• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

JUMLAH SAYUR MAYUR YANG DITAWARKAN

(KENTANG, BUNGA KOL, SAWI)

Studi Kasus : Desa Jeraya, Kec. Simpang Empat, Kab. Tanah Karo

SKRIPSI

OLEH :

Putri Septianika H 100304142 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENAWARAN SAYUR MAYUR

(KENTANG, BUNGA KOL, SAWI)

Studi Kasus : Desa Jeraya, Kec. Simpang Empat, Kab. Tanah Karo

SKRIPSI

PUTRI SEPTIANIKA H 100304142

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sajana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Luhut Sihombing, MP)

NIP. 196510081992031001 NIP. 195411111981031001

(Ir. H. Hasman Hasyim, MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Putri Septianika H. (100304142) Dengan judul skripsi Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi). Studi Kasus: Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlah sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dengan besar sampel yaitu 60 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis usahatani dan metode analisis komparasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produktivitas sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. (2) Jumlah sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. (3) Pendapatan sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Putri Septianika H lahir di kota Duri pada tanggal 23 September 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Faber Hutasoit dan Ibunda Saur Dame Sidabutar.

Jenjang Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 018 Duri, masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Duri, masuk tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Cendana Duri, masuk tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2013 di Desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Serdang Bedagai.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi)

Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Faber Hutasoit dan Ibunda Saur Dame Sidabutar, Kakak tersayang Elizar Dewi R. Hutasoit, Amd/Saut Tampubolon dan Helga E. Faulina Hutasoit, SS/Berlian Togap Simatupang, ST serta Adikku Purnama Sidabutar atas segala cinta kasih dan doanya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran yang membangun sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(6)

penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian. 4. Seluruh Pegawai Tata Usaha di Program Studi Agribisnis atas bantuannya

selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Sahabat- sahabat yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan bantuan serta doa kepada penulis selama proses perkuliahan sampai pengerjaan skripsi ini selesai.

6. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Posisi Strategis Komoditi Sayuran... 9

2.1.2 Posisi Tanah Karo Sebagai Produsen Sayuran di Sumatera Utara 10 2.1.3 Permintaan dan Penawaran Sayuran di Sumatera Utara ... 11

2.1.4 Produksi dan Produktivitas Sayura Khususnya Kentang, Brokoli dan Sawi di Indonesia ... 12 2.1.5 Gunung Sinabung... 13

(8)

2.2.1 Penawaran ... 14

2.2.2 Produktivitas ... 17

2.2.3 Pendapatan ... 17

2.3 Penelitian Terdahulu ... 19

2.4 Kerangka Pemikiran ... 20

2.5 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengambilan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Definisi dan Batasan Oparasional ... 26

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

4.1.1 Letak Geografis, Batas Wilayah dan Luas Wilayah ... 28

4.2 Keadaan Penduduk ... 29

4.2.1 Perekonomian Desa ... 30

4.3 Sarana dan Prasarana... 31

4.3.1 Distribusi Penduduk Merurut Agama Yang Dianut... 32

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sayur Mayur (Kentang, Brokoli dan Sawi) Di Lokasi Penelitian Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung ... 33

5.1.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sayur Kentang ... 33

(9)

5.1.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas

Sayur Sawi ... 37 5.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Mayur

(Kentang, Brokoli dan Sawi) Yang Ditawarkan Di Lokasi Penelitian

Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung ... 40 5.2.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur

Kentang Yang Ditawarkan ... 40 5.2.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur

Brokoli Yang Ditawarkan ... 41 5.2.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur

Sawi Yang Ditawarkan ... 42 5.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Sayur Mayur

(Kentang, Brokoli dan Sawi) Di Lokasi Penelitian Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung ... 45

5.3.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Kentang ... 45 5.3.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Brokoli ... 48 5.3.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Sawi ... 49

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 47 6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Jumlah Produksi (Ton) Sayur-mayur Menurut Jenisnya di Sumatera

Utara Tahun 2009-2013 ... 3 2. Jumlah Produksi (Ton) Sayur-mayur Menurut Kecamatan di

Kabupaten Karo Tahun 2013 ... 4 3. Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Rata-rata Produksi Sayur- mayur

di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2012

(Sebelum Erupsi) ... 5 4. Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Rata-rata Produksi Sayur- mayur

di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2013 (Erupsi Gunung Sinabung) ... 5 5. Luas Panen Sayur- mayur (Kentang, Brokoli dan Sawi) di Indonesia

Tahun 2009-2013 ... 13 6. Produksi Sayur- mayur (Kentang, Brokoli dan Sawi) di Indonesia

Tahun 2009-2013 ... 13 7. Produktivitas Sayur- mayur (Kentang, Brokoli dan Sawi) di

Indonesia Tahun 2009-2013 ... 29 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Jeraya

Tahun 2014 ... 30 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Jeraya Tahun 2014 ... 30 10. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa

(11)

11. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Jeraya Tahun 2014 ... 31 12. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2014 ... 32 13. Produktivitas Kentang Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun

2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 35 14. Produktivitas Brokoli Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun

2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 36 15. Produktivitas Sawi Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun

2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 38 16. Hasil Uji Beda Rata-rata T-test Produktivitas Sayur- mayur Sebelum

dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung ... 38 17. Jumlah Kentang Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan

Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 41 18. Jumlah Brokoli Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan

Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 42 19. Jumlah Sawi Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah

(Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 43 20. Hasil Uji Beda Rata-rata T-test Jumlah Sayur- mayur Yang

Ditawarkan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung ... 44 21. Biaya Tanaman Usahatani Sayur Kentang Sebelum (Tahun 2012)

dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 47 22. Pendapatan Kentang Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun

2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 47 23. Pendapatan Brokoli Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun

(12)

24. Pendapatan Sawi Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung ... 49 25. Hasil Uji Beda Rata-rata T-test Jumlah Sayur- mayur Yang

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-mayur Yang Ditawarkan (Kentang,

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

2. Penggunaan dan Biaya Bibit/Benih per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

3. Penggunaan dan Biaya Bibit/Benih per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

4. Penggunaan dan Biaya Pupuk per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 5. Penggunaan dan Biaya Pupuk per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang,

Brokoli, dan Sawi) Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 6. Penggunaan dan Biaya Pestisida per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang,

Brokoli, dan Sawi) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 7. Penggunaan dan Biaya Pestisida per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang,

Brokoli, dan Sawi) Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 8. Biaya Penyusustan dan Peralatan per Petani/Tahun pada Sayur-mayur

(Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Daerah Penelitian

9. Curahan Tenaga Kerja dan Total dan Total Biaya Tenaga Kerja per Petani/Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian

(15)

11. Total Biaya Produksi per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 12. Produksi dan Penerimaan per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli,

dan Sawi) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian

13. Produktivitas Lahan per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 14. Jumlah Sayur-mayur Yang Ditawarkan per Tahun (Kentang, Brokoli, dan

Sawi) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 15. Total Pendapatan per Tahun Pada Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan

Sawi) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian 16. Paired Samples Test Produktivitas

(16)

ABSTRAK

Putri Septianika H. (100304142) Dengan judul skripsi Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi). Studi Kasus: Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlah sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dengan besar sampel yaitu 60 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis usahatani dan metode analisis komparasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produktivitas sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. (2) Jumlah sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. (3) Pendapatan sayur- mayur (kentang, brokoli, dan sawi) mengalami penurunan saat sesudah erupsi Gunung Sinabung.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki potensi besar di bidang pertanian. Di Kabupaten Karo ditemukan sumber daya alam yang melimpah seperti pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut dan banyak jenis lahan pertanian yang dikelola oleh masyarakat, mulai dari lahan pertanian untuk sayur-sayuran, buah-buahan yang sudah terkenal seperti jeruk, markisa, terong belanda, strawberry, bahkan kebun bunga yang banyak kita jumpai di daerah dataran tinggi Berastagi.

Produk hortikultura khususnya sayur-mayur di Kabupaten Karo tumbuh subur. Syarat tumbuh sayur-mayur agar mendapatkan hasil panen yang maksimal yaitu dengan menanam didataran tinggi. Daerah penanaman yang paling cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dpl. Namun biasanya sayur-mayur dapat dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Selain itu, sayur-mayur cocok ditanam di tanah yang gembur, banyak humus, serta memiliki pembuangan air yang baik. Derajat keasamannya antara pH6 sampai pH7 (Aninomous, 2014).

(18)

gairah petani untuk meningkatkan produksi. Di pihak lain juga dapat memacu peningkatkan produksi ditinjau dari sudut kualitas agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu, hortikultura merupakan komoditas yang sangat berpeluang dan prospektif untuk dikembangkan dengan pendekatan agribisnis.

Sayuran adalah bagian tanaman yang dikonsumsi beserta makanan utama. Bagian tanaman yang dikonsumsi bisa bagian daun, akar, batang, dan buah muda. Pada daun, komposisi air dan mineral sangat tinggi namun mengandung sedikit energi. Bagian akar dan biji mengandung energi dan pati yang tinggi. Beberapa variasi pada sayuran (warna, aroma, rasa, kekrasan dan sebagainya) membuat peningkatan selera makan. Sayur-mayur merupakan sumber serat, vitamin A dan C serta mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

(19)

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, jumlah produksi sayur-mayur menurut jenisnya di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Produksi Sayur-mayur Menurut Jenisnya (Ton) di Sumatera Utara Tahun 2009-2013

No Jenis Tanaman Jumlah Produksi Tahun (Ton)

2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah 907.741 1.011.097 1.021.364 1.094.851 977.960 Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014

(20)

Tabel 2. Jumlah Produksi Sayur-Mayur Menurut Kecamatan (Ton) di Kabupaten Karo Tahun 2013

No Kecamatan Cabai Buncis Wortel Lobak Labu

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

(21)

Tabel 3. Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Rata-Rata Produksi Sayur-mayur di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2012 (Sebelum Erupsi)

No Jenis

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010

Tabel 4. Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Rata-Rata Produksi Sayur-mayur di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2013 (Erupsi Gunung Sinabung)

No Jenis

(22)

Dari Tabel 3 dan 4 diperoleh jenis, jumlah produksi, luas panen, dan rata-rata produksi sayur-mayur di Kecamatan Simpang Empat. Kecamatan Simpang Empat dikenal sebagai salah satu kecamatan penghasil sayur-mayur terbesar di Kabupaten Karo. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi, luas lahan dan rata-rata produktivitas yang tinggi. Namun kondisi ini telah berubah sejak beberapa waktu yang lalu Gunung Sinabung kembali aktif dan menimbulkan dampak bagi lahan pertanian di Kabupaten Karo khususnya Kecamatan Simpang Empat. Produksi, luas lahan dan rata-rata produksi turun secara signifikan setelah erupsi Gunung Sinabung yaitu pada tabel 4.

Gunung Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh di wilayah hingga mencapai ≥25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin. Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan, salah satu desa yang terkena dampak langsung letusan Gunung Sinabung di Kecamatan Simpang Empat adalah Desa Jeraya.

Desa Jeraya berada dalam radius ± 5 km dari kaki Gunung Sinabung. Dampak negatif langsung yang dirasakan oleh masyarakat di Desa Jeraya yakni bangunan rumah, jalanan, dan tanaman mereka diselimuti oleh debu vulkanik. Lahan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat sekitar juga tidak luput dari tutupan debu vulkanik. Ini mengakibatkan pendapatan petani di Desa Jeraya menurun.

(23)

belakangan ini masih mengalami erupsi yang cukup panjang, menimbulkan dampak yang besar bagi industri pertanian di daerah sekitar. Hal ini tentu akan berdampak pada jumlah sayur-mayur yang ditawarkan dan petani di Desa Jeraya karena produksinya menurun secara drastis akibat lahan pertanian milik warga banyak mengalami kerusakan yang diperkirakan hingga ribuan hektar sehingga menyebabkan harga sayur-mayur di sejumlah pasar tradisional menjadi tinggi.

Secara kasat mata, kondisi tanaman yang terkena dampak debu vulkanik masih tumbuh baik, namun dibeberapa tempat yang terkena penutupan debu vulkanik yang tebal menunjukkan gejala kelayuan sampai kematian dengan pembagian luasan yang berbeda-beda, yakni tanaman pangan (jagung, padi, ubi jalar, kacang tanah) seluas 2.639 ha, tanaman sayuran (cabe, tomat, kubis, kentang, petsai, dan lain-lain) seluas 2.368 ha, tanaman buah-buahan (jeruk, pisang, alpukat, dan lain-lain) seluas 828 ha, serta tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan lain-lain) seluas 1.126 ha. Dengan demikian luas keseluruhan yang tertutup debu adalah 6.961 ha (Dinas Pertanian, 2010).

Berapa besar dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlah penawaran sayur-mayur khususnya komoditas brokoli, kentang, dan sawi sampai saat ini belum diketahui hasilnya, untuk tujuan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti secara ilmiah.

1.2 Identifikasi Masalah

(24)

1) Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung?

2) Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlahsayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung?

3) Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani sayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

2) Untuk menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlahsayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

(25)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Sebagai bahan informasi bagi petani sayur-mayur untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan dampak erupsi Gunung Sinabung.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang, khususnya di daerah sekitar Gunung Sinabung.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Posisi Strategis Komoditas Sayuran

Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi bagimasyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral; (2) sumber pendapatan dan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha; (3) bahan baku agroindustri; dan(4) sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara;dan (5) pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu.

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat. Artinya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa memerlukan 34.000 ton sayuran perhari (Rahardi,2000).

(27)

2.1.2 Posisi Tanah Karo Sebagai Produsen Sayuran di Sumatera Utara

Pengembangan pertanian saat ini masih mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi Sumatra Utara, terutama konstribusinya terhadap ketahanan pangan, kesempatan kerja dan lapangan usaha. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang pengembangan ekonominya bergerak di bidang pertanian. Komoditi utama yang menjadi andalan kabupaten Karo adalah tanaman hortikultura.

Mata pencaharian utama dari penduduk di Kabupaten Karo adalah pada bidang pertanian,sebagai produk unggulan sayuran seper tinggi tingkat permintaannya untuk daerah lain. Perkembangan komoditi sayuran sangat didukung pula oleh kondisi fisik wilayah yang sebagian besar berada pada daerah dataran tinggi.

Tanah Karo telah menjadi top of mind dalam bisnis sayuran. Oleh pedagang Tanah Karo dikirim kembali ke daerah yang membutuhkan seperti ke Sumatera Barat, Riau ataupun Aceh. Ini adalah masalah bisnis di mana setiap pedagang mencari keuntungan. Pengiriman sayur dari satu daerah ke daerah lain tidak memiliki permasalahan karena lancarnya jaringan transportasi, baik darat maupun udara.

(28)

terbantu dan lepas dari kemiskinan dan pengangguran. Sebetulnya pemasukan devisa dari sayur Tanah Karo dapat diperbesar jika pemerintah bisa memberikan bantuan kepada petani sayur. Tanah Karo sudah memiliki brand tersendiri sebagai sentra produksi sayur di dalam maupun luar negeri. Ini adalah potensi yang perlu dikembangkan. Bantuan bibit, gambaran pasar dan konsultansi pada petani perorangan adalah hal yang perlu diberikan pada petani Tanah Karo, khususnya petani yang berskala kecil dan menengah. Di tengah terbatasnya diversifikasi produk barang ekspor lainnya (CPO, karet, kopi dan sebagainya) maka memberdayakan potensi ekspor yang telah berjalan (sayur) adalah suatu solusi bagi menambah meningkatkan penerimaan devisa Sumatera Utara (Miraza, 2010).

2.1.3 Permintaan dan Penawaran Sayuran di Sumatera Utara

Salah satu faktor yang paling menghambat dalam pengembangan usaha hortikultura sayuran adalah fluktuasi harga yang sangat tinggi. Dalam era perdagangan bebas saat ini tentu kita tidak bisa mengontrol harga, karena harga ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran dan beberapa faktor lainnya.

(29)

rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga dengan pedagangsulit dalam memperkirakan permintaan (Syahza, 2007).

Terutama pada saat ini, erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi jumlah penawaran pada komoditas pertanian khususnya sayuran di Kabupaten Karo. Lahan pertanian yang rusak akibat debu vulkanik dari Gunung Sinabung, mengakibatkan sayur-sayuran atau buah-buahan menjadi rusak. Hal ini yang menjadikan jumlah penawaran terhadap sayuran menjadi rendah sedangkan permintaan tetap atau bisa menjadi lebih tinggi.

2.1.4 Produksi dan Produktivitas Sayuran Khususnya Brokoli, Kentang, dan Sawi di Indonesia

Sayuran merupakan komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan demikian, keberhasilan dalam usahatani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kesejahteraan petani.

Diantara sayuran utama yang ditanam petani di Indonesia, tanaman kentang, brokoli, dan sawi merupakan tanaman yang memiliki luas lahan, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi di Indonesia.

(30)

Tabel 5. Luas Panen (Ha) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

Tabel 6. Produksi (Kg) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Indonesia, 2009-2013

No. Komoditi

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Kentang 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232 1.124.282 2. Brokoli 96.038 101.205 113.491 135.837 151.288 3. Sawi 562.838 583.770 580.969 594.911 635.728 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

Tabel 7. Produktivitas (Kg/Ha) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Indonesia, 2009-2013

No. Komoditi

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

(31)

komoditi brokoli dan sawi selama dekade terakhir mengalami peningkatan secara signifikan setiap tahunnya.

2.1.5 Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung Sinabung mencapai 2.460 meter. Gunung ini merupakan puncak tertinggi di Sumatera Utara. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 30 10” LU, 980 23” BT. Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus lagi sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010. Tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, Gunung Sinabung mengeluarkan larva. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada September 2013 dan berlangsung hingga kini (Wikipedia, 2014).

(32)

Rayat, Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Berastagi. Tercatatlebih dari 17 ribu warga mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung (BPTP Sumatera Utara, 2014).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen atau penjual pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu tertentu. Penawaran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penawaran individu dan penawaran kolektif atau penawaran pasar. Penawaran individu yaitu penawaran yang berasal dari seorang penjual. Sedangkan penawaran kolektif atau penawaran pasar yaitu penawaran yang merupakan kumpulan dari penawaran individu. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi naik turunnya penawaran, yakni:

1) Faktor harga barang atau jasa

Bila harga suatu barang atau jasa naik, penjual atau produsen akan menambah penawarannya sebaliknya apabila harga suatu barang atau jasa tertentu turun, maka penjual atau produsen akan mengurangi penawaran barang atau jasa tersebut.

2) Faktor biaya produksi

(33)

3) Faktor tingkat teknologi

Apabila produsen dalam proses produksi barang atau jasa menggunakan teknologi modern maka hal ini dapat meningkatkan penawaran karena dengan teknologi yang modern mampu menghasilkan barang atau jasa dengan lebih cepat dan lebih banyak.

4) Faktor jumlah produsen

Munculnya produsen baru otomatis akan menambah penawaran karena bertambahnya jumlah barang atau jasa yang diproduksi, sebaliknya berkurangnya jumlah produksi akan mengurangi penawaran.

5) Faktor jenis barang atau jasa

Apabila barang atau jasa yang ditawarkan termasuk jenis musiman maka bila datang musimnya penawaran akan meningkat sebaliknya bila musimnya lewat penawaran akan berkurang kemudian menghilang (Pujianto, 2013).

Penawaran sayur-mayur di Kabupaten Karo sebelum terjadi erupsi Gunung Sinabung sangat tinggi karena Kabupaten Karo adalah sentra produksi sayur-mayur di Sumatera Utara. Sayur-mayur asal Kabupaten Karo tidak hanya dipasarkan di wilayah Indonesia saja, namun hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan.

(34)

Untuk tanaman brokoli kerusakan yang terjadi, yakni daun luar mengering dan kehitaman serta abu vukanik masuk ke celah kedua hingga ketiga daun krop brokoli. Untuk sawi terjadi kerusakan dimana daun sawi mengalami kekeringan, menyusutnya daun sawi. Sedangkan untuk kentang tidak terjadi kerusakan hanya saja tanaman ditutupi debu vulkanik yang tebal namun tanaman langsung disiram dengan air agar terhindar dari kerusakan.

Kerusakan-kerusakan inilah yang menyebabkan produksi sayur-mayur menurun sehingga jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar berkurang dan harga pun melambung tinggi. Tidak hanya petani saja yang dirugikan karena lahan pertaniannya rusak dan pendapatannya berkurang bahkan merugi, namun konsumen juga dirugikan karena jumlah sayur-mayur yang kurang tersedia dan harganya menjadi lebih tinggi.

2.2.2 Produktivitas

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas, tenaga kerja, modal atau input lainnya. Pihak di luar keluarga petani cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Keluarga petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan.

(35)

kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah. Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain: varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani (Sirait, 2009).

2.2.3 Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input). Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll (Sofyan, 2006).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

(36)

Y = TR-TC Keterangan:

Y = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 2002).

Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus formula sebagai berikut:

TR = P.Q

Keterangan

P = Harga per satuan (Rp)

Q = Jumlah Produksi (kg) (Suratiyah, 2006)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Ginting (2012) dengan judul skripsi

menyimpulkan bahwa bencana

(37)

Karo (2014) dengan judul skripsi Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Sirait (2009) dengan judul skripsi Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas, dan Pendapatan Petani Sayur-Mayur di Kabupaten Karo (Kasus: Wortel, Tomat, dan Kol di Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka). Penelitian ini menyimpulkan bahwa besar kesempatan kerja untuk tiap petani sampel berbeda, mulai dari petani sampel dengan kesempatan kerja terkecil sebesar 10,5 HKP/tahun hingga petani dengan kesempatan kerja terbesar sebesar 304,9 HKP/tahun; faktor luas lahan, jumlah komoditi, dan pola tanam secara serempak berpengaruh nyata terhadap kesempatan kerja petani sayur-mayur; faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, dan luas lahan) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas lahan petani sayur-mayur, produktivitas tenaga kerja petani sayur-mayur, dan terhadap pendapatan petani sayur-mayur.

(38)

penulis menemukan bahwa debu vulkanik dari erupsi Merapi menyebabkan kerusakan parah terhadap Tanaman Salak Nglumut yang di usahatanikan oleh Petani di daerah penelitian, sehingga terjadi penurunan Pendapatan yang cukup drastis.

2.4 Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo khususnya di Desa Jeraya. Desa Jeraya adalah salah satu desa sentra produksi tanaman kentang, brokoli, dan sawi di Kecamatan Simpang Empat dan terletak ± 5 km dari kaki Gunung Sinabung. Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan adanya perubahan yang nyata terhadap produktivitas lahan sayur-mayur sehingga mempengaruhi jumlah sayur-mayur yang ditawarkan dan pendapatan petani di Desa Jeraya.

(39)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi)

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan nyata produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. 2. Terdapat perbedaan nyata jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi)

yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

3. Terdapat perbedaan nyata pendapatan petani sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive sampling yaitu dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian dilakukan di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi sayur-mayur di Kecamatan Simpang Empat dan termasuk daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung dengan jarak lokasi ± 5 km dari kaki Gunung Sinabung.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan sayur-mayur (Kentang, Brokoli, Sawi) di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Jumlah populasi petani sayur-mayur dalam penelitian ini sebanyak 156 KK. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling, yakni proses pengambilan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu per satu secara acak (semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah terpilih, tidak dapat dipilih lagi (Sugiyono, 2010).

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dihitung terlebih dahulu agar dapat mewakili populasi. Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel adalah rumus Slovin (Supriana, 2013) sebagai berikut:

� = �

(41)

Keterangan: n = Besar sampel N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (error) sebesar 10% Hasil perhitungan:

� = 156

1 + 156(0,1)2

� = 156

2,56

� = 60 sampel

Dengan demikian besar sampel yang diperoleh sebanyak 60 sampel. 3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan mempergunakan daftar pertanyaan/kuesioner kepada responden serta pengamatan secara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo dan instansi lainnya serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

(42)

jumlah sayur-mayur yang ditawarkan dan pendapatan petani sayur-mayur di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat sebelum dan sesudah terjadinya erupsi gunung sinabung. Maka untuk melihat perbandingan produktivitas, jumlah sayur-mayur yang ditawarkan dan pendapatan petani sayur-sayur-mayur tersebut akan dilakukan uji paired sample T-test dengan alat bantu SPSS.

Uji perbedaan rata-rata dua sampel berpasangan atau uji paired sample t test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata- rata untuk dua sampel bebas (independent) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud berpasangan adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan.

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan nilai signifikan/P-Value: Jika nilai signifikan/P-Value > 0,05 ; maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika nilai signifikan/P-Value < 0,05 ; maka H0 ditolak dan H1 diterima

Hipotesis yang diajukan adalah:

• H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata produktivitas sayur-mayur (kentang,

brokoli, dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

H1 : Ada perbedaan yang nyata produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli,

dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

• H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli,

dan sawi) yang ditawarkan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. H1 : Ada perbedaan yang nyata jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli, dan

(43)

• H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata pendapatan petani sayur-mayur

(kentang, brokoli, dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. H1 : Ada perbedaan yang nyata pendapatan petani sayur-mayur (kentang,

brokoli, dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Dampak adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap penawaran sayur-mayur di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat.

2. Sebelum erupsi Gunung Sinabung adalah keadaan produktivitas, jumlah sayur-mayur yang ditawarkan, dan pendapatan pada tahun 2012.

3. Sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah keadaan produktivitas, jumlah sayur-mayur yang ditawarkan, dan pendapatan pada tahun 2014.

4. Jumlah sayur-mayur yang ditawarkan adalah banyaknya jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli, dan sawi) yang ditawarkan oleh petani kepada konsumen (Kg).

5. Produktivitas adalah jumlah produksi sayur-mayur per luas lahan dalam setahun (Kg/Ha).

(44)

3.5.2 Batasan Operasional

Batasan operasional dari penelitian ini adalah:

1. Daerah penelitian dilakukan di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

2. Penelitian dilakukan pada bulan Februari - April tahun 2015.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitan

4.1.1. Letak Geografis, Batas Wilayah dan Luas Wilayah

Desa Jeraya merupakan salah satu dari 17 Desa di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Luas wilayah Desa Jeraya adalah 130,5 Ha atau 2,83 Km2. Secara astronomis Desa Jeraya berada pada kordinat 20 50’ – 030 19’ LU dan 970 55’ – 980 38’ BT. Secara umum keadaan topografi Desa Jeraya merupakan daerah perbukitan/dataran tinggi dengan topografi bergelombang. Desa Jeraya berada pada ketinggian sekitar 950m – 1.400m dpl. Iklim di Desa Jeraya secara umum sama dengan iklim di wilayah-wilayah Indonesia yang memiliki musim penghujan dan kemarau. Temperatur udara di Desa ini berkisar 160C – 270C. Hal tersebut berpengaruh terhadap aktivitas penduduk, vegetasi dan pola tanam yang ada di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat.

Secara administratif Desa Jeraya berbatasan dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat

(46)

4.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Jeraya tahun 2015 tercatat sebanyak 551 jiwa atau 156 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 279 jiwa laki-laki dan 272 jiwa perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Jeraya Tahun 2014

No Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)

1. 0 – 4 25 4.54

2. 5 – 9 35 6.36

3. 10 – 14 39 7.08

4. 15 – 19 45 8.17

5. 20 – 24 70 12.71

6. 25 – 29 57 10.34

7. 30 – 34 62 11.25

8. 35 – 39 47 8.54

9. 40 – 44 45 8.17

10. 45 – 49 52 9.44

11. 50 – 54 32 5.81

12. 55 – 59 22 3.99

13. 60 – 64 4 0.72

14. 65 – 69 6 1.08

15. 70 – 74 6 1.08

16. 75+ 4 0.72

Jumlah 551 100.00

(47)

Dari tabel 8, menunjukkan bahwa penduduk Desa Jeraya dengan kelompok umur usia kerja 20-59 tahun mempunyai proporsi yang terbesar yaitu sebanyak 439 jiwa (70,25%), disusul dengan kelompok umur 0-19 tahun yaitu sebesar 144 jiwa (26,15%), sedangkan kelompok umur > 60 tahun memiliki jumlah penduduk terkecil yakni 20 jiwa (3,6%).

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Jeraya Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)

1. Tidak Tamat SD 30 5.44

2. SD 99 17.96

3. SMP 189 34.30

4. SMA 213 38.65

5. Perguruan Tinggi 20 3.62

Jumlah 551 100.00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jeraya 2014

(48)

4.2.1 Perekonomian Desa

Sebagai daerah penelitian pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di Desa Jeraya ada pada sektor pertanian.komposisi penduduk Desa Jeraya menurut sumber mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 10, berikut ini: Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa

Jeraya Tahun 2014

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1. Pertanian 324 58.80

2. Industri Rumah Tangga 18 3.26

3. PNS/ABRI 10 1.81

4. Lain-lain 16 2.90

5. Tidak/Belum Bekerja 182 33.03

Jumlah 551 100.00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jeraya, 2014

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Jeraya memiliki mata pencaharian sebagai petani sebanyak 324 jiwa dengan persentase 58.80%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian berpengaruh kepada sektor pertanian.

4.3 Sarana dan Prasarana

(49)

Tabel 11. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Jeraya Tahun 2014

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Balai Desa 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Jeraya, 2014

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa balai desa di Desa Jeraya terdapat 1 unit Balai Desa, 1 unit Polindes, 1 unit Mesjid, 2 unit Gereja, 1 unit Kantor Kepala Desa, 1 unit Posyandu, 1 unit Poskesdes, dan 1 unit Pustu.

4.3.1 Disrtibusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut

Penduduk Desa Jeraya menganut 3 (tiga) agama yaitu Islam, Kristen Protestan dan Khatolik. Kehidupan beragama di Desa Jeraya secara umum berlangsung harmonis. Distribusi penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat jelas pada tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2014

No. Agama Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. Kristen Protestan 250 45.38

2. Kristen Khatolik 189 34.30

3. Islam 112 20.32

Jumlah 551 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Jeraya 2014

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sayur-Mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Di Lokasi Penelitian Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas petani. Menurut Soekartawi (2002), kesuburan lahan pertanian menentukan produktivitas lahan dimana lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah. Produktivitas lahan juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya unsur hara pada suatu lahan serta kondisi lokasi dan iklim lahan tersebut. Maka, produktivitas lahan adalah berupa variabel struktur tanah, tekstur tanah, kandungan unsur hara dan kondisi agroklimat lahan tersebut.

Produktivitas dalam hal ini merupakan pembagian antara produksi yang diperoleh dengan luas lahan. Produktivitas petani sayuran (kentang, brokoli dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun diketahui dengan melihat jawaban-jawaban responden terhadap kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Oleh karena itu diambil data sebelum dan sesudah erupsi, agar dapat diketahui dampak yang terjadi di lapangan.

5.1.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivtas Sayur Kentang

(51)

kentang juga memiliki organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru (Setiadi, 2009).

Berdasarkan warna kulit dan daging umbi, terdapat tiga golongan kentang yaitu kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning memiliki kulit dan daging umbi berwarna kuning. Yang termasuk kelompok kentang kuning adalah varietas Pattrones, Katella, Cosima, Cipanas, Granola dan lain-lain. Kentang putih memiliki kulit dan umbi berwarna putih. Varietas yang termasuk kelompok kentang putih adalah Donata, Radosa, dan Sebago. Kentang merah berkulit merah dengan daging umbi berwarna kuning. Varietasnya Red Pontiac, Arka, dan Desiree. Jenis kentang yang diteliti saat ini adalah jenis kentang yang berwarna kuning. Jenis kentang ini merupakan salah satu yang paling disenangi karena memiliki rasa enak, gurih, empuk, dansedikit berair.

Kandungan yang ada dalam kentang terdiri dari 70% nutrisi dan 30% zat-zat lain. Zat-zat-zat lain berupa potasium, dijadikan patokan menu makan sehari-hari untuk mengkonsumsi nya karena baik bagi kesehatan dalam tubuh.

(52)

penurunan produksi pada sayur kentang. Luas lahan menghilang akibat tertutupi material dari abu vulkanik. Tabel 13 menyajikan produktivitas kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 13. Produktivitas Kentang Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rataan Total Rata-rata

1. Luas Panen (Ha) 7,85 0,3925 5,68 0,284 2. Produksi (Kg) 1.137.150 56.858 664.950 33.248 3. Produktivitas (Kg/Ha) 3.069.546 153.477 2.291.765 114.588

Sumber: Data primer diolah, lampiran 12

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa luas panen kentang berubah setelah terjadinya erupsi Gunung Sinabung. Luas lahan di desa penelitian sebagian tertutupi material dari debu vulkanik yaitu sekitar 50% sehingga mengalami gagal panen. Seperti luas panen kentang sebelum erupsi yaitu seluas 7,85 ha dan setelah erupsi luasan ini terpangkas menjadi 5,68 ha. Hal ini jelas akan berdampak pada hasil produksi dan jumlah produktivitas.

(53)

5.1.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Brokoli

Brokoli (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman sayuran sub tropik yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia. Tanaman brokoli termasuk cool season crop, sehingga cocok ditanam pada daerah pegunungan (dataran tinggi), yang beriklim sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran dibudidayakan secara luas pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Karo (Sumatera Utara), Pangalengan (Jawa Barat), dan Sumber Brantas (Jawa Timur). Pada mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi antara 1.000 – 2.000 meter dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan produksi sayuran ini antara 15,5 - 18°C, dan maksimum 24°C.

(Muslim, 2009).

(54)

Tabel 14. Produktivitas Brokoli Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rataan Total Rataan

1. Luas Panen (Ha) 6,15 0,3075 3,46 0,173 2. Produksi (Kg) 499.500 24.975 227.100 11.355 3. Produktivitas (Kg/Ha) 1.657.393 82.870 1.340.717 67.036

Sumber: Data primer diolah, lampiran 12

Dari tabel 14 dapat dijelaskan bahwa rata-rata produktivitas sayur brokoli sesudah erupsi mengalami penurunan15.834kg/ha. Kerusakan lahan yang ringan maupun berat memberi dampak yang cukup luas terhadap produktivitas sayur yang ada di Karo.

5.1.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sawi

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).

(55)

terjadi bencana letusan Gunung Sinabung mulai tahun 2010. Letusan Gunung Sinabung membawa dampak yang besar terhadap tanaman sayuran yang ada disana khususnya sayur sawi. Karena morfologi sayur sawi yang bertumbuh di pemukaan tanah mengakibatkan dampak yang terjadi sangat nyata. Debu vulkanik sudah menutupi sayur sawi sehingga bentuk sayur menyusut karena panas dan mengakibatkan petani menjadi gagal panen. Berikut disajikan tabel 15 produktivitas sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 15. Produktivitas Sawi Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rataan Total Rataan

1. Luas Panen (Ha) 6,9 0,345 3,88 0,194 2. Produksi (Kg) 431.910 21.596 196.800 9.840 3. Produktivitas (Kg/Ha) 1.311.450 65.573 1.046.750 52.338 Sumber: Data primer diolah, lampiran 12

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas sayur sawi mengalami penurunan sebesar 13.235 kg/ha. Tidak seperti tanaman kentang yang pertumbuhannya didalam tanah, sayur sawi yang tumbuh di permukaan tanah, tanamanlangsung menyentuh abu vulkanik sehingga tanaman menyusut akibat lahar panas.

(56)

Tabel 16. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Produktivitas Sayur –mayur Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Uraian Komoditi

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean T Df Sig.

Produktivitas Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Kentang 3.88890E4 37012.57494 8276.26336 4.699 19 .000

Brokoli 1.58338E4 14240.15079 3184.19452 4.973 19 .000

Sawi 1.32350E4 16733.19739 3741.65668 3.537 19 .002

Sumber: Data primer, diolah

Pada output Paired Samples Test dapat di interpretasikan seperti berikut: Sig. = 0.000 α = 0.05

Keputusan Uji:

Karena nilai Sig. < α maka keputusannya adalah H0ditolak.

(57)

5.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-Mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Yang Ditawarkan Di Lokasi Penelitian Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlah sayur-mayur yang ditawarkan. Oleh karena itu diambil data sebelum dan sesudah erupsi, agar dapat diketahui dampak yang terjadi di lapangan. Jumlah sayur-mayur yang ditawarkan yaitu jumlah sayur yang ditawarkan petani ke pasar.

Untuk lebih jelasnya, mengenai dampak erupsi Gunung Sinabung sebelum dan sesudah terhadap jumlah sayur-mayur yang ditawarkan (kentang, brokoli dan sawi) di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun dapat dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Kentang Yang Ditawarkan

Pasokan beragam hortikultura sejak erupsi Sinabung menurun cukup drastis. Biasanya tiap hari mencapai 600 ton lebih/hari aneka hortikultura dipasarkan di pajak, kini tinggal 200 ton/hari. Data ini sesuai jumlah timbangan sekitar 30 buah di lokasi pajak yang berpusat di pasar. Penurunan ini tidak hanya bersumber dari wilayah zona merah, tapi juga meliputi berbagai wilayah di luar zona merah, radius 5 km dari gunung Sinabung.

(58)

kematangan sampai masa panen usia 90 hari.Usia kentang masih berusia 40 hari, namun karena kena abu vulkanik, batang rusak sehingga tidak bisa mencapai usia 90 hari untuk masa panen.

Tabel 17. Jumlah Kentang Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rataan Total Rataan

1. Luas Panen (Ha) 7,85 0,3925 5,68 0,284 2. Produksi (Kg) 1.137.150 56.858 644.950 33.247 3. Jumlah Yang Ditawarkan (Kg) 1.136.759 56.838 664.669 33.233

Sumber: Data primer diolah, lampiran 13

Dari tabel 17 diketahui data rata-rata jumlah sayur kentang yang ditawarkan sebelum dan sesudah erupsi. Jumlah yang ditawarkan adalah jumlah yang dijual ke pedagang setelah memangkasnya terlebih dahulu untuk dikonsumsi. Bukan hanya dikonsumsi petani tersebut, tetapi juga dibagikan kepada para tetangga untuk ucapan syukur dan terimakasih. Petani memangkas hasil produksinya sejumlah 50 kg/ha per periode. Lalu sisanya ditawarkan ke pedagang yang ada dipasar. Namun, dampak erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi jumlah produksi sayur-mayur karena abu vulkanik yang merusak tanaman sehingga jumlah sayur kentang yang ditawarkan juga menurun 23.605 kg dari sebelumnya.

5.2.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Brokoli Yang Ditawarkan

(59)

Merdeka, Berastagi, Dolat Rakyat dan Barus Jaherusak oleh abu vulkanik letusan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo.Dari luas tanaman sayur-sayuran di enam kawasan itu yang seluas 3.863 hektar, yang terganggu ada 3.589 hektar. Gangguan itu menjadi perhatian serius Dinas Pertanian Karo.

Gangguan terjadi karena debu vulkanik dan bahan materail lainnya dari Gunung Sinabung menutupi daun tanaman dan areal pertanaman sayuran.Produksi yang terganggu ditambah pemanenan yang juga terganggu tentu saja membuat pasokan di pasar menjadi berkurang.

Tabel 18. Jumlah Brokoli Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rata-rata Total Rata-rata

1. Luas Panen (Ha) 6,15 0,3075 3,46 0,173 2. Produksi (Kg) 499.500 24.975 227.100 11.355 3. Jumlah Yang Ditawarkan (Kg) 499.377 24.969 227.029 11.351

Sumber: Data primer diolah, lampiran 13

Tidak hanya sayur kentang, jumlah sayur brokoli yang ditawarkan ke pasaran juga mengalami penurunan sesudah erupsi Gunung Sinabung yaitu sebesar 13.618 kg. Karena faktanya hampir seluruh tanaman holtikultura mengalami kerusakan akibat erupsi Gunung Sinabung. Petani memangkas produksinya sebelum ditawarkan ke pasar sebesar 20kg/ha per periode.

5.2.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Sawi yang Ditawarkan

(60)

disekitar gunung merapi, meliputi wilayah Tanah Karo, Brastagi yang dikenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan ini mengalami kerugian besar.

Hampir semua hamparan areal perkebunan di Tanah Karo yang sebelum erupsi terjadi merupakan hamparan hijau dengan tanaman holtikultura, namun saat ini berubah menjadi hamparan kekeringan dan gersang oleh terjangan debu vulkanik awan panas Gunung Sinabung.

Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Tanah Karo disekitar Gunung Sinabung dan Brastagi merupakan sentra penghasil sayur-sayuran utama bagi wilayah Sumatera Utara terutama Medan sebagai ibukotanya. Namun akibat bencana yang terjadi jumlah produksi sayur-sayuran dari daerah itu menurun drastis sehingga berakibat jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar menjadi rendah.

Tabel 19. Jumlah Sawi Yang Ditawarkan Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Total Rataan Total Rataan

1. Luas Panen (Ha) 6,9 0,345 3,88 0,194 2. Produksi (Kg) 431.910 21.595 196.800 9.840 3. Jumlah Yang Ditawarkan (Kg) 431.841 21.592 196.762 9.838

Sumber: Data primer diolah, lampiran 13

(61)

sayuran sehingga tanaman yang tersisa banyak mengalami gugur daun dan terserang hama. Berbeda dengan tanaman kentang dan brokoli, tanaman sawi lebih sensitif karena pertumbuhannya dipermukaan tanah sedangkan tanaman kentang tumbuh didalam tanah. Bentuk sayur sawi mudah layu sehingga tidak dapat disimpan lama. Maka dari itu petani memangkas produksi sawi lebih sedikit yaitu 10kg/ha per periode.

Dari hasil uji beda rata-rata t-test diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-Value < 0,005 maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan nyata jumlah sayur-mayur yang ditawarkan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 20. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Jumlah Sayur –mayur Yang Ditawarkan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Uraian Komoditi

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean T Df Sig.

Produktivitas Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Kentang 2.36045E4 6385.80730 1427.90992 16.531 19 .000 Brokoli 1.36174E4 4538.07693 1014.74485 13.420 19 .000

Sawi 1.17539E4 2581.59181 577.26148 20.362 19 .000

(62)

5.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur-Mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) Di Lokasi Penelitian Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani. Oleh karena itu diambil data sebelum dan sesudah erupsi, agar dapat diketahui dampak yang terjadi di lapangan. Pendapatan dalam hal ini merupakan selisih dari total penerimaan dan total biaya produksi. Total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi terhadap harga produk, sementara total biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi terhadap harga produk, sementara total biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah input produksi terhadap harga input produksi tersebut.

Untuk lebih jelasnya, mengenai dampak erupsi Gunung Sinabung sebelum dan sesudah terhadap pendapatan petani sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi) di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun dapat dijelaskan sebagai berikut.

5.3.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Kentang

(63)

aktif pada bulan Agustus dan September 2010. Namun, letusan abu vulkanik dalam tahun 2013 khususnya bulan November 2013 ini menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang terus meningkat sehingga dinaikkan statusnya menjadi awas (level IV) yang merupakan status tertinggi dalam aktivitas gunung api.

Sejak erupsi Gunung Sinabung, lahan pertanian secara keseluruhan rusak total dan perlu perbaikan ke depan. Sementara masyarakat Karo menggantungkan pendapatan ekonominya dari bertani. Jadi, berhasil atau tidak berhasil dengan apa yang ditanam, petani tetap bercocok tanam dengan berbagai jenis tanaman hortikultura. Sebaiknya petani menanam tanaman yang lebih tahan terhadap siraman abu vulkanik dan perawatan yang tidak rutin tiap hari. Seperti jagung dan wortel. Jika menanam sayur kentang seperti ini, maka harus dirawat setiap hari dan otomatis petani juga harus berada di lokasi lahan pertanian yang juga berada di kawasan zona merah. Tentu ancaman lebih banyak kalau petani tiap hari harus berada di lahan pertanian.

(64)

Tabel 21. Biaya Tanaman Usahatani Sayur Kentang Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Komponen

Sumber: Data diolah, lampiran 11

Dari tabel 20 dapat di interpretasikan bahwa biaya pemeliharaan tanaman kentang menyerap 64 % dari total biaya tanaman. Artinya, dalam usahatani kentang, petani lebih banyak mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan, sehingga apabila biaya pemeliharaan besar, maka akan berdampak juga terhadap pendapatan petani.

Tabel 22. PendapatanKentang Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi Total Rataan Total Rataan

1. Luas Panen (Ha) 7,85 0,3925 5,68 0,284

2. Produksi (Kg) 1.137.150 56.858 664.950 33.247

3. Harga Jual (Rp) 52.768 2.638 75.433 3.772

4. Penerimaann (Rp) 3.028.366.800 151.418.340 2.501.873.445 125.093.670 5. Biaya Produksi(Rp) 652.371.094 32.618.555 520.260.445 26.013.022 6. Pendapatan (Rp) 2.375.995.706 118.799.785 1.981.612.955 99.080.648 Sumber: Data primer diolah, lampiran 14

(65)

yang juga naik. Rata-rata pendapatan petani sayur kentang menurun sebesar Rp.19.719.137.

5.3.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Brokoli

Petani Kabupaten Karo selama ini menjadi pemasok utama sayur untuk Medan dan wilayah lain di Provinsi Sumut. Berkurangnya pasokan sayur asal Karo telah mengakibatkan harga di Medan dan Sumut melambung tinggi. Seperti harga sayur brokoli yang dulunya rata-rata sebesar Rp. 3.192 sekarang menjadi Rp. 5.273. Kenaikan harga terjadi akibat dari dampak erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan rusaknya tanaman sayur petani.

Tabel 23. Pendapatan Brokoli Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi Total Rata-rata Total Rata-rata

1. Luas Panen (Ha) 6,15 0,3075 3,46 0,173

2. Produksi (Kg) 499.500 24.975 227.100 11.355

3. Harga Jual (Rp) 63.833 3.192 105.468 5.273

4. Penerimaann (Rp) 1.610.709.300 80.535.465 1.196.385.600 59.819.280 5. Biaya Produksi(Rp) 317.165.713 15.858.286 196.693.010 9.834.651 6. Pendapatan (Rp) 1.293.543.587 64.677.179 999.692.590 49.984.629 Sumber: Data primer diolah, lampiran 14

(66)

5.3.3 Dampak ErupsiGunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Sawi

Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan dampak yang cukup besar terhadap lapisan kehidupan masyarakat Karo dan sekitarnya baik jangka waktu singkat maupun panjang. Pada aspek pertanian khususnya sayuran mengalami kerusakan dari ringan hingga berat, sehingga pasokan yang dipasar menjadi berkurang.

Menurunnya aktivitas pertanian secara langsung memmpengaruhi pendapatan para petani di Tanah Karo. Selain itu, abu vulkanik dari Gunung Sinabung juga akan mengurangi kualitas dari hasil pertanian. Pengurangan produksi akan mempengaruhi harga dari komoditas pertanian. Pada tabel 24 ini disajikan perubahan pendapatan petani sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 24. Pendapatan Sawi Sebelum (Tahun 2012) dan Sesudah (Tahun 2014) Erupsi Gunung Sinabung

No. Uraian Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi Total Rata-rata Total Rata-rata

1. Luas Panen (Ha) 6,9 0,345 3,88 0,194

2. Produksi (Kg) 431.910 21.595 196.800 9.840

3. Harga Jual (Rp) 42.833 2.142 67.000 3.350

4. Penerimaann (Rp) 317.710.370 15.885.519 219.881.550 10.994.078 5. Biaya Produksi(Rp) 196.203.875 9.810.194 147.412.596 7.370.630 6. Pendapatan (Rp) 121.506.495 6.075.325 72.468.954 3.623.448 Sumber: Data primer diolah, lampiran 14

(67)

erupsi berlangsung panjang. Namun jika berlangsung singkat, diteliti bahwa abu vulkanik yang jatuh ke lahan pertanian akan memberi dampak positive untuk kesuburan tanah.

Untuk melihat perbedaan pendapatan petani kentang, brokoli dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, maka di analisis dengan menggunaka Paired Sample T-test. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Pendapatan PetaniSebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Uraian Komoditi

Paired Differences

Sumber: Data primer, diolah

Pada output Paired Samples Test dapat di interpretasikan seperti berikut: Sig. = 0.000 α = 0.05

Keputusan Uji:

Karena nilai Sig. < α maka keputusannya adalah H0ditolak.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Produksi Sayur-mayur Menurut Jenisnya (Ton) di Sumatera Utara Tahun 2009-2013
Tabel 2. Jumlah Produksi Sayur-Mayur Menurut Kecamatan (Ton) di Kabupaten Karo Tahun 2013
Tabel 3. Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Rata-Rata Produksi Sayur-
Tabel 5.  Luas Panen (Ha) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Herminarto Sofiian rozin,

Rumah Deiensi Imigdi SemaEng akd mengadakan Pelelangd Umum K€giaian Konstlksi Pembangunan samna dan P.asa€na [ingkungan Godung d€ngan ni ai HPs Rp.. Unrik inlonnasi

Capaian Program Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Aparatur. 5

The proposed protocol is based on the development of a procedural modelling methodology for archaeological data representation. The approach has been developed

Sebagai gambaran yang dapat membantu kita dalam melihat wujud budaya mutu sekolah unggul yang tercermin di sekolah, misalnya yang nampak pada: (a) visi dan misi

bahwa guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perlu memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dengan berdasar pada prinsip ekonomi

Beres-beres Anak dan guru membereskan alat main bersama Anak dan guru Observasi Sikap Jujur b. Evaluasi Guru menggali pengalaman

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.