HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA
KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI
FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
ANDY NIM : 070600045
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2011
Andy
Hubungan Maturitas Gigi dengan Usia Kronologis pada Pasien Klinik
Ortodonti FKG USU
x + 31 halaman
Evaluasi dari status maturitas gigi merupakan hal yang sangat penting untuk
prognosa pemeriksaan dari pertumbuhan gigi dalam rencana perawatan ortodonti,
khususnya pasien pada masa usia pertumbuhan. Maturitas gigi dapat ditentukan oleh
tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih
realibilitas dan lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas
gigi, hal tersebut merupakan proses yang berkesinambungan dan progresif serta
dengan panduan radiografi dapat mengevaluasi gigi pada setiap pemeriksaan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menilai maturitas gigi seseorang sehingga dapat
dipertimbangkan diagnosis, rencana, dan tujuan perawatan yang lebih tepat pada
perawatan ortodonti.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan pada sampel foto panoramik pasien dengan menggunakan metode
Demirjian. Sampel berjumlah 112 orang yang terdiri dari 55 orang laki-laki dan 57
orang perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan melihat tahapan kalsifikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat adanya hubungan yang kuat
pada kalsifikasi gigi molar kedua dengan usia kronologis pada laki-laki (r = 0,74),
dan kalsifikasi gigi kaninus dengan usia kronologis terlihat hubungan yang sangat
kuat pada perempuan (r = 0,78).
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara maturitas gigi dengan usia kronologis pada laki – laki dan perempuan.
HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA
KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI
FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
ANDY NIM : 070600045
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Mei 2011
Pembimbing : Tanda Tangan
1. Siti Bahirrah.,drg ………
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 23 mei 2011
TIM PENGUJI
KETUA : Siti Bahirrah, drg
ANGGOTA : 1. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)
2. Erliera, drg., Sp.Ort
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan
hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia
atas waktu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
3. Siti Bahirrah, drg selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dan dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan
dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku koordinator dan penguji skripsi
Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Erliera, drg., Sp.Ort selaku penguji skripsi Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademis yang telah
7. Seluruh staf pengajar khususnya staf pengajar di departemen Ortodonsia dan
pegawai FKG USU atas segala bimbingan dan bantuan selama penulis melaksanakan
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi.
8. Drs. Abdul Jalil,A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
bimbingan dalam melaksanakan analisis statistik dalam penelitian ini.
9. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
10. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda
Erwin Wijaya dan Ibunda Mariana Halim yang selalu memberikan dorongan, baik
moril maupun materil serta doanya kepada penulis.
11. Sahabat terbaik : Ulipe, Steven Wijaya, Steffie, Jeffry C, Jevin dan
teman-teman se-almamater angkatan 2007 lainnya, yang telah memberikan dukungan,
bantuan dan doa selama studi dan penelitian ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan penulisan ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
peneliti, fakultas, dan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
Ortodonti.
Medan, 23 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usia Kronologis ... 4
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 14
3.3 Populasi ... 14
3.4 Sampel ... 14
3.5 Variabel Penelitian ... 16
3.6 Definisi Operasional ... 17
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 17
3.8 Prosedur Penelitian ... 18
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 19
3.10 Masalah Etika ... 19
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 20
BAB 5. PEMBAHASAN ... 25
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 28
6.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ………... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai dari berbagai macam pembentukan gigi pada bagian
mandibula kiri ... 11
2. Konversi chart untuk pengukuran usia gigi, dihitung berdasarkan
sistem nilai dari pembentukan gigi ... 11
3. Distribusi jumlah sampel terhadap usia dan jenis kelamin ... 20
4. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus pada usia
8 – 12 tahun ... 21
5. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar kedua pada
usia 8 – 12 tahun ... 22
6. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi molar kedua pada usia
8 – 12 tahun ... 23
7. Hubungan antara maturitas gigi dengan usia kronologis pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Radiografi Pergelangan Tangan... 6
2. Tahap kalsifikasi gigi tetap menurut Demirjian dkk. berakar Tunggal (a) dan berakar ganda (b) ... 10
3. Tahap Kalsifikasi Gigi menurut Nolla ... 13
4. Foto Radiografi Panoramik yang diletakkan di Tracing Box ... 18
5. Tracing Paper, pulpen, penghapus, dan pensil ... 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
3. Hasil Uji Statistik Tahapan Kalsifikasi Gigi Kaninus pada Usia 8 – 12
tahun
4. Hasil Uji Statistik Tahapan Kalsifikasi Gigi Premolar Kedua pada Usia
8–12 tahun
5. Hasil Uji Statistik Tahapan Kalsifikasi Gigi Molar Kedua pada Usia
8–12 tahun
6. Hasil Uji Korelasi Spearman antar Variabel pada Laki-laki dan
Perempuan
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2011
Andy
Hubungan Maturitas Gigi dengan Usia Kronologis pada Pasien Klinik
Ortodonti FKG USU
x + 31 halaman
Evaluasi dari status maturitas gigi merupakan hal yang sangat penting untuk
prognosa pemeriksaan dari pertumbuhan gigi dalam rencana perawatan ortodonti,
khususnya pasien pada masa usia pertumbuhan. Maturitas gigi dapat ditentukan oleh
tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih
realibilitas dan lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas
gigi, hal tersebut merupakan proses yang berkesinambungan dan progresif serta
dengan panduan radiografi dapat mengevaluasi gigi pada setiap pemeriksaan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menilai maturitas gigi seseorang sehingga dapat
dipertimbangkan diagnosis, rencana, dan tujuan perawatan yang lebih tepat pada
perawatan ortodonti.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan pada sampel foto panoramik pasien dengan menggunakan metode
Demirjian. Sampel berjumlah 112 orang yang terdiri dari 55 orang laki-laki dan 57
orang perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan melihat tahapan kalsifikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat adanya hubungan yang kuat
pada kalsifikasi gigi molar kedua dengan usia kronologis pada laki-laki (r = 0,74),
dan kalsifikasi gigi kaninus dengan usia kronologis terlihat hubungan yang sangat
kuat pada perempuan (r = 0,78).
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara maturitas gigi dengan usia kronologis pada laki – laki dan perempuan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang penting untuk
dipahami oleh seorang dokter gigi dalam merawat pasien. Hal ini berkaitan dengan
rencana perawatan yang akan dilakukan. Selain itu, penentuan rencana perawatan
perlu mempertimbangkan usia anak ketika anak tersebut mengalami keluhan pada
giginya.1
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.2
Usia kronologis dari seorang anak yang kelahirannya tidak diketahui pasti sering
diperkirakan melalui evaluasi maturitas somatik dari individu. Tingkat maturitas
somatik merupakan gambaran kematangan fisiologis seorang anak. Menurut para ahli
bahwa metode penentuan usia kronologis berdasarkan pembentukan gigi geligi lebih
tepat dibandingkan indikator lain dari perkembangan somatik.3
Status pertumbuhan seseorang dapat diketahui dengan mengamati
karakteristik-karakteristik pertumbuhan antara lain usia kronologis melalui pengamatan berat
badan dan tinggi badan, usia gigi melalui pengamatan tahap kalsifikasi gigi, maturitas
tulang melalui pengamatan tahap maturitas tulang telapak tangan atau vertebra
servikal serta maturitas seksual.4 Usia kronologis dapat ditentukan dengan melihat
maturitas somatik. Namun, penilaian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain
tersebut, maka maturitas gigi yang memiliki variabilitas rendah lebih baik untuk
digunakan sebagai indikator usia kronologis.
Penilaian maturitas gigi seseorang dapat menjadi pertimbangan dalam
menentukan diagnosis, rencana dan tujuan perawatan yang lebih tepat pada
perawatan ortodonti. Maturitas gigi menjadi hal yang dipertimbangkan secara klinis
pada level peningkatan dan penurunan pertumbuhan kraniofasial seperti waktu dan
penggunaan traksi ekstraoral, penggunaan pesawat fungsional, perawatan dengan
pencabutan atau tanpa pencabutan, pemilihan retensi ortodonti, dan waktu
pembedahan ortognatik.6
1,2,5
Penelitian Cheraskin (1972), Malayola (1989), Jaegar (1990), dan Carvalho
(1990), menemukan bahwa usia kronologis dan usia gigi menunjukkan hubungan
yang signifikan antara laki – laki dan perempuan. Hal ini didukung oleh penelitian
Hedge R.J. dan Sood P.B (2002) yang menemukan bahwa maturitas gigi dapat
digunakan sebagai indikator penentuan usia kronologis.3
Menurut Demirjian (1978) maturitas gigi dapat dinilai berdasarkan fase erupsi
gigi atau kalsifikasi gigi.7 Kalsifikasi gigi lebih diutamakan daripada erupsi gigi
karena proses erupsi gigi bersifat lebih cepat dan waktunya sangat sulit ditentukan
sedangkan kalsifikasi gigi bersifat terus-menerus dan dapat dinilai dengan
menggunakan foto radiografi3
Usia gigi didefinisikan sebagai perkiraan usia yang didasarkan pada tingkat
mineralisasi gigi atau kalsifikasi selama proses perkembangan.
8
Usia gigi ditentukan
dari tahap kalsifikasi gigi yang diamati melalui radiografi panoramik sesuai dengan
Menurut Lewis (1960), Green (1961), Nanda (1966), dan Kurita (2007)
menyatakan bahwa usia biologis dan maturitas gigi pada pertumbuhan dan
perkembangan gigi digunakan sebagai kriteria yang lebih akurat dalam meneliti
hubungannya dengan usia kronologis.10
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara maturitas gigi dengan usia kronologis yang akan berguna dalam
perencanaan perawatan ortodonti.
Apakah ada hubungan antara maturitas gigi dengan usia kronologis?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan maturitas gigi dengan usia kronologis
pada pasien klinik ortodonti FKG USU.
1.4 Hipotesis Penelitian
Maturitas gigi berhubungan dengan usia kronologis.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
membantu dalam menetapkan rencana perawatan.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
3. Untuk memberi informasi kepada masyarakat dan menambah khasanah ilmu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan.11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana
perawatan ortodonti, khususnya pasien pada masa usia pertumbuhan. Hal ini sangat
berhubungan dengan penggunaan pesawat fungsional dan tindakan bedah pada kasus
diskrepansi skeletal.4 Pemeriksaan radiologi pada perkembangan dan mineralisasi
gigi dapat memberikan informasi yang lebih banyak dan terbukti memiliki hubungan
dengan usia kronologis dan biologis.3
2.1 Usia Kronologis
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.2
Pada umumnya perkembangan somatik berhubungan dengan usia kronologis seperti
pada pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi, dan tinggi
badan. Maturitas somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia kronologis bila
tidak ada data usia lain yang akurat.12,13 Informasi ini penting dalam praktek medis
dan dokter gigi untuk mengevaluasi perkembangan pasien.13 Usia kronologis sering
tidak cukup pada penilaian tahapan pertumbuhan dan maturitas somatik dari pasien,
2.2 Usia Biologis
Selain usia kronologis, pertumbuhan dan perkembangan manusia dinilai
berdasarkan usia biologis. Usia biologis dipakai untuk menunjukkan pertumbuhan
seseorang sudah mencapai suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis
yaitu berdasarkan perkembangan maturitas seksual, skeletal, dan gigi geligi.11
2.2.1 Maturitas Seksual `
Pertumbuhan adalah proses biofisis dari mahkluk yang menyebabkan mahkluk
bertambah besar. Perkembangan adalah kejadian yang bertahap dari pembuahan
ovum (fertilisasi sel telur) sampai keadaan dewasa. Perkembangan termasuk proses
pembuahan sel telur oleh sel sperma sampai terdapat bermacam-macam sel yang
berbeda fungsi dan macamnya.11
Perubahan karakteristik seks sekunder, perkembangan payudara dan menstruasi
pada perempuan, perkembangan penis, testis (alat kelamin) dan perubahan suara
laki-laki serta rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin merupakan tanda maturitas
seksual.7,15 Ada hubungan kuat antara maturitas seksual, somatik, dan skeletal,
meskipun terdapat beberapa perempuan yang maturitasnya jauh lebih awal atau lebih
lambat dari sesamanya. Pada klinik ortodonti, tidak digunakan maturitas seksual
karena hal tersebut memerlukan pemeriksaan fisik.7
2.2.2 Maturitas Skeletal
Penilaian maturitas skeletal sangat penting di bidang ortodonti dalam
membantu menetapkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat.Maturitas
terdapat banyak tulang dan diskus epifiseal seperti tulang pergelangan tangan dari
setiap usia anak yang spesifik normal, dipakai sebagai standar untuk membandingkan
kasus seseorang yang diperiksa. Gambaran standar yang dipakai tersebut adalah
radiografi carpal index (Gambar 1). Penggunaan radiografi pergelangan tangan dapat
mengetahui status maturitas skeletal seseorang yang digunakan untuk memproduksi
waktu pubertal growth spurt. Selain itu dapat juga untuk mengetahui status maturitas
skeletal pada pasien dengan perawatan maloklusi skeletal seperti maloklusi skeletal
Klas II dan Klas III yang memerlukan yang memerlukan hubungan
maksilomandibular.11
2.2.3 Maturitas Gigi
Evaluasi dari status gigi merupakan hal yang sangat penting untuk prognosa
pemeriksaan dari pertumbuhan gigi.14 Maturitas gigi sering dinyatakan sebagai
indikator maturitas biologis pada pertumbuhan anak-anak karena lebih relevan dalam
mempelajari gangguan pertumbuhan dan secara klinis dalam perawatan ortodonti.16
Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi.
Kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih realibilitas untuk menentukan
tahap maturitas gigi. Penggunakan foto radiografi periapikal atau panoramik di
sebagian besar praktek ortodontis dapat memudahkan pentahapan perkembangan gigi
dalam penilaian usia biologis tanpa harus menggunakan sebuah radiografi
pergelangan tangan.17
Penentuan usia tidak hanya bergantung pada tahapan akhir dari pembentukan
gigi, tetapi juga pada keseluruhan proses dari mineralisasi gigi. Prosedur ini dapat
digunakan secara keseluruhan pada periode gigi desidui dan bercampur, dan tidak
dipengaruhi oleh kehilangan dini dari gigi desidui. Perhitungan dibuat dengan sistem
evaluasi poin. Setiap gigi diberi poin menurut tahapan pertumbuhan. Hasil dari poin
individual menunjukkan nilai pertumbuhan yang dapat dikonversi ke tabel standar
maturitas gigi. Jumlah poin yang sedikit menunjukkan usia gigi yang lebih muda,
2.2.3.1 Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah proses berkesinambungan meliputi perubahan posisi gigi
melalui beberapa tahap mulai pembentukan sampai muncul ke arah oklusi dan kontak
dengan gigi antagonisnya.1,11 Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan
yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sehingga
sudah seharusnya dokter gigi mengetahui waktu erupsi gigi secara benar.2
Pada bidang ortodonti, pengetahuan mengenai waktu erupsi gigi permanen di
mulut merupakan hal yang penting. Dengan mengetahui waktu erupsi gigi permanen,
dokter gigi dapat memperkirakan apakah tersedia tempat yang cukup sehingga gigi
permanen dapat erupsi dengan baik di deretan lengkung gigi.11
2.2.3.2 Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam
kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya
dengan penambahan lapis demi lapis.1,2
Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi
seperti hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh
faktor genetik atau keturunan. Faktor ini mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk
mahkota. dan komposisi mineralisasi. Kalsifikasi gigi permanen dimulai saat lahir,
yaitusaat gigi molar pertama tetap mulai terkalsifikasi.1
Penilaian kalsifikasi gigi dipandang sebagai metode yang lebih baik untuk
dalam rongga mulut yang jarang dipengaruhi oleh faktor lokal seperti kurangnya
ruang dan faktor-faktor sistemik seperti pengaruh nutrisi.16
Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 prenatal, diikuti dengan
kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15. Gigi insisivus lateral mengalami
kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi kaninus pada minggu ke-17, sedangkan gigi
molar kedua pada minggu ke-18.2,11
2.3 Hubungan Maturitas Gigi dengan Usia Kronologis
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia
gigi karena secara klinis lebih mudah diketahui.8 Usia gigi berhubungan erat dengan
usia kronologis dalam hal perkembangan anak. Perkembangan gigi lebih erat
kaitannya dengan usia kronologis daripada maturitas skeletal, somatik, dan seksual.
Kalsifikasi gigi lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas
gigi karena merupakan proses yang berkesinambungan dan progresif serta dengan
panduan radiografi dapat mengevaluasi gigi pada setiap pemeriksaan.18 Ada 2 metode
penelitian tahap kalsifikasi gigi yaitu metode Demirjian dan Nolla.
2.3.1 Metode Demirjian
Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih
gigi tetap dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi
(Gambar 2) yaitu :4,14
1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain
2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat
4. Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai
5. Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya
6. Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota
7. Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka
8. Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.4,14
a.
b.
Tabel 1. Nilai dari berbagai macam pembentukan gigi5,14 Tabel tersebut dibuat pada bagian mandibula kiri.
Tabel 2. Tabel konversi chart untuk pengukuran usia gigi, dihitung berdasarkan
2.3.3 Metode Nolla
Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 11 stadium
yang dimulai dengan pengamatan terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan
foramen apikal gigi. Metode ini berguna untuk memperkirakan maturitas gigi dalam
bidang kedokteran gigi (Gambar 3).10,11
Menurut Nolla, tingkatan perkembangan gigi dari kalsifikasi benih gigi sampai
gigi itu mencapai oklusi di mulut dibaginya dalam 10 tingkatan. Pada pembentukan
crypte hingga penutupan apeks akar gigi yang dapat dilihat pada foto radiografi
disebut dengan tingkat 1, dan selanjutnya sampai penutupan dari apeks dari akar gigi
adalah tingkat 10.11
Tahap Kalsifikasi gigi menurut Nolla, yaitu :10,11
0. Tidak ada benih gigi
1. Terlihat adanya benih gigi
2. Inisial kalsifikasi
3. Sepertiga korona terbentuk
4. Dua pertiga korona terbentuk
5. Korona hampir terbentuk sempurna
6. Korona terbentuk sempurna
7. Sepertiga akar terbentuk
8. Dua pertiga akar terbentuk
9. Akar penuh terbentuk dengan apeks terbuka
Gambar 3 : Tahap kalsifikasi gigi menurut Nolla10,11
0
1
2
3
4
5
7
8
9
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan metode Cross Sectional .
Data yang diobservasi hanya pada satu saat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jln. Alumni No. 2 Universitas
Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Agustus – Mei 2011
3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien klinik Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dari tahun 2006 - 2010.
3.4 Sampel Penelitian
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Jumlah sampel
yang diambil berdasarkan kebutuhan sampel.
Pengumpulan sampel dilakukan dari radiografi panoramik yang ada di bagian
a. Kriteria inklusi
• Anak usia 8-12 tahun
• Belum mendapat perawatan ortodonti
• Kualitas foto radiografi baik
• Foto radiografi yang diambil dari laboratorium yang sama
• Tidak memiliki penyakit sistemik
• Tidak ada agenese gigi kaninus, premolar kedua, molar kedua permanen
kiri rahang bawah
b. Kriteria eksklusi
• Rekam medik pasien yang tidak lengkap
Besar sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus
Keterangan rumus :
n1 = besar sampel jenis kelamin laki-laki
n2 = besar sampel jenis kelamin perempuan
Zα = deviat baku α : untuk α = 0,05 Zα = 1,96 Zβ = deviat baku β : untuk β = 0,25 Zβ = 1,036
P1 = Proporsi hubungan maturitas gigi dengan usia kronologis jenis
P2 = Proporsi hubungan maturitas gigi dengan usia kronologis jenis
kelamin laki-laki = 0,4
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0.75 = 0,25
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0.4 = 0,6
Sehingga :
=
= 33
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah sebanyak 66 foto panoramik. Masing-masing jenis kelamin laki-laki dan
perempuan diambil sampel sebanyak 33 foto panoramik.
3.5 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang dilihat pada penelitian yaitu :
- Kalsifikasi gigi kaninus, premolar kedua, molar kedua permanen kiri
- Jenis Kelamin
- Usia Kronologis
3.6 Defenisi Operasional
1.Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran
dengan kriteria jika saat penelitian usia anak telah lebih 6 bulan sejak ulang tahun
terakhir, maka usia anak dimasukkan ke dalam kelompok usia selanjutnya dan usia anak
dibawah 6 bulan maka dimasukkan ke dalam kelompok usia sebelumnya. Data dilihat
dari rekam medik pasien.
2.Maturitas gigi merupakan tahapan kalsifikasi gigi menurut Demirjian
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
Alat
a. Tracing Box
b. Pensil 2B merek Faber-Castell SV 9000
c. Pulpen merek Faster® High Grade C-600
d. Penghapus merek Radar S-80
Bahan
a. Foto radiografi panoramik yang berasal dari rekam medik pasien ortodonti
Klinik Radiologi FKG USU
Gambar 4. Foto radiografi panoramik yang diletakkan di Tracing Box
Gambar 5. Tracing Paper, pulpen, penghapus, dan pensil
3.8 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penapakan pada setiap foto
panoramik dengan mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
a.Sampel diberikan kode untuk mempermudah setiap pemeriksaan dengan
kriteria :
• laki-laki : kode A dan buat penomoran, seperti A1, A2, A3 dan seterusnya
• perempuan : kode B dan buat penomoran, seperti B1, B2, B3 dan
seterusnya sampai B33
b.Penapakan foto panoramik diatas meja tracing pada gigi Kaninus, Premolar
kedua, Molar kedua permanen kiri bawah
c.Dilakukan penapakan sebanyak 5 sampel dalam satu hari
d.Penapakan ulang dilakukan setelah 2 -3 hari
e.Dilakukan uji interoperator untuk melihat tidak ada perbedaan dari hasil
penapakan pada sampel.
Gambar 6. Hasil tracing sampel
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Kemudian
digunakan Uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan maturitas gigi dengan
usia kronologis.
3.10 Masalah Etika
Ethical Clearance dilakukan untuk menyatakan bahwa penelitian yang
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian berjumlah 112 orang yang terdiri dari 55 orang laki-laki dan
57 orang perempuan. Sampel diambil dari rekam medik pasien berupa foto radiografi
panoramik di bagian klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara. Distribusi jumlah sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Distribusi jumlah sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin
Usia ( Tahun)
Frekuensi Jumlah
Laki-laki Perempuan
8
Pada tabel 3 dapat dilihat jumlah seluruh sampel yang paling banyak terdapat
pada usia 8 tahun sebesar 13 orang pada laki-laki dan 17 orang pada perempuan.
Sedangkan sampel yang paling sedikit terdapat pada usia 10 tahun sebesar 10 orang
Tabel 4. Persentase distribusi tahapan kalsifikasi gigi kaninus pada usia 8 – 12 tahun
Tahapan Kalsifikasi
Gigi
Usia
8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) Tahap D 7,7
Tahap E 69,2 23,5 10
Tahap F 23,1 76,5 100 91,7 70 75 60 20 60 10
Tahap G 8,3 20 25 40 80 40 40
Tahap H 50
Total(%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pada tabel 4 terlihat persentase paling besar tahapan kalsifikasi gigi kaninus
pada usia kronologis 8 tahun paling besar di tahap E (69,2%) pada laki-laki
sedangkan di tahap F (76,5%) pada perempuan. Usia 9 tahun dan 10 tahun pada
laki-laki di tahap F (100% dan 70%), hal ini juga terlihat pada perempuan di tahap F
(91,7% dan 75%). Usia 11 tahun di tahap F (60%) pada laki-laki dan di tahap G
(80%) pada perempuan. Usia 12 tahun di tahap F (60%) pada laki-laki dan di tahap H
(50%) pada perempuan. Rerata tahapan kalsifikasi gigi kaninus berada di tahap F
pada laki-laki dan perempuan, tetapi perkembangan tahapan kalsifikasi gigi kaninus
Tabel 5. Persentase distribusi tahapan kalsifikasi gigi premolar kedua pada usia 8–12 tahun
Tahapan Kalsifikasi
Gigi
Usia
8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%) ♂(%) ♀(%)
Tahap C 5,9
Tahap D 53,8 17,6 8,3 20
Tahap E 38,5 70,6 83,3 83,3 50 50 30 10 10
Tahap F 7,7 16,7 8,3 20 37,5 60 70 40 20
Tahap G 5,9 10 12,5 10 20 50 60
Tahap H 10 10
Total(%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pada tabel 5 terlihat persentase paling besar tahapan pada kalsifikasi gigi
premolar kedua pada usia kronologis 8 tahun paling besar di tahap D (53,8%) pada
laki-laki dan di tahap E (70,6%) pada perempuan. Usia 9 tahun di tahap E (83,3%)
pada laki-laki dan perempuan, sama halnya pada usia 10 tahun di tahap E (50%) pada
laki-laki dan perempuan. Usia 11 tahun di tahap F (60% dan 70%) pada laki-laki dan
perempuan. Usia 12 tahun di tahap G (50% dan 60%) pada laki-laki dan perempuan.
Tahapan kalsifikasi gigi premolar kedua pada usia 8 tahun sudah ada yang mencapai
tahap G walaupun dalam persentase yang rendah sedangkan pada pada usia 9 tahun
Tabel 6. Persentase distribusi tahapan kalsifikasi gigi molar kedua pada usia 8–12
Pada tabel 6 terlihat persentase paling besar tahapan pada kalsifikasi gigi molar
kedua pada usia kronologis 8 tahun paling besar di tahap D (92,3% dan 58,8%) pada
laki-laki dan perempuan. Usia 9 tahun di tahap E (41,7%) pada laki-laki dan
perempuan. Usia 10 tahun di tahap E (40% dan 87,5%) pada laki-laki dan perempuan,
sedangkan usia 11 tahun di tahap F (50%) pada laki-laki dan di tahap G (60%) pada
perempuan. Usia 12 tahun di tahap G (60% dan 80%) pada laki-laki dan perempuan.
Tahapan kalsifikasi gigi molar kedua pada usia 8 tahun sampai 10 tahun
menunjukkan laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan walaupun dalam
persentase sedikit. Tetapi pada usia 11 tahun dan 12 tahun laki-laki dan perempuan
berada di tahap yang sama, sedangkan persentase perempuan lebih tinggi dibanding
Tabel 7. Hubungan antara maturitas gigi dengan usia kronologis pada seluruh sampel laki-laki dan perempuan.
Jenis Kelamin
Koefisien korelasi (r)
Jumlah Kaninus Premolar 2 Molar 2
Laki-laki 55 0,669* 0,728* 0,744*
Perempuan 57 0,780* 0,733* 0,776*
Keterangan:
r = 0 – 0,25 = tidak ada hubungan r = 0,25 – 0,5 = cukup
r = 0,5 – 0,75 = kuat r = 0,75 – 1 = sangat kuat
Pada tabel 7 terlihat adanya hubungan yang kuat pada kalsifikasi gigi molar
kedua dengan usia kronologis pada laki-laki (r = 0,74), dan kalsifikasi gigi kaninus
dengan usia kronologis terlihat hubungan yang sangat kuat pada perempuan
BAB 5 PEMBAHASAN
Perbedaan tumbuh kembang anak dengan usia kronologis yang sama
menyebabkan konsep usia biologis dipakai sebagai alat untuk menentukan
perkembangan atau maturitas dari setiap individu anak. Usia biologis merupakan alat
untuk menggambarkan status perkembangan seorang anak, sedangkan usia kronologis
hanya memperkirakan rentang status perkembangan anak dari berbagai usia.3,18
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi
karena secara klinis lebih mudah diketahui.8 Maturitas gigi digunakan sebagai
indikator dari maturitas biologi pada pertumbuhan anak karena lebih tepat dalam
mempelajari gangguan perkembangan pada klinisi ortodonti.16 Pada anak dengan usia
kronologis yang sama menunjukkan perbedaan pada tahap perkembangan biologi,
namun pada usia yang berbeda terlihat tahapan kalsifikasi gigi yang bervariasi.
Penelitian ini dilakukan di klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak 112 sampel yang terdiri dari 55
laki-laki dan 57 perempuan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan foto radiografi panoramik untuk melihat tahapan kalsifikasi
gigi. Namun terlebih dahulu dilakukan uji interoperator pada beberapa sampel untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alasan peneliti menggunakan foto radiografi
pengamatan anatomi yang luas, expossure radiasi terhadap pasien rendah, dan dapat
digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan foto intra oral dan tidak dapat
membuka mulut.19 Oleh karena itu, setiap melakukan perawatan diperlukan
pemeriksaan foto panoramik untuk melihat tahap perkembangan gigi karena usia
somatik tidak bisa digunakan sebagai acuan dalam menilai tahap perkembangan gigi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki dan
perempuan pada usia 9 tahun tahapan kalsifikasi gigi kaninus paling banyak pada
tahap F (100% dan 91,7%) dan premolar kedua pada tahap E (83,3% dan 83,3%),
sedangkan molar kedua pada laki-laki usia 9 tahun berada pada tahap E (41,7%) dan
perempuan usia 10 tahun pada tahap E (87,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian
Gupta, dkk (2011) pada masyarakat India yang menyatakan bahwa pada usia 8-11
tahun tahapan kalsifikasi gigi kaninus pada laki-laki dan perempuan paling banyak
pada tahap F, sedangkan pada gigi premolar kedua dan molar kedua berada pada
tahap E.20 Namun hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian Krailassiri S, dkk
(2001) yang disimpulkan terdapat perbedaan tahapan kalsifikasi gigi kaninus,
premolar kedua, dan molar kedua pada laki-laki tetapi pada perempuan menunjukkan
hasil yang sama.6
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tahap kalsifikasi gigi pada perempuan
lebih cepat daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Gupta, dkk. (2011)
yang menyatakan bahwa tahap kalsifikasi gigi lebih cepat pada perempuan.
Berdasarkan literatur, masa pubertas pada perempuan dimulai pada usia 10 sampai 12
memungkinkan menjadi penyebab terjadinya perbedaan tahapan kalsifikasi gigi pada
laki-laki dan perempuan. Penyebab perbedaan tersebut karena variasi populasi dan
faktor minor lainnya.3 Faktor minor yang mempengaruhi pada variasi tahapan
kalsifikasi gigi adalah nutrisi, keturunan, sosial ekonomi, dan ras.4 Pada sampel
penelitian rata-rata pendapatan orang tua adalah golongan sosial ekonomi yang
rendah.
Pengujian dengan menggunakan uji korelasi Spearman ditemukan bahwa tahap
kalsifikasi gigi memiliki hubungan yang signifikan dengan usia kronologis. Hal ini
didukung oleh penelitian Cheraskin, dkk. (2002) yang melakukan peneltian pada anak
sekolah usia 6 – 12 tahun di Belgia dengan menggunakan metode Demirjian yang
menyatakan bahwa pada kelompok laki-laki dan perempuan menunjukkan korelasi
yang sangat tinggi dan perbedaan yang minimal antara usia kronologis dan maturitas
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan maturitas gigi dengan usia kronologis
pada pasien Klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat korelasi yang signifikan yang bernilai positif antara maturitas gigi
dengan usia kronologis pada laki – laki dan perempuan
2. Tahapan kalsifikasi gigi kaninus, premolar kedua, molar kedua permanen
kiri rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin yang berbeda
menunjukkan tahapan kalsifikasi yang bervariasi.
3. Tahapan kalsifikasi gigi perempuan lebih cepat daripada laki-laki.
4. Tahapan kalsifikasi gigi semakin sempurna sejalan dengan bertambahnya
usia.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
agar didapatkan validitas yang tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel-sampel di luar klinik
DAFTAR PUSTAKA
1. Indriyanti R, Pertiwi AS, Sasmita IS. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau
Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun. Laporan
Penelitian. FKG UNPAD 2006: 1-25.
2. Tamba S. Waktu Erupsi Gigi Permanen ditinjau dari Usia Kronologis pada
anak usia 6 sampai 12 tahun di SD ST ANTONIUS V MEDAN. Skripsi.
FKG USU 2010: 6-50.
3. R.J Hegde, P.B Sood. Dental Maturity as an indicator of chronological age :
Radiographic evaluation of Dental age in 6 to 13 years children of Belgaum
using Demirjian Methods. J Indian Soc Pedo Prev Dent 2002; 4 : 132 – 37.
4. Siswanto F, Sjahruddin L. Correlation Between Mandible Length and Dental
Calcification on Deutro Malay children aged 8 – 16 Years. Proceedings
Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti 2009 : 198-200.
5. Willems G, Olmen AV, Spiessens B, Carels C. Dental Gae Estimation in
Belgian Children : Demirjian’s Technique Revisited. J Forensic Sci 2001; 4:
893-5.
6. Krailassiri S, Anuwongnukroh N, Dechkunakorn S. Relationship Between
Dental Calcification Stages and Skeletal Maturity Indicators in Thai
Individuals. Angle Ortho 2002; 72: 155-6.
7. Nassar AS. The Relationships Between Cervical Vertebral Maturation and
Dental Calcification among Malays. Thesis. Malaysia: Master of Science
8. Janson GR. A Review of The Most Commonly Used Dental Age Estimation
Techniques. Odon Forensic J 2001; 19: 9-17.
9. Holderbaum RM, Veeck EB, Oliveira HW, Silva CL, Fernandes A.
Comparison among dental, skeletal, and dental chronological development in
HIV-positive children: a radiographic study.Braz Oral Res 2005; 3: 209-15.
10.Yazeed AE, Zeid A. Dental Maturation Assessment by Nolla’s Technique on
a Group of Egyption Children. Aus J of Basic and App Sci 2008 ; 4:
1418-24.
11.Mokhtar M. Dasar – Dasar Ortodonti: Pertumbuhan dan Perkembangan
Kraniofasial. Medan : Bina Insani Pustaka 2002; 2: 45-224.
12.Rai B, Anand S.C . Tooth Development: An Accuracy of Age Estimation of
Radiographic Methods. World Journal of Medical Sciences 2006; 2: 130-2.
13.McKenna CJ, James H, Taylor JA, Townsend GC. Tooth development
standards for South Australia. Aus Dental J 2002; 3: 223-7.
14.Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis : Color Atlas of
Dental Medicine Thieme 1992; 1: 98-107 .
15.Flores C, Nebbe B, Major PW. Use of Skeletal Maturation Based on
Hand-Wrist Radiographic Analysis as a Predictor of Facial Growth: A Systemic
Review. Angle Ortho 2004; 74: 118-24.
16.Al Emran S. Dental Age Assessment of 8.5 to 17 Year-old Saudi Children
Using Demirjian’s Method. The Journal of Contemporary Dental Practice
17.Uysal T, Sari Z, Ramoglu SI, Basciftci FA. Relationships Between Dental
and Skeletal Maturity in Turkish Subjects. Angle Orthod 2004; 5: 657-64.
18.Kurita LM, Menezes AV, Casanova MS, Haiter-neto F. Dental Maturity as
an Indicator of Chronological Age: Radiograph Assessment of Dental Age in
a Brazilian Population. J Appl Oral Sci 2007; 2: 99-104.
19.Astari N. Perbandingan Dosis dan Kualitas Gambar Radiografi Panoramik
Konvensional dengan Radiografi Panoramik Digital. Skripsi. FKG USU
2010: 3-5.
20.Gupta KP, Garg S, Grewal PS. Establishing A Diagnostic Tool for Assesing
Optimal Treatment Timing in Indian Children with Developing
Kerangka Teori
Perkembangan Gigi
Usia Biologis Usia Kronolgis
Maturitas Seksual
Maturitas Skeletal
Maturitas Gigi
Erupsi gigi
Kalsifikasi gigi kaninus, premolar kedua ,molar kedua
permanen kiri rahang bawah
Faktor Keturunan
Jenis Kelamin
Faktor Lingkungan
Laki-laki Perempuan
Kerangka Konsep
Kalsifikasi Gigi
Usia Kronologis Jenis Kelamin
Usia 8-12 tahun
Perempuan Laki-laki
• Tidak terdapat penyakit sistemik,
• belum mendapat perawatan ortodonti,
• kualitas foto radiografi yang baik
Crosstab
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
7.0% 57.9% 26.3% 8.8% 100.0%
Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C
Hasil uji statistik tahapan kalsifikasi gigi kaninus pada usia 8 – 12 tahun
Crosstabs
Ca se P rocessing Sum ma ry
112 100.0% 0 .0% 112 100.0% * Jenis kelamin Us ia (t ahun) * M2 * Jenis kelamin
N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total
Cases
1 9 3 0 13
1.8% 18.2% 61.8% 18.2% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
1.8% 18.2% 61.8% 18.2% 100.0%
Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within C N of Valid Cases Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases Jenis kelamin
16 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .56.
a.
15 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
LAMPIRAN 4
Hasil uji statistik tahapan kalsifikasi gigi premolar kedua pada usia 8 – 12 tahun
Usia (tahun) * P2 * Jenis kelamin
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
1.8% 7.0% 49.1% 22.8% 17.5% 1.8% 100.0%
Chi-Square Tests N of Valid Cases Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases Jenis kelamin
28 cells (93.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14.
a.
23 cells (92.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
b.
16.4% 41.8% 27.3% 12.7% 1.8% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
16.4% 41.8% 27.3% 12.7% 1.8% 100.0%
Crosstab
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
1.8% 31.6% 36.8% 5.3% 24.6% 100.0%
Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2
Hasil uji statistik tahapan kalsifikasi gigi molar kedua pada usia 8 – 12 tahun
12 0 1 0 13
20.0% 40.0% 10.0% 30.0% 100.0%
10.0% 28.6% 11.1% 25.0% 18.2%
3.6% 7.3% 1.8% 5.5% 18.2%
36.4% 25.5% 16.4% 21.8% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
36.4% 25.5% 16.4% 21.8% 100.0%
Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 % of Total Count Expected Count % within Usia (tahun) % within M2 N of Valid Cases Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases Jenis kelamin
23 cells (92.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14.
a.
20 cells (100.0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 1.64.
Correlations
1.000 .780** .733** .776** . .000 .000 .000
57 57 57 57
.780** 1.000 .803** .790** .000 . .000 .000
57 57 57 57
.733** .803** 1.000 .812** .000 .000 . .000
57 57 57 57
.776** .790** .812** 1.000 .000 .000 .000 .
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
Correlations
1.000 .669** .728** .744** . .000 .000 .000
55 55 55 55
.669** 1.000 .773** .746** .000 . .000 .000
55 55 55 55
.728** .773** 1.000 .836** .000 .000 . .000
55 55 55 55
.744** .746** .836** 1.000 .000 .000 .000 .
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
LAMPIRAN 6
Hasil uji korelasi Spearman antar variable pada laki-laki dan perempuan