• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISAIN KEBIJAKAN PENGENDALIAN RUANG DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA DJUANDA PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISAIN KEBIJAKAN PENGENDALIAN RUANG DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA DJUANDA PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DISAIN KEBIJAKAN PENGENDALIAN RUANG DI SEKITAR

KAWASAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA DJUANDA

PROVINSI JAWA BARAT

AKBARSYAH RIVAI SAAD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang tertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: Disain Kebijakan Pengendalian Ruang Di Sekitar Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Djuanda Provinsi Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, September 2009

AKBARSYAH RIVAI SAAD P062054027

(3)

ABSTRACT

AKBARSYAH RIVAI SAAD. 2009. Policy Design For Spatial Control Around Tahura Djuanda Conservation Area, West Java Province. Under direction of Bunasor Sanim as chairman, Aris Munandar and Ananto Kusuma Seta as members.

Tahura Djuanda Conservation Area, West Java Province is a conservation area that has an important ecological function and facing serious threat from land conversion. The main purpose of the study is to formulate policy for spatial control around Tahura conservation area, with special objectives are (1) to analyze land use change around the conservation area Tahura Djuanda, (2) to identify the factors that influencing the scenic beauty of the area (3) to analyze total economic value of Tahura conservation area in North Bandung area, and (4) to determine policy priorities for spatial control around Tahura Djuanda. The research results shows that (1) Tahura Djuanda area facing high rate of land use conversion. The urban sprawl phenomenon in the study area shows uneven development form as a result of the increased settlement activities and the activities of high economic value and the scenic beauty of Tahura as pull factor. The urban sprawl pattern occurred along existing main transportation road forms the pattern ribbon development and sprawl caused by scattered development forms leapfrog development. (2) The scenic beauty of the area dominated by high and moderate level. Domination by natural conditions such as trees that are still good condition and natural hilly contour, there are a few area with a high value even if the element is a combination of natural elements with man-made (artificial). Natural setting of secondary forest with pine forest gives good quality of vistas around the area. This condition could attract people to built their housing here. (3) The amount of Total economic value of Tahura Djuanda Rp. 7.248.163.074.446 /th (7,3 trillion per year). This amount considered big enough compared to Tahura management area is only about 526.98 hectares, and gives value of Rp 13.754.152.101,- per hetare (13,7 billion per ha); (4) the priority policies for spatial control around Tahura Djuanda area that can be managed in an integrated and sustainable manner. They are zoning regulations in a participatory, transparent licensing mechanism and integrated, the incentive and disincentive to the community and in the control area, and the sanctions are clear and firm for the violation of the spatial area.

Keywords: policy, spatial control, scenic beauty estimation, total economic valuation, tahura, urban sprawl.

(4)

RINGKASAN

AKBARSYAH RIVAI SAAD . 2009. Disain Kebijakan Pengendalian Ruang Di Sekitar Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Djuanda Provinsi Jawa Barat. Di Bawah bimbingan Bunasor Sanim sebagai ketua dan Aris Munandar, dan Ananto Kusuma Seta sebagai anggota.

Pertambahan penduduk yang tinggi mendorong perubahan penggunaan lahan khususnya di wilayah perkotaaan. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang seiring dengan dinamika pertumbuhan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan (Djakapermana, 2008). Perkembangan kota tersebut menyebabkan pergeseran fungsi-fungsi perkotaan ke arah pinggiran kota (urban fringe) yang disebut sebagai proses perembetan kenampakan fisik perkotaan ke arah luar (urban sprawl phenomena) umumnya berlangsung cepat dan tidak terencana (Yunus, 2000). Gejala urban sprawl menyebabkan pola perkembangan dan pembangunan yang tidak terencana dari wilayah kota menuju wilayah pedesaan sehingga terjadi pertumbuhan penggunaan lahan perkotaan (urban area) ke arah pinggiran yang cepat dan menyebabkan tidak terkendalinya penggunaan lahan di wilayah pinggiran kota (Schultink et al. 2005). Akselerasi dari perambahan (sprawl) menyebabkan biaya-biaya ekonomi, sosial, dan lingkungan yang sampai sekarang masih tersembunyi, tidak diacuhkan atau secara diam-diam diserap oleh masyarakat.

Gejala urban sprawl marak terjadi di sekitar kawasan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda yang langsung berbatasan dengan wilayah Kota Bandung. Kawasan sekitar Tahura Djuanda merupakan wilayah yang memiliki indeks konservasi (air) tinggi. Perubahan lahan yang terjadi di kawasan sekitar konservasi akan berdampak negatif terhadap sistem ekologis kawasan tersebut sebagai wilayah konservasi yang menyediakan jasa lingkungan khususnya jasa lingkungan air (hidrologis) bagi masyarakat Kota Bandung. Kecenderungan perubahan lahan tersebut selain disebabkan oleh faktor kebutuhan perluasan lahan kota, juga diduga disebabkan oleh posisi kawasan sekitar Tahura Djuanda yang memiliki keindahan pemandangan (scenic beauty) dan lingkungan alami yang cukup asri sehingga dirasakan nyaman sebagai wilayah permukiman. Dalam hal ini scenic beauty dari kawasan yang berbatasan dengan pusat kota dapat memicu terjadinya urban sprawl. Perubahan penggunaan lahan yang semula agraris menjadi non agraris di sekitar kawasan Tahura Djuanda terkait pula dengan apresiasi masyarakat terhadap nilai lindung atau konservasi dari kawasan tersebut. Pengabaian terhadap nilai tersebut telah mendorong perubahan lahan untuk dimanfaatkan sesuai dengan kepentingannya tanpa mempertimbangkan nilai strategis kawasan tersebut yang menyediakan sejumlah jasa lingkungan yang sangat penting sebagai penyangga kebutuhan masyarakat Kota Bandung khususnya dalam penyediaan jasa lingkungan hidrologis.

Fungsi ekologis KBU perlu dipertahankan guna menjamin pemanfaatan ruang yang lestari. Perubahan tataguna lahan yang terjadi karena pertimbangan penggunaan lahan masih didominasi oleh kepentingan ekonomi dan sosial. Apabila fungsi kawasan diperhatikan dalam perhitungan nilai ekonomi, maka upaya konversi lahan dapat dicegah khususnya pada kawasan yang memiliki

(5)

nilai ekologis yang tinggi. Internalisasi nilai ekonomi lingkungan dalam kegiatan usaha pemanfataan ruang diperlukan di masa mendatang.

Penelitian bertujuan untuk merumuskan kebijakan pengendalian ruang di sekitar kawasan konservasi Taman Hutan Raya Djuanda Propinsi Jawa Barat. Tujuan khusus penelitian adalah: (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan di sekitar kawasan konservasi Tahura Djuanda; (2) menganalisis kaitan antara nilai scenic beauty kawasan sekitar Tahura Djuanda dengan kecenderungan perubahan penggunaan lahan; (3) menganalisis nilai ekonomi total kawasan Tahura sebagai kawasan konservasi di kawasan Bandung Utara; dan (4) merumuskan kebijakan pengendalian ruang di sekitar kawasan Tahura Djuanda yang merupakan kawasan konservasi bagi wilayah Bandung.

Penelitian dilakukan di sekitar kawasan Taman Hutan Raya Djuanda Provinsi Jawa Barat dan sekitarnya. Dalam penelitian ini digunakan data primer berupa penyebaran kuesioner kepada pengunjung dan penududk sekitar Tahura dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan meliputi: analisis spasial urban sprawl dengan menganalisis pola perubahan penggunaan lahan perkotaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk mengetahui karakteristik spasial dari gejala urban sprawl di wilayah studi. Untuk mengetahui kaitan antara nilai scenic beauty kawasan sekitar Tahura Djuanda dengan kecenderungan perubahan penggunaan lahan digunakan metode analisis Scenic Beauty Estimation (SBE). Analisis ini menerjemahkan kualitas karakter elemen utama lanskap dan tata guna lahan sehingga didapat indeks tingkat keindahan. Untuk mengetahui nilai konservasi kawasan Tahura sebagai kawasan konservasi di kawasan Bandung Utara dapat dinilai melalui Nilai Ekonomi Total (NET). Untuk merumuskan kebijakan pengendalian ruang di sekitar kawasan Tahura Djuanda yang merupakan kawasan konservasi bagi wilayah Bandung dilakukan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kawasan Tahura Djuanda memiliki tingkat perubahan penggunaan lahan yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya kegiatan pemukiman dan aktifitas ekonomi serta tingginya nilai keindahan (scenic beauty) Tahura. Perubahan tutupan lahan pada kawasan konservasi ini telah menjadi lahan terbuka dan tingginya penutupan lahan oleh kegiatan perkotaan. Perubahaan penggunaan lahan ladang meningkat akibat adanya kebutuhan akan ketersediaan lahan untuk melakukan kegiatan pertanian yang terdiri dari ladang dan kebun campuran yang sesuai dengan tekstur tanah, topografi, fisik lingkungan serta persyaratan penggunaan lahan dan persyaratan tumbuh tanaman. Perkembangan perubahan penggunaan lahan dari kebun campuran dan ladang menjadi penggunaan lahan pemukiman menunjukkan adanya penetrasi kegiatan perkotaan ke dalam kawasan konservasi. Fenomena urban sprawl pada wilayah studi menunjukan bahwa ketidakmerataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi-sisi luar dan pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota yaitu perembetan memanjang (ribbondevelopment)

Analisis SBE menunjukkan bahwa Kawasan sekitar Tahura sebagian besar mempunyai keindahan sedang dan tinggi. Dominasi kawasan oleh kondisi alami seperti pohon yang masih baik kondisinya dan bentang alam yang berbukit, ada beberapa foto dengan nilai tinggi walaupun merupakan kombinasi antara unsur alami dengan unsur buatan (artifisial). Nilai SBE sedang kebawah dipengaruhi oleh lahan terbuka dan kawasan terbangun, seperti pemukiman. Perubahan pergerakan lahan pemukiman yang mengarah ke sekitar Tahura, dimana dengan semakin tingginya konversi lahan untuk pemukiman akan mempengaruhi kondisi keindahan kawasan dan iklim mikro kawasan tersebut.

(6)

Nilai ekonomi total dari pemanfaatan kawasan Tahura Djuanda sebesar Rp. 7.248.163.074.446 /th (7,3 trilyun per tahun). Nilai ini termasuk cukup besar jika dibandingkan dengan luas kawasan pengelolaan Tahura yaitu hanya sekitar 526,98 hektar dengan nilai Rp 13.754.152.101,- per hektar (13,7 milyar per ha). Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Djuanda memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di desa penyangga Kawasan Tahura Djuanda antara lain sebagai kawasan konservasi air (kesinambungan sumber air) dan ekowisata, penyedia lapangan kerja sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar Tahura Ir. H. Djunda, menjamin ketersediaan udara segar, menjaga keindahan dan kelestarian sumberdaya hayati dan ekosistem yang ada di dalamnya, menyerap polusi, tempat menanam rumput, tempat mencari kayu bakar, menyerap polusi, mencegah longsor dan erosi serta menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Prioritas kebijakan pengendalian ruang Kawasan Tahura Djuanda agar dapat dikelola secara terpadu dan berkelanjutan, secara berturut-turut adalah penetapan peraturan zonasi secara partisipatif, mekanisme perizinan yang transparan dan terpadu, pemberian insentif dan disinsentif kepada masyarakat dan pengusaha dalam pengendalian ruang, dan pemberlakuan sanksi yang jelas dan tegas bagi pihak yang melakukan pelanggaran terhadap tata ruang kawasan.

Kata-kata kunci: kebijakan, pengendalian ruang, scenic beauty estimation, nilai ekonomi total, taman hutan raya, urbansprawl

(7)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak cipta dilindungiUndang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(8)

DISAIN KEBIJAKAN PENGENDALIAN RUANG DI SEKITAR

KAWASAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA DJUANDA

PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:

AKBARSYAH RIVAI SAAD

P062054027

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Ujian Tertutup : 31 Juli 2009 Penguji Luar Komisi :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya M.Eng 2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana

Ujian Terbuka : 2 September 2009 Penguji Luar Komisi:

1. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni (Guru Besar Fahutan IPB) 2. Dr. Ir. Anang Sudarna

(10)

Judul Disertasi :

Disain Kebijakan Pengendalian Ruang Di Sekitar

Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Djuanda

Provinsi Jawa Barat

Nama

: Akbarsyah Rivai Saad

NIM

: P062054027

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.

Ketua

Dr. Ir. Aris Munandar, M.Si.

Anggota

Ananto Kusuma Seta PhD

Anggota

Ketua Program Studi PSL

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.Si.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.Si.

Tanggal ujian: 2 September 2009

Tanggal lulus:

Referensi

Dokumen terkait

Disampaikan dengan hormat, berdasarkan hasil evaluasi data kualifikasi yang disampaikan oleh Perusahaan calon penyedia jasa untuk paket pekerjaan Pengawasan Lanjutan

Syaugi, S.Sos, MM Marsekal Muda TNI Jakarta, 14 November 2014 Direktur Jenderal Perencanaan

Hasil analisis data diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen untuk menginap kembali di Hotel Jayakarta Yogyakarta adalah pelayanan yang

MENINGKATKAN KABIASAAN MENCUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PENERAPAN ALAT BANTU MEDIA AUDIO VISUAL DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

[r]

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Rifki Rosad 2015 Universitas

Ahli fiqih menfefinisikan 6>FD;*+*1 sebagai salah satu bentuk akad tolong-menolong dalam bentuk akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai

IT trend and Organization Respond Environment of Organization XYZ Methodology, Method, teknik used for E-Gov Cases