SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HAND BODY LOTION
VASELINE FOR MEN DI KELURAHAN GAHARU
OLEH
MUHAMMAD FAUZI 070502033
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk (X1), nilai emosional (X2) dan kesesuaian harga (X3) terhadap keputusan pembelian (Y)
hand body lotion Vaseline for men Di Kelurahan Gaharu.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang di dasarkan kepada tujuan dan obyek-obyeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Di Kelurahan Gaharu tahun 2010. metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows.. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan
metode kuantitatif yaitu dengan Analisis Regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh kualitas produk, nilai emosional dan kesesuaian harga terhadap keputusan pembelian Hand Body Lotion Vaseline for Men Di Kelurahan Gaharu.
Berdasarkan uji F diperoleh nilai sebesar 80.585 lebih besar dari F tabel yakni 2.70, artinya variabel bebas (kualitas produk, nilai emosional dan Kesesuaian Harga) secara bersama-sama memiliki pengarh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh nilai sebesar 0.851, artinya bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kualitas Produk, Nilai Emosional dan Kesesuaian Harga terhadap pembelian Hand Body Lotion Vaseline for Men merupakan hubungan yang tinggi. Adjusted R Square (R2) sebesar 0.715 atau 71,5%. Artinya 71.5% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh kualitas produk, nilai emosional dan kesesuaian harga. Sedangkan sisanya 28.5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
Kata kunci: kualitas produk, nilai emosional, kesesuaian harga dan keputusan
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of product quality (X1), emotional value (X2) and the suitability of the price (X3) to the purchasing decision (Y), hand body lotion Vaseline for men on Eaglewood Village.
This research is a kind of explanatory research, which can be assessed according to its level of research that is based on the goals and objects. The population in this study is the Community in Eaglewood Village in 2010. data collection method in this study were questionnaire, interview and documentation. Data processed by using SPSS 17.0 for windows .. Methods of data analysis using descriptive method and quantitative method that is with multiple linear regression analysis used to measure the effect of product quality, emotional value and suitability of the purchase price against the decision of Hand Body Lotion Vaseline for Men At Eaglewood Village.
Based on F test values obtained by 80 585 greater than the F table that is 2.70, meaning that the independent variables (product quality, emotional value and Compliance Rates) together have pengarh a positive and significant influence on the dependent variable (purchase decisions). Through testing the correlation coefficient (R) obtained a value of 0851, meaning that the level of correlation or relationship between Product Quality, Value and Emotional Conformity to the purchase price of Hand Body Lotion Vaseline for Men is a high relationship. Adjusted R Square (R 2) of 0715 or 71.5%. That is 71.5% variable purchase decision can be explained by the quality of products, emotional value and suitability price. The remaining 28.5% can be explained by other variables not examined by this study.
KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Strata 1
(S-1) Ekonomi Manajemen.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada orang
tua penulis, Ayahanda Jasman dan Ibunda Suviah, yang selalu memberikan kasih
sayang, doa, nasehat, serta atas kesabarannya yang luar biasa dalam setiap
langkah hidup penulis, yang merupakan anugrah terbesar dalam hidup. Penulis
berharap dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Selaku Ketua Departemen Manajemen
Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si Selaku
Sekretaris Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistiyarini, SE, Msi Selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Magdalena Linda Leonita S, SE, Msi Selaku Dosen Wali yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Ibu Frida Ramadini, SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dalam
menyusun skripsi ini.
6. Ibu Dra. Yulinda, Msi selaku Penguji I yang telah meluangkan waktunya
dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, Msi selaku penguji II yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi
ini.
8. Untuk Abang saya Sudirman Terima kasih atas dukungan dan do’a yang di
berikan sehingga penulis dapat terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk sahabat-sahabat saya, Maya, Agus, Imla, Sri, Yoe, Nony , Rio,
Hasan, Frendy, Donal, Irwansyah, Rizky, Yuda, Rudi, Khania, Virginia,
Lani, Umi, Nita, Iis. Terima kasih atas bantuan, do’a serta dukungannya
selama ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua seta memberikan balasan kepada pihak-pihak yang telah bersedia
membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Uraian Teoretis ... 7
2.1.1. Pengertian Pasar ... 7
2.1.2. Uraian Teoretis ... 12
2.1.3. Perilaku Konsumen ... 15
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 17
2.2. Penelitian Terdahulu ... 23
2.3. Kerangka Konseptual ... 24
2.4. Hipotesis ... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Jenis Penelitian ... 27
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
3.3. Batasan Operasional Variabel ... 27
3.4. Defenisi Operasional Variabel ... 28
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 30
3.6. Populasi dan Sampel ... 30
3.7. Jenis dan Sumber Data ... 32
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32
3.9.1. Uji Validitas... 32
3.9.2. Uji Reliabilitas ... 33
3.10. Teknis Analisis Data ... 33
3.10.1. Analisis Deskriptif ... 33
3.10.2. Uji asumsi klasik ... 34
3.10.3. analisis Linier Berganda ... 35
3.10.4. Uji Hipotesis ... 36
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 39
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Yamaha ... 39
4.1.2. Profil PT. Unilever Tbk ... 45
4.1.3. Visi dan Misi PT. Unilever Tbk ... 47
4.2. Hasil Penelitian ... 47
4.2.1. Uji Validitas dan Reabilitas ... 47
4.2.2. Analisis Data ... 51
4.2.3. Uji Asumsi Klasik ... 59
4.2.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 66
4.2.5. Uji Hipotesis ... 68
4.2.6. Pengujian Koefisien Determinasi (R²) ... 73
4.3. Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1. Kesimpulan ... 77
5.2. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 :Operasionalisasi variable ... 29
Tabel 3.2 :Instrumen Skala Likert ... 30
Tabel 4.1 : Uji Validitas ... 49
Tabel 4.2 : Uji Reabilitas ... 50
Tabel 4.3 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Umur... 51
Tabel 4.4 : Gambaran Umum Konsumen Berdasarkan Alamat... 52
Tabel 4.5 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Kualitas Produk ... 53
Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap variabel Nilai Emsional .... 55
Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesesuaian Harga ... 56
Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan pembelian ... 57
Tabel 4.9 : One Sample Kolmogrov Smirnov Test ... 61
Tabel 4.10 : Hasil Uji Glejser ... 64
Tabel 4.11 : Uji Nilai Tolerancel dan VIF ... 65
Tabel 4.12 : Analisis Regresi Linier Berganda ... 66
Tabel 4.13 : Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 69
Tabel 4.14 : Hasil Uji signifikan Parsial (Uji-t) ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Persepsi ... 8
Gambar 2.2 : Tahap Perilaku Konsumen Eceran ... 12
Gambar 2.3 : Proses Pengambilan Keputusan ... 17
Gambar 2.4 : Kerangka Konseptual ... 26
Gambar 4.1 : Grafik Histogram ... 60
Gambar 4.2 : Scatterplot Uji Normalitas ... 60
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk (X1), nilai emosional (X2) dan kesesuaian harga (X3) terhadap keputusan pembelian (Y)
hand body lotion Vaseline for men Di Kelurahan Gaharu.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang di dasarkan kepada tujuan dan obyek-obyeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Di Kelurahan Gaharu tahun 2010. metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows.. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan
metode kuantitatif yaitu dengan Analisis Regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh kualitas produk, nilai emosional dan kesesuaian harga terhadap keputusan pembelian Hand Body Lotion Vaseline for Men Di Kelurahan Gaharu.
Berdasarkan uji F diperoleh nilai sebesar 80.585 lebih besar dari F tabel yakni 2.70, artinya variabel bebas (kualitas produk, nilai emosional dan Kesesuaian Harga) secara bersama-sama memiliki pengarh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh nilai sebesar 0.851, artinya bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kualitas Produk, Nilai Emosional dan Kesesuaian Harga terhadap pembelian Hand Body Lotion Vaseline for Men merupakan hubungan yang tinggi. Adjusted R Square (R2) sebesar 0.715 atau 71,5%. Artinya 71.5% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh kualitas produk, nilai emosional dan kesesuaian harga. Sedangkan sisanya 28.5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
Kata kunci: kualitas produk, nilai emosional, kesesuaian harga dan keputusan
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of product quality (X1), emotional value (X2) and the suitability of the price (X3) to the purchasing decision (Y), hand body lotion Vaseline for men on Eaglewood Village.
This research is a kind of explanatory research, which can be assessed according to its level of research that is based on the goals and objects. The population in this study is the Community in Eaglewood Village in 2010. data collection method in this study were questionnaire, interview and documentation. Data processed by using SPSS 17.0 for windows .. Methods of data analysis using descriptive method and quantitative method that is with multiple linear regression analysis used to measure the effect of product quality, emotional value and suitability of the purchase price against the decision of Hand Body Lotion Vaseline for Men At Eaglewood Village.
Based on F test values obtained by 80 585 greater than the F table that is 2.70, meaning that the independent variables (product quality, emotional value and Compliance Rates) together have pengarh a positive and significant influence on the dependent variable (purchase decisions). Through testing the correlation coefficient (R) obtained a value of 0851, meaning that the level of correlation or relationship between Product Quality, Value and Emotional Conformity to the purchase price of Hand Body Lotion Vaseline for Men is a high relationship. Adjusted R Square (R 2) of 0715 or 71.5%. That is 71.5% variable purchase decision can be explained by the quality of products, emotional value and suitability price. The remaining 28.5% can be explained by other variables not examined by this study.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era kompetitif ini, perusahaan menawarkan berbagai jenis pilihan
produk dan merek. Setiap perusahaan saling bekompetisi untuk merebut hati
konsumen agar konsumen membuat keputusan pembelian terhadap produk yang
ditawarkan,Perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang
mempunyai nilai tambah (added value) dan keunggulan bersaing.
Menurut The American Marketing Association (dalam setiadi 2003:3),
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan merupakan perilaku konsumen. Perilaku konsumen bersifat
dinamis antara afeksi dan kognisi perilaku, dan lingkungannya dimana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka, sehingga perilaku konsumen
tersebut sangat mempengaruhi berbagai criteria dalam melakukan keputusan
pembelian dan memakai produk tersebut.
Konsumen akan menetapkan berbagai kriteria dalam melakukan keputusan
pembelian dan memakai produk tersebut. Berbagai hal yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen untuk melakukan atau tidak melakukan keputusan
pembelian terhadap suatu produk dan merek antara lain pendapatan, pendidikan,
pengaruh lingkungan, cara memandang suatu produk (persepsi) dan sebagainya.
Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan
adalah bahwa persepsi secara substansial bisa sangat berbeda dengan realitas.
Setiadi (2003: 160) Persepsi merupakan salah satu pembentuk sikap konsumen
terhadap suatu objek (produk dan merek). Bahkan sering terjadi, bahwa persepsi
konsumen terhadap obyek tersebut menjadi faktor yang menentukan preferensi
dan keputusan konsumen.
Persepsi yang dimiliki konsumen biasanya mempunyai dampak dan
implikasi strategis bagi perusahaan pemasar, karena konsumen membuat
keputusan-keputusan berdasarkan pada persepsi konsumen bukan berdasarkan
kenyataan atau realita yang ada secara obyektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa
persaingan yang terjadi antar perusahaan bukan lagi persaingan antar produk
secara langsung tetapi persaingan persepsi di dalam pikiran konsumen. Walaupun
demikian keputusan pembelian konsumen tetap dapat dilihat melalui berbagai
atribut yang dipertimbangkan dan dievaluasi konsumen antara lain yaitu
perspektif kognitif dan perspektif afektif mereka.
Perspektif kognitif mencakup pemilihan merek atau produk berdasarkan
manfaat dan utilitas fungsional yang mencakup reliabilitas, daya tahan, kinerja,
kualitas dan fitur. Sedangkan perspektif afektif mencakup aspek-aspek
eksperiensial atau pengalaman dari konsumsi yaitu nilai emosional yang diperoleh
dari mengkonsumsi produk. Persepsi konsumen terhadap produk dan merek
terbentuk dari stimuli yang diciptakan pemasar maupun yang berasal dari
lingkungan sosial konsumen. Hal ini menyebabkan pemasar perlu mengetahui
Membangun dan mempertahankan persepsi yang baik di mata konsumen
dapat dibedakan melalui jalur merek dan pemahaman yang baik terhadap perilaku
konsumen. Semakin kuat merek suatu produk dimata konsumen, maka semakin
kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi produk tersebut
yang pada akhirnya membawa perusahaan mendapatkan keuntungan dari waktu
ke waktu. Pemahaman ini akan memungkinkan pemasar dapat menyusun dan
mengembangkan strategi untuk mempengaruhi, merubah dan menciptakan
persepsi yang baik mengenai perusahaan tersebut yang akan berimplikasi dalam
mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk
dan merek perusahaan. Persepsi atau pandangan setiap konsumen atas suatu hal
sangat berbeda-beda, tetapi persepsi konsumen tersebut akan sama ketika dilihat
berdasarkan kualitas produk, nilai emosional, dan kesesuaian harga.
Menurut Kotler dan Amstrong (2004:283), arti dari kualitas produk adalah
“the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall
durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan
fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,
kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
Menurut Barlow dan Maul (2000:17), nilai emosional adalah nilai
ekonomi atau bernilai moneter perasaan ketika palanggan pengalaman positif
produk organisasi atau jasa. Menurut Kotler dan Phlip (2002:518), kesesuaian
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
atau jasa berikut pelayanannya.
Vaseline For Men adalah salah satu produk unggulan dari PT. Unilever.
Produk ini bermanfaat untuk menjaga dan merawat kesehatan kulit pria. Vaseline
for men merupakan hand body lotion yang pertama khusus untuk pria, sehingga
hand body ini sangat di minati oleh kaum pria, karena satu-satunya hand body
lotion khusus pria yang ada, Vaseline for men juga memiliki kandungan micro-whitening agents, faktor vitamin B3 dan dual sunscreen-nya membantu
memelihara dan merawat kesehatan kulit khusus untuk kulit pria, karena kulit pria
lebih tebal dua kali lipat di bandingkan dengan kulit wanita, sehingga hand body
lotion Vaseline for men ini sangat cocok di gunakan untuk kulit pria. Berdasarkan
riset yang dilakukan Vaseline bersama lembaga penelitian di Indonesia mengenai
penyebaran produk perawatan khusus pria, terungkap bahwa setiap bulannya 1
juta pria di indonesia mengakui membeli serta menggunakan produk perawatan
kulit. Artinya, hal ini menandakan adanya pergeseran pandangan mengenai
perawatan kulit pria. produk perawatan pria pada segmen pembersih dan
perawatan kulit di Indonesia mengalami pertumbuhan luar biasa. Penjualan
produk perawatan pria tumbuh sekira 46,5 persen sedangkan pembersih tumbuh
sekira 32,9 persen di tah
Kelurahan Gaharu merupakan bagian dari kecamatan medan timur.
Kelurahan gaharu juga termasuk inti kota dari kota medan, sehingga banyak
masyarakat disana yang mengutamakan penampilan dan mementingkan gaya atau
body lotion karena setelah menggunakan hand body lotion tersebut mereka
memiliki percaya diri, sehingga banyak pria di sana yang mementingkan
gaya(style) dan yang menggunakan hand body lotion.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Persepsi
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Hand Body Lotion Vaseline For Men Di Kelurahan Gaharu”
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang yang dikemukakan, maka
masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah persepsi konsumen (kualitas produk, nilai emosional, dan
kesesuaian harga) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan Pembelian produk Hand Body Lotion Vaseline For Men Di Kelurahan Gaharu”?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh persepsi konsumen (kualitas produk, nilai emosional dan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
a. Bagi perusahaan
Sebagai freferensi dan informasi bagi perusahaan tentang persepsi konsumen
dan strategi pemasaran untuk meningkatkan volume penjualannya.
b. Bagi penulis
Merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu secara teori dan
praktek dan khususnya dalam perilaku konsumen.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti yang lain dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Persepsi Konsumen 1. Pengertian Persepsi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146)“Perception is process by
which an individuals selects, organizers, and interprets stimuli into the a meaningfull and coherent picture of the world”. Kurang lebihnya bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang
diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
Sedangkan Kotler dan Amstrong (2008:174) mengemukakan bahwa dalam
keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda-
beda, hal ini disebabkan oleh adanya proses perceptual (berhubungan dengan
ransangan sensorik) yaitu atensi selektif, distorsi selektif dan retensi selektif.
Mowen (Sumarwan, 2003: 70) menyebutkan tahap pemaparan, perhatian
dan pemahaman sebagai persepsi dan persepsi ini bersama dengan memori akan
mempengaruhi pengolahan informasi. Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek
akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat yang subyektif.
Persepsi yang dibentuk seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh
2. Proses Persepsi
Proses pembentukan persepsi dapat dilihat sebagai berikut
Sumber : Nugroho J Setiadi (2003:161)
Gambar 2.1 Proses Persepsi
a. Seleksi persepsi
Seleksi persepsi terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus
berdasarkan psychological set (berbagai informasi yang ada didalam memorinya)
yang dimiliki oleh konsumen tersebut. sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih
dahulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen. tidak semua
stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan memperoleh perhatian
konsumen dikarenakan konsumen memiliki keterbatasan sumberdaya pemikiran
untuk mengolah semua informasi yang diperolehnya. Oleh karena itu konsumen
melakukan seleksi terhadap setiap informasi dan stimulus yang diterimanya. Dua
proses yang sebenarnya terjadi dalam seleksi perceptual ini adalah perhatian
(attention) dan seleksi itu sendiri. STIMULUS
Penglihatan Suara Bau Rasa
Seleksi Peng
organisasian Persepsi Indra
Penerima
perhatian yang dilakukan konsumen dapat terjadi secara disengaja
(voluntary attention) yaitu ketika konsumen secara aktif mencari informasi yang
mempunyai relevansi baginya. Faktor pribadi merupakan faktor pendorong dari
perhatian ini dan berada diluar control pemasar. Konsumen secara sengaja akan
memberikan perhatian kepada stimulus yang akan membernya solusi yang
dibutuhkannya. Faktor lain adalah harapan konsumen yang dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalunya terhadap produk. Seleksi perceptual terjadi ketika
konsumen melakukan voluntary attention, dimana konsumen memiliki
keterlibatan yang tinggi terhadap suatu produk dan secara aktif mencari informasi
mengenai produk tersebut dari berbagai sumber.
Perhatian yang tidak disengaja (involuntary attention) terjadi ketika
kepada konsumen dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan atau sesuatu hal
yang tidak diperkirakan sebelumnya yang tidak ada relevansinya dengan tujuan
dan kepentingan konsumen. Faktor ini dapat dikontrol dan dimanipulasi oleh
pemasar dengan tujuan utama untuk menarik perhatian konsumen.
b. Pengorganisasian Persepsi
Pengorganisasian persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan
informasi dari berbagai sumber kedalam pengertian yang menyeluruh untuk
memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Pengorganisasian ini
akan memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang
c. Interprestasi Persepsi
Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interprestasi atas stimulus
yang diterima konsumen. Setiap stimulus yang diterima oleh konsumen baik
disadari ataupun tidak disadari akan diinterrprestasikan oleh komsumen.
Interprestasi tersebut didasarkan pada pengalaman penggunaan suatu produk pada
masa lalu dan pengalaman itu tersimpan dalam memori jangka panjang. Pada
proses ini konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori jangka
panjangnya (long term memory) yang akan membantu konsumen melakukan
evaluasi atas berbagai stimulus. Tahaap inilah yang disebut persepsi konsumen
terhadap obyek atau citra produk (product images) sebagai output dari penerimaan
konsumen terhadap stimulus. Persepsi konsumen bisa berupa persepsiproduk,
persepsi merek, persepsi pelayanan, persepsi harga, persepsi kualitas produk
ataupun persepsi terhadap produsen
3. Implikasi Persepsi Terhadap Pemasaran
Konsumen cenderung untuk membentuk persepsi terhadap merek, toko
dan perusahaan didasarkan pada inferensi atau kesimpulan yang mereka peroleh
dari stimulus pemasaran dan lingkungan. Citra adalah total persepsi terhadap
suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber
setiap waktu. Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap merek, toko dan perusahaan.
a. Citra Merek
Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap
tersebut. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra positif terhadap suatu
merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.
Perusahaan perlu memperhatikan bagaiman amempertahankan dan
meningkatkan citra merek yang sudah positif. Cara yang paling tepat untuk
mempengaruhi konsumen adalah dengan melakukan positioning produk dengan
menonjolkan keunggulan merek dan produk sesuai dengan konsep produk dan
target pasar .
b. Citra Toko
Konsumen mengembangkan citra toko bedasarkan iklan, kelengkapan
produk yang merupakan pengalaman berbelanja dan pendapat dari orang lain.
Citra toko yang ada dibenak konsumen akan mempengaruhi citra merek secara
langsung, sehingga penetapan produk pada rantai pengecer (ritel) merupakan
salah satu sarana untuk pembentukan citra.
c. Citra Perusahan
Selain pengembangan persepsi terhadap merek dan toko, konsumen juga
memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan seperti bagaimana
pengalaman perusahaan dalam produksi produknya atau bagaimana posisi
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain. Konsumen mempunyai
pengalaman yang baik dengan produk yang dihasilkan perusahaan akan
membantu persepsi yang baik terhadap perusahaan. Melalui citra positif
konsumen ini, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai level produk
2.1.2. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah upaya perusahaan dapat menyampaikan apa
yang mereka tawarkan kepada konsumen dan konsumen dapat menerimanya
dengan baik. Ada beberapa elemen komunikasi pemasaran yaitu periklanan,
penjualan tatap muka (personal selling), kehumasan (public relation) dan
pemasaran langsung. Namun dalam konteks pemasaran eceran (retail), bauran
pemasaran ini tetap tidak dapat terpisah dengan kondisi-kondisi perusahaan
eceran. artinya semua elemen digunakan dengan porsi masing-masing sesuai
dengan tujuan masing-masing namun tetap sebagai satu kesatuan. Secara umum
tujuan komunikasi pemasaran adalah berusaha memberikan pengaruh dalam
pengambilan keputusan pembelian konsumen.
menunjukkan beberapa tahap yang sering terjadi pada konsumen perusahaan
eceran sebagai berikut:
Sumber: Amir (2005:86)
Gambar 2.2: Tahap Perilaku Konsumen Eceran.
Setiap tahapan dalam proses membutuhkan alat komunikasi yang berbeda
agar sesuai denagan sasaran perusahaan. Tujuan perusahaan melakukan
komunikasi pemasaran adalah.
Kunjungan Ulang Kunjungan
toko Sikap
Menyenang i
Kesadaran dan
1. Untuk Positioning
Kesan umum atau persepsi harus diciptakan perusahaan dibenak
pelanggan dan orang banyak sehingga perusahaan terlihat berbeda atau memiliki
diferensiasi dengan perusahaan lain. Tujuan ini bersifat jangka panjang dan
biasanya dikaitkan dengan produk, harta ataupun gaya hidup.
a. Persepsi kualitas (perceived quality), merupakan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas dan keunggulan produk atau merek. Persepsi kualitas
merupakan persepsi konsumen secara individual dan tidak dapat ditentukan
secara obyektif karena melibatkan apa yang penting bagi masing-masing
konsumen yang berbeda terhadap suatu merek. Persepsi kualitas mempunyai
peranan penting dalam membangun suatu merek, karena dapat menjadi alasan
penting yang diperbandingkan konsumen yang pada gilirannya mempengaruhi
konsumen memutuskan merek yang dibeli. Sedemikian pentingnya persepsi
kualitas bagi suatu merek sehingga upaya untuk membangun persepsi kualitas
yang kuat perlu memperoleh perhatian serius karena peningkatan persepsi
kualitas yang diinginkan harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata
produk perusahaan.
b. Nilai emosional (emotional value), menurut Forgas (Tjiptono, 2000:125) dalam
batas tertentu emosi mempengaruhi pikiran manusia dan mempengaruhi
mereka dalam menangani informasi. Demikian juga halnya dengan perilaku
konsumen terutama dalam keputusan pembelian. Konsumen membeli dan
mengonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsionalnya tetapi juga
penciptaan nilai diri, kepuasan dan lain-lain yang berkaitan dengan emosi.
Emosi memainkan peranan yang penting dalam proses pengambilan keputusan
mulai dari identifikasi masalh sampai pada perilaku paska pembelian karena
suatu produk tidak saja memiliki nilai tangible tetapi juga nilai intangible bagi
konsumen. Pemahaman mengenai sisi emosional konsumen dapat memberikan
manfaat bagi pemasar untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai
perilaku konsumen.
c. Harga (price), merupakan atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan
oleh konsumen untuk mengevaluasi dan menilai suatu produk. Untuk kalangan
berpendapatan rendah maka harga adalah faktor paling utama yang
dipertimbangkan dalam memilih produk. Sebaliknya ada konsumen yang
menjadikan harga bukan sebagai faktor utama dalam melakukan pembelian.
Secara bersamaan, faktor-faktor ini akan menentukan nilai persepsi konsumen
yang akan mereka hubungkan yaitu antara kualitas produk dan harga yang akan
dibayarkan. Faktor kesesuaian antara harga dan kualitas produk dapat menjadi
pertimbangan bagi konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk.
Konsuen melakukan pembelian dengan mempertimbangkan kualitas karena
konsumen memandang adanya kesesuaian harga bila mereka menilai produk
yang ditawarkan berdasarkan kualitas yang tinggi dan baik. Sedangkan untuk
nilai unik, konsumen memandang adanya kesesuaian harga bila mereka
menilai produk memberikan manfaat yang unik dan tidak ada produk
2. Untuk peningkatan penjualan.
Merupakan tujuan perusahaan yang sifatnya adalah untuk jangka pendek
yaitu untuk mendapatkan laba.
2.1.3 Perilaku Konsumen
1. Pengertian perilaku konsumen
Istilah perilaku erat hubungannya dengan obyek yang studinya diarahkan
pada permasalahan manusia. Dalam pemasaran perilaku konsumen terus menerus
dikembangkan oleh para pemasaran. Hal ini sangat penting mengingat bahwa
setiap perusahaan harus dapat mengenal dan memahami perilaku konsumennya
baik apa yang mereka pikirkan (kognisi), sehingga dapat menetapkan stategi yang
tepat. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul tindakan itu.
The American Marketing Association (Setiadi, 2003:3) mendefenisikan
perilaku konsumen sebagaiinteraksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku
dan lingkungan mereka dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam
hidup mereka. Pada defenisi ini, terdapat tiga ide penting perilaku konsumen
yaitu:
a. Perilaku konsumen bersifat dinamis, yang berarti bahwa perilaku
konsumen, kelompok konsumen ataupun masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi afeksi (perasaan), kognisi
c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran
pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen
melalui penerapan berbagai strategi pemasaran.
2. Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Strategi Pemasaran
Strategi pekmasaran merupakan suatu rencana yang disusun untuk
mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi
pemasaran diarahkan untuk meningkatkan frekuensi perilaku konsumen seperti
peningkatan kunjungan maupun pembelian produk tertentu. Hal ini dilakukan
dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran pada sasaran
konsumen yang dituju dengan cara melakukan analisis terhadap berbagai hal yang
menyangkut konsumen. Analisis ini membutuhkan pengertian tentang hal-hal
yang dipikirkan dan dirasakan konsumen terhadap merek dan produk perusahaan.
Misalnya adalah cara mereka membeli, alasan dan situasi konsumen pada saat
membeli dan menggunakan produk perusahaan. Semakin banyak perusahaan
belajar mengenai konsumen, maka semakin banyak kesempatan untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil. Srategi pemasaran bukan
hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga diupayakan untuk mengubah apa
yang mereka pikirkan dan rasakan mengenai produk dan merek perusahaan. Hal
ini menunjukan kemampuan riset dan analisis terhadap perilaku konsumen sangat
penting dalam penerapan strategi yang sesuai.
2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen
Setiapkonsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
keputusan mengenai aktivitas kehidupan sering kali harus dilakukan setiap hari.
Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2003,: 289) mendefenisikan suatu keputusan
sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif.
Secara umum proses keputusan pembelian konsumen dapat dilihat sebagai
berikut:
Sumber : Setiadi (2003:161)
Gambar 2.3: Proses Pengambilan Keputusan
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses ini dimulai saat konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan.
Konsumen menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang diinginkannya
dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan ini disebabkan rangsangan
internal yang berasal dari dalam diri konsumen (seperti rasa lapar danhaus) atau
karena rangsangan dari luar (seperti iklan).
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika
konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli
dan mengkonsumsi suatu produk. Pencarian yang dilakukan konsumen meliputi
pencarian eksternal.
EVALUASI ALTERNATIF PENCARIAN
INFORMASI PENGENALAN
KEBUTUHAN
KEPUTUSAN PEMBELIAN PERILAKU
Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua informasi yang
ada dalam memorinya. Informasi yang dicari meliputi bernagai produk dan merek
yang sangat dikenalnya yang tebagi dalam tiga bagian yaitu kelompok yang
dipertimbangkan, inert set, yaitu kumpulan merek yang dipandang tidak berbeda
satu sama lain dan kelompok produk yang ditolak atau tidak bisa diterima.
Pada pencarian eksternal, konsumen akan mengkombinasikan apa yang
diperoleh dari pencarian internal internal dengan informasi yang diperolehnya dari
luar mengenai produk. Informasi eksternal dapat diklasifikasikan menjadi sumber
pribadi (keluarga, teman dan kenalan), sumber komersil (iklan, tenaga penjualan,
penyalur dan pameran) dan sumber umum (media massa da organisasi
konsumen).
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan terhadap produk
dan merek dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen dengan
membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternatif yang
diberikan kepada konsumen. Menurut Mowen dan Minor (Sumarwan, 2003: 301),
pada tahap ini konsumen membentuk kepercayaan, sikap intensinya mengenai
alternatif produk yang dipertimbangkan. Proses evaluasi alternatif dan proses
pembentukan kepercayaan merupakan proses yabg sangat terkait erat.
Rumit atau tidaknya proses evaluasi alternatif yang dilakukan konsumen
sangat tergantung kepada model pengambilan keputusan yang dijalaninya. Dalam
membentuk keinginan untuk membeli ulang produk yang sama seperti yang
dilakukan sebelumnya. Apabila konsumen tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai produk yang akan dibelinya, maka konsumen mungkin akan
mengandalkan rekomendasi alternative dari pihak lain. Kebanyakan model dari
proses evaluasi ini bersifat kognif, yaitu konsumen melakukan pembentukan nilai
terhadap produk dan merek terutama didasarkan pada pertimbangan yang sadar
dan rasional. Konsumen akan mengembangkan sepaerangkat kepercayaan merek
dimana setiap merek mempunyai cirri dan karakteristik masing-masing.
Kriteria evaluasi adalah atribut atau karakteristik dari produk yang
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai alternatif pilihan. Kriteria evaluasi
yang ditentukan konsumen dapat berupa harga, merek, kualitas, produsen, asal
negara dan sebagainya.
4. Keputusan Pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
Keputusan pembelian konsumen sangat di pengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, peribadi, dan psikologis dari pembeli. Sebagian besar adalah
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar
diperhitungkan.
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang, bila makhluk-makhluk lainnya bertindak
b. Sub- budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub- buya dapat dibedakan menjadi emp[at jenis yaitu
kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan. Kelompok ras, area
geografis.
c. Kelas social
Kelas social adalah kelompok yang relative homogeny dan bertahan lama
dalam suatu merek yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor social
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang.
b. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli yang
pertama adalah orientasi yang merupakan orang tua seseorang dan orang
itulah seseorang yang mendapat pandangan tentang agama, politik, ekonomi
dan mereasakan ambisi peribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga
prokreasi adalah pasangan hidup anak-anak seseoarng keluarga merupakan
organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu
3. Faktor Pribadi
a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga,
beberapa peneliti terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
siklus hidup psikologis orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan
atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang
memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c. Keadaan ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya ( termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan lawan menabung
d. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapatan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu
dibalik kelas social seseorang.
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian adalah karak teristik psikologis yang berbeda dari setiap orang
Kepribadian konsep diri dapat merupakan suiatu variable yang sangat
berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian
dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis
kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
4. Faktor Psikologis
a.Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat mogenic, kebutuhan ini timbul dari suatu
keadaan psikologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman.
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain psikologemik yaitu kebutuhan yang
timbul dari keadaan psikologis tertentu, seperti kebutuhan untuk dihargai,
kebutuhan harga diri, atau kebutuhan diterima.
b.Persepsi
Persepsi didefenisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
sesuatu gambaran yang berarti dari dunia ini.
c. Proses belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
d. Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Dianawati (2001) dengan judul “Hubungan
antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng
dengan pengambilan keputusan pembelian pada konsumen muslim di surabaya”
bertujuan meneliti hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi
halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen
muslim di Surabaya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan
yang merupakan keputusan untuk terlibat dalam tindakan tertentu. Pengukuran
kecenderunngan pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan
pemyataan-pemyataan dengan indikator konsumen memiliki beberapa alternatif
produk lain, konsumen memiliki berbagai informasi tentang produk lain,
konsumen melakukan evaluasi/penilaian alas berbagai kategori produk yang akan
dibeli, konsumen melakukan pengintegrasian alas berbagai pengetahuan yang
dirniliki, dan konsumen melakukan pembelian.
Penelitian yang dilakukan Rosyidi (2001) dengan judul “Analisis
pengaruh faktor-faktor persepsi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam
proses pengambilan keputusan pembelian surat kabar di wilayah kotamadya
suarabaya” bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor merek surat kabar,
kualitas surat kabar, pelayanan, jasa iklan, harga, promosi, distribusi, pendapatan
dan keyakinan terhadap perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian surat kabar jawa pos dan surat kabar surya baik secara serempak
maupun parsial.Hasil penelitian faktor merek surak kabar, kualitas surat kabar,
menunjukkan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian surat kabar,
baik surat kabar jawa pos maupun surat kabar Surya.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesa atau kesimpulan
sementara dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan
keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untukl
memecahkan masalah penelitian serta menyusun hipotesis yang berbentuk bagan
atau alur dengan penjelasan kualitatif.
Riset yang dilakukan dua pakar pemasaran dari University of Western
Australia, Sweeny dan Sountar tahun 2001 (Tjiptono, 2004: 141) berusaha
mengembangkan item-item perceived value. Skala ini dinamakan PERVAL dan
dimaksudkan untuk menilai persepsi konsumen terhadap nilai suatu produk yang
tahan lama (durable goods) yang dikembangkan berdasarkan konteks situasi
pembelian eceran (retail) untuk menentukan nilai konsumsi yang mengarah
kepada sikap dan perilaku pembelian konsumen. PERVAL dikembangkan dalam
dimensi:
1. Quality/performenc, yaitu nilai yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas
dan kinerja produk.
2. Emosional Value, yaitu nilai yang berasal dari perasaan atau afeksi dan emosi
3. Price, yaitu nilai yang didapatkan dari persepsi mengenai harga atau biaya
yang dikeluarkan konsumen.
Durianto (2001: 100) menyatakan dari sekian banyak faktor persepsi yang
mempengaruhi keputusan, persepsi kualitas merupakan faktor yang memegang
peran penting dalam keputusan pembelian. Dalam konteks, persepsi kualitas,
sebuah produk atau merek yang berkualitas merupakan alasan yang paling penting
untuk dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian. Persepsi kualitas yang
positif akan mendorong keputusan pembelian konsumen dan dapat menciptakan
loyalitas terhadap produk atau merek tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan
kerangka teori konseptual sebagai berikut:
Persepsi Konsumen (X)
Kualitas Produk (X1)
Nilai Emosional (X2)
Kesesuaian Harga (X3)
[image:36.595.110.494.445.553.2]Sumber:Tjiptono (2004) dan Durianto (2001) diolah. Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
2.4Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah
penelitian. Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi (penjelasan),
penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan dan
objeknya. Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk kedalam penelitian
asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk
melihat pengaruh, yaitu Kualitas (X1), Nilai Emosional (X2), Kesesuaian harga
(X3) berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y).
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gaharu. Waktu penelitian ini
dilakukan bulan April – Mei 2011.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan terbatas pada pengaruh persepsi konsumen terhadap
keputusan pembelian produk hand body lotion merek Vaseline for men di
Kelurahan Gaharu. Adapun variabel yang akan diteliti adalah
a. Variabel independen (X) adalah variabel yang dapat mempengaruhi
perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang
positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya.
b. Variable dependen (Y) adalah variabel yang menjadi perhatian utama
membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya atau
memprediksinya (situmorang, dkk, 2008:97).
3.4. Defenisi Operasional Variabel
Defenisi variabel yang diteliti adalah:
a. Varabel bebas (Independen variable) merupakan suatu proses memilih,
mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran terhadap suatu obyek. Pada penelitian ini,
persepsi konsumen terdiri dari 3 (tiga) sub variabel yaitu persepsi kualitas
produk (X1), persepsi nilai emosional produk (X2), dan persepsi
kesesuaian harga produk (X3).
b. Variabel terikat (Dependent variable) adalah pengambilan keputusan
Pembelian konsumen terhadap produk. Pengambilan keputusan Pembelian
konsumen merupakan suatu tindakan pemilihan dua atau lebih alternatif
yang ada. Variabel terikat diukur berdasarkan proses keputusan pembelian
konsumen yang dinyatakan dalam likert.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Defenisi Sub
Variabel
Defenisi Indikator Skala
1. Persepsi (Variabel X) Suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasik an dan di interprestasik an sehingga individu menyadari yang di inderanya. Kualitas Produk (X1) Kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, termasuk keseluruhan ketahanan, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. 1.Mutu 2. Kinerja produk 3. Ketahanan 4. Keandalan 5. Kesesuaian dengan spesifikasi Likert Nilai Emosional (X2) Perasaan ketika pelanggan memiliki pengalaman positif terhadap produk, organisasi, atau jasa.
1.Afeksi (perasaan) 2. Emosi 3. Rasa Bangga 3. prestige (Gengsi)
Liker
Kesesuaian Harga (X3)
Nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut
pelayanannya.
1.Persepsi harga 2. Biaya
Likert
2. Keputusan Pembelian (Variabel Y) Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian 1.Faktor budaya 2.Faktor sosial 3.Faktor Pribadi 4.Faktor Psikologis Likert
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono,2005:86). Dalam melakukan penelitian terhadap
variabel-variabel yang akan di uji, pada setiap jawaban akan diberi skor. Dalam penelitan
ini peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan
[image:41.595.182.501.346.485.2]menggunakan skala 1 sampai 5 yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
Keterangan Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber : Sugiyono (2005)
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:72).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat Kelurahan Gaharu yang
berjenis kelamin laki-laki, yang berusia diatas 17 tahun yaitu sebanyak 3970 jiwa,
jumlah populasi yang menggunakan Hand Body Lotion Vaseline for Men tidak
3.6.2 Sampel
Penarikan sampel yang digunakan adalah metode purposive random
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan
ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel (Sugiono, 2007:72).
Adapun karakter yang ditentukan oleh konsumen yang pernah dan sedang
melakukan pembelian, minimal satu kali pembelian, dan telah berusia 17 tahun.
Untuk menggunakan jumlah sampelnya digunakan rumus sebagai berikut:
keterangan :
n = jumah sampel
Zα = nilai standard normal yang besarnya tergantung α
Bila α = 0,05 maka Z =1,67
Bila α = 0,01 maka Z =1,96
P = estimasi proporsi populasi
q = 1-P
d = peyimpangan yang ditolerir
penulis memperoleh jumlah sampel yang besar dan nilai p belum di ketahui, maka
data digunakan p = 0,5 sehingga jumlah sampel yang mewakili populasi dalam
penelitian ini adalah:
= 96,04
3. 7. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian melalui
kuesioner dan wawancara tersruktur kepada responden.
b. Data Sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah mengolah
informasi terlebih dahulu seperti data Kelurahan Gaharu, jurnal, buku-buku
pendukung dan sebagainya.
3.8. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan Tanya jawab dengan responden
maupun dengan pihak-pihak yang terkait.
b. Daftar Pertanyaan (Kuesioner)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertnyaan tertulis untuk diisi
oleh responden.
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas. 3.9.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat setelah
penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan
(kuesioner). Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab
tujuan penelitian.Uji validitas dilakukan kepada responden diluar sampel
dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00 dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan valid
2. Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tidak valid
3.9.2 Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrument yang apabila digunakan
berulangkali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang
sama (Sugiyono ,2006:110)
Adapun kriteria untuk pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. Jika ralpha positif atau > rtabel maka pertanyaan tersebut reliabel
2. Jika ralpha negatif atau > rtabel maka pertanyaan tidak reliabel
4.10. Teknik Analisis Data
Peneliti ini menggunakan metode analisis data yaitu:
3.10.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis dimana data
yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, kemudian diinterprestasikan secara
objektif sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan
3.10.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yangt idak bias
dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kanan
dan ke kiri. Uji normalitas pada multivariate sebenarnya sangat kompleks karena
harus dilakukan pada sebuah variabel secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa
juga dilakukan pada sebuah variabel dengan logika bahwa jika secara individual
tiaptiap variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama
(multivariate) variabel-variabel tersebut dianggap memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Adanya multikolinieritas merupakan pelanggaran dalam asumsi klasik.
multikolinieritas maksudnya tidak boleh terjadi hubungan antarvariabel bebas
(independent). Untuk mendeteksi gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan
menggunakan besaran VIF (Variance Influence Faktor) dan angka toleran.
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikol apabila mempunyai nilai VIF
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 69).
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat plots antara nilai prediksi
(ZPRED) dengan residual (SRESID). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scarplots antara SRESID dengan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di- studentized (Ghozali, 2001 : 69).
3.10.3. Analisis Regresi linear Berganda
Model regresi digunakan untuk mengasumsikan bahwa terdapat hubungan
linier antara variabel Kualitas produk dengan variabel Nilai emosional,
Kesesuaian harga, dan Keputusan pembelian. Adapun model persamaan regresi
yang dapat diperoleh dalam analisis ini adalah :
Y = a + + + + e
Keterangan:
Y = Keputusan pembelian
a = Constanta
= Koefisien Regresi = Kualitas produk
= Kesesuaian harga
e = Standard Error
Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh persamaan regresi
dengan cara memasukkan perubah satu demi satu sehingga dapat diketahui
pengaruh yang paling kuat sampai dengan yang paling lemah.
3.10.4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Produk, Nilai Emosional dan
Kesesuaian Harga terhadap keputusan pembelian maka penulis melakukan
pengujian dengan menggunakan:
1. Uji Signifikan Simultan (uji F)
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam metode mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujiannya adalah:
Ho: b1=b2=b3= 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ho: b1≠b2≠b3≠0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah:
Ho diterima jika Fhitung < FTabel pada α = 5%
2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu
variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel
dependen.
Kriteria pengujiannya adalah:
H0: b1= 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
Ha: ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
H0: b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
H0: b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
H0 : b3 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
H0: b3 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel independen (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen (Y).
H0 diterima jika t hitung < t tabelpada α = 5%
Ha diterima jika t hitung > t tabelpada α = 5%
3.10.5. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinan
menerangkan Y. Dimana 0< R2 < 1. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati
nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil
terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umun Perusahaan
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Unilever
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H.
van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van
Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933,
terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22
Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari
1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi
tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia.
Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30
Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini
disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No.
C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita
Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16
November 1981.Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni
2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi
ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih
Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533
HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan
minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam
Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan
dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal
14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi
jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan
keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.Perusahaan memulai operasi
komersialnya pada tahun 1933.
Sejak pemasarannya yang pertama di 1870, Vaseline kini telah berusia 140
tahun. Dari sekedar pelembut kulit, hingga dipercaya sebagian orang untuk obat
dalam, tentu saja dengan cara dimakan. Selama itu, Vaseline telah banyak berubah
dari sejak ‘dipungut’ dari lokasi pengeboran sumur minyak sampai produk
perawatan kulit yang paling dikenal di jaman modern.
Vaseline adalah produk yang lahir di Inggris, besar di Brooklyn oleh ahli
kimia Robert Chesebrough. Di tahun 1859, di usia muda 22 tahun, Chesebrough
memutuskan untuk berpaling dari bisnis barang-barang kering dan mencari
keberuntungannya di industri minyak yang saat itu terbilang baru. Chesebrough
muda pindah ke Titusville, Pennsylvania, untuk melihat-lihat sumur minyak yang
menghasilkan. Disana, dia menemukan sesuatu yang agak berbeda: saat itu, para
pria yang bekerja dengan alat pengebor terganggu oleh yang mereka sebut ‘rod
wax’ sejenis jeli yang pekat yang bisa masuk ke mesin dan menyebabkannya
terganggu. Tapi lilin itu ternyata tidaklah seburuk itu: Chesebrough, benar-benar
pria yang jeli, memerhatikan bahwa para pekerja sering dilumuri substansi
tersebut pada kulit mereka yang terbakar matahari dan kasar, terbantu dalam
proses penyembuhannya. Penasaran, dia membawa pulang sedikit zat itu ke
rumah.
Chesebrough menghabiskan 10 tahun setelahnya mencobakan zat itu pada
dirinya sendiri. Dengan latarbelakangnya yang seorang ahli kimia, Chesebrough
berhasil mengubah bahan pembuat lilin batangan itu menjadi jeli minyak tanah
yang jernih yang kita kenal sekarang untuk pelumas. Dia mencobakan juga zat itu
pada luka, menjadikan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan, untuk meneliti
proses penyembuhannya.
Di tahun 1870, dia mulai memasarkan Vaseline miliknya itu (berasal dari
kata Jerman untuk air, vasser, dan kata Yunani untuk minyak zaitun, ‘e’laion atau
πετρέλαιο). Dia mematenkan produk itu di AS pada tahun 1872 dan menggarai
1875. Menurut cerita, awalnya dia tidak bisa menemukan ahli-ahli farmasi yang
bersedia untuk bekerja di perusahannya. Maka dia menjelajah ke pedesaan,
dengan gaya sales penjual minyak ular, berceramah tentang keajaiban Vaseline.
Usahanya itu berhasil, mungkin karena Vaseline tampak seperti sulap:
orang menggunakan pada berbagai hal untuk mengobati kulit pecah-pecah dan
melindungi bokong bayi dari ruam popok sampai untuk melindungi telur-telur.
Perenang mengoleskannya pada diri mereka untuk menjaga kehangatan tubuh;
Komandan Amerika Robert Peary membawa Vaseline dalam petualangnnya di
Arktik karena benda itu adalah salah satu dari benda-benda yang tidak akan
membeku.
Akhir 1880an, Vaseline laku terjual dalam skala nasional dengan hitungan
satu kendi per menit. Chesebrough melebarkan bisnisnya pertama ke Kanada,
terus ke Inggris dan koloni-koloninya; pada tahun 1911, Chesebrough
Manufacturing Company sudah memiliki pabrik-pabrik di Eropa dan
Afrika.Sementara itu, keyakinan Chesebrough pada produknya tak pernah menuai
komplain: menurut laporan anumerta, dia menelan tiga sendok penuh Vaseline
setiap hari, walaupun untuk penyakit apa masih ia melakukannya masih misteri.
Pernah ketika dia menderita radang selaput dada pada 1950an, dia menyuruh
perawatnya menggosok dirinya dengan Vaseline setiap hari, dan dia, tentu saja,
sembuh. Dia meninggal pada usia 96. Pada tahun 1955, Chesebrough
Manufacturing Company bergabung bersama Pond’s, pembuat krim dingin yang
populer, sehingga menjadi Chesebrough-Pond’s; 32 tahun kemudian, pada 1987,
2. Kegunaan Lain Vaseline
Bagian dari ‘keajaiban’ Vaseline adalah pada banyaknya kegunaannya.
Selain untuk melembutkan kulit, berikut beberapa kegunaan lain dari Vaseline,
yang mungkin kurang banyak diketahui orang:
• Beberapa orang bilang mengoleskan Vaseline di bulu mata bisa
membuatnya lebih tebal dan mengkilap lebih lama; bicara soal bulu mata,
maskara modern pertama merupakan campuran batu bara dan Vaseline
pada tahun 1913 oleh seorang ahli kimia bernama Thomas Williams,
untuk adiknya Mabel (yang merupakan cikal bakal Maybelline).
• Mengoleskan pada jengger ayam ternak bisa mencegahnya sakit pada
musim dingin.
• Seseorang bisa menggunakan Vaseline untuk melumasi wajahnya sebelum
bertarung, agar membuat wajahnya licin saat dipukul lawan (perhatikan
pertandingan tinju). Di tahun 2009, dunia Ultimate Fighting Championship
terkejut oleh pengakuan seorang petarung yang memenangkan
pertandingan setelah melumasi dirinya di tengah-tengah ronde secara
ilegal.
• Menggosokkan Vaseline pada labu Halloween bisa membuatnya tak cepat
busuk.
• Melumurinya pada lensa kamera menciptakan efek dingin, soft-focus,
• Yang sekarang ilegal, Vaseline digunakan jadi salah satu yang bisa
digunakan seorang pitcher untuk melakukan spitball (melempar bola
dimana bolanya diberi ludah, jelly minyak tanah dan bahan-bahan lain).
• Stephon Marbuty, mantan pemain New York Knick yang mungkin dan
juga mungkin tidak kehilangan akal sehatnya, menggunakan YouTube
untuk menggembor-gemborkan soal manfaat Vaseline untuk mengobati
sakit tenggorokan. Ya, dia memakannya.