• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Metode Snowball Throwing dengan Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Daur Air Siswa Kelas V Di SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komparasi Metode Snowball Throwing dengan Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Daur Air Siswa Kelas V Di SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI METODE SNOWBALL THROWING

DENGAN METODE KERJA KELOMPOK

TERHADAP HASIL BELAJAR DAUR AIR

SISWA KELAS V DI SD NEGERI KRATON 02 DAN 05

KOTA TEGAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Supiyon

1402407183

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, 20 Juli 2011

Supiyon

NIM. 1402407183

(3)

Ujian Skripsi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 20 Juli 2011

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mur Fatimah, S.Pd, M.Pd. Drs. Daroni, M.Pd.

NIP 19761004 200604 2 001 NIP 19530101 198103 1 005

Mengesahkan,

Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES

Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19560512 198203 1 003

(4)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang Pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 27 Juli 2011

Panitia

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19560512 198203 1 003

Penguji Utama

Moh. Fathurrahman, S.Pd, M.Sn. NIP 19770725 200801 1 008

Penguji / Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II

Mur Fatimah, S.Pd, M.Pd. Drs. Daroni, M.Pd.

NIP 19761004 200604 2 001 NIP 19530101 198103 1 005

(5)

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah

kami mohon pertolongan.

(Q.S Al-Fatihah : 5)

Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan,

cinta dan rasa hormat.

(Saidina Ali bin Abi Tholib) Pemenang sejati dalam hidup ini adalah orang-orang yang memandang

setiap situasi dengan harapan, bahwa mereka bisa membuatnya berhasil

atau menjadi lebih baik.

(Barbara Pletcher)

P

ersembahan

1.

Abah Iskandar dan Umi Narti yang

selalu

mendoakanku

dan

memberi

semangat.

2.

Kakakku Mas Diin , Mba Ning, Mas

Wandi yang selalu mendukungku.

3.

Adikku Ani yang selalu membuatku

tersenyum dan tertawa.

4.

Teman-teman angkatan 45 PGSD S1

Fresh 2007.

(6)

hidayah NYA, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Komparasi Metode Snowball Throwing dengan Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Daur Air Siswa Kelas V Di SD Negeri Kraton 02 dan 05

Kota Tegal”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang telah

andil dalam penyusunan skripsi ini, karena tanpa peranan mereka penulis tidak

bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.. 2. Drs. Hardjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah berkenan memberikan izin untuk penyusunan skripsi.

3. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd, ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Yuli Witanto koordinator PGSD UPP Tegal FIP UNNES yang telah

memberikan izin penelitian.

5. Mur, Fatimah, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan

arahan dan masukan yang berharga.

(7)

7. Moh. Fathurrahman, S,Pd, M.Sn, selaku penguji utama yang telah

memberikan masukan, motivasi serta ilmu yang sangat berharga.

8. Bapak dan ibu dosen PGSD UPP Tegal FIP UNNES, yang telah memberikan

arahan, motivasi serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

9. Kepala Sekolah SD Negeri Kraton 02 dan 05 kota Tegal beserta guru dan

karyawan yang telah membantu proses penelitian ini.

10. Siswa Kelas V SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal yang telah menjadi

sampel dalam penelitian ini.

11. Bapak dan Ibu terhormat yang telah memberikan doa dan restunya.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu.

Atas segala bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dengan amal dan

kebaikannya. Amin. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tegal, Juli 2011

Penulis

(8)

02 dan 05 Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Mur Fatimah, S. Pd, M.Pd, Pembimbing II : Drs. Daroni, M.Pd.

Kata Kunci : Komparasi, Metode Snowball Throwing, Kerja Kelompok, pembelajaran kooperatif, Hasil Belajar.

Metode pembelajaran pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar memiliki hubungan logis dengan aktifitas guru. Penggunaan metode cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu penggunaan metode dalam pembelajaran harus dapat memberikan interaksi kepada siswa untuk dapat mengembangkan sikap kerjasama. Tidak sedikit juga guru yang menerapkan pembelajaran kerja kelompok yang mengembangkan sikap kerjasama dengan siswa lain walaupun belum maksimal. Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode atau teknik pembelajaraan antara lain metode

snowball throwing. Untuk menngetahui metode mana yang lebih baik antara metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok, maka dilakukan penelitian komparasi metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar siswa. Permasalahan yang muncul adalah apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan kedua metode tersebut serta mana yang mempunyai nilai lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air di SD Negeri Kraton 02 dan 05 Kota Tegal.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di komplek SD Negeri Kraton Kota Tegal. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V SD Negeri Kraton 02 sebagai kelas snowball throwing (eksperimen 1), siswa kelas V SD Negeri Kraton 05 sebagai kelas kerja kelompok (eksperimen 2). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari metode snowball throwing dan metode kerja kelompok sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dan metode dokumentasi.

Analisis data menggunakan SPSS 17 uji t Independent Samples Test. Hasil penelitian mengenai hasil belajar pada kedua kelas didapat nilai rata-rata kelas

snowball throwing sebesar 77,5 sedangkan kelas kerja kelompok sebesar 64,8. Dari perhitungan SPSS 17 diperoleh t hitung untuk kelas snowball throwing dan

kelas kerja kelompok sebesar 2,18. Bandingkan t hitung dengan t tabel, taraf

signifikansi menggunakan 0,05 (confidence interval 95 %) df 47 diperoleh t tabel

sebesar 1,69. Karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan secara otomatis Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas snowball throwing dengan kelas kerja kelompok pada pembelajaran IPA materi daur air. Selain itu rata-rata kelas snowball throwing lebih tinggi jika dikomparasikan (dibandingkan) dengan rata-rata kelas kerja kelompok. Sedangkan penelitian mengenai kegaitan kelompok kedua kelas didapat skor

(9)

pembelajaran IPA materi daur air. Harapan dari penulis adalah agar guru menggunakan metode snowball throwing dalam pembelajaran karena selain dapat meningkatkan hasil belajar, metode ini juga memberikan nuansa yang baru dalam pembelajaran yaitu adanya unsur permainan dan ketua kelompok yang bertugas sebagai tutor sebaya.

(10)

Prakata ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Bagan ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Tinjauan Tentang Belajar... 14

1. Pengertian Tentang Belajar ... 14

(11)

C. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 25

D. IPA Di Sekolah Dasar ... 27

E. Materi Daur Air Di Sekolah Dasar ... 28

F. Pembelajaran Kooperatif ... 29

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 29

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif... 30

3. Unsur Pengelola Pembelajaran Kooperatif ... 30

G. Pembelajaran Metode Snowball Throwing... 31

H. Pembelajaran Metode Kerja Kelompok ... 32

I. Perbandingan Metode Snowball Throwing Dengan Metode Kerja Kelompok ... 35

J. Hasil Belajar ... 36

1. Pengertian Hasil Belajar ... 36

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 36

3. Ranah Hasil Belajar ... 37

K. Kerangka Berpikir ... 38

L. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Objek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 44

(12)

F. Instrumen Penelitian ... 49

G. Metode Analisis Data... 54

BAB IV KOMPARASI METODE SNOWBALL THROWING DENGAN METODE KERJA KELOMPOK A. Hasil Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN... 85

(13)

Tabel Halaman 1. Perbandingan Metode Snowball Throwing Dengan Metode Kerja

Kelompok ... 36

2. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran ... 58

3. Uji Normalitas UTS ... 59

4. Uji Homogenitas UTS ... 59

5. Data Uji Coba Instrumen ... 60

6. Data Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran ... 61

7. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas Snowball Throwing ... 62

8. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas Kerja Kelompok ... 63

9. Test Of Normality Hasil Belajar ... 64

10. Data Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 65

11. Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 65

12. Data Kegiatan Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 67

13. Data Kegiatan Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 68

14. Data Uji t Hasil Belajar ... 70

(14)

Gambar Halaman 1. Histogram Nilai Hasil Belajar Kelas Snowball Throwing ... 62 2. Histogram Nilai Hasil Belajar Kelas Kerja Kelompok ... 63

3. Histogram Perbandingan Hasil Belajar ... 66

(15)

Bagan Halaman 1. Kerangka Berpikir ... 40

2. Skema Prosedur Penelitian ... 46

(16)

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Uji Coba Instrumen ... 85

2. Kisi-Kisi Instrumen ... 87

3. Soal Uji Coba ... 89

4. Lembar Penilaian Validasi Ahli ... 95

5. Uji Validasi Instrumen ... 99

6. Uji Reliabilitas Instrumen ... 102

7. Analisis Tingkat Kesukaran ... 104

8. Analisis Daya Beda ... 106

9. Soal Evaluasi Hasil Belajar ... 108

10. Nilai Awal Kelas Snowball Throwing ... 111

11. Nilai Awal Kelas Kerja Kelompok ... 112

12. Uji Normalitas UTS ... 114

13. Uji Homogenitas UTS ... 115

14. Histogram Normalitas Nilai Awal Kelas Snowball Throwing... 116

15. Histogram Normalitas Nilai Awal Kelas Kerja Kelompok ... 117

16. RPP Metode Snowball Throwing I ... 118

17. RPP Metode Snowball Throwing II ... 121

18. RPP Metode Kerja Kelompok I ... 124

19. RPP Metode Kerja Kelompok II ... 127

20. Nilai Hasil Belajar ... 130

(17)

23. Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 134

24. Uji Hipotesis ... 136

25. Lembar Pengamatan Kegiatan Kelompok ... 138

26. Data Pengamatan Kegiatan Kelompok Pertemuan I dan II Kelas Snowball Throwing ... 139

27. Rekap Pengamatan Kegiatan Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 140

28. Data Pengamatan Kegiatan Kelompok Pertemuan I dan II Kelas Kerja Kelompok ... 141

29. Rekap Pengamatan Kegiatan Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 142

30. Daftar Kelompok Kelas Snowball Throwing ... 143

31. Daftar Kelompok Kelas Kerja Kelompok ... 144

32. Skor Harian Kelas Snowball Throwing ... 146

33. Skor Harian Kelas Kerja Kelompok ... 147

34. Pengumuman Mingguan I Kelas Snowball Throwing... 149

35. Pengumuman Mingguan II Kelas Snowball Throwing ... 150

36. Pengumuman Mingguan I Kelas Kerja Kelompok ... 151

37. Pengumuman Mingguan II Kelas Kerja Kelompok ... 152

38. Foto Penelitian ... 153

39. Surat Izin Penelitian ... 154

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Mengajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan pengetahuan

dan keterampilan profesional, sebab apa yang harus dikerjakan guru di dalam

kelas melibatkan berbagai keputusan edukatif yang perlu dilakukan secara

cermat. Pengambilan keputusan pembelajaran pada saat proses belajar

mengajar seperti memilih dan mengorganisasikan bahan ajar yang tepat,

berkomunikasi dengan anak baik secara individu maupun secara klasikal,

menentukan pendekatan pembelajaran yang efektif, mengelola waktu dan

pemilihan metode pembelajaran yang tepat tidak bisa dilakukan secara

amatiran tetapi diperlukan pemikiran yang ilmiah.

Keputusan pembelajaran pada masa lampau yang diambil berdasarkan

pemikiran apa adanya, tentu saja untuk sekarang dan yang akan datang sudah

tidak memadai lagi. Pendekatan pembelajaran yang hanya berorientasi pada

kegiatan guru untuk masa sekarang sudah tidak diterapkan lagi. Pengambilan

keputusan pembelajaran yang memadai, merupakan masalah penting bagi

guru dan calon guru, karena ada perubahan yang mendasar mengenai

paradigma pembelajaran yang semula berorientasi pada kegiatan guru

sekarang pada siswa, dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

(19)

3, yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi siswa” (Munib, 2009: 21). Salah satu perwujudannya melalui

pendidikan yang bermutu pada setiap satuan pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam

tujuan instutisional SD, SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Setelah itu,

tujuan institusional pada masing-masing lembaga pendidikan (sekolah)

dijabarkan ke dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan masing-masing mata

pelajaran, salah satunya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pencapaian berbagai tujuan kurikuler secara bersama-sama menunjang

pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pendidikan

nasional tentunya memerlukan berbagai macam perencanaan dan persiapan

yang matang, baik mengenai metode pembelajaran maupun kesiapan guru

ketika akan mengadakan pembelajaran. Dalam pembelajaran metode

merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang menduduki posisi

penting, selain tujuan, guru, siswa, media, lingkungan dan evaluasi. Proses

pemilihan metode tidak kalah penting dengan metode itu sendiri. Pemilihan

metode yang tepat, bervariasi akan mudah dan cepat bagi siswa untuk

memahami mata pelajaran yang disampaikan guru.

Salah satu mata pelajaran yang ada pada setiap satuan pendidikan

(20)

tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui pengembangan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Oleh karena

itu penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang baik dapat menyokong

tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai bilamana dalam

pembelajaran saling mendukung baik dari segi media maupun metode.

Metode pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di

sekolah dasar memiliki hubungan logis dengan aktifitas guru. Penggunaan

metode cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Metode

yang digunakan guru dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam arti

sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan metode dalam

pembelajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar,

melainkan hendaknya mengetahui ruang lingkup metode itu sendiri. Ruang

lingkup metode menurut Thoifuri (2007:56):

Ruang lingkup metode pembelajaran meliputi; pengertian metode mengajar, macam-macam metode mengajar , faktor-faktor yang terkait dengan metode pembelajaran, seperti; manfaat metode, sejarah lahirnya metode, tujuan diciptakannya metode, kelemahan dan kelebihan metode tertentu, cara-cara menanggulangi kelemahan metode, cara mengembangkan metode, dan sebab-sebab yang menimbulkan banyaknya macam metode.

Usia siswa di sekolah dasar pada masa kelas tinggi (kelas IV-VI)

berkisar 9-12 tahun. Kurniawan (2007) “pada usia kelas tinggi anak masih tertarik dengan berbagai permainan”. Oleh karena itu, dalam membelajarkan siswa diperlukan suatu strategi dan metode pembelajaran yang baik, tepat dan

(21)

siswa. Namun demikian tetap menarik perhatian, menyenangkan dan tidak

membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran yang berlangsung selama ini masih menggunakan

metode yang menekankan siswa pada pembelajaran individual. Pembelajaran

individual ini muncul sebagai metode yang paling banyak dilakukan oleh

guru dan lebih menekankan pada kemampuan masing-masing siswa. Menurut

Lie (2010: 25-26) ”dalam metode individual setiap siswa belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri, biasanya dengan

memakai paket-paket dan bahan-bahan pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk belajar sendiri dengan hanya sedikit monitor dari guru”. Model pembelajaran individual dianggap lebih menarik dibandingkan dengan

pembelajaran kerja kelompok. Siswa belajar dengan kemampuan sendiri

tanpa memikirkan persaingan dengan siswa lainnya. Namun jika sikap

individual tetap tertanam dalam diri siswa, hal ini menyebabkan siswa akan

kesulitan untuk hidup bermasyarakat dan bersosialisasi.

Lambat laun paradigma pembelajaran individualpun mulai berkurang,

pembelajaran kerja kelompok mulai diterapkan walaupun belum maksimal,

siswa hanya diberikan tugas dan masih cenderung pasif dengan sedikit

bimbingan guru. Selain itu masih banyak guru yang kesulitan untuk mengatur

dan mengkondisikan siswa saat pembelajaran berlangsung, sehingga

menyebabkan hasil belajar yang kurang memuaskan.

Pembelajaran dengan metode kerja kelompok atau metode kerjasama

(22)

hal penting untuk kelangsungan hidup, dalam hal ini adalah kelangsungan

dari kerja kelompok tersebut. Pembelajaran dengan metode ini siswa diberi

kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya

untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai

motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini

kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka

bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. Menurut Ausubel dalam

Isjoni (2010: 35) “dengan berkelompok siswa juga mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktekkan sikap dan perilaku berpartisipasi pada

situasi sosial yang bermakna bagi mereka”.

Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky

telah meletakkan arti penting metode pembelajaran kelompok. Dalam

penerapannya konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa

pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Siswa berada dalam

konteks sosiohistoris. Keterlibataan dengan orang lain membuka kesempatan

bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini,

pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk

perkembangan pemikiran siswa.

Salah satu materi IPA yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar kelas

V adalah daur air. Jika pemahaman mengenai daur air ini lebih merasuk ke

dalam jiwa para siswa sekolah dasar dengan baik, maka siswa dapat

(23)

Strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengajarkan materi daur air tidak cukup hanya dengan metode kerja

kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Metode semacam ini dirasa

kurang tepat bagi siswa dan tidak sesuai dengan konsep belajar siswa aktif

dan menyenangkan. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif kerja

kelompok yang diterapkan kepada siswa akan lebih meningkatkan hasil

belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran individual. Johnson dan

Johnson dalam Lie (2010: 7) menjelaskan bahwa “suasana belajar cooperatif learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar

yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa”. Efek penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama yang nantinya berperan penting pada saat bergabung dengan

masyarakat.

Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode atau

teknik pembelajaraan seperti metode snowball throwing dan metode kerja kelompok . Dalam hal ini penelitian akan membandingkan pembelajaran yang

menggunakan metode kerja kelompok dengan metode snowball throwing. Dengan metode ini diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna serta meningkatkan hasil belajar bagi siswa

kelas V di SD Negeri Kraton 02 dan 05 kota Tegal.

(24)

dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kemudian siswa

membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya

dengan sebaik- baiknya. Metode ini juga memiliki ketua kelompok yang

bertugas untuk menjelaskan materi dari guru kepada teman-temanya dalam

satu kelompok (tutor sebaya). Sehingga siswa akan lebih mudah memahami

materi yang diberikan. Penerapan metode snowball trowing dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ini melibatkan siswa untuk

dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar hasil belajar siswa menjadi

lebih baik. Selain itu metode ini menjadi alternatif pembelajaran bermakna

yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

B.

Penegasan Istilah

1. Komparasi

Menurut Arikunto dalam Azizah (2006:20) ”komparasi adalah

suatu penyelidikan untuk membandingkan dua atau lebih perkara atau

fenomena”. Penelitian ini akan membandingkan hasil belajar metode

snowball throwing dengan metode kerja kelompok.

Dalam hal ini adalah untuk mengetahui perbedaan dan mana yang

lebih baik dengan membandingkan hasil belajar siswa melalui metode

(25)

2. Metode

Menurut Thoifuri (2007:56) “metode merupakan jalan atau cara

yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan

pada anak didiknya sehingga mencapai tujuan tertentu”. Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo dalam Slameto (2010: 65) mengajar adalah “menyajikan

bahan oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima,

menguasai dan mengembangkannya”. Jadi metode mengajar adalah suatu

cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar yang menggunakan

media sebagai pendukung pembelajaran.

3. Metode Snowball Throwing

Menurut kamus bahasa Inggris (2007:260,297) snowball throwing

berasal dari kata snow yang artinya salju, ball yang artinya bola dan

throwing yang artinya gelundungan atau lemparan. Sedangkan menurut Saminanto (2010:37)”metode snowball throwing adalah metode gelundungan bola salju”.

Dilihat dari langkah-langkah pembelajaran snowball throwing

atau metode pembelajaran gelundungan bola salju, metode pembelajaran

ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain, dan

menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode

(26)

dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu

membuka dan menjawab pertanyaan secara acak.

4. Metode Kerja Kelompok

Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam

suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil

maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas

prinsip untuk mencapai tujuan bersama.

Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian di

mana siswa dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan

tersendiri, untuk mencari satu tujuan pelajaran yang dilakukan dengan

gotong royong. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi

kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa dalam suatu kelas

dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi

atas kelompok kecil atau sub-sub kelompok.

Jadi metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa

individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya terdapat hubungan

timbal balik (kerja sama) antara individu berarti saling mempercayai.

Sebagai metode, kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai

bermacam-macam tujuan di sekolah. Di dalam praktek pembelajaran

metode kerja kelompok digunakan sebagai media untuk mengembangkan

(27)

5. Hasil Belajar

Hasil adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha.

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991:14) belajar

adalah “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui usaha (pengalaman dan

latihan) dalam mempelajari pokok bahasan tertentu yang dialami atau

dirancang.

Hasil belajar belajar juga diartikan sebagai

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar,

yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

C.

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan maksud dan tujuan serta agar lebih

efektif dan efisien dalam mengadakan penelitian, maka perlu adanya

pembatasan masalah. Selaras dengan judul penelitian ini, peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut :

1. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V semester II di SD Negeri

Kraton 02 dan 05 Kota Tegal.

2. Karakteristik yang akan diteliti adalah hasil belajar IPA materi daur air

siswa kelas V.

3. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan metode snowball throwing

dengan metode kerja kelompok dalam mempengaruhi hasil belajar siswa

(28)

D.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat

pembelajaran dengan metode snowball throwing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode kerja kelompok pada materi daur air?

2. Apakah pembelajaran dengan metode snowball throwing lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode kerja kelompok?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah:

a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar dengan

menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan

bagi siswa.

b. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi guru sekolah dasar tentang

pembelajaran dengan metode yang inovatif dan menyenangkan.

c. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan jenjang S1.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara

yang mendapat pembelajaran dengan metode snowball throwing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan metode

(29)

b. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode snowball throwing lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode kerja kelompok.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Manfaat secara praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar materi daur air.

2) Lebih memotivasi dalam kegiatan belajar.

3) Sebagai wahana mengaktualisasikan ekspresi serta kepribadian

yang positif melalui bermain sambil belajar.

b. Bagi Guru

1) Menyediakan alternatif metode pembelajaran yang menunjang

pembelajaran IPA di sekolah dasar.

2) Memacu guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Menghasilkan lulusan siswa yang berkompeten dan kreatif.

2) Memberikan kontribusi yang positif pada sekolah dalam rangka

(30)

2. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Menambah pengetahuan baru tentang metode snowball throwing dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran.

b. Dapat dijadikan masukan bagi penelitin-peneliti lain yang melakukan

(31)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Trimo dan Rusantiningsih (2008)

yang berjudul meningkatkan hasil belajar melalui kolaborasi metode

Quantum Teaching dan Snowball Throwing pada mata pelajaran IPS siswa kelas VI di SD Negeri Anjasmoro Semarang, menyimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching

dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPS materi negara-negara Asia Tenggara.

Dilihat dari rata-rata hasil belajar yang diperoleh mencapai 87,62

dan ketuntasan individual mencapai 90,48% dengan kategori baik sekali.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa

penelitian mengenai komparasi metode snowball throwing dan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar siswa materi daur air di SD Negeri Kraton 02

dan 05 Kota Tegal belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil

penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan

(32)

B.

Tinjauan Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Manusia diciptakan pada dasarnya tidak tahu apa-apa. Ini

dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi

kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (QS:Al

-Nahl: 78). Ayat ini dapat dijadikan landasan bahwa seseorang harus

belajar, sehingga dapat mengetahui sesuatu yang diinginkan.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahasa acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri

dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan

komprehensif. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha

atau berlatih supaya mendapat kepandaian. Dalam implementasinya,

belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan

keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses

perubahan. Perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman.

Beberapa definisi belajar yang dipandang sebagai suatu perubahan

menurut ahli adalah sebagai berikut: W.S. Winkel dalam Veronica

(2005:24), belajar adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

(33)

Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin (2008:13), belajar

memiliki pengertian “memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan informasi atau menemukan”. Sudjana dalam Veronica (2005: 24) menjelaskan bahwa “belajar merupakan proses aktif yang dilakukan

oleh individu untuk mereaksi terhadap suatu rangsangan yang ada melalui

penglihatan, pengamatan, pemahaman, dan berbuat dengan menggunakan

pengalamannya”.

Konsep tentang belajar lebih banyak didefinisikan oleh pakar

psikologi. Gagne dan Berliner dalam Anni (2007: 2) menyatakan bahwa

“belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009:3), belajar adalah “perubahan perilaku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.

Menurut B.F. Skinner dalam Sagala (2010: 14), belajar adalah”

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif”. Jika belajar juga dipahami sebagai suatu tingkah laku

pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,

bila ia tidak belajar responnya menurun.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan

(34)

pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang diperoleh melalui

pengalaman.

2. Teori Belajar

a. Teori belajar Konstruktivitisme

Sumbangan penting teori dari Vygotsky yaitu penekanan pada

hakekat pembelajaran sosiokultur (Isjoni 2010: 39). Inti dari teori

tersebut yaitu menekankan pada interaksi antara aspek internal dan

eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial

pembelajaran.

Menurut Vygotsky dalam Suprijono (2009: 42-43), implikasi

utama dari teori pembelajarannya sebagai berikut:

1) Menghendaki setting kelas berbentuk kooperatif, sehingga siswa dapat saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah jarak tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecah masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan

(35)

b. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

Dua aspek utama yang mendasari keberhasilan cooperative learning menurut Slavin (2010:34) yaitu teori motivasi dan teori kognitif.

1) Teori motivasi

Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif

memfokuskan pada penghargaan atau sruktur tujuan siswa belajar.

Menurut Slavin (2010:34) diidentifikasi ada tiga macam struktur

pencapaian tujuan yaitu:

a) Kooperatif berarti orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain. b) Kompetitif berarti upaya siswa untuk mencapai tujuan

akan menghalangi siswa lain dalam pencapaian tujuan . c) Individualistik berarti upaya siswa untuk mencapai tujuan, tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan pandangan teori motivasi, struktur tujuan

kooperatif menciptakan situasi agar tujuan tiap anggota kelompok

tercapai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi mereka,

anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya yang

dapat membuat pencapaian tujuan belajar, seperti membuat variasi

dalam metode mengajar.

Hal yang dapat membuat kelompok berhasil yaitu

mendorong teman kelompoknya untuk berusaha secara maksimal

antara lain melalui penghargaan kelompok. Dengan kata lain,

(36)

kelompok dapat menciptakan struktur penghargaan antar

perorangan, sehingga anggota kelompok akan saling memberi

penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya pengerjaan

tugas teman sekelompoknya.

2) Teori Kognitif

Teori ini di kemukakan oleh Vygotsky untuk mengukur

efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu. Teori ini

dikelompokkan dalam dua kategori:

a). Teori Pembangunan

Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi

diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai

meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep yang kritik.

Vygotsky dalam Slavin (2010:36) mendefinisikan zone of proximal development sebagai jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai

kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang

dewasa atau melaui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih

mampu.

b). Teori Elaborasi Kognitif

Teori ini memiliki pandangan yang berbeda. Penelitian dalam

psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi

dapat disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi

(37)

dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu

materi. Sebagai contoh membuat ikhtisar dari suatu kuliah

merupakan kegiatan yang lebih baik dari pada sekedar membuat

catatan, karena membuat ikhtisar menghendaki siswa

mereorganisasi dan memilih materi yang penting. Salah satu

elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi

itu pada orang lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum menurut Baharuddin (2010:19) dan Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori,

yaitu faktor internal (intern) dan faktor eksternal (extern).

a. Faktor Intern

1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.

b) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa

yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hali ini terjadi,

(38)

2) Faktor Psikologis a) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi

besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika

bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka

timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

d) Bakat

Menurut Slavin dalam Baharudin (2010:25) mendefinisikan

bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seoarang siswa

(39)

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

e) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin

dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang

dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau

padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

berhubungan atau menunjang belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap

untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti

anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu

di perlukan belajar dan pelatihan-pelatihan.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi repon atau

bereaksi. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar,

karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka

(40)

b. Faktor-Faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya

terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto

Wirowidjojo dalam Slameto (2010:61) bahwa: “keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”.

b) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga terpenting adalah relasi orang

tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya

atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar

anak. Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak, perlu

diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.

c) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau

kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak

berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang

penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Agar anak

dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang

tenang dan tenteram karena hal tersebut anak dapat belajar dengan

(41)

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi

kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan

kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar.

e) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus

dilalui dalam mengajar. Metode mengajar mempengaruhi belajar

anak. Metode mengajar guru yang kurang baik dan tidak tepat akan

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula .

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan

bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi

(42)

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antar guru dengan siswa. Proses

tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu

sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan

gurunya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,

menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar

dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

e) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan belajar siswa, karena

alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai

pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.

f) Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam

hal ini perlu bimbingan guru. Dengan cara belajar yang tepat akan

efektif pula hasil belajar yang diperoleh siswa.

3) Faktor Masyarakat

a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Namun perlu juga membatasi

(43)

b) Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat

masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Agar siswa dapat

belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki

teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan serta

pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

c) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Kondisi masyarakat yang memiliki

masyarakat terpelajar memberikan pengaruh positif terhadap siswa

sehingga dapat belajar dengan baik.

C.

Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Ada beberapa karakteristik anak diusia sekolah dasar menurut

Kurniawan (2007) yang perlu diketahui para guru, agar lebih memahami

keadaan siswa khususnya ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat

menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya.

Karakteristik pertama anak sekolah dasar adalah senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan

pendidikan yang bermuatan permainan. Guru hendaknya mengembangkan

metode pembelajaran yang serius tetapi santai.

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat

(44)

paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang

metode pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.

Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan

anak sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia sekolah dasar adalah anak

senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok

sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi,

seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan,

belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar menerima

tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),

mempelajari olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang

metode pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar

dalam kelompok.

Karakteristik yang keempat anak sekolah dasar adalah senang

merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau

dari teori perkembangan kognitif, anak sekolah dasar memasuki tahap

operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar

menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.

Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang

angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, moral, dan sebagainya. Bagi anak

sekolah dasar, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami

jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi

(45)

Anak usia sekolah dasar ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang

besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam

kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan

kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik; dan (3) kepercayaan mental

untuk memasuki dunia konsep, logika, dan simbolis serta komunikasi orang

dewasa.

D.

IPA di Sekolah Dasar

Secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Darmodjo 2009: 14).

Pembelajaran IPA di sekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Adanya

IPA yang diajarkan di Sekolah Dasar memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan intelektual siswa yang objektif dan rasional. Selain itu IPA

diperlukan di Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk

tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.

Dalam pembelajaran IPA seoarang guru dituntut untuk dapat

(46)

sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis

digunakan.

Dilihat dari sisi atau cakupan materi, IPA termasuk mata pelajaran

yang relatif sarat dengan materi. Secara keseluruhan materi IPA di sekolah

dasar mencakup (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia,

hewan, dan tumbuhan serta interaksinya, (2) materi, sifat-sifat dan

kegunaanya meliputi udara, air, tanah, dan batuan, (3) listrik dan magnet,

energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya,

bumi dan benda-benda lainnya, (4) kesehatan, makanan, penyakit dan

pencegahannya, (5) sumber daya alam, pemeliharaan dan pelestariannya.

E.

Materi Daur Air di Sekolah Dasar

Salah satu materi IPA yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar kelas

V adalah daur air. Dalam materi daur ini siswa diajak untuk mempelajari

bagaimana proses atau siklus daur air. Menurut Sarjan (2004: 133) “ daur air

atau siklus air yaitu rangkaian perubahan air, baik ditinjau dari posisi

geografisnya maupun dari wujud fisisnya”. Proses daur air ini diawali dari

pemanasan oleh sinar matahari, akibat pemanasan tersebut air berubah

menjadi uap. Uap air akan bergerak ke atas, semakin ke atas suhu udara

semakin rendah hingga uap air mengalami kondensasi (pengembunan).

Akibat proses pengembunan, uap air berubah menjadi air dan dan jatuh

sebagai hujan. Air hujan yang sampai ke permukaan bumi sebagian meresap

(47)

F.

Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong

dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius (Lie 2010: 28). Berlawanan dengan toeri Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia

adalah makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode Pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pelajaran.

Metode kerja kelompok sering disebut juga metode pembelajaran

kooperatif (cooperatif learning), dimana menurut Djahri K dalam Isjoni (2010: 19) “menyebutkan cooperatif learning menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang sentris, humanistik dan demokratis yang

disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajar”. Metode kerja kelompok dapat dirumuskan sebagai pembelajaran kelompok yang

terarah, terpadu, efektif, efisien, kearah mencari atau mengkaji sesuatu

(48)

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaraan kooperatif menurut

Lungdren dalam Isjoni (2010:13) sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung kawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. f. Setiap siswa diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok.

3. Unsur Pengelola Pembelajaran Kooperatif

Menurut Asma (2006:105) dalam pengelolaan pembelajaran

kooperatif terdapat lima unsur penting, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perorangan c. Tatap muka

(49)

G.

Pembelajaran Metode

Snowball Throwing

Menurut Saminanto (2010:37) “Metode pembelajaran snowball throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari

siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan

menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok .

Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode

pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada

siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab

pertanyaannya. Metode ini memilki kelebihan diantaranya ada unsur

permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian siswa.

Langkah-langkah pembelajaran metode snowball throwing

Menurut Suprijono (2009:128) dan Saminanto (2010:37),

langkah-langkah pembelajaran metode snowball throwing adalah:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.

2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

(50)

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi

8. Penutup

H.

Pembelajaran Metode Kerja Kelompok

Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam

suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil

maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas

prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang

dimaksud oleh pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini,

antara lain :

1. Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pembagian

tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang

sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.

2. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran di

mana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau

grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara

bersama-sama dan bergotong-royong.

Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian di

mana siswa dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan

tersendiri, untuk mencari satu tujuan pelajaran yang dilakukan dengan

gotong royong. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi

(51)

dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi

atas kelompok kecil atau sub-sub kelompok.

Jadi metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa

individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya terdapat hubungan

timbal batik (kerja sama) antara individu berarti saling mempercayai.

Sebagai metode, kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. Di dalam praktek ada banyak jenis kerja kelompok yang dapat dilaksanakan yang kesemuanya bergantun pada beberapa faktor, misalnya pada tujuan khusus yang ingin dicapai, umur dan kemampuan siswa (Sagala 2010:216).

Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok:

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan

metode kerja kelompok, yaitu :

1. Menentukan kelompok :

Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara

bersama-sama antara guru dan murid. Menurut Asrofudin (2010)

aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu :

a. Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.

b. Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.

(52)

2. Memberi tugas-tugas kepada kelompok :

Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pada

kelompok masing-masing dan guru juga memberikan

petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.

3. Memberikan tes individu

(53)

I.

Perbandingan Metode

Snowball Throwing

Dengan Metode

Kerja Kelompok

Perbandingan proses belajar metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Perbandingan metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok

Metode

Snowball Throwing Langkah

Metode Kerja Kelompok -Pemberian materi oleh

guru Persiapan

-Pembentukan kelompok -Pemberian materi dan

tugas -Pembentukan kelompok

-Ketua kelompok men-jelaskan materi (tutor sebaya)

-Membuat pertanyaan dan menjawabnya.

-Pertanyaan dibuat seperti bola kemudian dilem- parkan ke siswa lain. -Suasana menyenangkan

Kerja Tim

- Satu kelompok mem- pelajari materi

- Mengerjakan tugas

-Mendapat skor individu -Mendapat skor

ke-lompok

Evaluasi

- Mendapat skor individu - Mendapat skor

ke-lompok -Penghargaan Kelompok

[image:53.595.135.507.212.677.2]
(54)

I.

Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajar, yang wujudnya berupa

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Lie (2007:5) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar”. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar dalam hal ini

adalah siswa.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang

dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia,

kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan

sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi,

minat dan kebiasaan belajar.

2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non

(55)

3. Ranah Hasil Belajar

Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil

belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa,

guru dituntut untuk memadukan domain kognitif, afektif, dan psikomotor

secara proporsional. Menurut Gagne dan Briggs dalam Anni (2007:12)

membagi lima hasil belajar, yakni:

a. Kemahiran Intelektual b. Strategi kognitif c. Informasi verbal d. Kemahiran motorik e. Sikap

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sagala (2010:32)

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga kawasan (domain) yakni

domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Domain kognitif berkenan dengan kemampuan intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Domain afektif berkenan dengan

sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni kesadaran, partisipasi,

penghayatan nilai,pengorganisasi nilai, dan karakterisasi diri. Domain

psikomotori berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek domain psikomotor, yakni gerakan reflek,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

(56)

J.

Kerangka Berfikir

Sekolah merupakan salah satu tempat bagi siswa untuk

mengembangkan kemampuanya dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat

yang ada di sekolah. Dengan guru, siswa dan warga sekolah yang lain siswa

belajar untuk mengembangkan keterampilan komunikasi. Karena hal ini

sangat penting bagi siswa sebagai bekal hidup bermasyarakat.

Pembelajaran yang dirancang dalam rangka mengembangkan

kebersamaan dan kerjasama siswa dalam perilaku sosial dapat ditempuh

melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM)

menduduki posisi yang sangat penting. Hal ini terbukti bahwa pemilihan

metode pembelajaran yang baik, tepat dan bervariasi memberikan kontribusi

yang besar terhadap hasil belajar siswa. Selain itu proses belajar mengajar

dapat dikatakan sulit mencapai hasil belajar manakala seorang guru tidak

menggunakan metode yang tepat sesuai karaktersitik masing-masing mata

pelajaran.

Metode yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar tentunya

harus membuat siswa merasa senang ketika mengikuti pembelajaran. Bukan

hanya sekedar menerima informasi yang diberikan guru. Tetapi memberikan

kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain seperti kegiatan

(57)

Dalam cooperatif learning terdapat beberapa metode diantarnya metode snowball throwing dan metode kerja kelompok. Melalui komparasi metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok akan diketahui perbedaan dan metode mana yang lebih baik dilihat dari nilai hasil belajar

siswa dari masing-masing metode, yang bertujuan untuk meningkatkan

kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna yang bermuara pada

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran tersebut digunakan

ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut:

Bagan 1 Kerangka berfikir

Siswa

Metode Pembelajaran

Metode

Snowball Throwing

Metode Kerja Kelompok

Hasil Belajar Metode

Snowball Throwing

Hasil Belajar Metode Kerja Kelompok

Dibandingkan

(58)

K.

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memperoleh

pembelajaran metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok materi daur air.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memperoleh

(59)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penentuan Objek Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di komplek Sekolah

Dasar Negeri kraton kota Tegal yaitu SD Negeri Kraton 02 dan SD

Negeri Kraton 05 tahun ajaran 2010/2011. Dasar pemilihan populasi ini

adalah bahwa kedua sekolah dasar tersebut memiliki tingkat homogenitas

yang sama dilihat dari nilai akreditas yaitu terakreditas B.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk sumber

data ( Sukardi, 2008: 54), sebagai wakil dari populasi maka sampel harus

benar-benar dapat diwakili. Dalam pemilhan sampel salah satu syarat yang

harus dipenuhi diantaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari bagian

populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam hal ini adalah populasi

akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang dapat ditemui dilapangan dan

(60)

Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang

reprensentatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau

mencerminkan populasi secara maksimal tetapi mewakili sampel bukan

merupakan duplikat dari populasi (Narbuko dan Abu Achmadi 2008: 107).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampling jenuh.

Artinya bahwa penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel.

Untuk sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri

Kraton 02 yang berjumlah 20 siswa dan SD Negeri Kraton 05 kota Tegal

yang berjumlah 32 siswa. Jadi jumlah seluruhnya adalah 52 siswa.

B.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memberikan

perlakuan yang berbeda pada dua kelompok atau kelas eksperimen. Kelas

eksperimen-1 diberi perlakuan metode snowball throwing. Kelas eksperimen- 2 diberi perlakuan metode kerja kelompok. Kerangka desain penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Grup Variabel Bebas Variabel Terikat

Eksperimen 1 X 1 O1

Eksperimen 2 X 2 O2

Keterangan :

(61)

(manipulasi variabel perlakuan metode snowball throwing). X2 : Eksperimen- 2

(manipulasi variabel perlakuan metode kerja kelompok).

O : Tes hasil belajar

(Sukardi 2008: 174)

C.

Variabel Penelitian

1.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1 Perbandingan metode snowball throwing dengan metode kerja
Tabel 2 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu semua orang yang berdiam dalam suatu negara atau menjadi penghuni negara yang tunduk pada kekuasaan negara yang

[r]

Code 12: Estimated by drawing a circle – correct method but incorrect answer or incomplete answer.. Code 13: Estimated by adding areas of several regular geometric figures – correct

Database active ditrectory pada domain baru di windows 2003 saja telah menggunakan sekitar 25 MB, dan tentu saja akan lebih besar lagi jika anda telah menambahkan user

Agus salim no. Paket PBD-039) Kegiatan Peningkatan Operasi dan pemeliharaan prasarana dan Sarana Persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyuwangi tersebut dinyatakan

Pendebetan atau pembebanan rekening Pemberi Kuasa pada butir 1 di atas dilakukan pada tanggal dan untuk jumlah sebagaimana tercantum dalam data tagihan pembayaran Premi

Hak-hak asasi manusia pada generasinya yang pertama sepanjang belahan pertama abad 19 memang mula-mula dikonsepkan untuk lebih menonjolkan hak-hak manusia individual yang lelaki

Data-data sekunder yang digunakan da- lam penyusunan model ini didapat dari hasil penelitan tersebut yang didisain untuk mendapat- kan komposisi isotop keadaan steady state dari