• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

ANALISIS STRATEGI DAKWAH BMOIWI DALAM PEMBINAAN AKHLAK MUSLIMAH DI MASJID ISTIQLAL

A. Perumusan Strategi Pembinaan Akhlak Muslimah

Setiap organisasi, komunitas ataupun semacamnya, biasanya dibentuk atas dasar sebuah tujuan dan cita-cita yang mereka ingin capai. Untuk mencapai tujuan yang mereka harapkan diperlukan perumusan masalah sebuah metode dan strategi yang strategis agar semua yang mereka lakukan tidak berlawanan dengan segala macam hukum aturan yang telah ditetapkan. Hal ini biasanya dilakukan untuk menghindari konflik, meskipun sebenarnya konflik tersebut tidak akan bisa dihilangkan dalam dinamika kehidupan yang selalu dinamis.

Tahap pembuatan atau perumusan sebuah strategi adalah tahap yang paling menentukan keberhasilan dalam proses pelaksanaan sebuah strategi. Inti pokok dari tahap ini adalah menghubungkan organisasi dengan lingkungannya dan menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk mencapai misi organisasi.1

BMOIWI secara khusus merumuskan strategi dalam menjalankan kegiatan dakwahnya. Khususnya pada pembinaan akhlak muslimah dengan tujuan

1

mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga, dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Islam.

Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan terutama bagi organisasi dakwah semacam BMOIWI yang merupakan wadah 32 organisasi. Adapun Strategi dakwah yang dilakukan BMOIWI adalah merancang, membuat konsep dan menyeleksi strategi yang pantas untuk di gunakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah. Dalam tahap merumuskan strategi untuk pedoman para pengurus BMOIWI dalam menyebarkan dakwah kepada kaum muslimat. Strategi dakwah yang digunakan oleh BMOIWI yaitu mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan ketahanan keluarga, dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Islam.

Dalam mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan yaitu pentingnya mempertahankan memakai jilbab dan menjaga akhlak sebagai muslimah. Kemudian mensinergikan gerakan untuk ketahanan keluarga yaitu menjadi istri yang solehah dan sebagai istri harus bisa mempertahankan keutuhan keluarga. 2

Selain perumusan strategi menurut teori Fred R David adapun asas-asas dalam teori Asmuni Syukir yang harus diperhatikan dalam strategi dakwah yaitu yang pertama asas filosofis. Cara yang di pakai dalam menerapkan asas filosofis BMOIWI dalam pembinaan akhlak muslimah sasarannya untuk semua umur khususnya untuk wanita. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah,

2

konsentrasi terhadap masalah ketahanan keluarga dan pembelaan kepentingan kaum muslimah. BMOIWI dengan semangat gerakannya sebagai organisasi muslimah mengusung visi besar terwujudnya ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah di tingkat nasional , regional, maupun internasional.3

Maka dapat dipahami bahwa pada asas filosofis yang diterapkan oleh BMOIWI adalah dalam proses awal pelaksanaan yaitu memperkenalkan tujuan-tujuan terlebih dahulu agar dapat menjadi acuan bagi seluruh pengurus BMOIWI.

Asas filosofis adalah asas yang membicarakan masalah yang erat hubungan nya dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karenanya penulis dapat menganalisis dari hasil data diatas bahwa asas filosofis yang diterapkan oleh BMOIWI bertujuan untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah serta pentingnya menjalin

hubungan yang harmonis sesama pengurus BMOIWI dan mad’u.

Kemudian yang kedua adalah asas sosiologis. Dalam asas sosiologis, ketua presidium BMOIWI selalu melakukan interaksi atau melakukan pendekatan secara langsung kepada seluruh pengurus BMOIWI. Di BMOIWI ini tidak memandang atasan atau bawahan, ketua atau anggota, semua sama untuk

menciptakan ukhuwah Islamiyah. Kepada para mad’u nya pun selalu ramah dan

berinteraksi dengan baik agar tujuan berdakwahnya dapat tercapai. Jika ada

3

Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah (Ketua Presidium BMOIWI), Jakarta, 28 Oktober 2013

muslimah yang mendapati masalah bisa dikonsultasikan secara pribadi dengan BMOIWI dan di carikan solusi yang terbaik menurut ajaran Islam.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan asas sosiologis cara yang sering dipakai oleh BMOIWI ialah dengan berinteraksi dengan baik sesama pengurus BMOIWI dari sekretaris jendral, ketua presidium hingga anggota. Kemudian terjun langsung kelapangan dengan melihat situasi dan kondisi masjid istiqlal dan para muslimah sebelum melakukan aktivitas dakwah.4

Maka dapat dianalisis bahwa cara yang dipakai oleh BMOIWI adalah menjalin silaturahmi dengan kekeluargaan. Agar terwujudnya ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah.

Yang ketiga adalah asas keahlian dan kemampuan da’i. Dalam menerapkan

asas ini BMOIWI melihat pada keahlian dan kemampuan da’iyahnya sebelum

melakukan dakwah. Lebih baik manakala para da’iyah banyak menguasai

beberapa keahlian yang bermanfaat dalam berdakwah. Untuk menunjang dari

keberhasilan dakwah dalam BMOIWI harus seorang da’iyah yang mampu dan

berkualitas dalam hal ilmu agama. Seluruh pengurus BMOIWI rata-rata memiliki latar belakang pendakwah, tetapi jika tidak di BMOIWI ini ada pelatihan daiyah sebelum melakukan aktivitas dakwah.

4

Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah (Ketua Presidium BMOIWI), Jakarta, 28 Oktober 2013

Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa BMOIWI adalah da’iyah yang sudah terlatih, karena seorang da’iyah harus memiliki pengetahuan yang

luas tentang yang mereka sebarkan kepada kaum muslimat.

Maka dapat dianalisis bahwa BMOIWI tidak sembarangan dalam

menurunkan da’iyah untuk berdakwah kepada masyarakat luas khususnya kaum

wanita.

Kemudian yang keempat yaitu asas psikologis. Secara sederhana psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Jadi psikologi dalam dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya untuk di ajak kejalan Allah agar berbahagia di dunia dan akhirat.

Dalam hal ini manusia adalah makhluk yang berbeda-beda baik dalam sifat, dan sikap. Dalam mengatasi hal tersebut BMOIWI menerapkan konsep asas psikologi dalam dakwah yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: Pendakwah harus memiliki niat yang ikhlas, ilmu yang sahih dan akhlak serta adab Islami yang baik. Selain itu, harus berupaya mengamalkan apa yang di dakwahkannya.5

Sesuai dengan firman Allah taa’la: yang artinya “Apakah mereka

memerintahkan manusia kepada kebaikan tetapi mereka melupakan diri mereka

5

Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah (Ketua Presidium BMOIWI), Jakarta, 28 Oktober 2013

sendiri…” (Al-Baqarah: 44), orang yang didakwahi (mad’u), penting untuk kita ingat setiap manusia pasti punya marah dan emosi. Orang yang lebih berstatus, baik dari segi ilmu, pangkat atau usia pasti akan marah jika orang yang lebih kurang status dari pada mereka, menegur mereka.

Demikian juga jika emosi seseorang itu tidak stabil, maka menegur mereka pada saat itu sukar untuk mendapatkan hasil yang baik. Sebab itu untuk berdakwah harus ada strategi yang baik, tidak boleh main terjun begitu saja.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam asas psikologi BMOIWI lebih

menekankan terhadap da’iyah yang harus mempunyai nilai yang tulus dan ridho karena Allah, dalam memberikan pesan dakwah, seorang da’iyah harus bisa menyesuaikan kondisi mad’unya, dan jangan pernah memaksakan kehendak kita

untuk selalu diikuti dan dapat diterima karena sesungguhnya kita semua tidak ada yang sempurna.

Maka dapat dianalisis dari data diatas bahwa komponen tersebut sudah cukup akan tetapi ada hal yang harus juga di perhatikan seperti dalam mengatasi

atau menyesuaikan psikologi mad’u, harus menyesuaikan dengan kondisi dan

lingkungannya.6

Kemudian yang terakhir adalah asas efektifitas dan efisiensi dakwah. Dalam setiap mengadakan kegiatan dakwahnya, BMOIWI selalu

mempertimbangkan antara keadaan, mulai dari keadaan da’iyah atau mad’unya

6

Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah (Ketua Presidium BMOIWI), Jakarta, 28 Oktober 2013

serta waktu yang tersedia, agar kegiatan dakwah yang dilakukan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan pengurus BMOIWI.

Hal ini sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang dalam

aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara kondisi para da’iyah

dan waktu yang di laksanakan. Dalam hal ini, dapat dilihat pada kegiatan mingguan yang diadakan BMOIWI. Kegiatan pengajian yang diadakan, karena

untuk memaksimalkan kondisi da’iyahnya yang sehari-harinya sibuk dengan pekerjaan masing-masing ada yang menjadi dosen, dokter, pendakwah dan lain lain. Oleh karena itu waktu pelaksanaannya dilaksanakan setiap hari Senin pukul 13.00 di Masjid Istiqal.

Maka dapat disimpulkan setiap pelaksanaan kegiatan BMOIWI disesuaikan

dengan kondisi da’iyahnya yang sehari-harinya sibuk dengan pekerjaan masing-masin, oleh karenanya waktu pelaksanaan tersebut dilaksanakan 1 minggu sekali dengan ketentuan hari Senin pukul 13.00.7

Dokumen terkait