S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2009 M
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdurrahman Dahlan, MA Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA NIP : 150 234 496 NIP : 150 294 051
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2009 M
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM telah diujikan dalam
Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 4 dan 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Madzhab Fiqih.
Jakarta, 7 Desember 2009
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA (...) NIP. 195703121985031003
2. Sekretaris : Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag (...) NIP. 196511191998031002
3. Pembimbing I : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA (...) NIP. 195811101988031001
4. Pembimbing II : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA (...) NIP. 150294051
5. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (...) NIP. 194512301967122001
6. Penguji II : Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag (...) NIP. 197003232000031001
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 November 2009
Cecep Hadiyan S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah mencurahkan nikmat
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam terhatur kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya
yang telah menuntun umatnya untuk berpegang teguh kepada al-Qur’ân dan sunnah
(al-Hadîts).
Dengan rasa syukur yang tidak terhingga, izinkanlah penulis untuk
meng-ucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil, yaitu kepada:
1. Dekan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH.,MA.,MM.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Bapak
Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag.
semoga selalu diberikan kesehatan dan menjadi suri tauladan bagi kami.
3. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. dan Bapak Ahmad
Sudirman Abbas, MA. yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga akhirnya skripsi ini bisa selesai dengan baik.
4. Pembimbing akademik, Ibu Prof. Dr. Hj. Burmasari Siregar, yang telah
memberikan arahan-arahan akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dengan lancar.
i S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
6. Keluarga tercinta khususnya Ayahanda Endang Suherman dan Ibunda Euis
Umayah yang senantiasa selalu mencurahkan ketulusan do’a, kasih sayang dan
perhatian. Kakek tersayang, H.Yoyo Sunaryo (alm.) yang mengajarkan selama ini
tentang hakikat Sabar dan Ikhlas dalam kehidupan kepada penulis.
7. Kakak tercinta Imas Siti Hadjar, A.Md., Ir. Agus Suharna, Mahesa & Masehi,
Asep Rahman Hidayat & Keluarga, Saudara tercinta Yadi Suhendar A.Md., Indra
Boss & Keluarga, Om Santo & Ummy Lilis dan semua keluarga besar H. Yoyo
Sunaryo (alm.) yang selalu memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan
perkuliahan.
8. Segenap Pimpinan Pesantren Darussalam Sindangsari, Kersamanah, Garut, Jawa
Barat (KH. Asep Sholahuddin Mu’thy, KH. Cecep Ishaq As’ary Mu’thie, KH.
Ahmad Ghozali Mu’thie).
9. Teman-teman seperjuangan Try Iswahyudi, Bang Lubis, Jefry dkk. Tiada lupa
saya ucapkan beribu terima kasih kepada teman-teman kosan Ciputat Om Amier
Sadhewo, Om Aam Bedjo, Om Eric Bharata, Om Ainul Yaqin, dan teman-teman
HIMABI (Himpunan Alumni Bahrul Ulum Ibu Kota).
10.Sahabat-sahabat pecinta Gymnastium di Syahida Fitness Center Jakarta (Om
Thoger dkk), Tom’s Gym Sport Center Bandung (Bang Tomy, Kang Atep, Kang
Teguh, Mr. Indonesia 2008 Kang Rudy Permadhi & Keluarga), Tirtamulya
ii S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii
11.Seseorang yang selama ini terus membantu penulis melalui inspirasinya, semoga
Allah Swt, membalas dengan balasan yang tidak terhingga, Amin.
12.Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jakarta, 09 Dzulhijjah 1430 H 26 November 2009 M
Penulis
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Kegunaan Penelitian ... 11
E. Review Studi Terdahulu...11
F. Metode Penelitian ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP NAFKAH A. Konsep Tentang Masyarakat Tradisional Dan Masyarakat Modern. .17 B. Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural...21
C. Peraturan Pemberian Nafkah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ... 24
D. Peraturan Pemberian Nafkah Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di Indonesia ... 25
iv S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
B. Kadar Nafkah Yang Harus Diberikan Oleh Suami...30
C. Jenis-Jenis Nafkah Yang Harus dipenuhi Suami... 37
D. Waktu Wajib Nafkah... 40
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA
A. Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga Sebagai Kewajiban Suami
Istri ... 44
B. Khulu’ Sebagai Pilihan Bagi Istri Untuk Memutuskan Perkawinan
Karena Ketidakmampuan Suami Dalam Menafkahi Keluarganya ... 52
C. Nafkah Dari Istri Untuk Keluarga... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68 S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ا tidak dilambangkan
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j je
ح h ha dengan garis bawah
خ kh ka dan ha
د d de
ذ dz de dan zet
ر r er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis bawah
ض d de dengan garis bawah
ط t te dengan garis bawah
ظ z zet dengan garis bawah
ع ’ koma terbalik di atas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ﻩ h ha
ء ` apostrop
ي y ye
Vokal Vokal
Panjang Diftong
Kata Sandang
Ta Marbûtah Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin
ــــــ a ﺂـــــ â يــــــ ai لا al- ة h & t
ــــــ i ﻲـــــ î وــــــ au
ــــــ u ﻮـــــ û
Ket. : Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum (1428 H / 2007 M).
vi
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Latar Belakang Masalah
Takkan pernah ada kekasih yang tidak dicari oleh kekasihnya. Jika kilat cinta telah menyambar satu hati, maka ketahuilah bahwa ada cinta di hati yang lain. Jika cinta Tuhan telah tumbuh di hatimu, tak diragukan lagi Tuhan pasti menaruh cinta kepadamu. Tak ada suara tepuk tangan yang lahir dari tangan. Kebijaksanaan ilahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah, setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya. Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit. Jika bumi kekurangan panas, maka langit mengirimkan panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban, langit segera memulihkannya. Langit memayungi bumi, layaknya seorang suami yang menafkahi isterinya; Dan bumipun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan. Tak ubahnya bumi dan langit dikaruniai kecerdasan karena mereka melaksanakan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan. Andaikan pasangan ini tidak mengecap kenikmatan, mengapa mereka bersanding seperti sepasanmg kekasih? Tanpa bumi akankah pohon dan bunga bisa berkembang? Sementara tanpa langit, akankah air dan panas bisa tersediakan? Sebagaimana Tuhan memberikan hasrat pada laki-laki dan perempuan sehingga dunia menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka, Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi, hasrat untuk mencari belahannya. Siang dan malam nampak bermusuhan; namun keduanya mengabdi pada satu tujuan. Masing-masing saling mencintai untuk menyempurnakan karya bersama mereka.
1
(Jalaluddîn al-Rûmi)
Demikian indah Jalaluddin Rumi menggambarkan sebuah jalinan cinta yang
telah dikaruniakan Allah Swt pada tiap makhluknya. Bagi manusia, jalinan cinta
1
Erich Fromm, The Art of Loving, (Jakarta: Fresh Book, 2002), cet. Ke-I, hal. 57-58.
1
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ini kemudian membawa mereka pada satu ikatan suci yang berbentuk sebuah
ikatan perkawinan atau pernikahan, disanalah petualangan kehidupan cinta
dimulai, di mana emansipasi antara suami istri harus mulai (dan seharusnya)
dipandang bukan sebagai sebuah kesetaraan tetapi sebagai sebuah kesatuan.2
Syair di atas menggambarkan secara tersirat betapa sebuah ikatan
per-nikahan membawa sebuah misi besar demi menjaga kelanjutan spesies manusia di
muka bumi ini. Namun demikian, ikatan tersebut tidak hanya dalam rangka
memenuhi kebutuhan biologis semata tetapi sekaligus untuk merawat bumi yang
telah diamanahkan kepada manusia, yang mana semua ini merupakan maha karya
yang tak terkira agungnya dari Allah Swt.
Begitu pentingnya arti pernikahan ini sehingga beberapa ayat dalam
al-Qur’ân berisikan anjuran kepada umat Islam untuk menikah.
☯
☺
⌧
)
موﺮﻟا
:
(
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. al-Rûm: 21)
2
Fromm, The Art of Loving..., hal. 25.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ayat ini memberikan penjelasan tentang pentingnya pernikahan dan hakikat
dari perkawinan, dimana hubungan suami istri merupakan kebutuhan yang
memang bersifat fitrah atau naluriah, sebagaimana layaknya sunnah Allah yang
menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan.3
Secara biologis ketertarikan antara laki-laki dan perempuan juga merupakan
sesuatu yang naluriah, namun pemenuhan kebutuhan biologis tidak meniscayakan
hubungan yang tanpa aturan, sehingga pernikahan adalah cara yang bijaksana
yang ditawarkan oleh Islam untuk mengatur masalah ini, agar penyaluran watak
biologis manusia ini berbeda dengan yang dilakukan oleh hewan.4 Di samping
itu, menurut pandangan al-Qur’ân, kehidupan kekeluargaan menjadi salah satu
dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Ilahi, juga merupakan nikmat yang
harus dimanfaatkan sekaligus disyukuri.5
Dalam hadits pun Rasulullah bersabda:6
ܲ
ْﻦ
ܲ
ْ۹ﺪ
ﷲا
ܾ
لﺎ
:
ܾ
لﺎ
ﻟ
ݏ
ر
ﺎ
ܚ
لﻮ
ﷲا
݇ܢ
ﻰ
ﷲا
ܲ
ْ݇ﻴ
ﻪ
و
ܚ
ﱠ݇ﻢ
ݚ
݊
ﺎ
ْܳ
ﺸ
ﺮ
ﱠﺸﻟا
۹
بﺎ
݊
ﻦ
ْܚا
ۿ
ܫ
عﺎ
݊
ْݏﻜ
ْﻢ
ْا
۹ﻟ
ءﺎ
ة
ܺ
ْﻟﺎ
ﻴۿ
ﺰ
ﱠو
ْج
ܺ
ﺎﱠݎ
ﻪ
أ
ﻏ
ڱܥ
ﻟ
ْ݇۹
ﺼ
ﺮ
و
أ
ْﺣ
ﺼ
ﻦ
ﻟْ݇
ܻ
ْﺮ
ج
و
݊
ْﻦ
ﻟ
ْﻢ
ݚ
ْﺴ
ۿ
ܫ
ْܱ
ܺ
ܳ݇
ْﻴ
ﻪ
ﺑ
ﱠﺼﻟﺎ
ْﻮ
م
ܺ
ﺎﱠݎ
ﻪ
ﻟ
ﻪ
و
ﺟ
ٌءﺎ
.
)
ﻪﻴ݇ܲ
ܻܽۿ݊
(
Artinya : Dari Abdillah dikatakan, Rasulullah Saw bersabda kepada kami “Wahai para pemuda barang siapa diantara kamu yang telah mampu (secara material dan spiritual) untuk kawin, maka kawinlah,
3
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1999), Jilid 2,cet. Ke-III, hal. 499.
4
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-III, hal. 22-23.
5
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân, (Bandung: Mizan, 2002), cet. Ke-XXIII, hal. 253. Lihat juga Ibrahim Muhammad Jamal, Fiqih Wanita, Penerjemah Anshori Umar, (Semarang: CV. Asy Syifa’, tt), hal. 358.
6
Muslim, Shahih Muslim, (Kairo: Dar el-Hadits, 1997), hal. 455. Lihat juga Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matn al-Bukhâri, (Surabaya: Dar al-Kutub al-Islâmiyah, tt), Juz III, hal. 238.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sesungguhnya hal itu akan menjaga penglihatan dan kemaluanmu, barangsiapa yang tidak mampu maka berpuasalah sesungguhnya dengan berpuasa akan mampu menahan (syahwat). (H.R. Mutafaqun ‘alaihi).
Hadits ini memberikan penekanan bagi ayat di atas bahwa pernikahan
adalah suatu hal yang penting, di mana salah satu fungsi pernikahan dalam upaya
mengatur kehidupan sosial adalah, agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang
baik, pergaulan laki-laki dan perempuan yang baik serta anak-anak yang akan
dilahirkan memiliki status sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya sebagai sebuah keniscayaan bahwa ikatan pernikahan haruslah
dijaga dan dipertahankan oleh kedua belah pihak, karena dalam mengarungi
petualangan hidup sebagai suami istri, kondisi kehidupan akan menjadi begitu
“sengit” dan menantang dalam menghadapi berbagai nikmat dan ujian hidup
dalam berumah tangga.
Salah satu faktor untuk menjaga kelanjutan ikatan perkawinan ini adalah
dibutuhkannya unsur material, yakni dibutuhkan kecukupan sandang, pangan, dan
papan yang lazim kita sebut sebagai nafkah. Perintah pemberian nafkah bahkan
wajib sifatnya, seperti yang difirmankan Allah Swt berikut ini:
⌧
☺
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
⌧
☺
⌧
☺
☺
)
ةﺮﻘﺒﻟا
:
(
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S : Al-Baqarah: 233)
Dalam ayat ini betapa indah al-Qur’an menggambarkan pembagian peran
antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga, persis seperti apa yang
telah digambarkan oleh Jalaluddin Rumi dalam syairnya di atas.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Secara tersirat juga didapat sebuah pesan bahwa pemenuhan nafkah secara
formil menjadi hak seorang istri dan menjadi tanggung jawab seorang suami.7
Namun demikian kewajiban menjaga keutuhan rumah tangga menjadi kewajiban
kedua belah pihak
⌧
⌧
☺
☺
)
قﻼܫﻟا
۶
–
٧
(
Artinya : ( 6 ) Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)
7
Lihat Ibn Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, Penerjemah Imam Ghazali Said & Ahmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Jilid 2, hal. 518.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
( 7 ) Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. ( Q.S. al-Thalâq: 6-7).
Untuk mendukung keberlangsungan kehidupan rumah tangga, selanjutnya
al-Qur’an menjelaskan bahwa tempat tinggal merupakan nafkah mutlak yang
harus dipenuhi oleh suami, karena tempat tinggal sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan berumah tangga. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) persoalan
nafkah diatur dalam pasal 81,8 dan dalam KUH Perdata tidak diatur secara
eksplisit, namun dalam pasal 106 dapat dipahami bahwa tempat tinggal menjadi
nafkah yang mutlak untuk dipenuhi.
Namun ayat ini juga memberikan gambaran tentang ukuran kelayakan
tempat tinggal yang disesuaikan dengan kemampuan suami, dalam KHI pasal 81
disebutkan bahwa kelayakan sebuah tempat tinggal diukur dari kemampuan suami
dan disesuaikan dengan lingkungan di mana mereka berdua tinggal .
Tentang persoalan nafkah Rasulullah bersabda:
ܲ
ْﻦ
ﺣ
ﻜْﻴ
ﻢ
ﺑ
ﻦ
݊
ܳ
وﺎ
ݚ
ﺔ
ْﻟا
ܿ
ﺸ
ْﻴ
ﺮ
ܲ
ى
ْﻦ
ا
ﺑ
ﻪﻴ
ܾ
لﺎ
:
ْܾ݇
۽
ݚ
ﺎ
ر
ܚ
لﻮ
ﷲا
,
݊
ﺣ
ﺎ
ڱܽ
ز
ْو
ﺟ
ﺔ
أ
ﺣ
ﺪ
ݎﺎ
ܲ
ْ݇ﻴ
ﻪ
ܾ
؟
لﺎ
:
أ
ْن
۾
ْܫ
ܳ
ﻤ
ﻬ
ﺎ
إذ
ﻃ
ا
ܳ
ْﻤ
۽
,
و
۾ْﻜ
ﺴ
هﻮ
ﺎ
إذ
ا
ْآا
ۿ
ﺴ
ْﻴ
۽
.
و
ݢ
۾
ْﻀ
ﺮ
ب
ا
ْﻟ
ﻮ
ْﺟ
ﻪ
و
ݢ
۾ܿ
۹
܉
و
ݢ
۾
ْﻬ
܇
ﺮ
ﱠݢإ
ܺ
ْﻟا
ݙ
۹ْﻴ
۽
.
9 8Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2001), Cet. Ke-III, hal. 133.
9
Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-Ázim Ábadî, ‘Aunul Ma’bûd; Syarah Sunan
Abu Daud, (Kairo: Dar el-Hadits, 2001), hal. 240, lihat jugaIbnu Hajar al-Asqalany, Bulûghul Marâm,
(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islâmiyah, tt), hal. 211.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Artinya : Diceritakan kepada kami oleh Musa bin Ismail, diceritakan pula kepadanya oleh Himad dari Abu Qaz’ah al-Bahily dari Hakim bin Muawiyah al-Qusyairy dari ayahnya: Saya berkata “wahai rasulullah apa salah satu hak yang menjadi hak istri kami? Rasul bersabda “memberinya makanan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Dan jangan memukul wajahnya, serta jangan memperoloknya, dan juga jangan membentaknya kecuali kamu sedang di dalam rumah (mu).
و
ܲ
ْﻦ
ﺟ
ﺎ
ﺮﺑ
ر
ܦ
ݙ
ﷲا
۾
ܳ
ﻟﺎ
ܲ
ﻰ
ْݏ
ﻪ
ܲ
ﻦ
ﱠݏﻟا
۹
ﱢݙ
ܺ
ﻢ݇ܚو
ﻪﻴ݇ܲ
ﷲا
ﻰ݇ܢ
ْݙ
ﺣ
ﺪْݚ
ﺚ
ْﻟا
܋
ﱢ܅
ﺑ
ܫ
ﻟﻮ
ﻪ
ܾ
لﺎ
ܺ
ذ
ݙ
ْآ
ﺮ
ﱢݏﻟا
ﺴ
ءﺎ
:
و
ﻟ
ﻬ
ﱠﻦ
ܲ
ْ݇ﻴ
ﻜ
ْﻢ
ر
ْز
ܾ
ﻬ
ﱠﻦ
و
آ
ْﺴ
ﻮ
۾
ﻬ
ﱠﻦ
ﺑ
ْﻟﺎ
ﻤ
ْܳ
ﺮ
فو
.
ا
ْﺧ
ﺮ
ﺟ
ﻪ
݊
ْﺴ
ٌ݇ﻢ
.
10Artinya : Dari Jabir r.a, dari Nabi Saw bersabda (di dalam hadits tentang haji, namun karena panjangnya hadits tersebut, maka secara singkat dijelaskan dalam hadits ini) bahwa “Bagi mereka (istri-istri) mu berhak atasmu untuk mendapatkan makanan dan pakaian (nafkah) yang baik (layak).” (H.R. Muslim)
Kiranya kedua hadits ini menjadi penegasan atas kewajiban pemberian
nafkah dalam kehidupan berumah tangga agar tercipta kehidupan rumah tangga
yang sakinah mawaddah warahmah, seperti yang diamanatkan dalam al-Qur’ân.
Nafkah pada tataran normatif hukum Islam dibebankan kepada pihak suami
sebagai kepala rumah tangga.11 Namun dalam ranah praktisnya, seringkali istri
ikut serta dalam memberikan nafkah bagi keluarganya yang secara normatif
hanya menjadi tanggung jawab suami, bahkan sejauh pengamatan penulis
10
Al-Atsqalany, Bulughul Maram..., hal. 211, Bandingkan dengan Muslim, Sahih Muslim,
(Kairo: Dar el-Hadits,1997), hal. 322-323.
11
Ghozali, Fiqih Munakahat..., hal. 161; Lihat juga Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80; Dalam KUH Perdata kewajiban memberikan nafkah juga dibebankan kepada suami, hal ini diatur dalam KUHPer pasal 106. Lihat. .. R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,(Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), cet. Ke-XXIV, hal. 27.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
fenomena ini mengalami perkembangan yang cukup berarti seiring dengan
berbagai persoalan ekonomi yang melilit bangsa Indonesia.
Pada masyarakat modern12 dengan mobilitas sosial yang begitu terbuka
menjadikan istri yang ikut serta dalam pemenuhan nafkah keluarga menjadi hal
yang lumrah terjadi. Banyak faktor penyebab keikutsertaan istri dalam
pemenuhan nafkah dalam keluarga yang akan dijelaskan pada bab-bab
selanjutnya, baik atas udzur syar’i atau bahkan kesepakatan antara suami isteri
atas dasar kerelaan.
Namun yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
Islam menyikapi fenomena yang sedemikian rupa. Bijak kiranya jika persoalan ini
tidak kita telaah semata-mata dari sudut pandang hukum yang hitam dan putih
atau benar dan salah. Tetapi bagaimana memberikan formulasi hukum yang
solutif dan menghargai kemanusiaan, karena ini menyangkut keberlangsungan
sebuah rumah tangga.
Untuk itulah penulis tertarik untuk mengeksplorasi permasalahan ini melalui
penelitian yang berjudul “Keikutsertaan Istri Mencari Nafkah Untuk Keluarga
Dalam Pandangan Hukum Islam”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
12
Penggunaan kata “modern” di sini lebih tepat sebenarnya bukan untuk mengkonotasikan adanya masyarakat yang tidak modern, hanya membedakan kuantitas pengalihan tanggung jawab pemberian nafkah yang terjadi pada masyarakat perkotaan, yang sering diidentifikasi sebagai masyarakat modern. Namun ada baiknya penulis akan menjelaskan ciri-ciri masyarakat modern secara normatif pada bab selanjutnya.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian tentang sejauh mana hukum Islam
menanggapi tentang keikutsertaan seorang istri dalam menafkahi keluarganya,
atau pada titik “ekstrimnya” seorang istri mengambil peran seorang suami yang
secara formil sebagai penanggungjawab bagi pemenuhan nafkah keluarga
Untuk itu penulis merumuskan beberapa masalah berikut ini sebagai acuan
pembahasan:
1. Konsep nafkah dalam pandangan hukum Islam.
2. Keikutsertaan istri dalam mencari nafkah untuk keluarga dalam hukum Islam.
3. Kedudukan suami dan isteri dalam strata fungsional rumah tangga menurut
hukum Islam.
2. Perumusan Masalah
Untuk mensistemasi penulisan dan agar pembahasan dalam skripsi ini tudak
melebar maka pembahasan ini akan penulis batasi pada beberapa hal berikut ini :
1. Bagaimanakah hak suami dan istri dalam rumah tangga menurut hukum
Islam?
2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam mengenai keikutsertaan istri mencari
nafkah untuk keluarga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1. Untuk mengetahui hukum keikutsertaan istri mencari nafkah untuk keluarga
di tinjau dari hukum Islam.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang hak suami dan istri dalam
sebuah keluarga.
D. Kegunaan Penelitian
Di antara kegunaan dari penelitian ini adalah:
1 Untuk menambah pengetahuan penulis serta sebagai syarat untuk mencapai
gelar sarjana (S1).
3. Untuk menjadi landasan bagi peneliti setelahnya khususnya dalam bidang
munakahat.
4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keikutsertaan istri
mencari nafkah untuk keluarga dari sudut pandang hukum Islam.
E. Review Studi Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan beberapa review studi
terdahulu, agar nantinya penelitian ini menghasilkan sebuah penelitian yang baik,
sebagai pengembangan wacana yang mungkin sudah ada. Beberapa literatur
tersebut antara lain :
Tulisan Aida Humaira yang berjudul Pandangan Hukum Islam Tentang
Konsep Nafkah Keluarga Dari Istri Karir dalam Peta Kajian Pemikiran Islam,
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sosial, Budaya, Sains Dan Teknologi, yang diterbitkan oleh UIN Syahid, Jakarta tahun 2007. Dalam literatur ini dibahas mengenai bagaimanakah nafkah seorang
istri yang berkarir, lebih spesifik lagi membahas mengenai boleh tidaknya seorang
istri berkarir di luar rumahnya.
Buku editorial bertema Problematika Hukum Islam Kontemporer jilid
Kedua khususnya telaah karya H.A. Hafidz Anshary A.Z. dengan judul Ihdad
Wanita Karir. Dalam kajiannya, Anshary sedikit menelaah posisi wanita karir dalam keluarga, namun porsi bahasan dititikberatkan pada syarat dan batasannya
seperti bersolek, memakai perhiasan, wangi-wangian dan celak mata bagi wanita
karir.
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan, tidak hanya akan dibahas
mengenai wanita karir semata, tetapi bagaimanakah sesungguhnya peran suami
dan istri dalam struktur rumah tangga, di lihat dari Kompilasi Hukum Islam (KHI)
dan Kitab undang-undang Hukum Perdata khususnya tentang keikutsertaan istri
mencari nafkah untuk keluarga.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif karena data-data yang ada merupakan data
yang bersifat normatif dokumenter yang berupa kitab-kitab fiqih, dan peraturan
perundang-undangan. Disamping itu penelitian ini merupakan penelitian yang
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mencoba mengangkat sebuah fenomena tentang ikutnya seorang istri dalam
menafkahi keluarganya.13
2. Sumber Data
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:14
1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, antara lain:
a. Al-Qur’ân al-Karîm dan al-Hadîts
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
c. Kompilasi Hukum Islam
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan tertulis yang dipergunakan untuk
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku
hukum perdata, buku-buku tentang tafsir al-Qur’an, buku-buku seputar fiqih.
Data-data sekunder memiliki ciri-ciri umum, sebagai berikut:
1. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready stock) 2. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan isi oleh peneliti-peneliti
terlebih dahulu.
3. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan
tempat.
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; edisi revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), cet. Ke-XV, hal. 9.
14
Moleong, Metodologi..., hal. 24.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lelebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum dan bahan rujukan bidang hukum, seperti bibliografi hukum, ensiklopedia, kamus hukum, dan sebagainya. 15
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis menggunakan metode study kepustakaan (library
research) dengan membaca, mempelajari dan meneliti buku yang ada hubungan dan berkaitan langsung dengan penulisan skripsi ini, di antaranya buku-buku yang
berkaitan dengan hukum Islam (al-Qur’ân, Hadits dan fiqih), buku-buku yang
bersifat umum, buku tentang hukum dan juga buku-buku karya ilmiah para
ilmuwan.16
Beberapa kitab fiqih sebagai acuan misalnya Bidâyatul Mujtahid karya
Ibnu Rusyd, Bulûghul Marâm karya Ibnu Hajar al-Atsqalany, Fiqih Sunnah karya
Sayyid Sabiq. Di samping kitab-kitab tersebut penulis juga menggunakan
buku-buku karya penulis kontemporer misalnya Fatwa-Fatwa Kontemporer karya
Yusuf Qardawi, Hukum Acara Perdata karya M.Yahya Harahap, kemudian
penulis juga menggunakan buku-buku kamus misalnya al-‘Asry yang disusun
oleh Atabik ali dan ahmad zuhdi muhdlor kemudian Kamus Ilmiah yang di susun
oleh M.Dahlan Al Barry sebagai alat bantu dalam penulisan karya ini.
3. Metode Analisis Data
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1.
16
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1996), cet. Ke-II, hal. 215.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian
disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk
mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.17
Setelah data tersebut terkumpul maka data tersebut dianalisa dengan
metode komparatif yaitu membandingkan beberapa pendapat para ahli kemudian
pendapat tersebut dikompromikan untuk dicari titik tengahnya mana yang lebih
benar.18
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dalam empat bab pembahasan dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab Pertama Pendahuluan, Dalam bab ini akan dibahas mengenai Latar
Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Review Studi Terdahulu, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua Tinjauan Umum Tentang Konsep Nafkah, yang akan membahas
tentang Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural, Konsep Masyarakat
Tradisional dan Masyarakat Modern, Peraturan Pemberian Nafkah Dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan KUH Perdata.
17
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hal. 116.
18
Soemitro, Metode Penelitian…, hal. 42.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Bab Ketiga menjelaskan tentang Konsep Nafkah Menurut Hukum Islam,
dimana dalam bab ini akan dibahas mengenai Pengertian Nafkah, Kadar
Pemberian Nafkah, Orang-orang yang Berhak Mendapatkan Nafkah, serta Waktu
Wajibnya Nafkah.
Bab Keempat akan menjelaskan tentang Keikutsertaan Istri Mencari Nafkah
Untuk Keluarga Dalam Kajian Hukum Islam, dimana di dalamnya akan dibahas
tentang Faktor-faktor penyebab Keikutsertaan Istri Dalam memberikan Nafkah
Keluarga, Khulu’ Sebagai Pilihan Bagi Istri Atas Suami Yang Tidak Mampu
Dalam Menafkahi Keluarganya, serta Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Keikut-sertaan Istri Mencari Nafkah Untuk Keluarga.
Bab kelima Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan
serta saran-saran yang membangun.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Konsep Tentang Masyarakat Tradisional Dan Masyarakat Modern
Pembahasan bab ini ada baiknya jika penulis mulai dengan memberikan
pemaparan secara singkat tentang bentuk-bentuk masyarakat, sebagai sebuah
gambaran tentang pola perilaku masyaraktnya, yang mana akan berguna sebagai
cermin untuk melihat sejauh manakah keikutsertaan istri dalam menafkahi
keluarganya, untuk pula mencermati pola keikutsertaan istri dalam menafkahi
keluarganya.
Penggolongan masyarakat dalam skripsi ini bukanlah untuk
meniscaya-kan adanya jenis masyarakat yang dalam perilaku sosialnya lebih baik atau
kurang baik, akan tetapi penggolongan masyarakat dalam skripsi ini lebih ingin
menunjukkan tentang adanya perbedaan dalam relasi sosial, norma dan
aturan-aturan yang berlaku pada kedua bentuk masyarakat tersebut. Singkatnya
pengelompokan jenis masyarakat dalam skripsi ini tidak ada kaitannya dengan
moralitas yang berlaku pada masyarakat yang akan menjadi obyek kajian.
Penulis lebih cenderung untuk memakai pendekatan di atas dalam melihat
kedua jenis masyarakat tersebut, karena dalam beberapa hal masyarakat modern
yang dalam konotasinya diidentikkan sebagai masyarakat maju, dalam beberapa
hal tidak selalu lebih emansipatif daripada apa yang kita sebut sebagai masyarakat
tradisional. Sebelum membahas lebih jauh tentang masyarakat tradisional dan
17 S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
masyarakat modern, ada baiknya jika kita cermati Apa yang terjadi pada relasi
sosial masyarakat suku pedalaman di hutan Amazon sekaligus sebagai bahan
renungan, agar stigma tentang masyarakat modern dan tradisional tidak selalu
meniscayakan tentang penilaian masyarakat yang lebih baik atau kurang baik.
Masyarakat di pedalaman hutan Amazon menjadikan para perempuan
sebagai kontrol bagi laki-laki agar tidak merusak hutan, atau menebang pohon
secara berlebihan. Suatu ketika salah seorang dari mereka dibawa oleh orang
Amerika untuk berkeliling kota New York, namun saat pertama kali melihat kota
New York yang penuh dengan gedung menjulang tinggi dengan pohon yang
teramat jarang tentunya, orang dari pedalaman Amazon itupun berkata “kemana
para perempuan di kota ini?” dan ketika melihat para perempuan di kota New
York yang gemar berbelanja di mal-mal yang menjulang orang tersebut pun
berucap “wanita di kota ini telah ditindas oleh kaum laki-laki.”1
Uraian tentang masyarakat tradisional dan masyarakat modern akan
penulis bahas seperlunya saja, karena uiraian ini hanya untuk mengidentifikasi
apa yang disebut sebagai masyarakat tradisional dan masyarakat modern,
sehingga pembahasan mengenai fenomena nafkah dalam kehidupan masyarakat
modern di Indonesia dapat dipahami dalam kerangka masyarakat modern yang
akan penulis jelaskan secara sederhana di bawah ini.
Perbedaan karakteristik antara masyarakat tradisional dan masyarakat
modern biasanya dikaji melalui empat aspek utama yakni aspek ekonomi, sosial,
1Harian Kompas, “Rubrik Humaniora,” edisi 12 Juli 2002. KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
budaya, dan aspek politik.2 Pada aspek ekonomi, masyarakat tradisional lebih terpusat pada pertanian, sedangkan masyarakat modern banyak terkonsentrasi
pada bidang jasa. Selanjutnya pada aspek sosial budaya dapat ditemukan
fenomena bahwa masyarakat tradisional dengan tingkat pendidikan yang rendah
seringkali sulit untuk menerima hal baru yang oleh masyarakat modern sering
disebut sebagai kemajuan atau kemodernan.
Namun secara sederhana masyarakat tradisional (gemeinschaft) dapat
diidentifikasi sebagai masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan jenis pekerjaan
yang homogen, serta pembagian kerja atau spesialisasi pekerjaan yang tidak ketat,
seringkali dijumpai di lingkungan pedesaan seorang guru yang merangkap
sebagai seorang petani, atau seorang bidan atau mantri desa yang juga merangkap
sebagai seorang petani.
Menurut Puline Pudjiastiti3 masyarakat tradisional dicirikan sebagai
masyarakat yang tinggal di pedesaan, jumlahnya tidak banyak, lambat
perubahannya, dominasi laki begitu jelas terlihat, serta batasan antara
laki-laki dan perempuan sangat kuat. Sedangkan masyarakat modern (gesselschaft) di
identifikasi sebagai kebalikan dari masyarakat tradisional.
Sementara menurut Bauchmant4 ciri-ciri masyarakat tradisional adalah, jumlah penduduknya kecil, sebagain besar penduduknya hidup dari hasil
2http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=440, data diakses
tanggal 26 Juli 2009.
3Puline Pudjiastiti, Sosiologi untuk SMA/MA XII, (Jakarta: Grasindo, tt), hal. 53.
4 http://history1978.files.wordpress.com/2008/08/ringkasan-materi-sosio-antro-smt-genap.pdf
data diakses tanggal 26 Juli 2009.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pertanian, dikuasai alam (masih percaya antara manusia dan alam saling
membutuhkan), homogen, memiliki mobilitas sosial yang rendah, hubungan antar
warga berlangsung intim. Sementara ciri-ciri masyarakat modern dijelaskan oleh
Talcott Parson5 sebagai masyarakat yang memiliki netralitas efektif, berupa sikap
netral yang ditunjukkan dengan sikap acuh tak acuh dengan tidak mempedulikan
sesuatu yang tidak berhubungan dengan kepentingannya, orientasi diri berupa
sikap menonjolkan diri (egois) dalam kadar yang cukup tinggi, Universalisme
yakni berfikir obyektif, menerima sesuatu secara obyektif, Prestasi, masyarakat
perkotaan senang akan prestasi sehingga seringkali dalam mengejar prestasi
kekaburan terjadi antara benar-benar mengupayakan prestasi atau lebih untuk
mengupayakan prestise, Spesifitas, dalam pengertian bahwa masyarakat modern
lebih suka berterus terang dalam mengungkapkan kehendak hatinya.
Perbedaan ini nampaknya berimplikasi pada perbedaan model partisipasi
istri dalam menafkahi keluarganya, jika pada masyarakat pedesaan seorang istri
ikut serta menafkahi keluarga dalam kerangka bahwa istri hanya membantu suami
menggarap ladang atau sawah, sedangkan pada masyarakat modern banyak
ditemui istri secara mandiri bekerja pada lingkungan kerja yang berbeda dengan
suami.
Demikianlah uraian singkat mengenai jenis masyarakat tradisional dan
masyarakat modern sebagai salah satu acuan pembahsan dalam skripsi ini.
5 http://history1978.files.wordpress.com
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
B. Konsep Nafkah Dalam Perspektif Sosio Kultural
Keanekaragaman adat dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat,
tentu akan berimplikasi pada perbedaan norma, etika, serta aturan hukum yang
berlaku pada suatu komunitas sosial.
Pada masyarakat jawa pada umumnya pemberian nafkah bagi keluarga
secara normatif dibebankan kepada suami, namun pada wilayah praktis tidak
jarang para suami bahu membahu bersama istri mereka untuk menggarap lahan
pertanian demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Begitu juga pada
masyarakat Bali, para istri tidak mau berpangku tangan di rumah sementara para
suami mereka bekerja, bahkan ajaran agama hindu mengajarkan kepada para
perempuan bali agar menjadi perempuan yang tangguh, hal ini diterjemahkan oleh
para perempuan Bali yakni dengan tidak hanya berpangku tangan dirumah
melainkan juga aktif mengambil berbagai peran dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.6
Namun pada kehidupan keluarga masyarakat di Jerman, nafkah tidak lagi
menjadi beban bagi para suami, karena perempuan di negara tersebut begitu
mandiri, lebih dari itu negara pun menjamin kebutuhan hidup setiap warga di
sana. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikatan perkawinan di negara Jerman
mengalami pergeseran nilai, pada zaman dahulu para perempuan Jerman menikah
karena mereka tidak mampu menghidupi kehidupannya sendiri, namun dengan
6http://www.iloveblue.com/printnews.php?jenis=article&pid=164 data diakses tanggal 09 Juli
2009.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kemajuan yang dicapai oleh negara tersebut menikah bukan lagi karena faktor
pemenuhan kebutuhan ekonomi, tetapi lebih pada aktualisasi diri. 7
Pada komunitas masyarakat di dunia Arab, beban pemberian nafkah
dibebankan kepada suami karena memang struktur budaya Arab yang begitu
patriarki, namun pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah8 sesungguhnya para wanita sempat memiliki kedudukan dan akses pada kehidupan sosial yang sama
dengan kaum laki-laki, beberapa nama perempuan muslim seperti Ummu
Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila al-Ghaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah
sempat terlibat dalam peperangan dalam upaya mempertahankan agama Islam,9 bahkan kemandirian kaum perempuan sebenarnya sudah dikenal jauh sebelum
islam datang hanya saja belum begitu terbuka. Hal ini dibuktikan oleh penuturan
sejarah yang menyatakan bahwa khadijah merupakan pedagang perempuan yang
sukses dan disegani, bahkan beliau mendapat julukan “wanita suci” dari orang
arab waktu itu.10 Ajaran Islam yang datang kemudian memberikan kedudukan yang lebih tinggi lagi bagi para perempuan sebelum akhirnya sejarah Islam
mengalami kemunduran yang menyedihkan.
7
http://johnkecops.blog.friendster.com/2008/07/fungsi-keluarga-di-jerman-dan-memahami-fenomena-sosio-budaya-di-belakangnya/ data diakses tanggal 09 Juli 2009.
8Philip K. Hitti, History of The Arabs; edisi revisi ke-10, Penerjemah, R. Cecep Lukman
Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi, 2005), hal. 415-416.
9 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. XXIII, hal. 275. 10Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah the True Love Story of Muhammad, Penerjemah
Ghozi. M, (Jakarta: Pena, 2008), cet. Ke-VII, hal. 8.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keikutsertaan perempuan (istri) dalam pekerjaan sebenarnya sudah
dikenal sejak lama, uraian berikut akan menggambarkan peran perempuan yang
cukup signifikan dalam kehidupan keluarga.
Menurut Charlton dan Sharma dalam buku yang ditulis oleh Henrietta L.
Moore dijelaskan bahwa peran wanita di negara berkembang menghasilakan 40
sampai 80 % dari seluruh produksi pertanian. Namun ironisnya, peran yang
demikian besar seringkali tidak dianggap sebagai peran penting oleh kaum
lelaki.11
Kerja kaum perempuan seringkali tidak diakui adalah karena definisi
tentang “kerja” itu sendiri yang mana seseorang dianggap bekerja manakala dia
menghasilkan gaji. definisi tentang kerja inipun kemudian meniscayakan adanya
kegiatan tertentu dianggap lebih penting daripada kegiatan yang lain. Definisi
‘kerja’ yang dipahami secara konvensional sebagai kerja upahan diluar rumah,
maka nilai kerja subsistem dan domestik kaum wanita tidak diakui.12
Dari pemaparan di atas kita dapati sebuah fakta yang terjadi dalam sebuah
komunitas masyarakat mengenai siapa yang berkewajiban memberikan nafkah
bagi sebuah keluarga, terlihat ada perbedaan antara komunitas masyarakat yang
satu dengan yang lainnya, nampak jelas sekali terlihat bahwa dengan pendekatan
sosio kultural pola hubungan dalam suatu masyarakat turut menentukan
bagaimana mekanisme kehidupan bermasyarakat dijalankan, dan bagaimana pula
11Henrietta L. Moore, Feminisme dan Antropologi, (Jakarta: FISIP UI dan Penerbit OBOR,
1998), hal. 82.
12Moore, Feminisme..., hal. 83.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sebuah norma diberlakukan. Kemajuan sebuah negara juga ikut menyumbang
perubahan paradigma pada kehidupan keluarga disatu negara tertentu, termasuk
merubah paradigma tentang siapakah yang berkewajiban memberi nafkah pada
keluarga.
Untuk itu dalam memahami konsep pembagian peran dalam mengurus
rumah tangga diperlukan kebijaksanaan dan kedewasaan yang memadai karena
sesungguhnya secara filososfis pembagian peran dalam keluarga tidak
meniscaya-kan adanya pihak yang lebih superior dan disisi lain ameniscaya-kan terdapat pihak yang
inferior. Lebih dari itu, perkawinan tidak saja dipandang sebagai media
me-realisasikan syari’at agama semata, namun hal ini merupakan sebuah kontrak
perdata yang akan menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab antara
suami dan istri,13 yang jika dilanggar juga akan berimplikasi terhadap adanya sanksi.
C. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kompilasi Hukum Islam Islam KHI)
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) peraturan tentang pemberian
nafkah dalam rumah tangga diatur secara lebih terperinci dalam pasal 80 berikut
ini:
1. Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh sumai isteri bersama.
13Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi kritis
perkembangan hukum Islam dari fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-II, hal. 180.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2. Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajarpengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri;
b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;
c. biaya pendididkan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
6. Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz.14
Dalam pasal 80 KHI, penjelasan mengenai kewajiban suami istri diurai
secara lebih rinci. Sedang yang pihak berkewajiban menanggung beban nafkah
bagi keluarga menurut KHI adalah suami, hal ini dapat dipahami mengingat KHI
merupakan kodifikasi hukum Islam yang disarikan dari kitab-kitab fikih klasik,15 di mana hukum fikih yang berasal dari dunia Arab juga sangat patriarki.
D. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di Indonesia
Merujuk pada UU No 1 Tahun 1974, persoalan nafkah diatur dalam pasal
34 berikut ini:
14Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992),
cet. Ke-III, hal. 132-133.
15Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam..., hal. 22. KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2. Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
3. Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.16
Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa secara formil pemenuhan
nafkah keluarga adalah tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga,
namun demikian istri juga memiliki kewajiban untuk mengatur urusan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya, sehingga dalam peraturan ini secara tersirat kita
dapati pembagian peran antara suami istri dalam kehidupan berumah tangga.
Jika mencermati undang-undang ini dengan seksama, maka akan didapat
fakta berikut, bahwa undang-undang ini dibuat pada tahun 1974 dimana pada
tahun tersebut laki-laki di Indonesia memiliki akses yang lebih besar terhadap
dunia kerja dibandingkan perempuan, sehingga pembuat undang-undang
menetapkan ketentuan bahwa pihak laki-laki terbebani untuk mencari nafkah, hal
ini kemudian diperkuat oleh ajaran budaya kita yang membebankan nafkah pada
pihak laki-laki, sehingga nampaknya para pembuat hukum pada waktu itu juga
ingin mengakomodir hukum adat yang telah berlangsung lama pada masyarakat
indonesia, agar kebutuhan terhadap unifikasi hukum dapat dicapai sehingga
hukum yang dibuat mampu diterapkan secara optimal.
16Nuruddin, Hukum Perdata Islam..., hal. 186.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
persoalan siapa yang dibebani tanggung jawab pemberian nafkah tidak diatur
secara eksplisit di dalamnya, Seperti dalam pasal 105 sebagai berikut:
Setiap suami adalah menjadi kepala persatuan perkawinan. Sebagai kepala, ia wajib memberi bantuan kepada isterinya atau tampil untuknya di muka Hakim, dengan mengingat pengecualian-pengecualian yang diatur di bawah ini. Dia harus mengurus harta kekayaan pribadi si isteri, kecuali bila disyaratkan yang sebaliknya. Dia harus mengurus harta kekayaan itu sebagai seorang kepala keluarga yang baik, dan karenanya bertanggung jawab atas segala kelalaian dalam pengurusan itu. Dia tidak diperkenankan memindahtangankan atau membebankan harta kekayaan tak bergerak isterinya tanpa persetujuan si isteri.17
Di dalam pasal sebelumnya yakni pasal 103 disebutkan bahwa “Suami dan
istri, mereka harus setia mensetiai, tolong menolong dan bantu membantu.”18 Dengan demikian tidak terdapat pelimpahan yang jelas dalam KUH Perdata
siapakah yang berkewajiban dalam persoalan pemenuhan pemberian nafkah.
Namun jika menilik pernyataan tegas dalam pasal 105 yang menyebutkan bahwa
“setiap suami adalah kepala persatuan perkawinan”, hal ini bisa jadi merupakan
sebuah sinyalemen kuat dari KUH Perdata untuk membebankan tanggungjawab
pemberian nafkah kepada suami yang notabene diposisikan sebagai kepala rumah
tangga. Atau kita bisa merujuk pada pasal 107 yang menyatakan bahwa seorang
suami wajib melindungi dan memberikan segala keperluan dan berpautan dengan
kedudukan dan kemampuannya.
17 R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2004), cet. Ke-XXIV, hal. 26.
18 Subekti, Kitab Undang-undang..., hal. 26.
KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dari uraian diatas secara formil tidak ada perbedaan mendasar antara UU
No.1 tahun 1974, KUH Perdata dan KHI mengenai siapa yang berkewajiban
memberikan nafkah keluarga, yakni bahwa nafkah menjadi kewajiban suami
untuk memnuhinya, tetapi KUH Perdata tidak secara tegas membebankan nafkah
pada suami, dalam kasus ini nampaknya KUH Perdata menginginkan bahwa
suami istri secara bersama-sama harus bertanggungjawab menjaga keutuhan
rumah tangganya. Sementara itu dalam KHI penjelasan mengenai hak dan
kewajiban suami istri dijelaskan secara lebih terperinci. KEIKUTSERTAAN ISTRI
MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Pengertian Nafkah
Konsepsi nafkah dalam hukum Islam telah jelas disampaikan dalam
beberapa ayat dalam al-Qur’an juga dalam hadits rasulullah, dan tentu telah kita
ketahui bersama bahwa beban pemenuhan nafkah dalam rumah tangga dalam
hukum Islam adalah menjadi tanggung jawab suami seperti yang telah penulis
paparkan pada pembahasan seputar nafkah dalam perspektif sosio kultural di atas.
Namun tidak ada salahnya jika s