TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI BESAR DI PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
EVELIN GUSTINA SIMANGUNSONG 110523052
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Departemen Ekonomi Pembangunan
PERSETUJUAN
Nama : Evelin Gustina Simangunsong
NIM : 110523052
Departemen : Strata- I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar di Provinsi Sumatera Utara
Tanggal, Agustus 2015 Ketua Program Studi
Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP. 19710503 200312 1 003
Tanggal, Agustus 2015 Ketua Departemen
3
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Departemen Ekonomi Pembangunan
PERSETUJUAN
Nama : Evelin Gustina Simangunsong
NIM : 110523052
Departemen : Strata- I Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar di Provinsi Sumatera Utara
Tanggal, Agustus 2015 Pembimbing
Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si NIP. 19560112 198503 1 002
Tanggal, Agustus 2015 Pembaca Penilai
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar di Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2015 Penulis
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kredit perbankan dan angkatan kerja terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara.
Metode yang digunakan dalam analisis pengaruh kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara adalah regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 22.0.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa secara individual variabel kredit perbankan tidak berpengaruh nyata pada penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara. Akan tetapi jika diuji secara bersama-sama variabel kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
Formulation of the problem in this study is to extent the effect of bank credit and the labor force to labor absorption in the big industrial sector in province North Sumatera. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of bank credit and growth of economic to labor absorption in the big industrial sector in North Sumatera.
The method used in the analysis of the influence of bank credit to labor absorption in the big industrial sector in the North Sumatera is multiple linear regression using SPSS version 22.0.
Based on the estimation results show that bank credit variables individually is significant effect on employment and growth of economic are significantly affect labor absorption too of big industrial sector in North Sumatera. However, if tested together variables of bank credit and growth of economic did not significantly affect employment in North Sumatera.
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kredit perbankan dan angkatan kerja terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara.
Metode yang digunakan dalam analisis pengaruh kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara adalah regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 22.0.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa secara individual variabel kredit perbankan tidak berpengaruh nyata pada penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara. Akan tetapi jika diuji secara bersama-sama variabel kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
Formulation of the problem in this study is to extent the effect of bank credit and the labor force to labor absorption in the big industrial sector in province North Sumatera. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of bank credit and growth of economic to labor absorption in the big industrial sector in North Sumatera.
The method used in the analysis of the influence of bank credit to labor absorption in the big industrial sector in the North Sumatera is multiple linear regression using SPSS version 22.0.
Based on the estimation results show that bank credit variables individually is significant effect on employment and growth of economic are significantly affect labor absorption too of big industrial sector in North Sumatera. However, if tested together variables of bank credit and growth of economic did not significantly affect employment in North Sumatera.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan adanya suatu model yang
menunjukkan proses perubahan yang dilakukan secara terus menerus dalam
rangka meningkatkan perekonomian suatu negara. Pembangunan nasional suatu
bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan
ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai, karena
pembangunan sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan
lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan
ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank (bank) dan lembaga
keuangan non bank (LKKB).Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit. Bank menurut Undang-Undang Perbankan
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Bank Umum dan BPR. Bank Umum adalah
bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan BPR
adalah bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk tabungan, deposito,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan lembaga
keuangan non bank merupakan lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan
usahanya tidak melakukan penghimpunan dana dan memberikan jasa seperti
Kehadiran suatu lembaga perbankan dalam menopang pembangunan
perekonomian mutlak diperlukan, karena bank disamping berfungsi sebagai badan
usaha yang menyalurkan dana dalam bentuk kredit, lembaga ini juga berfungsi
sebagai penghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, simpanan
berjangka, maupun dalam bentuk tabungan. Disamping itu bank juga berfungsi
sebagai Agent of Development yang melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem lalu lintas pembayaran.
Sebagai bagian dari sektor finansial, keberadaan industri perbankan telah
memainkan peranan yang cukup strategis. Untuk itu pemerintah terus berusaha
untuk mendorong industri perbankan agar dapat menjalankan fungsinya sebagai
mediator antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.
Melihat peranannya yang demikian strategis maka lembaga perbankan perlu
senantiasa mendapat pembinaan dan pengawasan yang efektif dengan didasari
oleh landasan gerak yang kokoh agar lembaga perbankan di Indonesia mampu
berfungsi secara efisien, sehat, dan wajar.
Dalam upaya meningkatkan perekonomian, seluruh sektor-sektor ekonomi
berupaya meningkatkan perekonomian daerahnya salah satunya ialah sektor
industri besar. Dewasa ini perbankan tertarik untuk mengembankan mekanisme
kredit bagi nasabah atau perusahaan yang mempunyai industri besar. Salah
satunya pemberian kredit dalam usaha logam dasar besi dan baja dan juga alat
angkutan mesin dan peralatannya.
Pemberian kredit bagi sektor-sektor usaha besar tersebut tidak terlepas
pembangunan atau aset nasional yang perlu dipersiapkan sebaik-baiknya melalui
program pengembangan sumber daya manusia.
Keberhasilan suatu sektor industri besar ini didukung dengan adanya
sumber daya manusia yang berkompeten dan mampu meningkatkan produktifitas
sektor industri besar tersebut. Untuk memenuhi adanya sumber daya manusia
yang dimaksud maka sektor industri besar memerlukan dana yang cukup besar
dalam merekrut karyawannya. Hal ini yang menyebabkan sektor industri besar
melakukan peminjaman kredit terhadap lembaga keuangan.
Dengan bantuan kredit dari perbankan diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas dari suatu sektor industri besar dengan memiliki sumber daya
manusia yang berkemampuan. Dengan demikian sektor usaha besar dianggap
sebagai sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lebih besar, dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya.
Sejalan dengan ulasan-ulasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara?
2. Seberapa besar pengaruh perkembangan ekonomi disektor industri besar
khususnya sektor usaha logam dasar besi dan baja dan juga alat angkutan
mesin dan peralatannya terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri
besar di provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit perbankan terhadap
penyerapan tenaga kerja di provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan ekonomi
disektor industri besar golongan usaha logam dasar besi dan baja dan juga
alat angkutan mesin dan peralatannya terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
tentang pengaruh dari kredit perbankan terhadap penyerapan tenaga kerja
2. Agar hasil penelitian skripsi ini dapat dijadikan masukan yang berguna
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perbankan
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah
sebagai berikut:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
2.1.2 Jenis-Jenis Perbankan
Menurut undang-undang RI No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan, bank di golongkan menjadi sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenisnya
Berdasarkan jenisnya, bank di bagi menjadi:
1) Bank umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran; atau bank komersial.
2) Bank perkreditan rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
b. Berdasarkan kepemilikannya
Berdasarkan kepemilikannya, bank dibagi menjadi:
1) Bank milik pemerintah
2) Bank milik pemerintah daerah
3) Bank milik swasta nasional
4) Bank milik koperasi
5) Bank milik asing/campuran
c. Berdasarkan bentuk hukumnya
Berdasarkan bentuk hukumnya, bank dibagi menjadi:
1) Bank berbentuk hukum perusahaan daerah
2) Bank berbentuk hukum perseroan (PERSERO)
3) Bank berbentuk hukum perseroan terbatas (PT)
4) Bank berbentuk hukum koperasi
d. Berdasarkan kegiatan usahanya:
Berdasarkan kegiatan usahanya, bank dibagi menjadi:
1) Bank devisa
2) Bank bukan devisa
e. Berdasarkan sistem pembayaran jasa
Berdasarkan sistem pembayaran jasa, bank di bagi menjadi:
1) Bank berdasarkan pembayaran bunga
2) Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan
2.2 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari pada kredit adalah kepercayaan. Sebuah badan hukum yang memberikan kredit (kreditur) percaya
bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi
segala sesuatu yang telah dijanjikan, baik berupa uang, barang maupun jasa.
Menurut Raymond P. Kent (Suyanto, 1997:13) dalam bukunya Money and Banking, arti kredit adalah “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atas kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu
yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang”.
Sedangkan pengertian kredit menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankkan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 adalah
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu bedasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
2.2.1 Unsur-unsur Kredit
Suatu hal yang mendasar dalam suatu pemberian kredit perbankan adalah,
bahwa setiap orang atau badan usaha yang mendapatkan fasilitas kredit dari bank,
berarti bahwa orang atau badan usaha tersebut telah mendapatkan kepercayaan
terhadap “capacity dan willingness”nya.
Sebelum seseorang atau badan usaha mendapatkan fasilitas kredit, oleh
modal, agunan, dan kondisi atau prospek usaha yang bersangkutan. Kredit yang
diberikan kepada debitur harus didasarkan atas kepercayaan sehingga demikian
pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa kreditur
akan memberikan kredit kalau ia betul – betul yakin bahwa debitur akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan
syarat – syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Unsur – unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah :
a. Kepercayaan : Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar – benar diterima
kembali dimasa tertentu dimasa datang.
b. Kesepakatan : Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si
penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing – masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing – masing.
c. Tingkat resiko (degree of risk) : Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet
pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya
demikian pula sebaliknya resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko
yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak
disengaja. Misalnya terjadinya bencana alam atau bangkrutnya usaha
d. Jangka waktu : Setiap waktu yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka panjang, jangka
menengah atau jangka pendek.
e. Balas jasa : Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga balas jasa dalam bentuk
bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
2.2.2 Prinsip – Prinsip Perkreditan
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar – benar akan kembali. Keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian
kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.
Dalam melakukan penilaian kriteria – kriteria serta aspek penilaian yang benar.
Dalam melakukan penilaian kriteria – kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama.
Begitu pula dengan ukuran – ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank.
Biasanya kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar – benar menguntungkan dilakukan dengan
analisa 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah
sebagai berikut :
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak pelaku orang – orang yang akan
diberikan kredit benar – benar dapat dipercayai. Hal ini tercermin dari latar
belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau
gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan social
standingnya. Ini merupakan ukuran kemauan membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya. Kemampuannya bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan – ketentuan
pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya, termasuk kekuatan yang ia miliki. Pada akhirnya akan terlihat
kemampuannya dalam mengembalikan kredit.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan
( neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari
segi likuiditas dan sovabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital
juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
dan non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika
terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat digunakan
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang
dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing –
masing serta akibatnya dengan prospek usaha dari sektor yang ia jalankan.
Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar – benar
memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
Sedangkan penilaian dengan analisis 7P kredit adalah sebagai berikut :
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dri segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari
– hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah dalam kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam – macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi
nasabah juga.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana yang untuk pengembalian
kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin
baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh
sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperoleh.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
2.2.3 Jenis – Jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari beberapa jenis. Secara umum jenis – jeis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain :
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit
investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin –
mesin. Dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif
lama.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya
lainnya yang berkaitan dengan produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan dalam peningkatan usaha atau produksi atau
invesatasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan
pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau
kredit industri lainnya.
b. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier
atau agen – agen perdagangan yang membeli barang dalam jumlah
besar. Contoh kredit ini misalnya kredit impor dan ekspor.
c. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Di dalam kredit
ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi,
kredit perabotan rumah tangga.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya untuk peternakan ayam
atau jika pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi .Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengambilannya paling panjang. Kredit
jangka panjang masa pengambilannya diatas 3 tahun atau 5
tahun.Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak terwujud atau jaminan orang artinya setiap
yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon
debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu.Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur.
5. Dilihat dari sektor usaha terdiri dari
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa
jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah,
atau besar.
d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya
dalam jangka panjang, sperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kresit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kresit untuk
para mahasiswa.
f. Kredit profesi, diberikan kepada profesioanl seperti dosen, dokter,
pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan ataupun
pembelian rumah.
h. Dan sektor-sektor lainnya.
2.3 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
dalam usaha karena tanpa pekerja atau tenaga kerja mustahil suatu proses
produksi dan aktifitas lainya berjalan dengan baik.
Secara umum tenaga kerja adalah mencakup manusia yang mampu bekerja
untuk dapat menghasilkan barang atau jasa dan memiliki nilai ekonomis yang
dapat berguna bagi memenuhi kebutuhan masyarakat, yang secara fisik
kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Menurut MT Rionga dan Yoga Firdaus (2007 : 2) berpendapat bahwa
“tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga”. Lalu
menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) mengenai arti tenaga kerja adalah
semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang
menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang
menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.14 tahun
1965 bahwa “tenaga kerja adalah semua orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik didalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
1. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti
petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan
sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak
optimal disebut pengangguran.
2. Pekerja
Adalah mereka yang melakukan suatu pekerjaan dengan maksud
memperoleh pendapatan atau keuntungan dengan lama bekerja paling sedikit satu
jam secara konstan selama seminggu. Pekerja keluarga tanpa upah yang
membantu dalam suatu proses usaha/kegiatan teknologi akan dimasukkan sebagai
3. Tidak bekerja
a. Sementara tidak bekerja
Adalah mereka yang punya pekerjaan tetapi selama seminggu yang
lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, sakit, cuti, menunggu panen,
mogok, termasuk mereka yang sudah diterima bekerja selama
seminggu yang lalu tidak bekerja.
b. Mencari pekerjaan
Adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan seperti
mereka yang belum pernah bekerja dan atau mereka Sudah pernah
bekerja karena suatu hal tertentu berhenti atau diberhentikan dan
sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
4. Bukan angkatan kerja
Adalah penduduk usia kerja dengan kegiatan seperti bersekolah,mengurus
rumah tangga dan lain-lain :
a. Bersekolah
Adapun mereka yang melakukan kegiatan bersekolah di sekolah
formal yang dimulai pendidikan tinggi seminggu yang lalu termasuk
libur.
b. Mengurus rumah tangga
Adalah mereka yang mengurus rumah tangga dengan tidak
mendapatkan upah,sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapat
2.4. Definisi Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
a. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung
dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,
peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari
tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah
berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi,
perbankan, transportasi, kspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
Adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
2. Industri padat karya
Adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan,
kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat
terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan
ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri misal seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19
orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi
lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor
(man poweroriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented industry) Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana
bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi
yang besar.
G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
Adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu Contohnya adalah hasil
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-Barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah
pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
2.5 Industri Logam, Besi dan Baja
Industri logam, besi dan baja adalah pengolahan berbahan unsur dasar
metal yang keras. Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat,
liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Logam
juga merupakan bahan yang dapat ditempa, mengkilat, magnetis, dan dapat
dicampur secara homogen dalam berbagai kadar begitu halnya dengan besi dan
baja. Logam dibagi menjadi dua yaitu logam murni yang hanya terdiri dari satu
jenis atom, seperti besi (Fe) murni, tembaga (Cu) murni dan logam paduan (metal
alloy) yang terdiri dari dua atau lebih jenis atom dan merupakan campuran dari
dua macam logam atau lebih yang dicampur satu sama lain dalam keadaan cair.
2.6 Industri Mesin dan Peralatannya
Industri mesin adalah industri yang bergerak dalam hal pembuatan
kendaraan dan alat – alat didalamnya. Contoh dalam hal pembuatan pesawat
2.7 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak
dilakukan pada bank-bank asing maupun bank-bank swasta nasional baik
domestik maupun luar negeri:
1. Diegi Dona Sari (2003)
Meneliti “Penyaluran dana UKM melalui pemberian kredit pada PT.Bank
Mandiri Cabang Solok SUMBAR.. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak suksesnya akses UKM ke perbankan diakibatkan oleh Pihak
UKM yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank
Mandiri dalam mengajukan permohonan kredit, usaha Debitor(UKM)
yang tidak memiliki prospek masa depan dan jaminan yang tidak
mencukupi.
2. Tri Handayani (2002)
Meneliti “Peranan Kredit PT.Bank SUMUT Cabang Stabat Terhadap
Perkembangan UKM. Penelitian ini dilakukan dengan uji statistik yaitu
Koefisien Determinasi R Square (dan pengujian Hipotesa secara parsial
(uji t) dimana pada penelitian ini yang akan diuji adalah pengaruh modal
awal, lama usaha , dan setelah diberikan kredit oleh bank Sumut terhadap
pendapatan UKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal awal
memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan sedangkan lama usaha dan
pemberian kredit oleh bank Sumut memiliki pengaruh positif signifikan
2.8 Kerangka Konseptual
Alur pemikiran dari penelitian “Analisis Pengaruh Kredit Perbankan
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar di Sumatera Utara”.
Akan dianalisis hubungan variabel Y (penyerapan tenaga kerja) dan
variabel X1 (kredit perbankan) dan variabel X2 (perkembangan ekonomi) dengan
menggunakan beberapa pengujian yaitu analisis regresi linier berganda yaitu
untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen (X1 = kredit
perbankan dan variabel X2 = perkembangan ekonomi) dengan variabel dependen
(Y = penyerapan tenaga kerja) apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Lalu uji t statistik, untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Tahap
terakhir uji F statistik untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(Y).
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
memberikan hipotesis sebagai berikut:
a. ∆Y
> 0 ; Semakin tinggi kredit perbankan yang diberikan, cateris ∆X1 paribus maka akan banyak tenaga kerja yang terserap pada
industri besar di Sumatera Utara.
b. ∆Y
∆X2 maka akan banyak tenaga kerja terserap pada industri besar di Sumatera Utara
uji t
Uji F
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kredit Perbankan (X1)
Perkembangan Ekonomi (X2)
Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
27 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menganalisis pengaruh kredit perbankan
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri besar di provinsi Sumatera Utara
dan data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang
menganalisa data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka
waktu tiga puluh tahun, dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini
dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari Bank Indonesia, Data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara dan Kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah industri besar berdasarkan golongan
industri di provinsi Sumatera Utara selama periode 1983 - 2013. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan
pertimbangan tertentu. Sampel yang dilakukan penelitian yaitu golongan industri
logam besi dan baja, dan golongan industri mesin dan peralatannya pada tahun
1983 sampai dengan tahun 2013.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diambil di provinsi Sumatera Utara dan sebagai sumber
Sumatera Utara dan Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera Utara.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah adalah data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari dari buku-buku literatur yang ada
hubungannya dengan topik yang akan diteliti, serta data-data yang diperoleh
langsung dari sumber resmi yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara dan Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi
dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur-literatur dan laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara dan Kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah data seri waktu (time series) selama periode 1983 – 2013. Dimana tahun 1983 merupakan tahun dasar sedangkan
tahun 2013 sebagai tahun akhir cakupan waktu dalam penelitian. Selanjutnya
data-data tersebut dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan
regresi linier berganda, dan perhitungan koefisiennya dengan menggunakan
3.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan
positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + …….+ βnXn + μ
Keterangan:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
α = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2…..Xn = 0)
β = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
X1 dan X2 = Variabel independen
μ = standar error
Untuk mengetahui hubungan kedua variabel Independen (X) secara simultan dengan variabel Dependen (Y), maka analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiono (2008 : 277), persamaan analisis regresi linier berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
Y = penyerapan tenaga kerja (jiwa) α = konstanta / intercept
β1β2 = koefisien regresi
X1 = kredit perbankan (Rp)
X2 = perkembangan ekonomi (%)
μ = standar error
3.6.2 Uji t Statistik
Uji t pertama kali dikembangkan oleh William Seely Gosset pada 1915.
Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan
hipotesis nol. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel independen (X1, X2,…..Xn) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
3.6.3 Uji F Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti
hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
3.7 Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel independen (X) yaitu Kredit perbankan (X1), Perkembangan Ekonomi
(X2) dan satu variabel dependen (Y) yaitu Penyerapan Tenaga Kerja.
a. Kredit Perbankan
Kredit perbankan (X1), menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, kredit adalah : penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
b. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan Ekonomi (X2) Menurut Simon Kuznets adalah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan
atau penyesuaian-penyesuaian teknologis, institusional (kelembagaan) dan
ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Pertumbuhan
ekonomi didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat
bertambah.
c. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan Tenaga Kerja (Y) dapat diartikan secara luas yakni menyerap
tenaga kerja dalam arti menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
4.1.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara
Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera merupakan suatu
pemerintahan yang bernama Gouvernment van Sumatera, yang meliputi seluruh Sumatera, dikepalai oleh seorang Gouverneur berkedudukan di Medan. Sumatera
terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan Keresidenan. Pada awal
Kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera tetap merupakan suatu kesatuan
pemerintahan yaitu Provinsi Sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur dan
terdiri dari daerah-daerah Administratif Keresidenan yang dikepalai oleh seorang
Residen. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (K.N.D) Provinsi Sumatera,
mengingat kesulitan-kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan,
diputuskan untuk membagi Provinsi Sumatera menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub
Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan
Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah, dan
sub Provinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya melalui
Undang-undang No. 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Pemerintah
menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu:
1. Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera Timur,
2. Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan Sumatera Barat, Riau,
dan Jambi.
3. Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu, Palembang,
Lampung, dan Bangka Belitung.
Dengan berdasarkan kepada Undang-undang No. 10 Tahun 1948, atas usul
Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 16
Pebruari 1973 No. 4585/25, DPRD Tingkat I Sumatera Utara dengan
keputusannya tanggal 13 Agustus 1973 No. 19/K/1973 telah menetapkan bahwa
hari jadi Provinsi Sumatera Daerah Tingkat I Sumatera Utara adalah tanggal 15
April 1948 yaitu tanggal ditetapkannya U.U No. 10 Tahun 1948 tersebut.
Pada awal tahun 1949 berkaitan dengan meningkatnya serangan Belanda,
diadakanlah reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Pada waktu itu, keadaan
memerlukan suatu sistem pertahanan yang lebih kokoh dan sempurna. Oleh
karena itu perlu dipusatkan alat-alat kekuatan sipil dan militer dalam tiap-tiap
Daerah Militer Istimewa yang berada dalam suatu tangan yaitu Gubernur Militer.
Sehingga penduduk sipil dan militer berada dibawah kekuasaan suatu pemerintah.
Perubahan demikian ini ditetapkan dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I
tanggal 16 Mei 1949 No. 21/Pem/P.D.R.I., yang diikuti Keputusan Pemerintah
Darurat R.I tanggal 17 Mei 1949 No. 22/Pem/P.D.R.I jabatan Gubernur Sumatera
Utara ditiadakan. Gubernur yang bersangkutan diangkat menjadi komisaris
dengan tugas-tugas memberi pengawasan dan tuntutan terhadap pemerintahan,
baik sipil maupun militer. Selanjutnya dengan instruksi Dewan Pembantu dan
dibagi menjadi dua Daerah Militer Istimewa yaitu Aceh dan Tanah Karo diketuai
oleh Gubernur Militer Tgk. M. Daud Beureuen dan Tapanuli/Sumatera Timur
Selatan oleh Gubernur Militer Dr. F.L. Tobing. Selanjutnya, dengan ketetapan
Pemerintah Darurat R.I dalam bentuk Peraturan Perdana Menteri Pengganti
Peraturan Pemerintah tanggal 17 Desember 1949 No.8/Des/W.K.P.M dibentuklah
Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 5 Tahun 1950 Peraturan
Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17 Agustus 1949
No.8/Des/W.K.P.M tahun 1949 tersebut dicabut dan kembali dibentuk Provinsi
Sumatera Utara dengan daerah yang meliputi daerah Keresidenan Aceh, Sumatera
Timur, dan Tapanuli. Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
1950 tanggal 14 Agustus 1950, pada waktu RIS, ditetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas beberapa daerah-daerah Provinsi, yaitu:
1. Jawa Barat
2. Jawa Tengah
3. Jawa Timur
4. Sumatera Utara
5. Sumatera Tengah
6. Sumatera Selatan
7. Kalimantan
8. Sulawesi
9. Maluku
Pada tanggal 7 Desember 1956 diundangkanlah Undang-undang No. 24
Tahun 1956 yaitu Undang-undang tentang pembentukan daerah otonom Provinsi
Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara.
Pasal 1 Undang-undang No. 24 Tahun 1956 ini menyebutkan:
1. Daerah Aceh yang meliputi Kabupaten-kabupaten: Aceh Besar, Aceh Pidie,
Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan, Kota Besar
Kutaraja, daerah-daerah tersebut dipisahkan dari lingkungan daerah Otonom
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 5 Tahun 1950 sehingga daerah-daerah tersebut menjadi daerah
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan nama
Provinsi Aceh
2. Provinsi Sumatera Utara tersebut dalam ayat (1) yang wilayahnya telah
dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah otonom
Provinsi Aceh, tetap disebut Provinsi Sumatera Utara.
4.1.2 Luas Wilayah dan Topografi Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Undang-undang Darurat No. 7 Tahun 1956, Undang-undang
Darurat No. 8 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 4 Tahun 1964, Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari 17 kabupaten/kota. Tetapi dengan terbitnya Undang-undang No.
12 Tahun 1998, tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan
Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang
pembentukan Kota Padang Sidempuan, Undang-undang No. 9 Tahun 2003
Barat, serta Undang-undang No. 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten
Samosir dan Serdang Bedagai, maka wilayah Provinsi Sumatera Utara sudah
menjadi 18 Kabupaten dan 7 Kota. Adapun Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Wilayah Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara a. Wilayah Kabupaten
1. Nias 10. Dairi
2. Mandailing Natal 11. Karo
3. Tapanuli Selatan 12. Deli Serdang
4. Tapanuli Tengah 13. Langkat
5. Tapanuli Utara 14. Nias Selatan
6. Toba Samosir (Tobasa) 15. Humbang Hasundutan
7. Labuhan Batu 16. Pakpak Barat
8. Asahan 17. Serdang bedagai
9. Simalungun 18. Samosir
b. Wilayah Kota
1. Sibolga 5. Medan
2. Tanjung Balai 6. Binjai
3. Pematang Siantar 7. Padang Sidempuan
4. Tebing Tinggi
Tabel 4.2
Luas Wilayah Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Periode Tahun 2013
Kabupaten/Kota Luas (Km²) Rasio terhadap Total (%)
Kabupaten
1. Nias 3.495,39 4,88
2. Mandailing Natal 6.618,79 9,23
3. Tapanuli Selatan 12.138,30 16,93
4. Tapanuli Tengah 2.188,00 3,05
5. Tapanuli Utara 3.726,52 5,2
15. Humbang Hasundutan 2.335,33 3,25
16. Pakpak Barat 118,30 1,7
21. Pematang Siantar 79,99 0,11
22. Tebing Tinggi 37,99 0,05
23. Medan 265,10 0,37
24. Binjai 90,33 0,13
25. Padang Sidempuan 140,00 0,2
Sumatera Utara 71.680,68 100
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013.
4.1.3 Letak Geografis Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi yang strategis di bagian barat
Aceh yang sekarang disebut Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sedangkan di
sebelah timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, untuk wilayah
di sebelah Selatan Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera
Barat, untuk wilayah perbatasan di sebelah Barat Provinsi ini berbatasan dengan
Samudera Hindia. Sedangkan keadaan geografi Provinsi Sumatera Utara terletak
pada garis 10-40 Lintang Utara, dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara 71.680,68 km2 .
Tabel 4.3
Luas Wilayah dan Letak Di Atas Permukaan Laut Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Periode Tahun 2013
1. Geografis Sumatera 1⁰ - 4⁰ Lintang Utara
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013.
4.1.4 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara
Jumlah penduduk di provinsi Sumatera Utara mempunyai beragam suku
bangsa yang terdiri dari suku Melayu, Batak, Minangkabau, Aceh, Jawa dan
sebagainya. Jumlah yang besar dan laju urbanisasi yang tinggi sebagai akibat dan
fungsi provinsi Sumatera Utara serta berjalannya pemerintahan, perdagangan,
perindustrian, dan pendidikan di Sumatera Utara menjadi tumpuan harapan bagi
pencari kerja.
Pada umumnya keberadaan penduduk dalam jumlah besar dengan
pertumbuhan yang tinggi dianggap sebagai penghambat dalam pembangunan,
karena jumlah penduduk yang besar akan memperkecil pendapatan perkapita dan
menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi sebenarnya hal itu juga tergantung
kepada kapasitas penduduk tersebut.
Berikut tabel dibawah ini akan memperlihatkan perkembangan jumlah
penduduk provinsi Sumatera Utara dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2013,
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1983 – 2013
Tahun Jumlah Penduduk
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara Dalam Angka. (berbagai Tahun).
Dengan melihat tabel 4.4 diatas, sejak tahun 1983 penduduk provinsi
Sumatera Utara mengalami kenaikan, dimana pada tahun 1983 jumlah penduduk
sebanyak 9.103.452 jiwa lalu meningkat menjadi 9.230.365 jiwa pada tahun 1984,
mencapai 13.326.307 jiwa. hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya angka
kelahiran, juga dipenaruhi oleh faktor perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di provinsi
Sumatera Utara walaupun jumlahnya tidak terlalu besar setiap tahunnya.
4.2 Perkembangan Kredit Perbankandi Provinsi Sumatera Utara
Perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat juga memiliki peranan yang
sangat strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta menjaga
stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan dana dari masyarakat tidak dapat
dipungkiri bahwa peranan dunia perbankan sangat besar seiring dengan semakin
meluasnya perkembangan dunia perbankan di negara kita, serta dukungan dari
pemerintah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan – kebijakan yang bertujuan
untuk mendorong perkembangan dunia perbankan. Penyaluran dana dalam
bentuk kredit ini sangat bermanfaat untuk perkembangan pembangunan dimana
kredit yang disalurkan oleh bank sangat bermanfaat untuk peningkatan taraf hidup
rakyat banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan kredit perbankan
di provinsi Sumatera Utara dari tahun 1983 – 2013.
Tabel 4.5 akan memperlihatkan posisi kredit rupiah yang disalurkan oleh
bank di provinsi Sumatera Utara menurut jenis valuta periode tahun 1983 – 2013.
Dimana data tersebut akan menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan
Tabel 4.5
Posisi Kredit Rupiah yang Disalurkan Berdasarkan Bank Pelapor Di Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Valuta
Periode Tahun 1983 – 2013 (Juta Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia Medan, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah. (1983- 2013).
Dari tabel 4.5 diatas, terlihat perkembangan kredit perbankan di provinsi
Sumatera Utara yang disalurkan bank menurut jenis valuta dimana pada tahun Tahun Rupiah Jenis Valuta Valas Jumlah
1983 900.522 - 900.522
1991 2.198.303 587.522 2.785.825
1992 2.749.349 625.029 3.374.378
1993 4.348.337 983.663 5.332.000
1994 4.993.957 1.226.855 6.220.812
1995 7.639.878 7.335.998 14.975.876
1996 8.667.214 1.185.753 9.852.967
1997 8.709.352 2.582.083 11.291.435
1998 9.446.778 4.008.824 13.455.602
1999 5.596.633 2.557.098 8.153.731
2000 6.909.924 3.572.565 10.482.489
2001 9.713.496 4.034.572 13.748.068
2002 12.582.656 3.090.507 15.673.163
2003 17.208.744 3.236.748 20.445.492
2004 23.134.864 4.391.316 27.526.180
2005 30.874.502 5.631.126 36.505.628
2006 65.752.875 14.572.009 80.324.884
2007 68.919.281 18.610.635 87.529.916
2008 82.927.918 25.203.877 108.131.795
2009 95.925.572 19.921.062 115.846.634
2010 133.790.670 20.996.295 154.786.965
2011 143.732.504 16.320.382 160.052.886
2012 127.454.019 11.494.026 138.948.045
1983 kredit yang disalurkan sebesar Rp. 900.522 mengalami peningkatan pada
tahun 1995 menjadi sebesar Rp. 14.975.876 tetapi pada tahun 1996 dimana posisi
kredit mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar Rp. 5.122.909
disebabkan kurang stabilnya kondisi perekonomian pada saat itu dan kurang
kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank karena banyaknya bank-bank yang
terkena imbas likuidasi besar-besaran oleh pemerintah pada saat itu. Pada tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi Rp. 160.052.886 namun ikut mengalami
penurunan kembali menjadi Rp. 138.428.412 pada tahun 2013 yang sebelumnya
sebesar Rp. 138.948.045 pada tahun 2012.
Berikut ini tabel 4.6 Untuk mengetahui posisi kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan menurut jenis penggunaannya periode tahun 1983–2013 sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Posisi Kredit Rupiah Yang Disalurkan Berdasarkan Bank di Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Penggunaannya
Periode Tahun 1983-1995 (Juta Rupiah)
Tahun Investasi Jenis Penggunaan Modal Kerja Konsumsi Jumlah
1983 6.570.125 4.934.265 596.463 12.100.853
1984 7.400.853 4.745.101 650.330 12.796.284
1985 7.784.618 1.169.196 883.257 9.837.071
1986 6.886.150 1.928.997 724.872 9.540.019
1987 6.883.571 2.217.794 733.560 9.834.925
1988 4.690.630 2.162.512 591.478 7.444.620
1989 4.482.861 1.275.122 615.864 6.373.847
1990 4.382.764 2.432.470 622.624 7.437.858
1991 4.636.596 2.214.452 392.882 7.153.930
1992 5.220.382 1.934.792 410.253 7.565.427
1993 5.478.272 2.711.973 642.872 8.833.117
1994 5.812.970 2.817.498 850.254 9.480.722
1995 6.242.882 4.349.130 900.325 11.492.337
Tabel 4.7
Posisi Kredit Rupiah Yang Disalurkan Berdasarkan Bank di Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Penggunaannya
Periode Tahun 1996-2013 (Juta Rupiah)
Tahun
Jenis Penggunaan
Jumlah
Investasi Modal Kerja Konsumsi
1996 4.585.243 4.534.742 950.218 10.070.203
1997 5.543.548 6.125.648 880.175 12.549.371
1998 4.570.346 7.934.801 950.455 13.455.602
1999 2.669.114 4.633.250 851.367 8.153.731
2000 3.406.826 5.744.008 1.331.655 10.482.489
2001 3.740.888 8.094.214 1.912.966 13.748.068
2002 3.349.946 9.333.150 2.334.661 15.017.757
2003 4.046.048 12.059.423 3.301.110 19.406.581
2004 5.597.289 15.352.270 5.661.385 26.610.944
2005 7.493.040 20.650.481 7.722.940 35.866.461
2006 10.039.576 22.485.215 8.679.080 41.203.871
2007 6.970.878 21.301.359 11.124.160 39.396.397
2008 8.977.525 30.152.959 15.708.934 54.839.418
2009 12.602.295 30.439.715 17.990.471 61.032.481
2010 12.139.321 30.972.177 21.525.772 64.637.270
2011 19.711.667 40.682.062 29.444.725 89.838.454
2012 29.652.273 62.903.799 34.659.904 127.215.976
2013 41.366.732 70.784.442 54.725.307 166.876.481
Sumber: Bank Indonesia Medan, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah. (1983-2013).
Tabel 4.6 dan tabel 4.7 menunjukkan perkembangan posisi kredit yang
disalurkan berdasarkan jenis penggunaan dari tahun 1983-2013. Dimana kredit
perbankan yang disalurkan sebagian besar digunakan sebagai modal kerja dan
investasi serta sebagian lagi untuk konsumsi. Pada tahun 1983 total kegunaan
sebesar Rp. 12.100.853 juta Dimana sebesar Rp. 6.570.125 juta digunakan untuk
investasi, sekitar Rp.4.934.265 juta digunakan untuk modal kerja, sekitar
Rp.596.463 juta digunakan untuk konsumsi. Dilihat dari jumlah keseluruhan
1995 meningkat menjadi Rp.11.492.337 juta. Lalu pada tahun 1996 posisi kredit
mengalami penurunan kembali sebesar Rp.10.070.203 juta dimana posisi kredit
untuk investasi sebesar Rp. 4.585.243 juta, lalu untuk modal kerja sebesar Rp.
4.534.742 juta dan sisanya untuk penggunaan konsumsi sebesar Rp. 950.218 juta.
Dengan membaiknya kondisi perekonomian di provinsi Sumatera Utara
yang terlihat dari posisi kredit yang disalurkan pada jenis penggunaannya, maka
dengan otomatis tingkat pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja akan
terbuka lebih luas apalagi didorong dengan kondisi perbankan yang cukup sehat.
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan sangat dinantikan
oleh para pelaku ekonomi dalam sektor industri. Hal ini dinantikan oleh para
pelaku ekonomi dalam sektor industri. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan
kegiatan perekonomian provinsi Sumatera Utara. Sektor industri besar
memerlukan kucuran dana segar berupa penyaluran kredit perbankan untuk
menjalankan roda perekonomian sektor industri besar setiap tahunnya.
Tabel 4.8 dan tabel 4.9 akan menunjukkan posisi kredit rupiah yang
disalurkan oleh bank di provinsi Sumatera Utara menurut sektor ekonomi.
Dimana perkembangan penyaluran kredit sektor industri baik itu kenaikan atau
penurunan, menjadi acuan utama dalam hal menganalisis pengaruhnya terhadap
proses kegiatan ekonomi sektor industri besar pada umumnya.
Posisi Kredit Rupiah Yang Disalurkan Oleh Bank di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Sektor Ekonomi Periode Tahun 1983-1995 (Juta Rupiah)
Tahun
Sektor Ekonomi
Pertanian Pertam-bangan industrian Per- gas dan Listrik, air
Posisi Kredit Rupiah Yang Disalurkan Oleh Bank di Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi Periode Tahun 1996-2008 (Juta Rupiah)
Tahun
Sektor Ekonomi
Pertanian Pertam-bangan industrian Per- Listrik, gas dan air
2005 1.131.564 6.364 1.709.869 4.023 584.102 5.869.681 505.337 1.010.908 374.866 7.228.022 18.424.736
2006 1.386.145 12.602 1.824.629 4.468 917.411 6.655.213 510.910 1.298.280 385.046 8.222.972 21.217.676
2007 1.486.291 13.763 2.049.944 3.592 837.448 6.734.297 538.394 1.526.493 474.531 9.338.536 20.924.639
2008 1.552.834 15.985 2.304.154 3.443 772.180 6.859.213 571.429 1.754.824 485.237 9.415.604 18.316.331
Posisi Kredit Rupiah Yang Disalurkan Oleh Bank di Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi Periode Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
Tahun
Sektor Ekonomi
Pertanian Pertam-bangan industrian Per- Listrik, gas dan air
49
Berdasarkan tabel 4.8, 4.9, dan 4.10 menunjukkan posisi kredit yang
disalurkan pihak perbankan menurut sektor ekonomi. Dimana pada tahun –1983
hingga tahun 1990 posisi kredit yang disalurkan menurut sektor ekonomi
meningkat dari posisi Rp. 2.210.185 menuju Rp. 5.626.671. Namun pada tahun
berikutnya yakni tahun 1991 mengalami penurunan menjadi
Rp.
1.503.428hingga pada tahun 1998 hanya bertahan menjadi
Rp.
1.952.865 hal terjadi karenakrisis moneter yang melanda pangsa ekonomi pasca tahun 1998. Dimana posisi
kredit dari tahun 1996 hingga tahun 1997 terus mengalami peningkatan di seluruh
sektor ekonomi yaitu sebesar Rp. 2.148.957 menuju Rp. 2.338.751. Keseluruhan
sektor ekonomi meningkat dari tahun 1983 hingga tahun 1995. Namun pada tahun
1999 posisi kredit menurun drastis yaitu sebesar Rp. 1.501.807. Hal ini juga
terlihat dari penurunan posisi kredit sektor perindustrian dari Rp. 102.194 pada
tahun 1998 menjadi Rp. 73.839 pada tahun 1999. Sejalan dengan berangsur
pulihnya kondisi perekonomian nasional, maka pada tahun 2000 posisi kredit
pada keseluruhan sektor ekonomi mulai meningkat kembali dimana pada tahun
2000 menjadi Rp. 2.124.058 hingga pada tahun 2013 posisi kredit terus
mengalami peningkatan. Hal ini juga terlihat di sektor industri yang ikut
mengalami peningkatan pada tahun 2000 menjadi sebesar Rp. 103.242 yang
sebelumnya pada tahun 1999 hanya sebesar Rp. 73.832, hingga tahun-tahun
4.3 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan tenaga kerja pada suatu kelompok industri, baik itu industri
besar, kecil, maupun menengah belum tentu mencerminkan tingkat penyerapan
yang tinggi terhadap tenaga kerja tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja dapat
dilihat dari rata-rata tenaga kerja per perusahaan.
Industri besar merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pada umumnya dan khususnya provinsi
Sumatera Utara umumnya industri besar menggunakan teknologi modern, proses
produksinya membutuhkan padat tenaga kerja manusia yang dapat memperluas
kesempatan kerja dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan.
Tabel 4.11 akan menunjukkan perkembangan tenaga kerja berdasarkan
sektor industri besar khususnya golongan industri logam dasar besi dan baja