• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengangkatan Tumor Pada Daerah Posterior Rongga Mulut Dengan Teknik Lip-Split Mandibulotomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengangkatan Tumor Pada Daerah Posterior Rongga Mulut Dengan Teknik Lip-Split Mandibulotomi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANGKATAN TUMOR PADA DAERAH POSTERIOR

DI RONGGA MULUT DENGAN TEKNIK LIP-SPLIT

MANDIBULOTOMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

FAHRUR ROZI TAMIN KARIM LUBIS NIM : 060600054

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2010

Fahrur Rozi Tamin Karim Lubis

Pengangkatan Tumor Pada Daerah Posterior Rongga Mulut Dengan Teknik Lip-Split Mandibulotomi

viii + 23 halaman

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior rongga mulut, posterior rongga mulut, dan tulang rahang.

Dalam dunia kedokteran gigi khususnya bagian bedah mulut dan maksilofasial banyak teknik pembedahan yang dapat digunakan untuk melakukan pengangkatan tumor rongga mulut, salah satunya adalah teknik lip-split mandibulotomi. Lip-split mandibulotomi adalah suatu teknik pembelahan bibir dan pemotongan mandibula sehingga mandibula dapat diayunkan ke arah lateral untuk mendapatkan akses ke tumor pada bagian posterior rongga mulut.

Teknik ini memiliki keuntungan yaitu mendapatkan akses yang baik ke daerah tumor pada daerah posterior rongga mulut, namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu trauma yang diberikan besar. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu cedera pada nevus lingualis, cedera pada saluran kelenjar submandibular dan sublingual, cedera pada saraf hypoglossal, sulitnya berbicara dan menelan.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Juli 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Indra basar siregar, drg., M. Kes ... NIP : 19470206 197603 1 003

(4)

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 01 Februari 2010

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM ANGGOTA : 1. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

2. Suprapti arnus, drg., Sp.BM

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini dapat selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM, selaku kepala bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial sekaligus dosen wali penulis dan pemberi motivasi dalam setiap kata-kata yang terucap.

2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar bagian Bedah Mulut dan maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi USU.

4. Kedua orangtua penulis, H. Tamin Karim Lubis dan Hj. Delisma Hasibuan beserta keluarga atas doa dan dukungan yang tiada henti.

(6)

6. Sahabat penulis, Fauzan, Sadli, Yanci, Hanif, Ryan, gerry, Tika, Loviora, Luki, Akbar, Agung, Nanda, Erlita, Dhita, Erwina, Risya, Mita yang ikut membantu penulis.

7. Teman-teman yang mengambil skripsi dibagian Bedah Mulut dan Maksilofasial, teman-teman angkatan 2006, dan orang-orang tak terduga yang selalu memberikan semangat yang tidak dapat disebutkan semuanya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan,09 juli 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PERSETUJUAN………. HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. vi

BAB 3 LIP-SPLIT MANDIBULOTOMI 3.1 Defenisi………...……….. 10

3.2Indikasi……… 11

3.3 Kontraindikasi……….……. 12

3.4Teknik lip-split mandibulotomi……….. 12

3.4.1 Insisi pada bibir……….. 13

3.4.2 Mandibulotomi………... 15

3.5 Perawatan paska bedah……… 17

3.6 Komplikasi……… 17

BAB 4 KESIMPULAN……… 19

(8)

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

(9)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2010

Fahrur Rozi Tamin Karim Lubis

Pengangkatan Tumor Pada Daerah Posterior Rongga Mulut Dengan Teknik Lip-Split Mandibulotomi

viii + 23 halaman

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior rongga mulut, posterior rongga mulut, dan tulang rahang.

Dalam dunia kedokteran gigi khususnya bagian bedah mulut dan maksilofasial banyak teknik pembedahan yang dapat digunakan untuk melakukan pengangkatan tumor rongga mulut, salah satunya adalah teknik lip-split mandibulotomi. Lip-split mandibulotomi adalah suatu teknik pembelahan bibir dan pemotongan mandibula sehingga mandibula dapat diayunkan ke arah lateral untuk mendapatkan akses ke tumor pada bagian posterior rongga mulut.

Teknik ini memiliki keuntungan yaitu mendapatkan akses yang baik ke daerah tumor pada daerah posterior rongga mulut, namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu trauma yang diberikan besar. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu cedera pada nevus lingualis, cedera pada saluran kelenjar submandibular dan sublingual, cedera pada saraf hypoglossal, sulitnya berbicara dan menelan.

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior rongga mulut, posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Pilihan terapi untuk pasien dengan tumor ganas pada daerah posterior rongga mulut masih kontroversial. Hanya sedikit kasus kanker orofaring primer yang dapat diatasi dengan pembedahan intra oral, hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan akses ke daerah tumor tersebut.1

Pembedahan bagian posterior rongga mulut dan orofaring sulit dilakukan tanpa melakukan pemotongan terhadap mandibula. Roux, pada tahun 1836 adalah orang pertama yang menggambarkan pendekatan lip-split dan mandibulotomi untuk memperoleh akses pada bedah orofaring. Modifikasi insisi lip-split dan mandibulotomi telah lama dikenal dan paling banyak digunakan selama lebih dari 20 tahun untuk memudahkan akses ke tumor pada bagian posterior rongga mulut, orofaring, daerah parafaringeal dan tulang belakang leher.2 Teknik modifikasi ini telah digunakan dalam pembedahan kepala dan leher untuk mendapatkan akses ke rongga mulut sejak pertengahan abad ke-19 ketika pertama sekali di perkenalkan di dunia.3

(11)

rongga mulut akan lebih baik, modifikasi teknik ini juga dapat meningkatkan keselamatan, dan hasil fungsional. Namun teknik ini akan bertentangan dengan keinginan untuk mempertahankan struktur anatomis yang penting di sekitar daerah pembedahan.2

Prosedur lip-split mandibulotomi adalah sebuah alternatif untuk pendekatan pada daerah orofaring dan mendapatkan akses yang luas pada tumor di orofaring tersebut. Kekurangan teknik modifikasi ini sedikit merusak nilai estetika paska operasi, yang dapat menyebabkan pembentukan fistula paska operasi, jaringan parut lebih menonjol, bercak pada bibir, dan gangguan mobilitas dari bibir dan dagu.2,4,5

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hal - hal yang perlu diketahui oleh seorang dokter gigi berkenaan dengan cara pengangkatan tumor pada bagian posterior rongga mulut dengan pembedahan menggunakan teknik lip-split mandibulotomi yang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan teknik pembedahan intraoral.

Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi tentang cara penerapan pengambilan tumor melalui pembedahan dengan teknik lip-split mandibulotomi sehingga nantinya dapat memberikan perawatan dental yang profesional dan dengan pedoman yang jelas.

(12)

BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor

Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah proses fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma.

Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

(13)

2.2 Patogenesis Tumor

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut sebagai kanker.

Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan pada kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi pada gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repairyang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya.

(14)

jinak. Ketika mutasi berakumulasi , maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas.6

2.3 Klasifikasi Tumor

Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan untuk berkembang biak. Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna atau kanker). Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau kanker) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:6

1. Tumor Jinak ( Benigna )

a. Pertumbuhannya ekspansif

Pertumbuhan ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada pertumbuhan infiltratif biasanya tumor jinak dapat digerakkan dari dasarnya.

b. Tidak bersifat residif

Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.

c. Tidak bermetastase

(15)

d. Pertumbuhan yang lambat

Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar dan dari pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.

e. Tidak menyebabkan kematian

Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor tersebut tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.

2. Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker ) a. Pertumbuhan infiltratif

Pertumbuhan infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk kedalam jaringan sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena itu tumor ganas biasanya sulit digerakkan dari dasarnya.

b. Residif

Tumor ganas sering tumbuh kembali ( residif ) setelah diangkat atau diberi pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor ditempat yang sama.

c. Metastase

Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar ditempat lain melalui peredaran darah ataupun cairan getah bening.

d. Pertumbuhan yang cepat

(16)

dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas terjadi pembelahan multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.

e. Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian

Berbeda dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak berada didaerah vital.

Tingkatan Kanker Rongga Mulut Secara Klinis

Sistem yang dipakai adalah dari American Join Commite For Cancer Staging and End Result Reporting (AJCCS), sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu, T : Primary Tumor, N : Regional lymph Nodes, M : Distant metatase dan dipakai untuk karsinoma pada rongga mulut.6-9, 23

T - primary Tumor

N – regional Lymph Nodes

(17)

N.1. : Secara klinis pada palpasi teraba homolateral servikal lymph node dan tidak melekat, suspek terjadi metastase.

N.2. : Kontra lateral atau bilateral servical lymph node dapat diraba dan tidak melekat , suspek terjadi matastase.

N.3. : Lymph node teraba dan melekat , suspek terjadi metastase.

M – Distant metastasis

M.O. : Tidak ada metastase yang jauh.

M.1. : Tanda-tanda klinis dan radiografi dari pada terjadi metastase.

2.4 Perawatan Tumor

Perawatan tumor pada rongga mulut dapat dilakukan dengan:10 1. Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kenker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. Radiasi

(18)

menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan utama. Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum diilakukan pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil keseluruhannya ketika pembedahan.

2. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi yang digunakan apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau terjadi metatase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, diantaranya alkylating agen, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant alkoloid,

dan steroid hormone

4. Terapi Kombinasi

(19)

BAB 3

LIP - SPLIT MANDIBULOTOMI 3.1 Definisi

Lip-split mandibulotomi adalah suatu teknik pembelahan bibir dan pemotongan mandibula yang digunakan untuk mendapatkan akses ke tumor pada bagian posterior rongga mulut. Salah satu pendekatan yang umum digunakan untuk orofaring adalah lip-split mandibulotomi. Prosedur ini memberikan akses yang sangat baik untuk lesi di lidah, palatum molle, dinding faring daerah posterior, dan fosa tonsillar. Keuntungan utama pendekatan ini adalah mendapatkan akses yang baik ke daerah tumor tersebut. Sedangkan kerugiannya berupa trauma yang besar dan merusak nilai estetika.

(20)

Teknik ini juga dapat dikombinasikan dengan perawatan radioterapi ataupun kemoterapi, sehingga pengangkatan tumor atau kanker dapat dilakukan secara optimal.5,11-16,23

Gambar 1. Lip-Split Mandibulotomi (Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial surgery. 2007 : 424)

3.2 Indikasi

Dalam melakukan teknik lip-split mandibulotomi, ada beberapa indikasi yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukannya teknik ini.17

1. Daerah yang mendukung

Daerah yang memungkinkan untuk dilakukannya eksisi mukosa dan submukosa untuk

mendapatkan akses ke rongga mulut dan faring

(21)

Dalam hubungannya dengan ekstensi transservikal, pendekatan ini juga dapat digunakan

untuk mendapatkan akses ke ruang parafaringeal untuk eksisi tumor di daerah ini.

3. Akses ke tulang belakang leher

Sebuah mandibulotomi garis tengah dan glossotomi median dapat digunakan untuk

mendapatkan akses ke tulang belakang leher.

4. Reseksi segmental

Untuk pasien yang menjalani anterior reseksi segmental, mandibulotomy tersebut

dimasukkan ke dalam reseksi segmental. Teknik ini sangat baik dalam kasus di mana

rekonstruksi akan dilakukan dengan flep bebas innervated osteocutaneous dan insetnya

membutuhkan "layering dalam" komponen flep.

3.3 Kontra Indikasi

Dalam melakukan tindakan bedah dengan teknik lip-split mandibulotomi ada beberapa hal yang dapat menyebabkan teknik ini tidak dapat dilakukan yaitu:17

1. Rahang bawah atrofi

Rahang bawah yang mengalami atrofi merupakan kontraindikasi relatif terhadap

teknik ini, dan meningkatkan penyembuhan dapat diperoleh dengan rilis lingual.

2. Oral hygiene buruk

Kebersihan rongga mulut sangat mempengaruhi keberhasilan dan penyembuhan luka

akibat dari pelaksanaan teknik tersebut.

3. Invasi tumor

Pada tumor yang sudah menginvasi atau berada pada tulang mandibula, sebuah

(22)

4. Keinginan estetik yang baik

Teknik ini dapat meninggalkan bekas luka akibat goresan atau insisi pada bibir sehingga dapat mengurangi nilai estetis.

3.4 Teknik Lip-Split Mandibulotomi

Sebelum melakukan pembedahan dapat dilakukan persiapan preoperative yakni dilakukan evaluasi terhadap pasien yang akan menjalani pembedahan. Hati-hati dalam mengambil keputusan, apakah dalam melakukan pengangkatan tumor atau kanker yang ada di rongga mulut atau orofaring teknik Lip-split mandibulotomi perlu dilakukan, karena dengan melakukan teknik ini dapat memberikan trauma yang sangat besar. CT scan dan gambaran radiografi mandibula harus dievaluasi untuk mengetahui invasi tumor atau kanker, status akar gigi, dan patologi mandibula yang potensial seperti kista atau penyakit periapikal. Keadaan sistemik pasien juga harus dievaluasi, karena keadaan sistemik pasien sangat mempengaruhi keberhasilan terhadap melakukan teknik tersebut.12,13,17

3.4.1 Insisi pada bibir

(23)

insisi dari leher melalui sayatan dengan membentuk busur di sekitar daerah dagu yang menonjol, bentuk dari insisi ini sudah dimodifikasi yang bertujuan untuk meminimalkan jaringan parut dan menguntungkan di daerah mental.3-5,11-3,18,22

Gambar 2. Penandaan pada kulit untuk dilakukan insisi. (Fernandes R, Ord R. Access surgery for oral cancer. Oral Maxillofacial Surg Clin N Am 2006: 567)

(24)

lingual harus menjauh dari tulang luka sehingga penutupan jaringan lunak tidak terletak langsung di atas daerah mandibulotomi, insisi lateral 1,5 cm dibuat dalam sulkus gingivolabial pada setiap sisi untuk memungkinkan eksposur mandibula yang memadai.3-5,11-3,21,23

3.4.2 Mandibulotomi

(25)

Gambar 3. Pengayunan Mandibula Setelah dilakukannya Lip-Split Mandibulotomi. (Fernandes R, Ord R. Access surgery for oral cancer. Oral Maxillofacial Surg Clin N Am 2006: 567)

(26)

Gambar 4. Pemasangan Miniplate Setelah dilakukannya Mandibulotomi.( Donald PJ. Surgery of the skull base. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1998 : 344)

3.5 Perawatan Pasca Bedah

Sebagian besar pasien dapat dilakukan rawat jalan sehari setelah dilakukannya operasi. Perawatan pasca operasi meliputi : pemberian antibiotik yang diberikan selama 3 sampai 7 hari, Pembersihan daerah operasi dilakukan dengan menggunakan qid dengan saline normal: peroksida hidrogen dalam rasio 1:1 yang dimulai pada hari pascaoperasi, suction saluran drainase tetap dilakukan sampai kurang dari 30 ml per 24 jam, dan pasien harus mengikuti diet lunak selama enam minggu.17

3.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik lip-split mandibulotomy berupa:16

(27)

Apa bila terjadi cedera pada nervus lingualis maka akan menyebabkan mati rasa atau hilangnya indra perasa pada lidah ipsilateral.

2. Cedera pada saluran kelenjar submandibular dan sublingual.

Yang menyebabkan gangguan pada kelenjar, nyeri dan bengkak, dan mungkin ranula pembentukan.

3. Cedera pada saraf hypoglossal.

Bagian-bagian yang resected dengan lesi. cedera pada batang utama dari saraf ini menyebabkan kelumpuhan dan atrofi lidah ipsilateral tersisa. 4. Sulitnya berbicara dan menelan.

(28)

BAB 4 KESIMPULAN

Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan liar di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah, dan lain-lain.

Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna atau kanker). Tumor jinak memiliki ciri-ciri pertumbuhan ekspansif, tidak bersifat residif, tidak bermetastase, pertumbuhan yang lambat, dan tidak menyebabkan kematian. Sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri pertumbuhan infiltratif, residif, metastase, pertumbuhan yang cepat, dan bila tidak diobati akan menyebabkan kematian. Perawatan tumor dapat dilakukan dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi dan terapi kombinasi.

(29)

akses yang baik ke rongga mulut dan orofaring sehingga dapat mempermudah dilakukannya pengangkatan tumor atau kanker tersebut. Lip-split mandibulotomi dapat dilakukan apabila daerahnya mendukung, untuk eksisi tumor pada ruang parafaringeal, untuk reseksi segmental dan akses ke tulang belakang leher. Sedangkan rahang bawah atrofi, oral hygiene buruk, invasi tumor dan keinginan estetik yang baik

merupakan kontraindikasi untuk dilakukannya lip-split mandibulotomi.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

1. Spiro RH, Gerold FP, Shah JP, Sessions RB, Strong EW. Mandibulotomy approach to oropharyngeal tumors. The Am J Surg 1985 ; 150 : 466-69. 2. Baek CH, Lee SW, Jeong HS. New modification of the mandibulotomy

approach without lip splitting. Head and Neck-DOI 2006 ; 10 : 580-86.

3. Bhatt V, Praveen P, Green J, Grime PD. A modified lip split incision. J Oral Maxillofac Surg 2009 ; 67 : 229-230.

4. Mehanna P, Devine J, Mcmahon J. Lip split and mandibulotomy modifications. Br J Oral Maxillofac Surg 2009 ; 06 : 231.

5. Brockstein B, Masters G. Head and neck cancer. USA : Kluwer Academic Publisher, 2003 : 94-98.

6. Chrestella J. Neoplasma. Medan: Departemen Patologi Anatomi FK USU. 2009.

7. Chhikara S, Singh AK, Thakur SK, Gupta P. Manual of surgery essential cases in surgery. India : Jaypee, 2006 : 17-24.

8. Thorne CH, Beasley RW, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL. Grabb and smith’s plastic surgery. 5th ed. USA : Lippincott-Raven, 1997 : 333-45.

(31)

10.Zakrzewska. Oral cancer.

11.Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial surgery. 2nd ed. St. Louis : Churchill Livingstone Elsevier, 2007 : 424-25.

12.Porter GT, Newlands SD, Quinn FB, Ryan MW. Surgical approaches to the oropharynx. Grand Rounds Presentation, 2003.

13.Fernandes R, Ord R. Access surgery for oral cancer. Oral Maxillofacial Surg Clin N Am 2006; 18 : 565-71.

14.Riden K. Key topics in oral and maxillofacial surgery. UK : BIOS Scientific Publishers Limited, 1998 : 52-57.

15.Donald PJ. Surgery of the skull base. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1998 : 341-45.

16.Bradford CR, Prince ME.Oral cavity procedures. UK : WebMD, 2004 : 1-10.

17.Anonymous

18.Rapidis AD, Valsamis S, Skouteris CA. Functional and aesthetic results of various lip-splitting incisions : a clinical analysis of 60 cases. J Oral Maxillofac Surg 2001 ; 59 : 1292-96.

19.Aslan G, Kargi E, Gorgu M, Erdogan B, Kilinc H. Modified mandibulotomy approach to tumors of the oropharynx. Ann Plast Surg 2001, 46; 77-79.

(32)

21.Calabrese L, Giugliano G, Bruschini R, Ansarin M, Navach V, Grosso E. Compartmental surgery in tongue tumours: description of a new surgical

technique. Italy 2009, 29(5) : 259-64.

22.Devine JC, Rogers SN, McNally D, brown JS, Vaughan ED. A comparison of asethetic,functional and patient subjective outcomes following lip-split

mandibulotomy and mandibular lingual releasing access procedures. Int. J. Oral maxillofac. Surg 2001; 30 : 199-204.

23.Pedlar J, Frame JW. Maxillofacial surgery an objective-based textbook. Spain : Chrchill Livingstone, 2001 : 137-44.

Gambar

Gambar 1. Lip-Split Mandibulotomi (Booth PW, Schendel SA,
Gambar 2. Penandaan pada kulit untuk dilakukan insisi. (Fernandes R, Ord R. Access surgery for oral cancer
Gambar 3. Pengayunan Mandibula Setelah dilakukannya Lip-Split Mandibulotomi. (Fernandes R, Ord R
Gambar 4. Pemasangan Miniplate Setelah dilakukannya Mandibulotomi.( Donald PJ. Surgery of the skull base.Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1998 : 344)

Referensi

Dokumen terkait

6000,- dan Foto Copy KTP yang diberi Kuasa (Unruk Pengurusan lzin yang dikuasakan). Deurikian Permohonan ini disampaikan atas perkenannya diucapkan terima

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 2 Bojong dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, maka dapat

Tujuan khusus penelitian adalah: (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan di sekitar kawasan konservasi Tahura Djuanda; (2) menganalisis kaitan antara nilai scenic beauty

Penerapan Pendekatan Client Centered untuk Meningkatkan Konsistensi dalam Pemilihan Karir pada Siswa Kelas XI IPA MA Tarbiyatul Banin Tahun Ajaran 2014/2015.. Bimbingan dan

Penurunan kadar lemak dikarena adanya peningkatan bakteri asam laktat yang ditunjukan dengan turunnya nilai pH, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase

Pewarisan akan terbuka jika terjadi kematian antara salah satu dari kedua orang tua (Berdasarkan KUHPerdata Pasal 830). Didalam pembahasan tentang kewarisan, maka ada 3

Berdasarkan latar belakang di atas, pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis reduksi model pada sistem linier waktu diskrit tak stabil dengan menggunakan metode SPA5. Setelah