BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesi a hingga saat ini masih termasuk dalam Negara berkembang
dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Menurut mantan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri
Syarief, laju pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini sekitar 1,49 persen
per tahun. Artinya, setiap tahun jumlah populasi meningkat menjadi 3,5
juta hingga 4 juta orang.1 Berdasarkan hasil survey yang sudah dilakukan
oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang dilaporkan dalam catalog BPS
tahun 2012 dinyatakan bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun
2010 adalah ± 237. 641. 363 jiwa,2 dengan jumlah perempuan sebanyak
119. 507. 580 dan jumlah laki – laki sebanyak 118. 048. 783. Jika
diperhitungkan, laju pertumbuhan bergerak konstan maka diperkirakan
jumlah penduduk di Indonesia akan mencapai 273,2 juta jiwa pada tahun
2025.
Dalam seminar “Dunia dengan 7 Miliar Penduduk” dikatakan bahwa
jumlah penduduk yang demikian besar merupakan tanda bahaya karena
akan mempengaruhi pelaksanaan kehidupan berbangsa. Menurut Jose
1 Manggiasih, Bunga.2011.Penduduk Indonesia Masukk Peringkat 4 Dunia.
Diakses dari:
http://www.tempo.co/read/news/2011/07/14/173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-Peringkat-4-Dunia. diakses pada tanggal: 30 September 2013.
2 Badan Pusat Statistik. 2012. “Perkembangan Beberapa Indikator Utama
Ferraris Kepala Perwakilan United Nations Population Fund Indonesia
dalam seminar tersebut mengatakan bahwa perlu ada aksi konkret untuk
memperbaiki taraf hidup penduduk dunia. Ada tujuh area kunci yang akan
diperbaiki dengan mengendalikan jumlah penduduk, yakni memutuskan
lingkaran kemiskinan dan ketidaksetaraan, pemberdayaan perempuan,
membantu remaja menempa masa depannya, memastikan hak kesehatan
reproduki bagi semua orang. Tiga hal lainnya adalah menciptakan
lingkungan yang sehat bagi bumi, mempersiapkan rencana untuk warga
lanjut usia, dan membuat perencanaan pertumbuhan perkotaan.
Bentuk program yang digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk
mengatasi permasalahan melonjaknya angka pertumbuhan penduduk
adalah Program Keluarga Berencana atau KB yang merupakan program
pengendalian pertumbuhan penduduk dengan jargon “Dua Anak Cukup”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1992, Program Keluarga
Berencana merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera3.
Tujuan dari program Keluarga Berencana berdasarkan buku
“Informasi Dasar Program Kependudukan Keluarga Berencana” yang
dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ini
adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang merupakan
sumber daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka
menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena
itu, strategi yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan;
1. Menjadikan program Keluarga Berencana menjadi bagaian utama
program pembangunan di setiap daerah.
2. Menciptakan komitmen politik yang mendukung kegiatan keluarga
berencana.
3. Meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program Keluarga Berencana.
Saat ini perkembangan teknologi kontrasepsi berlangsung begitu cepat
namun tidak diimbangi dengan peran serta pria untuk berpartisipasi dalam
menggunakan kontrasepsi. Dalam program jangka panjang KB untuk
mencapai Keluarga Berkualitas 2015, pemerintah berupaya untuk
meningkatkan kesetaraan pria dalam ber-KB sehingga terwujudnya peran
serta pria dalam ber-KB
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan
kenaikan angka partisipasi pria dalam mengikuti program KB hanya naik
0,2% per tahunnya. Dilihat dari angka pencapaian peningkatan partisipasi
pria pada tahun 1991 sebesar 0,8% (SDKI 1991). Pada tahun 2003 sebesar
1,3 % (SDKI 2002-2003), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 1,5 %
(SDKI 2007). Sedangkan berdasar RPJMN 2010-2014, dalam
tahun 2011 sebesar 4%, tahun 2012 sebesar 4,3 %, tahun 2013 sebesar
4,6%, dan 2014 sebesar 5%).4 Jika dibandingkan dengan pencapaian angka
partisipasi pria ber-KB di Negara – Negara berkembang seperti di Pakistan
sebanyak 5,2%; Bangladesh sebanyak 13,9%, Nepal sebanyak 24%,
Malaysia sebanyak 16,8% dan jepang sebanyak 80% maka Indonesia
masih menjadi Negara yang paling rendah tingkat partisipasi prianya
dalam ber-KB.5
Secara umum penerapan program KB dimasyarakat dalam
menggunakan alat kontrasepsi dapat dikatakan telah berhasil, akan tetapi
dalam pelaksanaannya ditemukan kendala dalam mewujudkan keluarga
kecil sejahterah melalui program KB. Permasalah utama dalam
penyelenggaraan program KB terjadi pada partisipasi masyarakat
khususnya partisipasi dari pria.6 Partisipasi pria diperlukan dalam
penerapan program KB khususnya dalam penggunaan alat kontrasepsi, hal
ini dikarenakan pria sebagai anggota dalam keluarga juga merupakan
actor KB. Dengan kata lain orang yang ikut berperan dalam KB, sehingga
keberhasilan program KB tidak hanya ditentukan oleh wanita tetapi juga
oleh pria sebagai anggota dalam sebuah keluarga yang berkewajiban untuk
mewujudkan keluarga kecil sejahterah, rendahnya partisipasi pria dalam
4 Istiqomah, Andrianty. “Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di
Kelurahan Sukamanah Kecamatan cipedes Kota Tasikmalaya.” Tasikmalaya. h. 3.
5 Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34432/5/Chapter%20I.pdf. Pada tanggal: 26 oktober 2013. Pada pukul: 01:45 PM.
6 Hasil wawancara dengan penyuluh KB. Kartika, Dewi Mutiara. 2010. “Faktor –
ber-KB ini disebabkan oleh alasan – alasan tertentu, Oleh karena itu
penelitian ini menitikberatkan pada mendeskripsikan mengapa partisipasi
pria dalam ber-KB rendah dengan kata lain faktor yang mempengaruhi
rendahnya partisipasi pria dalam implementasi program KB.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa partisipasi pria di
Indonesia sangat rendah. Alasan mengapa angka partisipasi pria di
Indonesia sangat kecil menurut Soemarji dikarenakan keterbatasan
pengetahuan suami tentang kesehatan reproduksi serta paradigma yang
berkaitan dengan budaya patriarki yang masih dianut di Indonesia dimana
peran pria lebih besar daripada wanita. Selain itu, sudah tercipta mindset
dimasyarakat bahwa penggunaan alat kontrasepsi itu adalah urusan wanita.
Untuk itu penting adanya kesetaraan gender dalam mendukung
keberhasilan jalannya program KB.
Sedangkan BKKBN menyatakan bahwa yang menyebabkan rendahnya
partisipasi pria dalam ber-KB adalah karena rendahnya pengetahuan dan
pemahaman para pria tentang kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku
suami, keterbatasan alat kontrasepsi pria, faktor sosial budaya masyarakat
dan adanya rumor tentang vasektomi serta penggunaan kondom untuk hal
bersifat negative.
Hartono sendiri menyatakan secara spesifik dalam penelitian di
menyebabkan rendahnya minat pria dalam melakasanakan program
keluarga berencana khususnya penggunaan alat kontrasepsi antara lain:
1. Budaya yang ada didalam masyarakat tentang prinsip patrialisme,
2. Minim pengetahuan tentang MOP,
3. Adanya ketakuatan tidak bisa memiliki anak lagi,
4. Frekuensi senggama, keinginan jumlah anak yang tidak sesuai
dengan program keluarga berencana
5. Efek samping minor, kerugian, komplikasi-komplikasi yang
potensial yang muncul ketika menggunakan alat kontrasepsi, dan
6. Faktor biaya.
Permasalahan dan tantangan utama yang dihadapi dalam pembangunan
kependudukan dan keluarga kecil berkualitas adalah tingginya jumlah
akseptor yang harus dilayani dan aksesbilitas pelayanan KB untuk
keluarga miskin, lemanya ekonomi keluarga berarti lemahnya kemampuan
membeli alat kontrasepsi.
Melihat hal tersebut maka penulis akan mengukur tingkat partisipasi
pria dalam pelaksanaan program keluarga berencana kemudian akan
dianalisis dengan menggunakan teori partisipasi pelaksanaan.
1.2 Identifikasi Masalah
Partisipasi saat ini menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan
ada dimasyarakat karena partisipasi tidak hanya sebagai alat atau strategi
yang digunakan pemerintah dalam program pengembangan masyarakat,
pengembangan masyarakat. Dengan adanya partisispasi dapat memberikan
kontribusi untuk hal – hal sebagai berikut:7
a. Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat yang merupakan
dukungan penting bagi pembangunan.
b. Mampu meningkatkan mmotivasi dan ketereampilan masyarakat
dalam pembangunan.
c. Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat.
d. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas, meskipun dengan dana
yan terbatas.
e. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.
Pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Cijerah sejumlah 3397
pasangan dari 4821 kepala keluarga yang ada. Dari 3397 ini terdapat 2951
pasangan yang mulai masuk KB. Dari 2951 pasangan ini hampir semua
penggunaan alat kontrasepsi dilakukan oleh perempuan. Terdapat 1263
pria yang belum menggunakan alat kontrasepsi. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa di masyarakat masih ada wacana bahwa masalah KB
adalah masalah wanita, sehingga perlu adanya pemantauan lebih lanjut
untuk dapat mengetahui tingkat partisipasi pria dalam program keluarga
berenca khususunya dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Dengan meningkatnya partisipasi pria diharapkan akan
menumbuhkan kesadaran baru bahwa pelaksana program KB bukan hanya
wanita tetapi pria juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga
jumlah kelahiran tidak melebihi yang sudah dianjurkan oleh pemerintah.
Selain itu diharapkan juga akan meningkatkan kesadaran pria akan
pentingnya menggunakan alat kontrasepsi sebagai alat untuk mengontrol
jumlah kelahiran sekaligus atau minimal untuk menjaga agar pasangan
mereka tidak hamil dalam waktu yang berdekatan dan melahirkan anak
lebih dari dua karena jika hal ini dilakukan selain mengontrol jumlah
kelahiran juga akan mengurangi angka kelahiran bayi mati dan ibu mati
saat melahirkan.
1.3 Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat partisipasi pria di Kelurahan Cijerah dalam
melakukan program KB khususnya penggunaan alat kontrasepsi?
2. Bagaimana cara untuk meningkatkan partisipasi pria di Kelurahan
Cijerah dalam melakukan program KB khususnya penggunaan alat
kontrasepsi?
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Dengan adanya masalah tersebut diatas maka tujuan yang ingin
1. Mengetahui tingkat partisipasi pria di Kelurahan Cijerah dalam
melakukan program KB khususnya penggunaan alat
kontrasepsi.
2. Mendeskripsikan cara untuk menaikan tingkat partisipasi pria
di Kelurahan Cijerah dalam melakukan program KB khususnya
penggunaan alat kontrasepsi.
3. Mendeskripsikan faktor – faktor yang mempengaruhi
rendahnya partisipasi pria di Kelurahan Cijerah dalam
melakukan program KB khususnya penggunaan alat
kontrasepsi.
1.4.2 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat
memberikan kegunaan sebgai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelian ini untuk memberikan
tambahan informasi mengenai perkembangan partisipasi pria
dalam menyelenggarakan kegiatan keluarga berencana.
b. Manfaat Praktis
Setelah penelitian ini selesai penulis berharap, penelitian ini
dapat memberikan informasi dalam kegiatan sosialisasi
program KB untuk mengajak pria ikut bertanggung jawab
dalam mewujudkan keluarga kecil yang sejahterah di
1.5 Sistematika Penelitian
Dalam proposal ini akan dibahas tiga bab awal dari penelitian
tentang tingkat partisipasi lelaki di Kelurahan Cijerah dalam pelaksanaan
program KB khususnya penggunaan alat kontrasepsi. Bab I pendahuluan
membahas tentang latar belakang mengapa topic partisipasi pria dalam
penggunaan alat kontrasepsi diambil oleh peneliti dan alasan mengapa
penulis tertarik dengan tema ini, kemudian memuat juga identifikasi
masalah dan rumusan masalah yang mana objek penelitian yang diambil
oleh peneliti adalah pria yang berada di kawasan Kelurahan Cijerah,
kemudian memuat juga tentang tujuan dan kegunaan penelitian yang
dibuat oleh peneliti dan terakhir mengenai sistematika penulisan yang
menjelaskan tenatang apa saja isi dari proposal ini.
Pada Bab II berisikan tentang kajian pustaka. Dalam bab ini
memuat teori – teori dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian penulis yaitu mengenai partisipasi pria dalam melaksanakan
program keluarga berencana khususnya dalam penggunaan alat
kontrasepsi.
Pada Bab III membahas tentang metode dan langkah – langkah
penelitian secara operasional meliputi tipe penelitian, lokasi penelitian,
sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan
keabsahan penemuan . Diterangkan dalam bab ini peneliti menggunakan
mengumpulkan data – data kuantitatif yaitu berupa hasil wawancara dan
BAB II
Partisipasi Pria Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana
Dalam bab ini menyajikan uraian teoritis mengenai jawaban atas
pertanyaan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan didalam bab pertama.
Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka pada bab ini akan
menjelaskan apa sebenarnya program keluarga berencana itu, teori mengenai
partisipasi masyarakat dan partisipasi pria dalam pelaksanaan program keluarga
berencana. Dalam bab ini juga akan dijabarkan bagaimana penelitian terdahulu
terhadap partisipasi pria dalam pelaksanaan program keluarga berencana.
Mengingat pentingnya partisipasi pria dalam program keluarga berencana, yang
mana untuk mensukseskan program keluarga berencana, melibatkan peran dua
pihak yaitu pria dan wanita dalam pelaksanaanya.
2.1 Partisipasi Masyrakat
Peran masyarakat dalam melaksanakan program pemerintah, sebagai
upaya untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan mampu
mensejahterakan diri mereka masing – masing, adalah sangat dibutuhkan.
Dalam setiap upaya pembangunan pemerintah peran masyarakat sangat
dibutuhkan karena tidak mungkin semua kegiatan dilakukan oleh pemerintah
apalagi jika upaya tersebut ditujukan untuk masyarakat sendiri dan hanya
masyarakatlah yang dapat melakukannya. Begitu pula peran masyarakat dalam
seperti yang sudah dijelaskan membutuhkan peran yang tinggi dari
masyarakat untuk terlibat dalam mensukseskan tujuan dari keluarga
berencana.
Keterlibatan atau partisipasi merupakan aspek penting dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi merupakan salah satu dari tiga unsur
pembangunan berorientasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan
penentu sekaligus indikator dari keberhasilan suatu program atau kegiatan
pembangunan pemerintah. Sekeras apapun usaha pemerintah melakukan
pembangunan, jika tidak ada partisipasi masyarakat dan tidak ada dukungan
masyarakat, maka tingkat keberhasilan pembangunan dan keberlanjutan
program pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika masyarakat
berpartisipasi.8 Untuk itu dapat dikatakan, bahwa suatu program atau kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah dapat berhasil atau dikatakan berhasil jika
dalam pelaksanaannya partisipasi masyarakatnya tinggi.
Melihat pentingnya konsep partisipasi dalam pembangunan yang
berbasis masyarakat, menjadikan beberapa ahli kemudian mencari dan
membuat definisi tentang apa itu partisipasi masyarakat.
Secara harfiah partisipasi didefinisikan sebagai keikutsertaan atau
peran secara aktif dalam sebuah kegiatan, secara luas partisipasi didefinisikan
sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan
8 Sunarti, Euis. 2012. “Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
sukarela baik karena alasan dari dalam dirinya sendiri atau keluar dari dirinya
dalam keseluruhan proses kegiatan bersangkutan.9
Saat ini partisipasi menempati bagian dalam perencanaan dan proses
pembangunan dalam lingkungan masyarakat sebagai masyarakat biasa atau
sebagai yang mempengaruhi yang datang untuk melihat lebih dan lebih
sebagai lampiran tambahan yang diinginkan, menjadi terpanggil dan
memajukan.10
Maksudnya partisipasi itu melibatkan perencanaan dan proses
pembangunan dalam lingkungan masyarakat yang mana masyarakat ini dapat
menjadi masyarakat biasa atau sebagai yang mempengaruhi terhadap orang
lain sehingga orang lain akan terpanggil untuk ikut berpartisipasi dan
memajukan program atau kegiatan yang ada.
Gagasan "partisipasi masyarakat" mengacu melibatkan berbagai kelompok pemangku kepentingan dalam proses partisipasi - individu atau inisiatif warga seperti halnya wakil yang mencoba mempengaruhi seperti organisasi lingkungan hidup, karang taruna atau asosiasi profesional yang membuat kekhawatiran kelompok yang mereka wakili dikenal. Orang yang mempengaruhi dan kelompok-kelompok umum-kepentingan yang dikenal sebagai "masyarakat terorganisir". Sedapat mungkin setiap proses partisipasi harus terbuka kepada semua stakeholder dan semua orang tertarik, yaitu untuk masyarakat luas. Dalam beberapa kasus, meskipun, yang tidak layak, karena
9 Dikase dari:
www.scribd.com/doc/37669845/32-konsep-pemberdayaan-partisipasi-kelembagaan
10 Arbter,Kerstin. Handler, Martina.dkk. 2007. “The Public Partisipation
kelompok yang dihasilkan akan terlalu besar untuk berfungsi secara efektif. Kemudian tergantung kepada "masyarakat terorganisir" untuk mewakili kepentingan para pemangku kepentingan.11
Partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977), partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat dalam proses perencana dan pembuatan keputusan
tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan
keputusan untuk memberikan kontibusi sumberdaya atau berkerjasama dalam
organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan
dan evaluasi program.12
Korten mengartikan partisipasi sebagai proses pemberian peran kepada
individu bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai actor yang
menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses
yang mempengaruhi kehidupannya. Sedangkan Migley, menjelaskan
partisipasi sebagai upaya memperkuat kapasitas individu dan masyarakat
untuk mendorong mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka
hadapi.13
Selain itu, Osborne dan Gaebler mengungkapkan dalam pemerintahan
yang sudah menerapkan reinventing government yaitu prinsip “Community
owned government: Empowering more than serving” yang menunjukan betapa
pentingnya partisipasi masyarakat dalam administrasi publik. Pengertian ini
11 Ibid. hlm 6
12Silviana, Septinia Eka, dkk. 2012. “Partisipasi Masyarakat dalam
Pemerintahan Daerah”. Diakses dari :
http://shintahappyyustiari.lecture.ub.ac.id//les/2012/11/KELOMPOK-2.docx. Pada tanggal: 7 november 2013. Pada pukul: 2:58 PM
13 Siwi, Mahmudi. 2012. “Memahami Konsep Partisipasi”. Diakses dari:
juga menunjukan bahwa warga Negara bukan lagi diposisikan sebagai yang
dikenai tindakan yang dikeluarkan pemerintah tetapi sebagi pemilik
pemerintahan (owner of government) dan mampu bertindak secara bersama –
sama mencapai sesuatu yang lebih baik. Kepentingan publik tidak lagi
dipandang sebagai agresi kepentingan pribadi melainkan sebagai hasil dialog
dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan
bersama. (muluk, 2007:33).14
Menurut Mikkelsen partisipasi atau partisipatoris adalah kontribusi
sukarela dari dari masyarakat dalam suatu proyek pembangunan tapi tanpa
mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan.15 Namun setelah
pengertian tersebut Mikkelsen mendefinisikan ulang konsep partisipasi
dengan mengutip dari FAO (2001: 64) dan menyatakan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri
dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan
cara memantapkan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang
melaksanakan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar mereka
memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak social
yang ditimbulkan karena keberadaan proyek tersebut.16
14 Laksana, Nuring Septyasa. 2013. Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat
Desa dalam Program Desa Siaga Di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1, (1), 56-66.
15 Isbandi, Rukminto. 2008. “Intervensi Komunitas, Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat”. Jakarta, PT. Rajagra/ndo Persada. Hlm. 10
16 Purnamasari, Ira. 2008. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Sedangkan pengertian partisipasi yang mempunyai kaitan dengan
suatu program, dikemukakan oleh Drs, Tachyan dengan mengutip Mubyarto
menyatakan partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap
program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
kepentingan diri sendiri.17
Terakhir dalam buku Public Participation Manual partisipasi diartikan
sebagai “Where individuals or citizens’ initiatives participate in a planning
process, so as to make their interests as private persons or as a group of
private persons known”.18 Artinya partisipasi itu terjadi dimana individu atau
warga Negara berinisiatif dalam proses perencanaan, jadi untuk membuat mereka tertarik untuk tahu baik itu sebagai orang pribadi atau sebagai sekelompok orang pribadi.
Dari pengertian – pengertian yang disebutkan diatas, dapat ditarik
kesimpulan esensi dari partisipasi masyarakat yaitu melibatkan keikutsertaan
masyarakat (individu atau kelompok) dan memandang mereka bukan lagi
sebagai objek tetapi sebagi subjek atau aktor yang menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
kehidupannya, prose ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dalam upaya mereka
menyelesaikan masalah yang mereka miliki sehingga menciptakan masyarakat
yang madani. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut
17 Drs, Tachyan. 1993. “Laporan Penelitian: Partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan program k3 untuk mewujudkan kesehatan lingkungan di kotamadya dati II Bandung”. UNPAD. Hlm, 19-20
18 Arbter,Kerstin. Handler, Martina.dkk. 2007. “The Public Partisipation
ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan.
Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan, pemikiran dan
material yang diperlukan.
Partisipasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam
membangkitkan kemandirian dan proses pemberdayaan. Partisipasi digunakan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat. Tidak hanya dalam bidang
ekonomi tetapi juga sosial, lingkungan dan pembanguna yang berbasis pada
masyarakat, dimana masyarakat tidak dijadikan objek tetapi dijadikan subjek
dalam pemberdayaan sehingga merasa dan memiliki dan mendorong
meningkatkan partisipasi.
Dalam prosesnya partisipasi diharapkan membuat masyarakat menjadi lebih
peka dalam rangka menerima dan merespon berbagai program pembangunan.
Dalam proses partisipasi terjadi keterlibatan antara pemerintah local dan
penyelenggara program dalam rangkaian persiapan, pengimplementasian,
pemantauan dan penevaluasian. 19
2.2 Jenis Partisipasi
Partisipasi masyarakat oleh Pasaribu dan B. Simanjuntak dibagi menjadi
beberapa jenis partisipasi masyarakat. Jenis – jenis tersebut antara lain :
1. Partisipasi buah pikiran, partisipasi ini biasanya diberikan oleh masyarakat
dalam kegiatan seprti ajangsono, pertemuan atau rapat;
19 Isbandi, Rukminto. 2008. “Intervensi Komunitas, Pengembangan
2. Partisipasi tenaga, partisipasi ini diberikan masyarakat dalam bentuk
melakukan perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain
dan sebagainya;
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan oleh masyarakat dalam bentuk
menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu pembangunan;
4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, diberikan oleh masyarakat untuk
mendorong aneka ragam betuk usaha dan industry;
5. Partisipasi sosial, merupakan partisipasi yang diberikan masyarakat sebgai
tanda keguyuban. Misalnya turut berpartisipasi dalam koperasi, layat,
mulang sambung dan lain – lain.20
Jenis partisipasi yang diungkpakan oleh Pasaribu dan B. Simanjuntak ini
dimaksudkan partisipasi yang diberikan masyarakat dalam bentuk apa yang
bisa mereka berikan berdasarkan apa yang mereka miliki.
Partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan pada Sembilan kriteria, yaitu
sebagai berikut:21
1. Berdasarkan derajat kesukarelaan
a. Partisipasi bebas
Terjadi bila seorang individu melibatkan dirinya secara sukarela di
dalam suatu kegiatan partisipatif tertentu. Partisipasi bebas dapat
dibedakan menjadi:
20 Drs, Tachyan. 1993. “Laporan Penelitian: Partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan program k3 untuk mewujudkan kesehatan lingkungan di kotamadya dati II Bandung”. UNPAD. Hlm, 23.
21 Fitria, Devi Irine. 2010. “Partisipasi Laki – Laki dalam Program KB (Studi
a.1. Partisipasi spontan
Terjadi bila seseorang individu mulai berpartisipasi
berdasarkan keyakinan tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau
ajakan-ajakan oleh lembaga-lembaga atau perorangan.
a.2. Partisipasi terbujuk
Bila seorang individu mulai berpartisipasi setelah
diyakinkan melalui program penyuluhan atau oleh pengaruh lain
sehingga berpartisipasi secara sukarela didalam aktivitas kelompok
tertentu. Partisipasi ini dapat dibagi menurut siapa yang membujuk,
yaitu:
· Pemerintah yang mempropagandakan program pembangunan
masyarakat,
· Badan-badan sukarela di luar masyarakat itu, misalnya
gerakan-gerakan keagamaan.
· Orang-orang yang tinggal di dalam masyarakat atau golongan
organisasi sukarela yang berbasiskan di dalam masyarakat
seperti PKK dan Kelompok Tani.
b. Partisipasi terpaksa
Dapat terjadi dalam berbagai cara, antara lain:
b.1. Partisipasi terpaksa oleh hukum
Terjadi apabila orang-orang terpaksa melalui peraturan atau
bertentangan dengan keyakinan mereka dan tanpa melalui
persetujuan mereka.
b.2. Partisipasi terpaksa karena kondisi sosial ekonomi
2. Berdasarkan cara keterlibatan
a. Partisipasi langsung
Terjadi apabila orang itu melaksanakan kegiatan tertentu di dalam
proses partisipasi seperti mengambil perananan di dalam
pertemuan-pertemuan, turut berdiskusi.
b. Partisipasi tidak langsung
Terjadi apabila seseorang mendelegasikan hak partisipasinya, misalnya
dalam pemilihan wakil-wakil di dalam DPR.
3. Berdasarkan keterlibatan di dalam berbagai tahap dalam proses
pembangunan terencana
a. Partisipasi lengkap
Bila seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat di
dalam seluruh tahapan dalam proses pembangunan terencana.
b. Partisipasi sebagian
Bila seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung tidak
terlibat di dalam seluruh tahapan pembangunan
4. Berdasarkan tingkatan organisasi
Terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja
dikembangkan atau sedang dalam proses penyiapan.
b. Partisipasi yang tidak terorganisasi
Terjadi bila orang-orang berpartisipasi hanya dalam tempo yang
kadang-kadang saja yang hukumnya karena keadaan yang gawat,
misalnya sewaktu terjadi kebakaran.
5. Berdasarkan intensitas dan frekuensi kegiatan
a. Partisipasi intensif
Terjadi bila disitu ada frekuensi aktivitas kegiatan partisipasi yang
tinggi. Menurut Muller hal ini diukur melalui dimensi kuantitatif dari
partisipasi.
b. Partisipasi ekspensif
Terjadi bila pertemuan-pertemuan diselenggarakan secara tidak
teratur dan kegiatan-kegiatan atau kejadian-kejadian yang
membutuhkan partisipasi dalam interval waktu yang panjang.
6. Berdasarkan lingkup liputan kegiatan
a. Partisipasi tak terbatas
Bila seluruh kekuatan yang mempengaruhi komunitas tertentu dapat
diawali oleh dan dijadikan sasaran kegiatan yang membutuhkan
partisipasi anggota komunitas tertentu.
Terjadi bila hanya sebagian kegiatan sosial, politik, administratif
dan lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi melalui kegiatan
partisipatif.
7. Berdasarkan efektifitas
a. Partisipasi efektif Yaitu kegiatan-kegiatan partisipatif yang telah
menghasilkan
perwujudan seluruh tujuan yang mengusahakan aktivitas partisipatif.
b. Partisipasi tidak efektif
Terjadi bila tidak satupun atau sejumlah kecil saja dari tujuan-tujuan
aktivitas yang dicanangkan terwujud.
8. Berdasarkan siapa yang terlibat
Orang-orang yang dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Anggota masyarakat setempat; penduduk setempat, pemimpin
setempat.
b. Pegawai pemerintah; penduduk dalam masyarakat, bukan penduduk.
c. Orang-orang luar; penduduk dalam masyarakat, bukan penduduk.
d. Wakil-wakil masyarakat yang terpilih Anggota-anggota dari berbagai
kategori dapat terorganisir (partisipasi bujukan) atau dapat
mengorganisir diri mereka berdasarkan dua prinsip, yaitu:
1. Perwilayahan, sifatnya homogen sejauh masih menyangkut
2. Kelompok-kelompok sasaran, sifatnya homogeny sejauh menyangkut
kepentingan-kepentingan tertentu.
9. Berdasarkan gaya partisipasi
Roothman membedakan tiga model praktek organisasi masyarakat di
dalam setiap model terdapat perbedaan tujuan – tujuan yang dikejar dan
perbedaan dalam gaya partisipasi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan lokalitas
Model praktek organisasi ini sama dengan masyarakat dan
maksudnya adalah melibatkan orang-orang di dalam pembangunan
mereka sendiri dan dengan cara ini menumbuhkan energy sosial yang
dapat mengarah pada kegiatan menolong diri sendiri. Model ini
mencoba melibatkan seluruh anggota masyarakat serta mempunyai
fungsi integratif.
b. Perencanaan sosial
Pemerintah telah merumuskan tujuan-tujuan dan maksud-maksud
tertentu yang berkenaan dengan perumahan, kesehatan fisik, dan lain
sebagainya. Tujuan utama melibatkan orang-orang adalah untuk
mencocokkan sebesar mungkin terhadap kebutuhan yang dirasakan dan
membuat program lebih efektif. Partisipasi di dalam perencanaan sosial
atau placation. Akan tetapi partisipasi dapat berkembang ke dalam
bentuk partnership atau perwakilan kekuasaan.
c. Aksi sosial
Tujuan utama dari tipe partisipasi ini adalah memindahkan
hubungan-hubungan kekuasaan dan pencapaian terhadap sumber-sumber perhatian
utama ada satu bagian dari masyarakat yang kurang beruntung. Seperti
halnya dalam pembangunan lokalitas, peningkatan partisipasi
diantaranya kelompok sasaran adalah salah satu dari maksud-maksud
yang penting (Y.Slamet,1994:10-21).
Jadi, partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosi sertz
fisik seseorang atau kelompok masyarakat secara sadar dalam usaha
pencapaian tujuan dengan cara merencanakan, melaksanakan, menggunakan,
dan disertai tanggungjawab. Penelitian ini akan meneliti permasalahan tentang
partisipasi masyarakat. Partisipasi disini yang dimaksud adalah tentang
partisipasi laki-laki dalam program keluarga berencana yang dapat dilihat
berdasarkan derajad kesukarelaan, cara keterlibatan, efektifitas, serta
keterlibatan aktor di dalamnya.
Cohen dan Uphoff membedakan partisipasi atas 3 jenis: a) participation in
decision making; b) participation in implemention; c) participation in benefit;
d) participation in evaluation
Participation in decision making adalah partisipasi masyarakat dalam prose
pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi. Partisipasi dalam bentuk ini
pendapatnya untuk menilai suatu rencana atau program yang akan ditetapkan.
Masyarakat juga diberikan kesempatanuntuk menilai suatu keputusan atau
kebiijaksanaan yang sedang berjalan. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
adalah proses dimana prioritas – prioritas pembangunan dipilih dan
dituangkan dalam bentuk program yang dipilih dan dituangkan dalam bentuk
program yang disesuaikan dengan kepentingan masyarakat. Dengan
mengikutsertakan masyarakat, secara tidak langsung mengalammi latihan
untuk menentukan masa depannya sendiri secara demokratis.
Participation in implementation adalah partisipasi atau keikutsertaan
masyarakat dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program
yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan program pembangunan, bentuk
partisipasi masyarakat dapat dilihat dari jumlah (banyaknya) yang aktifnya
dalam berpartisipasi, bentuk – bentuk yang dipartisipasikan misalnya tenaga,
bahan, uang, semuanya atau sebagian – sebagian, partisipasi langsung atau
tidak langsung, semangat berpartisipasi, sekali – sekalia tau berulang – ulang.
Participation in benefit adalah partisipasi masyarakat dalam menikmati
atau memanfaatkan hasil – hasil pembangunan yang dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan. Pemertaan kesejahteraan dan fasilitas, pemerataan
usaha dan pendapatan, ikut menikmati atau menggunakan hasil – hasil
pembangunan adalah bentuk dari partisipasi dalam menikmati dan
memanfaatkan hasil – hasil pembangunan. Partisipasi pemanfaatan ini selain
dapat dillihat dari penikmatan hasil – hasil pembangunan, juga terlihat pada
peningkatan pembangunanberiutnya dan partisipasi dalam pemeliharaan dan
perawatan hasil – hasil pembangunan.
Participation in evaluation adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk
keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil –
hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta
dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya
memberikan saran – sara, kritikan atau protes.
Disini Cohen dan Uphoff menekankan jenis partisipasi kedalam tahapan –
tahapan pelaksanaan partisipasi masyarakat atau jika menurut Y. Slamet
berdasarkan derajat kesukarelaan. Adapun dalam penelitian ini partisipasi
yang digunakan adalah Participation in implementation, and participation in
benefit.
2.3 Keluarga Berencana
Pada awalnya program ini diperkenalkan sebagai upaya menjarangkan
kelahiran, untuk mensejahterakan ibu dan anak, dan untuk mengobati
kemandulan. Dalam upaya memperkenalkan keluarga berencana di Indonesia,
para pelopor keluarga berencana mengaitkan dengan kesehatan. Melihat
tingginya angka kematian ibu dan bayi serta penderitaan yang dialami oleh ibu
– ibu yang sering melahirkan, nasihat pembatasan kehamilan diberikan pada
ibu – ibu yang tergolong dalam kelompok (high risk group) bila melahirkan.
“Agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana dengan cepat, harus dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan
jumlah penduduk melalui program keluarga berencana, yang mutlak harus
dilaksanakan dengan berhasil, karena kegagalan pelaksanaan keluarga
berencana akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak
berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang.”
Tujuan dibentuknya program keluarga berencana ini bahwa,
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahterah yang merupakan sumber
daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menjamin
terkendalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka penggarapan program nasional
keluarga berencana diarahkan pada dua sasaran:
1. Langsung: Pasangan usia subur didorong secara bertahap untuk
menjadi peserta keluarga berencana.
2. Tidak Langsung: orang, tokoh masyarakat, instansi, dan swasta
memberikan dukungan terhadap proses pembentukan system nilai di
kalangan masyarakat.
Agar tujuan tersebut tercapai maka program keluarga berencana harus mulai
dilakukan oleh masyarakat yang sadar akan manfaat dari melakukan program
keluarga berencana. Karena jika penggunaan KB dilakukan dengan kesadaran
penuh dari masyarakat maka hal – hal berikut dapat dicegah sehingga dapat
a. Kehamilan terlalu dini
Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17
tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya
belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap untuk dilewati
oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum
usianya mencapai 1 tahun.
b. Kehamilan terlalu “telat”
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan
melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai
problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan
melahirkan.
c. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan
tubuh perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah
hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai
masalah bahkan juga bahaya kematian, menghadang.
d. Terlalu sering hamil dan melahirkan
Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya
kematian akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan lain, bila ia
terus saja hamil dan persalin lagi.
2.4 Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana
Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses
kontrasepsi pria. Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya
berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta
merencanakan jumlah keluarga. Untuk merealisasikan tujuan terciptanya
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.22
Bentuk partisipasi pria dalam keluarga berencana dibagi menjadi dua,
yaitu secara langsung mamupun tidak langsung.23
a. Secara Langsung
Partisipasi pria secara langsung adalah sebagai peserta pria dengan
menggunakan salah satu cara atau metode kontrasepsi, seperti dengan
menggunakan alat kontrasepsi kondom, vasektomi, metode senggama
terputus, dan metode pantang berkala / sitem kalender.
b. Tidak Langsung
Partisipasi pria secara tidak langsung adalah dengan mendukung
setiap kegiatan KB dan juga sebagai motivator sesuai dengan
pengetahuan tentang KB yang dimilikinya.
Mendukung dalam ber-KB
Apabila disepakati istri yang akan ber-KB peran suami adalah
mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri untuk
menggunakan kontrasepsi atau metode KB. Dukungan tersebut
meliputi:
22Omandhi-Odhiambo. Men's Participation in Family Planning Decision inKenya. Population
Studies. 1997.
23 Sukardi, S.Pd, 2011. “Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana”. Diakses
dari: http://sulbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?
1. Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan dan kondisi istrinya,
2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar,
seperti mengingatkan saat minum pil KB, dan mengingatkan istri
untuk control,
3. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun
komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi,
4. Mengantarkan istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol
atau rujukan,
5. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan tidak
cocok,
6. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan
metode pantang berkala,
7. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri
tidak memungkinkan.
Sebagai motivator
Selain sebagai peserta KB, suami juga dapat berperan sebagai
motivator, yang dapat berperan aktif memberikan motivasi kepada
anggota keluarga atau saudaranya yang sudah berkeluarga dan
masyarakat disekitarnya untuk menjadi peserta KB, dengan
menggunakan salah satu kontrasepsi. Untuk memotivasi orang lain,
keteladanan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang motivator yang
baik.
2.5 Cara KB pria
Dalam usaha untuk meningkatkan pemeriksaan gerakan keluarga
berencana nasional peranan pria sebenarnya sangat penting dan
menentukan. Pada dasarnya alat kontrasepsi pria digunakan untuk
membantu melindungi terhadap penularan infeksi seksual , termasuk
HIV. Dengan menggunakan alat kontrasepsi merupakan satu-satunya
metode yang dapat melindungi terhadap kehamilan dan menularnya
infeksi secara seksual.
Saat ini hanya terdapat dua cara pria dalam menggunakan alat
kontrasepsi. Pria menggunakan kondom atau melakukan vasektomi.
Keduanya merupakan satu – satunya alat kontrasepsi yang dapat
dipercaya dan relatif aman untuk digunakan. Namun dalam Engelmann
et. Al dan Hargreave (1992), cara lain yang dapat digunakan selain
dengan menggunakan kondom dan vasektomi adalah dengan senggama
terputus.24
Cara KB pria/laki-laki yang dikenal saat ini adalah pemakaian
Kondom dan Vasektomi (Metode Operasi Pria) serta KB alamiah yang
melibatkan pria/suami seperti : sanggama terputus (coitus interruptus),
perhitungan haid/sistem kalender, pengamatan lendir vagina serta
pengukuran suhu badan. Selain daripada itu terdapat berbagai cara KB
24 Ekarini, Sri Madya Bhakti. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
yang masih dalam taraf penelitian seperti : Vasoklusi, dan penggunaan
bahan dari tumbuh-tumbuhan. Adapun cara KB Pria yang banyak
dikenal terdiri dari :25
a. Kondom26
Menurut sejarah kondom sudah diketahui sejak jaman Mesir Kuno
dan dibuat dari kulit atau usus binatang. Atas perintah raja Charles
II Inggris, dokter Condom membuat kondom dari kulit binatang
dengan panjang 190 mm, diameter 60 mm, dan tebal 0,038 mm.
Teknik dan biaya pembuatannya cukup mahal dan keberhasilannya
masih rendah sebagai alat kontrasepsi.
Dokter Fallopio dari Italia membuat kondom dari linen dengan
tujuan utama untuk menghindari infeksi hubungan seks tahun 1564.
Dokter Hercule Saxonia pada tahun 1597 membuat kondom dari
kulit binatang yang bila hendak dipakai direndam dulu. Kondom
terbuat dari karet dikembangkan oleh dokter Hancock pada tahun
1944 dan Goodyer 1970.
1) Pengertian
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat
terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik
(vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada
penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet
25 Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencanauntuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti putting susu, berbagai bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan
efektifitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun
sebagai aksesoris aktifitas seksual.27
Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang
paling mudah dipakai dan diperoleh baik di apotik maupun di
toko-toko obat dengan berbagai merek dagang.28
2) Fungsi Kondom
Kondom mempunyai tiga fungsi yaitu :
a) Sebagai alat KB
b) Mencegah penularan PMS termasuk HIV/AIDS
c) Membantu pria atau suami yang mengalami ejakulasi dini
3) Kelebihan Kondom
a) Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan
benar
b) Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter
c) Praktis dan dapat dipakai sendiri
d) Tidak ada efek hormonal
e) Dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular
seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS antara suami-isteri
27 Syaifudin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2003.
f) Mudah dibawa
4) Keterbatasan Kondom
a) Kadang-kadang pasangan ada yang alergi terhadap bahan
karet kondom
b) Kondom hanya dapat dipakai satu kali
c) Secara psychologis kemungkinan mengganggu kenyamanan
d) Kondom yang kedaluarsa mudah sobek dan bocor
5) Penggunaan Kondom
a) Bila hubungan seksual dilakukan pada saat isteri sedang
dalam masa subur
b) Bila isteri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode
kontrasepsi
c) Setelah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai 15 kali
ejakulasi
d) Sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi
lain
e) Bagi semua yang isterinya calon peserta pil KB sedang
menunggu haid
f) Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36
jam
g) Apabila salah satu dari pasangan suami-isteri menderita
h) Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau
yang dipakai pasangan suami-isteri
i) Sementara menunggu pencabutan implant/susuk KB/alat
kontrasepsi bawah kulit, bila batas waktu pemakaian implant
sudah habis
6) Efektivitas Kondom
a) Kondom efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan baik
dan benar
b) Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5-20%
c) Sangat efektif jika digunakan pada waktu isteri dalam periode
menyusui, akan lebih efektif
b. Vasektomi
Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan
operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang
tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat
dihindari.29
1) Pengertian
Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan
oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
29 Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan, pengikatan,
penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri;
sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar
membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan.
Tindakan yangdilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau
khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar 15-45
menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang
terdapat di dalam kantong buah zakar.
2) Peserta Vasektomi
a) Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau
melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat konseling
tentang vasektomi.
b) Mendapat persetujuan dari isteri :
(1) Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani
(2) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun
(3) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya
(4) Menandatangani formulir persetujuan (informedconsent).
3) Kelebihan
a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan
b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah
c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja
d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit
f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kontrasepsi lain
4) Keterbatasan
a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan,
nyeri, dan infeksi).
b) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama 12-15
kali sanggama agar sel mani menjadi negative
c) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan
seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu.
5) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila
a) Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi
b) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah
c) Jika keadaan suami-isteri tidak stabil
d) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia, kelainan
akibat cacing tertentu pada buah zakar dan kencing manis yang tidak
terkontrol.
c. Pantang Berkala
1) Pengertian
Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa
subur istri.30
2) Macam
Terdapat tiga cara dalam melakukan metode KB pantang berkala,
yaitu :
a) Sistem kalender
(1) Pengertian
Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan
medis terlebih dahulu. Caranya dengan memperhatikan masa
subur isteri melalui perhitungan haid. Masa berpantang dapat
dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur dimana saat
mulainya dan berakhirnya masa subur dengan perhitungan
kalender.
(2) Cara menghitung masa subur
(a) Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus
mencatat jumlah dari dalam tiap satu siklus haid selama 6
bulan (6 siklus haid),
(b) Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu
(c) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi
18. Hitungan ini menentukan hari pertama subur,
(d) Jumlah hari terpanjang serlama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
(a) Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan
atau untuk merencanakan ingin punya anak
(b) Tanpa biaya
(c) Tanpa memerlukan pemeriksaan medis
(d) Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak
atau putus asa terhadap metode KB lain
(e) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal
(f) Melibatkan partisipasi suami dalam KB
(4) Keterbatasan
(a) Masa berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadangkadang berakibat
pasangan tersebut tidak bisa mentaati
(b) Tidak tepat untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang
tidak teratur. Memerlukan waktu 6 sampai 12 kali siklus
haid untuk menentukan masa subur sebenarnya
(c) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS
2.6 Partisipasi Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi
Suksesnya pelaksanaan program keluarga berencana tak terlepas dari
peran masyarakat yang mau dan sadar untuk melaksanakan program ini serta
keluarga berencana. Begitupula dengan peran pria dalam melaksanakan
kegitan keluarga berencana harus dilakukan berdasarkan kemauan dan
kesadaran akan pentingnya keluarga berencana bukan saja sebagai dampaknya
pada pertumbuhan penduduk saja namun juga dampak pada kesejahteraan
hidup keluarga yang mereka miliki.
Peran pria dalam melakasanakan keluarga berencana hingga saat ini masih
sangat rendah, terutama dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dikatakan
demikian karena tingkat partisipasi pria saat ini hanya sebesar 1,5% per tahun
yang mana setiap tahunnya hanya naik 0,2% per tahun dan ini jauh dari target
yang sudah direncanakan dalam RPJMN yang sebesar 5% ditahun 2014.
Dikota Bandung sendiri dari jumlah 83 persen partisipasi keluarga berencana
hanya terdapat 2 persen laki – laki saja yang mau berpartisipasi dalam
kegiatan KB.31 Jumlah alat kontrasepsi pria yang sangat terbatas menjadi
alasan rendahnya partisipasi pria dalam melaksanakan program keluarga
berencana selain masih tertanamnya image dimasyarakat bahwa program KB
itu hanyalah urusan perempuan.
Semenjak mulai muncul kembali pencangan program KB setelah
berakhirnya masa pemerintahan Soeharto, terdapat pergeseran makna
pelaksanaan keluarga berencana yang pada masa pemerintahan Soeharto
pelaksanaan KB berpusat kepada partisipasi wanita, kini mulai diarahkan
kepada menaikan partisipasi pria dalam melaksanakan KB. Pergeseran makna
pelaksanaan KB ini terkait dengan wacana kesetaraan gender yang diusung
31 2013. “pria di kota bandung minim mengikuti program KB”. Diakses dari:
oleh Indonesia dari World Bank dalam rangka pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015. Ketua BKKBN tahun 2010 Sugiri
Syarif mengatakan bahwa “Peningkatan partisipasi pria dalam Program KB
dan Kesehatan Reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong
kesetaraan gender dan menyuksekan pencapaian pembangunan Milenium
(MDGs) 2015”. Selain itu juga Sugiri menambahkan “ akses informasi dan
akses pelayanan KB pria menjadi terbatas karena minimnya kualitas
pelayanan yang belum sesuai harapan, terbatasnya pilihan cara dan metode
KB pria yakni kondom dan MOP, serta rendahnya dukungan politis dan sosial
budaya sebagai alasan mengapa partisipasi pria dalam penggunaan alat
kontrasepsi masih rendah.
Menurut Bertrand ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi pria
dalam penggunaan alat kontrasepsi, yaitu: faktor sosial dan individu, nilai
anak dan keinginan memilikinya, permintaan KB, faktor intermediate lain
(umur menarchea, umur kawin, mati haid, postpartum infecundability,
fecundabilitas, anak lahir mati, aborsi sengaja). Program pembangunan, faktor
persediaan KB, output pelayanan (akses, kualitas pelayanan, image),
pemanfaatan pelayanan.32
32 Bertrand. Kerangka Pikir Konseptual Permintaan KB serta Dampak
BAB III
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian atau kadang disebut juga dengan metode penelitian
adalah sebuah prosedur atau langkah – langkah dalam mendapatkan pengetahuan
ilmiah atau ilmu.33 Atau bisa dikatakan sebagai tatacara bagaimana suatu
penelitian dilaksanakan.34 3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam
pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
system pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
interpretasi yang tepat. Menurut Dirjen Dikti penelitian deskriptif merupakan
serangkaian cara untuk mendeskripsikan data juga fakta yang terjadi di
lapangan yang bertujuan untuk mencari unsur – unsur, ciri – ciri, sifat suatu
fenomena. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuat deskripsi secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi daerah
33 Suryana. 2010. “Metodologi penelitian “model praktis penelitian kuantitatif
dan kualitatif . “ Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal: 20
34 Suciati. 2006. “partisispasi masyarakat dalam penyusunan rencana umum
tertentu. 35 Metode ini dilakukan dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterpretasikan data yang sudah diperoleh. Untuk
memperoleh data – data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara
berikut: teknnik survey, studi kasus, studi komparatif, studi tentang waktu dan
gerak, analisis tingkah laku dan gerak dan analisis documenter.36
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu studi
kasus, Bogdon dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong) mendefinisikan
metodologi kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan
perilaku yang diamati.37 Penelitian kualitatif lebih memberikan tekanan
kepada pemahaman dan makna, berkaitan dengan nilai – nilai tertentu, lebih
menekankan pada proses daripada pengukuran, mendeskripsikan,
menafsirkan, dan memberikan makna dan tidak cukup dengan penjelasan
belaka, dan memanfaatkan multi metode dalam penelitian.38
Penelitian kualitatif banyak menggunakan case study sebagai acuan untuk
meneliti. case study adalah suatu penelitian yang sangat mendalam mengenai
suatu objek atau unit tertentu. Case study menunjukan pada pengumpulan data
35 Suryana. 2010. “Metodologi penelitian “model praktis penelitian kuantitatif
dan kualitatif . “ Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal: 18
36 Suryana. 2010. “Metodologi penelitian “model praktis penelitian kuantitatif
dan kualitatif . “ Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal: 20
37 Lexy J. Moleong. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, h 3
atau informasidan menyajikan informasi secara rinci mengenai suatu
kelompok atau mengenai sesuatu sehingga kesimpulan yang dihasilkan dari
penelitian ini hanya berkaitan dengan objek yang diteliti atau dengan kata lain
kesimpulan yang dihasilkan tadi dapat digeneralisasi. Studi kasus bertujuan
untuk mengungkapkan atribut – atribut individualistic mengenai
organisasiatau institusi khusus.
Penelitian kualitatif tidak dapat ditangani dengan menggunakan prosedur –
prosedur statistika.39 Terdapat beberapa alasana mengapa menggunakan
Metode Kualitatif dalam melakukan penelitian ini, pertama metode kualitatif
lebih mementingkan proses daripada hasil, kedua metode kualitatif lebih
memungkinkan peneliti dalam berinteraksi dengan responden, ketiga memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data.
Penelitian tingkat partisipasi dalam implementasi program KB khususnya
pria di Kelurahan Cijerah ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif karena
data data yang diperoleh dan akan diolah adalah berupa hasil kusioner yang
disebar kepada masyarakat (dalam hal ini keluaraga pasangan usia subur yang
mengikuti KB di Kelurahan Cijerah) serta hasil wawancara yang dilakukan
oleh penulis di lingkungan objek penelitian dan dilakukan secara case study
karena pada pelaksanaannya penelitian ini hanya akan berfokus pada satu
daerah saja, yaitu daerah Kelurahan Cijerah tersebut sehingga kesimpulan
akhirnya juga hanya berlaku untuk daerah tersebut saja.
Sumber data primer peneliti bersumber dari informasi yang didapat dari
pria yang mengikuti program KB dan yang tidak mengikuti KB (Akseptor
KB), istri akseptor dan petugas lapangan keluarga berencana di Kelurahan
Cijerah. Informasi ini didapat terutama berasal dari pasngan usia subur (PUS)
peserta keluarga berencana aktif yang mengikuti program keluarga berencana
di Kelurahan Cijerah yang menjadi pokok kajian penelitian dalam penelitian
ini.
Sumber data sekunder didapat dari refrensi buku, jurnal, website resmi
pemerintah yang berkaitan dengan tema partisipasi pria dalam keluarga
berencana, data – data dari pemerintah, skripsi – skripsi terdahulu, dan
dokumen lainnya yang terkait dengan judul penelitian yang diangkat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data kualitatif dalam melakukan penelitian ini penulis
akan mengumpulkan data dengan cara wawancara, studi dokumen, dan
penyebaran kusioner kepada masyarakat (dalam hal ini pasangan usia subur
yang yang mengikuti program KB).
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung kepada responden.40
Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis
40 Kartono, Kartini. 1998. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV.
dan terorganisir yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan
sejumlah orang atau responden sebagai yang diwawancarai untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
Penelitian ini adalah dengan menggunakan petunjuk umum
wawncara (panduan wawancara). Dimana pewawancara harus membuat
kerangka dan garis besar pokok – pokok yang ditannyakan dalam proses
wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan maksud untuk
mengumpulkan informasi – informasi mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi partisipasi pria dalam implementasi program KB
khususnya partisipasi pria di Kelurahan Cijerah Kota Bandung.
2. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data informasi yang
berasal dari sumber – sumber tertulis yang relevan yang dapat menambah,
memperbaiki atau menguatkan data lain yang terkumpul, jenis data seperti
juga sumber tertulis.41 Jenis data seperti ini akan berguna dalam memilih
kerangka teori yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.
Dokumen yang digunakan adalah studi literature melalui internet, jurnal,
artikel, kutipan, peraturan pemerintah dan dokumen lainnya.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh unit – unit yang darinya sampel dipilih. Populasi
dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,
41 Maleong. 1999. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja
organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri
dan harus didefinisikan secara spesifikdan tidak secara mendua. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh warga yang berada di
Kelurahan Cijerah.
Sedangkan sampel adalah satu subset atau bagian dari populasi
beradasarkan apakah itu representative atau tidak. Sampel merupakan bagian
tertentu yang dipilih dari populasi yang menjadi bagian dari objek penelitian.
Pada penelitian ini objek penelitian ditetapkan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel random sederhana.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel.
Secara umum terdapat dua teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak
atau random sampling (probability sampling) dan sampel tidak acak atau
nonrandom sampling (nnonprobablity sampling). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara nonprobabilitas
purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu objek yang akan diteliti tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.42 Terkait dengan judul
penelitian ini yaitu partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi, maka
peneliti menentukan informan dan responden penelitian ini adalah akseptor
pria (pria yang mengikuti program KB), istri akseptor pria, dan petugas
lapangan keluarga berencana.
42 Diakses dari: http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc . diakses pada
3.7 Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang sudah terkumpul, maka data yang
sudah terkumpul tersebut harus diuji kevalidannya. Untuk menguji kevalidan
data tersebut digunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi menurut
Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau
kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi
metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan
wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh
hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya
berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak
perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.43 43 Prof. Dr. H. Mudija Rahardjo, M.Si. 2010. “Triangulasi dalam Penelitian