Asystasia intrusa: PENYEBARAN BIJI DAN DOSE RESPONSE
TERHADAP PARAKUAT, GLIFOSAT, DAN CAMPURAN
GLIFOSAT + 2,4 - D
SKRIPSI
ROMALI K. D. SITOHANG 050301021
Asystasia intrusa: PENYEBARAN BIJI DAN DOSE RESPONSE
TERHADAP PARAKUAT, GLIFOSAT, DAN CAMPURAN
GLIFOSAT + 2,4 - D
SKRIPSI
ROMALI K. D. SITOHANG 050301021
BDP – AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Asystasia intrusa : Penyebaran Biji Dan Dose Response Terhadap Parakuat, Glifosat, Dan Campuran Glifosat + 2,4 - D
Nama : Romali K. D. Sitohang NIM : 050301021
Departemen : Budidaya Pertanian Pogam Studi : Agronomi
Disetujui Oleh : Dosen Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Prof. Edison Purba, Ph. D) (Ir. Jasmani Ginting, MP)
Mengetahui : Ketua Departemen
ABSTRAK
ROMALI K. D. SITOHANG: Asystasia intrusa: Penyebaran Biji dan Dose Response Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat dan 2,4 – D. Dibimbing oleh EDISON PURBA dan JASMANI GINTING
Percobaan pot di tempat terbuka di laksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis respon Asystasia intrusa terhadap parakuat, glifosat, dan campuran glifosat dan 2,4 - D dan jarak penyebaran biji dari induk. Percobaan I untuk menentukan dosis respon dilakukan dengan parakuat dan glifosat ditambah campuran glifosat dan 2,4 - D dengan enam taraf dosis dan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Percobaan II untuk menentukan kemampuan jarak biji pecah dari induk dengan tiga taraf jumlah Asystasia intrusa dalam polibeg. Hasil dosis respon menunjukan bahwa herbisida campuran glifosat dan 2,4 – D menyebabkan penekanan pertumbuhan dan kematian tertinggi terhadap Asystasia intrusa dibandingkan parakuat dan glifosat. Penyebaran biji terjauh dari pohon induk mencapai 220 cm. Penyebaran terbanyak 22,54% (1 A. intrusa/polibeg), 21,21% (10 A. intrusa/polibeg), dan 19,89% (20 A. intrusa/polibeg) terdapat pada jarak 61 – 80 cm dari pohon induk.
ABSTRACT
ROMALI K. D. SITOHANG: Asystasia intrusa: Distance of Seeds and Dose Response To Paraquat, Glyphosate, and Mixture of Glyphosate dan 2,4 – D. Under the supervision of EDISON PURBA dan JASMANI GINTING
Pot experiment was placed outdoors at experimental field of Agriculture Faculty, North Sumatera University with a high place ± 25 m above the sea level,
from May until July 2009. The objective of the study is to determined dose response Asystasia intrusa to paraquat, glyphosate, and mixture of glyphosate and 2,4 - D and distance of seeds break from parent. The first experiment is to decide dose response Asystasia intrusa to paraquat, glyphosate, and mixture of glyphosate and 2,4 - D and was arranged in Randomized Block Design non factorial. The second experiment to decide distance ability of seeds to jump out (move away) from parent . The result of dose response indicated that mixture of glyphosate and 2,4 - D cause growth suppression and death supreming for Asystasia intrusa than paraquat and glifosat. The longest distance seeds move away from parent was 220 cm. Majority seeds break was 22,54% (1 Asystasia intrusa/polybag), 21,21% (10 Asystasia intrusa/polybag), and 19,89% (20 Asystasia. intrusa/polybag) available on distance 61 – 80 cm of parent tree.
RIWAYAT HIDUP
Romali K. D. Sitohang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 3 Mei 1987
dari Ayahanda Peris Sitohang dan Ibunda Supri Heryanti. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 091473 Balata tahun lulus 1999, SLTP N 1 Jorlang Hataran tahun lulus 2002 dan SMU Negeri 4 Pematang Siantar lulus tahun 2005. Terdaftar sebagai mahasiswa
Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2005 melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai Asisten Laboratorium Fisiologi Tumbuhan tahun 2007-2009, Asisten Laboratoriun Dasar Agronomi tahun 2009 dan Asisten Laboratorium Ilmu Gulma tahun 2009,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karuniaNya sehingga skripsi berhasil diselesaikan. Adapun judul penelitian yang dipilih Asystasia intrusa : Penyebaran Biji Dan Dose Response Terhadap
Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Edison Purba dan Ir. Jasmani Ginting, MP selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Peris Sitohang , Ibunda Supri Heryanti yang tercinta, kakanda Revina
Sitohang dan keluarga atas segala doa dan dukungannya. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman terbaik saya, Esterina
Pratiwi Silitonga, Sugiyarto, Paian Simanungkalit, Nelson Simanjuntak, Junita Girsang, Harta Purba, Esra Marpaung, Teman kos Marakas 27, Teman-Teman stambuk 2005 dan adik-adik stambuk 2006, 2007, dan 2008 atas segala
bantuannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Gulma Sebagai Suatu Masalah di Perkebunan ... 4
Biologi A. intrusa (Forssk) ... 5
Pengebaran A. intrusa ... 5
Pengaruh Negatif A. intrusa ... 6
Pengendalian A. intrusa ... 7
Pengendalian Gulma Dengan Herbisida ... 9
Glifosat ... 12
Parakuat ... 13
2,4 – D ... 14
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
Dose Response A. intrusa Terhadap Beberapa Dosis Herbisida ... 18
Bahan dan Alat ... 18
PELAKSANAAN PENELITIAN
I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk ... 20
Persiapan Bahan Tanaman ... 20
Persiapan Lahan ... 20
Persiapan Media Tanam ... 20
Penanaman ... 21
Penyiraman ... 21
Penyiangan ... 21
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21
Pengamatan Parameter ... 21
Tinggi Gulma... 21
Jumlah Cabang ... 22
Jarak Penyebaran Biji ... 22
II. Respon A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 – D... 22
Persiapan Bahan Tanaman ... 22
Persiapan Lahan ... 22
Persiapan Media Tanam ... 23
Penanaman ... 23
Penjarangan ... 23
Penyiraman ... 23
Penyiangan ... 23
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 24
Pengaplikasian Herbisida... 24
Pengamatan Parameter ... 24
Mortalitas ... 24
I. Jarak Pergerakan Biji A. Intrusa dari Induk ... 27
Tinggi Gulma... 27
Jumlah Cabang ... 29
Jarak Penyebaran Biji ... 31
II. Respon A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, Dan Campuran Glifosat + 2,4 – D ...36
Pembahasan ... 50
I. Jarak Pergerakan P Biji A. Intrusa dari Induk ... 50
II. Respon A. Intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat Dan Campuran Glifosat dan 2,4 - D ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
Hal
1. Rataan tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST ...27 2. Rataan jumlah gulma dari 2 MST hingga 12 MST ...29
3. Jarak penyebaran biji...31 4. Hubungan Penyebaran BijiA. intrusa dengan Kecepatan Angin pada
bulan juli 2009 ...34
5. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat...36 6. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat ...37
7. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 - D ...37 8. Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat ...39 9. Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat ...40
10.Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 - D ...40
11.Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat ...42 12.Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat ...43 13.Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran
glifosat + 2,4 - D ...43
14.Rataan jumlah buah A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat ...45 15.Rataan jumlah buah A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat...46
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Grafik hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam
pada perlakuan 1 biji A. intrusa per polibeg ...28
2. Grafik hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan 10 biji A. intrusa per polibeg ...28
3. Grafik hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan 20 biji A. intrusa per polibeg ...28
4. Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan 1 biji A. intrusa per polibeg ...30
5. Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan 10 biji A. intrusa per polibeg ...30
6. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan 20 biji A. intrusa per polibeg ...30
7. Gambar biji pecah pada plastik transparan di lihat dari atas ...31
8. Grafik persentase biji pecah 1 A. intrusa /polibeg ...32
9. Grafik persentase biji pecah 10 A. intrusa /polibeg ...33
10.Grafik persentase biji pecah 20 A. intrusa /polibeg ...33
17.Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan dosis herbisida parakuat pada 4 MSA. ...44
18.Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan dosis herbisida glifosat pada 4 MSA. ...44
19.Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan dosis herbisida campuran glifosat + 2,4 – D pada 4 MSA. ...45
20.Grafik hubungan rataan bobot kering dengan dosis herbisida parakuat pada 4 MSA. ...48
21.Grafik hubungan rataan bobot kering dengan dosis herbisida glifosat pada 4 MSA. ...49 22.Grafik hubungan rataan bobot kering dengan dosis herbisida campuran
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Bagan Penelitian ...59
2. Rencana Kegiatan Penelitian ...61
3. Data Mortalitas 1 MSA Herbisida Parakuat ...62
4. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 1 MSA Herbisida Parakuat ...62
5. Data Mortalitas 1 MSA Herbisida Glifosat ...63
6. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 1 MSA Herbisida Glifosat ...63
7. Data Mortalitas 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...64
8. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...64
9. Data Mortalitas 2 MSA Herbisida Parakuat ...65
10. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 2 MSA Herbisida Parakuat ...65
11. Data Mortalitas 2 MSA Herbisida Glifosat ...66
12. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 2 MSA Herbisida Glifosat ...66
13. Data Mortalitas 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...67
14. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...67
15. Data Mortalitas 3 MSA Herbisida Parakuat ...68
16. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 3 MSA Herbisida Parakuat ...68
17. Data Mortalitas 3 MSA Herbisida Glifosat ...69
18. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 3 MSA Herbisida Glifosat ...69
19. Data Mortalitas 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...70
20. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...70
22. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 4 MSA Herbisida Parakuat ...71
23. Data Mortalitas 4 MSA Herbisida Glifosat ...72
24. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 4 MSA Herbisida Glifosat ...72
25. Data Mortalitas 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...73
26. Tabel Sidik Ragam Mortalitas 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...73
27. Data Tinggi Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida Parakuat ...74
28. Data Tinggi Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida Glifosat ...74
29. Data Tinggi Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...74
30. Data Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Parakuat ...75
31. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Parakuat ...75
32. Data Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Glifosat ...76
33. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Glifosat ...76
34. Data Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...77
35. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...77
36. Data Tinggi Gulma 2 MSA Herbisida Parakuat ...78
37. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 2 MSA Herbisida Parakuat ...78
38. Data Tinggi Gulma 2 MSA Herbisida Glifosat ...79
39. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 2 MSA Herbisida Glifosat ...79
44. Data Tinggi Gulma 3 MSA Herbisida Glifosat ...82
45. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 3 MSA Herbisida Glifosat ...82
46. Data Tinggi Gulma 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...83
47. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...83
48. Data Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Parakuat ...84
49. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Parakuat ...84
50. Data Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Glifosat ...85
51. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Glifosat ...85
52. Data Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...86
53. Tabel Sidik Ragam Tinggi Gulma 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...86
54. Data Jumlah Cabang Sebelum Aplikasi Herbisida Parakuat ...87
55. Data Jumlah Cabang Sebelum Aplikasi Herbisida Glifosat ...87
56. Data Jumlah Cabang Sebelum Aplikasi Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...87
57. Data Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Parakuat ...88
58. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Parakuat ...88
59. Data Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Glifosat ...89
60. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Glifosat ...89
61. Data Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...90
62. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 1 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...90
63. Data Jumlah Cabang 2 MSA Herbisida Parakuat ...91
64. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 2 MSA Herbisida Parakuat ...91
66. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 2 MSA Herbisida Glifosat ...92
67. Data Jumlah Cabang 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...93
68. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...93
69. Data Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Parakuat ...94
70. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Parakuat ...94
71. Data Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Glifosat ...95
72. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Glifosat ...95
73. Data Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...96
74. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...96
75. Data Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Parakuat ...97
76. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Parakuat ...97
77. Data Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Glifosat ...98
78. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Glifosat ...98
79. Data Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...99
80. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ...99
81. Data Jumlah Buah 1 MSA Herbisida Parakuat ... 100
82. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 1 MSA Herbisida Parakuat ... 100
83. Data Jumlah Buah 1 MSA Herbisida Glifosat ... 101
88. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 2 MSA Herbisida Parakuat ... 103
89. Data Jumlah Buah 2 MSA Herbisida Glifosat ... 104
90. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 2 MSA Herbisida Glifosat ... 104
91. Data Jumlah Buah 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 105
92. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 2 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 105
93. Data Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Parakuat ... 106
94. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Parakuat ... 106
95. Data Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Glifosat ... 107
96. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Glifosat ... 107
97. Data Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 108
98. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 3 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 108
99. Data Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Parakuat ... 109
100. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Parakuat ... 109
101. Data Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Glifosat ... 110
102. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Glifosat ... 110
103. Data Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 111
104. Tabel Sidik Ragam Jumlah Buah 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat + 2,4 - D ... 111
105. Data Bobot Kering 4 MSA Herbisida Parakuat ... 112
106. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering 4 MSA Herbisida Parakuat ... 112
107. Data Bobot Kering 4 MSA Herbisida Glifosat ... 113
108. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering 4 MSA Herbisida Glifosat ... 113
110. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering 4 MSA Herbisida Campuran Glifosat
+ 2,4 - D ... 114
111. Data Tinggi Tanaman 2 MST ... 115
112. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 115
113. Data Tinggi Tanaman 4 MST ... 115
114. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 115
115. Data Tinggi Tanaman 6 MST ... 116
116. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 116
117. Data Tinggi Tanaman 8 MST ... 116
118. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ... 116
119. Data Tinggi Tanaman 10 MST ... 117
120. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 117
121. Data Tinggi Tanaman 12 MST ... 117
122. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST ... 117
123. Data Jumlah Cabang 2 MST ... 118
124. Data Jumlah Cabang 4 MST ... 118
125. Data Transformasi Jumlah Cabang 4 MST √x+0,5 ... 118
126. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 4 MST ... 118
127. Data Jumlah Cabang 6 MST ... 119
128. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 6 MST ... 119
134. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang 12 MST ... 120
135. Data Penyebaran Biji Pecah... 121
136. Foto Lahan Penelitian... 122
137. Foto Pada Saat Aplikasi Herbisida... 123
138. Foto Biji Pecah ... 123
139. Foto A. intrusa Setelah Aplikasi Herbisida ... 124
ABSTRAK
ROMALI K. D. SITOHANG: Asystasia intrusa: Penyebaran Biji dan Dose Response Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat dan 2,4 – D. Dibimbing oleh EDISON PURBA dan JASMANI GINTING
Percobaan pot di tempat terbuka di laksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis respon Asystasia intrusa terhadap parakuat, glifosat, dan campuran glifosat dan 2,4 - D dan jarak penyebaran biji dari induk. Percobaan I untuk menentukan dosis respon dilakukan dengan parakuat dan glifosat ditambah campuran glifosat dan 2,4 - D dengan enam taraf dosis dan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Percobaan II untuk menentukan kemampuan jarak biji pecah dari induk dengan tiga taraf jumlah Asystasia intrusa dalam polibeg. Hasil dosis respon menunjukan bahwa herbisida campuran glifosat dan 2,4 – D menyebabkan penekanan pertumbuhan dan kematian tertinggi terhadap Asystasia intrusa dibandingkan parakuat dan glifosat. Penyebaran biji terjauh dari pohon induk mencapai 220 cm. Penyebaran terbanyak 22,54% (1 A. intrusa/polibeg), 21,21% (10 A. intrusa/polibeg), dan 19,89% (20 A. intrusa/polibeg) terdapat pada jarak 61 – 80 cm dari pohon induk.
ABSTRACT
ROMALI K. D. SITOHANG: Asystasia intrusa: Distance of Seeds and Dose Response To Paraquat, Glyphosate, and Mixture of Glyphosate dan 2,4 – D. Under the supervision of EDISON PURBA dan JASMANI GINTING
Pot experiment was placed outdoors at experimental field of Agriculture Faculty, North Sumatera University with a high place ± 25 m above the sea level,
from May until July 2009. The objective of the study is to determined dose response Asystasia intrusa to paraquat, glyphosate, and mixture of glyphosate and 2,4 - D and distance of seeds break from parent. The first experiment is to decide dose response Asystasia intrusa to paraquat, glyphosate, and mixture of glyphosate and 2,4 - D and was arranged in Randomized Block Design non factorial. The second experiment to decide distance ability of seeds to jump out (move away) from parent . The result of dose response indicated that mixture of glyphosate and 2,4 - D cause growth suppression and death supreming for Asystasia intrusa than paraquat and glifosat. The longest distance seeds move away from parent was 220 cm. Majority seeds break was 22,54% (1 Asystasia intrusa/polybag), 21,21% (10 Asystasia intrusa/polybag), and 19,89% (20 Asystasia. intrusa/polybag) available on distance 61 – 80 cm of parent tree.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengendalikan gulma adalah salah satu kegiatan penting manajemen
perkebunan tanaman tahunan karena pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu terhadap tingkat keberhasilan usaha perkebunan itu. Memang secara kuantitatif eksak, belum dapat dinyatakan tingkat kerugian yang terjadi
oleh karena gulma di perkebunan karet. Tetapi secara kualitatif, tentu setiap
perkebunan telah merasakannya dan bahkan pernah mengalaminya (Nasution, 1986).
Petani dalam suatu sistem pertanian ingin mencapai hasil yang menguntungkan yang maksimal. Penurunan hasil oleh gulma dapat mencapai 20
sampai 80 % bila gulma tidak disiangi. Berhasil atau tidaknya suatu panenan,
sebagian ditentukan pula oleh ada atau tidaknya gulma di lahan itu (Moenandir, 1993).
Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor, yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air
dan hara, serta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya (Fadhly dan Tabri, 2007).
sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang besar untuk mengendalikannya
Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan.
Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin dan juga dapat dihindari kerusakan perakaran akibat alat-alat mekanis disamping pekerjaan
pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding membabat atau mengkikis (Purba, 2004).
Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma sementara atau mematikannya bila diaplikasikan pada ukuran yang tepat. Dengan kata lain, jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan
arti dari herbisida itu sendiri (Moenandir, 1988).
Ada banyak merek dagang herbisida yang dijual di pasaran dengan
berbagai bahan aktif yang dikandungnya. Agar penggunaan herbisida efektif untuk mengendalikan jenis gulma tertentu, maka harus diketahui jenis bahan aktif yang terkandung dalam herbisida di samping dosis dan cara aplikasinya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian terhadap berbagai dosis herbisida dari tiga jenis herbisida yang berbeda bahan aktifnya
Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dosis respon herbisida dalam beberapa formulasi terhadap A. intrusa.
2. Untuk mengetahui kisaran dan kemampuan jarak biji pecah A. intrusa dari pohon induk.
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh jenis dan dosis bahan aktif herbisida dalam pengendalian A. intrusa.
2. Semakin tinggi dosis herbisida semakin tinggi tingkat efikasi terhadap
A. intrusa.
3. Ada pengaruh kerapatan, tinggi, jumlah cabang, angin dan lama penyinaran
matahari terhadap penyebaran biji A. intrusa dari pohon induk.
Kegunaan Penelitian
• Untuk mengetahui respon A. intrusa terhadap dosis bahan aktif dari tiga jenis
herbisida dan kisaran serta kemampuan jarak biji A. intrusa pecah dari pohon induk.
• Sebagai bahan informasi dalam pengendalian gulma khususnya A. intrusa di
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma Sebagai Suatu Masalah di Perkebunan
Tanaman perkebunan mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu
masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman
perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen
Gulma sebagai tumbuhan seperti halnya tanaman budidaya, maka
kebutuhan untuk pertumbuhannya, perkembangannya dan reproduksinya akan saling mempunyai kesamaan. Persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, dan ruang
dapat terjadi padanya. Gulma merupakan suatu masalah penting dalam segi gangguan pada pertumbuhan tanaman secara ekonomis (Moenandir, 1993).
Masalah gulma pada perkebunan tanaman tahunan (karet, kelapa sawit,
kelapa, teh, kopi, kina) berbeda dengan perkebunan semusim (tebu, jagung, tembakau, rosella). Pada umumnya masalah gulma lebih dirasakan pada
perkebunan dengan pertanaman yang luas, karena ada keterkaitannya dengan faktor waktu yang terbatas, tenaga kerja, dan biaya (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Tumbuhan yang lazim sebagai gulma mempunyai beberapa ciri yang khas
yaitu pertumbuhannya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar
bijinya memiliki sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam
kondisi yang tidak menguntungkan (Nasution, 1986).
Biologi A. intrusa (Forssk)
Nama lain A. intrusa (Forssk.) Blume adalah A. gangetica. Dalam dunia
tumbuhan termasuk ke dalam famili Acanthaceae, genus Asystasia. Ada juga jenis yang lain yaitu A. coromandeliana Nees var. micrantha Nees. Asal
tumbuhan ini dari Afrika. A. intrusa merupakan gulma penting di perkebunan
A. intrusa merupakan tumbuhan herba yang tumbuh cepat dan mudah
berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal
bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal,
berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, 2-3 cm panjangnya, berbiji empat atau kurang dalam buah kapsul
Penyebaran A. intrusa
A. intrusa dapat ditemukan di daerah sampai 500 m di atas permukaan
Biji A. intrusa kecil berwarna hitam kecoklat-coklatan, kecil
dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Biji ini pecah dari polong dengan keadaan lingkungan yang tepat baik dari suhu
dan penyinaran yang cukup. Bila penyinaran matahari lama saat biji pecah maka jarak loncat biji semakin jauh dari pohonnya
Pengaruh Negatif A. intrusa
Kerugian total yang ditimbulkan oleh A. intrusa dalam nilai uang hampir tidak mungkin dihitung. Apabila dicoba untuk menghitung juga, maka diperlukan
suatu persamaan yang memerlukan nilai kerugian tanaman budidaya, biaya pengendalian, kerusakan lingkungan, pengaruh terhadap kesehatan manusia,
kerugian ternak, pengaruh terhadap kualitas kehidupan dan lingkungan dan banyak lagi faktor (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Bila biji-biji A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan
terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan
tersebut bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis. Dan bila penyiangan tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan berkurang akibat persaingan
dengan gulma tersebut
Kerugian terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis
tanaman budidaya itu sendiri, iklim, jenis gulma itu sendiri, dan tentu
saja praktek pertanian disamping faktor lain. Secara umum kerugian tanaman budidaya yang disebabkan gulma berkisar ± 28 % dari kerugian total
Pengendalian A. intrusa
Pengendalian A. intrusa hampir sama dengan pengendalian gulma lain. Terdapat beberapa metoda/cara pengendalian gulma. Teknik pengendalian
meliputi :
a. Pengendalian dengan upaya prefentif (pembuatan peraturan/perundang-undangan, karantina, sanitasi, dan peniadaan sumber invasi).
b. Pengendalian secara mekanik/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, penggenangan, dan pembakaran).
c. Pengendalian secara kultur teknis (pengendalian jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam, tanaman sela, rotasi tanaman, dan penggunaan mulsa).
d. Pengendalian secara hayati (pengadan musuh alami, manipulasi musuh alami, dan pengelolaan musuh alami yang ada di suatu daerah).
e. Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aplikas).
(Sukman dan Yakup, 1995).
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian gulma sehingga gulma tersebut mati atau
pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik (Sukman dan Yakup, 1995).
berhasil di daerah perkebunan. Jenis-jenis tanaman penutup tanah ini dapat
berkembang secara cepat dalam waktu 1-3 tahun setelah tanam. Disamping itu penggunaannya dapat meningkatkan kesuburan tanah terutama kandungan
nitrogen (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Pengendalian hayati (biological control) dengan arti sempit sebagai penggunaan musuh alami baik yang diintroduksikan maupun yang sudah ada di
suatu daerah kemudian dikelola agar penekanan terhadap populasi organisme pengganggu yang menjadi ssaran meningkat. Pengendalian hayati pada gulma
adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen) guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara
meluas di suatu daerah (Sukman dan Yakup,1995)
Pengendalian secara kimiawi sangat meningkat setelah Perang Dunia II,
kemudian mengalami peningkatan dan kemunduran yang erat hubungannya dengan biaya yang tersedia dan tersedianya herbisida di pasaran. Meningkatnya penggunaan herbisida di perkebunan mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai beriku; perkebunan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat mendukung biaya yang dibutuhkan bagi pengendalian kimiawi,
herbisida-herbisida yang telah mendapat persetujuan cukup memberikan hasil yang baik (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif,
terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya.
harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya
tidak berhasil
Pengendalian Gulma Dengan Herbisida
Herbisida dapat dipakai untuk menggantikan pengolahan tanah, tetapi
banyak dilakukan dalam hubungannya dengan praktek agronomi lainnya, bukan untuk menggantikan. Kombinasi antara beberapa faktor dalam manajemen
produksi ini tergantung pada praktek agronomi yang dipakai, keadaan ekologi, dan pertimbanagan ekonomi lainnya (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Efisiensi penggunaan herbisida terjadi bila ada manipulasi keadaan setelah
diketahui cara kerja herbisida. Cara kerja berhubungan dengan peristiwa pemberian herbisida pada tumbuhan sampai terjadi kematian (Moenandir, 1988).
Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk mengendalikan gulma harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu:
- Tepat mutu - Tepat waktu
- Tepat sasaran - Tepat takaran. - Tepat konsentrasi
Herbisida sendiri hanya sedikit jumlahnya yang dibutuhkan, namun harus
dapat tersebar merata sehingga perlu adanya formulasi herbisida. Bahan aktif ialah bagian dari sebuah formulasi kimia yang dengan langsung dapat merespon
pengaruh herbisida. Daya kerja dan selektivitas herbisida ditentukan pula oleh beda formulasinya (Moenandir, 1988).
Untuk dapat mematikan tumbuhan, molekul herbisida harus mencapai titik
yang tepat dalam tubuh tumbuhan sehingga menimbulkan suatu reaksi berantai yang akhirnya mematikan tumbuhan itu. Jadi molekul herbisida itu harus masuk
ke dalam sistem tumbuhan, ditranslokasikan, terhindar dari detokfikasi, dan akhirnya dalam jumlah yang cukup sampai pada suatu reaksi penting untuk kehidupan tanaman dan merusak reaksi tersebut sehingga tumbuhan itu mati
(Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Penghambatan atau pemacuan pertumbuhan suatu tumbuhan ditentukan
oleh dosis/konsentrasi herbisida tersebut. Suatu herbisida pada dosis/konsentrasi tertentu dapat bersifat selektif, tetapi bila dosis/konsentrasi tersebut dinaikkan atau diturunkan berubah menjadi tidak selektif. Selektifitas juga ditentukan
oleh bentuk formulasi dan mode of action dari suatu herbisida (Sukman dan Yakup, 1995).
Herbisida mempunyai kemampuan membunuh dalam konsentrasi rendah. Dosis herbisida yang diaplikasikan (pada dosis sub-lethal) menentukan jumlah yang ditranslokasikan, sehingga sejumlah kisaran laju dosis dalam pengendalian
Pada umumnya dengan makin meningkatnya konsentrasi makin meningkat pula
penekanannya (Moenandir, 1988).
Toksisitas dapat diartikan dengan respon yang ditimbulkan/terlihat pada
tumbuhan, tanah dan jasad sasaran yang lain akibat perlakuan herbisida. Penampilan suatu tumbuhan setiap saat merupakan perpaduan faktor luar dan
faktor dalam. Oleh karena itu, toksisitas sangat berkaitan dengan dosis
herbisida maupun sifat fisik dan fisika daripada herbisida yang diaplikasikan (Sukman dan Yakup,1995).
Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh
bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang
mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar. Herbisida berbahan aktif glifosat, parakuat, dan 2,4 - D banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut (Fadhly dan Tabri, 2007).
Untuk meningkatkan daya berantas herbisida perlu adanya pencampuran herbisida. Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum
Glifosat
Herbisida glifosat adalah herbisida yang dipakai di seluruh dunia. Glifosat yang pertama ditemukan pada tahun 1970 oleh John E. Franz, yang bekerja untuk
Monsanto. Herbisida glifosat sudah populer sejak dipasarkan pertama kali pada tahun 1974 (Cox, 2004).
Glifosat bekerja menghambat metabolisme tanaman dan beberapa hari
setelah penyemprotan, tumbuhan jadi layu, kuning dan mati. Herbisida Glifosat juga mengandung bahan kimia yang membuat herbisida untuk menempel pada
daun sehingga glifosat dapat bergerak dari permukaan tumbuhan ke dalam selnya tumbuhan (Lang, 2005).
Glifosat membunuh gulma dengan menghambat aktivitas dari enzim 5 -
asam enolpyruvylshikimic - 3 - synthase fosfat (EPSPS), yaitu penting bagi sintesa dari asam amino yaitu tyrosine, tryptophan, dan phenylalanine. Asam
amino ini penting pada sintesa dari protein penghubung metabolisme primer dan sekunder. EPSPS berada pada kloroplas tumbuhan, tapi tidak hadir di hewan
Nama Umum : Glifosat
Nama Kimia : [(phosphonomethyl)amino]acetic acid
Rumus Empiris : C3H8NO5P Rumus Bangun
:
Parakuat
Bahan aktif ini merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai herbisida kontak untuk mengendalikan gulma tanaman dengan daya bunuh luar biasa. Parakuat ditemukan para ahli kimia di permulaan tahun 1950 di Inggris
Parakuat memiliki rumus kimia 1,1 ' - dimethyl - 4,4 ' - bipyridinium
dichloride. Anggota lain dari kelas ini termasuk diquat, cyperquat, diethamquat, difenzoquat, dan morfamquat. Parakuat pertama sekali dihasilkan untuk
penggunaan secara umum tahun 1961 oleh ICI (sekarang Syngenta),
Aktifitas herbisida gugusan ini sangat dipengaruhi oleh cahaya dan suhu.
Kelembaban dan suhu tinggi dapat menghentikan aktivitasnya. Cahaya penting dalam pembentukan “free radical” dan perubahan dalam permeabilitas membran. Suhu dan intensitas cahaya tinggi mempercepat khlorosis setelah aplikasi
herbisida golongan ini (Moenandir, 1988).
Parakuat bekerja pada kloroplas dari tumbuhan hijau. Di sini, reaksi
fotosintesis menyerap cahaya untuk menghasilkan gula sebagai hara tanaman. Parakuat secara tepat menuju sistem biokimia yang dikenal sebagai fotosistem I. Parakuat menghasilkan elektron bebas, penggerak fotosintesis . Ion parakuat
pecah dan menyebabkan kematian. Keseluruhan proses terjadi sangat
cepat sehingga tidak ada ukuran translokasi dari parakuat. Nama Umum : Paraquat
Nama Kimia : 1,1 ' - dimethyl - 4,4 ' - bipyridinium dichloride Rumus Empiris : C12H14N2Cl2
Rumus Bangun :
2,4-D
2,4 - dichlorophenoxyacetic acid (2,4 - D) adalah herbisida sistemik yang digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Merupakan herbisida yang banyak digunakan di dunia, dan ketiga paling umum dipakai di Amerika Utara.
2,4-D dikembangkan selama Perang Dunia II oleh satu Tim Inggris di Laboratorium Rothamsted, di bawah kepemimpinan dari Judah Hirsch Quastel,
untuk meningkat hasil panen satu bangsa saat berperang. Setelah diperkenalkan secara umum tahun 1946, menjadi herbisida selektif pertama yang sukses dan sangat baik mengganti pengendalian gulma di lahan gandum, jagung, padi, dan
serelia lainnya, karena hanya membunuh tumbuhan dikotil saja, monokotil tidak
daun-daun gulma setelah 4 - 6 jam aplikasi tanpa turun hujan. Jika hujan 2,4 - D akan
larut pada air hujan dan aliran permukaan dari gulma dan tanah sebelum jumlahnya cukup diserap oleh gulma. 2,4 – D berada pada jaringan floem gulma
setelah diserap dan bersamaan dengan translokasi bahan makanan ke seluruh tubuh tumbuhan. Akumulasi dari herbisida terjadi pada daerah meristematik dari batang dan akar. 2,4 - D bekerja akibat dari auxin atau perkembangan gulma,
mengatur hormon. Gulma diaplikasi dengan 2,4 – D mengakibatkan metabolisme gulma terganggu dengan merangsang nukleus dan sintesa protein yang
mempengaruhi aktivitas dari enzim, pernapasan, dan divisi sel, jaringan floem hancur dan terganggu translokasi hasil fotosintesis sehingga mengakibatkan
kematian
2,4-D dalam bentuk asam, garam, atau ester yang diaplikasi lewat daun, mendifusikan molekulnya lewat kutikula, masuk ke dalam apoplas, dan akhirnya
masuk sel setelah berpenetrasi pada plasmolema (Moenandir, 1988). Nama Umum : 2,4-D
Nama Kimia : 2,4 - dichlorophenoxyacetic acid
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua unit percobaan sebagai berikut;
I. Penentuan kemampuan biji A. intrusa menyebar dari induk, dan
II. Dose Response A. intrusa terhadap parakuat, glifosat, dan campuran glifosat + 2,4 – D
Kedua percobaan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juli 2009.
I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji A. intrusa
yang diambil dari kebun Adolina PTPN, polibag (diameter 35 cm, tinggi 40 cm), lembaran plastik putih transparan, insektisida profenopos (Curacron 25 EC),
top soil.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, meteran, gembor, alat ukur (meteran), gunting, parang.
Metode Penelitian
Untuk menentukan jarak pergerakan biji dari induk ke sekitarnya, dilakukan pengamatan setiap pukul 16.00 WIB setiap harinya dengan
menggunakan meteran.
1. 1 A. intrusa per polibeg (A1)
2. 10 A. intrusa per polibeg (A2) 3. 20 A. intrusa per polibeg (A3)
Setiap perlakuan diulang 3 kali.
Data hasil penelitian di analisis dengan sidik ragam dengan metode linier sebagai berikut :
Yij = μ + рi + τj + εij
dimana:
Yij: Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan ke – j.
μ: Nilai tengah sebenarnya.
ρ
i: Pengaruh blok ke-iτj: Efek perlakuan ke-j
Εij: Efek galat percobaan pada blok-i yang mendapat perlakuan ke – j.
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan
II. Dose Response Asystasia Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji A. intrusa yang diambil dari perkebun Adolina PTPN IV , glifosat (Round up 480 AS), parakuat (Gramoxone 276 SL), glifosat + 2,4-D (Sidastar 300/100 SL), top soil,
insektisida profenopos (Curacron 25 EC), polibeg (diameter 35 cm, tinggi 40 cm). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, meteran,
alat semprot punggung (knapsack sprayer), timbangan, gembor, ember, gelas ukur, oven.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial. Setiap perlakuan dibuat dalam 4 ulangan.
Herbisida yang digunakan :
H1 = Paraquat diklorida (Gramoxone 276 SL) H2 = Isopropilamina glifosat (Round up 480 AS)
H3 = IPA glifosat dan 2,4 D DMA (Sidastar 300/100 SL)
Dosis rekomendasi parakuat, glifosat, dan glifosat + 2,4 – D berturut-turut adalah: 414 g b.a/ha; 720 g b.a/ha; 600 g b.a/ha + 200 g b.a/ha.
Masing – masing herbisida diaplikasi dengan lima taraf dosis ditambah kontrol (tanpa herbisida). Dosis herbisida tersebut dibuat sebagai berikut :
D3 = 1 x
D4 = 2 x D5 = 4 x
x : dosis rekomendasidasi pada label
Maka diperoleh 3 unit petak percobaan dari 3 jenis herbisida:
Data hasil penelitian di analisis dengan sidik ragam dengan metode linier
sebagai berikut :
Yij = μ + рi + τj + εij
dimana:
Yij: Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan ke – j.
μ: Nilai tengah sebenarnya.
ρ
i: Pengaruh blok ke-iτj: Efek perlakuan ke-j
Εij: Efek galat percobaan pada blok-i yang mendapat perlakuan ke – j.
PELAKSANAAN PENELITIAN
I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk Persiapan Bahan Tanaman
Biji A. intrusa diambil dari lokasi perkebunan Adolina PTPN IV, dipanen yang sudah matang fisiologis dimana buahnya berwarna coklat dan telah diseleksi biji-biji yang fertile yakni yang berwarna coklat kehitam-hitaman.
Persiapan Lahan
Lahan penelitian seluas 18 m x 18 m terlebih dahulu dibersihkan dari vegetasi tumbuhan dan sampah-sampah. Kemudian diratakan, tidak perlu diolah,
karena A. intrusa ditanam di polibeg, dibuat parit keliling 50 cm supaya tidak tergenang air. Lahan dibagi menjadi 9 petak dengan ukuran 6 m x 6 m (lihat bagan penelitian pada Lampiran 1). Lahan dilapisi plastik putih transparan,
sekeliling setiap petak (6 m x 6 m) dibuat pagar setinggi 0,5 m dengan plastik transparan agar biji yang pecah pada satu bagian tidak bercampur dengan bagian
yang lain. Lahan dilapisi plastik putih transparan dengan tujuan agar biji yang pecah terlihat dengan jelas pada plastik untuk penentuan biji pecah dari induknya.
Persiapan Media Tanam
Polibeg ukuran diameter 35 cm dan tinggi 40 cm kg diisi dengan media
Penanaman
A. intrusa yang dipanen dan disimpan satu minggu kemudian ditanam
sesuai perlakuan yaitu satu biji/polibeg, sepuluh biji/polibeg, dua puluh
biji/polibeg yaitu dengan cara membenamkan ke dalam tanah sedalam satu cm.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
gembor dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Penyiraman di polibeg dilakukan hingga tanah jenuh air dan air tidak boleh tergenang di polibeg.
Penyiangan
Gulma selain A. intrusa yang tumbuh di dalam polibeg disiangi secara
manual dengan mencabut menggunakan tangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian serangan hama serangga pada A. intrusa disemprot dengan
insektisida profenofos (Curacron 25 EC) dengan konsentrasi 2 %. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam (MST).
Pengamatan Parameter Tinggi Gulma
Jumlah Cabang
Jumlah cabang setiap tanaman dihitung mulai 2 MST dengan interval pengukuran dua minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan
semua cabang tiap tanaman dalam satu polibeg kemudian dirata-ratakan.
Jarak Penyebaran Biji
Diukur jarak biji pecah dari titik tengah polibeg (induk) dengan
menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah terbentuk buah, data pengamatan diperoleh dengan mengukur jarak biji dari induk dan dikelompokkan berapa banyak biji pecah tersebar pada plastik putih dengan jarak
0 - 20 cm, 21 – 40 cm, 41 – 60 cm, 61 - 80 cm, 81 – 100 cm, 101 -120 cm, 121 – 140 cm, 141 – 160 cm, 161 – 180 cm, 181 – 200 cm, 201 – 220 cm. Biji
yang telah diamati dikumpul pada setiap pengamatan.
II. Dose Response A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D
Persiapan Bahan Tanaman
Biji A. intrusa diambil dari lokasi perkebunan Adolina PTPN IV, dipanen yang sudah matang fisiologis dimana buahnya berwarna coklat dan telah diseleksi
biji-biji yang fertile yakni yang berwarna coklat kehitam-hitaman.
Persiapan Lahan
Lahan penelitian seluas 9,5 m x 4 m terlebih dahulu dibersihkan dari
Persiapan Media Tanam
Polibeg ukuran diameter 35 cm dan tinggi 40 cm diisi dengan media tanam top soil yang sudah dicampur secara merata dan dibersihkan dari akar-akar
tumbuhan. Kemudian polibeg diletakkan dengan jarak antar ulangan 1 m dan jarak barisan dalam ulangan 0,5 m.
Penanaman
A. intrusa yang telah disimpan satu minggu setelah panen kemudian
ditanam sebanyak limabelas biji per polibeg yaitu dengan cara membenamkan ke dalam tanah sedalam satu cm.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, dimana A. intrusa ditinggalkan sepuluh per polibeg. Gulma yang dibuang adalah tanaman yang
pertumbuhannya kurang baik.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
gembor dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Penyiraman di polibeg dilakukan hingga tanah jenuh air dan air tidak boleh tergenang di polibeg.
Penyiangan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian serangan hama serangga pada A. intrusa disemprot dengan insektisida profenofos (Curacron 25 EC) dengan konsentrasi 2 %. Pengendalian
dilakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam (MST).
Pengaplikasian Herbisida
Sebelum aplikasi herbisida dilakukan terlebih dahulu kalibrasi alat
semprot untuk menentukan volume semprot. Dari kalibrasi yang dilakukan diperoleh volume semprot 566 L/ha. A. intrusa diaplikasi pada stadia pertumbuhan awal generatif (8 MST) yaitu sudah ada diantaranya yang sudah
membentuk bunga serta buah muda sudah terbentuk. Pengaplikasian herbisida disesuaikan dengan perlakuan. Pada saat aplikasi herbisida di polibeg, dibuat
pembatasnya dengan polibeg lain agar herbisida yang diaplikasikan tidak terkena tanaman pada polibeg lainnya akibat terkena angin.
Pengamatan Parameter Mortalitas
A. intrusa dikatakan mati apabila sudah tidak ada lagi bagian yang hidup,
yang masih dapat melakukan aktivitas metabolisme, artinya keseluruhan jaringan
mati. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi herbisida sampai empat kali (empat minggu setelah aplikasi (MSA)).
Persen mortalitas = jumlah gulma yang mati x 100 %
Tinggi Gulma
Tinggi A. intrusa diukur mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuhnya. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan pengukuran tinggi gulma awal
kemudian pengukuran tinggi dilakukan mulai 1 minggu setelah aplikasi (MSA) hingga 4 MSA dengan interval pengukuran satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan semua tinggi gulma yang masih hidup dalam
satu polibeg kemudian dirata-ratakan.
Jumlah Cabang
Sebelum aplikasi herbisida dilakukan pengukuran jumlah cabang tanaman
tiap polibeg. Jumlah cabang dihitung mulai 1 MSA hingga 4 MSA dengan interval pengukuran satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan
semua cabang tanaman yang masih hidup dalam satu polibeg kemudian dirata-ratakan.
Jumlah Buah
Jumlah buah dihitung secara total dari populasi A. intrusa yang masih
hidup pada setiap perlakuan. Buah A. intrusa yang di panen adalah yang sudah matang fisiologis yakni berwarna coklat. Pengambilan buah dilakukan setiap hari
dalam oven dengan suhu 700C sampai beratnya konstan lalu ditimbang. Bobot
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk Tinggi Gulma
Banyak jumlah tanaman A. intrusa dalam polibeg pada percobaan ini berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi gulma 2 – 12 MST. Rataan tinggi gulma
dari 2 MST hingga 12 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST
Jumlah tanaman
per polibeg
Tinggi Gulma
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Satu 1.03 3.68 9.23 14.00 17.10 18.93 Sepuluh 0.88 3.43 7.32 10.80 13.21 14.82 Dua puluh 1.01 2.93 6.45 9.52 13.31 15.08
Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST
0
Gambar 1. Histogram hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan satu biji A. intrusa per polibeg.
0
Gambar 2. Histogram hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan sepuluh biji A. intrusa per polibeg.
0
Jumlah Cabang
Banyak jumlah tanaman A. intrusa dalam polibeg pada percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan jumlah biji A. intrusa berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah cabang 2 – 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada jumlah cabang 8 – 12 MST. Rataan jumlah cabang dari 2 MST hingga 12 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah gulma dari 2 MST hingga 12 MST
Jumlah tanaman
per polibeg
Jumlah cabang
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Satu 0 0.99 4.66 10.66 17.66 19.00
Sepuluh 0 0.99 2.36 2.76 3.06 3.50
Dua puluh 0 1.28 2.66 2.93 3.03 3.16
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang dari 2 MST hingga 6 MST menunjukkan peningkatan yang tidak sesuai dengan perlakuan jumlah biji. Tetapi pada 8 – 12 MST menunjukan peningkatan yang teratur yang sesuai dengan
0
Gambar 4. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan satu biji A. intrusa per polibeg.
0
Gambar 5. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan sepuluh biji A. intrusa per polibeg.
0
Jarak Penyebaran Biji
Penelitian jarak penyebaran biji A. intrusa pada plastik transparan dapat dilihat pada Gambar 7.
Jarak pergerakan biji yang diukur
Hasil pengamatan biji A. intrusa pecah pada plastik putih dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jarak penyebaran biji A. intrusa dari induk pecah.
Jarak Biji Pecah (cm)
Jumlah Tanaman / Polybag
Satu Sepuluh Dua puluh
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa biji pecah paling banyak pada
jarak 61 cm – 80 cm. Dari Tabel juga dapat dilihat bahwa biji A. intrusa pecah dapat mencapai jarak 2 m lebih.
0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101-120
Jarak biji dari induk (cm )
%
0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101-120 Jarak biji dari induk (cm )
%
Gambar 9. Histogram persentase biji pecah 10 A. intrusa / polibeg.
0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101-120 Jarak biji dari induk (cm )
%
Gambar 10. Histogram persentase biji pecah 20 A. intrusa / polibeg.
Lama penyinaran matahari dan temperatur mempengaruhi dalam pematangan buah dan pecahnya buah. Semakin tinggi temperatur maka biji yang
pecah dari buah jaraknya semakin jauh, dan apabila saat biji pecah angin ada/kencang maka dapat mempengaruhi jarak dari pecahnya biji dari pohon induk.
Hubungan penyebaran biji A. intrusa dengan kecepatan angin selama
Tabel 4. Hubungan Penyebaran BijiA. intrusa dengan Kecepatan Angin pada bulan juli 2009
Kecepatan Angin (knot)
Jumlah Biji (%) Berdasarkan Jarak Penyebaran Dari Induk
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase jarak penyebaran biji pada
kecepatan angin 3,4 dan 6 knot terbesar pada interval jarak 0 – 20 cm dari induk, sedangkan pada kecepatan angin 5 dan 7 knot persentase jarak penyebaran biji
II. Dose Response A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D
Dose response A. intrusa terhadap parakuat, dan campuran glifosat +
2,4 – D berpengaruh nyata terhadap mortalitas, tinggi gulma, jumlah cabang, jumlah buah, dan bobot kering 4 minggu setelah aplikasi (MSA). Pada herbisida glifosat berpengaruh nyata terhadap mortalitas, jumlah buah, dan bobot kering,
dan berpengaruh tidak nyata pada tinggi gulma dan jumlah cabang.
Mortalitas
Dosis parakuat, glifosat, dan glifosat + 2,4 – D berpengaruh nyata terhadap
mortalitas A. intrusa diukur 4 MSA. Respon A. intrusa terhadap beberapa dosis herbisida parakuat, glifosat, dan campuran glifosat + 2,4 – D terhadap rataan
mortalitas dapat dilihat pada Tabel 5, 6, dan 7, dimana data terlebih dahulu ditransformasikan dengan √x+0,5 .
Tabel 5. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat.
Tabel 6. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan
Tabel 7. Rataan mortalitas A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 – D.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan
Dari Tabel 5, 6, dan 7 dapat dilihat bahwa herbisida campuran glifosat dan 2,4 – D menyebabkan tingkat mortalitas tertinggi pada berbagai dosis
0
0 103.5 207 414 828 1656
Parakuat (g b.a/ha)
Gambar 11. Grafik hubungan rataan mortalitas dengan dosis herbisida parakuat pada 4 MSA.
0 180 360 720 1440 2880
Glifosat (g b.a/ha)
0
0 200 400 800 1600 3200
Glifosat + 2,4 - D (g b.a/ha)
Gambar 13. Grafik hubungan rataan mortalitas dengan dosis herbisida campuran glifosat + 2,4 – D pada 4 MSA.
Tinggi Gulma
Dosis parakuat dan glifosat + 2,4 - D berpengaruh nyata terhadap tinggi
A. intrusa dan dosis glifosat berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi A. intrusa
diukur pada 4 MSA. Respon A. intrusa terhadap beberapa dosis herbisida
parakuat, glifosat, dan campuran glifosat dan 2,4 – D terhadap rataan tinggi A. intrusa dapat dilihat pada Tabel 8, 9, dan 10, dimana data terlebih dahulu
ditransformasikan dengan √x+0,5 .
Tabel 8. Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat.
Parakuat (g b.a/ha)
Tinggi (cm)
Tabel 9. Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Tabel 10. Rataan tinggi gulma A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 – D.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Dari Tabel 8, 9, dan 10 dapat dilihat bahwa herbisida campuran glifosat dan 2,4 – D menyebabkan tingkat tinggi gulma yang terendah pada berbagai dosis
dibandingkan dengan herbisida parakuat dan glifosat. Kecuali kontrol tinggi A. intrusa tertinggi 4 MSA herbisida parakuat pada dosis 207 g b.a/ha dan
terendah pada dosis 1656 g b.a/ha, 4 MSA herbisida glifosat pada dosis 720 g
0
0 103.5 207 414 828 1656
Parakuat (g b.a/ha)
Gambar 14. Grafik hubungan rataan tinggi gulma dengan dosis herbisida parakuat pada 4 MSA.
0 180 360 720 1440 2880
Glifosat (g b.a/ha)
0
0 200 400 800 1600 3200
Glifosat + 2,4 - D (g b.a/ha)
Gambar 16. Grafik hubungan rataan tinggi gulma dengan dosis herbisida campuran glifosat + 2,4 – D pada 4 MSA.
Jumlah Cabang
Dosis parakuat dan glifosat + 2,4 - D berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang A. intrusa dan dosis glifosat berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang A. intrusa diukur pada 4 MSA. Respon A. intrusa terhadap beberapa dosis
herbisida parakuat, glifosat, dan campuran glifosat + 2,4 – D terhadap rataan jumlah cabang dapat dilihat pada Tabel 11, 12, dan 13, dimana data terlebih
dahulu ditransformasikan dengan √x+0,5 .
Tabel 11. Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat.
Parakuat
Tabel 12. Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Tabel 13. Rataan jumlah cabang A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 – D.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Dari Tabel 11, 12, dan 13 dapat dilihat bahwa herbisida campuran glifosat
dan 2,4 – D menyebabkan tingkat jumlah cabang yang terendah pada berbagai dosis dibandingkan dengan herbisida parakuat dan glifosat. Kecuali kontrol
0
0 103.5 207 414 828 1656
Parakuat (g ba./ha)
Gambar 17. Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan dosis herbisida parakuat pada 4 MSA.
0
0 180 360 720 1440 2880
Gifosat (g b.a/ha)
0
0 200 400 800 1600 3200
Glifosat + 2,4 - D (g b.a/ha)
Gambar 19. Grafik hubungan rataan jumlah cabang dengan dosis herbisida campuran glifosat + 2,4 – D pada 4 MSA.
Jumlah Buah
Dosis parakuat, glifosat dan glifosat + 2,4 - D berpengaruh nyata terhadap jumlah buah A. intrusa diukur pada 4 MSA. Respon A. intrusa terhadap beberapa dosis herbisida parakuat, glifosat, dan campuran glifosat + 2,4 – D terhadap rataan
jumlah buah dapat dilihat pada tabel 14, 15, dan 16, dimana data terlebih dahulu ditransformasikan dengan √x+0,5 .
Tabel 14. Rataan jumlah buah A. intrusa setelah aplikasi herbisida parakuat.
Tabel 15. Rataan jumlah buah A. intrusa setelah aplikasi herbisida glifosat.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Tabel 16. Rataan jumlah buah A. intrusa setelah aplikasi herbisida campuran glifosat + 2,4 – D.
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Dari Tabel 14, 15, dan 16 dapat dilihat bahwa semua perlakuan menyebabkan jumlah buah 0 atau dengan kata lain tidak ada kecuali kontrol pada
4 MSA dan pada perlakuan glifosat pada dosis 1440 g b.a/ha. Walaupun masih ada A. intrusa yang bertahan hidup tetapi memerlukan waktu untuk menghasilkan
Bobot Kering
Dosis parakuat, glifosat dan glifosat + 2,4 - D berpengaruh nyata terhadap jumlah buah A. intrusa diukur pada 4 MSA. Respon A. intrusa terhadap beberapa dosis
herbisida parakuat, glifosat, dan campuran glifosat + 2,4 – D terhadap rataan bobot kering dapat dilihat pada Tabel 17, 18, dan 19, dimana data terlebih dahulu ditransformasikan dengan √x+0,5 .
Tabel 17. Rataan bobot kering A. intrusa pada 4 MSA herbisida parakuat.
Parakuat
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Tabel 18. Rataan bobot kering A. intrusa pada 4 MSA herbisida glifosat.
Tabel 19. Rataan bobot kering A. intrusa pada 4 MSA herbisida campuran glifosat
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berpengaruh tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan.
Dari Tabel 17, 18, 19 dapat dilihat bahwa herbisida campuran glifosat +
2,4 – D menyebabkan tingkat bobot kering yang terendah pada semua dosis dibandingkan dengan herbisida parakuat dan glifosat. Kecuali kontrol bobot
kering A. intrusa tertinggi 4 MSA herbisida parakuat pada dosis 207 g b.a/ha dan terendah pada dosis 1656 g b.a/ha, 4 MSA herbisida glifosat pada dosis 360 g b.a/ha dan terendah pada dosis 2880 g b.a/ha, sedangkan 4 MSA herbisida
glifosat + 2,4 – D semua A. intrusa mengalami kematian pada berbagai dosis.
0
0 103.5 207 414 828 1656
Gambar 20. Grafik hubungan rataan bobot kering dengan dosis herbisida parakuat
0 180 360 720 1440 2880
Glifosat (g b.a/ha)
Gambar 21. Grafik hubungan rataan bobot kering dengan dosis herbisida glifosat pada 4 MSA.
0 200 400 800 1600 3200
Glifosat + 2,4 - D (g b.a/ha)
Pembahasan Penyebaran Biji A. intrusa
Untuk menentukan jarak pergerakan penyebaran biji dari induk ke
sekitarnya telah dilakukan pengamatan setiap pukul 16.00 WIB setiap harinya. seluruh biji yang tersebar disekitar induk dicatat dan dikumpulkan berdasarkan jarak dari induk dengan interval 20 cm. Jarak biji A. intrusa pecah menunjukkan
bahwa jarak biji pecah terbanyak terdapat pada jarak 61 - 80 cm dari pohon induk dan persentase terbesar pada kisaran 40 – 100 cm . Biji A. intrusa ini juga dapat
pecah hingga jarak 200 – 220 cm. Faktor utama yang mempengaruhi jarak biji pecah adalah angin dimana biji gulma ini sangat ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada kecepatan angin 7
knot, biji yang pecah dapat mencapai 201 -220 cm, jika dibandingkan dengan kecepatan angin pada kecepatan angin 3 knot, jarak biji pecah mencapai 21 -40
cm, pada kecepatan 4 knot biji pecah mencapai 61 – 80 cm, sedangkan pada kecepatan 5 dan 6 knot biji pecah mencapai 181 -200 cm. Dari data ini dapat dilihat bahwa semakin kencang angin maka penyebaran biji pecah semakin jauh
dari pohon induk. Bila biji ini pecah dan jatuh ke tanah kemudian berkecambah maka akan terdapat populasi yang besar pada areal di mana gulma ini tumbuh.
Jangkauan dari biji pecah ini mempercepat penyebaran gulma. Hal ini sesuai dengan Moenandir (1993) yang menyatakan bila biji-biji itu sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu
Dalam pertumbuhannya A. intrusa menghasilkan banyak cabang dimana
cabang-cabang dari gulma ini merupakan tempat daripada pembentukan buah yang dapat menghasilkan biji. Semakin banyak organ vegetatif khususnya cabang
maka tempat pembentukan buah juga semakin banyak. Dari hasil yang didapat pada penelitian ini, 1 A. intrusa dalam polibeg menghasilkan tinggi gulma dan jumlah cabang yang paling tinggi dibandingkan dengan 10 A. intrusa per polibeg
dan 20 A. intrusa per polibeg yakni 18,93 cm dan 19 cabang dimana biji pecahnya mencapai 200 – 220 cm pada tanggal 13 dan 24 juli 2009 yang dapat dilihat pada
Lampiran 141. Dari Lampiran 141 dapat dilihat bahwa jangkauan biji pecah terjauh pada temperatur, kecepatan angin yang tertinggi pada bulan juli 2009 walaupun rata-rata penyinaran mataharinya tidak tertinggi dalam bulan itu.
Berdasarkan data dari BMG pada Lampiraan 104 diketahui bahwa temperatur
rataan bulan juli 27,63°C, kecepatan angin 5,57 Knot, dan rata-rata penyinaran
matahari 46,6% mempengaruhi dalam penyebaran biji A. intrusa. Kerapatan A. intrusa dalam polibeg mempengaruhi tinggi dan jumlah cabang, jumlah cabang
mempengaruhi banyaknya buah yang dihasilkan, temperatur dan penyinaran matahari mempengaruhi dalam pematangan buah, tinggi A. intrusa dan angin
berpengaruh menentukan jarak biji pecah dari induk sebelum jatuh ke tanah. Semakin tinggi dan semakin kencang angin maka jarak biji pecah semakin jauh Dapat disimpulkan kerapatan A. intrusa, jumlah cabang, tinggi A. intrusa,