PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP
MOTIVASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(STUDI PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Oleh : ABDUL RAHMAN NIM : 070221002
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP
MOTIVASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(STUDI PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Oleh : ABDUL RAHMAN NIM : 070221002
KETUA DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Dr. Pendastaren Tarigan, S.H., M.S. NIP : 195409121984031001
Pembimbing I
Dr. Pendastaren Tarigan, S.H., M.S. NIP : 195409121984031001
Pembimbing II
ABSTRAK
Dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil jo Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 jo.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola
Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional R.I.
diatur tentang ketentuan prosedur kenaikan pangkat pada Kantor Pertanahan Kota
Medan.
Motivasi kerja merupakan hal yang mempengaruhi hasil kerja seorang
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Medan. Motivasi
merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi seorang Pegawai
Negeri Sipil secara individu maupun Pimpinan dalam hal ini Kepala Kantor
Pertanahan Kota Medan agar dapat menggerakkan para Pegawai Negeri Sipil
Kantor Pertanahan Kota Medan senantiasa mau mengerahkan kemapuan
terbaiknya untuk kepentingan Kantor.
Motivasi Pegawai Negeri Sipil dalam bekerja adalah adanya gaji kemudian
dikuti dengan kenaikan pangkat serta jabatan. Hal-hal tersebut selalu didambakan
Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan
DAFTAR ISI
E. Keaslian Penulisan ……….……….
F. Metode Penulisan ……….…………..…….
G. Sistematika Penulisan ……...……….……….
BAB II. PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR PERTANAHAN
KOTA MEDAN ..………...………
A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ……….…
B. Sejarah Berdirinya Kantor Pertanahan Kota Medan …...…
BAB IV. PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP
MOTIVASI KERJA PNS DI KANTOR PERTANAHAN
KOTA MEDAN ………...
A. Dasar Hukum Kenaikan Pangkat PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan ...….…
B. Syarat dan Prosedur Kenaikan Pangkat PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan ...….…
C. Pengaruh Kenaikan Pangkat Terhadap Motivasi Kerja PNS
Kantor Pertanahan Kota Medan …...…
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….………...
A. Kesimpulan ...….…
B. Saran …...…
Daftar Pustaka ………..
Daftar Pertanyaan ………..……….. 67
67
68
79
84
84
85
ABSTRAK
Dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil jo Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 jo.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola
Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional R.I.
diatur tentang ketentuan prosedur kenaikan pangkat pada Kantor Pertanahan Kota
Medan.
Motivasi kerja merupakan hal yang mempengaruhi hasil kerja seorang
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Medan. Motivasi
merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi seorang Pegawai
Negeri Sipil secara individu maupun Pimpinan dalam hal ini Kepala Kantor
Pertanahan Kota Medan agar dapat menggerakkan para Pegawai Negeri Sipil
Kantor Pertanahan Kota Medan senantiasa mau mengerahkan kemapuan
terbaiknya untuk kepentingan Kantor.
Motivasi Pegawai Negeri Sipil dalam bekerja adalah adanya gaji kemudian
dikuti dengan kenaikan pangkat serta jabatan. Hal-hal tersebut selalu didambakan
Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pegawai Negeri adalah pekerja d
pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga
dikategorikan sebagai pegawai negeri.1)
Seperti halnya di Inggris dan Perancis, pegawai negeri di Indonesia adalah sistem
karir. Mereka dipilih dalam ujian seleksi tertentu, medapatkan gaji dan tunjangan
khusus, serta memperoleh pensiun. 2)
Namun demikian, terdapat jabatan-jabatan tertentu yang tidak diduduki oleh
pegawai negeri, misalnya:
a.
melalui pemilu
b.
karena dipilih langsung oleh warga setempat. 3)
Berdasarkan kenyataan dan pengalaman sejarah ternyata bahwa
kedudukan dan peranan Pegawai pada setiap negara adalah sangat penting dan
menentukan, karena Pegawai adalah unsur aparatur negara dan aparatur pelaksana
pemerintah dalam mencapai tujuan nasional suatu negara. 4)
Di Indonesia Pegawai Negeri Sipil mempunyai kedudukan dan peranan
yang sangat penting dan menentukan serta merupakan penyelenggara tugas-tugas
pemerintah dan pembangunan. 5)
Dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu negara diperlukan
kelancaran penyelenggara pemerintah seperti yang diatur dalam alenia ke 5
Penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian yaitu : 6)
Dalam rangka usaha mencapai tujuan Nasional sebagai tersebut diatas diperlukan
adanya Pegawai Negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu padu,
bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna, berhasil guna, bersih, berkualitas
tinggi, dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi
Negara, dan Abdi Masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil terdiri atas : 7)
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya dibebankan
pada
kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, instansi vertikal di
daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan.
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS yang bekerja di
atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Kabupaten/Kota.
_______________________
6)
http://www.bkn.go.id
7)
Baik PNS Pusat maupun PNS Daerah dapat diperbantukan di luar instansi
induknya. Jika demikian, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima
pembantuan. Di samping PNS, pejabat yang berwenang dapat mengangkat
Pegawai Tidak Tetap (PTT) atau disebut pula honorer; yaitu pegawai yang
diangkat untuk jangka waktu tertentu untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan yang bersifat teknis dan profesional sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan organisasi. PTT tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri. 8)
Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karir, yakni jabatan dalam
lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karir dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang
terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh jabatan
struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala
Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah
adalah:
bidang, kepala seksi,
2. Jabatan Fungsional, yaitu jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam
struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh
organisasi, misalnya:
9)
8)
http://id.wikipedia.org/wiki/html
9)
Salah satu motiv yang erat hubungannya dengan motivasi pegawai negeri
dalam bekerja adalah adanya gaji dan pangkat kepegawaian. Selain itu seorang
pegawai selalu mendambakan jabatan, dan kekuasaan yang memadai sesuai
dengan kemampuannya. Berikut ini penjelasan pengertian dari gaji, pangkat,
jabatan dan kekuasaan yaitu merupakan hal yang mempengaruhi motivasi kerja
pegawai negeri 10) ;
Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri
yang bersangkutan.
System penggajian dapat digolongkan dalam 3 (tiga) system, yaitu :
a. System skala tunggal : System penggajian yang memberikan gaji yang sama
kepada pegawai negeri yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab
pekerjaannya ;
b. System skala ganda : System penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan
saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang
dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawabnya
pekerjaannya ; 11)
10)
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta : Bina Aksara, hal 176.
11)
c. System skala gabungan : Gaji pokok ditentukan sama bagi Pegawai Negeri
yang berpangkat sama, disamping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai
Negeri yang memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang lebih
tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan
perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus ; 12)
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat kedudukan seseorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan
kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian ; 13)
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara.
Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan adalah Jabatan Karier ; 14)
Kekuasan secara lebih lengkap dapat ditinjau dari sudut politik karena hal ini
sudah berhubungan dengan kepentingan tertentu, beberapa pengertian lain dari
kekuasaan yang diungkapkan para ahli politik, sebagaimana diinventarisir oleh
Budiardjo (1994 : 92-94) antara lain sebagai berikut :
a. Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam hubungan sosial, melaksanakan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar kemauan
ini (Max Weber, Wirtschaft und Gesselschaft, 1992) ; 15)
12)
Ibid.
13) Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di
Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, hal 40.
14)
Ibid.
15)
b. Kekuasaan adalah kemungkinan untuk membatasi alternatif bertindak dari
seseorang atau suatu kelompok sesuai dengan tujuan dari pihak pertama
(van Doorn, Sociologische Begrippen en Problemen rond het Verschijnsel
Macht, 1957) ;
c. Kekuasaan adalah kemampuan dari pelaku untuk menetapkan secara mutlak
atau mengubah (seluruhnya atau sebagian) alternatif-alternatif bertindak atau
memilih, yang tersedia bagi pelaku-pelaku lain (Mokken, Power and Influence
as Political Phenomena, 1976) ;
d. Kekuasaan adalah kemampuan untuk menyebabkan kesatuan kesatuan dalam
suatu sistem organisasi kolektif melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
mengikat. Kewajiban dianggap sah sejauh menyangkut tujuan-tujuan kolektif,
dan jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negative
dianggap wajar terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu (Talcott
Parsons, The Distribution of Power in America Society, 1957). 16)
16)
Dalam melaksanakan dan menyelenggarakan tugas pemerintah diperlukan
adanya pegawai negeri yang baik dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi.
Dalam Hukum Aministrasi Negara hal yang berhubungan dengan motivasi
khususnya motivasi kerja pegawai negeri mendapatkan perhatian yang besar,
sebab pegawai negeri sebagai penyelenggara negara mempunyai peranan yang
sangat menentukan dalam penyelenggaraan Negara untuk mencapai cita-cita
perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik (AUPB) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.
28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 17)
Untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu menjalankan
fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab, perlu
diletakkan asas-asas penyelenggaraan Negara. 18)
17) Bintoro Tjokroamidjojo, 2004, Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, hal 38.
18)
Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 19)
Penyelenggara Negara meliputi:
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;
3. Menteri;
4. Gubernur;
5. Hakim;
6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku; dan
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 20)
Yang dimaksud dengan “pejabat lain yang memiliki fungsi strategis” adalah
pejabat yang tugas dan wewenangnya didalam melakukan penyelenggaraan
negara rawan terhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang meliputi:
1. Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; 21)
19) Ibid, hal 49.
20)
Ibid, hal 50.
21)
2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional;
3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;
4. Pejabat Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Jaksa;
6. Penyidik;
7. Panitera Pengadilan; dan
8. Pemimpin dan bendaharawan proyek.
Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum, yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum”
adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yang dimaksud dengan “Asas Tertib
Penyelenggaraan Negara” adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara ;
3. Asas Kepentingan Umum, yang dimaksud dengan “Asas Kepentingan Umum”
adalah yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif dan selektif ; 22)
22)
4. Asas Keterbukaan, yang dimaksud dengan “Asas Keterbukaan” adalah asas
yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara ;
5. Asas Proporsionalitas, yang dimaksud dengan “Asas Proporsionalitas” adalah
asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara negara ;
6. Asas Profesionalitas, yang dimaksud dengan “Asas Profesionalitas” adalah asas
yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku ; dan
7. Asas Akuntabilitas, Yang dimaksud dengan “Asas Akuntabilitas” adalah asas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 23)
23)
Menurut Penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian alenia ke 10 disebutkan “pembinaan Pegawai Negeri Sipil
perlu diatur secara menyeluruh, yaitu dengan pengaturan pembinaan yang
seragam bagi segenap Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat
maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah, atau dengan perkataan lain, peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dengan
sendirinya berlaku pula bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah, kecuali ditentukan lain
dalam peraturan perundang-undangan. Dengan adanya keseragaman pembinaan
sebagai tersebut di atas, maka disamping memudahkan penyelenggaraan
pembinaan, dapat pula diselenggarakan keseragaman perlakuan dan jaminan
kepastian hukum bagi segenap Pegawai Negeri Sipil.”
Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
alenia ke 2 disebutkan “kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil berada
pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
Sesuai dengan Pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden.
Untuk kelancaran pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan sebagian
wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang diatur lebih
Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diberikan kewenangan pembinaan karier
Pegawai Negeri Sipil Daerah secara berjenjang khususnya pembinaan karier
kenaikan pangkatnya. Dengan demikian tetap terdapat hubungan yang sinergi
antara Pemerintah dengan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota.
Pada prinsipnya pembinaan kenaikan pangkat dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian instansi induk. Namun demikian, dalam hal terdapat Pegawai
Negeri Sipil yang diperbantukan di luar instansi induknya, maka gajinya
dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan dan pembinaan kenaikan
pangkatnya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi yang
menerima perbantuan. Sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di
luar instansi induknya, maka gajinya tetap menjadi beban instansi induknya dan
pembinaan kenaikan pangkatnya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
instansi induknya. 24)
Disamping pengangkatan menurut ketentuan-ketentuan pokok tersebut
diatas, maka segala hal mengenai urusan pegawai seperti pemberian gaji,
kenaikan gaji, kenaikan pangkat, pemberhentian dan sebagainya, diselenggarakan
oleh para menteri untuk tiap-tiap pegawai yang bekerja pada departemennya
masing-masing atau oleh pejabat yang diserahi kekuasaan oleh menteri. Untuk itu
maka tiap-tiap departemen dibentuk suatu Bagian Urusan Pegawai, yang harus
merencanakan, menyiapkan dan sebagainya segala sesuatu mengenai pegawai. 25)
24)
Pustaka Yustisia, 2006, Kumpulan Peraturan Tentang Penerimaan Pegawai Negeri
Penyelenggaraan, pengangkatan, penggajian dan pemberhentian dari
pegawai harus dijalankan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah dan yang mempunyai maksud untuk berlaku seragam bagi semua
pegawai negeri. Sebagaimana kaedah-kaedah hukum lainnya, maka semua
hubungan hukum tersebut apabila terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan
kaedah-kaedah hukum tersebut akan diberi sanksi oleh pemerintah melalui
aparaturnya. Karena kedaulatan Indonesia sebagai negara hukum, maka seluruh
pegawai negeri sebagai subjek hukum harus tunduk kepada hukum. 26)
Sampai saat ini masih banyak masyarakat belum mengetahui dan
memahami tentang kedudukan dan wewenang dari pemerintah.
Dalam ketatanegaraan dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan tentang pemerintahan,
dan ketika menganalisis lebih jauh tentang pemerintah, terlebih dahulu
menganalisis tentang pemerintahan dalam perspektif Hukum Administrasi
Negara. Istilah “Hukum Administrasi Negara” dikenal dalam berbagai lietratur
dengan sebutan “Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Pemerintahan,
Administratief recht, Bestuursrecht (Belanda), Administrative Law (Inggris), dan
Droit Administratief (Perancis). Kesemua istilah memberikan makna sebagai
“Seperangkat aturan hukum yang menyangkut hubungan hukum antara
pemerintah dengan rakyat (individu/badan hukum perdata) berkenaan dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan. 27)
26)
Pustaka Yustisia, Op. cit, hal 10.
27)
Istilah administrasi negara dalam Ilmu Administrasi Negara dengan Hukum
Administrasi Negara berbeda, Administrasi Negara dalam Ilmu Administrasi
Negara mencakup semua kekuasaan Negara. 28)
Administrasi Negara dalam Hukum Administrasi Negara hanya dalam lapangan
bestuur (pemerintahan dalam arti sempit) atau di luar kekuasaan pembentukan UU
(legislatif) dan kekuasaan peradilan (rechtspraak). 29)
E. Utrecht mengetengahkan “Hukum Administrasi Negara (hukum pemerintahan)
menguji hubungan istimewa yang diadakan sehingga memungkinkan para pejabat
(ambtsdrager) administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus. 30)
Pengertian Hukum Administrasi Negara (HAN) tidak identik dengan pengertian
“hukum yang mengatur pekerjaan administrasi Negara” akan tetapi dirumuskan
pengertian lapangan administrasi negara dengan merujuk teori Trias Politika
Montesqieu “Gabungan jabatan-jabatan (complex van ambten van Vollenhoven)”,
memberikan ciri Hukum Administrasi Negara (HAN). 31)
”Untuk sebagian Hukum Administrasi Negara merupakan pembatasan terhadap
kebebasan pemerintah, jadi merupakan jaminan bagi mereka yang harus taat
kepada pemerintah” akan tetapi untuk sebagian besar hukum administrasi
mengandung arti pula bahwa mereka yang harus taat kepada pemerintah menjadi
dibebani pelbagai kewajiban yang tegas bagaimana dan sampai dimana batasnya
dan berhubungan dengan itu berarti juga bahwa wewenang pemerintah menjadi
luas dan tegas. 32)
28) Ibid. 29) Ibid. 30)
Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 24.
Selanjutnya Istilah “Pemerintahan” yang digunakan Hukum Administrasi
Negara (HAN) menunjukkan pada arti pemerintahan dalam arti sempit, yakni di
luar kekuasaan pembentukan peraturan perundang-undangan dan kekuasaan
peradilan. “Pemerintah” menunjuk kepada subjek yang melaksanakan urusan
pemerintahan dalam makna “jabatan”, seperti Presiden, Wakil Presiden, Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota dan jabatan struktural lainnya. 33)
Susunan dan pemerintahan tersebut dapat dibedakan atas dua susunan
pemerintahan yakni :
A. Susunan pemerintahan secara vertikal terdiri dari :
a. Presiden/Wakil Presiden
adalah
kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di
Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh
melaksanakan tugas-tugas
Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
Wakil Presiden adalah jabatan pemerintahan yang berada satu tingkat lebih
rendah daripad
akan mengambil alih jabatan presiden bila ia berhalangan sementara atau
tetap. 34)
33)
http://fhuk.unand.ac.id/handout/han.pps
34)
Di
langsung oleh warga negara dan merupakan satu paket dengan presiden.
Dalam sistem pemilihan umum lain, jabatan wakil presiden dapat juga
diserahkan pada kandidat yang memperoleh suara kedua terbanyak, atau
ditunjuk langsung oleh presiden.
Wakil Presiden umumnya ditetapkan oleh konstitusi oleh suatu negara
untuk mendampingi sang presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas
kenegaraan di negara lain atau jika presiden menyerahkan jabatan
kepresidenan baik pengunduran diri atau halangan dalam menjalankan
tugas seperti misalnya mengalami kematian saat menjabat presiden.
b. Menteri
diatur dalam
Negara. Kementerian terdiri atas:
1. Departemen, dipimpin oleh seorang
2. Kementerian negara, dipimpin oleh seorang
3. Kementerian koordinasi, dikepalai oleh seoran
diatur dalam
Negara. 35)
35)
Kementerian terdiri atas:
1. Departemen, dipimpin oleh seorang
2. Kementerian negara, dipimpin oleh seorang
3. Kementerian koordinasi, dikepalai oleh seoran
c. Gubernur
Gubernur, dalam konteks
daerah untuk daerah
dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersam
secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat; sehingga dalam hal ini
gubernur bertanggung jawab kepada
Selain sebagai kepala daerah, gubernur juga berkedudukan sebagai wakil
pemerintah di wilayah provinsi yang bersangkutan; sehingga dalam hal ini,
gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Gubernur bukanlah atasan
mengkoordinasi penyelenggaraan pemerintahan daera
Kata "gubernur" bisa berasal dar
Belanda ini mirip dengan bentuk
adalah "pemimpin", "penguasa", atau "yang memerintah".
Gubernur bukan merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat,
namun merupakan pemimpin independen dari propinsi yang dipilih
PILKADA. Gubernur memiliki tanggung jawab langsung kepada Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) propinsi. 36)
d. Bupati/Walikota
Bupati (dari
Otonomi Daerah di Indonesia adalah Kepala Daerah untuk daerah
untuk daerah Kota. Pada dasarnya, Bupati memiliki tugas dan wewenang
memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD Kabupaten. Bupati dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat di Kabupaten setempat. Bupati merupakan
jabatan politis (karena diusulkan oleh partai politik), dan bukan Pegawai
Negeri Sipil.
Sebelum tahu
administrasi resmi di masa Hindia Belanda, bupati disebut sebagai regent,
dan terjemahan inilah yang dipakai sebagai padanan bupati sekarang.
Semenjak kemerdekaan, istilah bupati dipakai untuk menggantikan regent
seluruh wilayah Indonesia.
Di Indonesia, Wali Kota adalah Kepala Daerah untuk daerah
Seorang Wali Kota sejajar dengan
daerah Kabupaten. Pada dasarnya, Wali Kota memiliki tugas dan
wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan
36)
yang ditetapkan bersama DPRD Kota. Wali kota dipilih dalam satu paket
pasangan dengan Wakil Wali Kota melalui
jabatan politis, dan buka
B. Susunan pemerintahan secara horizontal terdiri dari :
a. Sesama menteri atau setingkatnya
b. Sesama Lembaga Pemerintah Non Departemen
c. Sesama Lembaga Perangkat Daerah yang se eselon. 37)
Selanjutnya susunan Pemerintah Pusat terdiri dari :
a. Presiden/Wakil Presiden
b. Menteri meliputi : (a) Menteri Koordinator; (b) Menteri yang memimpin
Departemen; (c) Menteri Negara (Non Departemen); (d) Jaksa Agung
(setingkat Menteri).
c. Lembaga Pemerintah Non Departemen
d. Kantor Wilayah Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen. 38)
Sedangkan yang mencakup Lembaga Pemerintah Non Departemen terdiri dari :
a. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
BKN adalah Lembaga Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk
melaksanankan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden
BKN berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden & dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara .
37)
Ibid.
38)
BKN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
manajemen kepegawaian negara sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku . BKN menyelengarakan fungsi sebagai
berikut :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang kepegawaian
&. Penyelengaraaan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan ,pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil
2. Penyekengaraan administrasi kepegawaian pejabat negara dan mantan
pejabat negara
3. Penyelegaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan
mutasi antar propinsi & Penyelengaraan koordinasi penyusunan norma
standar dan prosedur
4. Penyelengaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dibidang kepegawaian kepada instansi pemerintah &
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN
5. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah dibidnag administrasi
kepegawaian .
6. Penyelengaraan pembianaan dan pelayanan administrasi umum
dibidang perencanaan umum ketatausahaan organisasi dan tata laksana
kepegawaian keuangan kearsipan persandian perlengkapan dan rumah
7. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya & .
Perumusan kebijakan dibidangnnya untuk mendukung pembangunan
secara makro .
8. Penetapan sistem informasi dibidangnnya
9. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar propinsi & Perumusan dan
pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang kepegawaian
10.Penyusunan norma standar dan prosedur kepegawaian negara dan
pengendaliannya & Penyusunan program kepegawaian secara nasional
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah .
11.Penyelengaraan administrasi mutasi kepegawaian antar propinsi serta
perumusan standar dan prosedur mengeani perencaan pengangkatan
pemindahan pemberhentian penetapan pensiun gaji tunjangan
kejsejahteraan hak dan kewajiban serta kedudukan hukum PNS
12.Penyelengaraan administrasi kepegawaian secara nasional dan
perencanaan kebijakan dan pemantaun pemanfaatan pendidikan dan
pelatihan struktural
13.Pengawasan dan pengendalian norma standar dan prosedur
kepegawaian. 39)
b. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.
39)
BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Nasional.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN
menyelenggarakan fungsi:
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan
Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi
tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik
pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS),
dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
Pertanahan yang telah ditetapkan.
11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan
Pertanahan. 40)
c. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, disingkat Bappenas, adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional. Jabata
dijabat ole 41)
d. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga
pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian
Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden
Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974.
Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr.
Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance
teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung
pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi
Penerbangan (ATTP) Pertamina.
40)
http://www.bpn.go.id
41)
Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina
No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi
Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan
Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991. 42)
e. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan
dikoordinasikan oleh
Dalam hubungannya dengan konservasi
Pengetahuan Indonesia berwenang untuk memberikan rekomendasi
kepada pemerintah RI tentang penetapan daftar klasifikasi, kuota
penangkapan dan perdagangan termas
introduksi dari
izin perdagangan dan realisasi perdagangan, serta memberikan
rekomendasi kepada pemerintah tentang pembatasan pemberian izin
perdagangan tumbuhan dan satwa liar berdasarkan evaluasi secara
biologis; dan bertindak sebagai pihak yang independen memberikan
rekomendasi terhadap konvensi internasional di bidan
tumbuhan dan satwa liar. 43)
42)
http://www.bppt.go.id
43)
f. Badan Atom Nasional (BATAN)
Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
tenag
saat ini sdh dijabat Dr. Hudi Hastowo
BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2 buah
reaktor 44)
g. Biro Pusat Statistik (BPS)
Badan Pusat Statistik (BPS, dahulu Biro Pusat Statistik), adalah
penyedia dat
masyarakat umum, secara nasional maupun regional.
Setiap sepuluh tahun sekali, BPS menyelenggarakan
samping itu, BPS juga melakukan pengumpulan data, menerbitkan
publikasi statistik nasional maupun daerah, serta melakukan analisis data
statistik yang digunakan dalam pengambilan kebijakan pemerintah.
BPS juga terdapat di setiap
instansi vertikal,
44)
yakni instansi
merupakan bagian dari instansi milik daerah, Tugas lain BPS di daerah
adalah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan statistik regional.
Setiap sepuluh tahun sekali BPS menyelenggarakan:
1. Sensus Penduduk (SP) yaitu pada setiap tahun berakhiran "0" (nol),
2. Sensus Pertanian (ST) pada setiap tahun berakhiran "3" (tiga), dan
3. Sensus Ekonomi (SE) pada setiap tahun berakhiran "6" (enam).
Di samping memiliki kantor pewakilan hingga daerah tingkat II
Mantri Statistik atau saat ini disebut sebagai KSK (Koordinator Statistik
Kecamatan). 45)
Oleh sebab itu konsekuensi dari susunan pemerintahan yang bersifat vertikal,
menimbulkan konsekuensi hubungan hukum adminisrasi berupa pengawasan dan
pengawasan tersebut berupa:
a. Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan kemudian.
Keputusan-keputusan badan-badan yang bertingkat lebih rendah akan
dicabut kemudian apabila bertentangan dengan undang-undang atau
kepentingan umum. Dalam situasi yang menuntut tindakan cepat, dapat
juga diambil tindakan penangguhan keputusan, sebelum dilakukan
pencabutan. 46)
45)
http://www.bps.go.id
46)
b. Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan sebelumnya.
Yang dinamakan pengawasan preventif adalah pengawasan terhadap
keputusan-keputusan dari aparat pemerintah yang lebih rendah yang
dilakukan sebelumnya. Surat-surat keputusan aparat pemerintah yang lebih
rendah umpamanya baru mempunyai kekuatan hukum setelah mendapat
pengesahan. Selain itu dikenal bentuk keputusan dari sebuah badan yang
lebih rendah yang baru dapat diambil jika sebelumnya telah mendapat
surat pernyataan tidak keberatan atau surat kuasa dari badan yang lebih
tinggi. 47)
c. Pengawasan positif, yang termasuk dalam bentuk pengawasan ini adalah
keputusan-keputusan badan-badan yang lebih tinggi untuk memberikan
pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada badan-badan yang lebih rendah.
Kadang-kadang juga dapat terjadi badan-badan yang lebih tinggi,
kadang-kadang memaksa instansi yang lebih rendah untuk kerjasama tertentu. 48)
d. Kewajiban untuk memberitahu, merupakan pengawasan yang lebih ringan
dari bentuk sebelumnya adalah kempulan wewenang badan-badan yang
lebih tinggi untuk memperoleh informasi dari badan-badan yang lebih
rendah, umpamanya pemeriksaan pembukuan, kewajiban memberi
informasi jika diminta dan kewajiban dengan segera melaporkan setelah
mengeluarkan keputusan-keputusan tertentu. 49)
47)
Ibid.
48)
Ibid.
49)
c. Konsultasi dan perundingan, adalah beberapa keputusan baru boleh
diambil oleh badan yang lebih rendah setelah mengadakan perundingan
dengan badan-badan yang lebih tinggi, atau badan-badan lebih tinggi itu
memperoleh kesempatan sebelumnya untuk memberikan nasehat-nasehat
pada badan-badan lebih rendah mengenai suatu persoalan. 50)
f. Hak Banding Administratif, adalah bentuk pengawasan terakhir sebagian
juga terletak pada bidang perlindungan hukum administrasi. Ada kalanya
terhadap keputusan-keputusan badan yang lebih rendah dapat diajukan
banding oleh mereka yang mempunyai hak banding tertentu (seperti warga
negara, pejabat pemerintah dan badan-badan pemerintah lainnya) pada
suatu badan umum yang lebih tinggi. Suatu putusan banding sekaligus
mencakup suatu uji kebijaksanaan oleh badan yang lebih tinggi itu.
Disamping bentuk-bentuk pengawasan yang disebutkan diatas ada juga
alat-alat yang lain yang dapat dipakai oleh badan yang lebih tinggi dalam
memberikan pengarahan kepada badan yang lebih rendah. 51)
Dan konsekuensi Susunan Pemerintahan Horizontal menimbulkan :
a. Hubungan hukum administrasi, berupa koordinasi dan kerjasama, sebagai
umpamanya diantara kotapraja dengan kotapraja, propinsi dengan
propinsi, atau propinsi dengan kotapraja.
50)
Philipus M. Hadjon et al. Op. cit, hal 76.
Kotapraja adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia pada
zaman dahulu untuk wilayah perkotaan. Secara administratif, kotapraja
merupakan
menjadi bagian dari 52) Banyak tugas-tugas
pemerintah hanya dapat dilaksanakan secara memuaskan melalui jalan
kerjasama. Bagi suatu kerjasama diantara para instansi pemerintah
diperoleh berbagai macam jalan.
Jalan yang pertama ialah dengan menandatangani perjanjian yang sifatnya
hukum perdata. Disamping itu dibeberapa negara dapat ditemukan adanya
kemungkinan kerjasama yang sifatnya hukum publik diantara para pejabat
instansi atas dasar suatu undang-undang yang dibuat untuk hal tersebut.
Dengan demikian, di negeri Belanda dikenal aturan-aturan yang berlaku
untuk (masyarakat) umum. Undang-undang ini terdiri dari tiga macam
kerjasama seperti dijelaskan dibawah ini. 53)
b. Bentuk-bentuk kerjasama dapat berupa:
1. Fungsi yang dipusatkan, yaitu dalam rangka kerjasama beberapa
wewenang dari kotapraja-kotapraja yang ikut ambil bagian,
diserahkan/dikuasakan pada salah satu dari yang mengambil bagian,
yaitu suatu kotapraja yang merupakan suatu sentrum (pemusatan) yang
besar. 54)
52)
http://id.wikipedia.org/wiki/html
53)
Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 78
2. Badan/lembaga untuk bersama, merupakan suatu bentuk kerjasama
yang lebih berat ialah mengenai pembentukan suatu badan bersama
tanpa memiliki sifat dari badan hukum. Lembaga ini jadinya hanya
memiliki wewenang untuk melaksanakan wewenang yang sifatnya
hukum publik. 55)
3. Badan hukum untuk bersama, adalah bentuk yang paling maju dalam
bidang kerjasama ialah suatu badan hukum menurut undang-undang
hukum perdata dengan adanya lembaga-lembaga yang bersifat hukum
publik seperti : pengurus umum, pengurus harian dan seorang ketua. 56)
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan judul tulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
gambaran keadaan tentang pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja
pengawai negeri, khususnya bagi pegawai negeri Kantor Pertanahan Kota Medan.
Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan utama dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi dasar hukum kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan
Kota Medan ;
2. Syarat-syarat dan prosedur apa saja yang harus dipenuhi oleh PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan untuk memperoleh kenaikan pangkat ;
55) Ibid. 56)
3. Sejauh mana pengaruh kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan
terhadap motivasi kerja.
C. Tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan dan penelitian skripsi ini
adalah :
1. Untuk mengetahui peraturan perundang undangan tentang PNS dan mengenai
peraturan perundang undangan tentang kenaikan pangkat PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan ;
2. Untuk mengetahui prosedur kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota
Medan ;
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh positif kenaikan pangkat terhadap
motivasi kerja PNS Kantor Pertanahan Kota Medan.
D. Manfaat Penulisan.
Adapun manfaat penulisan dan penelitian skripsi ini adalah :
1. Memperkaya pengetahuan mengenai peraturan perundang undangan tentang
PNS pada umumnya dan secara spesifik memperkaya pengetahuan mengenai
peraturan perundang undangan tentang kenaikan pangkat PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan serta dapat memberikan masukan bagi pengembangan
2. Sebagai parameter untuk mengetahui pengaruh kenaikan pangkat terhadap
motivasi kerja PNS khususnya yang bertugas di BPN dan di Instansi
Pemerintah lain pada umumnya.
E. Keaslian Penulisan.
Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan, penulisan yang berkaitan
dengan Pengaruh Kenaikan Pangkat Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Pertanahan Kota Medan belum pernah ada dilakukan dan bukan
merupakan hasil ciptaan atau penggandaan dari karya tulis orang lain dan sudah
diperbandingkan judulnya dikampus dimana penulis menimba ilmu di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa penulisan ini asli
dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
F. Metode Penulisan.
Adapun metode yang digunakan adalah :
Pengumpulan data meliputi :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
pegawai instansi terkait dalam hal ini pegawai Kantor Pertanahan Kota
Medan melalui kuisioner dan wawancara langsung ;
2. Data skunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari
dokumen-dokumen peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku hukum,
dan artikel-artikel yang berhubungan dengan penulisan dan penelitian
G. Sistematika Penulisan.
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
memahami pembahasan antar bab dalam tulisan skripsi ini maka akan dijelaskan
dalam sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini memuat uraian latar belakang pemilihan judul,
perumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, keaslian penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan ;
Bab II. Dalam bab ini memuat gambaran umum subjek dan objek studi yaitu
uraian tentang PNS berikut pengertiannya dan Kantor Pertanahan Kota
Medan, Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan, Peraturan
Perundang Undangan yang berhubungan dengan Penggolongan
Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;
Bab III. Dalam bab ini memuat pangkat dan golongan PNS Kantor Pertanahan
Kota Medan yang meliputi pengertian kenaikan pangkat PNS,
jenis-jenis kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;
Bab IV. Dalam bab ini menguraikan pengaruh kenaikan pangkat terhadap
motivasi kerja PNS di Kantor Pertanahan Kota Medan yang meliputi
dasar hukum kenaikan pangkat, syarat dan prosedur kenaikan pangkat
dan pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja PNS Kantor
Pertanahan Kota Medan ;
Bab V. Dalam bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari isi bab
BAB II
PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN
A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil.
Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan
masyarakat yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil,
dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur
negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang setia kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Pegawai Negeri yang dimaksud dituntut memiliki kemampuan melaksanakan
tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. 57)
Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut
diatas, diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagai
bagian dari Pegawai Negeri.
Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, dengan
menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan
formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan,
57)
serta pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawai Negeri
Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas
Pegawai Negeri Sipil yang seragam diseluruh Indonesia. Di samping
memudahkan penyelenggaraan menajemen kepegawaian, manajemen yang
seragam dapat pula mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian
hukum bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil. 58)
Salah satu wujud penyelenggaraan menajemen kepegawaian telah diatur
didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
jo. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan : 59)
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Ayat 1).
Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 2 Ayat 1).
58)
Ibid.
59)
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah (Pasal 2 Ayat 2).
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil
yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non-Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan
untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya (Penjelasan Pasal 2 Huruf a).
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau
dipekerjakan di luar instansi induknya (Penjelasan Pasal 2 huruf b).
Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan
layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya (Pasal 7 Ayat 1).
Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraannya (Pasal 7 Ayat 2).
Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud
Mengenai Pangkat Pegawai Negeri, Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan
berdasarkan sistim kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan (Pasal
18 Ayat 1).
Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
berhak atas kenaikan pangkat reguler (Pasal 18 Ayat 2).
Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan atas prestasi kerja
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan (Pasal 18 Ayat 3).
Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja,
kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat obyektip lainnya (Pasal 18
Ayat 4).
Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang
dimaksud dalam ayat (4) pasal ini,harus pula didasarkan atas jabatan yang
dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan (Pasal 18 Ayat 5).
Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih
tinggi secara anumerta (Pasal 18 Ayat 6).
Dalam rangka usaha meningkatkan penghasilan dan motivasi bekerja,
maka dipandang perlu menyempurnakan peraturan gaji Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji Pegawa Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
2007 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1977 yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967
tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia Tahun 1968. 60)
60)
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pangkat adalah
kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian (Pasal1).
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat yang lebih
tinggi dari pangkat lama, diberikan gaji pokok baru berdasarkan pangkat baru
yang segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang
menurut pangkat lama (Pasal 7).
Kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan kenaikan gaji berkala apabila dipenuhi
syarat-syarat :
a. Telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk
kenaikan gaji berkala;
b. Penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurangkurangnya
“cukup” (Pasal 11 Ayat a dan b).
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang menurut daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan menunjukkan nilai “amat baik”, sehingga ia patut dijadikan teladan,
dapat diberikan kenaikan gaji istimewa sebagai penghargaan dengan memajukan
saat kenaikan gaji berkala yang akan datang dan saat-saat kenaikan gaji berkala
selanjutnya dalam pangkat yang dijabatnya pada saat pemberian kenaikan gaji
istimewa itu (Pasal 14 Ayat 1).
Disamping gaji pokok kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan :
a. Tunjangan keluarga;
b. Tunjangan jabatan (Pasal 15 Ayat 1 a dan b).
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawa
Negeri Sipil ini ada beberapa hal yang merupakan perbaikan, yaitu:
1. Perbandingan gaji pokok antara Pegawai Negeri Sipil yang terendah dan
Pegawai Negeri Sipil yang tertinggi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 1967 adalah 1 : 25 (yang terendah Rp. 400,- dan yang tertinggi Rp.
10.000,- sebulan), sedang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil ini perbandingannya adalah
1 : 10 (yang terendah Rp. 12.000,- dan yang tertinggi Rp. 120.000,- sebulan).
Maksud dari ketentuan ini adalah dalam rangka usaha melandaikan perbedaan
penghasilan antara Pegawai Negeri Sipil yang terendah dan yang tertinggi.
2. Perbaikan dititik beratkan pada gaji pokok yaitu dengan memperbesar gaji
pokok. Dengan makin besarnya gaji pokok, maka penghasilan pensiunanpun
akan bertambah besar pula, karena gaji pokok adalah sebagai dasar penentuan
besarnya pension pokok.
3. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 panjangnya skala gaji
adalah 18 (delapan belas) tahun, sedang menurut Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil ini panjangnya
skala gaji tersebut menjadi 24 (dua puluh empat) tahun. Maksud dari
ketentuan ini adalah dalam rangka usaha menjamin kegairahan bekerja, karena
walaupun seorang Pegawai Negeri Sipil telah mencapai masa kerja golongan
18 (delapan belas) tahun dan telah mencapai pangkat tertinggi dalam jabatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan
Gaji Pegawai Negeri Sipil ia masih akan memperoleh kenaikan gaji berkala.
Dengan adanya perbaikan penggajian ini, diharapkan akan dapat mendorong
Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
Tabel : Gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan menurut ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
Pegawa Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007
tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7
B. Sejarah Berdirinya Kantor Pertanahan Kota Medan.
Didalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang
angkasa, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat
penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. 61)
Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat
abadi dan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia. 62)
Tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya perlu
diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya
ditunjukan untuk menciptakan ketertibah hukum, tetapi juga untuk menyelesaikan
masalah , sengketa, dan konflik pertanahan yang timbul. Kebijaksanaan nasional
di bidang pertanahan perlu disusun dengan memperhatikan aspirasi dan peran
serta masyarakat guna dapat memajukan kesejahteraan umum yang ditugaskan
kepada Badan Pertanahan Nasional untuk melaksanakan tugas pemerintah di
bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. 63)
61)
http://www.bpn.go.id
62)
Ibid.
63)
Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan
gambar dan tulisan terdiri dari:
1. Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan
kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan
Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran,
keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.
2. Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan
manusia. Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang
berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang
meliputi tanah, air dan udara.
3. Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis
Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal 33
ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria
4. Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11 (Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan
BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang
berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.
5. Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat dipercaya
dan teguh.
6. Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual
dan kemakmuran.
7. Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta keseimbangan. 64)
Awal berdirinya Badan Pertanahan Nasional dilatar belakangi dengan
adanya masalah yang timbul akibat penggunaan hukum-hukum Belanda yang
masih banyak dipakai dalam mengatur bidang pertanahan. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka dibentuklah suatu badan disebut dengan Kantor
KADASTER (pengukuran) yang masanya sangat singkat, yang kemudian diubah
menjadi Kantor Pendaftaran dan Pengawasan Tanah kemudian diubah lagi
menjadi Kantor Sub Bagian Agraria. 65)
Pada tanggal 21 Januari 1988, Dirjen Agraria mengubah Kantor Sub
Bagian Agraria menjadi Badan Pertanahan Nasional (BPN) berdasarkan
Keputusan Presiden R.I. No. 26 Tahun 1988 Tentang Badan Pertanahan
Visi dan misi Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai berikut :
Visi untuk menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional memiliki misi untuk mengembangkan dan
menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan,
serta pemantapan ketahanan pangan.
2. peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (P4T).
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi
berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak
melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang
terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.
5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan
aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas. 67)
67)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Pertanahan
Nasional menyelenggarakan fungsi atau disebut dengan 11 agenda kebijakan
Badan Pertanahan Nasional, yaitu:
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah
secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam
dan daerah-daerah konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik
pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem
pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
Pertanahan yang telah ditetapkan.
10.Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan
Pertanahan. 68)
68)
Berdasarkan Peraturan Presiden R.I. No. 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasioanal disebutkan : 69)
Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, Badan Pertanahan
Nasional dipimpin oleh Kepala (Pasal 1 Ayat 1 dan 2).
Dalam melaksanakan tugas Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang
pertanahan;
f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-
wilayah khusus;
i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik Negara/daerah
bekerja sama dengan Departemen Keuangan;
j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di
bidang pertanahan;
69)
m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan konflik di bidang
pertanahan;
o. pengkajian dan pengembangan hokum pertanahan;
p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan;
r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang
pertanahan;
t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan
hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Pasal 3)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 4
Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan disebutkan : 70)
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, yang selanjutnya dalam Peraturan ini
disebut Kanwil BPN, adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di
Provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Badan Pertanahan Nasional,
70)
Kanwil BPN dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 1 Ayat 1 dan 2).
Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di
Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kanwil BPN, Kantor Pertanahan
dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 29 Ayat 1 dan 2).
C. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan.
Susunan Organisasi/Struktur Organisasi Kantor Pertanahan khususnya
Kantor Pertanahan Kota Medan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional R.I. No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan disebutkan terdiri
dari : 71)
1. Kantor Pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 29 Ayat 2).
Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. (Pasal 30).
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Kantor
Pertanahan mempunyai fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pertanahan;
b. pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;
c. pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan
pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik,
71)
dan survei potensi tanah;
d. pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan
pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah
tertentu;
e. pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah,
pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah;
f. pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah
terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat;
g. penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan;
h. pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah;
i. pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS);
j. pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat,
pemerintah dan swasta;
k. pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;
l. pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan;
m. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan
prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan. (Pasal 53)
2. Subbagian Tata Usaha; (Pasal 54 huruf a)
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif
evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 55)
Subbagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Urusan Perencanaan dan Keuangan; (Pasal 57 huruf a)
Urusan Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan
penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas
kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi.
(Pasal 58 Ayat1)
b. Urusan Umum dan Kepegawaian; (Pasal 57 huruf b)
Urusan Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat
menyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana,
koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi.
(Pasal 58 Ayat 2)
3. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan; (Pasal 54 huruf b)
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan survei,
pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka
dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi
tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah.
(Pasal 59)
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari:
a. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan; (Pasal 61 huruf a)
Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan