• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (Bmoiwi) Dalam Pembinaan Akhlak Muslimah Di Masjid Istiqlal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (Bmoiwi) Dalam Pembinaan Akhlak Muslimah Di Masjid Istiqlal"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBINAAN AKHLAK MUSLIMAH DI

MASJID ISTIQLAL

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

REVINA SEPTHIANI

NIM. 109051000145

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2014 Penulis

(3)

AKTILAK MUSLIMAII DI MASJID ISTIQLAL

Skripsi

Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Peneliti Revina Senthiani

I\[IM. 109051000145

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2AL4M..

Dosen Pembimbing

(4)

DAKWAII

MUSYAWARAH ORGAMSAST

rSLAM

WATYITA

rNDOr[ESrA

(BMOrWr)

DALAM

PEMBINAAN AKIILAI(

MUSLIMAH

DI

MASJID ISTIQLAL

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada25 Februari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta 25Februart20l4

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

a^

Drs. Jumroni. M.Si

NIP: 19630515 t992A3 1

Anggotao

Penguji I Penguji

II

Pembimbing

006 19710816

0520 1999$ 2 A02 NIP: 19710816

(5)

i

Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) Dalam Pembinaan Akhlak Muslimah di Masjid Istiqlal

Dalam pembentukan akhlak muslimah, Allah SWT telah mengutus RasulNya dalam menyempurnakan akhlak manusia. Pembinaan akhlak bertujuan untuk menuntun manusia agar meniru akhlak yang ditunjukan oleh Allah lewat RasulNya dan agar manusia tidak mengalami penyimpangan perilaku, sehingga akan memiliki akhlak yang terpuji. Dalam berdakwah, Allah tidak mewajibkan umatnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tetapi yang harus maksimal adalah usahanya dalam memperjuangkan agama Allah. Untuk mencapai hal itu, maka kita sebagai umat Islam harus mempunyai strategi-strategi yang baik dan mapan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam menyampaikan dakwah seperti halnya Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) yang mempunyai strategi dalam kegiatan dakwahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perumusan, implementasi dan evaluasi strategi yang dilakukan BMOIWI dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Islam. Adapun asas-asas teori Asmuni Syukir yang digunakan dalam perumusan strategi dakwah adalah asas filosofis,

sosiologis, keahlian da’i, psikologi, efektifitas dan efisiensi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian strategi dakwah BMOIWI pusat dalam pembinaan akhlak muslimah di Masjid Istiqlal ialah merumuskan strategi dakwah yang telah direncanakan dengan melihat hubungan organisasi, adapun asas-asasnya yaitu dengan memperhatikan asas-asas dakwah seperti halnya asas filosofis, asas sosiologis, asas

keahlian dan kemampuan da’i, asas psikologis, asas efektifitas dan asas efisiensi

(6)

ii

Puji syukur Alhamdulillah kupersembahkan kepada sang khaliq yakni Allah SWT, karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah ruah kepada peneliti, sehingga pada saat ini peneliti masih dapat merasakan setetes ilmu yang Kau titipkan, dan peneliti berharap dapat mengamalkan sampai malaikat menyulam kebaikanku diakhir hisab nanti.

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar kami menjadi insan kamil yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Selanjutnya peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skrips ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena peneliti yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(7)

iii

dan Ibu Umi Musyarrofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

3. Ibu Nunung Khairiyah, MA selaku pembimbing yang selalu memberikan arahannya guna mencapai hasil skripsi yang lebih baik.

4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu mempermudah segala urusan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. 5. Pengurus dan Staff di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak

membantu peneliti dalam mendapatkan bahan skripsi.

6. Pengurus Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dan memberikan tempat yang nyaman bagi peneliti demi kelancaran skripsi ini.

7. Seluruh pengurus Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) yang telah meluangkan waktu untuk peneliti dalam membantu dan menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua, ayahanda dan ibunda, Isep Hidayat dan Reni Dwiyatni S.Pd, Kakak Rezi Septiawan SE dan Adikku Rival Tri Septian yang telah memberikan dukungannya, tanpa dukungan dan doa dari kalian peneliti bukanlah apa-apa. 9. Darwis Fitra Makmur yang telah memberikan semangatnya dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(8)

iv

12. Teman-teman KKN CAS, terima kasih atas segala dukungannya.

Akhirnya dengan mengharap ridho Allah SWT, penulis mendoakan semoga segala doa, restu, bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penulisan skripsi ini, yang tak akan bisa disebutkan namanya satu persatu namun tanpa mengurangi rasa hormat, semoga Allah SWT membalas amalan pahala disertai limpahan rahmat serta hidayah-Nya. Amin ya robal a’lamin.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembacanya, menambah wawasan keilmuan serta literatur perpustakaan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Jakarta, Februari 2014

(9)

v

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR...……...……….. ii

DAFTAR ISI……….……….. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..………. 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah………..………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..……… 7

D. Metodolgi Penelitian………..……… 8

1. Pendekatan Penelitian………..……… 8

2. Subjek dan Objek Penelitian…………..……….. 9

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………....………. 10

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data………..……….... 10

b. Teknik Analisis Data……… 12

5. Teknik Keabsahan Data……….. 12

E. Tinjauan Pustaka………..………. 13

F. Sistematika Penulisan………..…. 15

BAB II TINJAUAN TEORI A. Strategi Dakwah 1. Pengertian strategi……….……. 17

2. Dakwah a. Pengertian Dakwah………... 20

b. Tujuan Dakwah……… 23

c. Subyek Dakwah………..………….. 24

d. Obyek Dakwah……….… 26

e. Metode Dakwah……….…………... 27

f. Materi Dakwah……….………… 29

g. Media Dakwah………..……… 30

3. Strategi Dakwah a. Asas-asas Strategi Dakwah………..….… 32

4. Unsur-unsur Strategi Dakwah a. Perumusan Strategi………..……. 34

b. Implementasi Strategi………..…. 35

c. Evaluasi Strategi………..…. 35

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah…….... 36

(10)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM BMOIWI PUSAT

A. Sejarah Berdirinya BMOIWI……….... 42

B. Visi, Misi dan Tujuan BMOIWI………... 46

C. Struktur Organisasi BMOIWI………..……. 47

D. Program-program Kegiatan BMOIWI……….. 53

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Perumusan Strategi Dakwah BMOIWI……….... 62

B. Implementasi Strategi Dakwah BMOIWI……….... 68

C. Evaluasi Strategi Dakwah BMOIWI……….... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..…………... 75

B. Saran………..………...… 77

DAFTAR PUSTAKA………..……….. 78

[image:10.612.103.527.78.606.2]
(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan salah satu hal yang terpenting untuk membina akhlak masyarakat. Dakwah dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja namun hal yang harus diperhatikan bagi pendakwah adalah akhlaknya, baik dalam menyampaikan isi pesan dakwahnya maupun diterapkan dalam kehidupan keseharian pendakwah. Akhlak yang melekat dalam diri pendakwah akan menjadi panutan bagi jamaahnya. Oleh karena itu, bagi para aktivis dakwah dan para kader dakwah harus mempunyai akhlak yang baik untuk membina masyarakat di lingkungan sekitar agar terciptanya lingkungan yang mematuhi nilai-nilai Islam.1

Pembinaan akhlak bertujuan untuk menuntun manusia agar meniru akhlak yang ditunjukan Allah lewat Rasul-Nya dan agar manusia tidak mengalami penyimpangan perilaku, sehingga akan memiliki akhlak yang terpuji. Pada era globalisasi ini, banyak sekali tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh manusia, seperti tawuran antar warga, penyalah gunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya. Penyimpangan perilaku tersebut merupakan masalah bagi seluruh unsur pendidikan, diantaranya orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

1

(12)

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan bentuk jama’ dari

khulqu” dari bahasa arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak

diartikan sebagai ilmu tata krama.2 Akhlak itu terbagi dua yaitu akhlak yang mulia atau akhlak yang terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan akhlak yang buruk atau akhlak tercela (Al-Akhlakul Madzmumah).3

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap, atau tindakan. Proses tersebut dilakukan oleh seorang komunikator sebagai penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan, melalui media tertentu. Dakwah termasuk dalam tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktivitas komunikasi adalah dakwah. Dakwah adalah seruan atau ajakan berbuat kebajikan untuk mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Muhammad Rasulullah SAW, sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.4 Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

ع

ْ ْني

ف رْع ْل ب

رم

ْأي

رْيخْل

ىلإ

ع

ْدي

ٌةَمأ

ْمكْنم

ْ كتْل

ح

لْف ْل

مه

ك ٰل

أ

ركْن ْل

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran: 104).

Menyebarkan dakwah dan menyampaikannya wajib bagi setiap muslim sesuai dengan kemampuannya. Setiap muslim juga wajib mempelajari ilmu tentang cara ibadah dan hukum-hukum pokok secara sempurna dan benar.

2

Husin Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), h. 87.

3

Barmawi Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramdani, 1993), h. 196

4

(13)

Kewajiban inilah yang merupakan sebagian kewajiban yang disepakati para ulama.5

Dalam pembentukan akhlak setiap muslimah, Allah SWT telah mengutus RasulNya dalam menyempurnakan akhlak manusia. Kesempurnaan ajaran Islam merupakan pedoman hidup dan rahmat bagi seluruh alam. Hal ini merupakan kehendak Allah bagi eksistensi manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Berdasarkan keyakinan tersebut maka manusia dengan segala nilai fitrahnya diharapkan mampu menginternalisasikan dan merealisasikan ajaran Islam tersebut kedalam dan keluar dirinya.

Pembinaan akhlak pada muslimah harus dilakukan sedini mungkin karena akan mempengaruhi seluruh dimensi kehidupannya kelak apabila sudah berinteraksi dalam dunia yang lebih luas dan dapat dimulai dari ranah domestik yang nantinya akan mempengaruhi setiap langkah dan tindakannya kedepan.6

Di sinilah peran sebuah lembaga atau organisasi islam. Dengan adanya lembaga ini diharapkan mampu memberikan solusi umat terhadap berbagai masalah kehidupan. Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah organisasi, terutama strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.

5

Abdurrahman Abdul Khaliq, Strategi Dakwah Syar’iyah, (Solo; CV. Pustaka Mantiq, 1996), cet. Ke-I, h. 113.

6

(14)

Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, bila strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivis dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.

Masyarakat kita sangat membutuhkan perempuan da’iyah yang meyakini bahwa agama ini adalah kehidupan, dan bahwa selain itu adalah palsu, batil dan

rusak. Perempuan da’iyah bukanlah penceramah dalam berbagai acara atau

pembicara dalam berbagai pertemuan, sebagaimana terbetik dalam benak kita, tapi dia adalah perempuan muslimah yang mengetahui hakikat Islam, mendalami permasalahan-permasalahan agamanya, meyakini apa yang diimaninya, mengetahui bagaimana menjalankan amanat yang besar dalam hidup dan tanggung jawab penting terhadap masyarakatnya.

Oleh karena itu, dia mempersiapkan dirinya untuk menunaikan tanggung jawab ini dan menyingsingkan lengan bajunya demi terciptanya masa depan yang mulia bagi umat ini.7

Berdakwah dapat dilakukan melalui media massa maupun melalui kumpulan individu (kelompok) yang biasa disebut sebagai organisasi. Organisasi merupakan wadah/sarana kumpulan individu-individu yang berbeda yang kemudian disatukan dalam sebuah visi dan misi yang sama untuk mencapai

7

(15)

tujuan tertentu. Tak jarang bahwa dakwah dilakukan pada berbagai kegiatan/aktivitas organisasi-organisasi Islam. Salah satu organisasi yang melakukan aktivitas dakwah adalah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).

Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) adalah organisasi wanita yang beranggotakan 32 organisasi massa muslimah tingkat Nasional, seperti Muslimat NU, Wanita Islam, Wanita Syarikat Islam, Aisyiyah, dan beberapa organisasi massa muslimah lainnya. Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) bertujuan untuk memperkuat

Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan di antara sesama organisasi massa muslimah.8

Walaupun organisasi Islam yang beranggotakan wanita memang banyak di Indonesia, tetapi Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) inilah sebagai kepala dari 32 organisasi massa muslimah, dan 32 organisasi massa muslimah setiap melakukan aktivitas dakwahnya harus melaporkan kepada BMOIWI ini. Tetapi BMOIWI ini pula memiliki aktivitas dakwah sendiri pada tujuannya untuk terwujudnya ukuwah Islamiyah serta mampu menjawab tatangan dan permasalahan muslimah di tingkat nasional, regional, dan internasional. BMOIWI ini dalam program-programnya dilakukan dengan cara melakukan pengajian rutin dan demo dilapangan.

8

(16)

Strategi seperti apa yang diaplikasikan oleh Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), sehingga tersusunnya organisasi Islam yang dikelola oleh para wanita-wanita Islam. Maka, peneliti terinspirasi

untuk mengajukan judul skripsi “Strategi Dakwah Badan Musyawarah

Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) dalam Pembinaan Akhlak

Muslimah di Masjid Istiqlal”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus antara masalah yang dikemukakan dengan pembahasan dan analisis, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti. Maka penelitian ini dibatasi pada strategi dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) pusat dalam pembinaan akhlak muslimah di Masjid Istiqlal. Adapun program yang difokuskan yaitu dibatasi pada pengajian rutin yang dilakukan BMOIWI.

2. Perumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang akan memudahkan peneliti dalam melakukan proses penelitian. Rumusan-rumusan pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

(17)

perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam?

b. Bagaimana implementasi strategi dakwah yang dilakukan oleh BMOIWI pusat dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam?

c. Bagaimana Evaluasi strategi dakwah yang dilakukan oleh BMOIWI pusat dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perumusan strategi dakwah yang diterapkan BMOIWI pusat dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana implementasi strategi dakwah yang diterapkan BMOIWI pusat dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam.

(18)

untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Isam.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dan positif dalam bidang studi ilmu akhlak dan khususnya ilmu dakwah. Serta dapat memberikan sumbangsih bagi khasanah keilmuwan komunikasi dan penyiaran Islam dalam bidang studi akhlak dan ilmu dakwah.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan khususnya dalam kajian strategi dakwah dalam pembinaan akhlak.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

(19)

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 9

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berupaya untuk menghimpun data, mengolah data dan menganalisis data dengan tujuan dapat memperoleh gambaran atau informasi yang luas dan mendalam tentang strategi dakwah yang menjadi objek penelitian.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purpossive sampling).10 Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti memilih subyek penelitian yang menurut peneliti dapat memberikan data yang dibutuhkan.

Adapun subjek utama penelitian ini adalah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) yang meliputi ketua presidium yaitu Dr. Azizah, MA, sekretaris jendral yaitu Sudaryani Soeyoed, B. Sc, dan wakil sekretaris jendral yaitu Maryam. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka memiliki perhatian dan pengetahuan serta perannya dalam pembinaan akhlak muslimah. Dan yang menjadi objek penelitiannya adalah strategi dakwah BMOIWI pusat dalam pembinaan akhlak muslimah tersebut.

9

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualtatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet. ke-26, h. 4

10

(20)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kesekretariatan BMOIWI pusat yang terletak di Masjid Istiqlal Jalan Taman Wijaya Kusuma R.26 Jakarta Pusat 10710. Pemilihan lokasi Masjid Istiqlal didasarkan pada 4D dalam penelitian, yaitu data, date, daya dan dana.11

Pertama, data atau informasi mudah untuk didapatkan karena sudah mempunyai link dan izin dari panti asuhan tersebut. Selanjutnya date atau waktu penelitian yang tersedia sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Ketiga, daya yang ditempuh tidak terlalu jauh dan ini memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Keempat, dana yang dibutuhkan untuk penelitian tidak terlalu besar karena jangkauan tempat yang mudah dicapai sehingga memberikan keringanan bagi peneliti. Adapun waktu penelitian berlangsung selama enam bulan dari bulan Juni 2013 sampai Desember 2013.

4. Teknik Pegumpulan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. 12 Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu

11

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2006), cet ke-1. h. 123.

12

(21)

strategi dakwah dalam pembinaan akhlak muslimah dan mengikuti selama 6 bulan dalam pengajian dan rapat rutin Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe

yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.13 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan ketua presidium BMOIWI Dr. Azizah, MA, sekretaris jendral yaitu Sudaryani Soeyoed, B. Sc, dan wakil sekretaris jendral yaitu Maryam.

Wawancara sudah dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaannya terarah. Adapun pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan yaitu terkait program pembinaan akhlak muslimah yang diterapkan BMOIWI tentang strategi dakwah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan objek penelitian. Adapun dokumen yang

13

(22)

peneliti peroleh yaitu dari buku bacaan tentang BMOIWI, profil BMOIWI, dan foto-foto terkait kepengurusan BMOIWI.

b. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami.14 Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tahap pertama adalah pengumpulan data, peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan strategi dakwah dalam pembinaan akhlak muslimah.

[image:22.612.98.531.172.577.2]

2. Tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai strategi dakwah dalam pembinaan akhlak muslimah diperoleh, maka data tersebut di susun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, tabel dan sebagainya.

3. Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.

5. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting dalam sebuah penelitian kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

14

(23)

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.15 Adapun kredibilitas dilakukan dengan teknik pemeriksaan, hal ini dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan BMOIWI dengan cara sharing atau menanyakan langsung pada kepengurusan BMOIWI.

b. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan pendapat atau pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban yang diberikan ketua presidium dengan jawaban yang diberikan oleh sekretaris jenderal.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan strategi dakwah BMOIWI dalam pembinaan akhlak muslimah.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti mengadakan penelitian ini lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang peneliti tempuh adalah dengan mengadakan tinjauan pustaka terlebih dahulu melalui beberapa hasil penelitian yang membahas tentang strategi dakwah. Maksud tinjauan pustaka ini, disamping untuk memperoleh informasi mengenai penelitian

15

(24)

yang topiknya sejenis juga untuk mengetahui bahwa apa yang peneliti teliti berbeda dengan penelitian terdahulu.

Dari beberapa hasil penelitian yang ditemukan diantaranya adalah karya Ahmad Rifqi Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan Pemuda Di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat. Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Adapun permasalahan yang diteliti mengenai bagaimana strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam Pembinaan Pemuda. Di dalamnya dijelaskan bahwa sanggar budaya pun dapat dijadikan sebagai ladang dakwah, di sana juga terdapat banyak pemuda yang masih sangat membutuhkan pembinaan ke arah syariat Islam.

(25)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi skripsi dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran mengenai penyususnan bab dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Berisi tentang: Pertama strategi dakwah yang terdiri dari pengertian strategi, pengertian dakwah, tujuan dakwah, subyek dakwah, obyek dakwah, metode dakwah, materi dakwah, media dakwah, pengertian strategi dakwah, dan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi dakwah. Kedua Pembinaan akhlak muslimah yang terdiri dari pengertian pembinaan, pengertian akhlak, dan pengertian muslimah.

BAB III GAMBARAN UMUM BMOIWI

[image:25.612.101.529.186.623.2]
(26)

berdirinya BMOIWI, Visi, Misi dan Tujuan BMOIWI, Struktur Organisasi BMOIWI, dan Program-program Kegiatan BMOIWI

BAB IV ANALISIS DATA

Berisi tentang: Pertama, perumusan strategi yang diterapkan BMOIWI pusat dalam pembinaan akhlak muslimah yang meliputi asas-asas strategi dakwah. Kedua, implementasi strategi. Ketiga, evaluasi strategi dalam pembinaan akhlak muslimah.

BAB V PENUTUP

(27)

17

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Strategi Dakwah 1. Pengertian Strategi

“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang

berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.1

Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu, Strategos

yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun, pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), hal.8

2

(28)

kegiatan tertentu.3 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, peneliti mengedepankan strategi yang dikemukakan beberapa pakar diantaranya:

1) Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan megalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.4

2) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perurusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama orgaisasi akan tercapai.5

3) Pengertian strategi menurut Din Syamsudin mengandung arti antara lain:

a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustakia, 1997), hal. 199

4

A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), hal. 58

5

(29)

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.6

Dari beberapa definisi strategi diatas, peneliti menyimpulkan strategi adalah rencana yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dimana strategi dapat dilakukan secara terencana atau yang telah disusun secara sistematis dan strategi yang timbul secara spontan. Strategi dibutuhkan agar sesuatu yang telah terencana dengan sempurna dapat mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan terhadap hal-hal yang sifatnya dapat berubah. Dalam hal tersebut strategi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi adalah strategi yang muncul secara spontan. Dimana hal-hal yang belum direncanakan harus dilakukan.

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Kurangnya aplikasi atau penerapan sebuah strategi yang baik dapat menyebabkan strategi yang telah direncanakan gagal dan tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan. Maka penerapan strategi harus tersusun sempurna karena bukan saja akan meraih kesuksesan, melainkan dapat mengokohkan strategi yang pada awalnya diragukan. Dan hasil baik yang didapat bukan semata-mata karena strategi yang dimiliki, namun hal tersebut dikarenakan kemampuan dalam menerapkan strategi yang efektif.

6

(30)

2. Pengertian Dakwah a. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab

da’wah, merupakan bentuk kata masdar dari kata kerja da’a, yad’u,

da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.7 Maka dakwah

dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan,

Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu syariat dan akhlak Islamiyah.8

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian eksistensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajakan agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah atau lembaga dakwah.

7

Muhammad Yunus. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973) hal. 126

8

(31)

Dalam pesan dakwah merupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan dakwah yang didasarkan atas pandangan psikologi mengandung sifat persuasif (memberikan keyakinan), motivasi

(merangsang), konsultatif (memberikan nasihat), serta edukatif

(mendidik atau membina). Sifat-sifat demikian merupakan intinya dakwah yang dikembangkan dalam sistem dan metologi dakwah.9

Menurut istilah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk

dengan cara beramal ma’ruf nahi munkar.

Menurut M. Quraish Shihab bahwa dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik atau sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.10

Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3 kategori yaitu:

1) Dakwah bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, sarasehan dan lain sebagainya.

9

M. Arifin , Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), Cet Ke-5, hal. 6

10

(32)

2) Dakwah dengan tulisan

Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, lukisan-lukisan, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

3) Dakwah bi al-hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras serta menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim piatu pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.11

Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum muslim baik individu maupun kelompok. Tentunya dengan memperhatikan tugas-tugas dakwah yang demikian berat dan tantangan yang demikian besar, maka dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya kelompok orang atau umat (kelompok

11

(33)

professional) yang secara sungguh-sungguh memikirkan masalah dakwah dan melakukan tugas dakwah dengan baik dan sempurna. 12

Dari pernyataan diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa, dakwah adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah sendiri dapat disampaikan melalui lisan, tulisan dan juga dengan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam upaya mempengaruhi orang lain agar timbulnya keinsyafan dalam individu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam keseharian.

b. Tujuan Dakwah

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah untuk mengajak manusia kejalan Tuhan yang besar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau kegiatan yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa arah tujuan yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pola pikir dan pola sikap.13

Menurut Sayyid Quthub pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rohani bagi umat manusia baik dalam kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi

12

A. Ilyas Ismail. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006) hal. 20

13

(34)

kebahagiaan tentu tidak dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat, baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai apabila sebagian anggota masyarakat merampas hak-hak anggota masyarakat lainnya dengan memperbudak orang lain. Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya adalah hal-hal yang mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.14

c. Subyek Dakwah

Subyek adalah unsur pelaksanaan atau orang yang berdakwah, yaitu da’i. sebagai subyek dakwah (da’i) ia harus terlebih dahulu instropeksi perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan diteladani oleh orang lain.15 Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan dimurka oleh Allah SWT.

Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para pelaku dakwah (da’i) yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus memiliki bekal ilmu yang cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.

Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, sebagai berikut:

14

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), hal 30

15

(35)

1) Mengetahui al-Qur’an dan hadis sebagai pokok ajaran agama Islam.

2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as -Sunnah seperti: tafsir, hadis, tauhid, dan fiqih.

3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi, dan perbandingan agama.

4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu retorika. 5) Penyantun dan lapang dada.

6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan mempertahankan kebenaran.

7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim.

8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun menghadpai berbagai rintangan dan kesulitan.

9) Berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah semata-mata arena memohon keridaan Allah.

10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruh-pengaruh keduniaan.16

Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi.

16Hamzah Ya’qub,

(36)

Karena komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalam bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual. Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa

materi yang sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya.

d. Obyek Dakwah (Mad’u)

Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah. Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya, oleh sebab itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya.

Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan

manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan

menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.17

Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang

terbagi menjadi:

1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta masyarakat yang ada di kota.

2) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

17

(37)

3) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi kultural berupa golongan priyayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat Jawa.

4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.

6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi profesi dan pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan lain-lain.18

e. Metode Dakwah

Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan/cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata

Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.

Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu maksud.19

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh

seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau

kumpulan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.20

18

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 70

19

M. Munir. Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), hal. 6

20

(38)

Dalam menghadapi bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan bias menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi, sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya terbai pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

1) Metode dari segi cara, yaitu :

a) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyarakat luas.

b) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan sejenisnya.

2) Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :

(39)

b) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain. 3) Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :

a) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatao muka antara komunikator dengan komunikan.

b) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain.

4) Metode dari segi penyampaian isi, yaitu : Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang praktis dan tidak terlalu banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap suatu permasalahan).21

Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga pesan dakwah yang disampaikan

kepada mad’u mudah untuk dicerna, dipahami, dan meyakini.22

f. Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah,

21

Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usha Nasional, 1994) Cet ke-1 hal 80-87

22

(40)

syari’ah dan akhlak dengan berbagai macam cabag ilmu yang diperoleh

darinya.23

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu Allah SWT itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam al-Qur’an. Sedangkan Hadist atau as-Sunnah ditinjau dari segi bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencakup yang baik dan buruk. Kata as-Sunnah di dalam al-Qur’an diulang 16 kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.24

Menurut M. Syafaat Habib materi dakwah adalah seluruh ajaran agama Islam secara kaffah, tidak dipotong-potong. Ajaran Islam telah tertuang dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.25

g. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu Medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian

23

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) hal 34

24

Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet Ke-2, hal 37

25

(41)

istilahnya media mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.26

Dakwah dapat didefinisikan sebagai penyebarluasan ajaran atau paham, dan media merupakan alat penyebaran itu. Jadi media dakwah adalah alat penyebaran ajaran atau paham. Maka, pengemasannya pun harus benar-benar bisa diterima mad’u yang notabene memiliki banyak pilihan untuk memilih media mana selayaknya dikonsumsi. Dalam artian, media dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik simpati pasarnya.

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tak bisa dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar.27

Untuk mencapai sasaran dakwah yang tepat dan memperoleh tujuan yang akan dicapai maka dakwah sudah barang tentu memerlukan alat dan sarana sebagai agen pelayanan masyarakat, alat dan sarana tersebut adalah media dakwah. Media merupakan segala sesuatu yang

26

Asmuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Iklas, 1983) hal 163

27

(42)

membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.28

3. Pengertian Startegi Dakwah

Menurut Asmuni Syukir, strategi dalam dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik atau maniuvers yang digunakan dan dipakai dalam aktifitas (kegiatan) dakwah. Strategi dalam dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah yaitu:

a. Asas filosofis : Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah Islam.

b. Asas keahlian dan kemampuan da’i

c. Asas sosiologis : Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi lingkungan sasaran dakwah.

d. Asas Psikologis : Asas ini yang hubungannya dengan kejiwaan manusia.

e. Asas efektifitas dan efesiensi : Asas ini maksudnya, dalam aktifitas dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu, tenaga, yang harus dikeluarkan dengan pencapaian hasil, artinya antara ketiga hal tersebut harus sesuai dengan hasil dakwah yang akan dicapai.29

28

Abdul Karim Zaidan. Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1980) Cet Ke-2, hal. 26

29

(43)

Memperhatikan pengertian strategi dan dakwah maka pengertian strategi dakwah adalah tata cara mencapai tujuan dakwah yang telah disepakati bersama dengan memperhatikan kemampuan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang ada baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA).

Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melaikan harus mnunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.

Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kiat bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipersatukan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:

1) Who? (Siapa da’i atau penyampai pesan dakwahnya?)

(44)

4) To Whom? (Siapa mad’u nya atau pendengarnya?)

5) With What Effect? (Efek apa yang diharapkan?)

Pertanyaan “efek apa yang diharapkan” secara empisit

mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut, yakni:

a. When (Kapan dilaksanakannya?) b. How (Bagaimana melaksanakannya?) c. Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)

Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi dakwah sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan dakwah bisa berjenis-jenis, yakni :

1) Menyebarkan Informasi 2) Melakukan Persuasi 3) Melaksanakan Instruksi

4. Unsur-unsur Strategi

Unsur-unsur srtategi merupakan bagian yang ada kaitannya dengan strategi oleh karenanya unsur ini tidak dapat dipisahkan dari strategi itu sendiri. Adapun unsur strategi terdiri dari tiga, yaitu:

a. Perumusan Strategi

(45)

menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi altenatif, memilih strategi untuk dilaksanakan.30

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi disebut juga tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam implementasi strategi adalah pengembangan budaya, menciptakan struktur yang efektif, dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk.31

Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi, yang mana dalam pelaksanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari masing-masing anggota yang terlibat didalamnya. Komitmen serta kerjasama dari seluruh unit diperlukan untuk mecapai tujuan yang telah dirumuskan.

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam strategi. Adapun pengertian evaluasi adalah proses di mana seorang pemimpin membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.32

30

Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 5

31

Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 5

32

(46)

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah

Kesadaran bagi setiap orang baik individu atau kelompok organisasi, baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berubah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang mengarahkan pada peyampaian tujuan disebut strategi.

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena akan mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi.

a. Lingkungan

Lingkungan tak pernah berada pada kondisi tetap dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara pikir tetapi tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan padangan hidup.

b. Lingkungan Organisasi

(47)

komponen yang saling berinteraksi yang penting diketahui pemimpin.33

c. Kepemimpinan

S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni

Seorang pemimpin orang tertinggi dalam mengambil keputusan”.

Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal dan internal berbeda.34

B. Pembinaan Akhlak Muslimah

1. Pengertian Pembinaan Akhlak Muslimah

a. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu, yang artinya membangun, mendirikan, membina.35

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan mengandung arti:

1. Proses, cara, perbuatan, membina 2. Pembaharuan, penyempurnaan

3. Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.36

33

J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 149

34

S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1991), hal. 9

35

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an, 1973), hal. 73

36

(48)

Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya.37

Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan pembinaan itu bisa menunjukkan

kepada “perbaikan” atas sesuatu. 38

Berdasarkan referensi yang tertera diatas, penulisan mengambil kesimpulan bahwa pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara efektif dan efisien.

Arti kata pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan, dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan

37

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), hal. 17

38

(49)

agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.39

b. Pengertian Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.40

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

39

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), hal. 8

40

(50)

Akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebagainya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.

1. Perbuatan yang baik atau buruk. 2. Kemampuan melakukan perbuatan. 3. Kesadaran akan perbuatan itu.

4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.

(51)

mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.41

c. Pengertian Muslimah

Muslim adalah secara harfiah berarti “seseorang yang berserah

diri (kepada Allah), termasuk segala makhluk yang ada di langit dan bumi. Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama Islam. Dan pemeluk wanita disebut Muslimah adalah sebutan untuk wanita Islam. Al-Qur’an menjelaskan tentang semua nabi dan rasul adalah sebagai muslim, dari Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.

Al-Qur’an menyatakan bahwa mereka adalah muslim karena mereka hanya

berserah diri kepada Tuhan, memberikan firman dan menegakkan agama Allah. Wanita muslimah adalah wanita yang berkepribadian, merdeka, dan memiliki kedudukan sama di depan hukum seperti laki-laki.

Umat muslim meyakini bahwa Allah adalah zat kekal, yang memliki semua sifat kemahaan, tidak tertandingi, mandiri, tidak melahirkan dan tidak pula diperankan, mereka meyakini doktrin ketauhidan. Muslim selalu melakukan salat lima kali dalam sehari sebagai kewajiban dalam agama (fardhu).42

41

Ahmad A.K. Muda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher), hal 50

42

(52)

42

ISLAM WANITA INDONESIA (BMOIWI)

1. Sejarah Berdirinya BMOIWI

Organisasi yang terdiri dari wanita-wanita Islam dalam dakwah yang disampaikannya bermacam-macam dalam menjunjung tinggi martabat wanita seperti perjuangan mempertahankan memakai Jilbab, kebangkitan di bawah tekanan, menjadi teladan keluarga, menjadi istri solehah, dan mendapatkan hak-hak wanita lainnya.

Organisasi ini didirikan pada tanggal 25 Rabiul Awwal 1376 H, bertepatan dengan tanggal 12 Juli 1967 M di Jakarta dengan nama Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia disingkat menjadi BMOIWI dengan jangka waktu yang tidak terbatas.1

Pembentukan BMOIWI merupakan hasil pemikirian bersama antara tokoh-tokoh dari organisasi Muslimat NU, Wanita Islam, Wanita Syarikat Islam, Wanita Perti dan Wanita Gasbindo dengan para pendiri Ibu Hj. Rabs Syamsudiridjal , Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, Ibu Hj. Mahmudah Mawardi, Ibu Gito Admojo, dan Ibu Hafni Abuhanifah.

Susunan kepengurusan presidium I sebagai berikut: 1. Ibu Hj. Rabs Syamsurijal (Wanita Islam)

1

[image:52.612.103.532.184.578.2]
(53)

2. Ibu Hj. Mahmudah Mawardi (Muslimat NU) 3. Ibu Abdrrahman (Aisyiah)

4. Ibu Agus Sudono (Wanita Gasbindo) 5. Ibu Hj. Zubaidah Muchtar (Wanita SI) 6. Ibu Hafni Abu Hanifah (Wanita SI) 7. Ibu Gito Atmojo (Wanita Islam) 8. Ibu Hj. Aisyah Amini (HSBI) 9. NN. Aniswati Rochlan (Kohati)

Sejak awal berdirinya BMOIWI sudah mengadakan beberapa agenda kerja Nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia antara lain sebagai pelopor dimulainya pelatihan manasik haji di Indonesia, penerapan KB melalui forum pengajian dengan uji coba di 8 lokasi di Jawa Barat dan 8 lokasi di Jawa Timur.

Mengusahakan kerjasama antar organisasi anggota dalam meningkatkan mutu organisasi pembinaan, kesejahteraan keluarga, sosial ekonomi, dan pendidikan dakwah. Membina kerjasama dengan organisasi lain di luar BMOIWI dan pemerintahan (memberikan masukan tentang rancangan GBHN Pelita VI yang dilaksanakan pada 25 Juli 1992 dan hasilnya telah dikirimkan kepada seluruh fraksi-fraksi di DPR serta lembaga-lembaga lainnya.2

BMOIWI tingkat pusat beranggotakan 32 ormas muslimah tingkat nasional, yaitu:

1. Muslimat Nahdhatul Ulama

2

(54)

2. Wanita Islam

3. Wanita Syarikat Islam 4. Aisyiah

5. Wanita PERTI

6. Majelis Wanita al Irsyad al Islamiyah 7. Wihdatul Muslimat

8. PERSISTRI

9. Fatayat Nahdhatul Ulama 10.Nasyiatul Aisyiyah 11.Kohati PB HMI

12.Persatuan Organisasi Wanita Setanah Air 13.Kongres Buruh Islam Merdeka (KBIM) 14.Sepmiwati

15.Wanita Ittihadil Muballighin

16.Badan Kontak Majelis Ta’lim (BKMT) 17.Forum Alumni Kohati (Forhati) 18.Wanita GUPPI

19.Majelis Wanita PUI

20.Korps Wanita Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) 21.Angkatan Putri al Washliyah

22.DPP Pengajian al Hidayah

(55)

25.Persaudaraan Muslimah (Salimah) 26.Muslimah al Washliyah

27.PERWATI

28.Muslimat Hidayatullah 29.Muslimat Mathla’ul Anwar

30.Forum Silahturahim Antar Pengajian (FORSAP) 31.Perhimpunan Wanita Alumni Timur Tengah 32.PP Muslimat al Ittihadiyah3

BMOIWI wilayah yang sudah terbentuk, beranggotakan 21 ormas muslimah tingkat wilayah, yaitu:

1. Aceh 2. Jambi

3. Suamtera Selatan 4. Bandar Lampung 5. Sumatera Barat 6. Sumatera Utara 7. Jawa Barat 8. Jawa Tengah 9. Jawa Timur 10.DI. Yogyakarta 11.Sulawesi Selatan 12.Sulawesi Utara

3

(56)

13.Sulawesi Tengah 14.Kalimantan Selatan 15.Kalimantan Barat 16.Kalimantan Timur 17.Banten

18.Otorita Batam 19.Gorontalo 20.DKI Jakarta

21.Nusa Tenggara Barat4

BMOIWI terletak di Sekretariat Masjid Istiqlal Jalan Taman Wijaya Kusuma R. 26, telepon/ Fax. 02134833738 Jakarta Pusat 10710. Email

bmoiwi_pusat@yahoo.com. Nomer Rekening BNI Syariah 0161897834 Cabang 813 Syariah Prima Jakarta.5

2. Visi, Misi, dan Tujuan BMOIWI a. Visi BMOIWI

Terwudjudnya Ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah di tingkat nasional, regional, dan internasional.

b. Misi BMOIWI

1. Menciptakan ukhuwah islamiyah dengan organisasi anggota, ormas, islam dan umat islam.

2. Meningkatkan profesionalisme dalam mengelola organisasi.

4

Wawancara pribadi dengan Maryam (Wakil Sekjen BMOIWI), Jakarta, 30 Juli 2013

5

(57)

3. Meningkatkan wawasan dan kepekaan muslimah serta kemampuan dalam menghadapi tantangan di berbagai bidang kehidupan.

4. Meningkatkan peranan organisasi dalam mengatasi tantangan dan permasalahan muslimah baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional.

5. Mengemban hubungan organisasi di semua tingkatan, serta kerja sama dengan semua potensi wanita di semua lini kehidupan.

c. Tujuan BMOIWI

1. Terbinanya ukhuwah islamiyah sesama wanita muslimah dengan amal sholeh untuk kemashlahatan ummat.

2. Mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.6

3. Struktur Organisasi BMOIWI Periode 2013-2018

a. Dewan Penasehat

1. Dra. Hj. Barirroch Us. Ch, MM (PP Wanita Islam) 2. Dra. Hj. Zubaidah muchtar (PP Wanita Syarikat Islam) 3. Dra. Hj. Maysaroh Yusuf (PP Aisyiyah)

4. Dra. Hj. Fatimah Agil (PP Muslimat NU)

5. Dra. Hj.Wirianingsih, M. Si. (PP Persaudaraan Muslimah (SALIMAH)) b. Dewan Pakar

1. Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, M. A. (PP BKMT) 2. Prof. Dr. Chamamah Suratno (PP Aisyiyah)

6

(58)

3. Hj. Khofifah Indar Parawansa (PP Muslimat NU) 4. Dr. Hj. Nurhayati Djamas, MA (PP Wanita GUPPI) 5. Dra. Hj. Wellya Safitri, M.Si (MUI)

6. Dra. Hj. Husmiaty Hasyim., M. A (PP Wanita PUI) 7. Prof. Dr. Amany Lubis, M. A (MAAI)

8. Dr. Valina Singka Subekti, M.Si (PP Wanita Syarikat Islam) 9. Ledia Hanifa Amaliah, SSi., M. Psi. T (Anggota DPR RI) 10. M. Psi. Tlr. Sharmila Haque (IWAPI)

11. Hj. Sri Harti Djauhari, S.Ag., MM (PP Wanita Islam) 12. Dra. Hj. Diana Nurmin (APJATI)

13. Dra. Nining Indra Saleh, MM (Forhati Nasional)

14. Dra. Hj. Siti Maryam Ahmad, M.Pd. (PP Wanita GUPPI)

15. Hj. Nurjannah Hulwani, S. Ag (PP Persaudaraan Muslimah (SALIMAH))

16. Dra. Hj. Nurdiati Akma (PP FORSAP) c. Presidium

1. Dr. Azizah, MA (Muslimat Al Washliyah)

Bidang Organisasi dan Hukum dan Perundang-undangan 2. Dra. Sabriati Aziz, M.Pd.I (PP Muslimat Hidayatullah)

Bidang Hubungan Luar Negeri dan Infokom 3. Nadhirah Seha Nur, SP, M.Si (Forhati Nasional)

Bidang Politik dan Sosial-Kesehatan

(59)

Bidang Pendidikan dan Ekonomi 5. Umi Musyarrofah, MA (PP Aisyiyah)

Bidang Dakwah dan Litbang d. Sekretaris Jenderal

Sudaryani Soeyoed, B. Sc (PP Wanita Syarikat Islam) e. Wakil Sekjen

1. Mariyam (Korpus Korps PII WATI)

2. Suhana Burhanudin, S.Pd.i (PP Wanita Syarikat Islam) 3. Fatri Hayani, S.HI (KOHATI PB HMI)

4. Reslawati, S. Ag., M.Si (Forhati Nasional)

5. Hj. Tuti Nurbaity Asri Siregar (PP Muslimat NU) f. Bendahara

Hj. Trisna Ningsih Yuliati, SE (PP Muslimat Matla’ul Anwar)

g. Wakil Bendahara

1. Hj. Syurti S., SE (PP Persaudaraan Muslimah (SALIMAH)) 2. Dra. Efi Nurpalah (PP Wanita PUI)

h. Anggota Pleno

1. Bidang Organisasi a. Ketua

Dr. Gusniarti, M. Ag (PP Nasyiatul Aisyiyah) b. Anggota

(60)

3. Mufidah, S. HI (PP Persaudaraan Mulsimah (SALIMAH)) 4. Syifa Awalia, MM (Korpus Wanita GPI)

5. Madarsyah (PP DPP Pengajian Al-Hidayah) 2. Bidang Hukum dan Perundang-undangan

a. Ketua

Eka Julaiha, S. Ag., MA (PP Wanita Islam) b. Anggota

1. Decy Eviani Putri, SH (PP KBIM)

2. Nur Iryani, S.Pd (PP Muslimat Hidayatullah) 3. Siti Rufiah (PP SEPMIWATI)

4. Eka Setiawati (Korpus Korps PII WATI) 3. Bidang Hubungan Luar Negeri

a. Ketua

Dra. Reni Susilowati, M.Pd.I (PP Muslimat Hidayatullah) b. Anggota

1. Dra. Hj. Muzaenah Zein (PP Fatayat NU)

2. Kartika Mayasari, S. Pd (Korpus Korps PII WATI) 3. Hj. Marhamah Shaleh, Lc., MA (PP Wanita PERTI) 4. Hj. Nengsih Lesmana (PP PERWATI)

4. Bidang Informasi dan Komunikasi a. Ketua

(61)

1. Helmiah Askar (PP Wanita Al-Irsyad Al-Islamiyah) 2. Dinna Kamaliya, SE (PP Nasyiatul Aisyiyah) 3. Farida Mudaya, S.Pd.I (PP PERSISTRI) 4. Eko Suprapti (PP DPP Pengajian Al-Hidayah) 5. Bidang Politik

a. Ketua

Sitti Rakhman, SP., MM (Forhati Nasional) b. Anggota

1. Resya Nurhaeti, S.Psi (PP PERSISTRI) 2. Hafidhah Farwa (KOHATI PB HMI)

3. Sumiah Nasution, SS., MA (PP Muslimat Al-Ittihadiyah) 4. Sitti Mukaromah, S. Ag (PP Fatayat NU)

6. Bidang Sosial dan Kesehatan a. Ketua

Endah Fitriyah, SP. MP (PP Wanita PUI) b. Anggota

1. Dr. Maysarwati Wali (PP Wanita PERTI)

2. Hj. Halmaini Zulfan (PP Muslimat Al-Washliyah) 3. Hj. Elly Zanibar Madjid, SS (PP

Gambar

GAMBARAN UMUM BMOIWI PUSAT
tabel dan sebagainya.
GAMBARAN UMUM BMOIWI
GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN MUSYAWARAH ORGANISASI

Referensi

Dokumen terkait