• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengololaan kelas di SMP Al-iklas Cipete 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengololaan kelas di SMP Al-iklas Cipete 3"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana

11111 • •

セ@

Ulll

Oleh

Solahuddeen Y akoh NIM : 1010 ャjェセセN|jL@ 7 5 .

、カNZイセ@

Tr;l. :

ZZoゥNZZセZZWUSZZZZ、ゥF・ゥZZZZZ@

セッN@ lll..'.in!< :

.{).!/.tJ.t.{),f.<.£,,g.,:f,.£.

!'/Jtisd!K;ot<,'j •

·7·

' ... "'"'''"•'"'""'"'''""", •• ._ ... " •• °'_ ""• PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

BBGBGGGGGセセᄋBGBBBBセBBGBBBGセB@ ,.., .,,,, セセGBB@ '°''

PENGELOLAAN KELAS

DI SMP AL-IKLAS CIPETE 3

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana

Oleh

Solahuddeen Y akoh NIM: 101018221175

Di bawah Bimbingan

-Drs. Mu'rif SAM., M.Pd. NIP: 150 268 586

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

IKHLAS CIPETE 3" telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 September 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (S 1) pada Jurusan KI-Manajemen Pendidikan.

Panitia Ujian Munaqosyah Tanggal Ketua Jurusan

Rusdy Zakaria, M.Ed,M.Phd NIP : 19560530 198503 1 002 Ketua Prodi MP

Drs.Mu'arif SAM., M.Pd NIP : 19650717 199403 1 005 Penguji I

Sukarna Syarif, SH Penguji II

Dra. Y efnelti Z, M.Pd NIP : 150 209 382

;:1/11/

v

···

..

t::!lr.:::: .

.

'?..

t...

-!/);-

Otf

...

;.

... .

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

09 September 2009

(4)

kakak tercinta.

7. Teman-teman sebangsa, senasib, serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih semuanya, yang selalu memberi support kepada penulis, hanya Allah lah yang bisa membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Amien.

Jakarta, 29 Mei 2009

(5)

DAFTAR ISi ... iii

DAFT ART ABEL ... v

BABI: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .. ... I B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah .... ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Manfuat Penelitian ... .... ... ... ... .... .... .. ... 7

BABil: PENGELOLAAN KELAS A. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 8

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas ... 11

1. Pengelolaan Kelas Menurut Akademik ... 11

a). Perencanaan Pembelajaran ... 11

b ). Pelaksanaan Pembelajaran ... 15

c ). Evaluasi Pembelajaran .... ... ... ... ... ... .. . .. . 17

2. Pengelolaan Kelas Menurut Administratif ... 20

a). Pengaturan Ruang Kelas ... :... 21

b). Pengaturan Anak Didik ... 25

c ). Pengaturan Disiplin ... 30

C. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas ... 35

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

(6)

I. Dimensi Akedemik

a). Perencanaan Pembelajaran ... 47 b). Pelaksanaan Pembelajaran ... 48 c ). Evaluasi Pembelajaran ... ... ... ... ... 48 2. Dimensi Administratif

a). Penataan Ruang Kelas ... 49 b). Pengaturan Anak Didik ... 51 c ). Pengaturan Disiplin ... ... ... ... ... .... ... .... ... 52 B. Deskripsi dan Interprestasi Data . . . .. . . 5 3

BABV: PENUTUP

A. Kesimpulan . ... ... ... ... ... ... ... ... ... . . ... .... ... 7 4 B. Saran-saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(7)
(8)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan1•

(9)

untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin "penuh" sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggung jawab dan bersifat proaktif dan kooperatif Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian,namuntetaphurnanis2

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bennutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, ajektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas 3•

Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang berfungsi memenuhi/memuaskan kebutuahan-kebutuhan murid dalam ha! pendidikannya. Di pihak lain, murid-murid mengharapkan agar sekolah dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah merencanakan bermacam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan, yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan. Dengan demikian, mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu tujuan yang dicita-citakan lingkungan tersebut disusun dalam bentuk kurikulum dan metode pengajaran.

(10)

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,

guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran

hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses memperolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik4•

Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari Juar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya, karena keberhasilan belajar mengajar Jebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.5

Setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah Pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara

4

(11)

efektif dan efisien. Member penguatan, mengembangkan hubungan guru-anak didik, membuat aturan kelompok yang produktif, merupakan contoh-contoh masalah pengajar. Kadang-kadang sukar untuk dapat membedakan mana masalah pengajaran dan mana masalah manajemen. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran, dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan. 6

Dalarn salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru adalah keterampilan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan ha! yang berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pernbinaan rapport, penghentian peri/aku peserta didik yang rnenyelewengkan perhatian kelas, pernberian

ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,

penetapan norrna kelornpok yang produktij), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas 7•

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mangajar yang efektif.

(12)

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan katalain, ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini misalnya adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Pengelolaan kelas menumt penulis adalah upaya yang dilakukan

gum untuk mengkondisikan kelas dengan mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensiyang ada pada diri guru, sarana dan lingkungan be/ajar di kelas ) yang ditujukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai. Sejauh pengamatan penulis jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang melaksanakan pengelolaan kelas dengan tepat, meskipun Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sudah memberikan dan mensosialisasikan pengelolaan kelas yang seharusnya dilakukan. Depdiknas pemah melakukan pelatihan bagi gum dan kepala sekolah mengenai pengelolaan kelas, namun hasilnya belum terlihat secara nyata dalam pengelolaan kelas. Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan siswa. Gum sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang lebih dominan dari siswa. Motivasi kerja gum dan gaya kepemimpinan gum merupakan komponen yang akan ikut menentukan sejauh mana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.

(13)

berciri Islam, dalam melaksanakan proses pembelajaran menekankan kepada aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam belajar dirnana para siswa nampak antusias mengikuti jam demi jam pelajaran hingga usai. Fenomena yang baik ini boleh jadi disebabkan karena guru-guru SMP Al-Ikhlas memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan pengelolaan kelas. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka penulis mencoba menyusun skripsi ini dengan judul : PENGELOLAAN KELAS DI SMP ISLAM AL-IKHLAS CIPETE

B. Masalah Penelitian

I. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih terarah dan tentu lebih baik, dangan demikian akan lebih mudah dipahami setelah mengajukan masalalmya. Dari pengajuan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas. Maka pokok permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Metode dalam Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

b. Bentuk-bentuk formasi Penataan Ruang Kelas. c. Langkah-langkah dalam Pengaturan Anak Didik. d. Cara atau Metode dalam Pembentukan Disiplin Kelas.

2. Pembatasan Masalah

(14)

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masa!ah di atas, maka masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah Pengelolaan Kelas di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete ? "

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian !Ill di harapkan bermanfaat bagi banyak pihak,

terutama:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan ruang lingkup pengelolaan kelas .

(15)

A. Pengertian Pengelolaan Kelas J

Interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di sekolah lebih banyak dilakukan di dalam kelas. Keberadaan kelas menjadi sangat vital dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Kelas harus dapat dikelola secara tepat agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.

Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajarart dari guru. Pengertian ini jelas tinjauannya dari segi anak didik, karena dalam pengertian tersebut ada frase kelompok orang. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang juga mengemukakan pengertian kelas dari segi anak didik. Namun pendapat Suharsimi lebih mendalam. Menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip Syaiful Bahri, di dalam didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas. Kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama8.

Pengertian pengelolaan kelas berbeda-beda bergantung kepada latar belakang filsafat dan pendekatan operasionalnya. Syaiful Bahri Djamarah &

Aswan Zain mendefinisikan pengelolaan kelas sebagai Keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar9•

Dengan kata lain, pengelolaan kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Namun pada umumnya yang dimaksud dengan pengelolaan kelas ialah serangkaian tindakan guru yang dimaksudkan untuk membentuk dan mempertahankan kondisi kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga efektif dan efisien.

8

(16)

Made Pidarta mengatakan, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara system/organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.10

Menurut Amir Achsin Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan yang dengan kegiatan-kegiatan itu seorang guru mendorong tingkah laku para siswa, mengembangkan hubungan-hubungan yang baik antar personal dan menciptakan suasana iklim sosio-emosional yang positf serta memantapkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif dan produktif. I I

Menurut Suharsimi Arikunto, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Suharsimi memahami pengelolaan kelas ini dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa, dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, a/at pelajaran). Menurutnya, membuka jendela agar udara segar dapat masuk ke ruangan atau agar ruangan menjadi terang, menyalakan lampu listrik, menggeser papan tulis, mengatur meja, merupakan kegiatan pengelolaan kelas fisik.12

Pengelolaan kelas merupakan salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran seara efektif dan efesien.

10

Made Pidarta, Pengelo/aan Ke/as,Usaha Nasional Surabaya,h. l l

11

Amir Achsin, Penge/olaan Ke/as dan lnteraksi Be/ajar Mengajar, !KIP Ujung Pandang

(17)

Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa Ingris, yaitu management,yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto(! 990:2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. 13

Taliziduhu Ndraha juga mengatakan bahwa manajemen mempunyai arti yang sama dengan pengelolaan, Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris management. Istilah ini terjadi dari akar kata manus. Kata manus dipengaruhi oleh kata menage yang datang dari bahasa Perancis kuno mesnage. Kata ini berasal dari bahasa latin mansionaticum yang berarti pengelolaan rumah besar. Jadi dipandang dari segi arti kata, rnanajemen berarti pengelolaan.14

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Adapun tujuan manajemen kelas meliputi antara lain memfasilitasi kegiatan belajar-mengajar secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, memberi kemudahan dalam mendukung sumber-sumber belajar, serta membangkitkan gairah belajar siswa. Selain itu, pengelolaan kelas juga bertujuan mengembangkan disiplin belajar siswa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Dengan fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Dari beberapa pendapat tentang pengelolaan kelas dapat dijelaskan lebih lanjut dalam pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptirnal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Demikian pengertian pengelolaan kelas dari para ahli yang dapat dikemukakan dan tentu saja masih banyak lagi pendapat ahli-ahli lainnya.

13 Syaiful Bahri Djamarah , Aswan Zain , strategi Be/ajar Mengajara, Reneka Cipta Jakarta, Cet

(18)

Namun beberapa pendapat dari para ahli tersebut kiranya dapat membuka wawasan tentang makna pengelolaan kelas.

B. Ruang lingkup Pengelolaan Kelas

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pengelolaan kelas terbagi ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Dengan demikian Ruang lingkup pengelolaan kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan pembelajaraan, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Sedangkan secara administratif, kegiatan pengelolaan kelas mencakup kegiatan prosedural dan organisasional, seperti penataan ruangan, pengelompokan siswa dan tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes dan menilainya, iklim kelas yang favourable, pengorganisasian kelas, pencatatan kelas, dan pelaporan15•

Secara lebih rinci, ruang lingkup penge!olaan kelas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengelolaan Kelas secara Akademik

Ruang lingkup pengelolaan kelas secara akademik terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Gambaran yang lebih lanjut adalab sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan bermaksa sangat kompleks. Perencanaan di definisikan dalam berbagai macam ragam. Di antara beberapa definisi tersebut dirumuskan sebagai berikut.

(19)

menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan.16

2) Menurut Bintoro Tjokroamidjojo adalah (a) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha manusia. (b) Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan

sebaik-baiknya(mazimum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya

lebih efisien dan efektif. ( c) Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.17

Dari beberapa definisi di atas, dapat kita analisis dan tarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan pegangan dalam menyusun sautu rencana. Butir-butir tersebut, yaitu: (a) berhubungan dengan masa depan, (b) seperangkat kegiatan, ( c) proses yang sistematis, dan ( d) hasil serta tujuan tertentu.

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah ( 1) perumusan tujuan yang ingin dicapai, (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu, (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. 18

Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan sering juga disebut jembatan

16

Udin Syaefudin Sa'ud, Abin Syamsuddln Makmun, Perencanaan Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya,Cet 1, September2005, h.27

(20)

yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang.

Secara mendasar, perencanaan adalah suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan. Proses ini menuntut prediposisi mental untuk berpikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan kenyataan bukan perkiraan, dan berbuat sesuatu secara teratur. Hal ini merupakan tindakan kognitif sesuai dengan permintaan perencanaan. 19

Seorang disainer harus selalu mempertimbangkan komponen-komponen yang penting untuk membuat disain perencanaan. Adapun kompenen-komponen itu dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Tujuan, Setiap guru akan mengajarkan suatu unit bahan pelajaran, harus terlebih dahulu merumuskan tujuan instruksional dari materi yang akan diajarkan itu. Tujuan instruksional itu sebagai pedoman dan pengarahan bagi jalannya proses mengajar, sehingga menimbulkan interaksi belajar mengajar yang efektif.

(2) Materi, Guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Juga iadituntut memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan materi itu, sehingga dapat menyusun kegiatan belajar mengajar yang efisien, dan dengan ruang lingkup serta sekuensa yang sistematis dan logis.

(21)

sendiri. Mereka juga berusaha meningkatkan serta mengembangkan sendiri ーセョァ・エ。ィオョ。ョョケ。N@

( 4) Sistem penyajian, Di dalam prencanaan guru dituntut menguasai sebanyak mungkin sistem penyajian, agar dia mampu menyajikan materi itu dengan baik. Karena ia mampu memilih sistem penyajian yang tepat, atau mampu mengkombinasikan beberapa sistem penyajian yang menunjang pemberian materi itu. Akibatnya guru tidak mengalami monoton dalam mengajarnya, dan tidak akan membosankan bagi siswa.

(5) Media Pendidikan, di dalam pengajaran yang dikatakan moderan, guru harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi di dalam pengajaran. Maka ia memilih media yang tepat, yang dapat membantu menjelaskan materi pelajaran yang akan diberikan. Bahkan mungkin dengan media dapat menyusun materi dan proses pengajaran menjadi program-progam yang Jebih menarik dan berhasil.

(6) Assesmen Siswa, seorang guru yang baik dituntut memiliki data tentang bakat, perhatian, hobby, cita-cita, inteligensi, latar belakang sosial ekonomi, keadaan orang tuanya, lingkungan kebudayaannya dan segala ha! mengenai muridnya. Bahan ini sangat berguna bagi guru sebelum ia memberikan pelajaran kepada siswa. Lebih-lebih untuk perencanaan mereka mengajar agar setiap siswa dapat belajar aktif di dalam kelas.

(22)

(8) Evaluasi, seorang guru harus mampu menguasai pengertian dan tujuan evaluasi yang luas, serta teknik evaluasi yang dapat meningkatkan proses evaluasi. Dengan demikian siswa mengalami evaluasi yang obyektif, dan mereka akan mengetahui juga perkembangan dan kemajuannya sendiri, selama mengalami proses belajar itu. Hasil evaluasi dapat juga menjadi bahan umpan balik bagi guru maupun siswa, agar dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi di dalam proses belajar mengajar.

(9) Pengembangan, dalam pengajaran guru dituntut juga untuk selalu berusaha mengembangkan segala komponen yang berfungsi dan berinteraksi di dalam sistem pengajaran itu. Agar dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi di dalam proses belajar mengajar.20

Demikianlah bentuk-bentuk interaksi belajar-mengajar yang di temui. Masing-masing bentuk dapat didisain. Hanya dalam membuat disain guru perlu mengadakan analisa kegiatan baik kegiatan guru maupun kegiatan murid. Bentuk interaksi belajar mengajar yang paling tepat ialah yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dapat mengaktifkan anak dalam belajar. Di samping bentuk dan kegiatan guru dan murid, dalam interaksi belajar mengajar, guru perlu mempertimbangkan pula tentang waktu, ruang serta fasilitas. Agar perencanaan interaksi belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan lancar seperti yang kita harapkan.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Proses pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten.

(23)

karena di dalam interaksi itu terjadi proses belajar dan proses mengajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan potensi seoptimal mungkin sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang di cita-citakan di dalam dirinya. Agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus di penuhi. Hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi belajar mengajar adalah:

1) Interaksi bersifat edukatif.

2) Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar mengajar.

3) Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar.

4) Interaksi sebagai proses belajar mengajar.

5) Sarana kegiatan proses belajar-mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajr mengajar secara efektif dan efisien.21

Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengarul1i antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar di satu piliak dan siswa belajar di lain piliak. Keduanya menunjukkan aktivitas yang seinlbang, hanya berbeda peranannya saja.

Proses pengajaran itu berlangsung dalam situasi pengajaran, di mana di dalanmya terdapat komponen-komponen atau faktor-faktor, yakni:

1) Tujuan mengajar

(24)

Peranan clan kedudukan guru yang tepat dalarn proses interaksi belajar mengajar akan menjarnin tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalarn interaksi belajar mengajar adalah:

I) Sebagai fasilitator, adalah menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar.

2) Sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan s1swa dalarn interaksi belajar, agar siswa marnpu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.

3) Sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.

4) Sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar siswa maupun guru.

5) Sebagai manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi apa yang di butuhkan oleh siswa, baik pengetahuan, keterarnpilan maupun sikap. 23

Inti dari proses belajar adalah efektivitasnya. Tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Perilaku pendidik yang efektif, antara lain, mengajar dengan jelas, menggunakan variasi metode pengajaran, menggunakan variasi sumber belajar, antusiasme, memberdayakan peserta didik, menggunakan konteks (lingkungan) sebagai sarana pembelajaran, menggunakan jenis penugasan dan pertanyaan yang membangkitkan daya pikir dan keingintahuan. Sedang perilaku peserta didik mencakup antara Iain motivasi/samangat belajar, keseriusan, perhatian, kerajinan, kedisiplinan, keingintahuan, pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latilian, dan sikap be la jar yang positif. 24

c. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode,

22

(25)

materil, dll. 25

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. 26

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan inforrnasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses rnaupun-produk. Inforrnasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan(ditetapkan).

Evaluasi dalam pengertian luas adalah keseluruhan proses memikirkan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran dalam arti yang luas. Sementara itu, Depdiknas mengartikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (periksa PP 1912005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas 2012007 tentang Standar Penilaian

Pendidikan). Sementara itu, ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Dalam PP 19/2005 evaluasi pendidikan diartikan sebagai kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sehagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan. Di bagian lain disebutkan juga penilaian hasil be la jar meliputi penilaian hasil belajar o !eh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. 27

Objek evaluasi atau sasaran ialah sesuatu yang memberikan pedoman kepada seseorang untuk menyeleksi kegiatan yang akan dilakukan. Itu

25

DR.Nana Sudjana, Penilaian Hasi/ Proses Belqjar Mengajar, PT.Remaja Rosdakarya, Cet 11, September 2006,h 28

26

(26)

berarti objek dapat menentukan kecenderungan seseorang dalam tindakan atau perbuatan.

Dalam pendidikan, Menurut Nana Sudjana, pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yaitu:

I) Segi tingkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, dan keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar dan mengajar.

2) Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar.

3) Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri. Proses mengajar dan belajar perlu penilaian secara objektif dari guru, sebab baik tidaknya proses mengajar dan belajar akan menentukan baik tidaknya basil be la jar yang dicapai siswa. 28

Ketiga sasaran pokok di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses mengajar dan belajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran di atas maka seorang guru akan mudah menetapkan alat evaluasinya.

Tujuan Evaluasi, Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui

pengajaran sudah mencapaitujuan.29

Menurut Nana Sudjana, evaluasi bertujuan untuk:

I) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan Pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

28

(27)

tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam ha! program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. 4) Memberikan Pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dirnaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, misalnya Kanwil Depdikbud, melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa(raport) pada setiap akhir program, semester, dan caturwulan. 30

2. Pengelolaan Kelas secara Administratif

(28)

a. Penataan Ruang Kelas

Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam pengelolaan kelas karena akan memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan siswa.

Kelas sebagai lingkungan pembelajaran seharusnya tidak terbatas dalam ruangan. Perserta didik dapat belajar di dalam atau di luar ruangan. Kelas seperti inilah yang merupakan tempat belajar yang menyenangkan, yang aman dan nyaman serta merangsang peserta didik untuk belajar. Walaupun media pembelajarannya sulit ditemukan dan sarana belajarnya tidak memadai, tetapi kelas dapat dirancang teratur, bersih dan menarik.

Ruangan tempat belajar hams memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.

Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai ha! antara lain: Jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas atau kah kerja di ruang praktikum.

Jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersarna secara klasikal akan berbeda dengan kegiatan dalam kelompok kecil. Kegiatan klasikal secara relatif membutuhkan ruangan rata-rata yang lebih kecil per orang bila dibandingkan dengan kebutuhan ruangan untuk kegiatan kelompok.31

Ukuran kelas yang kecil pada umumnya lebih mudah dikelola dan memberikan beberapa keuntungan antara lain peserta didik lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran.

Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata cahaya. 32

31

Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, Reneka Cipta Jakarta, Cet 2 , Maret 2004,

(29)

(1) Pengaturan tempat duduk

Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi empat panjang, dan sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang.

Peserta didik harus dapat bergerak bebas di antara meja dan kursi. Tempat duduk disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat juga duduk di lantai tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran atau kerja kelompok.

Sudirman N. (1991:318) mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk seperti di bawah ini. 33

a. Posisi Berhadapan

0 0 0

1) Meja anak didik

o[]oo[!Jo

o

[]o

2) Lemari buku 0 0 0

3) Papan tulis 0 0 0

4) Meja guru 0 [ ] 0

ッセッ@

o []o

5) Tempat alat peraga 0 0 0

6) Tempat pernajangan

b. Posisi Setengah Lingkara 0 0 00 0 0 I) Meja anak didik

セ{ェ@

セセ@

セセ@

2) Lemari buku

00 00 00

3) Papan tulis

00 00 00

4) Meja guru

セセ@

g[j

セセ@

5) Tempat alat peraga

6) Tempat pernajangan

00

00

0 0

33

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik, Reneka Cipta Jakarta, Cet 3, Seotember 2005.h

セ@

G

(30)

Penempatannyamemperlihatkan estetika dan terjangkau oleh smua siswa

d) Papan Presensi Siswa

Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa.

Difungsikan sebagaimana mestinya.

(3) Penataan keindahan dan kebersihan kelas

a) Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya:

Burung Garuda. Teks Proklamasi Slogan pendidikan. Para pahlawan. Peta/globe.

b) Penempatan lemari Untuk buku di depan.

Alat-alat peraga di belakang. c) Pemeliharaankebersihan

Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas.

Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di kelas.

(4) Ventilasi dan cahaya kelas

a) Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas. b) Sebaiknya tidak merokok.

(31)

e) Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan. 35

b. Pengaturan Anak Didik

Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang.

Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

sebaiknya ditempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papan tulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami gangguan pendengaran di depan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru. Sisi lain yang juga perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelompokan anak didik adalah jenis kelamin. Anak didik yang cerdas sebaiknya digabung dengan anak didik yang kurang cerdas. Anak didik yang pandai bicara sebaiknya dikelompokkan dengan anak didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar membaut keributan dan suka mengganggu temannya akan lebih baik bila penempatan mereka dipisah-pisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru. Pola pengelompokkan anak didik seperti itu bermaksud agar kelas tidak didominasi oleh satu kelompok. Tetapi yang terjadi dalam be la jar ialah persaingan yang positif. 36

Masalah pengaturan tempat duduk itu sebenarnya akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi, di dalam perbedaan dari ketiga aspek itu ada juga terselip persamaannya.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono(l991:108) melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya. Pada intinya berisikan ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:

35

(32)

1) Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan(inteligensi). 2) Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.

3) Persamaan dan perbedaan dalam basil belajar. 4) Persamaan dan perbedaan dalam bakat. 5) Persamaan dan perbedaan dalam sikap. 6) Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.

7) Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman. 8) Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.

9) Persamaan dan perbedaan dalam minat. 10) Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita 11) Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan. 12) Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.

13) Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.

14) Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan. Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatiflama 37

1) Pembentukan organisasi

(33)

エセセョBᄋョセZセZNセセGNゥBセGGGGBGGGGGGGnᄋ@

セ@

6) Kelompok untuk belajar secara efisien menuju suatu tujuan. Rumusan tentang pengelompokan siswa menurut yang dikemukakan oleh Conny Semiawan, dkk.(1985:67) berbeda dengan pendapat di atas. Conny Semiawan mengemukakan konsepnya sebagai berikut:

a) Pengelompokan Menurut Kesenangan Berkawan

Pada pengelompokan ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok (jumlah kelompok tergantung pada besarnya kelas) atas dasar perkawanan/kesengangan bergaul di antara mereka. Kelompok terdiri dari 4-6 orang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan dekat.

b) Pengelompokan Menurut Kemampuan

Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang pandai, sedang, dan lambat, dalam mempelajari sesuatu. Untuk memudahkan pelayanan guru, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokan seperti ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran.

c) Pengelompokan Menurut Minat

Pada suatu ketika ada siswa yang senang menulis, sedang yang linnya senang pada matematika ilmu-ilmu sosial atau ilmu pengetahuan alam. Siswa-siswa yang melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokkan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terns menerus mengamati setiap siswa. Di samping itu, guru perlu memberi dorongan kepada siswa untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. 38

Selain dari pola pengelompokan siswa sebagaimana disebutkan di atas, pengelompokan siswa dapat pula dilakukan dengan cara-cara berikut ini:

(34)

a) Pembentukan Kelompok Diserahkan Kepada Anak didik

Pada umumnya bila pembentukan kelompok diserahkan kepada anak didik, mereka akan mendasarkan pemilihan anggota kelompoknya atas dasar rasa simpatik satu sama lain, minat yang sama atau didorong oleh kemauan yang sama untuk memperoleh hasil yang baik dengan bekerja sama. Dengan demikian, terbentuklah kelompok teman dekat, kelompok minat atau

kelompok prestasi.

b) Pembentukan Kelompok Diatur oleh Guru Sendiri

Bila guru sendiri yang mengaturnya, pada umumnya dasar pembentukan yang dipakai antara lain tempat duduk yang berdekatan, urutan presensi anak didik, taraf prestasi anak didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan, jenis kelamin, kecenderungan anak didik untuk berperan dalam kelasnya. Dengan demikian akan terbentuk kelompok-kelompok yang heterogen. Anggota kelompok yang heterogen berbeda dalam banyak ha!, sedangkan anggota kelompok yang homogen mempunyai kesamaan dalam satu hal pokok. Pembentukan kelompok yang heterogen atau yang homogen tergantung pada kesesuaian tujuan pembelajaran serta sifat isi materi pelajaran.

c) Pembentukan Kelompok Diatur Guru atas Usu! Anak didik Walaupun diusulkan oleh anak didik, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu guru dapat melakukan perubahan. 39

(35)

c. Pengaturan Disiplin

Disiplin merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang paling banyak dibicarakan dan di cemaskan oleh umumnya para guru, khususnya guru baru. Semakin berpengalaman seorang guru, semakin rendah pula tingkat keprihatinannya atau kekhawatirannya akan disiplin ini, dan semakin bertambah usahanya untuk meningkatkan dirinya sebagai seorang guru efektif. Dengan kata Jain, pengalaman mengajar akan menjadi guru

yang terbaik di dalam menangani masalah disiplin kelas. Maka di bawah ini akan dibahas secara lebih terinci berkenaan disiplin. Pembahasan akan diurut sebagai berikut:

a). Pengertian Disiplin

Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya.

Setiap orang dapat memberikan definisi tentang apa yang dirnaksud dengan disiplin iu sesuai dengan sudut pandangan masing-masing dan dari pihak mana disiplin itu dilihat, apakah disiplin itu dianalisis dari segi pandangan guru atau siswa. Akhirnya disiplin dapat diartikan sebagai "pematuhan secara sadar akan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara sadar akan aturan-aturan yang tel ah ditentukan". 40

Pematuhan secara sadar artinya kedua belah pihak guru-siswa atau siswa-siswa yang terlibat di dalam proses belajar mengajar menciptakan dan mematuhi secara sadar tanpa paksaan peraturan-peratran yang secara bersama telah dibuat dan disepakati.

(36)

mernelihara kepentingan bersarna atau rnernelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.

Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta didik belajar hidup dengan pernbiasaan yang baik, positif, dan berrnanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk rnengontrol tingkab laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.

b ). Surnber-surnber Pelanggaran Disiplin

Kita sudab sependapat tentang satu asumsi yang rnenyatakan babwa sernua tingkab laku individu rnerupakan upaya untuk rnencapai tujuan yaitu pernenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutuhan peserta didik secara baik rnerupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin.

Bila kebutuhan tidak lagi dapat dipenuhi rnelalui cara-cara yang sudah biasa dalam rnasyarakat, rnaka akan terjadi ketidakseirnbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha rnencapainya dengan cara-cara Jain yang sering kurang bisa diterirna rnasyarakat. Mungkin pula pelanggaran disiplin di sekolah bersurnber pada lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya:

1) Tipe kepernirnpinan guru atau kepala sekolab yang otoriter senantiasa rnendiktekan kehendaknya tanpa rnernperhatikan kedaulatan subjek didik akan mengakibatkan peserta didik jadi subrnisif, apatis, atau sebaliknya agresif ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan tidak rnanusiawi yang mereka terirna.

2) Kelornpok besar anggota dikurangi hak-haknya sebagai peserta didik yang seharusnya turut rnenentukan rencana rnasa depannya di bawah bimbingan guru.

(37)

4) Kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah,

5) Latar belajang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan dalam kehidupan sekolah,

6) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua, dan antara keduanya juga sating melepaskan tanggung jawab. Walaupun demikian memang ada juga yang sebab-sebabnya bersifat umum, misalnya:

I) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja.

2) Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja, 3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.

c). Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain.

1. Pengenalan Peserta Didik

Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaliknya yang frustasi karena merasa tidak mendapat perhatian guru dengan semestinya, sangat mungkin terjadi peserta didik tidak disiplin sekolah.

Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat yang bisa digunakan misalnya:

(38)

b) Sosiograrn yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan sosial-psikologis dengan teman-temannya.

c) Fredback letter di mana peserta didik diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat tentang perasaan mereka terhadap ウ・ォッャ。ィョケセ@

apa yang disukainya pada hari pertama masuk sekolah dan sebagainya. 2. Melakukan Tindakan Korektif

Dalam kegiatan pengelolaan, tindakan tepat dan segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah pengeloaan. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat mungkin.

Bagaimana cara melakukan dimensi tindakan m1 beberapa ha! di

bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru. a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah

Cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat peserta didik pada saat itu akan membuat peserta didik malah menjadi bimbang. Pesan-pesan nonverbal atau body language baik berupa isyarat tang an, bahu, ォ・ー。ャセ@ alis, clan se bagainya dapat membantu guru dalam pengelolaan kelas.

b) Do not bargain

bila terjadi pelanggaran yang dilakukan seorang peserta didik dan melibatkan atau menyalahkan peserta didik lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk menghentikan gangguan tersebut.

Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku peserta didik dengan tindakan.

c) Gunakan "control"kerja.

(39)

dengan guru akan memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat"nakal" dan melanggar tata tertib sekolah.

d) Nyatakan peraturan dan konsekuensinya

Bila ada tindakan peserta didik yang mengganggu suasana proses belajar mengajar segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami alasan mengapa peserta didik tersebut bertindak demikian. Kemukakan kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman Jain yang akan terganggu konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari peserta didik yang bersangkutan.

3. Melakukan Tindakan Penyembuhan

Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini ialah:

a) Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya,

b) Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan peserta didik,

c) Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan, d) Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud pertemuan tersebut, danjelaskan pula manfaat yang mungkin diperoleh baik oleh peserta didik maupun oleh sekolah.

(40)

harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan bersama.

f) Guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.

g) Bila pertemuan yang diadakan dan temyata peserta didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksanakan diskusi pada saat lain tentang masalah yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut bersama antara guru dan peserta didik.

h) Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada "kontak individual" yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tinglah laku peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya.

C. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah ha! yang mudah dan ringan. Jangi'ni!ffin bagi guru yang baru menerjunkan diri ke dalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah professional pun sudah merasakan betapa sukamya mengelola kelas. Namun begitu tidak pemah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali mengajar di kelas.

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja.

(41)

dengan cara yang asosial inilah oleh pasangan penulis di atas digolongkan sebagai berikut.

l. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).

2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking

behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali

emosional-marah-marah, menangis (aktif), atau selalu"lupa" pada aturan-aturan penting di kelas (pasij).

3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang Iain (revenge seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit, dan sebagainya (kelompok ini tampaknya

kebanyakan dalam bentuk aktijlpas!f);

4. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.41

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rohani mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

!. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelarnin, suku, dan tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.

2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang.

3. "Membesarkan" hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.

(42)

Tugas edukatif, yaitu menyusun persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi.

Tugas administratif. yaitu meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran, dan lain sebagainya.

2. Serentak (Simultaneity)

Berbagai ha! dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas. Pekerjaan yang satu harus dikerjakan, tetapi pekerjaan yang lain tidak dapat ditunda. Dikerjakan secara serentak. Misalnya, selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya harus mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau siswa-siswa yang kurang aktif dan efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.

3. Segera (Immediacy)

(43)
(44)

A. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian in adalah :

1. Untuk mengetahui cara proses Perencanaan , Pelaksanaan dan Evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar di Kelas.

2. Untuk megetahui bentuk formasi Penataan Ruang Kelas.

3. Untuk mengetahui Iangkah-langkah dalam Pengaturan Anak Didik 4. Untuk mengetahui metode dalam Pembentukan Disiplin Kelas

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang Pengelolaan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pembelajaran 2007/2008. Adapun tempat penelitian adalah SMP Islam Al-Ikhlas yang berlokasi di Jl..Cipete III No. 6-8, Cilandak, Jakarta Selatan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah "seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan."45 Berdasarkan batasan ini maka dapat ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Islam Al-Ikhlas Cipete III yang berjumlah 31 orang.

Sampel merupakan "sebagian dari populasi. '46 Mengingat jumlah populasi yang sangat terbatas, maka seluruh anggota populasi dijadikan

45

(45)

sebagai sampel penelitian. Dengan demikian maka teknik sampling yang digunakan adalah teknik sensus atau menggunakan sampling jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Angket

Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden/7. Angket ini disebarkan kepada guru SMP Islam Al-Ikblas Cipete III guna mendapatkan data tentang pengelolaan Kelas baik secara Akademik maupun Administratif.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh tentang sejarah berdirinya sekolah, tujuan sekolah, struktur sekolah, visi misi sekolah, keadaan guru, peraturan sekolah, peraturan kelas dan disiplin-disiplin kesiswaan.

47

(46)

E. Instrumen Penelitian

TABEL I

Kisi - kiri lnstrumen Penelitian

NO

NO

Indikator Jumlah

Pertanyaau

1 Pengelolaan menurut Akademik

a. Perencanaan 1,2 2

Pembelajaran

3,4,5,6,7 5 b. Pelaksanaan

Pembelajaran 8,9,10 3

c. Evaluasi Pembelajaran

Pengelolaan munurut

Administratif 11,12,13,14,15 5

a. Penataan Ruang Kelas 16,17,18,19 4 b. Pengaturan Anak Didik

20,21,22,23,24 5 c. Pengaturan Displin

d. Masalah-masalah dalam 25 1 Pengelolaan Kelas

Jumlah 25

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka kemudian data tersebut di analisis dengan menggunakan beberapa teknik antara lain:

I. Editing

[image:46.518.76.443.106.489.2]
(47)

dikembalikan kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu persatu angket.

Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.

2. Tabulating

Y aitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk memasukan jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasenya untuk kemudian di analisa.

Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yakni berdasarkan jenis data yang dikumpulkan. Adapun data itu berupa data kualitatif yang kemudian di ubah menjadi data kuantitatif, yang menggunakan rumus statistik prosentil (prosentase) dengan rumus sebagai berikut:

P=.![x 100 %

N

Keterangan:

P : Angka Presentase

F : F rekuensi yang dicari presentasenya

N : Number of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

[image:47.518.66.436.156.584.2]
(48)

Selain itu penulis menentukan kriteria data-data kuantitatif dan kualitatifberdasarkan nilai rata-rata angket, yakni sebagai berikut:

(49)

A. Gambaran Umum Manajemen Kelas di SMP AI-Ikhlas

Sebagaimana teori Manajemen Kelas yang telab dibabas pada bah II. SMP Al-Ikhlas juga menempatkan Manajemen Kelas berdasarkan dimensi Akademik & dimensi Administratif. Uraian dibawab ini menjelaskan adanya dimensi-dimensi tersebut yang dilaksanakan di SMP Al-Ikblas. Uraian tentang data tersebut diproses dari hasil wawancara dengan pedoman terlarnpir.

I. Dimensi Akademik

Manajemen Kelas menurut Akademik mencakupi Perencanaan pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran dan Evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan pembelajaran

[image:49.518.68.439.162.562.2]
(50)

b. Pelaksanaan pembelajaran

Interaksi edukatif ialah interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan, interaksi tersebut juga disebut interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi itu terjadi proses belajar dan proses mengajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan potensi seoptimal mungkin sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang di cita-citakan di dalam dirinya. Agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, SMP Islam Al-Ikhlas sudah menerapkan "Moving Class" artinya siswa belajar di kelas sesuai dengan mata pelajaran masing-masing misalnya pada mata pelajaran IPS siswa belajar di ruang IPS, ketika jam pelajaran agama siswa belajar di ruang agama.

c. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun-produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan.

Evaluasi pembelajaran di SMP Al-Ikhlas menggunakan metode-metode dan alat yang sesuai dalam evaluasi seperti evaluasi ulangan harian, evaluasi mid semester dan ulangan satu semester, tidak hanya evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran saja tetapi juga terhadap perkembangan sikap siswa!I dalam interaksi belajar mengajar seperti laporan buku pelanggaran, catatan dari Wali kelas dan guru bimbingan Konseling.

2. Dimensi Administratif

Manajemen kelas menurut Administratif mencakup kegiatan prosedural dan organisasional yang mencakupi kegiatan Penataan Ruang

(51)

Pengaturan Anak Didik yang meliputi Pembentukan Organisasi siswa, Pengelompokkan Anak Didik. Kegiatan Pengaturan Disiplin.

a. Penataan ruang Kelas

Kelas di SMP Islam Al-Ikhlas berjumlah 15 kelas, antara lain kelas VII berjumlah 5 rombongan belajar, kelas VIII berjumlah 4 rombongan belajar, dan kelas IX berjumlah 4 rombongan belajar. Masing-masing kelas memiliki ukuran luas dan panjang 7 x 9 m dalam satu rombongan belajar diikuti diantara 30-32 siswa. Dalam masalah penataan ruang kelas di SMP Al-Ikhlas di setting sedemikian rupa untuk memberikan nuansa kelas yang nyaman dan kondusif. Uraian ini akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata cahaya.

(1) Pengaturan tempat duduk

Tempat duduk merupakan salah satu sarana penunjang proses belajar di sekolah .. Tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Tempat duduk di kelas SMP Al-Ikhlas memberi kebebasan kepada guru ada yang yang bersangkutan ada ruang yang pakai kursi dan ada juga ruang yang tempat duduk yang tidak pakai kursi diganti dengan pakai karpet. adapun kursi dan meja dalam kondisi baik dan ukuran yang sesuai dengan postur tubuh siswa tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dan mengatur sedemikian rupa dengan tujuan anak didik dapat bergerak bebas di antara meja dan kursi.

(52)

(2) Pengaturan A/at-a/at pengajaran

Pengadaan sarana & prasarana pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan sangat penting, dalam proses belajar mengajar, setiap awal pembelajaran guru-guru merencanakan alat-alat kebutuhan mengikut kebutuhan kelas masing-masing. alat bantu Jaian yang tersedia di SMP Al-Ikhlas seperti papan tulis white board, OHP, Infocus dan sebaginya.

Di SMP Al-Ikhlas mempunyai satu Jemari bagi setiap kelas untuk menyimpan alat -alat peraga media pengajaran dan berkas-berkas administratifyang sering di gunakan dalam proses belajar mengajar.

(3) Pengaturan keindahan dan kebersihan Ke/as

Dalam mengatur keindahan kelas selain dari pajangan-pajangan yang lazim di pajang seperti foto presiden dan wakil presiden, Burung Garuda, informasi penting seperti jadwal melakukan pembersihan kelas, juga dekorasi ruangan di desain sesuai dengan tema kelas. Misalnya di ruang IPS terdapat Display-display basil karya siswa pada pembelajaran terse but.

Berkenaan dengan kebersihan · Kelas. Mengingat siswa mempunya1 latar belakang yang berbeda kebersihan kelas berharap kepada pramubakti dilakukan setelab jam pelajaran terakhir mulai dari menyapu Jantai beres-beres meja kursi dan sebagainya.

(4) Ventilasi dan cahaya kelas

(53)

melalui dari kaca jendela dan bantuan lampu yang cukup memadai ( 4

lampu neon) jika dalam suasana yang memerlukan.

b. Pengaturan Anak didik

Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi biasanya ditempatkan di belakang.

Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

biasanya ditempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papan tulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami gangguan pendengaran di depan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru. Sisi lain yang juga perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelompokan anak didik adalah jenis kelamin. Y aitu perempuan dengan perempuan dan laki-laki berjajar dengan laki-laki-laki-laki. Anak didik yang cerdas digabung dengan anak didik yang kurang cerdas. Anak didik yang pintar bicara biasanya dikelompokkan dengan anak didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar membaut keributan dan suka mengganggu temannya akan penempatan mereka dipisah-pisah. ·

(J) Pembentukan Organisasi

Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka menciptakan ketertiban kelas, SMP Al-Ikhlas membentuk organisasi siswa di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal untuk melatih dan membina siswa dalam ha! berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung gawab atas tugas yang dipercayakan ..

(54)

B. Diskripsi Data

Pada Bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teklmik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan angket, dan observasi.

Angket disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti. Angket dibuat terdiri dari 26 item pertanyaan diantaranya I 0 item pertanyaan mengenai Manajemen Kelas munurut Akademik dan 16 item pertanyaan mengenai Manajemen Kelas munurut Administratif.

Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk prosentase, artinya setiap data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekuensi untuk setiap jawaban.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi data. Data yang disebarkan kepada Guru pengajaran berjumlah 25 guru dalam bentuk angket. Langkah selanjutnya adalah mengolah data dan menggunakan tabulasi frekuensi. Frekuensi tersebut dinyatakan dalam bentuk prosentase, sehingga kecenderungan setiap jawaban dapat diketahui dengan kemungkinan yang telah disediakan. Dengan begitu berarti setiap item pertanyaan menggunakan satu tabel yang langsung dibuat frekuensi dan prese

Gambar

Kisi -TABEL I  kiri lnstrumen Penelitian
tabel-tabel
Gambaran Umum Manajemen Kelas di SMP AI-Ikhlas
Bapak/lbu TABEL2 buat rancangan silabus pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Hari / Tanggal : Sabtu, 15 Maret 2014.. Kelas : IV (empat) Waktu :

sehinggah siswa kurang bersemangat dalam belajar dan malas tidak hanya pada.. mata pelajaran tertentu tetapi hampir terjadi pada semua mata

Pengajaran pendidikan jasmani yang membentuk dan sekaligus membangun belajar siswa itu terjadi akibat dari rancangan tugas belajar gerak yang disajikan dengan cara-cara

Pembelajaran tematik ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu, (1) dapat mengurangi overlapping antara berbagai mata pelajaran, karena mata pelajaran

Rendahnya minat dan motivasi untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Arab bagi siswa kelas VII SMP Islam YMI Wonopringgo cukup rendah, walaupun guru

1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi: sekolah; mata pelajaran; tema; kelas/semester, alokasi waktu. Menuliskan Standar Kompetensi. SK merupakan kualifikasi

PROGRAM TAHUNAN SATUAN PENDIDIKAN : SDN GURUMAJU.COM MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS KELAS : 3 TAHUN PELAJARAN : 2020- 2021 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Alokasi Waktu 3.1

Jadwal pelajaran kelas 3 kurikulum merdeka berisi alokasi waktu mata pelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan total jam pelajaran per