HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI (SELF-CONFIDENCE) DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DI MAN KISARAN T.P.2016/2017
Oleh : Wulandari NIM 4123111087
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Wulandari dilahirkan di Kampung Banjar Kab. Labuhan Batu Utara, pada
tanggal 1 Oktober 1993. Ayah bernama Sunarto dan Ibu bernama Tunem. Merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2000, Penulis masuk SD Negeri
112283 Kec. Kualuh Hulu, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, Penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Kec. Kualuh Selatan, dan lulus pada tahun
2009. Kemudian, tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kec. Kualuh
Hulh, dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
iii
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI (SELF-CONFIDENCE) DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DI MAN KISARAN T.P.2016/2017
Wulandari (4123111087)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat hubungan dan seberapa besar hubungan kepercayaan diri siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model PBL di kelas X IPS 1 MAN Kisaran tahun pelajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Kisaran yang terdiri atas 9 kelas dengan masing-masing jumlah siswa 30 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X IPS 1. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah angket yang berjumlah 22 butir dan tes essay yang berjumlah 3 butir soal. Sebelum instrumen diberikan kepada siswa, terlebih dahulu masing-masing instrumen divalidasi oleh dua orang dosen matematika dan guru matematika.
Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas dari suatu data menggunakan uji Lilliefors dan homogenitas dengan uji F. Uji normalitas untuk data kepercayaan diri diperoleh Lhitung 0, 0720,163Ltabel maka H0 diterima, artinya data skor
angket kepercayaan diri siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. sedangkan uji normalitas untuk data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diperoleh Lhitung 0,1430,163Ltabel maka H0 diterima, artinya data skor
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh Fhitung 1,14 1,86 F0,05(29,29),
maka H0 diterima artinya data kepercayaan diri dan kemampuan pemecahan
masalah matematika berasal dari populasi yang sama (homogen)
Hasil dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model PBL di MAN Kisaran yang ditunjukkan dengan
15, 084 2, 048
hitung tabel
t t . Hubungan yang ada antara kepercayaan diri siswa
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika ditunjukkan dengan 0,94
r , artinya semakin tinggi kepercayaan diri siswa maka semakin tinggi
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul, “Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model PBL (Problem Based Learning)
di MAN Kisaran TP.2016/2017”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati dan tulus penulis
mengucapkan terima kasih kepada Pada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu
Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku
Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program
Studi Jurusan Matematika dan juga selaku dosen pembimbing akademik peneliti,
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan
terima kasih juga kepada Bapak Pardomuan N.J.M Sinambela, M.Pd selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan serta saran-saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Ibu Dr. Nerli Khairani, M.Si, dan Bapak Dr. Togi,
M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak saran kepada penulis
selama penulisan skripsi ini. Kepada seluruh Dosen Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan penulis juga mengucapkan terima kasih.
Terima kasih juga kepada Bapak Drs. Tuppal Pardomuan selaku Kepala
Sekolah MAN Kisaran serta Ibu Dewiana Umriyah Pulungan, S.Ag yang telah
banyak membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. Ibu Erma Yuliana, S.Pd
selaku guru matematika, para Staf Pegawai, serta siswa- siswi MAN Kisaran.
Teristimewa ucapan terimakasih dan hormat yang setulus-tulusnya kepada
Ibunda tercinta (Tunem) dan Ayahanda tersayang (Sunarto) yang telah
v
penulis dapat menjadi Sarjana Pendidikan. Adik tersayang Muhammad
Kurniawan yang telah banyak memberi dukungan demi kesuksesan penulisan
skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan
khususnya Odi Rachmadi, S.Pd, Khairul Sipahutar, S.Pd, Riski Afriyani Sri
Lestari Melayu serta teman-teman Matematika 2012 semua khususnya Dik B.
Juga ucapan terima kasih kepada rekan-rekan yang tidak penulis tuliskan namanya
yang turut memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Desember 2016
Penulis
vi
2.1.Kepercayaan Diri (Self-Confidence) 8
2.1.1.Pengertian Kepercayaan Diri (Self-Confidence) 8
2.1.2.Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri(Self -
Confidence) 9
2.1.3.Aspek-aspek Kepercayaan Diri (Self-Confidence) 9
2.1.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
(Self-Confidence) 10
2.1.5.Percaya Diri dalam Matematika 11
2.2.Pemecahan Masalah 12
2.2.1.Pengertian Pemecahan Masalah 12
vii
2.3.Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) 15
2.3.1.Pengertian Model PBL (Problem Based Learning) 15
2.3.2.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL 17
2.4.Karakteristik Siswa 19
2.5.Hubungan Kepercayaan Diri dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa dengan Model PBL 21
2.6.Materi Ajar 24
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian 33
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 33
3.3.1.Populasi 33
3.3.2.Sampel 33
3.4.Variabel Penelitian 34
3.5.Desain Penelitian 34
3.6.Prosedur Penelitian 34
3.7.Metode Pengumpulan Data 35
3.7.1.Metode Angket 35
3.7.2.Metode Tes 35
3.8. Penskoran Instrumen Penelitian 35
3.8.1.Penskoran Angket 35
3.8.2.Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika 36
3.9. Analisis Instrumen Penelitian 37
3.9.1.Angket Kepercayaan Diri 37
3.9.2.Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 38
3.10. Teknik Analisis Data 38
viii
3.10.2.Uji Homogenitas 40
3.10.3.Uji Hipotesis 41
3.10.3.1.Uji Keberartian Koefisien Korelasi 41
3.10.3.2.Koefisien Korelasi 42
4. Mc
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian 44
4.1.1.Analisis Pendahuluan 44
4.1.2.Uji Normalitas 45
4.1.3.Uji homogenitas 46
4.1.4.Uji Hipotesis 47
4.1.4.1. Uji Keberartian Koefisien Korelasi 47
4.1.4.2. Koefisien Korelasi 47
4.1.5.Analisis Hasil Angket dan Tes 48
4.2.Pembahasan Hasil Penelitian 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.3.Kesimpulan 55
4.4.Saran 55
x
DAFTAR GAMBAR
... Halaman
Tabel 2.3. Perpotongan Dua Garis 25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-1 61
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-2 81
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 98
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 103
Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 106
Lampiran 6 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
107
Lampiran 7 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 110
Lampiran 8 Penilaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
112
Lampiran 9 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
114
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kepercayaan Diri Siswa (Angket)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
117
Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Kepercayaan Diri Siswa
(Angket) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
118
Lampiran 12 Tes Kepercayaan Diri Siswa (Angket) Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
124
Lampiran 13 Penilaian Tes Kepercayaan Diri Siswa (Angket)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
127
Lampiran 14 Daftar Hasil Tes 128
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas 130
Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas 134
xii
Lampiran 18 Dokumentasi 139
Lampiran 19 Harga Kritik Lilifors 142
Lampiran 20 Luas Lengkung Normal (Tabel-Z) 143
Lampiran 21 Tabel Distribusi F 144
ix
DAFTAR TABEL
... Halaman
Tabel 2.1. Indikator Kepercayaan Diri Dalam Matematika 12
Tabel 2.2. Sintaks Untuk Pembelajaran Berbasis Masalah 17
Tabel 3.1. Skor Penilaian Angket Kepercayaan diri 36
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut
Sanjaya (2006) adalah tuntutan masyarakat kepada sekolah tidak hanya membekali
peserta didik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan melainkan juga
mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta
membekali peserta didik agar dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang
dibutuhkan di dunia kerja. Selanjutnya Print, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya
(2010), mengemukakan bahwa tuntutan tersebut dapat dipenuhi apabila sistem
pendidikan khususnya sekolah, diatur dalam suatu kurikulum yang mengacu pada
tiga konsep dasar, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.
Jadi, kurikulum merupakan inti dari sistem pendidikan yang akan berfungsi dengan
baik apabila tiga konsep dasar kurikulum direncanakan, disusun, dan dilaksanakan
dengan baik.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun
ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang siap
melaksanakannya. Meskipun masih prematur, namun ada beberapa hal yang
dirasakan oleh banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan
kurikulum itu sendiri (Kurniasih,). Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan
2
karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan
zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah. Perkembangan kurikulum diharapkan
dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa.
Pada kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 dijelaskan bahwa standar isi
dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran yang di dalamnya merupakan paparan
standar kompetensi lulusan mata pelajaran dirinci menjadi standar kompetensi dasar
mata pelajaran. Pada kurikulum 2013, standar isi diturunkan dari standar kompetensi
lulusan melalui kompetensi inti yang tidak terikat pada mata pelajaran. Pola pikir
lainnya dalam kurikulum 2013 memandang bahwa semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan aspek afektif, aspek psikomotorik, dan aspek
kognitif pada peserta didik (Sinambela,2013).
Dalam kurikulum 2013 siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif
dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Adanya penilaian
dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja
tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi (Imas Kurniasih, 2015). Jadi,
kurikulum 2013 bukan hanya aspek pengetahuan saja tapi juga pembangunan
karakter sikap dan budi pekerti peserta didik lebih diutamakan.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah untuk kelas X
menyatakan bahwa rumusan kompetensi ini menggunakan notasi sebagai berikut :
1. Kompetensi inti-1 (KI-1) untuk kompetensi nilai sikap spiritual;
Uraian: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Kompetensi inti-2 (KI-2) untuk kompetensi nilai sikap sosial;
3
3. Kompetensi inti-3 (KI-3) untuk kompetensi nilai pengetahuan;
Uraian: Mamahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasam kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dangan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Kompetensi inti-4 (KI-4) untuk kompetensi nilai keterampilan
Uraian: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Berdasarkan Kompetensi inti-3 (KI-3) untuk kompetensi nilai pengetahuan
pada Permendikbud, matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan juga.
Matematika juga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat pada
mata pelajaran matematika pada setiap jenjang sekolah, mulai jenjang sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas/madrasah aliyah. Jika KI-3 di kaitkan dalam
pembelajaran matematika terlihat bahwa dalam pembelajaran tersebut peserta didik
harus mampu mamahami konsep matematika, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural untuk memecahkan masalah.
Hudojo (2003:182) berpendapat bahwa permasalahan yang sering timbul dalam
pembelajaran matematika adalah tidak sesuainya kemampuan peserta didik terhadap
materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Kondisi ini menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan dalam belajar matematika sehingga peserta didik tidak berminat
untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam matematika. Muhsetyo (2008)
berpendapat jika peserta didik tidak berminat akan matematika, maka guru perlu
melakukan upaya alternatif yang dapat menghubungkan kemampuan peserta didik
dengan materi pelajaran yang disesuaikan. Upaya tersebut adalah mencari dan
memilih model pembelajaran matematika yang menarik, menggugah semangat,
menantang, dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas bukan hanya di bidang
4
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan pada kurikulum 2013
untuk mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah adalah model Pembalajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning/ PBL). Sinambela (2013) berpendapat
bahwa dalam model pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction)
ditekankan bahwa pembelajaran dikendalikan dengan masalah. Oleh karena itu,
pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dengan memecahkan masalah, dan
masalah yang diajukan kepada peserta didik harus mampu memberikan informasi
(pengetahuan) baru sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan baru sebelum
mereka dapat memecahkan masalah itu. Maka dari itu, guru sebagai fasilitator dan
peserta didik lebih aktif untuk memenuhi rasa keingintahuannya.
Tapi dalam penerapannya masih banyak guru yang kesulitan dalam menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari.
Hal ini terlihat dari kemampuan pemecahan masalah siswa pada hasil ulangan dan
tugas-tugas rumah.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang diterapkan menganut paham
konstruktivistik dengan pendekatan scientific learning melalui proses mengamati,
menanya, menalar, mencoba, membangun jejaring dan mengomunikasikan berbagai
informasi terkait pemecahan masalah real world, analisis data, dan menarik
kesimpulan. Proses pembelajaran memberi perhatian pada aspek-aspek kognisi dan
mengangkat berbagai masalah real world yang sangat mempengaruhi aktivitas dan
perkembangan mental siswa selama proses pembelajaran dengan prinsip bahwa, (1)
setiap anak lahir, tumbuh dan berkembang dalam matriks sosial tertentu dan telah
memiliki potensi, (2) cara berpikir, bertindak, dan persepsi setiap orang dipengaruhi
nilai budayanya, (3) matematika adalah hasil konstruksi sosial dan sebagai alat
penyelesaian masalah kehidupan, dan (4) matematika adalah hasil abstraksi pikiran
manusia.
Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran matematika tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan matematika saja. Namun, faktor aktivitas belajar
5
Pengaruh faktor diri (self) terhadap kemampuan matematika peserta didik
diungkapkan oleh Ma & Kishor sebagaimana dikutip oleh Kadijevich (2008) bahwa
there is a positive interaction between mathematics attitude and mathematics
achievement. There is also a positive relationship between self-concept about
mathematics and achievement in mathematics. Artinya terdapat hubungan positif
antara konsep diri (self-concept) tentang matematika dengan prestasi matematika.
Konsep diri (self-concept) tentang matematika yang dimaksudkan adalah sikap
percaya diri dalam belajar matematika (self-confidence in learning mathematics),
gemar akan matematika (liking mathematics), dan percaya akan kegunaan
matematika (usefulness of mathematics). Maka dari itu, diperlukan suatu
pembelajaran matematika yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan dapat
merangsang tumbuhnya kepercayaan diri peserta didik agar peserta didik dapat
diperoleh hasil belajar matematika secara optimal.
Berdasarkan hasil Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di MAN
Kisaran, kegiatan pembelajaran matematika sudah dipandu guru secara baik. Guru
sudah membiasakan peserta didik untuk belajar secara pasangan ataupun
berkelompok. Peserta didik juga dituntut aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Akan tetapi, peserta didik
mempunyai kelemahan dalam hal kemampuan pemecahan masalah. Hal ini terlihat
pada hasil ulangan mid-semester, tidak lebih dari 40% peserta didik dalam satu kelas
dapat mengerjakan soal pemecahan masalah ketika ulangan. Kelemahan peserta didik
yang lain adalah kurangnya kepercayaan diri peserta didik. Hanya satu atau dua
peserta didik dalam satu kelas yang mau maju mengerjakan soal di kelas tanpa
disuruh oleh guru, sedangkan peserta didik lain menunggu untuk disuruh guru untuk
mau mengerjakan soal di papan tulis.
Berdasarkan paparan di atas, perlu diadakan penelitian tentang “Hubungan
6
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang diidentifikasi adalah
sebagai berikut:
1) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2) Rendahnya percaya diri siswa terhadap kemampuan diri sendiri.
3) Kurangnya kayakinan atau rasa percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika
4) Kurangnya minat siswa untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam
matematika.
5) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah yang masih terkendala.
1.3.Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu
adanya batasan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
2) Rendahnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan diri sendiri
3) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah yang masih terkendala.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara kepercayaan diri siswa dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan menggunakan model PBL?
2. Berapa besar/jauh hubungan yang ada antara kepercayaan diri siswa dengan
7
1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui terdapat hubungan antara kepercayaan diri siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model
PBL
2. Untuk mengetahui seberapa besar/jauh hubungan yang ada antara kepercayaan diri
siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan
model PBL
1.6.Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menumbuhkan rasa percaya
dirinya.
2. Memberikan masukan kepada guru tentang pentingnya menumbuhkan rasa
percaya diri pada siswanya
3. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang hubungan percaya diri terhadap
pemecahan masalah matematika siswa
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan menggunakan model PBL yang ditunjukkan
dengan thitung 15, 0842, 048ttabel.
2. Hubungan yang ada antara kepercayaan diri siswa dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika ditunjukkan dengan r0,94, artinya
semakin tinggi kepercayaan diri siswa maka semakin tinggi kemampuan
pemecahan masalah matematika, dan semakin rendah kepercayaan diri siswa
maka semakin rendah kemampuan pemecahan masalah matematika.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan
antara lain:
1. Berdasarkan hasil penelitian, indikator self confidence yang paling lemah
adalah percaya diri dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya,
dengan faktor kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap
kemampuan matematika. Sedangkan indikator untuk kemampuan pemecahan
masalah yang paling rendah adalah melakukan pengecekan kembali dan
pengambilan kesimpulan. Sehingga guru sebagai pembimbing dan pengajar
untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa terutama tentang pemahaman akan
materi ajar.
2. Guru merupakan pengajar di sekolah, agar lebih mengenal kepercayaan diri
siswa dalam belajar dengan membantu siswa menyadari potensi dirinya.
Kepercayaan diri memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Sebelum meningkatkan kemampuan
56
kepercayaan diri siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Salah satunya adalah dengan menerapkan model PBL agar meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
3. Untuk siswa agar lebih meningkatkan kepercayaan diri dengan
mengembangkan sikap positif, bertanggung jawab dan mengambil resiko
memilih lingkungan belajar.
4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat meminta bantuan guru atau teman
supaya dapat lebih mudah mengawasi siswa sehingga lebih mudah untuk
57
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara
Amalia, Syarifuddin Dan Nilawasti. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas Viii Smpn 8 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1, Vol.3 No.2.
Amir, Taufik. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Arends, Richard L. 2012. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta:Penerbit Salemba Humanika.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standard Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
Djanuari, Eri. Validitas Dan Realibilitas Butir Soal. E-Journal Dinas Pendidikan Kota Surabaya,Vol.1
Fallo, Janse Oktaviana dkk, 2013. Uji Normalitas Berdasarkan Metode Anderson-Darling, Cramer-Von Mises dan Lilliefors Menggunakan Metode Bootstrap. Jurnal Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta.
Gunandtara, Gd Dkk. 2014.Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar Pgsd Univesitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Pgsd, Volume 2, Nomor 1.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran . Yogyakarta:Penerbit Insan Madani.
Heris, Hendriana. Pembelajaran Matematika Humanis Dengan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Ilmiah,Vol.2, No.1 Y, Tahun 2012, Program Studi Matematika Stkip Siliwangi Bandung
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima (Terjemahan Oleh Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Pt. Gelora Alsara Pratama
58
Husna, Roudatul Dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Smp Kelas Vii Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 6, Nomor 2.
Kadijevich, Djordje. 2008. Timss 2003:Relating Dimension Of Mathematics Attitude To Mathematics Achievement. Journal Of Ipi. Belgrade: Mathematical Institute Of The Serbian Academy Of Sciences And Arts, And Megatrend University.
Lauster, P. 2006. Tes Kepribadian (Alih Bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Leonard, Kennedy M. 2008. Guding Children’s Learning Of Mathematics.
California: Steve Tipps
Ling, Jonathan dan Jonathan Catling. 2012. Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ma’arif, Noer Lailatul Dan Meita Santi Budiani. 2012. Hubungan Antara
Attachment Style Dan Self-Esteem Dengan Kecemasan Sosial Pada Remaja. Jurnal Psikologi: Teori Dan Terapan. Volume 3 Nomor 1, Agustus.
Margono, Gaguk.2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya Diri Mahapeserta Didik Terhadap Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2005, Jilid 12, Nomor 1.
Muhsetyo, Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika Sd. Jakarta:Penerbit Ut.
Mulyasa. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Najir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurdalilah, Syahputra Dan Armanto. Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Konvensional Di Sma Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma, Vol 6 Nomor 2.
Petranto, Ira. 2006. Rasa Percaya Diri Anak Adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua. Jakarta:DWP Psikologi.
Polya, G. 1973. How To Solve It. A New Aspect Of Mathematical Method. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press.
59
Racman, Siti Nur Deva. 2010. Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Riati, Ifut. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan Menggunakan Model PBL Siswa Kelas VIII SMP IT Masjid Syuhada. Artikel Universitas PGRI Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Sarastika, Pradipta.2014. Stop Minder & Gerogi. Yogyakarta:Penerbit Araska.
Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Prenadamedia Group
Shcoen, H.L Dan Oehmke, T. 1980.A New Approach To The Measurement Of Problem-Solving Skills, In Problem Solving In School Mathematics. Editors: Krulik, S Dan Reys, R.E. Reston, Va: National Council Of Theachers Of Mathematics
Sinaga, Bornok Dkk. 2014. Matematika Kelas X Sma/Ma/Smk/Mak Semester 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sinambela, Padomuan Nauli Josip Mario. 2013. Kurikulum 2013 & Implementasinya Pada Pembelajaran. Majalah/Jurnal Generasi Kampus (Campus Generation), Volume 6, Nomor 2, September 2013.
Siska, Sudardjo Dan Esti Purnamaningsih. 2003. Kepercayaan Diri Dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, Nomor 2
Sitanggang, Nathanael Dan Abdul Hasan Saragih. 2013. Studi Karakteristik Siswa Slta Di Kota Medan. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No.2, Oktober 2013, ISSN: 1979-6692
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:Penerbit Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sundayana, Rostina H., 2015, Statistika Penelitian Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta
Supangat, Andi. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Prenada Media Group.
60
Wade, Carole Dan Carol Travis. 2008. Psikologi, Edisi Kesembilan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Wahyuni, Sri. 2014. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi. E-Journal Psikologi, 2014, 2(1): 50-64.
Wasonowati, Ratna Rosidah Tri Dkk. 2014. Penerapan Model Problem-Based Learning (Pbl) Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas & Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sman 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (Jpk), Volume 3, Nomor 3, Issn: 2337-9995.
Windari, Fitrani Dwina Dan Suherman. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viii Smpn 8 Padang Dengan Menggunakan Strategi Pembelajran Inkuiri. Journal Pendidikan Matematika, Part I: 25-36, Volume 3 Nomor 2 FMIPA Unp.
Wulandari, Bekti & Herman Dwi Sarjono. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Plc Di Smk. Jurnal Pendidikan Vokasi, Volume 3, Nomor 2.
Yuanita, Putri. 2011. Kepercayaan Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Negeri 13 Pekanbaru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Jurnal Pilar Sains 11(1) 01-01:2011, Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau, ISSN 1412-5595