• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh:

Meli Puspita Dewi, S.Kep

071010118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Tahun : 2012

ABSTRAK

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan kasus terbanyak adalah kanker serviks. Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Pada stadium lanjut biasanya penderita kanker serviks akan merasakan keluhan-keluhan seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan keluarga. Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan klien ketika pulang. Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien kanker serviks yang dirawat yang telah mendapat Asuhan Keperawatan didapatkan data sebanyak 60% kualitas hidup pasien cukup baik, sebanyak 20% mempunyai kualitas hidupnya baik dan sebanyak 20% kualitas hidup pasien kanker serviks buruk.

(4)

Title : Management of Nursing Services and Cervical Cancer Patients in room B1 Obgyn (Oncology) RSUP H. Adam Malik Medan

Name Of Student : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Years : 2012

Abstract

PBLK activity aims to make the management of nursing care management and nursing care management through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Comprehensive Practice Field Study was conducted in room B1 Love Obgyn (Oncology) Dr H. Adam Malik Medan for 4 weeks. From the results of studies conducted in Room B1 Obgyn Dr H. Love Adam Malik Medan is found most cases of cervical cancer. Cervical cancer or cancer of the cervix is one of the most common disease for women. At an advanced stage cervical cancer patients will usually feel the complaints such as bleeding after intercourse, spontaneous bleeding in the menopause, the incidence of vaginal discharge and mixed with lots of blood and smell, pelvic pain, pain during intercourse and difficulty in urination and decreased appetite also. Activities undertaken during this PBLK include the management of nursing services and nursing care management practices on land that directly made to clients and families. Nursing care to clients with cervical cancer are expected to improve the quality of life for clients and minimize the negative impacts, such as psychological stress that is affecting the client's medical condition when returned. Based on the assessment of the cervical cancer patients treated Nursing has received the data obtained by 60% the quality of life of patients is quite good, as much as 20% have a good quality of life and quality of life as much as 20% of cervical cancer patients worse.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Praktik Belajar

Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn

(Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan”.

Dalam penyusunan laporan PBLK ini, penulis mendapatkan bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir

pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Erniyati,

S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing PBLK yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam

penyusunan laporan PBLK ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata,

M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi

Karota Bukit, S.kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.kp, MNS

sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai koordinator Profesi dan koordinator mata ajar

PBLK, serta Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai bagian dari profesi yang

(6)

menjalani profesi dan seluruh dosen Fakultas keperawatan Universitas Sumatera

Utara serta staf dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosmahasa

Rambe, Am.Keb selaku kepala ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik

Medan yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis. Ibu Sumi

Ariani, Am.Keb, S.ST selaku CI (Clinical Instructure) di Ruangan Rindu B 1

Obgyn RSUP H. Adam malik Medan yang telah banyak membantu, memberikan

masukan-masukan kepada penulis dan seluruh pegawai di Ruangan Rindu B1

Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan khususnya kepada Penanggung Jawab atau

Katim Ruangan Onkologi Ibu Kristina Ginting, A.MK.

Teristimewa untuk kedua orangtuaku Babe Gamin Wahyu Saputra dan

Mak’e Tati Indrawati yang telah memberikan semangat dan dorongan baik itu

moril maupun materil serta selalu mendoakan yang terbaik sehingga penulis bisa

menyelesaikan laporan PBLK ini. Adik-adikku tersayang Yana Markonah, Vivi

Marivi, dan Dedek Ujil Malujil yang selalu menghibur penulis selama ini.

Untuk sahabat-sahabat yang kusayangi Dirayati Sharfina, Fitri Handayani

Purnama Syari Nasution, Yuliana, Dewi Ramadani Lubis, Riskina Syahputri

Nasution, Nuraidar, Melinda Agnesha, Rahmi Surilesmana, Maya Indriyani,

Silvia Fitriani, dan teman seperjuangan Mei Rianita Sinaga, Hendra Sapriko,

Hendra Sukma Yuda, Kak Diah, Monalisa, Am.Keb,S.ST dan Tuti Wahyuni serta

orang terkasih Ns. Heri Pebrianto, S.Kep yang telah banyak memberikan doa,

dorongan dan hiburan kepada penulis. Terima kasih atas bantuan dan semangat

(7)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terbaik, seluruh

anggota kelompok A, Kelompok 3 Profesi dan rekan-rekan mahasiswa S1

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007 yang

telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan Laporan PBLK ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya

membangun agar penulisan laporan PBLK yang akan datang dapat dianggap

perbaikan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang turut membantu dalam penyelesaian laporan PBLK ini.

Medan, Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Sampul

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 4

C. Manfaat ... 4

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

B. Analisis Ruang Rawat ... 32

1. Pengkajian ... 32

2. Analisa Situasi ... 33

3. Rumusan Masalah ... 50

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 50

5. Implementasi ... 54

6. Evaluasi ... 55

C. Pembahasan ... 55

BAB 3 PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 59

B. Tinjauan Kasus ... 85

1. Pengkajian ... 86

2. Diagnosa Keperawatan ... 87

3. Intervensi Keperawatan ... 88

4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ... 88

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 96

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99

2. Saran ... 102

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002) ... 33 Tabel 2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap

RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975) ... 34 Tabel 3 Daftar Nama Tenaga Di Ruang Rb1-Obgin RSUP H. Adam Malik

Medan ... 37 Tabel 4 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012 ... 47 Tabel 5 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1 ... 52 Tabel 6 Tingkat keganasan klinik menurut FIGO (1978) ... 63 Tabel 7 Pengkajian pasien kanker serviks sebagai pasien kelolaan di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi), (Data Objektif dan Subjektif dapat dilihat di Resume Kasus Pasien, dilampirkan) ... 86 Tabel 8 Diagnosa Keperawatan pasien kanker serviks di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan ... 88 Tabel 9 Implementasi keperawatan pada pasien kanker serviks di Ruangan

RB1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam malik Medan ... 89 Tabel 10 Evaluasi Keperawatan pada pasien kanker serviks di Ruangan RB1

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kontrak Belajar

(12)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Tahun : 2012

ABSTRAK

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan kasus terbanyak adalah kanker serviks. Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Pada stadium lanjut biasanya penderita kanker serviks akan merasakan keluhan-keluhan seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan keluarga. Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan klien ketika pulang. Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien kanker serviks yang dirawat yang telah mendapat Asuhan Keperawatan didapatkan data sebanyak 60% kualitas hidup pasien cukup baik, sebanyak 20% mempunyai kualitas hidupnya baik dan sebanyak 20% kualitas hidup pasien kanker serviks buruk.

(13)

Title : Management of Nursing Services and Cervical Cancer Patients in room B1 Obgyn (Oncology) RSUP H. Adam Malik Medan

Name Of Student : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Years : 2012

Abstract

PBLK activity aims to make the management of nursing care management and nursing care management through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Comprehensive Practice Field Study was conducted in room B1 Love Obgyn (Oncology) Dr H. Adam Malik Medan for 4 weeks. From the results of studies conducted in Room B1 Obgyn Dr H. Love Adam Malik Medan is found most cases of cervical cancer. Cervical cancer or cancer of the cervix is one of the most common disease for women. At an advanced stage cervical cancer patients will usually feel the complaints such as bleeding after intercourse, spontaneous bleeding in the menopause, the incidence of vaginal discharge and mixed with lots of blood and smell, pelvic pain, pain during intercourse and difficulty in urination and decreased appetite also. Activities undertaken during this PBLK include the management of nursing services and nursing care management practices on land that directly made to clients and families. Nursing care to clients with cervical cancer are expected to improve the quality of life for clients and minimize the negative impacts, such as psychological stress that is affecting the client's medical condition when returned. Based on the assessment of the cervical cancer patients treated Nursing has received the data obtained by 60% the quality of life of patients is quite good, as much as 20% have a good quality of life and quality of life as much as 20% of cervical cancer patients worse.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun, kendati begitu penyakit ini dapat ditemukan pada usia lebih muda 20 – 29 tahun,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandra Van Loon di RSHS pada

tahun 1996 bahwa wanita penderita kanker serviks yang dirawat masih berusia

muda saat kawin pertama kali antara usia 15 – 19 tahun (Hilman, 2005). 90% dari

kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Ca Cerviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang

tidak normal pada serviks yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus

(GlaxoSmithKline, 2007).

Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit

yang paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut

dengan kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua

terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International

Agency for Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang

berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara

(15)

pengidap kanker lainnya, bahkan di seluruh dunia adalah nomer kedua setelah

Cina (FK UGM, 2010).

Berdasarkan penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, dan Surabaya

ternyata kanker leher rahim juga menduduki urutan dengan proporsi 25 – 45 %

penderita melebihi kanker payudara yang baru mencapai 10 – 20 %. Menurut

perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 100.000 penduduk. Untuk

Jakarta sebanyak 7.000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah penderita

kanker leher rahim (Tara, 2001). Begitu pula data penderita kanker serviks yang

dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan

didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang dirawat perbulan

(Laporan Ruangan Rindu B 1 Obgin, 2012).

Wanita yang terkena kanker serviks biasanya menyerang di usia 35 – 55

tahun. Pada stadium dini, kanker serviks tidak begitu menimbulkan masalah atau

keluhan. Penderita kanker serviks biasanya datang setelah kanker berada pada

stadium lanjut dan karena adanya keluhan-keluhan yang dirasakan penderita

seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan

pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan

darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan

untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun (Karolina, 2010). Hal ini

membuat penderita mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang

menimbulkan berbagai keluhan baik fisik maupun psikologis dan akan

mempengaruhi kualitas hidupnya (Rebecca dan Pam, 2007). Faktor-faktor yang

(16)

adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan,

dan hubungan dengan orang lain.

Kegiatan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini dilakukan di

Ruangan Rindu B 1 Obgin RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu,

dimulai sejak 11 Juni 2012 - 07 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK

ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan

keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan

keluarga.

Pada Akhir PBLK ini diharapkan sikap dan tingkah laku profesional di

tuntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta belajar

aktif dan mandiri pada pengalaman praktik klinik dapat dicapai dengan presentasi

kasus. Penerapan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk

pelayanan keperawatan profesional baik kepada individu maupun keluarga.

Kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan

keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat

meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang

timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan

klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melibatkan peran

serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dalam mengatasi masalah

(17)

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini

adalah:

1. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan

konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan serta untuk mengetahui

gambaran kualitas hidup pasien kanker serviks.

2. Tujuan Khusus

2.1Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai

bentuk pelayanan keperawatan profesional kepada individu dan keluarga

dengan penyakit Kanker Serviks di Ruangan RB1 Obgyn (Onkologi).

2.2Mampu mengelola manajemen asuhan keperawatan kepada pasien

kanker serviks dan pelayanan keperawatan melalui proses

pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam

pelayanan keperawatan.

2.3Mampu menilai kualitas hidup pasien kanker serviks setelah mendapat

asuhan keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi).

C. Manfaat

Kegiatan PBLK ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Mahasiswa Keperawatan

Adapun manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai latihan dan

(18)

keperawatan yang komprehensif pada pasien kanker serviks di Ruangn RB 1

Obgyn (Onkologi). Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen

keperawatan secara efektif dan efisien serta mendapatkan gambaran kualitas hidup

penderita kanker serviks yang telah mendapat perawatan dan tindakan terapi di

rumah sakit.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya

tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Selama kegiatan PBLK maka lahan praktik dapat menggunakan tenaga

mahasiswa sebagai sumber pengembangan ilmiah agar dapat meningkatkan mutu

pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus

kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi bagi perawat ruangan

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif

khususnya pada pasien dengan penyakit Kanker Serviks yang dirawat di rumah

(19)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan

secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain.

Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan

Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga,

kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi

sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan,

dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip

pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan

sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,

2004).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui

manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan

(20)

Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol

pelayanan tersebut.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada

dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu

tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan

adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya

untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya

fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan

terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling

(pengendalian/evaluasi).

2.1 Planning (perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen

lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan

dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan

tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua

pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan

(21)

secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang

melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk

menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,

menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan

program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

2.1.1 Tujuan perencanaan

Adapun tujuan perencanaan adalah :

1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua

anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam

mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim.

2) Mengurangi dampak perubahan.

3) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta

menghindari pengulangan kegagalan.

4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian : membandingkan kinerja

dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

5) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.

(22)

2.1.2 Tahapan dalam perencanaan

Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu :

1) Menetapkan tujuan.

2) Merumuskan keadaan sekarang.

3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.

4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.

2.1.3 Jenis perencanaan

Ada dua jenis perencanaan, yaitu :

1) Perencanaan strategi

Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka

panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu

organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan

untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan

masa kini.

2) Perencanaan operasional

Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang

akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,

menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap

aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan

orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan

(23)

2.1.4 Manfaat perencanaan

Adapun manfaat perencanaan antara lain :

1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan.

2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih

jelas.

3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.

5) Memudahkan koordinasi.

6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.

7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

8) Menghemat waktu dan dana.

2.1.5 Keuntungan perencanaan

Keuntungan dari perencanaan yaitu :

1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.

3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama

fungsi keperawatan.

4) Memodifikasi gaya manajemen.

5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

(24)

2.1.6 Kelemahan perencanaan

Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan.

Kelemahan perencanaan antara lain :

1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada

kontribusi kerja.

2) Cenderung menunda kegiatan.

3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.

4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian

situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu

terjadi.

5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak

konsisten.

2.1.7 Langkah-langkah dalam perencanaan

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah :

1) Pengumpulan data.

2) Analisis lingkungan (SWOT : Strenght, Weakness, Opportunities, Threats). 3) Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan data yang

menghambat.

4) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target,

waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang

(25)

2.2 Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas

dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai

tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua

kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai

rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap

kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan

pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan

kerja di antara para pekerjanya.

2.2.1 Manfaat pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat

mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan

organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan

yang dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan

fasilitas fisik.

2.2.2 Tahapan dalam pengorganisasian

1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam

(26)

2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai

tujuan.

3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang

praktis.

4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

6) Mendelegasikan wewenang

2.2.2.1Deskripsi peran dan fungsi

1) Kepala ruang rawat

Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang

berpengalaman atau kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala

ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab

kepala ruang rawat adalah :

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan.

d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing klinik)

dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem

yang sudah ada,

(27)

f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan

mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.

g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien

dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat

mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat atau tim yang

bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.

h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 setiap hari.

i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat asosiet

(PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional termasuk sikap dan

tingkah laku.

j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan pada

perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap

dibawah pengawasan kepala ruang rawat.

k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di

ruangan.

l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di

ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.

m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk

membahas kebutuhan di ruangan.

n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

(28)

2) Ketua tim (perawat primer)

Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan

pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman

minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari.

Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena

bila bertugas pada malam hari perawat primer akan libur beberapa hari sehingga

sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan tanggung jawab perawat primer (PP)

adalah :

a) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk ruangan

sehingga tercipta hubunga terapetik. Hubungan ini dibina secara terus

menerus pada saat melakukan pengkajaian/tindakan kepada klien/keluarga.

Panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.

b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.

c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengakjian yang

sudah dilakukan perawat primer pada sore, malam atau pada hari libur.

d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar

rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.

e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpre) yang sudah ditetapkan

kepada perawat assosiate di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat pada saat preconfrence sebagai penanggung jawabnya.

(29)

tingkat ketergantung klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu

tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua perawat assosiate sebagai penanggung jawabnya. Perawat primer akan membantu dan membimbing perawat assosiate dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi oleh

1 perawat assosiate pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi

tanggung jawab perawat primer adalah sebanyak 20% dan klien tersebut

termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya

menjadi tanggung jawab perawat assosiate. Penetapan ini dimaksudkan agar perawat primer di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan

keperawatan.

g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek pekerjaaan perawat assosiate

dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP).

h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat assosiate.

i) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat assosiate. j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium.

k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama

dengan perawat assosiate.

l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak

ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya.

m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan

(30)

n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari untuk

membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi klien).

o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer didelegasikan

kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan.

p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga.

q) Membuat perencanaan pulang.

3) Perawat pelaksana

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :

a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP

b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak lanjutan

yang sudah dilakukan PP.

c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan

format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.

d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana

keperawatan.

e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan

mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.

f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang

(31)

i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan,

dan tindakan.

j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada

klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.

k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.

l) Membantu tim lain yang membutuhkan.

m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi

tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

2.3 Staffing (ketenagaan)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah

personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,

2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff

adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana

pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen

Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan

pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga

perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan

kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan

mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang

(32)

sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana

pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat

hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah

dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana

departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah

dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan

khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan

pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan

kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan

mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi

keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur

departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,

filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,

kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi

periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.

Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang

berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.

Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam

menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit

(33)

siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat

distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu

dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal

modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang

biasa.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan

tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut

Douglas, 1994; loveridge dan cummings, 1996) klasifikasi derajat ketergantungan

pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam

/24 jam, Perawatan intermediet memerlukan 3-4 jam/24 jam, Perawatan maksimal

atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

Dalam suatu penelitian (1975) tentang jumlah perawat di rumah sakit,

didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada waktu pagi, sore, dan malam

hari tergantung tingkat ketergantungan seperti pada uraian di bawah ini :

2.3.1 Minimal care

Pasien yang menerima asuhan keperawatan minimal adalah Pasien bisa

mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan, Mampu naik turun tempat tidur,

Mampu ambulasi dan berjalan sendiri, Mampu mandi sendiri, Mampu

membersihkan mulut (sikat gigi sendiri), Mampu berpakaian dan berdandan

dengan sedikit bantuan, Status psikologis stabil, Pasien dirawat untuk prosedur

(34)

2.3.2 Partial care

Pasien yang memerlukan bantuan perawat sebagian (partial care) adalah Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur, Membutuhkan

bantuan untuk ambulasi/berjalan, Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan

makanan, Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap), Membutuhkan bantuan

untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan,

Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur.kamar mandi), Post

operasi minor (24 jam), Melewati fase akut dari post operasi mayor, Fase awal

penyembuhan, Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam, Gangguan emosional

ringan.

2.3.3 Total care

Pasien yang menerima asuhan keperawatan total atau maksimal adalah

Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat

yang lebih lama, Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat

tidur ke kereta dorong/kursi roda, Membutuhkan latihan pasif, Kebutuhan nutrisi

dan cairan terpenuhi melalui intravena (infus) atau NGT (sonde), Membutuhkan

bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian

dan berdandan, Dimandikan perawat, Dalam keadaan inkontinensia,

menggunakan kateter, 24 jam post operrasi mayor, Pasien tidak sadar, Pasien

dalam keadaan tidak stabil, Observasi TTV setiap kurang dari 1 jam, Perawatan

luka bakar, Perawatan kolostomi, Menggunakan alat bantu pernapasan

(35)

Menggunakan alat traksi (skeletal traksi), Fraktur atau pasca operasi tulang

belakang/leher, Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.

2.4 Directing (pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang

ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat

dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang

nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.

Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses

yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan

mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa

kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga

individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil

tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu

untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki

kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan

(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok

organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya

(36)

2.4.1 Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung

memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.

Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau

sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

2.4.1 Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara

manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan

produktivitas dan kepuasan kerja.

2.4.2 Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang

memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan

kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat

mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku

yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan

professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,

membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5 Controlling (pengendalian/evaluasi)

(37)

fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu

apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang

telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan

untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol,

1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem

informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang

telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah

diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas

seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi

pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah

diukur, misalnya menepati jam kerja.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mencapai tujuan organisasi.

c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,

sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen

(38)

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa

sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta

alat untuk memperbaiki kinerja.

e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :

f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera

h. Harus memandang ke depan

i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis

j. Harus objektif

k. Harus fleksibel

l. Harus menunjukkan pola organisasi

m.Harus ekonomis

n. Harus mudah dimengerti

o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.

Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab

mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan

mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif.

Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian

(39)

a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya

mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan

untuk analisa tugas dalam keperawatan.

b. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan

tepat, maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan

sesuai dengan standard atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf

dalam melaksanakan tugas-tugasnya

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi

dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) meliputi pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan (Depkes,

2001). Tujuan utama standar asuhan keperawatan ini memberikan kejelasan dan

(40)

demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan

pencapaian kualitas asuhan keperawatan (Sitorus, 2005).

3.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang

klien yang dibutuhakan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data,

pengorganisasian atau pengelompokan data serta menganalisa data untuk

merumuskan diagnosa keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

a. Pengumpulan Data

Kriteria :

1) Menggunakan format yang baku.

2) Sistematis.

3) Diisi sesuai item yang tersedia.

4) Aktual (baru)

5) Abash (valid)

b. Pengelompokan Data

Kriteria :

1) Data biologis

2) Data psikologis

3) Data sosial

(41)

c. Perumusan Masalah

Kriteria :

1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi

kehidupan.

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

3.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan aktual dan potensial. Proses diagnostik mencakup analisis

kritis dan interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa

keperawatan.

Kriteria :

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien.

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau

terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.

5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar

akan terjadi.

6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.

(42)

Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan

klien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan

kesehatan klien, tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas dan starategi

keperawatan spesifik. Selama perencanaan perawat berkolaborasi dengan klien

dan keluarganya juga berkonsultasi dengan tim perawat lainnya, menelaah

literatur yang berkaiatan, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang

relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan klinik (Kusnanto,

2003).

3.4 Standar 4 : Tindakan Keperawatan

Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa selama implementasi, perawat

mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan keperawatan,

mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan

mengkomunikasikan intervensi.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

a. Prioritas masalah

Kriteria:

1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas

utama.

2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua.

3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

(43)

Kriteria:

1) Spesifik.

2) Bisa diukur.

3) Bisa dicapai.

4) Realistik.

5) Ada batas waktu.

c. Rencana tindakan

Kriteria:

1) Disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan.

2) Melibatkan pasien/keluarga.

3) Mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga.

4) Menentukan alternative tindakan yang tepat.

5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.

6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.

7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah

dimengerti.

3.5 Standar 5 : Evaluasi Keperawatan

Menurut Depkes (2001), kriteria proses dalam evaluasi keperawatan

(44)

tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam

mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan

menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerja sama dengan klien dan

keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan

mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Kriteria :

a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

b)Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan.

c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.

d)Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.

e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

3.6 Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam catatan asuhan

keperawatan ini pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang dikerjakan

(45)

B. Analisis Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di ruangan RB1 dilakukan dengan analisa

situasi pada tanggal 11-15 Juni 2012 melalui metode :

1.1 Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI dan beberapa perawat

pelaksana.

1.2 Observasi dilakukan mahasiswa Profesi Ners pada shift pagi, meliputi

observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan,

penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.3 Penyebaran kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan

keperawatan pada tanggal 11-15 Juni 2012 kepada 10 orang pasien di ruang

RB1-Onkologi (kuesioner tingkat kepuasan pasien), 21 bidan/perawat

(kepuasan kerja bidan/perawat dan kepemimpinan kepala ruangan). Hal ini

untuk mengidentifikasi unsur man, methode, money dan material pada sistem manajemen ruang rawat RB1. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan

tabulasi dan analisa data. Gambaran umum Ruang Rawat Inap Rindu B1

(RB1) merupakan ruang rawat inap obgin/kebidanan. RB1 mempunyai

kapasitas tempat tidur sebanyak 52 tempat tidur dengan pembagian empat

(46)

2. Analisa Situasi

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.

Gambaran hasil analisa situasi rungan di RB1 dideskripsikan sebagai berikut :

2.1 Man

1. Staffing

2.1.1.1Penghitungan kebutuhan tenaga perawat

Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal

14 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien di ruangan RB 1 Obgyn

sebanyak 40 orang dimana jumlah tempat tidur di ruangan tersebut sebanyak 52

buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR :

BOR = Jumlah pasien yang dirawat/hari X 100% Jumlah tempat tidur

= 40 X 100 % = 76,92 % 52

Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

Jumlah total perawatan = 118,33 = 16,90 orang

Jam efektif perawat 7 2) Jumlah Hari Libur (loss day) :

(Jumlah hari minggu/tahun+cuti+hari besar) X jumlah perawat

(47)

(52+12+14) X16,90 = 4,60

286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

(Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur) X 25%

(16,90 + 4,60) x 25% = 5,37orang

4) Jumlah Kebutuhan Perawat

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan

16,90 + 4,60 + 5,37 = 26,87 (27orang)

Maka, jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin

menurut Depkes adalah 27 orang + 1 orang kepala ruangan = 28 orang. Dapat

disimpulkan bahwa ruangan rawat inap RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 5

orang.

Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975) No Kategori Rata-rata

pasien/hari

Jumlah Kebutuhan Perawat

Pagi Siang Malam

1. Minimal care/mandiri

20 0,17x20=3,4 0,14x20=2,8 0,10x20=2

2. Partial Care 17 0,27x17=4,59 0,15x17=2,55 0,07x17=1,19 3. Total Care 3 0,36x3=1,08 0,30x3=0,9 0,20x3=0,6

Jumlah kebutuhan perawat/hari = 9+6+4 = 19 orang Faktor libur dan cuti = 25%X 19 = 4,75 = 5 perawat

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas adalah :

P+S+M+L+ 1 Karu+ 2 Ka.Group = 19+5+1+2 = 27 perawat

Dapat disimpulkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas,

(48)

Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan RB1

berdasarkan dinas RB1 sebagai berikut :

Pagi : 8-10 orang

Sore : 3 orang

Malam : 3 orang

Libur/cuti : 2 orang

Adapun jadwal dinas pegawai di ruangan RB 1 disusun sekali sebulan

oleh Kepala Ruangan. Setiap hari dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan

malam. Pembagian jam kerja adalah :

Pagi : 08.00-14.15 WIB

Sore : 14.15-20.15 WIB

Malam : 20.15-08.15 WIB

Dalam pengaturan jadwal pegawai, apabila setiap pegawai yang masuk

dinas malam selama 3 hari maka pegawai tersebut akan libur selama 3 hari dan

apabila pegawai ingin izin maka digantikan dengan mengurangi hari libur dari

dinas malam pegawai tersebut dan tidak mendapatkan uang makan. Untuk

pengaturan jadwal cuti, dengan cara diundi pada akhir tahun dan hanya 2 orang

pegawai/bulan. Sedangkan pengaturan jadwal bagi pegawai yang melanjutkan

tugas belajar, maka pegawai tersebut diliburkan dari tugasnya sampai pegawai

tersebut menyelesaikan pendidikannya.

Pegawai di ruangan RB1 diperbolehkan melanjutkan tugas belajar dalam

pengembangan ilmu dengan criteria telah memilki lama masa kerja minimal 5

(49)

pendidikan dan pelatihan dan apabila telah mendapat izin maka diperbolehkan

untuk melanjutkan tugas belajar tersebut. Penyusunan Jadwal dinas pegawai tidak

berdasarkan kriteria tertentu dan tidak berdasarkan kepada tingkat ketergantungan

pasien, hal ini karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan RB1, sehingga

pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruangan yaitu shift pagi 8-10 orang

dan paling banyak 12 orang, shift sore 3 orang dan shift malam 3 orang.

Kepala Group akan melakukan pertemuan dengan perawat/bidan

pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

Perawat/ bidan akan mendampingi pasien pada saat visite dokter. Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 11-15 Juni 2012 terhadap 10

orang pasien didapatkan data bahwa tingkat kepuasan pasien dalam menerima

pelayanan keperawatan/kebidanan diketahui bahwa 4,8 % pasien puas terhadap

pelayanan yang diberikan di ruangan khusunya pelayanan di ruang onkologi dan

95,2 % cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan. Namun sebanyak 80%

dari 10 responden menyatakan bahwa perawat/ bidan jarang mengunjungi pasien

di ruangan dan akan lebih sering kontak dengan mahasiswa yang sedang praktek

dan pelayanan yang diberikan tidak tepat waktu.

2.1.1.2 Gambaran tenaga perawat di ruangan RB 1 Obgyn

Ruangan RB1 memiliki 23 tenaga baik bidan/perawat yang terdiri dari

(50)

orang, DI Kebidanan 7 orang dan 1 orang SMA. Terdiri dari 1 kepala ruangan, 2

kepala tim, CI 1 orang, TU 2 orang dan perawat pelaksana 17 orang.

TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP HAM

Berdasarkan wawancara dengan Karu RB 1 Obgyn, tenaga

bidan/perawat di ruangan RB1 memiliki lama masa kerja yang berbeda-beda yaitu

17 orang telah memiliki lama masa kerja > 15 tahun dan 6 orang dengan lama

masa kerja < 15 tahun. Perawat/Bidan diberikan izin dan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan formal dengan biaya sendiri dan pendidikan non formal

atau pelatihan. Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat/bidan di

(51)

Nosokomial, Kebutuhan Dasar, Kemoterapi, IMD. Sedangkan, pelatihan yang

pernah diikuti oleh Kepala Ruangan RB1 diantaranya pelatihan PONEK,

perinatologi, audit keperawatan RS, manajemen bangsal, kode etik keperawatan

dan kebidanan, PPGD dan KB.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Karu, didapatkan hasil bahwa di

ruangan RB 1 Obgyn tidak pernah merencanakan pertemuan khusus dengan

perawat Saat ini Karu dan perawat jarang melaksanakan konferensi sebelum

melayani pasien disebabkan oleh beban tugas yang diberikan kepada Karu.

Perawat hanya berkumpul di pagi hari untuk pembagian tugas yang dipimpin oleh

Katim, jika Katim tidak ada maka pembagian tugas dilakukan oleh perawat yang

lebih senior. Karu selalu menegur pegawainya yang tidak datang tepat waktu.

2.1.1.3 Pengadaan tenaga perawat

Perekrutan pegawai di ruangan RB 1 Obgyn dilakukan secara sentral

melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dilakukan Kemenkes

dan Ujian dari Rumah Sakit untuk tenaga honorer. Kepala Ruangan RB 1 Obgyn

memberitahukan kepada Kapokja Lantai I Instalasi Rindu B mengenai kekurangan

tenaga kerja di ruangan RB 1 Obgyn kemudian Kapokja melaporkan kepada

Waka Instalasi dan ditindaklanjutkan kepada kepala instalasi dan diteruskan

kepada bidang keperawatan.

Tenaga keperawatan yang lulus seleksi akan mengikuti orientasi di semua

ruangan selama 3 bulan. Untuk tenaga keperawatan baru di Instalasi Rindu B

(52)

dinas seperti biasa dengan didampingi oleh perawat senior. Orientasi yang

diberikan meliputi Struktur organisasi Instalasi Rindu B, Prosedur Kerja, Disiplin

dan Peraturan Kerja, Sistem penugasan dan jadwal dinas, Sarana dan prasarana

yang ada, Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja rumah sakit dan

bidang keperawatan.

Adapun kriteria pegawai yang ditempatkan di Ruangan RB 1 Obgyn

adalah minimal pendidikan D3 Keperawatan atau D3 Kebidanan, sudah mendapat

orientasi selama 3 bulan dan orientasi berbasis kompetensi dasar keperawatan atau

kebidanan.

2. Organizing

Adapun gambaran struktur organisasi di ruangan RB1 yang etrdiri dari 1

orang Kepala Ruangan, 2 orang Kepala Group, 1 orang CI, 2 orang tata usaha, dan

(53)

Kepala Ruangan ( Rosmahasa, AMKeb )

CI RB 1

( Sumi Ariani, SST)

Nursahjan Hrp, AMKeb Resliana, AMKeb Sri Ulina, AMKeb Ameria , AMKeb Hartanta, AMKeb Eny Syahputri, AMKeb Arie Siswana, AMKeb Itona, SST

Ritha Panjaitan Lasmaria, AMKeb Nahemia Sabarati Karo-Karo Ikut Muli Pulung

Rotua Ida Simamora Arihta Ginting Nurleli, AMK

Skema 1. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa metode

penugasan yang digunakan di ruangan RB1 adalah metode tim dengan 2 tim yang

dipimpin oleh masing-masing Kepala Group atau Kepala Tim dengan latar

belakang pendidikan DIII Keperawatan. Namun dalam pelaksanaannya menurut

Tata Usaha (Purnama Am,Keb) (Tumpak Meha)

Ka. Group I VK/Obstetri/Ginekologi (T. Sy Amelia, AMK)

(54)

hasil observasi, masih dilakukan dengan metode fungsional, disebabkan

kekurangan tenaga dalam pelaksanaannya.

Deskripsi kerja masing-masing pegawai di ruangan RB1 sudah jelas, tetapi

dalam pelaksanaannya karena kekurangan tenaga kerja dan beban kerja tinggi,

sehingga kinerja dari perawat/bidan sulit dinilai karena adanya tugas yang

merangkap. Pendelegasian tugas dilakukan dengan jelas, apabila Kepala Ruangan

tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada salah satu Kepala Group dan apabila

Kepala Group yang tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada perawat/bidan

yang paling senior.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien tentang

pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien di ruangan Onkologi hanya

dilakukan di awal saat pasien baru masuk mengenai cara mencuci tangan dengan

benar, namun saat pasien pulang pendidikan kesehatan tidak pernah diberikan

kepada pasien. Dan berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien diperoleh data

bahwa kontak antara antara pasien dengan perawat/bidan sangat kurang dan tidak

tepat waktu.

3. Actiating/ Directing

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di ruangan RB 1

Obgyn mengatakan bahwa Kepala Ruangan merencanakan mengadakan

pertemuan khusus dengan staff di saat senggang jadwal visite dokter tidak ada

(55)

jarang dilakukan kecuali jika ada keperluan. Untuk meningkatkan SDM pegawai

di ruangan RB1, maka Kepala Ruangan melakukan penilaian meliputi penilaian

terhadap kinerja para pegawai, penilaian terhadap kehadiran pegawai dan terhadap

etika para pegawai dimana penilaian ini dilakukan sekali dalam satu bulan oleh

Kepala Ruangan.

4. Controlling

Ruangan RB1 memiliki penilaian terhadap kinerja perawat meliputi

penilaian cara bekerja perawat di ruangan tersebut dan apabila perawat tersebut

melakukan kesalahan dalam bekerja, maka perawat tersebut akan diberi teguran

dan membuat perjanjian atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, dilakukan

juga penilaian terhadap kehadiran dan etika para pegawai. Penilaian terhadap

kinerja perawat ini dilakukan satu kali dalam sebulan dan yang memberikan

penilaian adalah Kepala Ruangan.

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa, Kepala Ruangan setiap hari

melakukan supervisi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengontrolan dari Kepala

Ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai, adanya operan bed to

bed dengan beberapa pegawai serta adanya pengontrolan terhadap alat

keperawatan yang ada di ruangan RB1. Monitoring pendokumentasian asuhan

keperawatan/kebidanan dilakukan oleh Kepala Group, namun karena beban kerja

yang tinggi dan kurangnya tenaga kerja kadang pendokumentasian tidak

(56)

5. Methode

2.1.5.1 Tujuan Pelayanan

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di Ruangan RB 1 Obgyn pada

tanggal 11 – 16 Juni 2012, Ruangan RB 1 memiliki visi, misi, falsafah dan motto

keperawatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang diadopsi dengan visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yakni :

Visi Keperawatan : Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015.

Misi Keperawatan :

i. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

ii. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan

uantuk mengahsilkan SDM keperawatan yang profesional dengan penggunaan

logistik keperawatan secara efisien dan efektif.

Falsafah Pelayanan Keperawatan : Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan kultural yang komprehensif

dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses

keperawatan oleh tenaga keperawatan.

Motto Pelayanan Keperawatan

Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan kepaerawatan harus bersikap :

i. Senyum yang manis

(57)

iii. Sentuh dengan kasih sayang

2.1.5.2Metode Penugasan

Sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn

dilaksanakan dengan metode Tim dimana pendelegasian dilakukan dari Kepala

Ruangan kepada Ketua Tim yang bertugas dan apabila ada perawat pelaksana

yang tidak hadir maka Kepala Ruangan akan menunjuk perawat lain yang tidak

bertugas pada hari tersebut.

2.1.5.3Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa ruangan

RB1 tidak memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) tetapi memiliki Standar

Asuhan Kebidanan sehingga asuhan keperawatan tidak terlaksana. Setiap tindakan

yang akan dilakukan kepada pasien memiliki Standar Operasional Keperawatan

(SOP) yang jelas. Berdasarkan hasil observasi bahwa para perawat di ruangan

RB1 dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien belum melakukan

cara cuci tangan dengan benar, dimana perawat/bidan hanya melakukan cuci

tangan setelah selesai melakukan tindakan, seharusnya perawat/bidan mencuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi

infeksi nosokomial atau memperkecil terjadinya angka infeksi nosokomial.

2.2 Material

Berdasarkan informasi yang diperoleh dan observasi yang dilakukan

Gambar

Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-
TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP
Tabel 2.6 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012
Tabel 2.7 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tabel 3 menunjukkan dua komponen volume ion dalam Kristal alkil halide utama : volume sampai dengan n-1 kulit ,Vn.Volume meningkat dengan periode dan anion

Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua.Sifat remaja yang ingin memperoleh

Puncak keemasan Nanggroe Aceh Darussalam tersebut tidak dapat dilepaskan dari pemberlakuan Syariat Islam secara k É ffah sebagai pedoman hidup rakyat Nanggroe

Jika perintah break tidak diberikan, maka program akan terus mengeksekusi perintah lain meskipun sudah berada di luar nilai yang tertera dalam pernyataan casenya. Latihan Praktikum

Selanjutnya jika sudut pandang yang dipakai adalah pandangan manusia adalah makhluk yang harus bejuang, maka tasawuf dapa didefnisikan sebagai upaya memperidah diri

Inilah salah satu alasan dan prinsip penulis untuk mengkreasikan sebuah karya Penulisan Ilmiah yang sederhanaSuatu Penulisan Ilmiah akan dianggap interaktif apabila memiliki

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen