• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ANALISIS NILAI EKONOMI DAN TINGKAT KUNJUNGAN DI OBYEK WISATA ALAM AIR TERJUN SIPISO-PISO

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

HOTMAN SIREGAR

031201030/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo

Nama : Hotman Siregar

Nim : 031201030

Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan

Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

Ketua Anggota

Mengetahui :

Sekretaris Departemen Kehutanan

(3)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ABSTRACT

Hotman Siregar, Analyze of economic value and traffic of the visit in Tourism Object Nature Waterfall Sipiso, Karo District. The guidance by Mr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si and Mrs. Kansih Sri Hartini, S. Hut, MP.

This study aims to calculate the economic value of Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso, Merek Sub Brand, Karo District using the travel cost method, knowing the intensity of the visit and to determine the factors that influence the intensity of the visit. The number of samples used in this study was 100 respondents, while the sampling technique using a quota sampling technique. Based on research by the economic value derived Tourism Object Nature Waterfall Sipiso using travel cost method is about Rp.14.708.461.662,8/tahun. The intensity of visits to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso is three times the traffic while the factors that influence the intensity of the visit is the level of income, age and time taken to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso.

(4)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ABSTRAK

Hotman Siregar, Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo. Dibimbing oleh

Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo dengan menggunakan metode biaya perjalanan, mengetahui intensitas kunjungan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik kuota sampling.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp.14.708.461.662,8/tahun. Intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso adalah sebanyak tiga kali kunjungan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan adalah tingkat pendapatan, umur dan waktu yang dibutuhkan menuju obyek wisata.

(5)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Hotman Siregar lahir di Dolok Merawan, Kabupaten Serdangbedagai pada

tanggal 19 November 1985. Penulis merupakan anak keenam dari enam

bersaudara dari ayah H. Sormin (Alm) dan ibu R. Tambunan.

Pada tahun 1991 penulis memasuki Sekolah Dasar di SD Negeri

No. 102123 Dolok Merawan lulus pada tahun 1997, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan ke SLTP YPAK PTPN-III Gunung Para lulus pada

tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke

SMU Negeri 1 Tebingtinggi lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis

melanjutkan pendidikan ke Program Studi Manajemen Hutan, Departemen

Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasisiwa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif belajar dari beberapa

komunitas, baik itu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus.

Pada tahun 2004, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan

Hutan (P3H) di Kecamatan Bandar Khalifa, Kabupaten Serdang Bedagai dan di

Desa Tongkoh Kabupaten Karo. Pada tahun 2007, penulis melakukan

Praktik Kerja Lapang (PKL) di Wilayah 1 Subanjeriji PT. Musi Hutan Persada,

Sumatera Selatan. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air

Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo” yang dibimbing oleh Bapak Agus Purwoko,

(6)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun skripsi ini dengan

judul Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air

Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua

dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit

kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan

yang diemban. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada

Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

sebagai Komisi Pembimbing skripsi penulis yang terus membimbing penulis

dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan skripsi ini

di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2009

(7)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Pengertian Pariwisata ... 5

Konsep Ekowisata (Wisata Alam) ... 7

Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam ... 10

Pendekatan Metode Biaya Perjalanan ... 12

METODOLOGI PENELITIAN ... 14

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Teknik Pengambilan Sampel ... 14

Teknik Pengumpulan Data ... 16

Data Primer ... 16

Data Sekunder ... 16

Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 17

Pendugaan nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan ... 17

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 20

Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 20

Aksesibilitas ke Lokasi ... 21

Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata ... 22

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Karakteristik Responden... 26

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 26

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

(8)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 29

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .. 30

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34

Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 35

Kondisi Jalan Menujua Obyek Wisata ... 35

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata... 36

Keindahan Alam ... 37

Sistem Tata Ruang dan Fasiliatas Obyek Wisata ... 38

Tingkat Keamanan ... 40

Menduga Jumlah Pengunjung Berdasarkan Masing-masing Daerah Asal Responden Selama Setahun ... 41

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 42

Intensitas Kunjungan ... 46

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(9)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 27

2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur ... 29

4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 30

5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 31

6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31

7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32

8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 33

9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 33

10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan ... 34

11. Rekapitulasi Data Responden Berdasarakan Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata ... 35

12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan ... 36

13. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas ... 37

14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Keindahan Alam ... 38

15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Sistem Tata Ruang... 38

16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata ... 39

17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Tingkat Keamanan ... 40

18. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama Setahun ... 42

19. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan ... 43

20. Rekapitulasi Data Responden Menurut Intensitas Kunjungan ... 46

21. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Penentuan Koefisien Variabel Terikat (Y) dan Variabel Bebas (X)... 49

(10)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 57

2. Rekapitulasi Data Responden Multiaspek ... 59

3. Peta Lokasi Penelitian ... 65

(11)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki

kekayaan sumber daya alam baik di daratan (khususnya sumber daya hutan)

maupun di perairan (laut) yang sangat melimpah. Oleh karena itu, Indonesia

dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia

setelah Brazil (negara megabiodiversity) (Syahadat, 2006).

Beberapa bentuk sumber daya alam yang dapat ditemui di Indonesia

diantaranya adalah pemandangan alam pegunungan, bentangan lembah, sungai,

goa, air terjun, hamparan persawahan dan perkebunan dengan udara segar,

matahari, gelombang air laut maupun keanekaragaman flora dan fauna.

Keberadaan sumber daya alam ini diperkaya dengan bentuk negara Indonesia

yang merupakan negara kepulauan dengan keberagaman adat-istiadat, budaya dan

bahasa sehingga memberikan peluang yang sangat besar dalam memperoleh

manfaat dari sumber daya alam melalui kegiatan yang tidak merusak atau

merubah karakter fisik sumber daya alam tersebut. Salah satu manfaat yang dapat

diperoleh adalah pengembangan potensi sumber daya alam khususnya sumber

daya hutan melalui manfaat intangible seperti udara yang segar dan pemandangan

alam yang indah untuk kegiatan wisata alam (Fandeli, 1995).

Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata yang menawarkan

banyak pilihan obyek wisata dengan berbagai karakteristiknya. Salah satu

diantaranya adalah Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso yang terletak di

(12)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ketinggiannya yang mencapai lebih dari 120 meter, dimana air tumpahan tersebut

selanjutnya mengalir ke genangan air Danau Toba dan keindahan alam

pegunungan beserta karakteristik bentangan lembah dengan tumbuhan pepohonan

dan hamparan persawahan serta keindahan pemandangan Danau Toba yang dapat

dinikmati dari tempat ini. Keindahan inilah yang dapat menarik minat para

wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Obyek Wisata

Alam Air Terjun Sipiso-piso.

Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pengelola

dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Karo untuk mendukung kegiatan Wisata

Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah dengan menyediakan berbagai penawaran

jasa wisata berupa penyediaan tempat untuk menikmati keindahan alam, adanya

rumah makan, souvenir shop dan prasarana tempat berjalan berupa anak tangga

sampai mendekati tumpahan air terjun tersebut. Namun pengelolaan yang belum

optimal merupakan hambatan bagi pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso ini.

Pengelolaan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso merupakan

bagian Integral dari pembangunan kepariwisataan secara nasional. Pengelolaan

yang terintegrasi secara holistik oleh seluruh stakeholder mulai dari masyarakat

lokal, pengusaha pariwisata, media massa maupun pemerintah daerah dapat

memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta

berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya

manusia.

Berdasarkan kondisi tersebut strategi yang dapat dilakukan dalam

(13)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

berkelanjutan dan bertanggungjawab dapat dimulai dengan mengumpulkan data

dan informasi tentang nilai ekonomi dari obyek wisata ini. Nilai ekonomi suatu

daerah obyek wisata dapat ditentukan dengan menggunakan metode biaya

perjalanan (travel cost methode). Metode biaya perjalanan bertujuan untuk

mengetahui nilai ekonomi obyek wisata alam dengan cara menghitung sejumlah

biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung mulai dari tempat tinggal, selama

perjalanan sampai di daerah obyek wisata itu sendiri dan kembali lagi ke tempat

tinggal mereka. Disamping itu, besarnya intensitas kunjungan yang datang

berkunjung beserta faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan

tersebut perlu untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan bagi pengelolaan yang

lebih baik di masa yang akan datang.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu untuk dilakukan

penelitian mengenai Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek

Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Berapa besarnya nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Kabupaten Karo berdasarkan metode biaya perjalanan?

2. Berapa besarnya intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso Kabupaten Karo?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek

(14)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost methode).

2. Mengetahui intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso Kabupaten Karo.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek

Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk

kajian penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi obyek wisata

berdasarkan metode biaya perjalanan.

2. Bagi pihak terkait seperti : Pengelola/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo, pengusaha pariwisata dan masyarakat setempat bermanfaat

dalam menyediakan data nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso yang berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

perencanaan pengelolaan secara holistik yang lebih baik di masa yang akan

(15)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata

Menurut Wahab (2003), pada dasarnya ruang lingkup kepariwisataan

terdiri atas 3 unsur yakni : manusia sebagai unsur insani pelaku kegiatan

pariwisata, tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu

sendiri dan waktu sebagai unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu

sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan wisata.

Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat

diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Kata wisata

dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim

dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

kata pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali

atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa

Inggris disebut dengan tour (Yoeti ,1996).

Pada hakikatnya pariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari

seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggal. Dorongan

bepergian ini adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi,

sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti

karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar

(Suwantoro, 2002).

Pariwisata merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang melakukan perjalanan

dari rumah utama untuk maksud bersantai menuju daerah yang lain.

(16)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

usaha seperti : layanan angkutan udara, kapal-kapal pesiar, kereta api, agen-agen

perjalanan, pengusaha tur, penginapan, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan dan

pusat konvensi ( Lundberg, et al, 1997).

Menurut definisi yang lebih luas pariwisata adalah perjalanan dari satu

tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun

kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu

(Spillane, 1990).

Apabila ditinjau dari aspek industri, pariwisata merupakan salah satu dari

industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat

dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan

sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata

sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi industri-industri dalam arti yang

klasik seperti industri kerajinan tangan dan industri cindramata. Penginapan dan

transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 2003).

Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan

oleh baik-buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, tidak mungkin

pariwisata berkembang dengan baik karena dalam industri pariwisata, lingkungan

itulah yang yang sebenarnya dijual sehingga mutu lingkungan harus diperhatikan.

Didalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk

melestarikan dan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang

terlanjutkan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit

(17)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Konsep Ekowisata (Wisata Alam)

Menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan yang

memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Sedangkan obyek

wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi

wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam baik dalam kegiatan alam

maupun setelah pembudidayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata alam

merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang ditata dengan baik sehingga

dapat menimbulkan rasa senang, rasa indah, nyaman dan bersih dengan

menggunakan konservasi sumber daya alam serta lingkungan sebagai daya

tariknya. Pendapat diatas lebih dirincikan oleh Robby (2001), yang menyatakan

bahwa wisata alam adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilaksanakan pada

tempat-tempat yang berhubungan dengan alam seperti : gunung, rimba/hutan, gua,

lembah, sungai, pesisir, laut, air terjun, danau, lembah sempit (canyon) dan lain

sebagainya.

Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah

ekowisata. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan

terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Menurut

Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat

diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area

yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan

mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat.

Suatu kegiatan ekoturisme dapat dilakukan secara perorangan, kelompok

(18)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

yang diminati terdapat dua jenis yaitu daya tarik wisata yang berhubungan dengan

alam (nature related attraction) dan daya tarik wisata yang didasarkan atas alam

(nature based tourist attraction) dimana kedua daya tarik ini dimanfaatkan bagi

kebutuhan pengunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut ekowisata diartikan

sebagai perjalanan ke suatu kawasan alam yang relatif masih asli dan tidak

tercemar, dengan minat khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati

pemandangan, tumbuhan liar maupun manifestasi budaya masyarakat setempat

(Gunawan, 1997).

Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang disengaja ke

kawasan-kawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil

menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk

pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari

upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam

yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan

partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.

Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau

ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam

kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi

akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman

alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Hakim, 2004).

Disamping itu ekowisata juga merupakan salah satu bentuk kegiatan

wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering

(19)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

membedakannya dari wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang

menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat

Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam

yang bertanggungjwab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal. Berdasarkan defenisi ini, ekowisata dapat dilihat

dari 3 perspektif, yakni ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar dan

ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk ekowisata

merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar,

ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian

lingkungan. Pada akhirnya sebagai pendekatan pengembangan ekowisata

merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara

ramah lingkungan. Dalam kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap

kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan

merupakan ciri khas dari ekowisata (Damanik dan Weber, 2006).

Sejalan dengan beberapa pendapat diatas Wiratno, et al (2004), juga

memberikan pengertian kepada ekowisata sebagai kegiatan perjalanan ke

daerah-daerah yang masih alami dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan

masyarakat sekitar. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para peminat-peminat

khusus terhadap kawasan pelestarian alam dan bersifat tidak massal. Kegiatan ini

bisa dilakukan di tempat-tempat terbuka yang relatif belum terjamah atau

tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati

pemandangan dengan tumbuhan-tumbuhan satwa liarnya (termasuk potensi

(20)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk

tatanan lingkungan sosial budaya) baik dari masa lampau maupun masa kini di

tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam

Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang

makna/manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu

tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang

berkonotasi sama dengan nilai atau harga. Persepsi itu sendiri merupakan

ungkapan, pandangan seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda,

dengan proses pemahaman melalui pancaindera yang diteruskan ke otak untuk

proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma

kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996).

Ukuran nilai/harga menurut Ichwandi (1996) ditentukan oleh waktu,

barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau

menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Sedangkan penilaian

merupakan proses mengkuantitatifkan nilai atas sesuatu yang dilakukan menurut

persepsi, perspektif/pandangan individu atau kelompok individu yang

bersangkutan. Demikian juga Davis dan Johnson (1987), memberikan pengertian

penilaian (valuasi) sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep

dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa.

Menurut Davis dan Jhonson, (1987) nilai ekonomi adalah seluruh barang

dan jasa yang secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan,

(21)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ekonomi. Sesuai dengan hal tersebut total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu nilai penggunaan (use

value) dan nilai intrinsik (non use value). Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai

penggunaan dibagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai

penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value).

Perhitungan nilai ekonomi sumberdaya alam hingga saat ini telah

berkembang pesat. Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi

bagi kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks,

mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Di dalam

konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, perhitungan-perhitungan

tentang biaya lingkungan sudah banyak berkembang. Menurut Hufschmidt, et al

(1987), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan)

suatu sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua

kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan

pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan

berikut ini :

1. Pendekatan Orientasi Pasar

A. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa

(actual based market methods) :

a. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)

b. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)

B. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap

masukan berupa perlindungan lingkungan :

(22)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

b. Biaya penggantian (replacement cost methods)

c. Proyek bayangan (shadow project methods)

d. Analisis keefektifan biaya

C. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods)

a. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

b. Pendekatan nilai kepemilikan

c. Pendekatan lain terhadap nilai tanah

d. Biaya perjalanan (travel cost)

e. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)

f. Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey

A. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay)

B. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Ada berbagai macam teknik penilaian yang dapat digunakan untuk

mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi

yang mendasari semua teknik ini adalah kesediaan membayar dari individu untuk

jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Menurut Davis dan Jhonson (1987), dalam

penelitian manfaat rekreasi dari sumberdaya hutan, pendekatan kesediaan

membayar dilakukan dengan menggambarkan kesediaan dari pengunjung untuk

membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan dalam menikmati suatu kegiatan

rekreasi.

Metode biaya perjalanan (travel cost methode) ini dilakukan dengan

(23)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya

nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang

dikunjungi. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini termasuk biaya pulang

pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan

dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah rekreasi

tersebut diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi

dari nilai atau harga lokasi kunjungan tersebut. Jika lokasi kunjungan itu adalah

barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu dipandang sebagai nilai

yang diperoleh oleh penyediaan barang lingkungan tersebut (Yakin, 1997).

Selanjutnya Hufschmidt, et al (1987), menyatakan bahwa pendugaan

permintaan terhadap manfaat intangible seperti rekreasi dapat dilakukan dengan

pendekatan metode biaya perjalanan. Besarnya permintaan dalam kegiatan

rekreasi alam berbanding lurus dengan kedekatan jarak tempat tinggal ke tempat

rekreasi, yaitu semakin jauh tempat tinggal seseorang dari suatu tempat rekreasi

tertentu, maka permintaan rekreasi terhadap tempat tersebut semakin rendah, dan

sebaliknya untuk para konsumen yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat

(24)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian

ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Mei sampai 21 Juni 2009.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator,

kamera, Soft Ware Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 15.00 dan

perangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner sebagai bahan pertanyaan/wawancara secara langsung terhadap para

pengunjung yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini disebut dengan responden. Teknik yang

digunakan dalam memilih sampel adalah teknik Quota Sampling. Teknik

pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel yang mengambil

sejumlah sampel sesuai karakteristik populasi yang ditentukan berdasarkan data

kunjungan tahunan yang merupakan representatif dan relevan terhadap kondisi

sebenarnya (Sugiarto, et al, 2001). Sasaran penelitian ini dibatasi hanya pada

pengunjung lokal, yaitu pengunjung yang berasal dari dalam negeri khususnya

pengunjung yang berasal dari seluruh daerah yang ada pada wilayah administratif

(25)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :

n =

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan

N = Ukuran populasinya

e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang

akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di Obyek Wisata

Alam Air Terjun Sipiso-piso 3 tahun terakhi ini (2006 – 2008) adalah :

69.226 orang, 76.890 orang dan 87.600 orang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo, 2009). Oleh karena itu, dalam 3 tahun ini akan diperoleh

rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 77.905 orang dan jika

dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel

sebanyak 100 orang. Secara matematis cara memperoleh jumlah sampel adalah

(26)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Teknik Pengumpulan Data

Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik

observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden di lapangan, yang

meliputi:

1. Data karakteristik pengunjung yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur,

pendidikan terakhir, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, lama perjalanan,

banyaknya kunjungan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan,

motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun

Sipiso-piso.

2. Data yang diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata dengan

menggunakan metode biaya perjalanan adalah biaya perjalanan pulang pergi,

biaya transportasi, biaya tiket masuk, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama

kegiatan wisata, biaya souvenir, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya

lain yang telah dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan wisata.

Data Sekunder

Data yang diperlukan untuk karakteristik obyek wisata adalah : letak

grografis dan batas wilayah daerah obyek wisata, iklim (suhu, musim, angin dan

curah hujan), aksesibilitas ke lokasi wisata, fasilitas dan potensi wisata, data

kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat serta jumlah pengunjung per tahun

(3 tahun terakhir). Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka

dari berbagai sumber referensi serta melakukan observasi kepada pengelola obyek

(27)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan

(Travel Cost Methode)

Nilai ekonomi rekreasi diduga dengan menggunakan metode pendekatan

biaya perjalanan wisata (travel cost methode), yang meliputi biaya transportasi

pulang pergi dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi rekreasi dan pengeluaran

lainnya selama dalam perjalanan dan di dalam lokasi wisata seperti dokumentasi,

konsumsi dan tiket masuk.

Biaya perjalanan adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan pengunjung

selama melakukan kegiatan rekreasi. Menurut Sulistiyono (2007), tahapan

penentuan nilai ekonomi wisata alam dengan menggunakan metode biaya

perjalanan adalah :

1. Menentukan jumlah rata-rata kunjungan per tahun berdasarkan data

pengunjung pada tahun sebelumnya dari Pengelola Obyek Wisata Alam Air

Terjun Sipiso-piso.

2. Menduga persentase pengunjung dari tiap daerah administratif yang

dirumuskan :

Pi = x100%

N JCi

Keterangan :

Pi = Persentase pengunjung dari tiap daerah i

JCi = Jumlah pengunjung contoh dari daerah i

(28)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

3. Menentukan jumlah pengunjung dari daerah masing-masing asal pengunjung

selama setahun yang dirumuskan dengan :

JKi = Pi x JKt

Keterangan :

JKi = Jumlah pengunjung dari daerah i selama setahun

Pi = Persentase pengunjung dari daerah administratif ke-i

JKt = Jumlah seluruh kunjungan selama setahun

4. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya

perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan

rekreasi, dirumuskan :

BP = BT + BK + BTk + BD + BL

Keterangan :

BP = Biaya Perjalanan (Rp/Orang/Hari Kunjungan)

BT = Biaya Transportasi (Rp/Orang)

BK = Biaya Konsumsi selama melakukan wisata (Rp/Orang)

BTk = Biaya Tiket (Rp/Orang)

BD = Biaya Dokumentasi (Rp/Orang)

BL = Biaya Lain-lain (Rp/Orang)

5. Menduga intensitas kunjungan responden (Y) berdasarkan faktor-faktor

penduga (X) seperti tingkat pendidikan (X1), tingkat penghasilan (X2), umur

(X3) dan waktu menuju ke lokasi wisata (X4). Adapun bentuk umum dari

persamaan tersebut adalah :

(29)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Keterangan :

Y = Intensitas kunjungan dari responden

X1 = Tingkat pendidikan

X2 = Tingkat penghasilan

X3 = Umur

X4 = Waktu menuju lokasi

a = Intercept atau Konstanta

(30)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis dan Batas Wilayah

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso terletak di Desa Tongging,

Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Secara geografis, Desa

Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso

terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada

di ketinggian lebih kurang 800 meter diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh

perbukitan yang hijau dengan tumbuhan pinus dan hamparan lahan persawahan

milik masayarakat.

Obyek Wisata Alam Air terjun Sipiso-piso ini memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Pengambaten dan Desa Situnggaling

Sebelah Timur Berbatasan dengan Gunung Sipiso-piso

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Danau Toba

Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pengambaten

Berdasarkan kondisi ini dapat dilihat bahwa Obyek Wisata Alam Air

Terjun Sipiso-piso dikelilingi oleh beberapa desa disekitarnya. Menurut data yang

diperoleh, luas masing-masing desa tersebut adalah Desa Pengambaten

seluas 10,00 km2, Desa Situnggaling seluas 6,00 km2 dan Desa Tongging sendiri

adalah seluas 4,50 km2 (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)

Desa Tongging yang merupakan bagian dari Kabupaten Karo memiliki

(31)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

setinggi 88,39 % tersebar antara 86,3 % sampai dengan 90,3 %. Daerah ini

beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan

Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan

musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus dari

arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah

Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September. Pada

tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan

angin 1,32 m/dt. Curah hujan tahun 2006 tertinggi pada bulan April sebesar

272 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 56 mm sedangkan hari hujan

tertinggi pada bulan Desember sebanyak 20 hari dan terendah pada bulan Maret

dan Juni sebanyak 8 hari (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Aksesibilitas Lokasi

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso terletak di ujung Kabupaten

Karo tidak jauh dari ibu kota Sumatera Utara yaitu Kota Medan, dapat dicapai

dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Jarak

Air Terjun Sipiso-piso lebih kurang 35 km arah selatan Berastagi di pinggir

Danau Toba atau 112 km dari Medan. Jenis angkutan umum yang tersedia menuju

lokasi ini dari pusat kota Medan ada berbagai pilihan diantaranya adalah Bus

DATRA, SAMPRI, BTN dan PASS melalui jalur Medan – Berastagi – Kabanjahe

– Simpang Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.20.000,00. Pilihan lain

yang dapat digunakan menuju lokasi tersebut adalah melalui jalur Medan –

(32)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

dilanjutkan dengan angkutan yang berbeda dari Kabanjahe menuju Simpang

Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.7.000,00. Perjalanan ke Obyek

Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dari Simpang Merek sejauh 3 km dengan

kualitas jalan beraspal dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan Becak Motor

dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp. 5.000,00. Pada umumnya lokasi ini dapat

dicapai dengan berbagai jenis kendaraan bermotor roda empat dan roda dua

dengan waktu tempuh ± 3 jam.

Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Pengelolaan obyek wisata ini ditangani secara langsung oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo. Obyek wisata ini memiliki berbagai

fasilitas pendukung yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung yang datang ke

tempat ini. Fasilitas yang tersedia di obyek wisata ini diantaranya adalah :

1. 1 buah loket penjualan tiket masuk dengan 3 orang pegawai.

2. 1 buah Langgar (tempat ibadah) yang sudah tidak layak pakai.

3. 2 buah Lokasi parkir kendaraan roda empat dan roda dua yang letaknya

terpisah

4. 5 buah bangunan Joglo permanen dengan rincian 3 buah terletak dibagian atas

dan 2 buah di bagian bawah sebagai tempat pengunjung bersantai menikmati

pemandangan air terjun Sipiso-piso dan pemandangan Danau Toba serta

bentangan lembah dan hamparan persawahan

5. 19 buah tempat duduk permanen sebagai tempat pengunjung menikmati

keindahan obyek wisata ini

6. 1 buah bangunan restaurant permanen yang sudah tidak digunakan lagi

(33)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

8. 1 buah bangunan toilet permanen pria dan wanita

9. 4 buah rumah makan yang dikelola oleh masyarakat setempat

10.15 buah toko cinderamata yan dikelola oleh masyarakat setempat

11.Ratusan anak tangga sepanjang 1 km menuju aliran sungai dasar jatuhnya

tumpahan air terjun sipiso-piso.

Nama air terjun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo ini

memiliki makna yang khas. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa kata

sipiso-piso berasal dari kata piso yang artinya pisau. Derasnya air yang berjatuhan

dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya

berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari

puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo.

Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso sangat besar dengan

berbagai ciri khas karakteristik pemandangan alamnya. Rasa kagum akan muncul

dari setiap pengunjung yang datang ke Desa Tongging, desa dimana Air Terjun

Sipiso-piso berada. Pada saat mengunjungi Desa Tongging, pengunjung akan

disuguhi pemandangan alam yang indah seperti lansekap Danau Toba sebuah

danau vulkanik terbesar di dunia, disisi kiri jalan berliku menuju Desa Tongging

tersebut terdapat pula Gunung Sipiso-piso yang pernah dijadikan sebagai tempat

launching paragliding (terbang layang) bagi wisatawan mancanegara yang

menyenangi atraksi wisata dirgantara dan tentunya adalah Air Terjun Sipiso-piso

sendiri. Tiga jenis karakteristik obyek wisata ini merupakan sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan yang menyatu menjadi daya tarik tersendiri dari daerah ini.

Sebelum menikmati air terjun dari dekat, pengunjung akan disuguhi pemandangan

(34)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

aliran air terjun Sipiso-piso. Bentangan alam berupa perbukitan dan karakteristik

lembahnya dengan tumbuhan hijau pepohonan yang didominasi pohon pinus serta

hamparan persawahan yang dapat dinikmati dari tempat ini terakumulasi

menjadikan tempat ini benar-benar mengandung potensi yang cukup besar sebagai

obyek wisata andalan Kabupaten Karo (Wisata Melayu, 2009).

Para pengunjung yang ingin menjelajahi keelokan alam Sipiso-piso dari

dekat harus menyusuri punggung bukit melalui ratusan anak tangga kecil sejauh

1 km yang telah disediakan untuk turun dan mendekati dasar tumpahan air terjun

tersebut. Barisan anak tangga yang telah dipersiapkan itu merupakan jalan utama

yang aman untuk dilalui, tetapi sangat disayangkan anak tangga tersebut hanya ¾

bagian yang termasuk layak untuk dilalui sedangkan selebihnya cenderung tidak

aman untuk dilalui oleh pengunjung.

Sesampainya di bawah, pengunjung dapat memandang ke arah bukit-bukit

kecil yang terbentang. Ketakjuban akan tingginya bukit-bukit tersebut akan

dilengkapi dengan suara gemuruh percikan ribuan butiran air yang memantul dari

titik jatuhnya air. Oleh karena, air terjun ini memiliki ketinggian 120 meter atau

sekitar 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba, maka banyak orang yang

pernah berkunjung ke tempat ini mengatakan besaran butiran percikan air jatuh di

Sipiso-piso lebih besar dari Air Terjun Sigura-gura sebuah daerah wisata alam

terkenal di Sumatera Utara (Wisata Melayu, 2009).

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Tongging memiliki jumlah

penduduk sebesar 1.254 jiwa yang terdiri dari 638 orang laki-laki dan 616 orang

(35)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

luas wilayah desa ini yang sebesar 4,50 km2, maka kepadatan penduduk penduduk

di desa ini adalah sebesar 278,67 jiwa/km2, sedangkan penduduk desa ini adalah

mayoritas bersuku Karo dan Batak Toba selebihnya adalah suku Simalungun dan

Pakpak. Agama yang dianut oleh penduduk desa ini mayoritas adalah Agama

Kristen protestan sebanyak 1.212 jiwa dan Kristen Katolik sebanyak 42 jiwa.

Keberadaan ini sejalan dengan ditemuinya 5 buah Gereja sebagai tempat

beribadah penduduk di desa ini (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Sarana kesehatan yang terdapat di desa ini hanya 1 buah Puskesmas

Pembantu (PUSTU) dengan 2 orang bidan. Sekolah yang ada di desa ini adalah 1

buah SD Negeri dan 2 buah SMP Swasta. Sebagian besar rumah penduduk di desa

ini merupakan rumah permanen sebanyak 221 rumah, rumah semi permanen 53

rumah dan darurat 3 buah, dengan demikian terdapat 277 rumah di desa ini (BPS

Kabupaten Karo, 2009).

Penduduk di desa ini sebagian besar menggantungkan kehidupan dan

mata pencahariannya pada sektor :

1. Pertanian, Peternakan dan Perikanan, yaitu : padi sawah, tanaman

sayur-sayuran berupa bawang merah/putih, bawang daun, cabai merah/hijau, kol,

tomat, kentang dan wortel, tanaman palawija berupa jagung, tanaman keras

berupa kelapa, kulit manis, kopi dan kemiri, tanaman buah-buahan berupa

jeruk, mangga, nenas dan terong jepang, peternakan berupa ayam, itik dan

babi, perikanan dengan jenis ikan air tawar.

2. PNS/TNI/POLRI

3. Jasa dan Perdagangan berupa perdagangan hasil bumi, pedagang makanan dan

(36)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung atau wisatawan lokal

yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso. Karakteristik

responden merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena dengan

mengetahui karakteristik responden maka dapat diketahui obyek penelitian

dengan lebih baik.

Jumlah keseluruhan responden yang menjadi objek penelitian ini adalah

100 orang. Karakteristik responden yang datang berkunjung ke lokasi penelitian

ini dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek diantaranya adalah : daerah asal

responden, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat

pendapatan, banyaknya kunjungan, lama perjalanan, kendaraan yang digunakan,

tujuan utama kunjungan, motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek

Wisata Alam Air Terjun Sipisopiso.

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner yang dapat dilihat pada Tabel 1,

responden yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

didominasi dari daerah Kotamadya Medan (42%) dan selebihnya berasal dari

Kotamadya Pematang Siantar (22%), Kabupaten Karo (8%), Kabupaten

Simalungun (7%), Kabupaten Deli Serdang (5%), Kotamadya Tebingtinggi (4%),

Kabupaten Langkat (3%), Kabupaten Tapanuli Utara (3%), Kabupaten Serdang

Bedagai (2%), Kabupaten Asahan (2%), Kabupaten Labuhan Batu (1%) dan

(37)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal

NO. Daerah Asal Jumlah (Orang) Pesentase (%)

Sumber : Data kuesioner diolah

Data ini menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari Kotamadya

Medan. Kondisi ini disebabkan letak Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-psio

masih tergolong dekat dari Kotamadya Medan yang hanya memerlukan waktu

tempuh sekitar ± 3 jam bila dibandingkan dengan sebagian besar daerah lain,

sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung relatif lebih kecil

dibandingkan dari daerah yang lebih jauh dari obyek wisata ini, dengan demikian

permintaan terhadap rekreasi akan semakin tinggi.

Letak yang lebih dekat dengan obyek wisata ini adalah Kabupaten Karo,

Simalungun dan Siantar bila dibandingkan dengan Kotamadya Medan tetapi tidak

menyebabkan banyaknya tingkat kunjungan dari daerah ini. Hal ini disebabkan

adanya rasa bosan dan hal yang biasa dari mereka yang tinggal disekitar obyek

wisata ini akan keberadaan Air Terjun Sipiso-piso. Berbeda halnya dengan

pengunjung yang berasal dari daerah lain, khususnya Kotamadya Medan dimana

mereka cenderung mencari lokasi wsiata yang baru dalam upaya mencari hiburan

(38)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden sebagian besar

adalah laki-laki (74%) dan selebihnya adalah wanita sebesar (26%). Banyaknya

jumlah responden laki-laki cenderung disebabkan perjalanan panjang yang

dilakukan responden dalam melintasi beberapa daerah obyek wisata yang

biasanya sekaligus mereka lakukan yang berada disekitar Kabuapten Karo,

Simalungun dan Dairi yang membutuhkan waktu tidak sedikit dalam berekreasi.

Kondisi ini juga sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan bahwa

wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri dan usaha perwujudan

kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang, serta lebih suka

menghadapi tantangan dibandingkan dengan wisatawan perempuan.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 74 74

2 Perempuan 26 26

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

Umur berkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan

kunjungan dan produktifitas responden. Umur juga menjadi faktor yang

menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang

akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari

pendapatannya digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Jadi secara

tidak langsung umur akan turut mempengaruhi besarnya permintaan terhadap

(39)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner responden menurut karakteristik

umur seperti yang ditampilkan pada Tabel 3, kelompok umur yang datang

berkunjung ke obyek wisata ini tersebar ke berbagai tingkat umur. Walaupun

demikian, kelompok umur responden antara 21-30 tahun memiliki komposisi

yang paling tinggi diantara kelompok umur lainnya yaitu sebanyak 52 orang atau

(52%). Kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur produktif yang

sangat menyukai kegiatan wisata. Menurut Soekadijo (1996), golongan umur

yang produktiflah yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Golongan

produktif ini memerlukan rekreasi terutama untuk penyegaran dari kesibukannya

sehari-hari.

Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur

NO. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 20 9 9

2 21 – 30 52 52

3 31 – 40 23 23

4 41 – 50 10 10

5 >50 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pemahaman

seseorang terhadap kebutuhan psikologis dan rasa ingin tahu tentang obyek wisata

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Selain

itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki,

jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan, jumlah pendapatan

berpengaruh dalam menentukan konsumsi barang dan jasa seperti jasa untuk

(40)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tingkat pendidikan responden yang terpilih ketika melakukan kunjungan

ke obyek wisata ini seperti yang ditampilkan pada Tabel 4 terdiri dari 4 kelompok

pendidikan. Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (S1/Diploma) memiliki

komposisi yang paling tinggi yaitu (55%) dan diikuti oleh pendidikan menengah

(SMU/SMK) sebesar (38%), pendidikan tingkat menengah pertama (SMP)

sebesar (6%) dan pendidikan dasar (SD) sebesar (1%). Kondisi ini berhubungan

dengan paradigma masyarakat kota modern dan berpendidikan memiliki

ketertarikan yang cukup tinggi terhadap daya tarik alam sebagai media untuk

menurunkan kadar kepenatan dari aktivitas mereka sehari-hari.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

2 SD 1 1

3 SMP 6 6

4 SMU/SMK 38 38

5 Perguran Tinggi 55 55

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden yang

paling dominan adalah Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000 yaitu sebesar (42%),

kemudian dikuti dari tingkat pendapatan lebih dari Rp.2.000.000 sebesar (29%),

Rp.1.000.000 – 1.500.000 sebesar (12%), kurang dari 500.000 sebesar (9%) dan

pendapatan diantara Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebesar (8%).

Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa keberadaan Obyek

Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dapat dinikmati dari semua lapisan ekonomi

(41)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkanm Tingkat Pendapatan

NO Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 500.000 9 9

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Komposisi jenis pekerjaan paling besar dari antara 100 orang responden

yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah

responden dengan jenis pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar (43%), kemudian

berikutnya adalah kelompok pekerjaan wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) masing-masing sebesar (15%), kelompok pelajar/mahasiswa sebesar

(14%), kelompok pekerjaan petani (7%) dan terakhir adalah responden dengan

kelompok pekerjaan lainnya seperti ibu rumah tangga dan pegawai honorer adalah

sebesar (6%).

Tabel 6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 14 14

2 PNS 15 15

3 TNI/POLRI 0 0

4 Pegawai Swasta 43 43

5 Petani 7 7

6 Pengusaha/Wiraswasta 15 15

7 Lain-Lain (IRT, Honorer) 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari memerlukan energi

dan pikiran yang ekstra. Oleh karena itu, kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik

(42)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

dilakukan responden di obyek wisata ini. Pemikiran ini sesuai dengan pendapat

Fandeli dan Mukhlison (2000), yang mengatakan bahwa wisatawan berdasarkan

tujuan kunjungannya dapat dikategorikan dalam beberapa hal diantaranya

berwisata dengan motivasi fisik, yaitu dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa

dari ketegangan dan kebosanan hidup sehari-hari dengan menemukan kembali

atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental, memperluas wawasan,

memuaskan rasa ingin tahu, mewujudkan jati diri, bahkan menambah rasa harga

diri terlebih lagi adalah hati mereka terpuaskan.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata

Alam Air Terjun Sipiso-piso menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebesar (59%)

dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada

umumnya berupa mobil pribadi walaupun sebagian kecil ada yang menggunakan

sepeda motor, sedangkan responden yang melakukan kunjungan dengan

menggunakan kendaraan sewa/carteran adalah sebesar (41%).

Tabel 7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

NO Jenis Kendaraan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kendaraan Pribadi 59 59

2 Kendaraan Sewa/Carteran 41 41

3 Kendaraan Umum 0 0

4 Kendaraan Milik Instansi 0 0

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata ini

(43)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

responden berdasarkan cara melakukan kunjungan yang disajikan pada Tabel 8,

bahwa sebagian besar responden dalam melakukan kunjungannya adalah

berkelompok yaitu sebesar (55%) dan selebihnya adalah melakukan kunjungan

bersama rombongan keluarga sebesar (45%).

Responden yang melakukan kunjungan secara berkelompok pada

umumnya berasal dari satu bidang pekerjaan yang sama, para pelajar/mahasiswa

satu perguruan tinggi, satu perkumpulan atau bidang lain yang masih dalam satu

komunitas sebagai media untuk mempererat ikatan emosional diantara mereka.

Responden yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga ke obyek

wisata ini dapat digolongkan kedalam kegiatan perjalanan wisata keluarga yaitu

suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih

mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain (Suwantoro, 2002).

Tabel 8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

NO. Cara Melakukan Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sendiri 0 0

2 Berkelompok 55 55

3 Rombongan Keluarga 45 45

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Sebanyak (58%) atau 58 orang responden yang datang berkunjung ke

obyek wisata ini masih belum menikah atau belum berkeluarga, sedangkan (42%)

atau 42 orang responden diantaranya sudah menikah atau berkeluarga.

Tabel 9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan

NO. Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Menikah 42 42

2 Belum Menikah 58 58

Total 100 100

(44)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data responden, tujuan sebagian besar

pengunjung datang ke obyek wisata ini adalah untuk menikmati keindahan alam

dalam rangka mengisi waktu hari libur mereka. Walaupun demikian, dikarenakan

lokasi obyek wisata ini yang sangat strategis berdekatan dengan beberapa obyek

wisata lainnya yang memiliki daya tarik yang lebih tinggi sehingga responden

umumnya menjadikan tempat ini sebagai tempat persinggahan saja yaitu sebesar

(77%) dan sisanya menjadikan tempat ini sebagai tujuan utama kunjungan sebesar

(23%).

Tabel 10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

NO. Alasan Kedatangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tujuan Utama 23 23

2 Tempat Persinggahan 77 77

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Sebagian besar responden atau sebanyak (85%) responden memperoleh

informasi keberadaan obyek wisata ini berasal dari teman/keluarga dengan cara

penyebaran informasi melalui mulut ke mulut. Berdasarkan kondisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengelolan obyek wisata ini belum dilakukan secara optimal,

hal ini diperlihatkan dengan belum tertatanya dengan baik strategi pengelolaan

obyek wisata ini dalam bidang promosi. Walaupun demikian, sebagian kecil dari

responden ada yang mengetahui keberadaan obyek wisata ini dari media cetak

berupa surat kabar/majalah sebesar (3%) dan media elektronik berupa

(45)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Oleh karena itu, pengelolaan yang intensif dan terintegrasi secara bertahap

harus dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Karo. Pembenahan sistem informasi keberadaan obyek

wisata ini beserta potensinya merupakan langkah awal yang dapat dilakukan

sehingga diharapkan keberadaan obyek wisata ini dapat diketahui oleh masyarakat

luas. Meningkatnya kunjungan ke obyek wisata ini dapat tercapai ketika tahapan

tersebut telah dilakukan, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangsih bagi

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo sendiri.

Tabel 11. Rekapitulasi Data Responden Menurut Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata

NO. Sumber Informasi

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata

Penilaian responden berdasarkan skala likert terhadap kondisi jalan

menuju Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso menilai kurang baik, dimana

pendapat mereka (khususnya pendapat responden yang berasal dari Kotamadya

Medan) yang mengatakan bahwa masih banyak kondisi jalan yang

berlubang-lubang menuju obyek wisata ini seperti yang terletak di daerah Kecamatan Tiga

Panah, tidak jauh dari Kabanjahe ibu kota Kabupaten Karo. Kerusakan tersebut

(46)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

penelitian sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi tersebut dapat

mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung ke lokasi wisata ini, hal

tersebut sesuai dengan pendapat Pendit (2002), yang mengatakan bahwa faktor

transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan syarat-syarat tertentu, antara

lain jalan-jalan yang baik, lalu lintas yang lancar dan angkutan yang tercepat.

Tabel 12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan

NO.

Sumber : Data kuesioner diolah

Pengklasifikasian Berdasarkan Skor :

1. Skor 100 – 167 : Kurang Baik

2. Skor 167 – 234 : Baik

3. Skor 234 – 300 : Sangat Baik

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner menggunakan skala likert,

penilaian responden terhadap kemudahan menjangkau (aksesibilitas) obyek wisata

ini, sebagian besar berpendapat tergolong mudah. Kondisi tersebut sesuai dengan

pendapat responden yang tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam

menjangkau tempat ini. Kemudahan tersebut didukung oleh penunjuk arah jalan

yang dapat digunakan oleh responden menuju tempat ini. Aksesibilitas yang

mudah menuju obyek wisata ini dapat meningkatkan permintaan pengunjung

terhadap kunjungan ke obyek wisata ini. Rekapitulasi pendapat responden

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal
Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

program program pembuatan minuman kesehatan dilakukan dengan tuuan untuk memberikan informasi kepada warga Dusun Karang tentang akan diadakan penyuluhan dan

Tujuan pendidikan anak dini usia berdasar ajaran Islam adalah membentuk anak yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki aqidah Islam sebagai landasan ketika

Tidak akan ada cara bagi mereka untuk mengetahui apa yang telah anda lakukan ketika anda melayari internet... Pro dan Kontra Menyembunyikan Alamat

Kehadiran peserta lelang dalam proses pembuktian dokumen kualifikasi dengan tidak membawa semua dokumen asli/legalisir yang diminta beserta personil tenaga ahli, maka peserta

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Karena percobaan ini menggunakan jaringan lokal, dan IP Publik yang digunakan masih menggunakan Jaringan Publik luar maka implementasi ini masih sangat sederhana dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perpustakaan di Madrasah Aliyah apakah sudah memenuhi kriteria sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Studi dilakukan di