KOMPARASI METODE SNOWBALL THROWING
DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
TERHADAP HASIL BELAJAR DAUR AIR
SISWA KELAS V DI SD NEGERI KRATON 02 DAN 05
KOTA TEGAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Supiyon
1402407183
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, 20 Juli 2011
Supiyon
NIM. 1402407183
Ujian Skripsi pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 20 Juli 2011
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mur Fatimah, S.Pd, M.Pd. Drs. Daroni, M.Pd.
NIP 19761004 200604 2 001 NIP 19530101 198103 1 005
Mengesahkan,
Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES
Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19560512 198203 1 003
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang Pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Juli 2011
Panitia
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19560512 198203 1 003
Penguji Utama
Moh. Fathurrahman, S.Pd, M.Sn. NIP 19770725 200801 1 008
Penguji / Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II
Mur Fatimah, S.Pd, M.Pd. Drs. Daroni, M.Pd.
NIP 19761004 200604 2 001 NIP 19530101 198103 1 005
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan.
(Q.S Al-Fatihah : 5)
Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan,
cinta dan rasa hormat.
(Saidina Ali bin Abi Tholib) Pemenang sejati dalam hidup ini adalah orang-orang yang memandang
setiap situasi dengan harapan, bahwa mereka bisa membuatnya berhasil
atau menjadi lebih baik.
(Barbara Pletcher)
P
ersembahan
1.
Abah Iskandar dan Umi Narti yang
selalu
mendoakanku
dan
memberi
semangat.
2.
Kakakku Mas Diin , Mba Ning, Mas
Wandi yang selalu mendukungku.
3.
Adikku Ani yang selalu membuatku
tersenyum dan tertawa.
4.
Teman-teman angkatan 45 PGSD S1
Fresh 2007.
hidayah NYA, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Komparasi Metode Snowball Throwing dengan Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Daur Air Siswa Kelas V Di SD Negeri Kraton 02 dan 05
Kota Tegal”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang telah
andil dalam penyusunan skripsi ini, karena tanpa peranan mereka penulis tidak
bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.. 2. Drs. Hardjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah berkenan memberikan izin untuk penyusunan skripsi.
3. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd, ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Yuli Witanto koordinator PGSD UPP Tegal FIP UNNES yang telah
memberikan izin penelitian.
5. Mur, Fatimah, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan masukan yang berharga.
7. Moh. Fathurrahman, S,Pd, M.Sn, selaku penguji utama yang telah
memberikan masukan, motivasi serta ilmu yang sangat berharga.
8. Bapak dan ibu dosen PGSD UPP Tegal FIP UNNES, yang telah memberikan
arahan, motivasi serta semangat dalam penulisan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah SD Negeri Kraton 02 dan 05 kota Tegal beserta guru dan
karyawan yang telah membantu proses penelitian ini.
10. Siswa Kelas V SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal yang telah menjadi
sampel dalam penelitian ini.
11. Bapak dan Ibu terhormat yang telah memberikan doa dan restunya.
12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu.
Atas segala bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dengan amal dan
kebaikannya. Amin. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Tegal, Juli 2011
Penulis
02 dan 05 Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Mur Fatimah, S. Pd, M.Pd, Pembimbing II : Drs. Daroni, M.Pd.
Kata Kunci : Komparasi, Metode Snowball Throwing, Kerja Kelompok, pembelajaran kooperatif, Hasil Belajar.
Metode pembelajaran pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar memiliki hubungan logis dengan aktifitas guru. Penggunaan metode cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu penggunaan metode dalam pembelajaran harus dapat memberikan interaksi kepada siswa untuk dapat mengembangkan sikap kerjasama. Tidak sedikit juga guru yang menerapkan pembelajaran kerja kelompok yang mengembangkan sikap kerjasama dengan siswa lain walaupun belum maksimal. Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode atau teknik pembelajaraan antara lain metode
snowball throwing. Untuk menngetahui metode mana yang lebih baik antara metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok, maka dilakukan penelitian komparasi metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar siswa. Permasalahan yang muncul adalah apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan kedua metode tersebut serta mana yang mempunyai nilai lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air di SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di komplek SD Negeri Kraton Kota Tegal. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V SD Negeri Kraton 02 sebagai kelas snowball throwing (eksperimen 1), siswa kelas V SD Negeri Kraton 05 sebagai kelas kerja kelompok (eksperimen 2). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari metode snowball throwing dan metode kerja kelompok sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dan metode dokumentasi.
Analisis data menggunakan SPSS 17 uji t Independent Samples Test. Hasil penelitian mengenai hasil belajar pada kedua kelas didapat nilai rata-rata kelas
snowball throwing sebesar 77,5 sedangkan kelas kerja kelompok sebesar 64,8. Dari perhitungan SPSS 17 diperoleh t hitung untuk kelas snowball throwing dan
kelas kerja kelompok sebesar 2,18. Bandingkan t hitung dengan t tabel, taraf
signifikansi menggunakan 0,05 (confidence interval 95 %) df 47 diperoleh t tabel
sebesar 1,69. Karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan secara otomatis Ha
diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas snowball throwing dengan kelas kerja kelompok pada pembelajaran IPA materi daur air. Selain itu rata-rata kelas snowball throwing lebih tinggi jika dikomparasikan (dibandingkan) dengan rata-rata kelas kerja kelompok. Sedangkan penelitian mengenai kegaitan kelompok kedua kelas didapat skor
pembelajaran IPA materi daur air. Harapan dari penulis adalah agar guru menggunakan metode snowball throwing dalam pembelajaran karena selain dapat meningkatkan hasil belajar, metode ini juga memberikan nuansa yang baru dalam pembelajaran yaitu adanya unsur permainan dan ketua kelompok yang bertugas sebagai tutor sebaya.
Prakata ... vi
Abstrak ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Bagan ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Penegasan Istilah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. Tinjauan Tentang Belajar... 14
1. Pengertian Tentang Belajar ... 14
C. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 25
D. IPA Di Sekolah Dasar ... 27
E. Materi Daur Air Di Sekolah Dasar ... 28
F. Pembelajaran Kooperatif ... 29
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 29
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif... 30
3. Unsur Pengelola Pembelajaran Kooperatif ... 30
G. Pembelajaran Metode Snowball Throwing... 31
H. Pembelajaran Metode Kerja Kelompok ... 32
I. Perbandingan Metode Snowball Throwing Dengan Metode Kerja Kelompok ... 35
J. Hasil Belajar ... 36
1. Pengertian Hasil Belajar ... 36
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 36
3. Ranah Hasil Belajar ... 37
K. Kerangka Berpikir ... 38
L. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Objek Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 43
C. Variabel Penelitian ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 49
G. Metode Analisis Data... 54
BAB IV KOMPARASI METODE SNOWBALL THROWING DENGAN METODE KERJA KELOMPOK A. Hasil Penelitian ... 58
B. Pembahasan ... 72
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN... 85
Tabel Halaman 1. Perbandingan Metode Snowball Throwing Dengan Metode Kerja
Kelompok ... 36
2. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran ... 58
3. Uji Normalitas UTS ... 59
4. Uji Homogenitas UTS ... 59
5. Data Uji Coba Instrumen ... 60
6. Data Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran ... 61
7. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas Snowball Throwing ... 62
8. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas Kerja Kelompok ... 63
9. Test Of Normality Hasil Belajar ... 64
10. Data Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 65
11. Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 65
12. Data Kegiatan Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 67
13. Data Kegiatan Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 68
14. Data Uji t Hasil Belajar ... 70
Gambar Halaman 1. Histogram Nilai Hasil Belajar Kelas Snowball Throwing ... 62 2. Histogram Nilai Hasil Belajar Kelas Kerja Kelompok ... 63
3. Histogram Perbandingan Hasil Belajar ... 66
Bagan Halaman 1. Kerangka Berpikir ... 40
2. Skema Prosedur Penelitian ... 46
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Uji Coba Instrumen ... 85
2. Kisi-Kisi Instrumen ... 87
3. Soal Uji Coba ... 89
4. Lembar Penilaian Validasi Ahli ... 95
5. Uji Validasi Instrumen ... 99
6. Uji Reliabilitas Instrumen ... 102
7. Analisis Tingkat Kesukaran ... 104
8. Analisis Daya Beda ... 106
9. Soal Evaluasi Hasil Belajar ... 108
10. Nilai Awal Kelas Snowball Throwing ... 111
11. Nilai Awal Kelas Kerja Kelompok ... 112
12. Uji Normalitas UTS ... 114
13. Uji Homogenitas UTS ... 115
14. Histogram Normalitas Nilai Awal Kelas Snowball Throwing... 116
15. Histogram Normalitas Nilai Awal Kelas Kerja Kelompok ... 117
16. RPP Metode Snowball Throwing I ... 118
17. RPP Metode Snowball Throwing II ... 121
18. RPP Metode Kerja Kelompok I ... 124
19. RPP Metode Kerja Kelompok II ... 127
20. Nilai Hasil Belajar ... 130
23. Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 134
24. Uji Hipotesis ... 136
25. Lembar Pengamatan Kegiatan Kelompok ... 138
26. Data Pengamatan Kegiatan Kelompok Pertemuan I dan II Kelas Snowball Throwing ... 139
27. Rekap Pengamatan Kegiatan Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 140
28. Data Pengamatan Kegiatan Kelompok Pertemuan I dan II Kelas Kerja Kelompok ... 141
29. Rekap Pengamatan Kegiatan Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 142
30. Daftar Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 143
31. Daftar Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 144
32. Skor Harian Kelas Snowball Throwing ... 146
33. Skor Harian Kelas Kerja Kelompok ... 147
34. Pengumuman Mingguan I Kelas Snowball Throwing... 149
35. Pengumuman Mingguan II Kelas Snowball Throwing ... 150
36. Pengumuman Mingguan I Kelas Kerja Kelompok ... 151
37. Pengumuman Mingguan II Kelas Kerja Kelompok ... 152
38. Foto Penelitian ... 153
39. Surat Izin Penelitian ... 154
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mengajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan pengetahuan
dan keterampilan profesional, sebab apa yang harus dikerjakan guru di dalam
kelas melibatkan berbagai keputusan edukatif yang perlu dilakukan secara
cermat. Pengambilan keputusan pembelajaran pada saat proses belajar
mengajar seperti memilih dan mengorganisasikan bahan ajar yang tepat,
berkomunikasi dengan anak baik secara individu maupun secara klasikal,
menentukan pendekatan pembelajaran yang efektif, mengelola waktu dan
pemilihan metode pembelajaran yang tepat tidak bisa dilakukan secara
amatiran tetapi diperlukan pemikiran yang ilmiah.
Keputusan pembelajaran pada masa lampau yang diambil berdasarkan
pemikiran apa adanya, tentu saja untuk sekarang dan yang akan datang sudah
tidak memadai lagi. Pendekatan pembelajaran yang hanya berorientasi pada
kegiatan guru untuk masa sekarang sudah tidak diterapkan lagi. Pengambilan
keputusan pembelajaran yang memadai, merupakan masalah penting bagi
guru dan calon guru, karena ada perubahan yang mendasar mengenai
paradigma pembelajaran yang semula berorientasi pada kegiatan guru
sekarang pada siswa, dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
3, yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi siswa” (Munib, 2009: 21). Salah satu perwujudannya melalui
pendidikan yang bermutu pada setiap satuan pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam
tujuan instutisional SD, SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Setelah itu,
tujuan institusional pada masing-masing lembaga pendidikan (sekolah)
dijabarkan ke dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan masing-masing mata
pelajaran, salah satunya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pencapaian berbagai tujuan kurikuler secara bersama-sama menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pendidikan
nasional tentunya memerlukan berbagai macam perencanaan dan persiapan
yang matang, baik mengenai metode pembelajaran maupun kesiapan guru
ketika akan mengadakan pembelajaran. Dalam pembelajaran metode
merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang menduduki posisi
penting, selain tujuan, guru, siswa, media, lingkungan dan evaluasi. Proses
pemilihan metode tidak kalah penting dengan metode itu sendiri. Pemilihan
metode yang tepat, bervariasi akan mudah dan cepat bagi siswa untuk
memahami mata pelajaran yang disampaikan guru.
Salah satu mata pelajaran yang ada pada setiap satuan pendidikan
tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui pengembangan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Oleh karena
itu penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang baik dapat menyokong
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai bilamana dalam
pembelajaran saling mendukung baik dari segi media maupun metode.
Metode pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di
sekolah dasar memiliki hubungan logis dengan aktifitas guru. Penggunaan
metode cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Metode
yang digunakan guru dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam arti
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan metode dalam
pembelajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar,
melainkan hendaknya mengetahui ruang lingkup metode itu sendiri. Ruang
lingkup metode menurut Thoifuri (2007:56):
Ruang lingkup metode pembelajaran meliputi; pengertian metode mengajar, macam-macam metode mengajar , faktor-faktor yang terkait dengan metode pembelajaran, seperti; manfaat metode, sejarah lahirnya metode, tujuan diciptakannya metode, kelemahan dan kelebihan metode tertentu, cara-cara menanggulangi kelemahan metode, cara mengembangkan metode, dan sebab-sebab yang menimbulkan banyaknya macam metode.
Usia siswa di sekolah dasar pada masa kelas tinggi (kelas IV-VI)
berkisar 9-12 tahun. Kurniawan (2007) “pada usia kelas tinggi anak masih tertarik dengan berbagai permainan”. Oleh karena itu, dalam membelajarkan siswa diperlukan suatu strategi dan metode pembelajaran yang baik, tepat dan
siswa. Namun demikian tetap menarik perhatian, menyenangkan dan tidak
membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran yang berlangsung selama ini masih menggunakan
metode yang menekankan siswa pada pembelajaran individual. Pembelajaran
individual ini muncul sebagai metode yang paling banyak dilakukan oleh
guru dan lebih menekankan pada kemampuan masing-masing siswa. Menurut
Lie (2010: 25-26) ”dalam metode individual setiap siswa belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri, biasanya dengan
memakai paket-paket dan bahan-bahan pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk belajar sendiri dengan hanya sedikit monitor dari guru”. Model pembelajaran individual dianggap lebih menarik dibandingkan dengan
pembelajaran kerja kelompok. Siswa belajar dengan kemampuan sendiri
tanpa memikirkan persaingan dengan siswa lainnya. Namun jika sikap
individual tetap tertanam dalam diri siswa, hal ini menyebabkan siswa akan
kesulitan untuk hidup bermasyarakat dan bersosialisasi.
Lambat laun paradigma pembelajaran individualpun mulai berkurang,
pembelajaran kerja kelompok mulai diterapkan walaupun belum maksimal,
siswa hanya diberikan tugas dan masih cenderung pasif dengan sedikit
bimbingan guru. Selain itu masih banyak guru yang kesulitan untuk mengatur
dan mengkondisikan siswa saat pembelajaran berlangsung, sehingga
menyebabkan hasil belajar yang kurang memuaskan.
Pembelajaran dengan metode kerja kelompok atau metode kerjasama
hal penting untuk kelangsungan hidup, dalam hal ini adalah kelangsungan
dari kerja kelompok tersebut. Pembelajaran dengan metode ini siswa diberi
kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya
untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai
motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini
kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka
bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. Menurut Ausubel dalam
Isjoni (2010: 35) “dengan berkelompok siswa juga mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktekkan sikap dan perilaku berpartisipasi pada
situasi sosial yang bermakna bagi mereka”.
Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky
telah meletakkan arti penting metode pembelajaran kelompok. Dalam
penerapannya konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa
pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Siswa berada dalam
konteks sosiohistoris. Keterlibataan dengan orang lain membuka kesempatan
bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini,
pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk
perkembangan pemikiran siswa.
Salah satu materi IPA yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar kelas
V adalah daur air. Jika pemahaman mengenai daur air ini lebih merasuk ke
dalam jiwa para siswa sekolah dasar dengan baik, maka siswa dapat
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengajarkan materi daur air tidak cukup hanya dengan metode kerja
kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Metode semacam ini dirasa
kurang tepat bagi siswa dan tidak sesuai dengan konsep belajar siswa aktif
dan menyenangkan. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif kerja
kelompok yang diterapkan kepada siswa akan lebih meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran individual. Johnson dan
Johnson dalam Lie (2010: 7) menjelaskan bahwa “suasana belajar cooperatif learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar
yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa”. Efek penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama yang nantinya berperan penting pada saat bergabung dengan
masyarakat.
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode atau
teknik pembelajaraan seperti metode snowball throwing dan metode kerja kelompok . Dalam hal ini penelitian akan membandingkan pembelajaran yang
menggunakan metode kerja kelompok dengan metode snowball throwing. Dengan metode ini diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna serta meningkatkan hasil belajar bagi siswa
kelas V di SD Negeri Kraton 02 dan 05 kota Tegal.
dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kemudian siswa
membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya
dengan sebaik- baiknya. Metode ini juga memiliki ketua kelompok yang
bertugas untuk menjelaskan materi dari guru kepada teman-temanya dalam
satu kelompok (tutor sebaya). Sehingga siswa akan lebih mudah memahami
materi yang diberikan. Penerapan metode snowball trowing dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ini melibatkan siswa untuk
dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar hasil belajar siswa menjadi
lebih baik. Selain itu metode ini menjadi alternatif pembelajaran bermakna
yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
B.
Penegasan Istilah
1. Komparasi
Menurut Arikunto dalam Azizah (2006:20) ”komparasi adalah
suatu penyelidikan untuk membandingkan dua atau lebih perkara atau
fenomena”. Penelitian ini akan membandingkan hasil belajar metode
snowball throwing dengan metode kerja kelompok.
Dalam hal ini adalah untuk mengetahui perbedaan dan mana yang
lebih baik dengan membandingkan hasil belajar siswa melalui metode
2. Metode
Menurut Thoifuri (2007:56) “metode merupakan jalan atau cara
yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan
pada anak didiknya sehingga mencapai tujuan tertentu”. Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo dalam Slameto (2010: 65) mengajar adalah “menyajikan
bahan oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima,
menguasai dan mengembangkannya”. Jadi metode mengajar adalah suatu
cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar yang menggunakan
media sebagai pendukung pembelajaran.
3. Metode Snowball Throwing
Menurut kamus bahasa Inggris (2007:260,297) snowball throwing
berasal dari kata snow yang artinya salju, ball yang artinya bola dan
throwing yang artinya gelundungan atau lemparan. Sedangkan menurut Saminanto (2010:37)”metode snowball throwing adalah metode gelundungan bola salju”.
Dilihat dari langkah-langkah pembelajaran snowball throwing
atau metode pembelajaran gelundungan bola salju, metode pembelajaran
ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode
dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu
membuka dan menjawab pertanyaan secara acak.
4. Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam
suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil
maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas
prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian di
mana siswa dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan
tersendiri, untuk mencari satu tujuan pelajaran yang dilakukan dengan
gotong royong. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi
kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa dalam suatu kelas
dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi
atas kelompok kecil atau sub-sub kelompok.
Jadi metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa
individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya terdapat hubungan
timbal balik (kerja sama) antara individu berarti saling mempercayai.
Sebagai metode, kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai
bermacam-macam tujuan di sekolah. Di dalam praktek pembelajaran
metode kerja kelompok digunakan sebagai media untuk mengembangkan
5. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991:14) belajar
adalah “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui usaha (pengalaman dan
latihan) dalam mempelajari pokok bahasan tertentu yang dialami atau
dirancang.
Hasil belajar belajar juga diartikan sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar,
yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
C.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan maksud dan tujuan serta agar lebih
efektif dan efisien dalam mengadakan penelitian, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Selaras dengan judul penelitian ini, peneliti membatasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V semester II di SD Negeri
Kraton 02 dan 05 Kota Tegal.
2. Karakteristik yang akan diteliti adalah hasil belajar IPA materi daur air
siswa kelas V.
3. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan metode snowball throwing
dengan metode kerja kelompok dalam mempengaruhi hasil belajar siswa
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan metode snowball throwing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode kerja kelompok pada materi daur air?
2. Apakah pembelajaran dengan metode snowball throwing lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode kerja kelompok?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum
Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah:
a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar dengan
menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
bagi siswa.
b. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi guru sekolah dasar tentang
pembelajaran dengan metode yang inovatif dan menyenangkan.
c. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan jenjang S1.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara
yang mendapat pembelajaran dengan metode snowball throwing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan metode
b. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode snowball throwing lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode kerja kelompok.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar materi daur air.
2) Lebih memotivasi dalam kegiatan belajar.
3) Sebagai wahana mengaktualisasikan ekspresi serta kepribadian
yang positif melalui bermain sambil belajar.
b. Bagi Guru
1) Menyediakan alternatif metode pembelajaran yang menunjang
pembelajaran IPA di sekolah dasar.
2) Memacu guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Menghasilkan lulusan siswa yang berkompeten dan kreatif.
2) Memberikan kontribusi yang positif pada sekolah dalam rangka
2. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Menambah pengetahuan baru tentang metode snowball throwing dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran.
b. Dapat dijadikan masukan bagi penelitin-peneliti lain yang melakukan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Trimo dan Rusantiningsih (2008)
yang berjudul meningkatkan hasil belajar melalui kolaborasi metode
Quantum Teaching dan Snowball Throwing pada mata pelajaran IPS siswa kelas VI di SD Negeri Anjasmoro Semarang, menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching
dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPS materi negara-negara Asia Tenggara.
Dilihat dari rata-rata hasil belajar yang diperoleh mencapai 87,62
dan ketuntasan individual mencapai 90,48% dengan kategori baik sekali.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa
penelitian mengenai komparasi metode snowball throwing dan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar siswa materi daur air di SD Negeri Kraton 02
dan 05 Kota Tegal belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil
penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan
B.
Tinjauan Tentang Belajar
1. Pengertian Belajar
Manusia diciptakan pada dasarnya tidak tahu apa-apa. Ini
dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (QS:Al
-Nahl: 78). Ayat ini dapat dijadikan landasan bahwa seseorang harus
belajar, sehingga dapat mengetahui sesuatu yang diinginkan.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahasa acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri
dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan
komprehensif. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha
atau berlatih supaya mendapat kepandaian. Dalam implementasinya,
belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses
perubahan. Perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman.
Beberapa definisi belajar yang dipandang sebagai suatu perubahan
menurut ahli adalah sebagai berikut: W.S. Winkel dalam Veronica
(2005:24), belajar adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin (2008:13), belajar
memiliki pengertian “memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan”. Sudjana dalam Veronica (2005: 24) menjelaskan bahwa “belajar merupakan proses aktif yang dilakukan
oleh individu untuk mereaksi terhadap suatu rangsangan yang ada melalui
penglihatan, pengamatan, pemahaman, dan berbuat dengan menggunakan
pengalamannya”.
Konsep tentang belajar lebih banyak didefinisikan oleh pakar
psikologi. Gagne dan Berliner dalam Anni (2007: 2) menyatakan bahwa
“belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009:3), belajar adalah “perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.
Menurut B.F. Skinner dalam Sagala (2010: 14), belajar adalah”
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif”. Jika belajar juga dipahami sebagai suatu tingkah laku
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar responnya menurun.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan
pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang diperoleh melalui
pengalaman.
2. Teori Belajar
a. Teori belajar Konstruktivitisme
Sumbangan penting teori dari Vygotsky yaitu penekanan pada
hakekat pembelajaran sosiokultur (Isjoni 2010: 39). Inti dari teori
tersebut yaitu menekankan pada interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial
pembelajaran.
Menurut Vygotsky dalam Suprijono (2009: 42-43), implikasi
utama dari teori pembelajarannya sebagai berikut:
1) Menghendaki setting kelas berbentuk kooperatif, sehingga siswa dapat saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah jarak tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecah masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
b. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif
Dua aspek utama yang mendasari keberhasilan cooperative learning menurut Slavin (2010:34) yaitu teori motivasi dan teori kognitif.
1) Teori motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif
memfokuskan pada penghargaan atau sruktur tujuan siswa belajar.
Menurut Slavin (2010:34) diidentifikasi ada tiga macam struktur
pencapaian tujuan yaitu:
a) Kooperatif berarti orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain. b) Kompetitif berarti upaya siswa untuk mencapai tujuan
akan menghalangi siswa lain dalam pencapaian tujuan . c) Individualistik berarti upaya siswa untuk mencapai tujuan, tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan pandangan teori motivasi, struktur tujuan
kooperatif menciptakan situasi agar tujuan tiap anggota kelompok
tercapai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi mereka,
anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya yang
dapat membuat pencapaian tujuan belajar, seperti membuat variasi
dalam metode mengajar.
Hal yang dapat membuat kelompok berhasil yaitu
mendorong teman kelompoknya untuk berusaha secara maksimal
antara lain melalui penghargaan kelompok. Dengan kata lain,
kelompok dapat menciptakan struktur penghargaan antar
perorangan, sehingga anggota kelompok akan saling memberi
penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya pengerjaan
tugas teman sekelompoknya.
2) Teori Kognitif
Teori ini di kemukakan oleh Vygotsky untuk mengukur
efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu. Teori ini
dikelompokkan dalam dua kategori:
a). Teori Pembangunan
Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi
diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai
meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep yang kritik.
Vygotsky dalam Slavin (2010:36) mendefinisikan zone of proximal development sebagai jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang
dewasa atau melaui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih
mampu.
b). Teori Elaborasi Kognitif
Teori ini memiliki pandangan yang berbeda. Penelitian dalam
psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi
dapat disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi
dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu
materi. Sebagai contoh membuat ikhtisar dari suatu kuliah
merupakan kegiatan yang lebih baik dari pada sekedar membuat
catatan, karena membuat ikhtisar menghendaki siswa
mereorganisasi dan memilih materi yang penting. Salah satu
elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi
itu pada orang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum menurut Baharuddin (2010:19) dan Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal (intern) dan faktor eksternal (extern).
a. Faktor Intern
1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.
b) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hali ini terjadi,
2) Faktor Psikologis a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika
bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
d) Bakat
Menurut Slavin dalam Baharudin (2010:25) mendefinisikan
bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seoarang siswa
untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau
padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti
anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu
di perlukan belajar dan pelatihan-pelatihan.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi repon atau
bereaksi. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
b. Faktor-Faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga
a) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto
Wirowidjojo dalam Slameto (2010:61) bahwa: “keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”.
b) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar
anak. Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.
c) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak
berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang
penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Agar anak
dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang
tenang dan tenteram karena hal tersebut anak dapat belajar dengan
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan
kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar.
e) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
2) Faktor Sekolah a) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui dalam mengajar. Metode mengajar mempengaruhi belajar
anak. Metode mengajar guru yang kurang baik dan tidak tepat akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula .
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi
c) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antar guru dengan siswa. Proses
tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan
gurunya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar.
d) Relasi Siswa dengan Siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar
dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
e) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan belajar siswa, karena
alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.
f) Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam
hal ini perlu bimbingan guru. Dengan cara belajar yang tepat akan
efektif pula hasil belajar yang diperoleh siswa.
3) Faktor Masyarakat
a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Namun perlu juga membatasi
b) Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki
teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
c) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Kondisi masyarakat yang memiliki
masyarakat terpelajar memberikan pengaruh positif terhadap siswa
sehingga dapat belajar dengan baik.
C.
Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Ada beberapa karakteristik anak diusia sekolah dasar menurut
Kurniawan (2007) yang perlu diketahui para guru, agar lebih memahami
keadaan siswa khususnya ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya.
Karakteristik pertama anak sekolah dasar adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan. Guru hendaknya mengembangkan
metode pembelajaran yang serius tetapi santai.
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang
metode pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan
anak sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga dari anak usia sekolah dasar adalah anak
senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok
sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi,
seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan,
belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar menerima
tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajari olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang
metode pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok.
Karakteristik yang keempat anak sekolah dasar adalah senang
merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau
dari teori perkembangan kognitif, anak sekolah dasar memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, moral, dan sebagainya. Bagi anak
sekolah dasar, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami
jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi
Anak usia sekolah dasar ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang
besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam
kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan
kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik; dan (3) kepercayaan mental
untuk memasuki dunia konsep, logika, dan simbolis serta komunikasi orang
dewasa.
D.
IPA di Sekolah Dasar
Secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Darmodjo 2009: 14).
Pembelajaran IPA di sekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Adanya
IPA yang diajarkan di Sekolah Dasar memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan intelektual siswa yang objektif dan rasional. Selain itu IPA
diperlukan di Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk
tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.
Dalam pembelajaran IPA seoarang guru dituntut untuk dapat
sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan.
Dilihat dari sisi atau cakupan materi, IPA termasuk mata pelajaran
yang relatif sarat dengan materi. Secara keseluruhan materi IPA di sekolah
dasar mencakup (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia,
hewan, dan tumbuhan serta interaksinya, (2) materi, sifat-sifat dan
kegunaanya meliputi udara, air, tanah, dan batuan, (3) listrik dan magnet,
energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya,
bumi dan benda-benda lainnya, (4) kesehatan, makanan, penyakit dan
pencegahannya, (5) sumber daya alam, pemeliharaan dan pelestariannya.
E.
Materi Daur Air di Sekolah Dasar
Salah satu materi IPA yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar kelas
V adalah daur air. Dalam materi daur ini siswa diajak untuk mempelajari
bagaimana proses atau siklus daur air. Menurut Sarjan (2004: 133) “ daur air
atau siklus air yaitu rangkaian perubahan air, baik ditinjau dari posisi
geografisnya maupun dari wujud fisisnya”. Proses daur air ini diawali dari
pemanasan oleh sinar matahari, akibat pemanasan tersebut air berubah
menjadi uap. Uap air akan bergerak ke atas, semakin ke atas suhu udara
semakin rendah hingga uap air mengalami kondensasi (pengembunan).
Akibat proses pengembunan, uap air berubah menjadi air dan dan jatuh
sebagai hujan. Air hujan yang sampai ke permukaan bumi sebagian meresap
F.
Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong
dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius (Lie 2010: 28). Berlawanan dengan toeri Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode Pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran.
Metode kerja kelompok sering disebut juga metode pembelajaran
kooperatif (cooperatif learning), dimana menurut Djahri K dalam Isjoni (2010: 19) “menyebutkan cooperatif learning menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang sentris, humanistik dan demokratis yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajar”. Metode kerja kelompok dapat dirumuskan sebagai pembelajaran kelompok yang
terarah, terpadu, efektif, efisien, kearah mencari atau mengkaji sesuatu
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaraan kooperatif menurut
Lungdren dalam Isjoni (2010:13) sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung kawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. f. Setiap siswa diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok.
3. Unsur Pengelola Pembelajaran Kooperatif
Menurut Asma (2006:105) dalam pengelolaan pembelajaran
kooperatif terdapat lima unsur penting, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perorangan c. Tatap muka
G.
Pembelajaran Metode
Snowball Throwing
Menurut Saminanto (2010:37) “Metode pembelajaran snowball throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari
siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok .
Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode
pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada
siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya. Metode ini memilki kelebihan diantaranya ada unsur
permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian siswa.
Langkah-langkah pembelajaran metode snowball throwing
Menurut Suprijono (2009:128) dan Saminanto (2010:37),
langkah-langkah pembelajaran metode snowball throwing adalah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi
8. Penutup
H.
Pembelajaran Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam
suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil
maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas
prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang
dimaksud oleh pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini,
antara lain :
1. Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pembagian
tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang
sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
2. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran di
mana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau
grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara
bersama-sama dan bergotong-royong.
Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian di
mana siswa dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan
tersendiri, untuk mencari satu tujuan pelajaran yang dilakukan dengan
gotong royong. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi
dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi
atas kelompok kecil atau sub-sub kelompok.
Jadi metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa
individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya terdapat hubungan
timbal batik (kerja sama) antara individu berarti saling mempercayai.
Sebagai metode, kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. Di dalam praktek ada banyak jenis kerja kelompok yang dapat dilaksanakan yang kesemuanya bergantun pada beberapa faktor, misalnya pada tujuan khusus yang ingin dicapai, umur dan kemampuan siswa (Sagala 2010:216).
Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok:
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
metode kerja kelompok, yaitu :
1. Menentukan kelompok :
Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara
bersama-sama antara guru dan murid. Menurut Asrofudin (2010)
aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu :
a. Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.
b. Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.
2. Memberi tugas-tugas kepada kelompok :
Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pada
kelompok masing-masing dan guru juga memberikan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.
3. Memberikan tes individu
I.
Perbandingan Metode
Snowball Throwing
Dengan Metode
Kerja Kelompok
Perbandingan proses belajar metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Perbandingan metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok
Metode
Snowball Throwing Langkah
Metode Kerja Kelompok -Pemberian materi oleh
guru Persiapan
-Pembentukan kelompok -Pemberian materi dan
tugas -Pembentukan kelompok
-Ketua kelompok men-jelaskan materi (tutor sebaya)
-Membuat pertanyaan dan menjawabnya.
-Pertanyaan dibuat seperti bola kemudian dilem- parkan ke siswa lain. -Suasana menyenangkan
Kerja Tim
- Satu kelompok mem- pelajari materi
- Mengerjakan tugas
-Mendapat skor individu -Mendapat skor
ke-lompok
Evaluasi
- Mendapat skor individu - Mendapat skor
ke-lompok -Penghargaan Kelompok
[image:53.595.135.507.212.677.2]I.
Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar, yang wujudnya berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Lie (2007:5) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar”. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar dalam hal ini
adalah siswa.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang
dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia,
kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan
sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi,
minat dan kebiasaan belajar.
2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non
3. Ranah Hasil Belajar
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil
belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa,
guru dituntut untuk memadukan domain kognitif, afektif, dan psikomotor
secara proporsional. Menurut Gagne dan Briggs dalam Anni (2007:12)
membagi lima hasil belajar, yakni:
a. Kemahiran Intelektual b. Strategi kognitif c. Informasi verbal d. Kemahiran motorik e. Sikap
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sagala (2010:32)
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga kawasan (domain) yakni
domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif berkenan dengan kemampuan intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Domain afektif berkenan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni kesadaran, partisipasi,
penghayatan nilai,pengorganisasi nilai, dan karakterisasi diri. Domain
psikomotori berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek domain psikomotor, yakni gerakan reflek,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
J.
Kerangka Berfikir
Sekolah merupakan salah satu tempat bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuanya dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat
yang ada di sekolah. Dengan guru, siswa dan warga sekolah yang lain siswa
belajar untuk mengembangkan keterampilan komunikasi. Karena hal ini
sangat penting bagi siswa sebagai bekal hidup bermasyarakat.
Pembelajaran yang dirancang dalam rangka mengembangkan
kebersamaan dan kerjasama siswa dalam perilaku sosial dapat ditempuh
melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM)
menduduki posisi yang sangat penting. Hal ini terbukti bahwa pemilihan
metode pembelajaran yang baik, tepat dan bervariasi memberikan kontribusi
yang besar terhadap hasil belajar siswa. Selain itu proses belajar mengajar
dapat dikatakan sulit mencapai hasil belajar manakala seorang guru tidak
menggunakan metode yang tepat sesuai karaktersitik masing-masing mata
pelajaran.
Metode yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar tentunya
harus membuat siswa merasa senang ketika mengikuti pembelajaran. Bukan
hanya sekedar menerima informasi yang diberikan guru. Tetapi memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain seperti kegiatan
Dalam cooperatif learning terdapat beberapa metode diantarnya metode snowball throwing dan metode kerja kelompok. Melalui komparasi metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok akan diketahui perbedaan dan metode mana yang lebih baik dilihat dari nilai hasil belajar
siswa dari masing-masing metode, yang bertujuan untuk meningkatkan
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna yang bermuara pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran tersebut digunakan
ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut:
Bagan 1 Kerangka berfikir
Siswa
Metode Pembelajaran
Metode
Snowball Throwing
Metode Kerja Kelompok
Hasil Belajar Metode
Snowball Throwing
Hasil Belajar Metode Kerja Kelompok
Dibandingkan
K.
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok materi daur air.
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memperoleh
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penentuan Objek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:80) “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di komplek Sekolah
Dasar Negeri kraton kota Tegal yaitu SD Negeri Kraton 02 dan SD
Negeri Kraton 05 tahun ajaran 2010/2011. Dasar pemilihan populasi ini
adalah bahwa kedua sekolah dasar tersebut memiliki tingkat homogenitas
yang sama dilihat dari nilai akreditas yaitu terakreditas B.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk sumber
data ( Sukardi, 2008: 54), sebagai wakil dari populasi maka sampel harus
benar-benar dapat diwakili. Dalam pemilhan sampel salah satu syarat yang
harus dipenuhi diantaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari bagian
populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam hal ini adalah populasi
akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang dapat ditemui dilapangan dan
Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang
reprensentatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau
mencerminkan populasi secara maksimal tetapi mewakili sampel bukan
merupakan duplikat dari populasi (Narbuko dan Abu Achmadi 2008: 107).
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampling jenuh.
Artinya bahwa penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.
Untuk sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Kraton 02 yang berjumlah 20 siswa dan SD Negeri Kraton 05 kota Tegal
yang berjumlah 32 siswa. Jadi jumlah seluruhnya adalah 52 siswa.
B.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memberikan
perlakuan yang berbeda pada dua kelompok atau kelas eksperimen. Kelas
eksperimen-1 diberi perlakuan metode snowball throwing. Kelas eksperimen- 2 diberi perlakuan metode kerja kelompok. Kerangka desain penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Grup Variabel Bebas Variabel Terikat
Eksperimen 1 X 1 O1
Eksperimen 2 X 2 O2
Keterangan :
(manipulasi variabel perlakuan metode snowball throwing). X2 : Eksperimen- 2
(manipulasi variabel perlakuan metode kerja kelompok).
O : Tes hasil belajar
(Sukardi 2008: 174)
C.