
dengan waktu tempuh ± 3 jam.
Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
Pengelolaan obyek wisata ini ditangani secara langsung oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo. Obyek wisata ini memiliki berbagai
fasilitas pendukung yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung yang datang ke
tempat ini. Fasilitas yang tersedia di obyek wisata ini diantaranya adalah :
1. 1 buah loket penjualan tiket masuk dengan 3 orang pegawai.
2. 1 buah Langgar (tempat ibadah) yang sudah tidak layak pakai.
3. 2 buah Lokasi parkir kendaraan roda empat dan roda dua yang letaknya
terpisah
4. 5 buah bangunan Joglo permanen dengan rincian 3 buah terletak dibagian atas
dan 2 buah di bagian bawah sebagai tempat pengunjung bersantai menikmati
pemandangan air terjun Sipiso-piso dan pemandangan Danau Toba serta
bentangan lembah dan hamparan persawahan
5. 19 buah tempat duduk permanen sebagai tempat pengunjung menikmati
keindahan obyek wisata ini
6. 1 buah bangunan restaurant permanen yang sudah tidak digunakan lagi
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
8. 1 buah bangunan toilet permanen pria dan wanita
9. 4 buah rumah makan yang dikelola oleh masyarakat setempat
10.15 buah toko cinderamata yan dikelola oleh masyarakat setempat
11.Ratusan anak tangga sepanjang 1 km menuju aliran sungai dasar jatuhnya
tumpahan air terjun sipiso-piso.
Nama air terjun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo ini
memiliki makna yang khas. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa kata
sipiso-piso berasal dari kata piso yang artinya pisau. Derasnya air yang berjatuhan
dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya
berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari
puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo.
Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso sangat besar dengan
berbagai ciri khas karakteristik pemandangan alamnya. Rasa kagum akan muncul
dari setiap pengunjung yang datang ke Desa Tongging, desa dimana Air Terjun
Sipiso-piso berada. Pada saat mengunjungi Desa Tongging, pengunjung akan
disuguhi pemandangan alam yang indah seperti lansekap Danau Toba sebuah
danau vulkanik terbesar di dunia, disisi kiri jalan berliku menuju Desa Tongging
tersebut terdapat pula Gunung Sipiso-piso yang pernah dijadikan sebagai tempat
launching paragliding (terbang layang) bagi wisatawan mancanegara yang
menyenangi atraksi wisata dirgantara dan tentunya adalah Air Terjun Sipiso-piso
sendiri. Tiga jenis karakteristik obyek wisata ini merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan yang menyatu menjadi daya tarik tersendiri dari daerah ini.
Sebelum menikmati air terjun dari dekat, pengunjung akan disuguhi pemandangan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
aliran air terjun Sipiso-piso. Bentangan alam berupa perbukitan dan karakteristik
lembahnya dengan tumbuhan hijau pepohonan yang didominasi pohon pinus serta
hamparan persawahan yang dapat dinikmati dari tempat ini terakumulasi
menjadikan tempat ini benar-benar mengandung potensi yang cukup besar sebagai
obyek wisata andalan Kabupaten Karo (Wisata Melayu, 2009).
Para pengunjung yang ingin menjelajahi keelokan alam Sipiso-piso dari
dekat harus menyusuri punggung bukit melalui ratusan anak tangga kecil sejauh
1 km yang telah disediakan untuk turun dan mendekati dasar tumpahan air terjun
tersebut. Barisan anak tangga yang telah dipersiapkan itu merupakan jalan utama
yang aman untuk dilalui, tetapi sangat disayangkan anak tangga tersebut hanya ¾
bagian yang termasuk layak untuk dilalui sedangkan selebihnya cenderung tidak
aman untuk dilalui oleh pengunjung.
Sesampainya di bawah, pengunjung dapat memandang ke arah bukit-bukit
kecil yang terbentang. Ketakjuban akan tingginya bukit-bukit tersebut akan
dilengkapi dengan suara gemuruh percikan ribuan butiran air yang memantul dari
titik jatuhnya air. Oleh karena, air terjun ini memiliki ketinggian 120 meter atau
sekitar 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba, maka banyak orang yang
pernah berkunjung ke tempat ini mengatakan besaran butiran percikan air jatuh di
Sipiso-piso lebih besar dari Air Terjun Sigura-gura sebuah daerah wisata alam
terkenal di Sumatera Utara (Wisata Melayu, 2009).
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Tongging memiliki jumlah
penduduk sebesar 1.254 jiwa yang terdiri dari 638 orang laki-laki dan 616 orang
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
luas wilayah desa ini yang sebesar 4,50 km2, maka kepadatan penduduk penduduk
di desa ini adalah sebesar 278,67 jiwa/km2, sedangkan penduduk desa ini adalah
mayoritas bersuku Karo dan Batak Toba selebihnya adalah suku Simalungun dan
Pakpak. Agama yang dianut oleh penduduk desa ini mayoritas adalah Agama
Kristen protestan sebanyak 1.212 jiwa dan Kristen Katolik sebanyak 42 jiwa.
Keberadaan ini sejalan dengan ditemuinya 5 buah Gereja sebagai tempat
beribadah penduduk di desa ini (BPS Kabupaten Karo, 2009).
Sarana kesehatan yang terdapat di desa ini hanya 1 buah Puskesmas
Pembantu (PUSTU) dengan 2 orang bidan. Sekolah yang ada di desa ini adalah 1
buah SD Negeri dan 2 buah SMP Swasta. Sebagian besar rumah penduduk di desa
ini merupakan rumah permanen sebanyak 221 rumah, rumah semi permanen 53
rumah dan darurat 3 buah, dengan demikian terdapat 277 rumah di desa ini (BPS
Kabupaten Karo, 2009).
Penduduk di desa ini sebagian besar menggantungkan kehidupan dan
mata pencahariannya pada sektor :
1. Pertanian, Peternakan dan Perikanan, yaitu : padi sawah, tanaman
sayur-sayuran berupa bawang merah/putih, bawang daun, cabai merah/hijau, kol,
tomat, kentang dan wortel, tanaman palawija berupa jagung, tanaman keras
berupa kelapa, kulit manis, kopi dan kemiri, tanaman buah-buahan berupa
jeruk, mangga, nenas dan terong jepang, peternakan berupa ayam, itik dan
babi, perikanan dengan jenis ikan air tawar.
2. PNS/TNI/POLRI
3. Jasa dan Perdagangan berupa perdagangan hasil bumi, pedagang makanan dan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung atau wisatawan lokal
yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso. Karakteristik
responden merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena dengan
mengetahui karakteristik responden maka dapat diketahui obyek penelitian
dengan lebih baik.
Jumlah keseluruhan responden yang menjadi objek penelitian ini adalah
100 orang. Karakteristik responden yang datang berkunjung ke lokasi penelitian
ini dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek diantaranya adalah : daerah asal
responden, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat
pendapatan, banyaknya kunjungan, lama perjalanan, kendaraan yang digunakan,
tujuan utama kunjungan, motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek
Wisata Alam Air Terjun Sipisopiso.
Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal
Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner yang dapat dilihat pada Tabel 1,
responden yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
didominasi dari daerah Kotamadya Medan (42%) dan selebihnya berasal dari
Kotamadya Pematang Siantar (22%), Kabupaten Karo (8%), Kabupaten
Simalungun (7%), Kabupaten Deli Serdang (5%), Kotamadya Tebingtinggi (4%),
Kabupaten Langkat (3%), Kabupaten Tapanuli Utara (3%), Kabupaten Serdang
Bedagai (2%), Kabupaten Asahan (2%), Kabupaten Labuhan Batu (1%) dan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal
NO. Daerah Asal Jumlah (Orang) Pesentase (%)
Sumber : Data kuesioner diolah
Data ini menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari Kotamadya
Medan. Kondisi ini disebabkan letak Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-psio
masih tergolong dekat dari Kotamadya Medan yang hanya memerlukan waktu
tempuh sekitar ± 3 jam bila dibandingkan dengan sebagian besar daerah lain,
sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung relatif lebih kecil
dibandingkan dari daerah yang lebih jauh dari obyek wisata ini, dengan demikian
permintaan terhadap rekreasi akan semakin tinggi.
Letak yang lebih dekat dengan obyek wisata ini adalah Kabupaten Karo,
Simalungun dan Siantar bila dibandingkan dengan Kotamadya Medan tetapi tidak
menyebabkan banyaknya tingkat kunjungan dari daerah ini. Hal ini disebabkan
adanya rasa bosan dan hal yang biasa dari mereka yang tinggal disekitar obyek
wisata ini akan keberadaan Air Terjun Sipiso-piso. Berbeda halnya dengan
pengunjung yang berasal dari daerah lain, khususnya Kotamadya Medan dimana
mereka cenderung mencari lokasi wsiata yang baru dalam upaya mencari hiburan
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden sebagian besar
adalah laki-laki (74%) dan selebihnya adalah wanita sebesar (26%). Banyaknya
jumlah responden laki-laki cenderung disebabkan perjalanan panjang yang
dilakukan responden dalam melintasi beberapa daerah obyek wisata yang
biasanya sekaligus mereka lakukan yang berada disekitar Kabuapten Karo,
Simalungun dan Dairi yang membutuhkan waktu tidak sedikit dalam berekreasi.
Kondisi ini juga sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan bahwa
wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri dan usaha perwujudan
kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang, serta lebih suka
menghadapi tantangan dibandingkan dengan wisatawan perempuan.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 74 74
2 Perempuan 26 26
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Umur
Umur berkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan
kunjungan dan produktifitas responden. Umur juga menjadi faktor yang
menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang
akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari
pendapatannya digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Jadi secara
tidak langsung umur akan turut mempengaruhi besarnya permintaan terhadap
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner responden menurut karakteristik
umur seperti yang ditampilkan pada Tabel 3, kelompok umur yang datang
berkunjung ke obyek wisata ini tersebar ke berbagai tingkat umur. Walaupun
demikian, kelompok umur responden antara 21-30 tahun memiliki komposisi
yang paling tinggi diantara kelompok umur lainnya yaitu sebanyak 52 orang atau
(52%). Kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur produktif yang
sangat menyukai kegiatan wisata. Menurut Soekadijo (1996), golongan umur
yang produktiflah yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Golongan
produktif ini memerlukan rekreasi terutama untuk penyegaran dari kesibukannya
sehari-hari.
Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur
NO. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 ≤ 20 9 9
2 21 – 30 52 52
3 31 – 40 23 23
4 41 – 50 10 10
5 >50 6 6
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pemahaman
seseorang terhadap kebutuhan psikologis dan rasa ingin tahu tentang obyek wisata
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Selain
itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki,
jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan, jumlah pendapatan
berpengaruh dalam menentukan konsumsi barang dan jasa seperti jasa untuk
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Tingkat pendidikan responden yang terpilih ketika melakukan kunjungan
ke obyek wisata ini seperti yang ditampilkan pada Tabel 4 terdiri dari 4 kelompok
pendidikan. Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (S1/Diploma) memiliki
komposisi yang paling tinggi yaitu (55%) dan diikuti oleh pendidikan menengah
(SMU/SMK) sebesar (38%), pendidikan tingkat menengah pertama (SMP)
sebesar (6%) dan pendidikan dasar (SD) sebesar (1%). Kondisi ini berhubungan
dengan paradigma masyarakat kota modern dan berpendidikan memiliki
ketertarikan yang cukup tinggi terhadap daya tarik alam sebagai media untuk
menurunkan kadar kepenatan dari aktivitas mereka sehari-hari.
Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 SD 1 1
3 SMP 6 6
4 SMU/SMK 38 38
5 Perguran Tinggi 55 55
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden yang
paling dominan adalah Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000 yaitu sebesar (42%),
kemudian dikuti dari tingkat pendapatan lebih dari Rp.2.000.000 sebesar (29%),
Rp.1.000.000 – 1.500.000 sebesar (12%), kurang dari 500.000 sebesar (9%) dan
pendapatan diantara Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebesar (8%).
Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa keberadaan Obyek
Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dapat dinikmati dari semua lapisan ekonomi
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Tabel 5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkanm Tingkat Pendapatan
NO Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < 500.000 9 9
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Komposisi jenis pekerjaan paling besar dari antara 100 orang responden
yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah
responden dengan jenis pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar (43%), kemudian
berikutnya adalah kelompok pekerjaan wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) masing-masing sebesar (15%), kelompok pelajar/mahasiswa sebesar
(14%), kelompok pekerjaan petani (7%) dan terakhir adalah responden dengan
kelompok pekerjaan lainnya seperti ibu rumah tangga dan pegawai honorer adalah
sebesar (6%).
Tabel 6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Pelajar/Mahasiswa 14 14
2 PNS 15 15
3 TNI/POLRI 0 0
4 Pegawai Swasta 43 43
5 Petani 7 7
6 Pengusaha/Wiraswasta 15 15
7 Lain-Lain (IRT, Honorer) 6 6
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari memerlukan energi
dan pikiran yang ekstra. Oleh karena itu, kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
dilakukan responden di obyek wisata ini. Pemikiran ini sesuai dengan pendapat
Fandeli dan Mukhlison (2000), yang mengatakan bahwa wisatawan berdasarkan
tujuan kunjungannya dapat dikategorikan dalam beberapa hal diantaranya
berwisata dengan motivasi fisik, yaitu dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa
dari ketegangan dan kebosanan hidup sehari-hari dengan menemukan kembali
atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental, memperluas wawasan,
memuaskan rasa ingin tahu, mewujudkan jati diri, bahkan menambah rasa harga
diri terlebih lagi adalah hati mereka terpuaskan.
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan
Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata
Alam Air Terjun Sipiso-piso menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebesar (59%)
dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada
umumnya berupa mobil pribadi walaupun sebagian kecil ada yang menggunakan
sepeda motor, sedangkan responden yang melakukan kunjungan dengan
menggunakan kendaraan sewa/carteran adalah sebesar (41%).
Tabel 7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan
NO Jenis Kendaraan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Kendaraan Pribadi 59 59
2 Kendaraan Sewa/Carteran 41 41
3 Kendaraan Umum 0 0
4 Kendaraan Milik Instansi 0 0
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan
Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata ini
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
responden berdasarkan cara melakukan kunjungan yang disajikan pada Tabel 8,
bahwa sebagian besar responden dalam melakukan kunjungannya adalah
berkelompok yaitu sebesar (55%) dan selebihnya adalah melakukan kunjungan
bersama rombongan keluarga sebesar (45%).
Responden yang melakukan kunjungan secara berkelompok pada
umumnya berasal dari satu bidang pekerjaan yang sama, para pelajar/mahasiswa
satu perguruan tinggi, satu perkumpulan atau bidang lain yang masih dalam satu
komunitas sebagai media untuk mempererat ikatan emosional diantara mereka.
Responden yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga ke obyek
wisata ini dapat digolongkan kedalam kegiatan perjalanan wisata keluarga yaitu
suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain (Suwantoro, 2002).
Tabel 8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan
NO. Cara Melakukan Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Sendiri 0 0
2 Berkelompok 55 55
3 Rombongan Keluarga 45 45
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Sebanyak (58%) atau 58 orang responden yang datang berkunjung ke
obyek wisata ini masih belum menikah atau belum berkeluarga, sedangkan (42%)
atau 42 orang responden diantaranya sudah menikah atau berkeluarga.
Tabel 9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan
NO. Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Menikah 42 42
2 Belum Menikah 58 58
Total 100 100
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan
Berdasarkan hasil rekapitulasi data responden, tujuan sebagian besar
pengunjung datang ke obyek wisata ini adalah untuk menikmati keindahan alam
dalam rangka mengisi waktu hari libur mereka. Walaupun demikian, dikarenakan
lokasi obyek wisata ini yang sangat strategis berdekatan dengan beberapa obyek
wisata lainnya yang memiliki daya tarik yang lebih tinggi sehingga responden
umumnya menjadikan tempat ini sebagai tempat persinggahan saja yaitu sebesar
(77%) dan sisanya menjadikan tempat ini sebagai tujuan utama kunjungan sebesar
(23%).
Tabel 10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan
NO. Alasan Kedatangan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tujuan Utama 23 23
2 Tempat Persinggahan 77 77
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Sebagian besar responden atau sebanyak (85%) responden memperoleh
informasi keberadaan obyek wisata ini berasal dari teman/keluarga dengan cara
penyebaran informasi melalui mulut ke mulut. Berdasarkan kondisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengelolan obyek wisata ini belum dilakukan secara optimal,
hal ini diperlihatkan dengan belum tertatanya dengan baik strategi pengelolaan
obyek wisata ini dalam bidang promosi. Walaupun demikian, sebagian kecil dari
responden ada yang mengetahui keberadaan obyek wisata ini dari media cetak
berupa surat kabar/majalah sebesar (3%) dan media elektronik berupa
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
Oleh karena itu, pengelolaan yang intensif dan terintegrasi secara bertahap
harus dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Karo. Pembenahan sistem informasi keberadaan obyek
wisata ini beserta potensinya merupakan langkah awal yang dapat dilakukan
sehingga diharapkan keberadaan obyek wisata ini dapat diketahui oleh masyarakat
luas. Meningkatnya kunjungan ke obyek wisata ini dapat tercapai ketika tahapan
tersebut telah dilakukan, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangsih bagi
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo sendiri.
Tabel 11. Rekapitulasi Data Responden Menurut Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata
NO. Sumber Informasi
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso
Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata
Penilaian responden berdasarkan skala likert terhadap kondisi jalan
menuju Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso menilai kurang baik, dimana
pendapat mereka (khususnya pendapat responden yang berasal dari Kotamadya
Medan) yang mengatakan bahwa masih banyak kondisi jalan yang
berlubang-lubang menuju obyek wisata ini seperti yang terletak di daerah Kecamatan Tiga
Panah, tidak jauh dari Kabanjahe ibu kota Kabupaten Karo. Kerusakan tersebut
Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.
penelitian sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung ke lokasi wisata ini, hal
tersebut sesuai dengan pendapat Pendit (2002), yang mengatakan bahwa faktor
transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan syarat-syarat tertentu, antara
lain jalan-jalan yang baik, lalu lintas yang lancar dan angkutan yang tercepat.
Tabel 12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan
NO.
Sumber : Data kuesioner diolah
Pengklasifikasian Berdasarkan Skor :
1. Skor 100 – 167 : Kurang Baik
2. Skor 167 – 234 : Baik
3. Skor 234 – 300 : Sangat Baik
Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata
Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner menggunakan skala likert,
penilaian responden terhadap kemudahan menjangkau (aksesibilitas) obyek wisata
ini, sebagian besar berpendapat tergolong mudah. Kondisi tersebut sesuai dengan
pendapat responden yang tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam
menjangkau tempat ini. Kemudahan tersebut didukung oleh penunjuk arah jalan
yang dapat digunakan oleh responden menuju tempat ini. Aksesibilitas yang
mudah menuju obyek wisata ini dapat meningkatkan permintaan pengunjung
terhadap kunjungan ke obyek wisata ini. Rekapitulasi pendapat responden