• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2013"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2013

Oleh:

SRI WULANDARI 110100104

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

SRI WULANDARI 110100104

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2013

Nama : Sri Wulandari NIM : 110100104

Pembimbing

(dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A (K)) NIP. 19610910 198712 2 001

Penguji I

(dr. Taufik Sungkar, M.Ked, Sp.PD) NIP. 19791017 200912 1 002

Penguji II

(dr. Milahayati Daulay,M.Biomed) NIP. 19800720 200604 2 003 Medan, 12 Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang terjadi atau terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlansung setelah janin dilahirkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Cara pengambilan dilakukan dengan teknik total sampling. Besar sampel yang diperoleh berjumlah 113 orang dan diolah dengan bantuan program SPSS 22.0.

Hasil penelitian ini diperoleh 113 sampel penderita PJB, 47 sampel (41.6%) laki-laki dan 66 sampel (58.4%) perempuan. Distribusi kelompok usia pada anak penderita PJB terbanyak adalah kelompok usia 0 – 24 bulan sebanyak 48 sampel (42.5%). Jenis PJB asianotik yang paling banyak ditemui adalah Defek Sekat Ventrikel (42.0%), diikuti Paten Duktus Arteriosus (29.6%), Defek Sekat Atrium (27.2%), dan Stenosis Pulmonal (1.2%), pada PJB sianotik yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (78.1%), diikuti Transposisi Arteri Besar (12.5%) dan Atresia Pulmonal (9.4%). Kejadian anemia pada PJB asianotik (42.0%), pada PJB sianotik (43.8%) dan polisitemia yang paling banyak ditemui pada PJB sianotik (3.1%). Anemia berdasarkan morfologi eritrosit yang paling banyak ditemui adalah hipokromik mikrositer (56.6%).

Penelitian ini dapat disimpulkan bahawa kejadian anemia pada PJB asianotik (42.0%), sedangkan anemia pada PJB sianotik (43.8%), dan polisitemia lebih sering dijumpai pada PJB sianotik. Anemia berdasarkan morfologi eritrosit pada PJB yang paling banyak dijumpai adalah anemia hipokromik mikrositer.

(5)

ABSTRACT

Congenital Heart Disease (CHD) is defined as heart defect that occurs or there since the fetus in the womb and the disorder takes place after the fetus in born.

Purpose of this study was to determine the picture of haemoglobin in children with congenital heart disease in the RSUP H. Adam Malik Medan years 2012-2013. Design this study was a descriptive. The sampling technique was total sampling. Total sample were 113 respondens and analysis of data was conducted by the SPSS.

The results of this study showed 113 sample had CHD, 47 male (41.6%), 66 female (58.4%), by age group 0-24 months (42.5%),The most common CHD acyanotic was Defek Sekat Ventrikel (42.0%), followed by Paten Duktus Arteriosus (29.6%), Defek Sekat Atrium (27.2%) and Stenosis Pulmonal (1.2%), The most commonest CHD cyanotic Tetralogy Fallot (78.1%), followed by Transposission greath arteri (12.5%) and Atresia Pulmonal (9.4%) anemia most in CHD acyanotic (42.0%), the CHD cyanotic (43.8%) and polysitemia most frequently faced CHD cyanotic (3.1%). Anemia based on the morphology of erythrocytes in CHD most often found is hipochromic micrositer (56.6%).

The conclusion that, the incidence of anemia in acyanotic CHD (42.0%), while cyanotic CHD (43.8%) and polysitemia more common in cyanotic CHD. Anemia based on the morphology of erythrocytes in CHD most often found is hipochromic micrositer (56.6%).

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT, sumber

segala nikmat yang telah dilimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga

penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diselasaikan sebagai tugas akhir yang

harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Shalawat serta salam penulis kepada

Rasulullah SAW, para sahabat dan keluarganya.

Dalam menyelasikan penelitian yang berjudul “Gambaran kadar

haemoglobin pada anak dengan Penyait Jantung Bawaan di RSUP H. Adam Malik

Medan tahun 2012-2013”, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan.

Namun karena bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material,

karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,

penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan

yang setulus-tulusnya kepada:

1. dr. Tina Christina L. Tobing, Sp A(K) selaku Dosen Pembiming yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi

bimbingan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Milahayati Daulay, M. Biomed selaku Dosen Penguji pada saat

penulisan proposal penelitian ini yang sudah memberikan masukan dan

saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Taufik Sungkar, M. Ked, Sp PD selaku Dosen Penguji pada saat

penulisan proposal penelitian ini yang sudah memberikan masukan dan

saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Yang terhormat dan tercinta, kedua orang tua penulis, Ayahanda Nasib

dan Ibunda Sujanah yang telah memberikan kasih sayang, dukunagan,

do’a, dan semangat serta bantuan materil selama ini. Ayah dan Ibu adalah

sumber semangat dan inspirasi tiada henti. Serta terima kasih yang tak

terhingga penulis ucapkan kepada adik, kakak, dan keluarga besar yang

(7)

5. Untuk sahabat-sahabat tercinta Tengku Nurhasanah, Widya Manja Putri,

Fenti Novita Sari, Romana Andelia Siregar dan teman-teman yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, untuk masukan-masukan maupun

informasi yang mendukung penelitian ini.

6. Untuk teman satu dosen pembimbing Reyhana Gathari yang telah

membantu dan mendukung selama proses penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan tulisan ini dimasa yang akan datang.

Medan, Desember 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Jenis – Jenis ... 5

2.1.4. Diagnosis ... 12

2.1.5. Penatalaksanaan ... 12

2.2. Haemoglobin ... 12

2.3. Anemia ... 13

2.3.1. Definisi ... 13

(9)

2.3.3. Gejala Klinis ... 16

2.3.4. Pendekatan Diagnosis ... 17

2.4. Kadar Haemoglobin pada Penyakit Jantung Bawaan ... 19

2.5. Polisitemia pada Penyakit Jantung Bawaan ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Metode Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskrpsi Lokasi Penelitan ... 25

5.1.2. Deskrpsi Karakteristik Responen ... 25

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 27

5.1.4. Deskripsi Anemia pada PJB Asianotik dan Sianotik ... 28

5.1.5. Deskripsi Gambaran Darah Tepi berdasarkan Morflogi Eritrosit ... 29

5.2. Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Kadar Haemoglobin diagnosis anemia pada

Penyakit Jantung Bawaan ……… 13

Tabel 2.2. Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis ……….. 14

Tabel 2.3. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi….. 15

Tabel 2.4. Pemeriksaan fisik pada pasien anemia………. 17

Tabel 3.1. Kadar Haemoglobin diagnosis anemia pada

Penyakit Jantung Bawaan……… 22

Tabel 5.1. Distriusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin …. 25

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang Usia … 26

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis PJB ……….. 27

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi anemia pada PJB Asianotik ………... 28

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi anemia pada PJB Sianotik …………. 28

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi anemia berdasarkan

(11)

DAFTAR SINGKATAN

AHA : American Heart Association

APSV U : Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh

AT : Atresia Trikuspid

DSA : Defek Septum Atrium

DSAV : Defek Septum Atrioventrikularis

DSV : Defek Sekat Ventrikel

Hb : Haemoglobin

KoA : Koarktasio Aorta

PDA : Paten Duktus Arteriosus

PJB : Penyakit Jantung Bawaan

SA : Stenosis Aorta

SP : Stenosis Pulmonal

TAB : Transposisi Arteri Besar

TOF : Tetralogi Of Fallot

WHO : World Health Organization

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

LAMPIRAN 2 Ethical Clearance

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 4 Data Induk Subjek Penelitian

(13)

ABSTRAK

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang terjadi atau terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlansung setelah janin dilahirkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Cara pengambilan dilakukan dengan teknik total sampling. Besar sampel yang diperoleh berjumlah 113 orang dan diolah dengan bantuan program SPSS 22.0.

Hasil penelitian ini diperoleh 113 sampel penderita PJB, 47 sampel (41.6%) laki-laki dan 66 sampel (58.4%) perempuan. Distribusi kelompok usia pada anak penderita PJB terbanyak adalah kelompok usia 0 – 24 bulan sebanyak 48 sampel (42.5%). Jenis PJB asianotik yang paling banyak ditemui adalah Defek Sekat Ventrikel (42.0%), diikuti Paten Duktus Arteriosus (29.6%), Defek Sekat Atrium (27.2%), dan Stenosis Pulmonal (1.2%), pada PJB sianotik yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (78.1%), diikuti Transposisi Arteri Besar (12.5%) dan Atresia Pulmonal (9.4%). Kejadian anemia pada PJB asianotik (42.0%), pada PJB sianotik (43.8%) dan polisitemia yang paling banyak ditemui pada PJB sianotik (3.1%). Anemia berdasarkan morfologi eritrosit yang paling banyak ditemui adalah hipokromik mikrositer (56.6%).

Penelitian ini dapat disimpulkan bahawa kejadian anemia pada PJB asianotik (42.0%), sedangkan anemia pada PJB sianotik (43.8%), dan polisitemia lebih sering dijumpai pada PJB sianotik. Anemia berdasarkan morfologi eritrosit pada PJB yang paling banyak dijumpai adalah anemia hipokromik mikrositer.

(14)

ABSTRACT

Congenital Heart Disease (CHD) is defined as heart defect that occurs or there since the fetus in the womb and the disorder takes place after the fetus in born.

Purpose of this study was to determine the picture of haemoglobin in children with congenital heart disease in the RSUP H. Adam Malik Medan years 2012-2013. Design this study was a descriptive. The sampling technique was total sampling. Total sample were 113 respondens and analysis of data was conducted by the SPSS.

The results of this study showed 113 sample had CHD, 47 male (41.6%), 66 female (58.4%), by age group 0-24 months (42.5%),The most common CHD acyanotic was Defek Sekat Ventrikel (42.0%), followed by Paten Duktus Arteriosus (29.6%), Defek Sekat Atrium (27.2%) and Stenosis Pulmonal (1.2%), The most commonest CHD cyanotic Tetralogy Fallot (78.1%), followed by Transposission greath arteri (12.5%) and Atresia Pulmonal (9.4%) anemia most in CHD acyanotic (42.0%), the CHD cyanotic (43.8%) and polysitemia most frequently faced CHD cyanotic (3.1%). Anemia based on the morphology of erythrocytes in CHD most often found is hipochromic micrositer (56.6%).

The conclusion that, the incidence of anemia in acyanotic CHD (42.0%), while cyanotic CHD (43.8%) and polysitemia more common in cyanotic CHD. Anemia based on the morphology of erythrocytes in CHD most often found is hipochromic micrositer (56.6%).

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan jantung yang terjadi atau

terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlangsung setelah janin

dilahirkan. PJB ini merupakan kelainan posisi jantung dan sirkulasi jantung

(Brook, 2010).

Studi di seluruh dunia memperkirakan angka kejadian PJB 8/1000

kelahiran hidup (Linde et al, 2011). Data dari The Nothern Region Pediatric

Cardiologi memperkirakan insiden penyakit jantung bawaan di United Kingdom

sebesar 6,9/1000 kelahiran, atau di antara 145 kelahiran bayi. Penelitian di

Beijing, Cina mendapatkan insiden PJB 8,2/1000 dari total kelahiran, dimana

168,9/1000 lahir mati dan 6,7/1000 lahir hidup (Hariyanto, 2012). Data dari

American Heart Association (AHA) tahun 2013 angka kejadian PJB di Amerika

Serikat adalah 4-10/1000 kelahiran hidup. Di Eropa angka kejadian PJB adalah

6,9/1000 kelahiran hidup, dan di Asia terdapat 9,3/1000 kelahiran hidup. Di

Indonesia insiden PJB cukup tinggi, namun belum ada angka yang pasti.

Penelitian di RS. Dr. Sutomo pada tahun 2004-2006 sudah mendapatkan angka

kematian yang cukup tinggi dari PJB setiap tahunnya, berturut-turut 11,64%,

11,35%, dan 13,44% (Hariyanto, 2012).

Haemoglobin erat kaitannya dengan darah sebagai bahan yang dialirkan

keseluruh tubuh untuk mengantarkan oksigen dan karbondioksida keseluruh

tubuh. Dimana kemampuan transport oksigen dan karbondioksida ini sangat

dipengaruhi kadar haemoglobin. Pada Anemia terjadi peurunan kadar

haemoglobin sehingga transport oksigen dan karbondioksida menjadi berkurang,

dan akhirnya menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas dan

morbiditas pada PJB. Anemia bukanlah suatu penyakit tersendiri tetapi

(16)

yang sangat sering di jumpai di klinik maupun di lapangan. Di perkirakan lebih

dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dengan sebagian

besar tinggal di daerah tropik (Bakta, 2009).

Gambran prevalensi anemia pada anak di dunia tahun 1989 pada anak usia

0-4 tahun adalah sebanyak 43%, di negara maju sebanyak 12%, dinegara

berkembang sebanyak 51%. Sementara itu prevalensi pada anak usia 5-12 tahun

adalah sebanyak 37%, di negara maju sebanyak 7%, di negara berkembang 46%

(De Maeyeret al, 1989 dalam Bakta, 2009).

Anemia merupakan faktor resiko penting untuk morbiditas dan mortalitas

pada pasien PJB asianotik dan sianotik. Pada pasien dengan penyakit jantung

memiliki prevalensi anemia yang cukup tinggi. Bedasarkan jenis PJB nya, anemia

pada PJB asianotik adalah bila kadar Hb <12 g/dl, sedangkan anemia pada PJB

sianotik adalah bila kadar Hb <15 g/dl (Amoozgar et al, 2011).

Hasil penelitian Amoozgar et al (2011) diantara 60 pasien dengan PJB

asianotik, (50,7%) mengalami anemia, (75,9%) pada kelompok PJB sianotik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hariyanto (2012) di RSUP Dr. M. Djamil

Padang mengenai profil PJB di instalasi rawat inap pada januari 2008-februari

2009 di dapati 33,8% dari anak yang menderita penyakit jantung bawaan asianotik

mengalami anemia sedangkan di antara 34 pasien PJB sianotik terdapat 8,8%

yang menderita anemia.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya kebanyakan PJB akan

mengakibatkan anemia pada anak dengan melihat dari kadar haemoglobin. Oleh

karena itu, dilakukan penelitian bagaimana gambaran haemoglobin pada penderita

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat di rumuskan masalah penelitian

ini adalah bagaimana gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit

jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar haemoglobin

pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2012-2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jumlah anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam

Malik Medan tahun 2012-2013.

2. Mengetahui jenis-jenis penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik

Medan tahun 2012-2013.

3. Megetahui gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung

bawaan asianotik dan siantotik di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2012-2013.

4. Mengetahui gambaran morfologi darah tepi pasien penyakit jantung bawaan

di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Mengetahui gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung

bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.

2. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti

tentanggambaran kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung

bawaan.

3. Sebagai bahan informasi gambaran kadar haemoglobin pada anak dengan

(18)

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Bawaan 2.1.1. Definisi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan jantung yang terjadi atau

terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlangsung setelah janin

dilahirkan. PJB ini merupakan kelainan posisi jantung dan sirkulasi jantung

(Brook, 2010).

2.1.2. Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB belum diketahui dengan pasti.

2-4% PJB dihubungkan dengan lingkungan ataupun keadaan ibu. Adapun penyebab

eksterna dari PJB yaitu obat-obatan, virus, pajanan dari sinar rontgen (radiasi) dan

hipoksia pada saat persalinan dapat mengakibatkan tetap terbukanya duktus

arteriosus pada bayi. Di samping faktor eksterna terdapat pula faktor interna yang

berhubungan dengan kejadian PJB yaitu faktor genetik, dan sindrom tertentu erat

berkaitan dengan kejadian penyakit jantung bawaan seperti Sindrom Down, dan

Sindrom Turner (Djer dan Madiyono, 2000).

2.1.3. Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan dibagi atas dua bagian yaitu penyakit jantung

bawaan PJB asianotik dan PJB sianotik (Brenstein, 2000).

A. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik

Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kelainan dan struktur fungsi

jantung yang dibawa sejak lahir yang tidak ditandai dengan sianosis.

Misalnya lubang disekat jantung sehingga terjadi dari pirau kiri ke kanan,

kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel

(20)

Masing-masing mempunyai gejala klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat

tergantung kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono, 2003).

Menurut Brenstein (2000) berdasarkan ada tidaknya pirau, kelompok

asianotik terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok dengan pirau kiri ke

kanan dan kelompok tanpa pirau.

Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut:

1. Defek Sekat Ventrikel

Defek Sekat Ventrikel (DSV) menggambarkan suatu lubang pada sekat

ventrikel.Defek ini dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, baik

tunggal maupun banyak, serta ukuran dan bentuknya dapat bervariasi

(Fyler, 1996). Insiden DSV 5-50 kasus per 1000 kelahiran hidup. Defek

ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (56%:46%) (Ramaswamy

et al, 2013).

Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :

• Defek membranosa, sejauh ini merupakan defek yang paling sering, meliputi 75% dari seluruh kasus DSV. Sekat membranosa

adalah daerah kecil, di bawah katup aorta pada sisi kiri,

berdampingan dengan daun katup septal katup tricuspid pada sisi

kanan dan menumpangi segmen kecil atrium kanan (Fyler, 1996).

• Defek muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan sering multipel dan terjadi sekitar 5 -20%

dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy et al, 2013).

• Defek Infundibular (subpulmonal), defek ini terletak dibawah katup pulmonal bila dilihat dari ventrikel kanan, dan bila dilihat

dari ventrikel kiri sedikit dibawah katup aorta. Daun katup aorta

yang berdekatan sering prolaps kedalam DSV dengan atau tanpa

regurgitasi aorta (Fyler, 1996).

(21)

dimana terdapat pembukaan atrioventrikular komunis (Fyler,

1996).

Gejala klinis DSV bervariasi, ditemukannya suara bising jantung, gagal

jantung kongestif, semua ini sangat bergantung pada besarnya defek serta

derajat piraunya sendiri. Pada DSV kecil dengan pirau dari kiri-ke-kanan

dengan gejala dan kelainan yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan

fisik. Pada defek yang lebih besar hanya menimbulkan takipneu, tetapi

pada defek yang paling besar gejala-gejala gagal jantung seperti, dispneu,

kesulitan makan, pengurangan masukan cairan, gangguan pertumbuhan,

dan infeksi paru (Fyler, 1996).

2. Defek Sekat Atrium

Defek Septum Atrium (DSA) adalah defek pada sekat yang memisahkan

atrium kiri dan kanan. Secara anatomis defek ini dapat terjadi pada bagian

sekat atrium yaitu defek septum primum, sekundum, dan sinus venosus

(Brenstein, 2000).

3. Defek Sekat Atrioventrikularis

Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) merupakan kelainan yang

meliputi bermacam-macam anomaly. Sekat atrium, ventrikel dan

bagian-bagian didekatnya yaitu katup mitral dan trikuspidal (Fyler, 1996). DSAV

ini juga dikenal sebagai defek kanal atrioventrikuler atau defek bantalan

endokardium (Brenstein, 2000).

Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu riwayat intoleransi kerja fisik, mudah

lelah, dan pneumonia berulang dapat ditemukan terutama pada bayi

dengan pirau besar kiri-ke-kanan dan isusifiensi mitral yang berat

(Brenstein, 2000).

4. Paten Duktus Arteriosus

Paten Duktus Arteriosus (PDA) disebabkan oleh duktus arteriosus yang

tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka ketika tahanan

pulmonal (vaskular paru) turun maka darah aorta yang dialirkan di dalam

arteri pulmonalis dapat bercampur (Brenstein, 2000). Kelainan ini sering

(22)

kehamilan trimester pertama. Keterbukaan duktus arteriosus menetap lebih

lama pada bayi prematur (Hull dan Johnston, 2008).

Gejala klinis PDA ini biasanya tidak ada gejala. Tergantung dari ukuran

duktusnya. Bila duktus berukuran kecil terdapat suara bising pada

pemeriksaan fisik, bila duktus yang besar akan menimbulkan gejala gagal

jantung kongestif, hipertensi pulmonal, dan suara bising mungkin tidak

khas (Fyler, 1996).

Kelompok tanpa pirau sebagai berikut:

1. Stenosis Pulmonal

Stenosis Pulmonal (SP) merupakan obstruksi aliran keluar dari ventrikel

kanan, pada katup pulmonal, atau dalam arteri pulmonalis (Fyler, 1996).

Gejala klinis pada SP ringan atau sedang biasanya tidak bergejala.

Pertumbuhan dan perkembangan seringnya normal, dan biasanya pada

bayi dan anak yang lebih tua dengan SP tampak berkembang baik dan

sehat (Bernstein, 2000).

2. Stenosia Aorta

Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan pada jalan keluar ventrikel

kiri pada katup aorta ataupun area tepat di bawah atau atas katup aorta

mengakibatkan tekanan antara ventrikel kiri dan aorta.

Prevalensi SA terjadi pada 3-8% pasien dengan kelainan jantung bawaan.

Penyakit ini menempati urutan ke-4 atau ke-5 penyakit jantung bawaan

yang sering terjadi (Wahab, 2009).

Stenosis subvalvular (subaorta) dengan kerangka fibrosa tersendiri

dibawah katup aorta merupakan bentuk obstruksi saluran aliran keluar

ventrikel kiri. Lesi ini seringkali disertai dengan bentuk penyakit jantung

bawaan lain.

Stenosis aorta supravalvular, tipe ini jarang dijumpai, dapat terbatas,

familial, atau dapat disertai dengan sindrom William, yang sering terlihat

(23)

jembatan hidung datar, bibir atas panjang, dan pipi bulat) dan

hiperkalsemia idiopatik masa bayi.

Gejala klinis pada SA tergantung pada keparahan obstruksi SA. SA yang

ada pada masa bayi awal yang disebut dengan stenosis aorta kritis dan

disertai dengan gagal ventrikel kiri yang berat dengan tanda-tanda curah

jantung yang rendah, gagal jantung kongestif, kardiomegali, edema

paru-paru, nadi lemah pada seluruh ekstremitas, dan jumlah urin yang keluar

berkurang. Sedangkan pada anak dengan SA ringan tidak bergejala dan

memperlihatkan pertumbuhan dan pola perkembangan yang normal

(Brenstein, 2000).

3. Koarktasio Aorta

Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang

terjadi daerah duktus arteriosus (Hull dan Johnston, 2008). Gejala klinis

KoA pada anak sering asimtomatik. Sebagian besar anak mengeluh

kelemahan atau nyeri dikaki sesudah latihan fisik. Tanda klasik KoA

adalah perbedaan nadi dan tekanan darah lengan dan kaki. Nadi femoralis,

popliteal, tibialis posterior dan dorsalis pedis lemah (atau tidak ada pada

40% pada penderita), sebaliknya nadi teraba kuat pada lengan dan

pembuluh darah karotis (Brenstein, 2000). Jika terjadi penyempitan yang

berat dapat timbul gejala gagal jantung dalam beberapa hari atau beberapa

minggu pertama kehidupan (Hull dan Johnston, 2008).

B. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Pada PJB sianosik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung

sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik

yang mengandung darah yang rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi

sistemik. Terdapat aliran darah dari pirau kanan ke kiri atau terdapat

percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis

pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki tampak pada

PJB sianotik dan akan terlihat bila reduksi haemoglobin yang beredar

(24)

PJB sianotik yang sering dijumpai adalah tetrallogi of fallot, transposisi

ateri besar, atresia trikuspid, dan atresia pulmonal (Hariyanto, 2012).

1. Tetralogi Of Fallot

Tetralogi Of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik

yang terdiri dari empat kelainan yang khas, yaitu(1) Defek Septum

Ventrikel (DSV), (2) Stenosis Pulmonal, (3) hipertrofi Ventrikel Kanan,

dan (4) dekstroposisi aorta (Overriding Aorta) (Darmadi et al, 2013).

TOF ini merupkan penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai yaitu

sekitar 3-5 % bayi yang lahir dengan PJB menderita jenis TOF. Di

Amerika Serikat 10% kasus PJB menderita TOF dan laki-laki sedikit lebih

sering terkena dibandingkan dengan perempuan. Di Indonesia sekitar 25%

pasien dengan TOF yang tidak diterapi akan meninggal 1 tahun pertama

kehidupannya, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal

sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun (Darmadi

et al, 2013).

Pada TOF keluhan utama yang sering dijumpai pada PJB sianotik ini

adalah sianosis. Pernafasan cepat, sianosis pada mukosa bibir, mulut dan

kuku jari tangan-kaki (Darmadi et al, 2013). Sklera abu-abu, jari tangan

dan kaki tabuh, sianosis yang bertambah, lemah, bahkan dapat disertai

dengan kejang (Brenstein, 2000).

2. Atresia Pulmonal dengan Defek Ventrikel

Pada keadaan ini merupaka kejadian yang berat dari Tetralogi Fallot, dan

merupakan penyebab penting sianosis pada neonatus. Atresia dapat

mengenai katup pulmonal seluruh ventrikel kanan dialirkan ke dalam

aorta sedangkan aliran darah pulmonal tergantung pada PDA atau

pembuluh darah bronkial. Gejala klinis penderita atresia pulmonalis dan

defek sekat ventrikel datang dengan gejala yang sama dengan tetralogi

(25)

Pada Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh (APSV U) daun

katup pulmonal berfusi sempurna shingga membentuk membran, dan

saluran aliran keluar ventrikel kanan atresia. Karena tidak ada defek sekat

ventrikel maka tidak ada jalan keluar darah dari ventrikel kanan. Karena

duktus arteriosus menutup pada umur beberapa jam atau beberapa hari

pertama sangat sianotik. Jika tidak ditangani, kebanyakan penderita

meninggal. Pada pemeriksaan fisik tampak sianosis berat dan distress

pernapasan. Seringkali tidak terdengar bising, tetapi kadang - kadang

bising sistolik atau bising yang terdengar terus menerus akibat aliran darah

ke duktus (Brenstein, 2000).

4. Atresia Trikuspid

Atresia Trikuspid (AT) merupakan kelainan yang ditandai dengan agnesia

katup trikuspid. Pada AT tidak ada jalan keluar dari atrium kanan ke

ventrikel kanan dan seluruh vena kembali masuk ke jantung kiri melalui

foramen ovale atau defek sekat atrium. Apabila aliran darah ke pulmonal

berkurang maka pasien akan tampak sianosis, sianosis biasanya timbul

segera setelah lahir (Bernstein, 2000). TA merupakan penyebab ke 3

terbanyak pada PJB sianotik. 50% pada pasien TA menunjukan gejala

pada pertama kehidupan, 80% pada 1 bulah pertama kehidupan sudah

mempunyai gejala. Besarnya aliran darah pulmonal menentukan waktu

dan juga tipe dari gejala klinis TA yaitu sianosis, hipoksemia, dan

pernafasan cepat (Rao, 2009).

5. Transposisi Arteri Besar

Transposisi Arteri Besar (TAB) merupakan aliran darah vena sistemik

kembali secara normal ke atrium kanan dan vena-vena pulmonalis ke

atrium kiri. TAB aorta terletak disebelah anterior dan kanan arteri

pulmonalis. Namun yang terjadi aorta keluar dari ventrikel kanan dan

arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri. Sianosis terjadi pada minggu

pertama kehidupan tetapi terkadang sianosis terlihat beberapa jam setelah

(26)

2009). TAB ini terjadi pada 1 dari 5000 kelahiran hidup dan ini sering

timbul pada bayi dari ibu yang menderita diabetes (Brenstein, 2000).

2.1.4. Diagnosis

Pada umumnya diagnosis PJB ini ditegakkan berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar dan lanjutan. Pemeriksaan

penunjang dasar yang penting untuk PJB adalah foto dada, elektrokardiografi dan

pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan untuk PJB ini adalah

ekokardiografi dan kateterisasi jantung (Roebiono, 2007).

2.1.5. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penanganan PJB harus dilakukan sedini mungkin, untuk

mencegah terjadinya kondisi yang buruk. Berkembangnya ilmu kardiologi anak,

banyak pasien dengan penyakit jantung bawaan dan mempunyai harapan hidup

yang lebih panjang. Pada umumnya penatalaksanaan penyakit jantung bawaan ini

di tatalaksana dengan teknik non bedah dan teknik bedah.

Tatalaksana non bedah yaitu tatalaksana medikamentosa dan juga

kardiointervensi. Tatalaksanan medikamentosa ini umumnya sekunder

dikarenakan sebagai akibat dari komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau

adanya akibat dari kelainan yang menyertai. Dalam hal ini tujuan medikamentosa

ini untuk menghilangkan gejala disamping untuk mempersiapkan operasi. Lama

dan cara pemberian obat-obatan ini tergantung pada jenis PJB yang dihadapi.

Tatalaksana bedah jantung ini merupakan bagian yang sangat penting

dalam penanganan PJB kemajuan dalam bidang bedah jantung ini memungkinkan

bayi dalam keaadan umumnya yang buruk dapat bertahan hidup, sementara itu

perkembangan diagnostik telah mampu mendeteksi dini kelainan jantung pada

bayi baru lahir bahkan sejak dalam kandungan dengan ekokardigrafi janin

(Madiyono dan Djer, 2000).

2.2. Haemoglobin

(27)

memiliki empat buah subunit polipeptida, yang dikenal juga sebagai tetramer

(Kennely, Rodwell, 2009). Tiap subunit memiliki suatu bagian heme dan satu

poliptida globin. Setiap subunit memiliki dua pasang rantai polipeptida yang

berbeda. Pada dewasa normal, Hb terdiri dari polipeptida α dan β. Semua jenis ini

disebut haemoglobin A dengan kode �2dan �2.

Hb dibentuk dari heme dan globin yang membentuk struktur tetrametrik.

Sintesis globin dimulai dari translasi MRNA dari inti sel di ribosom yang

kemudian dirakit menjadi asam amino pembentukan globin. Sedangkan heme

dibentuk dari hasil siklus asam sitrat, yakni asam amino glisin dan subsinil koA δ -aminolevulinat (ALA) yang terbentuk di mitokondria direaksikan kembali di

sitoplasma menjadi coproporhyrinogen hasil akhir ini dari kemudian dibawa ke

mitokondria lagi untuk ditambahkan besi ferro ke cincin protoporphyrin.

(Kennelly, Rodwell, 2009).

Tabel 2.1. Kadar Haemoglobin diagnosis anemia pada Penyakit Jantung Bawaan

(Amoozgar, 2011)

Jenis PJB Anemia

PJB Asianotik

PJB Sianotik

<12g/dl

<15g/dl

2.3. Anemia 2.3.1. Definisi

Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke

jaringan perifer. Anemia dapat dilihat dari penurunan kadar hemoglobin atau

hematokrit (Bakta, 2009).

(28)

Anemia bukan suatu keadaan yang spesifik, melainkan dapat disebabkan

oleh berbagai macam-macam reaksi patologis dan fisiologis (Irawan, 2013).

Tabel 2.2. Klasifikasi Anemia Menurut Etiopatogenesis (Bakta, 2009)

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum

tulang

1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

a. Anemia defisiensi besi

b. Anemia defisiensi asam folat

c. Anemia defisiensi vitamin B12

2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

b. Anemia akibat penyakit kronik

c. Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulang

a. Anemia aplastik

b. Anemia mieloplastik

c. Anemia pada keganasan hematologi

d. Anemia diseritropoietik

e. Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoetin: anemia pada gagal

ginjal kronik.

B. Anemia akibat hemoragi

1. Anemia paska perdarahan akut

2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

a. Gangguan membrane eritrosit (membranopati)

(29)

c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)

- thalassemia

- hemoglobinopati structural : Hbs, HbE, dll

2. Anemia hemolitik ektrakorpuskuler

a. Anemia hemolitik autoimun

b. Anemia hemolitik mikroangiopatik

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan

pathogenesis yang kompleks

Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran

morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam

klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan: (Bakta, 2009).

1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg.

2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34

pg.

3. Anemia makrositer, bila MCV >95 fl.

Klasifikasi berdasarkan etiologi dan morfologi bila digabungkan akan

sangat membantu dalam mengetahui penyebab suatu anemia berdasarkan jenis

morfologi anemia.

Tabel 2.3. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi (Bakta, 2009).

1. Anemia hipokromik mikrositer

a. Anemia defisiensi besi

b. Thalasemia mayor

c. Anemia akibat penyakit kronik

d. Anemia sideroblastik

2. Anemia normokromik normositer

a. Anemia pasca perdarahan akut

b. Anemia aplastik

(30)

d. Anemia akibat penyakit kronik

e. Anemia pada gagal ginjal kronik

f. Anemia pada sindrom mielodisplastik

g. Anemia pada keganasan hematologic

3. Anemia makrositer

b. Anemia bentuk megaloblastik

1. Anemia defisiensi asam folat

2. Anemia defisiensi vitamin B12

c. Bentuk non-megaloblastik

1. Anemia pada penyakit hati kronik

2. Anemia pada hipotiroidisme

3. Anemia pada sindrom mielodisplastik

2.3.3. Gejala Klinis Anemia

Gejala anemia adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apabila

kadar hemoglobinnya dibawah normal. Gejala umum anemia timbul karena

anoksia organ, mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut

oksigen. Berat ringannya suatu gejala umum anemia tergantung pada derajat

penurunan hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, usia, adanya kelainan

jantung dan paru sebelumnya.

Gejala anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga

mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas

dan dyspepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat, dapat mudah dilihat pada

konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku (Bakta,

(31)

2.3.4. Pendekatan Diagnosis Anemia

Anemia pada anak biasanya berkaitan dengan gannguan psikomotor,

kognitif, prestasi disekolah buruk, dan dapat terjadi hambatan pertumbuhan dan

juga perkembangan. Oleh karena itu diperlukannya anamnesa, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan laboratorium seminimal mungkin (Irawan, 2013).

Tabel 2.4. Pemeriksaan fisik pada pasien anemia (Irawan, 2013)

Organ Tanda dan Gejala Kemungkinan Anemia

Kepala dan Leher Tulang frontal yang

(32)

Sclera ikterus

Defisiensi besi atau

vitamin B12

Dada Ronkhi, gallop,

takikardi, murmur

Gagal jantung

kongesti, anemia akut

atau berat

Ekstremitas Diplasia alat gerak

radius

Limpa Splenomegali Anemia hemolitik

congenital, infeksi,

keganasan

hematologis, hipertensi

(33)

2.4. Kadar Haemoglobin pada Penyakit Jantung Bawaan

Anemia yang digambarkan pada kadar haemoglobin yang rendah

merupkan faktor resiko penting untuk morbiditas dan mortalitas pada pasien

penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik. Pada pasien asianotik dengan

gagal jantung dapat diperparah dengan anemia. Pada PJB sianotik terjadi

penurunan saturasi oksigen dan jumlah sel darah merah yang cukup tinggi.

Bedasarkan jenis PJB nya, anemia pada PJB asianotik adalah bila kadar Hb <12

g/dl, sedangkan anemia pada PJB sianotik adalah bila kadar Hb <15 g/dl

(Amoozgar et al, 2011).

Anemia pada PJB dapat terjadi sebagai dari akibat kehilangan darah akut

atau kronis akibat hemostasis yang abnormal, perdarahan pembuluh darah

(malformasi arteriovenouse atau pembuluh kolateral), penggunaan antikoagulan

dan antitrombosit, hemolisis, intervensi, atau operasi. Mengurangi hemopoiesis

adalah mekanisme lain anemia pada PJB. Produksi eritropoietin berkurang dan

dikaitkan dengan disfungsi ginjal, yang baru-baru ini terbukti pada PJB. Anemia

penyakit kronis adalah penyebab lain anemia pada PJB. Aktivasi kekebalan akut

atau juga kronis dasar anemia penyakit kronis, seperti sitokin dan system

retikuloendotelial yang mempengaruhi homeostasis besi, Produksi eritropoietin,

dan durasi hidup dari eritrosit. Aktivasi kekebalan meningkatkan konsentrasi

hepsidin. Hepsidin adalah suatu protein yang dilepaskan dari hati oleh IL 6 yang

menghambat ferroportin protein yang di temukan dalam usus halus dan

bertanggung jawab untuk pelepasan besi. Apabila ferroportin ini di hambat maka

akan menghambat penyerapan dari zat besi. Hasilnya zat besi rendah dan terjadi

penurunan besi ke sumsum tulang, sehingga menyebabkan anemia kekurangan

zat besi. Dengan zat besi yang tidak memadai maka akan mengakibatkan

(34)

pembawa oksigen sebagai hasil dari berkurangnya kadar hemoglobin

(Dimopoulos, 2009).

2.5. Polisitemia pada Penyakit Jantung Bawaan

Polisitemia adalah peningkatan nilai kadar haemoglobin (Hb) dan

hematokrit, yang mencerminkan rasio massa sel darah merah dengan volume

plasma (Puspitasari, Harimurti, 2010). Polisitemia dengan kadar haemoglobin

bertambah merupakan akibat lain dari ketidakjenuhan arterial bahwa kadar

oksigen arterial rendah berperan sebagai perangsang sumsum tulang (melalui

pelepasan eritropoetin dari ginjal).

Polisitemia pada defek kardiovaskular yang menyangkut dari pirau

kanan-ke-kiri dan penyakit paru yang mengganggu oksigenasi normal merupakan

penyebab polisitemia yang paling sering. Tanda-tanda klinis biasanya meliputi

sianosis, hiperemia sklera dan jari tabuh. Bila hematokrit meningkat diatas 65%

gejala hiperviskositas mungkin memerlukan flebotomi. Sebaliknya kebutuhan

yang meningkat untuk produksi eritosit dapat menyebabkan defisiensi besi.

Eritrosit yang kurang besi lebih kaku, sehingga meningkatkan resiko thrombosis

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Definisi

1. Anak adalah setiap individu yang berusia kurang dari 18 tahun (UUD No.

23 tahun 2002).

2. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak

lahir.

3. Penegakan diagnosis PJB asianotik dan PJB sianotik adalah dengan

anamnesa, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang yaitu foto dada,

elektrokardiografi, pemeriksaan laboratorium rutin dan Pemeriksaan

lanjutan yaitu ekokardiografi dan kateterisasi jantung.

4. Kadar Haemoglobin merupakan kandungan protein yang sangat berperan

dalam transport oksigen dan karbondioksida di tubuh yang dapat dilihat

hasil pemeriksaan laboratorium darah.

Kadar Haemoglobin Penyakit Jantung

(36)

5. Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup

ke jaringan perifer. Anemia dapat dilihat dari penurunan kadar hemoglobin.

3.2.2. Cara Ukur

Cara ukur dalam penelitian adalah dengan mengolah dan menganalisis

data pada rekam medik.

3.2.3. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik.

3.2.4. Hasil Ukur :

Tabel 3.1. Kadar Haemoglobin diagnosis Anemia pada Penyakit Jantung

Bawaan (Amoozgar, 2011)

Jenis PJB Anemia

PJB Asianotik

PJB Sianotik

<12g/dl

<15g/dl

Polisitemia pada PJB bila Kadar Haemoglobin >22 g/dl (Okoromah, 2011)

Anemia berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit

atau hapusan darah tepi (Bakta, 2009).

1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27

pg.

2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH

27-34 pg.

3. Anemia makrositer, bila MCV >95 fl.

3.2.5. Skala Pengukuran

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk melihat gambaran

kadar haemoglobin pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H.

Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013.

4.2. Waktu danTempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2014 di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena

merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama di

wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien anak penyakit jantung

bawaan yang tercatat di rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total

sampling dimana semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi menjadi sampel penelitian.

(38)

1. Kriteria Inklusi

Pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berobat di di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2012-2013.

2. Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak memiliki data pemeriksaan laboratorium darah rutin

didalam rekam medik.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari bagian instalasi rekam medik pasien anak

Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan mulai dari 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013.

4.5. Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik

RSUP Haji Adam Malik medan. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan

rumah sakit tipe A dengan SK Menkes No. 335Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji

Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan utama wilayah Sumatra Utara dan

sekitarnya.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berlokasi di jalan

Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan,

Medan, Sumaetra Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 113 orang. Semua data

responden diambil dari data sekunder, yaitu data rekam medis anak yang

menderita penyakit jantung bawaan periode Januari 2012 - Desember 2013.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki

Perempuan

47

66

41.6

(40)

Total 113 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 113 sampel jenis kelamin

yang banyak dijumpai adalah jenis kelamin perempuan yaitu 66 orang (58.4%)

sisanya berjenis kelamin laki - laki sebanyak 47 orang (41.6%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang Usia

Rentang Usia N %

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sampel mayoritas berusia antara 0-24

bulan, yaitu 48 orang (42.5%) dan yang jumlah sampel terendah terdapat pada

kelompok usia >144 bulan, yaitu 3 orang (2.7%). Diikuti oleh kelompok usia

49-72 bulan sebanyak 20 orang (17.7%), kelompok usia 73-96 bulan sebanyak 14

orang (12.4%), kemudian kelompok usia 97-120 bulan sebanyak 12 orang

(10.6%), kelompok usia 121-144 bulan sebanyak 10 orang (8.8%) dan kelompok

(41)

5.1.3. Hasil Analisa Data

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis PJB

PJB Asianotik N %

Keterangan: DSV : Defek Sekat Ventrikel; DSA : Defek Sekat Atrium; PDA : Paten Duktus

Arteriosus ; SP : Stenosis Pulmonal; TOF : Tetralogi Of Fallot; TAB : Transposisi Arteri Besar;

AP: Atresia Pulmonal.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa PJB asianotik merupakan

jenis PJB dengan jumlah sampel terbanyak, yaitu 81 sampel (71.7%). Sedangkan

jumlah sampel PJB sianotik adalah 32 sampel (28.3%) dan dapat diketahui jenis

PJB asianotik yang paling banyak ditemui adalah DSV dengan jumlah sampel 34

orang (42.0%), dan jumlah sampel terendah adalah SP dengan jumlah 1 orang

(1.2%) diikuti DSA 22 sampel (27.2%), PDA 24 sampel (29.6%). Sedangkan

(42)

penderita 25 orang (78.1%), TGA sebanyak 4 orang (12,5%), dan AP sebanyak 3

orang (9.4%).

5.1.4. Deskripsi Anemia pada PJB Asianotik dan Sianotik

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi anemia pada PJB Asianotik

Hematologi N %

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 81 sampel 34 orang (42.0%)

mengalami anemia, sisanya 47 orang (58.0%) tidak mengalami anemia, dan tidak

ada yang mengalami polisitemia.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi anemia pada PJB Sianotik

Hematologi N %

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 32 sampel PJB sianotik 14 (43.8%)

mengalami anemia, 18 orang (56.3%) tidak mengalami anemia, sisanya 1 orang

(43)

5.1.5. Deskripsi Gambaran Darah Tepi berdasarkan Morfologi Eritrosit

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi anemia berdasarkan morfologi eritrosit

Morfologi Eritrosit N %

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari morfologi eritrosit pada PJB yang

paling banyak dijumpai adalah anemia hipkromik mikrositer 64 sampel (56.6%)

sedangkan anemia normokromik normositer didapati 48 sampel (42.5%) dan yang

paling sedikit dijumpai adalah anemia makrositer yaitu 1 sampel (0.9%).

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar haemoglobin

pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada data rekam medis yang telah

memenuhi kriteria inklusi diperoleh data sebanyak 113 sampel dari Januari 2012 -

Desember 2013.

Dari tabel distribusi jenis kelamin penderita PJB di RSUP H. Adam Malik

Medan, mayoritas sampel berjenis kelamin perempuan 66 orang (58.4%) dan

sisanya berjenis kelamin laki-laki 47 orang (41.6%). Hasil penelitian ini sesuai

(44)

terjadinya PJB pada jenis kelamin perempuan (57.3%) sedangkan pada laki - laki

(42.7%).

Dari penelitian ini didapati kelompok usia dengan jumlah penderita PJB

terbanyak adalah kelompok usia 0-24 bulan dengan jumlah sampel 48 orang

(42.5%), diikuti oleh kelompok usia 49-72 bulan sebanyak 20 orang (17.7%),

kelompok usia 73-96 bulan sebanyak 14 orang (12.4%), kelompok usia 97-120

bulan sebanyak 12 orang (10.6%), kelompok usia 121-144 bulan sebanyak 10

(8.8%), kelompok usia 25-48 bulan sebanyak 6 orang (5.3%), dan kelompok usia

>144 bulan sebanyak 3 orang (2.7%). Hasil ini sama dengan penelitian yg

dilakukan oleh Okoromah et al (2011) kelompok usia terbanyak adalah 0-59 bulan

(64.3%), diikuti dengan anak usia 60-120 bulan sebanyak (23.1%) dan anak

berusia >120 bulan sebanyak (12.6%). Berdasarkan teori, PJB adalah kelainan

jantung yang terjadi atau terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan

berlansung setelah janin dilahirkan (Brook, 2010). Sekitar 2-3 dari 1000 neonatus

akan mengalami PJB pada usia 1 tahun pertama sehingga usia yang paling sering

terdiagnosa PJB adalah pada awal kehidupan.

Jenis PJB terbagi menjadi dua kategori, yaitu PJB asianotik dan sianotik.

Pada penelitian ini didapati jumlah sampel yang menderita PJB asianotik dengan

jenis yang paling banyak ditemui adalah DSV, yaitu sebanyak 34 orang (42.0%).

Diikuti dengan DSA dengan jumlah penderita sebanyak 22 orang (27.2%), PDA

dengan jumlah penderita sebanyak 24 orang (29.6%) dan SP dengan jumlah

penderita sebanyak 1 orang (1.2%). Sedangkan pada PJB sianotik dengan jenis

yang paling banyak dijumpai adalah TOF sebanyak 25 orang (78.1%), diikuti

dengan TAB dengan jumlah penderita sebanyak 4 orang (12.5%) dan AP dengan

jumlah penderita sebanyak 3 orang (9.4%). Kejadian VSD lebih sering dijumpai

disebabkan meningkatnya jumlah perempuan dinegara-negara maju alasan

tersebut diperkuat dengan teori yang menyatakan bahwa VSD paling sering

dijumpai pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki (56%:46%) selain itu

ada beberapa faktor yaitu faktor lingkungan ataupun keadaan ibu yang mengalami

(45)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Okoromah et al (2011)

dimana hasil penelitiannya didapati 26 orang (35.6%) penderita PJB asianotik

dengan DSV sebagai jenis PJB asianotik yang paling banyak ditemui, dan jenis

PJB sianotik yang paling banyak ditemui adalah TOF (15.1%). Dan hasil

penelitian ini sama dengan penelitian Cahyono (2007) didapati 65 orang (34.39%)

penderita PJB asianotik dengan jenis yang paling banyak ditemui adalah DSV

tahun 2004, pada tahun 2005 didapati 43 orang (23.24%) dan tahun 2006 31 orang

(16.67%) sedangkan pada PJB sianotik yang paling sering dijumpai adalah TOF

32 orang (16.93%) tahun 2004, pada tahun 2005 didapati 37 orang (20.00%) dan

tahun 2006 sebanyak 47 orang (25.27%). Dan hasil penelitian ini tidak jauh

berbeda dengan penelitian Lin et al (2014) didapati jenis PJB asianotik yang

paling banyak ditemui adalah DSV (13.1%). Sedangkan pada PJB sianotik yang

paling banyak ditemui adalah TOF (23.0%).

Hasil distribusi frekuensi anemia pada PJB asianotik dan sianotik, anak

yang menderita PJB asianotik yang mengalami anemia sebanyak 34 sampel

(42.0%) sedangkan pada PJB sianotik terdapat 14 sampel (43.8%) dan kejadian

polisitemia pada PJB asianotik tidak dijumpai, sedangkan pada PJB sianotik

terdapat 1 orang (3.1%) yang mengalami polisitemia. Anemia pada PJB dapat

terjadi sebagai dari akibat kehilangan darah akut atau kronis akibat haemostasis

yang abnormal, perdarahan pembuluh darah (malformasi arteriovenouse atau

pembuluh kolateral), penggunaan antikoagulan atau antitrombosit, hemolisis,

intervensi, atau operasi. PJB sianotik memiliki kadar saturasi oksigen yang lebih

rendah sehingga terjadi kenaikan nilai kadar haemoglobin yang merupakan

kompensasi tubuh terhadap kondisi tersebut (Dimopoulos, 2009). Polisitemia

pada PJB sianotik merupakan respon fisiologis akibat hipoksemia kronik jaringan,

akan merangsang eritropoesis sumsum tulang. Kadar oksigen arterial yang rendah

akan menstimulasi sumsum tulanng melalui pelepasan eritropoietin dari ginjal

akan meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi peningkatan massa

sel darah merah, Hematokrit, dan viskositas darah ( Puspitasari, 2010)

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Okoromah et al (2011)

(46)

daripada PJB sianotik (11.4%). Sama juga dengan penelitian Hariyanto (2012)

anemia yang paling sering dijumpai pada PJB asianotik (34%) daripada PJB

sianotik yaitu (8.8%).

Hasil distribusi frekuensi anemia berdasarkan morfologi eritrosit pada PJB

yang paling banyak dijumpai adalah anemia hipokromik mikrositer yaitu 64 orang

(56.6%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Dimopoulus (2009)

bahwasanya anemia hipokromik mikrositer paling banyak dijumpai yaitu (25.7%).

Gambaran morfologi eritrosit hipokromik mikrositer dapat disebabkan oleh

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Jenis kelamin anak yang paling banyak menderita PJB adalah perempuan,

berdasarkan kelompok usia anak yang menderita PJB terbesar 0 - 24 bulan.

Berdasarkan jenis PJB asianotik yang paling banyak ditemui adalah DSV,

sedangkan pada PJB sianotik yang paling banyak ditemui adalah TOF. Kejadian

anemia pada PJB asianotik (42.0%), sedangkan anemia pada PJB sianotik

(43.8%), dan polisitemia lebih sering dijumpai pada PJB sianotik. Anemia

berdasarkan morfologi eritrosit pada PJB yang paling banyak dijumpai adalah

anemia hipokromik mikrositer.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat, maka timbul beberapa saran dari peneliti,

yaitu:

1. Anemia pada PJB memiliki prevalensi yang tinggi dan mengganggu

morbiditas dan mortalitas pada penderita. Anemia hipokromik

mikrositer paling sering dijumpai yang disebabkan oleh status gizi

yang tidak memadai, sehingga perlu ditingkatkan perhatian terhadap

asupan makanan terutama untuk mengurangi kejadian gizi kurang pada

penderita PJB.

2. Penatalaksanaan PJB harus ditingkatkan untuk mengurangkan tingkat

morbiditas dan mortalitas pada anak yang menderita PJB.

3. Bagi tempat penelitian agar lebih meningkatkan kelengkapan data pada

rekam medis sehingga semakin banyak imformasi yang dapat

dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat lebih

mengembangkan penelitian ini sehingga bisa menjadi sumber

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2013. Congenital Cardiovascular Defect.

Amoozgar, H. et al., 2011. Undiagnosed Anemia In Pediatric Patients With

Congenital Heart Disease. Iran Cardivascular Research Journal ;

5: 70-71

Bakta, I made, 2009. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Dalam Sudoyo, Aru

W. ,dkk. , 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi 5.

Jakarta: Interna Publishing.

Brenstein, D. , 2000. Sistem Kardiovaskuler. Dalam: Wahab, A. S. , Ilmu

Kesehatan Anak. Edisi 5 Jakarta: EGC.

Brook, M. M. , 2010. Sistem Kardiovaskuler. Dalam: Behrman, R. E. , and

Kligman, R. M. ,Nelson Esensi Pediatri.Edisi 4. Jakarta: EGC.

Bruce M.Camitta. , 2012. Polisitemia. Dalam: Behrman, R. E. , and Kligman, R.

M. , Nelson Esensi Pediatri. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Cahyono, Agus. , dan Rachman M. A. , 2007. The Cause Of Mortality Among

Congenital Heart Disease Patients In Pediatric Ward, Soetomo

General Hospital (2004-2006). Jurnal Kardiologi Indonesia ; 28:

279-284

Darmadi, Ruslie R. H. , 2013. Diagnosis dan Tatalaksana Tetralogi of Fallot.

CDK-202; 40: 176-181

Dimopoulos, K.,et al., 2009. Anemia In Adults With Congenital Heart Disease

Relates to Adverse Outcome. Journal of the American Collage of

(49)

Djer, M. M., Madiyono B. , 2000. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari

Pediatri; 2: 155 – 162

Fyler, D. C. , 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Hariyanto, Didik, 2012. Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap

Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Januari 2008-Februari 2011.

Sari Pediatri; 14:152-156

Hull, D., dan Johnston, D. I. ,2008. Dasar-Dasar Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Available from:

Irawan, H. , 2013. Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak. CDK-205;

40:422-425

Kennelly, P. J., Rodwell, V. W. , 2009. Protein Mioglobin dan Hemoglobin.

Dalam: Biokimia Harper edisi 27. Jakarta: EGC

Linde, Denise van der, et al. , 2011. Birth Prevalence of Congenital Heart

Disease Worldwide.JACC; 58:2241-2247

Lin, Yu-Sheng. , et al. , 2014. Major Adverse Cardiovascular events in Adult

Congenital Heart Disease: A Population-based Follow-up Study

From Taiwan. BMC Cardiovascular Disorders

Oehadian, A. , 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia

.

CDK-194;

(50)

Okoromah, Christy A. N. , et al. , 2011. Prevalence, Profile and Predictor of

Malnutrition In Children With Congenital Heart Defect. Arch Dis

Child; 96: 354-360

Puspitasari, Febtusia dan Harimurti G. M, 2010. Hiperviskositas pada Penyakit

Jantung Bawaan (PJB) Sianotik. Jurnal Kardiologi Indonesia; 31

Ramaswamy, P. , 2013. Ventricular Septal Defect. Available from

Rao, P. S. , 2009. Diagnosis and Management of Cianotic Congenital Heart

Disease: Part I. Indian Journal of Pediatrics; 76: 57-70

Roebiono, Poppy S. , 2003. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakitn Jantung

Bawaan.

Roebiono, Poppy S. , 2007. Bagaimana dokter spesialis jantung melakukan

pemeriksaan pada anak dengan penyakit jantung bawaan?.

National Cardiovascular Center Harapan Kita

Wahab, A. S., dan Allamanda, E. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung

Kongenital yang Tidak Sianotik. Jakarta: EGC. Available from:

2014]

(51)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Wulandari

NIM : 110100104

Tempat/Tanggal lahir : Harapan Jaya/07 Agustus 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sumarsono No 26

Riwayat Pendidikan :

1. SDN No 12 Harapan Jaya ( 1999-2005)

2. SMPN 6 Kampung Salak (2005-2007)

3. SMPN 1 Bagan Sinembah (2007-2008)

4. SMAS Pembangunan Bagan Sinembah (2008-2011)

5. Fakultas Kedokteran USU (2011 – sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Kenaziran PHBI FK USU

2. Anggota Divisi Dana dan Usaha PHBI FK USU

(52)
(53)
(54)

LAMPIRAN 4

Data Induk Subjek Penelitian

(55)
(56)
(57)

LAMPIRAN 5

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Lk 47 41,6 41,6 41,6

Pr 66 58,4 58,4 100,0

Total 113 100,0 100,0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0-24 48 42.5 42.5 42.5

25-48 6 5.3 5.3 47.8

49-72 20 17.7 17.7 65.5

73-96 14 12.4 12.4 77.9

97-120 12 10.6 10.6 88.5

121-144 10 8.8 8.8 97.3

144 3 2.7 2.7 100.0

(58)

PJB Asianotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(59)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Hipokrommikrostik 64 56,6 56,6 56,6

Normokromnormositik 48 42,5 42,5 99,1

Makrositik 1 ,9 ,9 100,0

Gambar

Tabel 2.1. Kadar Haemoglobin diagnosis anemia pada Penyakit Jantung Bawaan
Tabel 2.3. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi (Bakta, 2009).
Tabel 2.4. Pemeriksaan fisik pada pasien anemia (Irawan, 2013)
Tabel 3.1. Kadar Haemoglobin diagnosis Anemia pada Penyakit Jantung
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mengorganisir di sini adalah mengatur unsur-unsur sumber daya perusahaan konstruksi yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana dan Iain-lain, dalam suatu gerak

Silas Titus dan Jan Brocchner dalam jurnalnya yang berjudul Managing Information Flow in Construction Supply Chains menyebutkan bahwa sifat-sifat yang seharusnya dimiliki

Dari 300 aksesi plasma nutfah kacang hijau yang diuji di Inlitbio Muara pada MK 2001 dan MH 2001/2002 menunjukkan keragaman sifat yang cukup besar ter- utama pada tinggi

Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan klinik KIA-KB dan Persalinan ke Kepala Puskesmas melalui Koordinator II Kuratif-

bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 8 ayat (1) Peraturan Presiden nomor : 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan pelaksanaan anggaran

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN “N'.DA” ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN “N'.DA” DENGAN MULTIPLE VULNUS APPERTUM REGIO MANUS DEXTRA + DENGAN MULTIPLE

hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa usia tidak berhubungan dengan depresi, sejalan dengan penelitian Wulandari (2011) bahwa tidak ada hubungan yang

PELATIHAN KARAWITAN BAGI MAHASISWA PGSD FKIP UNS UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER1. Danis Sugiyanto,