• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kompatibiiitas Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap Pertumbuhan Dua KIon Jati (Tectmra gran#is L.f.) Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kompatibiiitas Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap Pertumbuhan Dua KIon Jati (Tectmra gran#is L.f.) Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)

KAJIAN KOMPATIBILITAS ISOLAT

CENDAWAN MIK0RIZ;A ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN DUA KLON JATI (Tectona grandis L.f.)

HASIL PERBANYAKAN KULTUR JARINGAN

OLEH :

S U R A Y A

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(91)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,

Dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir, Yakni orang-orang yang mengingat Allah

sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi,

seraya berkata : Ya Tuhan Kami, Tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,

maka peliharalah kami dari siksa api neraka.

(QS.

AliImran

:

190- 191)

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntnt ilmu adalah

pendekatan dM kepada

Allah

Azza Wajalla, dan mengajarkannya kepada nrang yang tidak mengetahuhya adalah Sodaqoh. Sesunggahnya itmu pengetahuan menempatkan orangnya

dalam kedudukan terhorsmat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan addah keindahan bagi ahlinya

di dunk dan di alrhirat. (

MR.

Ar-rabZY )
(92)

ABSTRAK

SURAYA. Kajian kompatibilitas isolat cendawan mikoriza arbuskula (CMA)

terhadap pertwnbuhan dua klon jati (Tectona gradis L.E) hasil perbanyakan kultur

jaringan. Dibawah bimbingan Bapak Dr. YADI SETIADI, MSc. sebagai Ketua dan

Ibu Ir. CORRY TWN, MSi. sebagai Anggota.

Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Pebruari sampai dengan bulan

September 2001, dengan tujuan untuk (1) Mengetahui interaksi terbaik antara 2 jenis

klon jati (Tectona g r d s L . f ) hasil perbanyakan kultur jaringan dengan beberapa

isolat CMA yang dicobakan, dan (2) Mengetahui jenis isolat yang kompatibel

terhadap klon jati tertentu.

Kegiatan penelitian terdiri dari tahap di persemaian dan analisa. Bahan

tanaman yang digunakan terdiri dari klon jati nomor 03 dan klon jati nomor 21,

sedangkan isolat CMA yang dipakai terdiri dari isolat Glomus etunicatum, Glomus

agregatum, Acaulospora tuberculata dm Myco fer.

Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi tahap induksi perakaran

+

inokulasi

isolat -t aklimatisasi, tahap penyapihan, pemeiiharaan dan pernanenan dilakukan di

Pusbanghut Sumberdaya Hutan Cepu; analisa infeksi CMA pada akar tanaman

dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan Pusat Antar Universitas (PAU),

Institut Pertanian Bogor @B); analisa kadar klorofil dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman (PSPT),

PB;

sedangkan analisa tanah clan analisa jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Tanah, IPB dengan menggunakan
(93)

sesudah bibit dipindah ke persemaian. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi,

diameter, berat kering total, rasio pucuk akar, peningkatan pertumbuhan tinggi,

kandungan klorofil, mycorrhizal dependency dan infeksi aka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit jati dapat bersimbiosis dengan

jenis CMA, hal ini ditunjukkan dengan adanya infeksi pada akar bibit klon jati yang diinokulasikan. Penambahan isolat Glornus agregahm pada klon jati nomor 3 dan

nomor 21, akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan isolat

(94)

KAJIAN KOMPATIBILITAS ISOLAT

CENDAWAN MZKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP

PERTUMBUHAN

DUA KLON JATI (Tectona grandis L.f.)

HASIL PERBANYAKAN KULTUR JARUVGAN

OLEH :

S U R A Y A

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Sains pada

Program

Studi Ilmu

Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(95)

Judui Tesb : Kajian Kompatibiiitas Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap Pertumbuhan Dua KIon Jati (Tectmra gran#is L.f.) Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan

Nama Mahasiswa : S U R A Y A Nomor Pokok : 98230

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetuj ui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yadi Setiodi, MSc

Ketua

Mengetahui,

Ir, Corry

TWN,

MSi

Anggota

Ketua Program Studi

Xlmu Pengetahuan Kehutanrrn

31!

~?&vafrida Manuwoto. MSc
(96)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

KAJIAN KQMPATIBILITAS ISOLAT CENDAWAN MIKORTZA

ARBUSKULA (CMA) TEaaADAP PERTUMBUHAN DUA KLON

JATI (Tectona grandis L.f.) HASIL PERBANYAKAN KULTUR

JArnGAN

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

September

2002
(97)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Pontianak pada tanggal 23 Oktober 1973 sebagai

anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan H. Hamzah Ahmad dan Dra.

Kamisah.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian

Universitas Tanjungpura Pontianak (UNTAN) dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun

1998 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke program

Magister pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Program Pasca Sarjana

(98)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata'ala,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang merupakan salah satu

syarat dalam penyelesaian program Strata dua (S2) di Program Pascasarjana IPB.

Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang

tinggi penulis sampaikan kepada bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc. selaku ketua

komisi pembimbing dan Ibu Ir. Corry TWN, MSi, selaku anggota komisi

pembimbing atas segala bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Banyak ha1 yang penulis

peroleh melebihi dari sekedar bimbingan akademik.

Rasa terima kasih juga disampaikan kepada Pimpinan Institut Pertanian

Bogor, Direktur Program Pascasarjana IPB dan Ketua Program Studi

IPK

yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana di

IPB .

Ungkapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.

Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc, selaku dosen penguji luar komisi atas bimbingan,

arahan dan saran-sarannya baik secara langsung maupun tidak langsung terutarna

dalam perbaikan penulisan tesis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua Staf Laboran di

Laboratorium PSPT dan Laboratorium Bioteknologi PAU IPB terutama Mas

(99)

penelitian ini. Kepada rekan-rekan Mahasiswa Program Studi IPK Program

Pascasarjana IPB, yang telah memberikan bantuan, dorongan semangat dan

kerjasama yang baik selama pendidikan d m penelitian. Demikian pula tidak dapat

dilupakan jasa saudari Luki, Teti dan Susi yang telah banyak memberikan bantuan

tenaga dan dorongan semangat .

Rasa kagum dan hormat, serta penghargaan yang setinggi-tingginya ditujukan

kepada kedua orangtua H. Hamzah Ahmad dan Dra. Kamisah yang dengan ketulusan

hati telah mencurahkan kasih sayang, membimbing, dan mendo'akan penulis hingga

dapat menyelesaikan tugas akhir ini .

Akhirulkalam, penulis mohon maaf atas kekhilafan selama penelitian dan

penulisan tesis ini. Dengan diiringi do's yang tulus, penulis berharap kiianya seluruh

proses kegiatan studi ini mudah-mudahan dapat bernilai ibadah dihadapan Allah

Subhanahuwata'ala. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat demi untuk

kemajuan umat manusia dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi pengembangan jati

klon hasil perbanyakan kultur jaringan.

Bogor, September 2002

(100)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR . . .

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ...

Tujuan Penelitian . . . Hipotesis ...

[image:100.611.82.513.150.712.2]

TIN JAUAN PUSTAKA . . . . ...

Gambaran Umum Jati (Tectona grandzs L f )

. . .

Nama Daerah

...

Penyebaran

Habitus . . .

Kelas Kayu dan Penggunaan ...

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) . . . ...

Struktur Umum Cendawan Mikoriza Arbuskula

Peranan CMA dalam Meningkatkan Penyerapan Unsur

...

Hara dan Pertumbuhan Tanaman

. . .

Kompatibilitas CMA dengan Tanaman Inang

METODOLOGI PENELITIAN ...

Tempat dan Waktu Penelitian ...

Bahan dan Alat ...

Metode Penelitian ...

Pengamatan dan Pengumpulan Data ...

Analisis Data ... ... HAS& DAN PEMBAHASAN

...

Hasil

Tinggi Bibit . . .

Diameter Batang ...

Berat Kering Total (BKT) ...

Rasio Pucuk Akar (RPA) ...

Kandungan Klorofil ...

Peningkatan Pertumbuhan Tinggi @GI) ...

Mycorrhizal Dependency ...

Infeksi Akar ...

(101)

Pembahasan 46

Hubungan Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman ... 46 Kompatibilitas antara Isolat Mikoriza dengan Klon Jati

(Tectona grandls L . f ) ... 54

KESIMPULAN 5 6

...

Kesimpulan 56

. . .

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(102)
(103)

12. Rata-rata kandungan hara C, N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn jaringan

(104)

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Pertambahan rata-rata Tinggi bibit jati pada Umur 12

[image:104.614.85.517.109.722.2]

Minggu setelah dipindah ke Persemaian.. ... 24

Grafik Pertumbuhan rata-rata Tinggi Bibit Jati (Tectona grandis

L. f) sampai Umur 12 minggu setelah dipindeh ke Persemaian.. ... 26

Histogram Pengaruh Jenis Klon terhadap Diameter Batang

Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.. . 28

Histogram Pengaruh Jenis Isolat CMA terhadap Diameter Batang .

Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.. 28

Grafik Pertumbuhan rata-rata Diameter Batang Bibit Jati (Tectona

grandis

L . 9

sampai Umur 12 minggu setelah dipindah ke

...

Persemaian.. 3 0

Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Berat Kering Total Bibit Jati pada Umur 12 Minggu

setelah dipindah ke Persemaian.. ... 32

Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Rasio Pucuk Akar Bibit Jati pada Umur 12 Minggu

setelah dipindah ke Persemaian. ... 34

Histogram Pengamh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Kandungan Klorofil Daun Bibit Jati pada Umur 12

...

Minggu setelah dipindah ke Persemaian.. 36

Histogram Penganth Jenis Isolat CMA terhadap Peningkatan Pertumbuhan Tinggi @GI) Bibit Jati pada Umur 12 Minggu

...

setelah dipindah ke Persemaian.. 38

Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Nilai Mycorrhizal Dependency bibit jati pada Umur 12

Minggu setelah dipindah ke Persemaian.. ... 40

(105)

12 . Histogram Pengaruh Jenis Isolat CMA terhadap Infeksi Akar .

(Awal dan Akhir) Bibit Jati (Tectom g r d s L f) ... 43

13 . Penampakan visual bibit jati yang bermikoriza (KIM2 dan K2M2) ... dengan yang tidak bermikoriza (KIM0 dan K2MO) 47

(106)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengelolaan hutan tanaman di Pulau Jawa khususnya hutan tanaman jati sampai

sekarang masih menjadi perhatian yang sangat besar terutama oleh pihak Perum

Perhutani karena luasnya yang lebih dari 1 juta ha, juga mengingat tanaman ini sangat

potensial dan merupakan salah satu komoditas andalan karena termasuk jenis kayu

mewah dan bernilai ekonomi tinggi. Setiap tahunnya tidak kurang dari 500.000 m3

kayu pertukangan jati telah dihasilkan (Cordes, 1997). Luas areal hutan yang tidak

mungkin bertambah luas menyebabkan Perum Perhutani berusaha untuk meningkatkan

produktivitas, bahkan bila mungkin akan meningkatkannya demi mempertahankan

pasokan terhadap pennintaan kayu jati yang tentunya akan meningkat dengan makin

bertambahnya jumlah penduduk

Untuk mangantisipasi ha1 tersebut saat ini Pusbang SDH Perum Perhutani telah

mengembangkan jati berkualitas tinggi dengan memanfaatkan teknologi kultur jaringan

yang diharapkan dapat menjamin kualitas genetik bibit yang dihasilkan. Teknik ini

merupakan suatu cara perbanyakan secara cepat klon-klon terpilih dengan

menggunakan jaringan tanaman yang ditumbuhkan secara mikro untuk menghasilkan

tanaman yang sempurna dalam jumlah yang lebih besar. Pada akhirnya diharapkan

tanaman hasil kultur jaringan ini akan tumbuh sama dengan induk atau tetuanya.

Akan tetapi tanaman kultur jaringan memiliki beberapa permasalahan

(107)

lingkungan aseptik, unsur hara menjadi prioritas utama sehingga tanaman tidak akan

mengalami kekurangan hara tetapi pada saat tanaman sudah dipindah ke lapangan

dirnana ketersediaan hara di dalam tanah yang kadang tidak mencukupi kebutuhan

tanaman dapat saja menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik.

Untuk itu peranan mikoriza sangatlah penting karena kngsi mikoriza yang dapat

membantu proses penyerapan unsur hara di dalam tanah dari yang awalnya tidak

tersedia menjadi dapat tersedia bagi tanaman sehingga pemakaian mikoriza khususnya

pada tanaman kultur jaringan masih sangat perlu dilakukan. Hal inilah yang mendasari

penelitian ini karena pemakaian mikoriza pada awal masa pertumbuhan setelah tahap

inisiasi (perbanyakan) sangatlah penting karena sekali suatu tanaman terinfeksi oleh

cendawan mikoriza maka manfaat akan diperoleh selama hidupnya.

Untuk proses induksi akar, saat ini Pusbang SDH Perum Perhutani tidak lagi

menggunakan teknik aseptik tetapi sudah dilakukan pada kondisi non aseptik dimana

eksplant ditanam langsung pada media aklimatisasi sehingga proses induksi akar dan

aklimatisasi dapat dilakukan dalam satu waktu. Adanya penambahan isolat mikoriza

pada tahap induksi akar dan aklimatisasi ini adalah agar nantinya tanaman diharapkan

sudah dapat berasosiasi (terinfeksi) dengan mikoriza sebelum di pindah ke persemaian.

Walaupun jati (Tectona grandis L.f ) merupakan salah satu jenis tanaman hutan

yang telah diketahui dapat berasosiasi dengan CMA (Coster, 1921 ddam Manan,

1994), akan tetapi tingkat kompatibilitas tanaman tersebut terhadap jenis isolat CMA

dapat berbeda antara spesies tanaman atau bahkan varietas (kultivar) dalam spesies

(Azcon dan Ocampo, 198 1) sehingga perbedaan nomor ldon juga dapat memberikan

(108)

sangat tergantung pada kesesuaian antara faktor-faktor jenis CMA, tanarnan dan tanah

serta interaksi antara ketiga faktor tersebut. Akibat ketidaksesuaian antara isolat CMA

dengan tanaman inang diantaranya tidak akan dapat membantu pertumbuhan tanaman

dan bahkan sebdiknya dapat menirnbulkan gejala-gejda pada daun tanaman yang

terlihat hijau kekufiing-kuningan (Santoso, 1994). Untuk itu perlu dilakukan pengujian

kompatibilitas dari beberapa jeflis isolat CMA terhadap jenis Mon jati has3

perbanyakan h l t u r jaringan.

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui interaksi terbaik antara Mon jati (Tectona grandis L.f) nomor 3 dan nomor 21 hasii perbanyakan kultur jaringan dengan beberapa isolat CMA yang

dicobakan.

2. Mengetahui kompatibilitas antara jenis isolat dengan Mon jati tertentu.

Hipotesis

Hipotesis dalarn penelitian ini adatah :

1. Terdapat interaksi yang terbaik antara isolat CMA dengan jenis Mon jati hasil

perbanyakan kultur jaringan.

(109)

TINJAUAN

PUSTAKA

Gambaran Umum Jati (Tectona grmdis L.f.)

Nama Daerah

Jati (Tectona grandis L.f.) termasuk famili Verbenaceae, di beberapa daerah di

Indonesia dikenal dengan narna yang berbeda-beda, diantaranya deleg, dodokan, jate,

jatih, jatos, kiati dan kulidawa. Sedangkan di negara lain dikenal dengm gzati

(Venezuala), teak ( B i m , India, Thailand, USA., Jeman), teck (Perancis) dan teca

(Brazilia) (Martawijaya et al., 198 1).

Penyebaran

Penyebaran jati di Indonesia terutama di Pulau Jawa, selain itu terdapat juga di

Pulau Muna, Maluku (Wetar) dan Nusa Tenggara. Sedangkan di luar Indonesia

terdapat di India, Burma, Thailand d m Vietnam.

Pohon jati jarang tumbuh lurus memanjang, tetapi tumbuh melebar, tinggi dapat

mencapai 45 m dengan tinggi batang bebas cabang 15

-

20 m, sedangkan diameter

umumnya 50 cm dengan bentuk batang tidak teratur dan beralur (Martawijaya et al.,

1981). Pada musim kemarau, pohon jati akan menggumrkan daumya. Hal ini

dipengaruhi oleh cepat atau lambat datmgnya musim kering, semakin tinggi kadar

kelembaban di atrnosfir maka semakin lama pula pohon jati ini dapat mernpertahankan

(110)

selain karena cuaca pengguguran daun ini juga dipengaruhi oleh keadaan setempat dan

umur dari pohon itu sendiri (Cordes, 1992).

Jati merupakan jenis tanaman yang membutuhkan cahaya dalam masa

pertumbuhannya, permudaan jati tidak tahan terhadap naungan dan sangat sensitif

terhadap tekanan dari gulma yang dapat menyebabkan kematian (Cordes, 1992).

Perakaran tanaman jati pada waktu muda merupakan akar tunggal yang tumbuh cepat

dengan akar-akar permukaan yang banyak. Akar tunggal tersebut segera bercabang

banyak sehingga merupakan percabangan lanjut dari akar yang mendalam, tetapi tidak

lebih dalam dari 1,5 m pada tanah berat dan 3 m pada tanah yang ringan (Martawijaya

et al., 1981).

Jati tumbuh baik di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C

sampai F, jumlah hujan rata-rata 1200 - 2000 mrnlth dan ketinggian tempat sampai

700 m dpl. Jati dapat tumbuh pada berbagai macam formasi geologi dan tidak terikat

pada satu jenis tanah tertentu, tetapi memerlukan tanah yang berdrainase dan beraerasi

cukup baik Pada tanah-tanah yang dangkal, padat serta becek pertumbuhannya kurang

baik dan mudah diserang oleh hama dan penyakit. Jati menyukai tanah sarang yang

mengandung kapur (Martawijaya ef al., 198 1).

Kelas Kayu dan Penggunaan

Jati mempunyai berat jenis kering udara 0,59 - 0,82 dengan rata-rata 0,7, kelas

awet I

-

I1 dan kelas kuat 11. Kayu jati baik digunakan untuk venir dan kayu lapis
(111)

lapis biasanya untuk venir muka karena mempunyai lingkaran tumbuh yang tampak

jelas baik pada bidang transversal maupun pada bidang radial, sehingga sering

menimbulkan gambar yang indah. Selain itu jati juga baik digunakan untuk meubelair,

bahan konstruksi, bahan pembuat kapal, tong dan pipa. Namun untuk bahan yang

memerlukan kekenydan tinggi jati tidak baik digunakan karena sifatnya yang agak

rapuh (Martawijaya ef al., 1981).

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Struktur Umum Cendawan Mikoriza Arbuskula

Mikoriza berasal dari bahasa Yunani, mykes (cendawan) dan rhiza (akar).

Mikoriza adalah struktur yang terbentuk karena asosiasi antara fungi dengan akar

tumbuhan tingkat tinggi (Tjitrosono, 1983 dalm Santoso, 1994), atau menurut

Supriyanto (1994) adalah suatu struktur yang menggambarkan hubungan simbiotik

mutualisme antara akar tanaman dengan cendawan.

Berdasarkan bentuk dan cara infeksi cendawan terhadap tanaman inang,

mikoriza dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza (EM).

Menurut karakteristiknya endomikoriza dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu mikoriza

vesikula arbuskula, ektendomikoriza, mikoriza arbutoid, mikoriza monotropoid,

mikoriza ericoid dan mikoriza anggrek (orchid mycorrhizae)(Smith dan Read, 1997).

(112)

Mikoriza arbuskula terbentuk hampir pada semua tumbuhan berklorofil, yaitu

Bryophita, Pteridophita, Gymnospermae dan Angospermae. Coster (1 92 1) dalam

Manan (1994), mengatakan bahwa endomikoriza terdapat pada jati (Tectona grandis

L.f.). Selain itu, Coster juga melihat adanya struktur tersebut pada jenis lain,

diantaranya Podmarpus spp, Araucaria excedsa, Agathis alba, Cupressus festigiata,

Parmponia parv~jlora, Altingia excelsa, dan lain-lain.

Adapun karakteristik yang mencirikan bahwa tanaman terinfeksi dengan

endomikoriza yaitu : a). perakaran yang terinfeksi tidak membesar, b). cendawan tidak

membentuk struktur lapisan hifa pada permukaan akar, c). hifa terinfeksi sel korteks

secara intra dan interseluler, dl. adanya struktur khusus sistem percabangan hifa yang

disebut arbuskula dan pada sub ordo tertentu juga membentuk struktur oval yang

disebut vesikula (Harley dan Smith, 1983).

Secara taxonomi CMA termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo

Glomales. Sampai sekarang telah diketahui lebih dari 126 species cendawan rnikoriza

arbuskula. Berdasarkan struktur arbushla dan atau vesikula yang dibentuknya ordo

Glomales digolongkan ke dalam 2 sub ordo, yaitu Gigqorineae dan Glomineae. Sub

ordo Gigasporineae terdiri atas satu famili, yaitu Gigasporaceae yang mempunyai 2

genus : Gigaspora dan Scuteldospora. Kedua genus ini tidak membentuk vesikula

dalam asosiasinya dengan akar tanaman. Sub ordo Glomineae terdiri atas 4 famili yaitu

Glomaceae, Acaulosporaceae, Archaeoyoraceae dan Paraglomaceae. Famili

Gdomaceae terdiri atas 2 genus yaitu Glomus dan Sclerocystes, famili

(113)

dari famili Archaeosporaceae adalah Archaeospora dan genus dari famili

Paraglomaceae adalah Paraglomus. Ke-4 genus ini dapat membentuk struktur

arbuskula dan vesikula pada akar tanaman (Morton, 2002).

Mikoriza arbuskula merupakan struktur yang terdiri atas hifa eksternal, hifa

internal, hifa gelung, arbuskula dan atau vesikula. Ada 2 tipe hifa eksternal pada

cendawan mikoriza arbuskula, yaitu absorber & h e (hifa-hifa yang bercabang halus)

dan runner hyphae (diameter berukurm iebih besar). Absorber hyphae merupakan

kunci dalam absorpsi nutrient, sedangkan runner hyphae merupakan jalur utarna

translokasi nutrient di dalam rniselium akar (Smith dan Read, 1997).

Hifa cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan hifa tidak bersekat yang

tumbuh diantara sel-sel korteks akar dan bercabang-cabang didalamnya. Hifa dapat

menembus ke dalam sel-sel korteks tetapi jarang sekali dapat menembus sel-sel

endodermis ke silinder pusat (stele). Pada sel-sel yang terinfeksi

akan

dibentuk gelung-

gelung hifa atau cabang-cabang hifa kompleks yang dinamakan arbuskula. Arbuskula

ini diduga berperan sebagai pemindah unsur h a yang diserap oleh cendawan untuk

tanaman (Harley dan Smith, 1983). Selain arbuskula, sering juga dijumpai struktur

menggelembung yang dibentuk secara interkaler atau apikal pada hifa-hifa utama,

struktur ini dinamakan vesikula. Vesikula mengandung banyak lemak dm fbngsi

(114)

Peranan CMA dalam Meningkatkan Penyerapan Ussur Hara dan Pertumbuhan

Tanaman

Penyerapan unsur hara oleh tanarnan dalam bentuk ion dilakukan melalui ujung-

ujung akar. Bagian akar yang paling ujung dinamakan kaliptra yang menutupi jaringan

meristem. Melalui kaliptra dan daerah meristem inilah terjadi absorpsi air dan garam-

gararn mineral, tetapi dalam jumlah yang kecil. Penyerapan terbesar dilakukan oleh

bulu-bulu akar (Dwijoseputro, 1990).

Infeksi rnikoriza pada akar tanaman dapat meningkatkan kemampuan tanaman

untuk menyerap unsur hara yang terikat dan tidak tersedia bagi tanaman serta

meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap air, sehingga tanaman masih

dapat hidup dengan baik pada kondisi tanah kering (Jeffiies, 1987). Mekanisme

penyerapan unsur hara pada tanaman yang terinfeksi CMA adalah bertambah luasnya

permukaan absorpsi d m meningkatkan volume daerah penyerapan oleh adanya hifa

diluar permukaan akar (hifa eksternal), serta kemarnpuan hifa yang lebih tinggi dalam

mengabsorpsi zat makanan dibanding bulu-bulu akar (Abbott et al., 1992). Hal inilah

yang menyebabkan tanaman bermikoriza mampu menyerap unsur hara lebih banyak

dan lebih baik dibandingkan dengan tanaman tidak bermikoriza.

Secara umum, besarnya pengaruh peningkatan pertumbuhan oleh infeksi akar

melalui mikoriza terutama disebabkan oleh peningkatan P khususnya dari sumber P

tersedia. Hifa eksternal CMA dapat memperoleh P larut relatif lebih besar

dibandingkan dengan akar karena daya jelajah hifa dapat mencapai 10 cm lebih dari

(115)

kecil(2 - 4 pm) menyebabkan volume tanah yang dapat diterobosi menjadi lebih besar

(Bolan, 1991). Adanya pmingkatan penyerapan P oleh tanaman yang terinfeksi

mikoriza arbuskula diduga karena adanya peningkatan aktivitas enzim fosfatase pada

rhizosfer dan akar tanaman tersebut. Unsur P bagi tanaman berguna untuk : a)

memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih

dan tanaman muda, b). mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau biji dan

c). sebagai penyusun inti sel, lemak dan protein (Setyamidjaya, 1986). Lebih lanjut

Lingga (1991), menambahkan bahwa fungsi phospor bagi tanaman adalah sebagai

bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein clan juga mernbentuk asimilasi dan

pernapasan dalam bentuk energi ATP dan ADP.

Simbiosis antara tanaman dan CMA adalah menguntungkan dan penting untuk

kelangsungan hidup cendawan karena cendawan mengambil fotosintesis dari tanaman

(Sieverding, 199 1). Proses fotosintesis sangat terkait dengan jumlah klorofil yang

terkandung dalam tanaman. Meningkatnya kadar Morofil daun kemungkinan

disebabkan oleh meningkatnya serapan unsur Mg dan N pada tanaman bermikoriza.

Kedua unsur tersebut berperan penting dalam pembentukan klorofil daun. Infeksi

jamur mikoriza mempunyai kontribusi cukup penting terhadap serapan Mg oleh

tanaman meskipun ha1 ini belum benyak diteliti (Marschner dan Dell, 1994). Hal yang

sama terjadi pada unsur N bahwa pada tanaman yang bermikoriza serapan unsur N

lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza Amet et al., dalarn

Marschner dan Dell (1 994) telah mengukur secara langsung terhadap pengambilan d m

(116)

bahwa setelah 30 hari, 2,5% dan 3,5% dari N total masing-masing pada tanaman

berrnikoriza dan tidak bennikoriza berasal dari

'%

yang dihasilkan oleh hifa jamur

mikoriza. Tingginya kadar N pada tanaman berrnikoriza adalah akibat serapan N oleh

hifa mikoriza.

Kompatibilitas CMA dengan Tanaman Inang

Kompatibilitas CMA dengan tanaman inang ini tidak terlepas dari efektivitas dan

infektivitasnya. Efektivitas CMA sangat tergantung pada kesesuaian antara faktor-

faktor jenis CMA, tanaman dan tanah, serta interaksi ketiga faktor tersebut. Jenis

tanaman berpengaruh dalam hal perbedaan tingkat ketergantungan pada mikoriza

karena ada tanaman tertentu yang sangat membutuhkan keberadaan mikoriza, seperti

ubi kayu (Sieverding, 1991), sedangkan tanaman lainnya malah tidak

membutuhkannya, seperti lobak (Dodd et al., 1987). Oleh karena itu, tidak mudah

untuk menentukan efektivitasnya dalam meningkatkan pertumbuhan dan serapan unsur

hara oleh tanaman tertentu. Perbedaan kompatibilitas ini ditunjukkan dari hasil

penelitian Rohayati (1999) yang menggunakan beberapa isolat CMA pada 2 jenis klon

jati (hasil perbanyakan kultur jaringan) pada saat penyapihan yaitu klon 07 dan klon

03 Hasilnya menunjukkan bahwa pembhan isolat CMA Glomus aggregatum pada

bibit jati nomor kion 07 asal KPH Cepu dapat menghasilkan persentase infeksi

tertinggi (89,29%) dan penarnbahan isolat CMA Glomus manzhobis pada klon yang

sama menunjukkan persentase infeksi terendah.. Sedangkan pada bibit jati nomor Mon

(117)

isolat CMA Glomus agregatum (9137%) dan persentase infeksi terendah adalah isolat

CMA Mix : G i g a p r a sp.

+

Glomus sp. yaitu 4737%.

Kemarnpuan satu cendawan dapat berbeda dalam membentuk mikoriza dengan

CMA lainnya. Masing-masing species CMA mempunyai kemampuan menghasilkan

hifa yang berbeda yang mana hal ini dipengaruhi oleh pengikatan kualitas inokulum

rnaupun kemampuan infeksi. Mekanisme dapat terjadi karena masing-masing species

CMA mernpunyai kemampuan yang berbeda sehingga satu species dapat berkembang

sedangkan species lainnya tidak. Karakteristik fungi yang menentukan keefektifannya

adalah kemampuan untuk menginfeksi akar secara cepat agar mikoriza sudah

terbentuk ketika umur tanaman masih relatif muda (Hayman, 1983) dan kemampuan

untuk membentuk rniselium eksternal secara ekstensif (Mosse, 1986). Abbott et a/.

(1992) mendapatkan korelasi yang erat antara keefektivan spesies fungi dan persentase

panjang akar yang terinfeksi pada masa awal pertumbuhan tanaman.

Dengan melihat keadaan di atas maka kesesuaian dan efektivitas fingi mikoriza

dengan jenis tanaman adalah sangat penting untuk membantu penyerapan unsur hara

dari dalam tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sejak awal dan untuk

(118)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Cepu,

Analisis Infeksi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada akar tanaman

dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Kehutanan Pusat Antar Universitas IPB,

Analisa kadar klorofil dilaksanakan di Laboratorium PSPT IPB, Analisa tmah dan

jaringan tanarnan dilaksanakan di Laboratorium Tanah IPB. Waktu Penelitian selarna

*

8 bulan yaitu mulai dari bulan Pebruari sampai dengan September 200 1.

Bahan Dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah klon eksplant hasil

perbanyakan kultur jaringan jati berasal dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan

Cepu, isolat cendawan mikoriza arbuskula yang terdiri dari jenis Glornus agregatum

dari Pusbanghut Cepu, Glomus ebunicaturn, Acaulospora tuberculata dan Mycofer

dari PAU Biotek IPB, media perakaran berupa pasir dan tanah yang telah disterilkan,

zat pengatur tumbuh (IBA), media top soil, bahan kimia (untuk analisa struktur akar

dan analisa klorofil).

Alat-alat yang digunakan adalah bak plastik ukuran 33 x 26 x 11 cm, polibag

ukuran 250 gr, neraca analitik, erlenmeyer, labu ukur, botol semprot, pengaduk,

gunting, pinset, cawan petri, objek glass dan cover glass, rnistar ukur, kaliper, oven,

(119)

Metode Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi atas tahap induksi

perakaran

+

inokulasi spora i- aklimatisasi, tahap penyapihan dan pemeliharaafl.

Induksi Perakaran

+

Inokulasi Spora

+

Aklimatisasi

Eksplant dikeluarkan dengan hati-hati dari botol kultur lalu dipotong

+

3 cm

dengan menyertakan 3

-

4 helai daun. Selanjutnya dicelupkan ke dalam 3 rnl larutan

IBA selama

+

15 - 30 menit.

Eksplant yang telah dicelupkan dalam IBA tadi selanjutnya ditanam pada bak

plastik ukuran 33 x 26 x 11 cm yang telah diisi media pasir dan tanah yang telah

disterilkan dengan perbandingan 3 : 1 dengan tinggi media sekitar 3 cm. Tiap bak

berisi 25 eksplant. Bermmaan dengan itu dilakukan inokuiasi cendawan mikoriza

arbuskula (CMA) disekitar tanaman dengan dosis inokulum sebanyak

+

120 flak.

Pemberian isolat dilakukan dengan membuat jalur-jalur yang jaraknya sekitar 1 cm dari

eksplant lalu isolat ditanam di dalam jalur tadi. Selanjutnya wadah tanam ditutup

dengan kaca sampai kondisi tanaman siap dipindah ke polibag, kira-kira sekitar 30 -

40 hari.

Penyapihan

Media yang digunakan untuk penyapihan adalah lapisan tanah top soil.

Penyapihan dilakukan dengan memindahkan bibit yang sudah berumur 1 bulan secara

(120)

inokulasinya untuk menghindari patah atau putusnya akar saat dipindahkan. Dalam

tahap penyapihan ini, diambil 10 bibit dalarn kondisi yang homogen.

Pem berian Nutrisi

Pemberian Nutrisi dilakukan dengan menyemprotkan pupuk daun (Suburi)

dengan dosis 1 ml pada seluruh permukaan tanaman setelah penyapihan. Dilakukan 2

rninggu sekali dengan dosis yang sama.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman menggunakan botol sem-

prot yang dilakukan pada pagi dan sore hari secara teratur sesuai kebutuhan sarnpai

kapasitas lapang, pencabutan rumput dan pemeliharaan semai dari gangguan hama.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Percobaan

Faktorial2 x 5 dalam Pola Acak Lengkap (RAL), yaitu Faktor Jenis Klon (K) terdiri

dari 2 taraf dan Faktor Jenis Isolat CMA (M) terdiri dari 5 taraf, sehingga terdapat 10

perlakuan dengan 5 ulangan. Model percobaan yang dilakukan adalah model tetap

(taraf faktor K dan M tetap) karena hanya tertuju pada taraf-taraf faktor yang

(121)

Perincian dari masing-masing faktor perlakuan adalah sebagai berikut :

1. Faktor perlakuan jenis klon terdiri dari dua taraf, yaitu :

K1

= Klon nomor 03

K2 = Klon nomor 2 1

2. Faktor perlakuan jenis rnikoriza (isolat CMA) terdiri dari lima taraf, yaitu :

Mo

= tanpa mikoriza (kontrol)

MI = Glomus etunicatum

M2 = Glomus agregaturn

M3 = Acaulospora fuberculuta

N

= Mycofer

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dan pengukuran peubah yang dilakukan meliputi

Pengukuran Tinggi dan Diameter Bibit

Dalam pengukuran tinggi dan diameter bibit, pengukuran pertama dilakukan

pada saat bibit dipindahkan ke dalam polibag dan pengukuran selanjutnya dilakukan

seminggu sekali.

Pengukuran Bobot Kering Total

Pengukuran bobot kering total dilakukan pada akbir penelitian, dimana tiap

tanaman dibagi menjadi bagian akar dan pucuk, lalu kedua bagian tersebut dioven

dalam bungkus terpisah selama 24 jam pada suhu 70-80'~. Setelah pengovenan lalu

dilakukan penimbangan. Berat kering total diperoleh dengan menambahkan berat akar

(122)

Rasio Pucuk Akar

Rasio pucuk akar ditentukan dengan membandingkan berat kering pucuk dengan

berat kering akar tanaman.

Peningkatan Pertumbuhan Tinggi (High Growth IncrementlHGI)

Menurut Supriyanto (1994), peningkatan perturnbuhan tinggi (HGI) ini

dinyatakan dengan persen untuk membandingkan selisih dari tinggi bibit bermikoriza

dan tinggi bibit tanpa mikoriza dengan tinggi bibit tanpa mikoriza dikalikan 100 %.

HGI ( O h ) = H t - H c x 100%

U

Dimana :

Ht = tinggi bibit bermikoriza

Hc = tinggi bibit tanpa mikoriza (kontrol)

Mycorrhizal Dependency

Pengukuran Mycorrhizal Dependency ini dinyatakan dalam persen, yaitu dengan

membandingkan selisih berat kering bibit diinokulasi (perlakuan) dengan berat kering

bibit tanpa dinokulasi mikoriza dikalikan 100 %. Nilai ini penting untuk mengetahui

tingkat ketergantungan tanaman terhadap mikoriza.

Dw x 100%

Mycorrhizd Dependency(%) =

-

DWC

Dimana : DWt = berat kering bibit yang dinokulasi mikoriza

(123)

Analisa Klorofd

Kandungan Morofil diamati pada akhir penelitian. Analisa dilakukan

Laboratorium PSPT

IPB.

Caranya dengan menghancurkan daun jati menggunakan

mesin pencacah dalam larutan aseton 85%, selanjutnya larutan disaring untuk

mernisahkan supernatan. Supernatan diencerkan kemudian dilakukan pengukuran

klorofil daun dengan menggunakan spektrofotometer. Nilai konsentrasi dalam mgAt

kemudian diubah menjadi mg/gr berat basah dengan menggunakan rumus berikut :

konsentrasi (mg/#) x volume aseton yang digunakan (It) Konsentrasi (mglgr bemt basah) =

gr contoh

Analisa Media

Analisa media dimaksudkan untuk mengetahui kandungan hara yang terdapat

pada media. Diamati pada awaI dan akhir penelitian. Analisa media meliputi pH, persen

C d m N, P-tersedia, Cu, Zn, K, Ca, Mg dan nilai KTK. Analisa dilakukan di

Laboratorium Tanah IPB.

Analisis Infeksi Akar

Analisis infeksi CMA dilakukan untuk melihat adanya simbiosis antara CMA

dengan akar tanaman yang dinyatakan dalam perstntase infeksi. Pengukuran

persentase infeksi akar dilakukan pada awal (saat penyapihan) dan akhir penelitian

(124)

Akar direndam dalam Latutan KOH dibuang setelah akar larutan KOH 10% dan betwarna kuning bersih dan dibilas dibiarkan selama 24 jam dengan air biasa sebanyak 4 kali

Larutan HCI dibuang dan akar diberi

larutan staining (glicerol, HCI 1% dan Akar direndam dalam

aquadest

-

75% : 5% : 20%) + trypan larutan tlCl2% sampai blue 0.05 mg), dibiarkan selama 24 jam jaringan akar memutih (tampak bening)

Y

Larutan staining diganti dengan larutan destaining (glicerol, HCI 1 %

dan aquadest

-

50% : 5% : 45%) tanpa trypan blue, dibiarkan

selama 24 jam

lalu dibuat preparat (1 0 potonganlpreparat)

Perhitungan persentase akar yang terinfeksi mikoriza dilakukan di bawah mikroskop

L

Preparat diamati dengan menggunakan rnikroskop fase kontras dan dihitung persen

infeksi akarnya dengan menggunakan rumus :

% Akar yang terinfeksi = C bidang pandangpositif x 100%

(125)

Analisa Jaringan Tanaman

Analisa jaringan tanaman dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur hara

yang dibutuhkan tanaman. Diarnati pada akhir penelitian. Analisa jaringan meliputi

unsur N, P, K, Ca, Mg, Cu d m Zn. Analisa jaringan dilakukan di Laboratorium Tanah

IPB .

Analisis Data

Model linier yang digunakan dalam RAL Faktorial adalah :

Dimana :

Yijk = Nilai pertumbuhan klon jati pada petak percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor jenis klon dan taraf ke-j dari

faktor jenis isolat)

P = Rata-rata pertumbuhan klon jati yang sesungguhnya

Ki

= Pengaruh aditif dari jenis klon jati ke-i

Mj = Pengaruh aditif dari jenis isolat CMA ke-j

(KM)ij = Pengaruh interaksi antara klon jati ke-i, dan jenis isolat CMA ke-j

wjk = Pengaruh galat percobaan pada petak percobaan ke-k yang memperoleh

(126)

Pengolahan data dilakukan secara statistik terhadap data-data peubah

pertumbuhan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan untuk memudahkan

pengolahan data, maka semua data perhihrngan statistik yang didapat dari hasil

pengamatan dibuat dalam tabel analisis keragaman RAZ, Faktorial berikut :

Tabel 1. Analisis Ragam Percobaan Faktorial yang terdiri dari h a Faktor dengan

RAL

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, maka digunakan uji-F. Adapun

hipotesis yang akan diuji untuk model tetap adalah :

1. &, : (ap)ij = 0, yang berarti tidak ada pengaruh interaksi antara jenis klon jati dan jenis isolat CMA terhadap peubah yang diamati.

HI : Ada pngaruh interaksi antara jenis klon jati d m jenis isolat CMA terhadap

peubah yang diamati.

2 . &, : ai = 0, yang berarti jenis Mon jati yang dicobakan tidak mempengaruhi peubah

yang diamati.

HI : jenis Mon jati yang dicobakan mempengaruhi peubah yang diamati. Sumber

Keragaman

Perlakuan

Klon Jati (K)

Isolat CMA (M)

Interaksi (KM)

Galat

DB

ab- 1

a-1

b- 1

(a- 1

-

1 ab (r-1)

JK

JKP

JK (K)

JK(A4)

JK (KM)

JKG

KT

KTP

KT (K)

KT(M)

KT (KM)

KTG

F hit.

KTPKTG

KT(K)/KTG

KT(M)KTG

KT(KM)KTG

F tabel

[image:126.611.91.533.243.443.2]
(127)

3.

&

:

pj

= 0, yang berarti jenis isolat CMA yang diberikan tidak mempengaruhi

peubah yang diamati.

HI : jenis isolat CMA yang diberikan mempengaruhi peubah yang diamati.

Kriteria Pengambilan keputusan terhadap uji - F adalah :

*

F hitung < F tabel, rnaka terima &

% F hitung 2 F tabel, maka terima HI

Menurut Gaspersz (1994), hipotesis tentang pengaruh interaksi ditempatkan

pada bagian pertama, hal ini menunjukkan bahwa dalam percobaan faktorial perlu

terlebih dahulu menguji hipotesis interaksi karena jika pengaruh interaksi berbeda

nyata (& ditolak), maka tidak perlu lagi melakukan pengujian hipotesis pengaruh

utama (hipotesis 2 dan 3) tetapi yang penting adalah mengusut lebih jauh bagaimana

bentuk hubungan ketergantungan diantara faktor K dan M. Tapi jika pengujian

terhadap hipotesis mengenai pengaruh interaksi (KM) tidak berbeda nyata (6

diterima), maka pengujian terhadap hipotesis pengaruh utama faktor K dan pengaruh

utama faktor M dilakukan. Apabila ddarn sidik ragam terdapat pengaruh perlakuan,

analisis dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan untuk menguji pengaruh

antar dua perlakuan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program

(128)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis sidik ragam terhadap berbagai peubah pertumbuhan menunjukkan

bahwa interaksi (K><M) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering

total, rasio pucuk akar, dan kandungan klorofil daun dan mycorrhizal dependency;

serta tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, peningkatan pertumbuhan

tinggi (HGI) dan infeksi akar baik pada awal maupun akhir. Sedangkan klon jati (K)

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, berat kering total, rasio

pucuk akar dan mycorrhizal dependency; serta tidak berpengaruh nyata terhadap

kandungan klorofil, HGI serta infeksi baik pada awal (saat tanaman siap dipindah ke

persemaian) maupun akhir (setelah bibit berumur 12 minggu di persemaian). Untuk

Isolat CMA (M) semua variabel pengarnatan menunjukkan adanya pengaruh yang

nyata pada taraf 5 %. Adapun daftar rekapitulasi analisa sidik ragam pengaruh isolat

CMA terhadap klon jati pada berbagai peubah pertumbuhan secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Isolat CMA terhadap Klon Jati pada Berbagai Peubah Pertumbuhan.

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata

*

= Berbeda nyata pada taraf 5%

'IT = Tinggi Tanaman HGI = High Growth Increment DB = Diameter Batang MD = Mycorrhizal Dependency BKT = Berat Kering Total RPA = Rasio Pucuk Akar

KL = Kandungan Klorofil 1Aw = Infeksi Awal IAk = Infeksi iAkhir Sumber Variasi

Klon Jati (K)

Isolat CMA (M)

[image:128.612.80.534.562.706.2]
(129)

Tinggi Bibit

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kedua faktor tersebut

(K><M) memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5 %, sehingga tidak perlu lagi

melakukan pengujian dari pengaruh utarna faktor jenis klon (K) dan jenis isolat CMA

(M). Bentuk interaksi antara faktor jenis klon (K) dan faktor isolat CMA (M)

terhadap respon tinggi tanaman ditunjukkan pada Gambar 1.

Klon 03 El Klon 21

lsolat CMA

Gambar 1. Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Pertambahan rata-rata Tinggi bibit jati pada Umur 12 Minggu setelah

dipindah ke Persemaian.

Keterangan : MO : Tanpa mikoriza (Kontrol) M3 : Acaulospora tuberculata

M1 : Glomus etunicatum M4 : Mycofer

M2 : Glomus agregatum

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa klon nomor 21 dengan isolat CMA

Glomus agregatrum (M2) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan

jenis isolat lainnya. Selanjutnya karena pengaruh sederhana dari masing-masing

faktor tidak sama maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji pembandingan

[image:129.609.188.450.267.444.2]
(130)
[image:130.607.87.526.129.304.2]

Tabel 3. Uji Beda Nyata Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Tinggi Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Keterangan :

-

Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5 %

-

Angka di dalam kurung menunjuk;kan nilai relatif (pmentase) terhadry, kontrol

5: 6. 7. 8. 9. 10.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada klon 03, interaksi klon dengan penambahan

isolat G. agregatum (KlM2) memberikan hasil yang tidak berbeda dengan

penambahan isolat Acaulospora tuberculata, sedangkan penambahan isolat A.

tuberculata tidak berbeda dengan isolat

G.

etunicatum dan Mycofer. Akan tetapi

penambahan isolat G. agregatum berbeda nyata dengan isolat G. etunicatum dan

Mycofer. Adapun pada klon 21, interaksi klon dengan penambahan isolat CMA G.

agreratum (K2M2) tidak berbeda dengan isolat G. etunicatum dan Mycofer 03

2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

sedangkan penambahan isolat G. agregatum berbeda nyata dengan isolat A.

tuberculata. Sedangkan untuk interaksi antara Mon 21 dengan isolat A. tuberculata

tidak berbeda dengan tanpa mikoriza (kontrol).

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa dari hasil pengujian pengaruh sederhana Mycofer

Kontrol (tanpa mikoriza) Glomus etunicatum Glomus agregatum A caulospora tubercu lata Mycofer

faktor Mon pada jenis isolat dapat disimpulkan, apabila kita melihat pada jenis isolat

maka dari kedua klon yang digunakan penambahan isolat G. agregatum tidak berbeda KIM4 K2MO K2Ml K2M2 K2M3 K2M4

5,34 bc (191,97,%) 4,66 c (170,07 %)

5,86 ab (200,73 %)

6,24 a (227,74 %)

4,90 bc (178,83 %)

(131)

dengan penambahan isolat G. etunicaferrn, A. tuberculuta dan Mycofer, tetapi berbeda

dengan isolat kontrol (tanpa mikoriza).

Hasil pengukuran dari nilai rata-rata pertambahan tinggi bibit yang diukur

setiap minggu untuk setiap taraf perlalcuan jenis isolat CMA ditunjukkan dalam grafik

pada Gambar 2.

I

-+

Mycofer

M i n g g u k e -

K l o n

21/ [image:131.603.79.507.206.669.2]

M i n g g u k e -

I

(132)

Pengaruh inokulasi CMA terhadap pertambahan tinggi kedua klon jati setelah

dipindah ke persemaian menunjukkan bahwa peningkatan tinggi sudah terlihat rata-

rata pada minggu ke-3 setelah tanaman dipindah ke persemaian. Awalnya pemberian

masing-masing isolat C;. agregatzsm dan A. tzcbercuZata pada klon 03 menunjukkan adanya peningkatan pertambahan tinggi yang sama dibandingkan dengan isolat

lainnya, tapi perubahan mulai tampak pada minggu ke-6 dimana tanaman yang

diinokulasi isolat G. agregadlwn m l a i mengungguli tanaman yang diinokulasi isolat

lainnya. Sementara masing-masing isolat G. eiunicufarm dan Mycofer menunjukkan

peningkatan pertambahan tinggi yang sama sarnpai pada akhir pengamatan.

Berikutnya pada klon 21, perbedaan peningkatan pertambahan tinggi mulai tampak

pada minggu ke-5 yaitu Mon dengan pemberian jenis isolat G. ugregafarm. Sedanglcan

untuk jenis isolat mycofer dan G. eturzicuhrm masing-masing menunjukkan

peningkatan pertambahan tinggi yang harnpir sama. Peningkatan pertambahan tinggi

terendah sebelum kontrol adalah pada penggunaan isolat A. tuberalafa.

Diameter Brmtamg

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kedua faktor tersebut

(K><M) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5 %, sedangkan pengaruh

utama faktor klon jati

(K)

dan pengaruh utama faktor jenis isolat CMA (M)

memberikan pengaruh yang nyata pada t a d 5 % terhadap pertambahan diameter

bibit jati (Tecfona grandis L.Q. EMini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan respon

pertarnbahan diameter batang dari perlakuan yang diberikan. Untuk melihat p e w h

(133)
[image:133.603.184.412.78.229.2] [image:133.603.106.511.424.595.2]

Klon 21 Won 03 Klon Jati

Gambar 3 Histogram Pengaruh Jenis Klon terhadap Diameter Batang Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Pada histogram terlihat bahwa bibit jati nomor klon 21 memperlihatkan

pertarnbahan diameter yang lebih baik dibanding klon nomor 03. Selanjutnya untuk

mengetahui pengaruh utama faktw jenis isolat CMA secara lebih jelas ditunjukkan

dalam bentuk histogram pada Gambar 4.

MO M I M2 M3 M4

lsdat CMA

Keterangan :

MO : Tanpa m i k d (Kontrol)

M1 : Glomus ehcnicatum

M2 : Glomus agregatum M3 : Acaulospora tuberculata M4 : Mycofer

(134)

Tabel 4 . Uji Beda Nyata Pengaruh Jenis Isolat CMA terhadap Diameter Batang Bibit Jati pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

*) Nilai yang W t i dengan huruf sama tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Hasil uji Duncan (Tabel 4 ) terhadap pengaruh utama faktor isolat CMA

menunjukkan bahwa pertambahan diameter terbaik ditunjukkan oleh bibit jati yang

diinokulasi dengan isolat CMA G. agregatum dengan rata-rata diameter sebesar 3,25

mm (147,73 %) diikuti dengan isolat G . etunzcatum. dengan rata-rata tinggi sebesar

2,83 mm (128,64 %). Isolat G . agregatzim menunjukkan perbedaan yang nyata

dengan ke-tiga isolat lainnya dan kontrol, sedangkan antara isolat G. etunicatum, A.

tuberculata dan Mycofer tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.

Hasil pengukuran dari nilai rata-rata pertambahan diameter batang bibit yang

diukur setiap minggu untuk setiap taraf perlakuan jenis isolat CMA ditunjukkan

dalam grafik pada Gambar 5.

Pengaruh inokulasi CMA terhadap pertambahan diameter kedua klon jati

setelah dipindah ke persemaian menunjukkan bahwa peningkatan diameter sudah

terlihat rata-rata pada minggu ke-3 setelah tanaman dipindah ke persemaian. No. 1 . 2. 3. 4 . 5 .

Jenis Isolat CMA

Kontrol (tanpa mikoriza)

Glomus etunicatum Glomus agregatune , ,

AcauIospora tuberculata

Mycofer

Diameter Batang Rata-rata (mm)

2,20 c

2,83 b

3,25 a

2,69 b

2,72 b

Persen terhadap kontrol (%) 100,OO

[image:134.609.102.514.133.254.2]
(135)

0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

M i n g g u k e -

[image:135.603.75.523.81.487.2]

4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Minggu ke

-

Gambar 5. Grafik Pertumbuhan rata-rata Diameter Batang Bibit Jati (Tectona gradis

L.0

sampai Umur 12 minggu setelah dipindah ke Persemaian

Awalnya pemberian masing-masing isolat G. agregatum dan A . tuberculata pada

klon 03 menunjukkan adanya peningkatan diameter yang hampir sama dibandingkan

dengan isolat lainnya, tapi perubahan mulai tampak pada minggu ke-7 dimana

tanaman yang diinokulasi isolat G. agregatum mulai mengungguli tanaman yang

diinokulasi isolat lainnya. Sementara masing-masing isolat Mycofer menunjukkan

(136)

akhir pengamatan. Berikutnya pada klon 2 1, perbedaan peningkatan pertambahan

tinggi mulai tampak pada minggu ke-2 yaitu klon dengan pemberian jenis isolat G.

agregatum. Sedangkan untuk jenis isolat mycofer, G, etzrnicatum dan A, tuberculata

masing-masing menunjukkan peningkatan pertambahan diameter yang hampir sama

mulai dari minggu pertama sampai dengan minggu ke-6. Untuk selanjutnya isolat

Mycofer mengungguli kedua isolat lainnya.

Berat Kering Total (BKT)

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kedua

faktor (K><M) memberikan penganrh yang nyata pada taraf 5 % terhadap berat

kering total bibit jati (T. grandis L.f) sehingga tidak perlu lagi melakukan pengujian

dari pengaruh utama faktor jenis klon (K) dan jenis isolat CMA (M). Adapun bentuk

interaksi antara faktor jenis klon

(K)

dan faktor isolat CMA (M) terhadap respon

berat kering total bibit tanaman ditunjukkan pada Gambar 6.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa klon nomor 21 dengan isolat CMA G.

agregatum (M2) menunjukn hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

isolat lainnya. Selanjutnya karma pengaruh sederhana dari masing-masing faktor

tidak sama maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji pembandingan nilai

(137)
[image:137.612.160.459.93.268.2]

lsolat

C M A

Gambar 6. Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Berat Kering Total bibit jati pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Keterangan : MO : Tanpa mikoriza (Kontrol) M3 : Acaulospora tuberculata

M1 : Glomus etunicatum M4 : Mywfer

M2 : GIomus agregatum

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada klon 03, penambahan isolat G. agregaturn

menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap nilai berat kering total tanaman dengan

ke-tiga isolat yang dicobakan (G. etunicaturn, A. tuberculata dm Mycofer) d m kontrol (tanpa rnikoriza). Sedmgkan penarnbahan isolat G. etunicatum tidak berbeda

nyata dengan isolat A. iuberculata. Penambahan isolat Mycofer pada klon 03 juga

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan ke-tiga isolat yang lainnya. Adapun

pada klon 2 1, penambahan isolat Ch4A G. agreraturn (K2M2) berbeda nyata dengan

isolat G. etunicatum, A. tuberculata, Mycofer dan kontrol, sedangkan penambahan

isolat G. etunicatum tidak berbeda nyata dengan isolat A. tuberculata dan Mycofer. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa dari hasil pengujian pengaruh sederhana

(138)

maka dari kedua klon yang digunakan penambahan isolat G, agregafarm menunjukkan

perbedm yang nyata dengan ke-3 isolat yang lain (G. efunicatm, A. tubercztlafa dan Mycofer) j u g berbeda dengan kontrol (tanpa mikoriza).

Tabel 5. Uji Beda Nyata Pengaruh Interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Berat Kering Total Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Ketmngan :

-

Nilai yang *ti huruf yang sama ti& berbed;t nyata pada taraf nyata 5 %

-

An& di datam kurung m e n u n . niiai relatif (presentase) terhadap iconmi

Rasio Pucuk A h r (RPA)

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kedua

faktor tersebut (K><MJ memberikan penganlh yang nyata pada taraf 5 % terhadap

rasio pucuk akar bibit jati (T. grandis

L.0.

Nilai rasio pucuk akar ini berbanding

terbalik dengan nilai berat kering total tanaman.

Hasil uji Duncan terhadap pengaruh interaksi antara kedua faktor (KXM)

secara lebih jelas ditunjukkan dalam hntuk histogram pada Gambar 7.

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. KlonNomor 03 03 03 03 03 21 21 21 2 1 2 1

Isolat

Kontrol (tanpa mikoriza)

Glornus ehmicahcm Glomus agregatum Acaulospora tubercuhta

My cofer

Kontrol (tanpa mikoriza)

G l o m s etunicatum GZomars agregatum

-

-

-

-Acmlospara ttlbermlata Mycofer Interaksi KIM0 K l M l KIM2 KIM3 KIM4 K2MO K2M1 K2M2 K2M3 K2M4

Nilai rata-rata (gr) 0,85d (100,00%) 1,89 b (222,35 %)

2,37 a (278,82 %) 2,04 b (240,OO %)

[image:138.614.115.538.246.416.2]
(139)
[image:139.612.183.445.86.278.2]

I

Klon 03 Klon 21

/

Gambar 7. Histogram Pengaruh Interaksi Klon Jati d m Jenis Isolat CMA terhadap Rasio Pucuk Akar bibit jati pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa mikoriza pada klon nomor 03

menunjukkan nilai yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selanjutnya karena pengaruh sederhana dari masing-masing faktor tidak sama maka

dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji pembandingan nilai tengah perlakuan

(Tabel 6).

Hasil uji Duncan terhadap penganlh utama faktor isolat CMA menunjukkan

bahwa nilai rasio pucuk akar terbesar ditunjukkan oleh perlakuan kontrol pada klon

nomor 03 sebesar 3,276 sedangkan yang terkecil adalak bibit jati yang diinokulasi

dengan isolat CMA A. tubercarlata yaitu sebesar 1,582. Tampak pada tabel bahwa

bibit jati klon 21 yang dinokulasi dengan sernua isolat mikoriza tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata, tetapi untuk Mon 03 jika dibandingkan dengan kontrol maka

(140)

Tabel 6. Uji Beda Nyata Pengaruh interaksi Klon Jati dan Jenis Isolat CMA terhadap Rasio Pucuk Akar Tanaman pada Umur 12 Minggu setelah dipindah ke Persemaian.

Keterangan :

-

Nilai yang d i W huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5 %

-

Angka di dalam

Gambar

Gambaran Umum Jati (Tectona grandzs L . f ) ..............................
Grafik Pertumbuhan rata-rata Tinggi Bibit Jati (Tectona grandis
Tabel 1. Analisis Ragam Percobaan Faktorial yang terdiri dari h a  Faktor dengan
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Isolat CMA terhadap Klon Jati
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERNYATAAN Ketika saya dikuasai oleh amarah, saya menentang banyak nasehat dari orang lain Ketika marah, saya ingin berkelahi dengan orang lain Orang terdekat menjadi sasaran

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran tahfidh ul Qur’an di pondok tahfidh putri anak-anak Yanaabii'ul

spektr anya dan kemometr ika (SIMCA dan PCA) digunakan untuk mengolah data spektr anya dengan menggunakan bahan kopi Ar abika dan Robusta yang ber asal dar i Lampung Bar at

Kegiatan siswa pada tahap ini sekaligus melatih keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan berpikir lancar, dimana siswa dilatih untuk

terhadap perlindungan masyarakat dalam pemberitaan pers, dengan demikian apabila masyarakat yang merasa dirugikan karena pemberitaan pers telah menggunakan hak

Untuk membuat aplikasi berita secara sederhana, langkah pertama adalah merancang tabel-tabel database yang diperlukan.. Membuat File

Tidak adanya perbedaan kecemasan menjelang bebas pada narapidana jika ditinjau dari jenis kelamin dan sisa masa pidana disebabkan oleh adanya dukungan dari keluarga

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para pembudidaya ikan hias air tawar mengenai pengaruh