• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Strategi Dakwah 1.Pengertian Strategi

2. Pengertian Dakwah a. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab

da’wah, merupakan bentuk kata masdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.7 Maka dakwah dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan,

Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu syariat dan akhlak Islamiyah.8

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian eksistensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajakan agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah atau lembaga dakwah.

7

Muhammad Yunus. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973) hal. 126

8

Muhammad Sayyid Alwakil. Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani Idris, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), hal 1

Dalam pesan dakwah merupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan dakwah yang didasarkan atas pandangan psikologi mengandung sifat persuasif (memberikan keyakinan), motivasi

(merangsang), konsultatif (memberikan nasihat), serta edukatif

(mendidik atau membina). Sifat-sifat demikian merupakan intinya dakwah yang dikembangkan dalam sistem dan metologi dakwah.9

Menurut istilah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk

dengan cara beramal ma’ruf nahi munkar.

Menurut M. Quraish Shihab bahwa dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik atau sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.10

Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3 kategori yaitu:

1) Dakwah bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, sarasehan dan lain sebagainya.

9

M. Arifin , Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), Cet Ke-5, hal. 6

10

2) Dakwah dengan tulisan

Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, lukisan-lukisan, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

3) Dakwah bi al-hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras serta menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim piatu pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.11

Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum muslim baik individu maupun kelompok. Tentunya dengan memperhatikan tugas-tugas dakwah yang demikian berat dan tantangan yang demikian besar, maka dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya kelompok orang atau umat (kelompok

11

professional) yang secara sungguh-sungguh memikirkan masalah dakwah dan melakukan tugas dakwah dengan baik dan sempurna. 12

Dari pernyataan diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa, dakwah adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah sendiri dapat disampaikan melalui lisan, tulisan dan juga dengan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam upaya mempengaruhi orang lain agar timbulnya keinsyafan dalam individu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam keseharian.

b. Tujuan Dakwah

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah untuk mengajak manusia kejalan Tuhan yang besar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau kegiatan yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa arah tujuan yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pola pikir dan pola sikap.13

Menurut Sayyid Quthub pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rohani bagi umat manusia baik dalam kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi

12

A. Ilyas Ismail. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006) hal. 20

13

Rafiudin dan Manan Abdul Djaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandug: CV. Pustaka Setia, 2001) Cet Ke-2, hal 32

kebahagiaan tentu tidak dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat, baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai apabila sebagian anggota masyarakat merampas hak-hak anggota masyarakat lainnya dengan memperbudak orang lain. Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya adalah hal-hal yang mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.14

c. Subyek Dakwah

Subyek adalah unsur pelaksanaan atau orang yang berdakwah, yaitu da’i. sebagai subyek dakwah (da’i) ia harus terlebih dahulu instropeksi perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan diteladani oleh orang lain.15 Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan dimurka oleh Allah SWT.

Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para pelaku dakwah (da’i) yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus memiliki bekal ilmu yang cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.

Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, sebagai berikut:

14

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), hal 30

15

Nurullah Fauzi, Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II (Gresik: Putra Pelajar, 1999), h. 35

1) Mengetahui al-Qur’an dan hadis sebagai pokok ajaran agama

Islam.

2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as -Sunnah seperti: tafsir, hadis, tauhid, dan fiqih.

3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi, dan perbandingan agama.

4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu retorika. 5) Penyantun dan lapang dada.

6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan mempertahankan kebenaran.

7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim.

8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun menghadpai berbagai rintangan dan kesulitan.

9) Berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah semata-mata arena memohon keridaan Allah.

10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruh-pengaruh keduniaan.16

Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi.

16Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung: CV Diponegoro, 1992), Cet. Ke-2 h. 36

Karena komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalam bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual. Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa

materi yang sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya.

d. Obyek Dakwah (Mad’u)

Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah. Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya, oleh sebab itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya.

Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan

manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan

menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.17

Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang terbagi menjadi:

1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta masyarakat yang ada di kota.

2) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

17

3) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi kultural berupa golongan priyayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat Jawa.

4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.

6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi profesi dan pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan lain-lain.18

e. Metode Dakwah

Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan/cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata

Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.

Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu maksud.19

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh

seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau kumpulan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.20

18

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 70

19

M. Munir. Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), hal. 6

20

Dalam menghadapi bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan bias menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi, sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya terbai pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

1) Metode dari segi cara, yaitu :

a) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyarakat luas.

b) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan sejenisnya.

2) Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :

a) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap perorangan secara langsung (Face to Face atau Privat).

b) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain. 3) Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :

a) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatao muka antara komunikator dengan komunikan.

b) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain.

4) Metode dari segi penyampaian isi, yaitu : Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang praktis dan tidak terlalu banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap suatu permasalahan).21

Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga pesan dakwah yang disampaikan

kepada mad’u mudah untuk dicerna, dipahami, dan meyakini.22

f. Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah,

21

Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usha Nasional, 1994) Cet ke-1 hal 80-87

22

syari’ah dan akhlak dengan berbagai macam cabag ilmu yang diperoleh darinya.23

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah SWT

yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu Allah SWT itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam al-Qur’an. Sedangkan Hadist atau as-Sunnah ditinjau dari segi bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencakup yang baik dan buruk. Kata as-Sunnah di dalam al-Qur’an

diulang 16 kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.24

Menurut M. Syafaat Habib materi dakwah adalah seluruh ajaran agama Islam secara kaffah, tidak dipotong-potong. Ajaran Islam telah tertuang dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.25

g. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu Medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian

23

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) hal 34

24

Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet Ke-2, hal 37

25

istilahnya media mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.26

Dakwah dapat didefinisikan sebagai penyebarluasan ajaran atau paham, dan media merupakan alat penyebaran itu. Jadi media dakwah adalah alat penyebaran ajaran atau paham. Maka, pengemasannya pun harus benar-benar bisa diterima mad’u yang notabene memiliki banyak

pilihan untuk memilih media mana selayaknya dikonsumsi. Dalam artian, media dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik simpati pasarnya.

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tak bisa dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar.27

Untuk mencapai sasaran dakwah yang tepat dan memperoleh tujuan yang akan dicapai maka dakwah sudah barang tentu memerlukan alat dan sarana sebagai agen pelayanan masyarakat, alat dan sarana tersebut adalah media dakwah. Media merupakan segala sesuatu yang

26

Asmuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Iklas, 1983) hal 163

27

membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.28

Dokumen terkait