Oleh
MASFUPAH
NIM: 0018218301
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk
Pembimbing I,
Drs. SyafriL M. Pd NIP. 150 097 592
Memenubi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MASFUPAH
NIM: 0018218301
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II,
Drs. Abdul RozaR! NIP. 150 277 689
PROGRAM STUDI MANA.JEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (STUDI PADA SLTP NEGERI JAKARTA BARAT) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kuguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 September
2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (SI) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan.
Dekan
Ketua l',<le'Fatlgkap Anggota,
Prof. . a man Harun A NIP. 150 062 568
Penguji I
Drs. H.M. Alisuf Sabri NIP. 150 034 454
Sidang Munaqasyah
Anggota:
Jakarta, 8 September 2004
Pembantu Dekan I
Sekretaris Merangkap Anggota,
Penguji II
telah memberikan Taufiq serta Hidayahnya dan memancarkan Secercah Sinar yang
menyejukkan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi
salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi pada Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Dalam proses penyelesaian tugas ini, penulis senantiasa berusaha untuk
berkarya yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa sebagai makhluk insani yang
terbatas akan kemampuannya, tentu masih ada kekurangan-kekurangan atau
ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu dengan senang hati penulis
menenma saran maupun kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari Dosen Pembimbing niscaya skripsi ini
tidak dapat diselesaikan dengan baik, dan dari semua pihak yang telah membantu
baik moriil maupun materiil yang tidak mampu penulis lupakan jasa-jasa yang telah
mereka berikan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun., MA, Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan
Keguruan, Bapak Dr. Dede Rosyada, MA, Pernbantu Dekan I Fakultas limn
Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Drs. H.M. Alisuf Sabri, Ketua Jurusan
pertama dan kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan sabar, teliti, dan bijaksana sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan.
3. Bapak dan !bu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
yang tidak temilai harganya.
4. Bapak Kepala Sekolah SLTPN 45 Cengkareng Bapak Drs. H. Aluih
Yusandi, M.M, kepala SLTPN 75 Kebon Jeruk !bu Dra. Hj. Erni Rivai,
Kepala SLTPN 215 Kembangan Bapak Drs. Saring, Kepala SLTPN 169
Kali Deres Bapak Drs. Samlawi, M.M, Ibu Dra. Lidia selaku Waka. Sek
SLTPN 45, lbu Dra. Ratna selaku Staf. Sarana prasarana SLTPN 75, Bapak
Bahrudin S. Pd selaku Waka. Sek SLTPN 215, Bapak Drs. M. Karim selaku
Waka. Sek SLTPN 169 dan para guru selaku responden penelitian, atas
bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan VIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas
Jlmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf karyawan yang telah melayani
serta meminjamkan seperangkat buku-buku yang ada relevansinya dengan
7. Bapak Siswadi Sang Guru Sejati yang telah memberikan pengetahuan yang
tiada temilai harganya.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Jurusan KI- Manajemen Pendidikan,
Mas Ashari, K' Cima, K' Zeky, Yu' Dwi dan Dini, berkat motivasi serta
bantuan mereka skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga dengan tersusunnya skripsi ini kiranya dapat memberikan kemanfaatan
dan kegunaan kelak.
Jakarta, Agustus 2004
KATAPENGANTAR ... .
DAFTARISI ... IV
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
B. ldentifikasi Masai ah ... .
Vl
Vil
1
8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . .. 8
D. Manfaat Penelitian ... .
E. Sistematika Penulisan . . ... .
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
9
10
11 A. Kajian Teori . . . .. 11 1. Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi . . . 11
a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi . . . 11
b. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
c. Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis
Kompetensi ... .
2. Hakikat Guru ... .
a. Pengertian Guru
27
29
46
/
A Tujuan Penelitian ... . 56
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... . . . ... ... ... ... . .. ... . . . ... .. . . .. . 56
C. Metode Penelitian . . . .. 57
D. Populasi dan Sampel ... . 57
E. Teknik Pengumpulan Data 58 F. lnstrumen Pengumpulan Data 59 I. Definisi Konseptual ... .. 59
2. Definisi Operasional ... .
60
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
60
G. Teknik Analisa Data ... . 63BAB IV. HASIL PENELITIAN ... . 64
A Deskripsi dan Analisa Data 64 B. Ulasan ... . 77
BAB V. PENUTUP ... . 81
A. Kesimpulan ... . 81
B. Saran Saran ... . 82
DAFTARPUSTAKA ... . 84
TABEL
I. Data Responden Berdasarkan J enis Kelamin
2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... .
3. Data Responden Berdasarkan Lamanya Masa Kerja Sebagai Guru
4. Data Responden Yang Mengikuti Pelatihan KBK ... .
5. Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi dari Skor Hasil Tes
6. Konversi Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf ... .
7. Nilai dan Rata-Rata Nilai Tes Pengetahuan KBK ... .
Halaman
67
68
69
7072
73
[image:9.595.21.432.162.512.2]GAMBAR Halaman
I. Bagan Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi 45
2. Bagan Kerangka Berpikir dan Pengembangan Sistem
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan
yang tidak menentu, dengan adanya liberalisasi ekonomi dan sistem perdagangan
bebas secara global, seperti AFTA dan AFLA pada negara-negara ASEAN
maupun APEC di kawasan negara-negara Asia Pasifik. Selain itu, akselerasi
teknologi (khususnya bidang informasi dan komunikasi) dan sain, tren politik,
kekuatan ekonomi, tren sosial budaya modern, perubahan peta pengetahuan dan
post modem merupakan tantangan masa depan dalam milenium ketiga. Perubahan
dan gelombang dinamika tersebut menuntut sumber daya manusia yang unggul
dan kualifaied agar dapat survive di dalamnya. Hal itu pun, merupakan tantangan
dalam dunia pendidikan, artinya pendidikan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM dengan memperhatikan link
and match.
Hal tersebut sesuai dengan paparan Indra Djati Sidi mengenai tantangan
pendidikan;
keempat; munculnya kolonialisme barn dibidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik.1
Pendidikan sebagai kata kunci yang merupakan wahana membentuk
manusia pemikir dan pengolah kultur peradaban dunia. Sebagaimana gagasan
Paulo Freire dengan pendidikan pembebasan, dan Erich Fromm dengan
humanisasi (memanusiakan manusia),2 maka pendidikan dimaknai sebagai proses pembebasan, pendidik dibebaskan dari kecenderungan monolog untuk mencapai
kemampuan berdialog dengan si terdidik, sementara si terdidik dibebaskan dari
kebudayaan bisu untuk mencapai kesadaran kritis dan aktif. Dan proses yang
berorientasi pada humanisasi di mana manusia dibentuk dan diarahkan untuk
menjadi dirinya sendiri serta mengaktualisasikan dirinya secara penuh.
Berdasarkan gagasan Freire dan Fromm, setidaknya pendidikan di
[ndonesia dapat menerapkan gagasan tersebut dalam peningkatan mutu
pendidikan. Mutu pendidikan tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh oleh
siswa, melainkan bagaimana siswa dapat menjadi dirinya sendiri dan dapat
mengaplikasikan dari ilmu pengetahuan yang didapat, memiliki kecakapan hidup
(life skill at au I ife competency) dan memiliki karakter moral dan spiritual yang
terpuji.
1 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar (menggagas paradio.ma 「。イョセゥ、ゥォ。ョIL@
(Jakarta, Paramadina dengan Logos Wacana Ilmu, 2001), cet. l, h.42
2
Namun, pada kenyataannya pemlidikan kita tidak berjalan rnulus, Tilaar
rnengemukakan "bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan
empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi
ekstemal, elitisme dan manajemen. "3 Lebih lanjut dikemukakan "bahwa
sedikitnya ada enam masalah pokok sistern pendidikan nasional: (l) menurunnya
akhlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih
rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, ( 4) status kelembagaan, ( 5)
manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan ( 6)
sumber daya yang belum professional.'"' Untuk itu perlu dilakukan penataan
ulang terhadap sistem pendidikan secara holistik terutama berkaitan dengan
kualitas pendidikan serta relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Menyadari ha! tersebut, pemerintah telah melakukan upaya
penyempumaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak
maupun perangkat keras. Di antaranya, dengan di keluarkannya UU No. 22
tentang Pemerintahan Daerah dan 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, yang secara
langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan. Sistem pendidikan yang sentralistik telah beralih kepada
3
H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 19
daerah serta peningkatan mutu pendidikan.
Tantangan era globalisasi, mutu pendidikan, rendahnya sumber daya
manusia (SDM) serta otonomi daerah mernpakan fenomena yang menuntut
pernbahan dalam pendidikan, perlu dilakukan penyesuaian kurikulum dan
perbaikan semua unsur yang ada kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Kurikulum adalah seperangkat lunak yang memberi arah
dan akan menentukan kualitas serta kuantitas produk akhir suatu pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia tercatat telah mengalami empat kali perubahan "'
kurikulum dasar dan menengah, yaitu 1968, 1975, 1984, dan yang terakhir 1994.
Setiap perubahan selalu didasari oleh pendekatan yang berbeda dengan tajuan
penyempurnaan kurikulum tersebut.
Kurikulum 1994 yang sekarang masih digunakan sebagai kurikulum
nasional terdapat dua dimensi pokok kurikulum yal1.11i produk dan proses, yang
secara keseluruhan mencakup aspek materi, pengalaman siswa, tujuan kegiatan
belajar mengajar dan basil kegiatan belajar mengajar.
Namun pada kenyataannya banyak keluhan, kekurangan dan kelemahan
dari kurikulum 1994. Indra Djati Sidi menandaskan "bahwa ia mengharapkan
jumlah jam mata pelajaran dipangkas ratusan jam per tahun sehingga terjadi
pengurangan beban kurikulum dan pelajaran sehingga diperoleh waktu untuk
berorganisasi. " Pernyataan ini pun memberikan alasan kuat mengapa s1swa
:·:-mengeluh akan padatnya materi.
Deny Yudiyawan menyatakan bahwa:
"Kurikulum l 994 menggunakan pendekatan penguasaan materi, sarat akan materi (over loaded) dan beberapa materi bahkan terkesan tumpang tindih (overlap). Banyak guru yang merasa keteteran dalam menjalankan kurikulum tersebut karena banyaknya materi yang hams diberikan. Kurikulum 1994 juga hanya menekankan pada bobot kognitif, disetir dengan Ebtanas sehingga kualitas sekolah ditentukan dengan banyaknya siswa yang masuk sekolah idaman. "6
Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang mengemukakan kekurangan
dan kelemahan kurikulum 1994, menuntut penyempumaan kurikulum dengan
mengedepankan kompetensi dasar siswa, pencapaian hasil belajar yang
berkelanjutan dan bertahap, dan mengantisipasi perkembangan sisoal ekonomi
masa depan.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan alternatif kurikulum yang
dapat menjadi solusi dari perubahan global dan tantangan yang ada pada dunia
pendidikan sekaligus menyempurnakan kekurangan yang ada pada kurikulum
1994. Suyanto mengemukakan, bahwa: "Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini
sebenamya memiliki justifikasi didaktis pedagogis yang kuat untuk menggantikan
Kurikulum 1994, karena pendidikan dengan kurikulum l 994 ternyata tidak
5
Indra Djati Sidi, Kurikulum Pendidikan Dirampingkan, Suara Pembaruan, Kamis, 14 maret
2003
(, Deni Yudia\van KBK Solusi Pendidikan Menjawab Tantangan, Pikiran Rakyat, Kamis, 09
tetapi tidak bermakna bagi kehidupannya."7 Perbedaan mendasar juga ada antara
Kurikulum 1994 dan KBK yang dikemukakan oleh Yuli kwartolo dalam jurnal
Pendidikan Penabur: "Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan penguasaan
materi, sarat materi (over loaded), dan isinya tumpang tindih (over lapping),
sedangkan KBK menggwmkan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu,
materinya sedikit tetapi mendalam, komprehensif dan berkelanjutan, materinya
kontekstual, dan sebagainya". 8
Dalam pelaksanaan kurikulwn berbasis kompetensi diperlukan kesiapan
dari berbagai aspek mulai dari manajemen, guru, siswa, orang tua, dewan sekolah,
sarana prasarana, dan iklim yang kondusif. Dalam semua kurikulum pendidikan
termasuk kurikulum berbasis kompetensi "guru adalah the man behind the
unloaded gun (manusia di balik senjata kosong tak berpeluru)." 9 Diperlukan
kreativitas guru untuk mengisi senjata itu dan membidiknya sedemikian rupa
sehingga mampu dengan cermat dan tepat mengena sasarannya secara efektif dan
efisien.
7
Suyanto, Persoalan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kompas, 6 Oktober 2003
8
Yuli kwartolo, Jurnal Penpidikan Penabur - No OJ I Th. I I Maret 2002. h. 79
9
Yang terpenting yaitu kesiapan clan pemahaman guru terhadap kurikulwn
baru ini, karena guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran dan
guru yang berinteraksi langsung kepada kurikulwn dan murid Menurut Zubdi
Muhammad, "kebanyakan guru akan mengalami kesulitan untuk menerapkan
kurikulum barn ini karena beberapa alasan, diantaranya: KBK menuntut guru
untuk lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada peserta didik khususnya
mereka yang memiliki prestasi di bawah rata-rata, menuntut para guru untuk
merancang sendiri baik bahan pelajaran maupun strategi pembelajaran."10
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga menuntut kreativitas,
kompetensi, profesionalitas serta kualitas guru, sebagaimana telah dikatakan oleh
Syukur Budihardjo, bahwa:
"Berhasil tidaknya pengimplementasian Kurikulum Berbasis Kompetensi bergantung pada kualitas guru. Masalahnya adalah apakah para guru sudah benar-benar memilki komitrnen yang tinggi sehingga akan bersungguh-sungguh melaksanakan KBK? Agaknya masih diperlukan waktu yang panjang agar para guru dapat melaksanakan KBK secara efektif dan efisien ウ・ィゥョセヲ。@ dapat menghasilkan produk pembelajaran yang berkualitas tinggi."
Dari uraian di atas penulis berkeinginan untuk meneliti kesiapan sekolah
dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi, di mana kurikulum
berbasis kompetensi akan menjadi kurikulwn nasional yang menggantikan
10
Zuhdi Muhammad, The New Curricu/11111: Hopes and Challenges. in The Jakarta Post, June 12. 2002.
11
Syukur Bidihardjo, Kurikulum dan Manusia di Balik Senjata Fornm Otonowj Pem!idikan,
"Kesiapan Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Studi Pada SLTP Negeri Jakarta Ba rat)".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan rnasalah
sebagai berikut:
I. Bagaimana manajemen sekolah yang diterapkan oleh kepala sekolah?
2. Bagaimana pemahaman guru mengenai kurikulwn berbasis kompetensi?
3. Bagaimana proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam K.BM?
4. Bagaimana pemberdayaan sumber belajar atau pemberdayaan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran di sekolah?
5. Bagairnana kesiapan guru dalam implementasi kurikulum berbasis
kompetensi?
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan penulis membatasi
masalah agar tidak terjadi bias dan ketidaksesuaian dengan Jatar belakang
masalah, maka penulis membatasi masalah pada: Kesiapan sekolah yang
dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah kesiapan guru dalam arti
berbasis kompetensi dan kesiapannya dalam menerapkan kurikulum berbasis
kompetensi di sekolah.
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka
rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana
kesiapan pengetahuan dan pemahaman guru SL TP Negeri Jakarta Barat dalam
mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi?"
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan pengetahuan penulis
tentang kesiapan sekolah dalam implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada sekolah
khususnya guru mengena1 kesiapannya dalam melaksanakan kurikulum
berbasis kompetensi.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi para peneliti lain dalam bidang
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan prosedur penulisan yang telah
balm, untuk lebih jelasnya berikut ini digambarkan secara garis besar sistematika
penulisan yang keseluruhannya meliputi lima bab, yang tersusun sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II, kerangka teori berikut kerangka berpikir. Bab ini berisi teori-teori
yang berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan guru scrta
kualifikasi dalam implcmcntasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bab III, mctodologi penclitian, terdiri dari tujuan penelitian, waktu dan
tempat pcnclitian, metode penelitian, populasi dan sample penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen pengumpuian data dan teknik analisa data.
Bab IV, basil penelitian; dalam bab ini penulis menguraikan tentang
deskripsi sekolah dan kesiapan guru dalam implementasi KBK ( deskripsi data),
analisa data dan interpretasi data.
Bab V, penutup; dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan,
A. KAJIAN TEORI
I. Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Pengertian Krikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulurn merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu
faktor dominan エ・セェ。、ゥョケ。@ proses pembelajaran. Kurikulum khusus
digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata
pelajaran di sekolah atau mata kuliah di pergurnan tinggi, yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat atau keseluruhan
pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Inti dari kurikulum menurut Tyler (1949) adalah suatu jawaban
secara menyeluruh terhadap beberapa pertanyaan berikut ini:
I) Tujuan dan maksud apa yang hendak dicapai oleh sekolah?
2) Kesempatan-kesempatan belajar apa yang dipilih agar
terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan harapan?
3) Bagaimana unsur-unsur belajar disusun'l
4) Bagaimana penilaian untuk mengetahui keberhasilannya?1
1 Yuh K \vartolo, Catatan Kritis tentang Kurikulum Berbasis Komp_etensi, Jurnal Pendidikan
Jika keempat jawaban pertanyaan itu telah terjawab, itulah yang
dimaksud dengan kurikulum.
Menurut pengertian harfiyah dari kata "kurikulwn" berasal dari
bahasa Latin yaitu "a little rececourse" (suatu jarak yang harus ditempuh
dalan1 pertandingan olah raga), yang kemudian dialihkan ke dalam
pengertian pendidikan menjadi "circle ol instruction" yaitu suatu
lingkaran pelajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya." c
Menurut Edward A. Krug, definisi kurikulurn: " a curiculum consisl
(){ the means used to achieve or can:v our given". 3 Pengertian ini
menunjukkan pada usaha-usaha yang mengarah kepada tujuan pendidikan
atau tujuan sekolah.
Kurikulum menurut A. Glatthorn (1987) yang telah dikutip oleh
Abdullah !di, yaitu "Rencana-rencana yang dibuat untuk membirnbing
dalam belajar di sekolah, yang biasanya meliputi dokumen, level secara
umum, dan aktualisasi rencana-rencana itu dikelas, sebagai pengalaman
murid, yang telah dicatat dan ditulis oleh ahli; pengalaman-pengalaman
tersebut ditempatkan dalam lingkungan bekajar yang juga mempengaruhi
2
Hermah H. Home, An Idealistic Philosophy of Education, Chapter V dari Philosophies Of Education, p. 158
3
apa yang dipelajari. "4 Definisi ini mengedepankan aktualisasi
rencana-rencana dari kurikulum sebagai pengalaman murid dengan menjadikan ha!
konluit, sehingga kurikul um bukan hanya suatu rencana tertuJis atau
dokumentasi.
Kurikulum didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai "Seperangkat rencana
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (pasal I). "Yang disusun
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan
tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing
satuan pendidikan (pasal 3 7). "5
Kemudian definisi tersebut mengalami perubahan dalam
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Bab I Pasal 1 ayat ( 19) menjelaskan bahwa "Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
·• Abdullah !di, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta, Gaya Media Pratan1a, 1999), cet. I, h.5
5
kegiatan pembelajaran untuk mencapru tujuan pendidikan tertentu. "6
Kurikulum menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan di
sekolah dengan mendemonstrasikan materi pelajaran yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum pada proses belajar mengajar. Kurikulum
disusun sesuai dengan perkembangan peserta didik dan perkembangan
sosial serta ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan.
Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High School
Curriculum ( 1965) memandang kurikulum sebagai "all of" the activities
that are provided for students by the school." Seperti halnya dengan
definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan
luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. 7
Hilda Taba mengemukakan bahwa "hakikat kurikulum merupakan
suatu cara untuk mempersiapkan anak didik agar berpartisipasi sebagai
anggota yang produktif dalam masyarakatnya dengan memperhatikan
perkembangan koi,'llitif, afektit: psikimotorik, sosial dan emosional anak
didik."8 Dari definisi Harold dan Hilda Taba terdapat kesatuan arah pada
prinsip definisi kurikulum yaitu pengembangan diri peserta didik dengan
6
Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003
7
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta, Bumi Aksara, 1994), Edisi kedua, cet. I, h.5
mengadakan suatu kegiatan baik di kelas maupun di luar kelas tidak
terbatas pada materi belaka, anak didik dibentuk dan dipersiapkan untuk
dapat berpartisipasi dalam masyarakatnya dengan memperhatikan
perkembangan kognitif atau dengan memberikan ilmu pengetahuan,
afektif, psikimotorik, kreativitas, sosial dan emosional peserta didik,
sehingga peserta didik tidak menjadi produk kurikulum yang kaku akan
tetapi menjadi produktif dan berguna bagi masyarakat dan negara.
Dari beberapa definisi mengenai kurikulurn penulis menyimpulkan
babwa kurikulum adalab seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atau sekolah yang
diaktualisasikan di kelas maupun di luar kelas sebagai pengalaman murid.
Sebagaimana disebutkan oleh Taba bakikat dari kurikulum yaitu untuk
menjadikan anak produktif dalam masyarakatnya.
Setelah mengetahui pengertian kurikulum penulis akan memaparkan
pengertian kompetensi yang mana kompetensi merupakan kata kunci dari
kurikulum berbasis kompetensi.
"Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Perdawadaminta)
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (Competency)
yakni kemampuan atau kecakapan".9
Menurut Jones (2000) di kutip oleh Taylor Powel, kompetensi
diberikan batasan sebagai "suatu pengetahuan dan keterampilan khusus
(specific) dan cara penerapan pengetahuan serta keterampilan tersebut
mengikuti sebuah baku kinerja (standard pe1.formance) yang
ditetapkan."10 Pendapat ini menegaskan bahwa kompetensi merupkan
keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang dengan mengikuti baku
kinerja yang telah ditetapkan.
Wuryadi menyatakan bahwa secara etimologi "kompetensi
mengandung keterkaitan makna dengan kemampuan (capability, ability),
kecakapan (skill), cerdas (smart), kewenangan (authority), kinerja
(performance), perilaku (attitude), dan kesadaran (awareness)."11
Pendapat ini mengemukakan makna kompetensi yang lengkap, artinya
kompetensi mempunyai keterkaitan makna dengan kemampuan seseorang
dalam melakukan sesuatu, cakap, cerdas, mempunyai kewenangan dalam
memutuskan sesuatu, adanya kinerja yang muncul dari diri berdasarkan
standar kinerja, perilaku dan kesadaran.
9
Moh. Uzer Usman, op.cit., h. 19.
10
Taylor Powel, Competence in extension education evaluation. What is? U1hat does capacity
building entail? Hear it from The Board, January, 2002
11
Mc. Ashan (1981:45) telah dikutip oleh E. Mulyasa dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, mengemukakan bahwa "Kompetensi
adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afek--tif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya". 12 Penekanan pada pengertian diatas yaitu kompetensi
yang dimiliki siswa setelah adanya proses pembelajaran, yang melekat
pada diri siswa.
Finch dan Crunkilton (1979:222) mengartikan "kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apersepsi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan"B Pengertian diatas
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap,
dan apersepsi yang harus dimiliki siswa untuk dapat melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Dari pengertian diatas mengenai kompetensi dapat penulis
simpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan siswa
baik berupa pengetahuan, keterampilan atau kemampuan lainnya yang
termanifestasikan dengan sikap atau perilaku siswa yang menjadi bagian
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep karakteristik dan lmplementasi, (Bandw1g: PT. Remaja Rosdakaiya, 2003), eel. Ke-3, h. 38
13
5) Dapat hidup bennasyarakat dengan bekerjasama saling menghonnati dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live to gether).16
Berdasarkan pengertian kurikulum dan kompetensi di atas, menurut
E. Mulyasa kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai,
"suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfonnansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi cliarabkan untuk mengembangkan pengetabuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab." 17
Berikut pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut
Depdiknas:
"Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah."18
Siskandar Kepala Pusat Kurikulum Depcliknas mengemukakan
bahwa, "Kurikulum berbasis kompetensi tiada lain adalah pengembangan
16
Suprodjo-Pusposutardjo, Panduan Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Tinggi Berbasis Kompentensi, Handout Direktorat Pengembangan Akademis dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, Depdiknas dalam seminar di Universitas Widiya mandala Surabaya, 27 Agustus 2002
17
E. Mulyasa, Op.cipt., h. 39
18
kurikulwn yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki
siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan.,
keterampilan, nilai dan pola pikir serta bertindak sebagai refleksi dari
penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa."19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulwn berbasis
kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi siswa dan basil belajar, kegiatan belajar mengajar, penilaian
berbasis kelas, yang mana siswa diharapkan dapat mengembangkan
kompetensi dasar serta kompetensi standar yang telah ditentukan, dengan
memperhatikan kreativitas serta keberagaman kemampuan siswa. Siswa
dapat mengaplikasikan ilmu dengan menerapkan ilmu pengetahuan dalam
kehidupannya dan melakukan melalui sikap serta praktik atau belajar
dengan melakukan.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan wujud dari perubahan
kurikulum yang dikehendaki pada era otonomi dan demokrasi pendidikan.
Penyempurnaan kurikulum ini dilandasi oleh kebijakan-kebijakan yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
l. UUD 1945 dan perubahannya
2. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
3. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
19
4. Undang-Undang No. 22 1ahun 1999 tentang Pemerintahan Dearahdan
5. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.20
Adapun penjelasan dari kebijakan-kebijakan di atas sebagai berikut:
Dalam alinea 4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan "mencerdasakan kehidupan bangsa Indonesia" sebagai.
tujuan nasional bangsa Indonesia, pencerdasan kehidupan bangsa
tercermin pada manusia seutuhnya. Pembinaan individu menjadi manusia
seutuhnya adalah tugas utama pendidikan yang digariskan dalam
kurikulum pendidikan. Perubahan pengertian kurikulum dalam
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas, ke dalam Undang-Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (telah disebutkan dalam pengertian
kurikulum, Pada halaman 11 ).
Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, pasal I BAB IV Arah
Kebijakan, mengenai pendidikan poin 3 yang berbunyi: "Melakukan
pembaruan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik,
penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan
20 Puskur, Balitbang Depdiknas, Kerangka Dasar Kurikulurn Berbasis Kornpetensi, (Jakarta,
kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara
profesional. "20 Oto no mi Daerah merekomendasikan adanya diversifikasi
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keragaman siswa,
masyarakat dan lingkungan sekitar, hat ini mencirikan pendidikan yang
berpolakan bottom up.
Penyempurnaan kurikulum tersebut mengacu pada Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkenaan
dengan pasal-pasal sebagai berikut:
1. Pasal 3 tentang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatit: mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab; 2. Pasal 35 ayat (1) tentang standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi l ul usan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;
3. Pasal 36 ayat (1) dan (2) tentang pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional dan tujuan pendidikan, serta memperhatikan pnns1p diversifikasi sesuai dengan potensi peserta didik;
4. Pasal 37 ayat (1) tentang muatan wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah;
5. dan Pasal 38 ayat (1) tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah, dan ayat (2) tentang peran koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
20 Penyusun Sinar Grafika (ed.), Garis-aris Besar Ha\uan Negara 1999-2004 Tag MPR No.
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah dalam pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah sesuai degan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolab.21
Undang-Undang No. 22 Tabun 1999 tentang Pemerintahan Daerab,
pasal 7 ayat (I) dan (2) yang melandasi penyempurnaan kurikulum
berbasis kompetensi, berbunyi:
(I) Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.
(2) Kewenangan bidang lain sebagaimana dirnaksud pada ayat ( l) meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pernbinaan dan pernberdayaan SDM, pendayagunaan SDA serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. 22
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerab Otonom Pasal 2
ayat (2) ''Kewenangan kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pernbangunan nasional secara makro, dana perimbangan
keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonornian negara,
pembinaan dan pernberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan
21
Puskur, Balitbang Depdiknas. Op.cit., h. 1-2
22 Dikutip dari tulisan Suharyanto, Menyongsong Era Otonomi Daerah. Bidang Pendidikan
sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standardisasi nasional." (3) "Kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dikelompokkan dalam bidang sebagai berikut: (yang berkenaan
dengan pendidikan yakni):
11. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
a. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan pemilihan hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.
c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
d. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
e. Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi, siswa, warga belajar dan mahasiswa
f. Penetapan persyaratan pemintakatanfzoning, pencarian,
pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, sistem
pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan penelitian arkeologi.
g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeoloi,>i nasional serta pengelolaan museum nasional, galeri nasional,
pemanfaatan naskah sumber arsif dan monumen yang diakui secara intemasional.
h. Penetapan kalender pendidikan danjumlahjam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar menengah dan luar sekolah.
L Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh serta pengaturan sekolah internasional.
J. Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastar Indonesia. 23
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (I) basil dan
dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
23
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, di sikapi,
atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan
sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi dibutuhkan pola pengajaran
yang lebih interaktif dengan peran yang lebih besar pada siswa. Guru
berperan sebagai fasilitator, dan bukan sebagai penceramah atau pengajar.
Sebagai fasilitator, guru harus kreatif mengelola proses mengajar di kelas
dengan menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan
suasana belajar yang rileks, bervariasi, dan menggelitik rasa ingin tahu
siswa, mengoptimalkan daya pikir siswa melalui dengar, lihat dan rasakan,
serta mengembangkan nalar kritis dan mampu secara kreatif menemukan
problem solving.
Kurikulum berbasis kompetensi menerapkan 4 pilar pendidikan yang
telah dicanangkan oleh UNESCO yaitu: Learning to know, learning to do,
tulisannya Pendidikan Berbasis Kompetensi (2002),24 memaparkan
bahwa,: dalam proses belajar, siswa perlu mengetahui landasan ilmu
pengetahuan yang terus berkembang pesat (learning to know), siswa tidak
hanya mengenal dan memahami ilmu yang dipelajarinya (cognitive
domain terbawah) seperti yang terjadi pada dunia pendidikan kita saat ini,
akan tetapi diupayakan lebih ditingkatkan pada domain yang lebih tinggi
yaitu dapat mengaplikasikan (learning to do), dapat menganalisis
peristiwa yang ada (to know why), mengkaitkan peristiwa tersebut dengan
hal-hal lain untuk mengambil kesimpulan sebagai landasan
pengembangan pengertian yang lebih tinggi serta mengeveluasinya
Learning to be menekankan pada penggalian potensi diri siswa untuk
membentuk eksistensinya sebagai intellectual human beings. Sebagai
mahluk sosial, siswa juga hams belajar untuk hidup bersama (learning to
live together), bekerja dalam team work, saling membantu dan peduli
terhadap sesama.
b. Karakteristik Kurikulum Berbasis kompetensi
Harapan orang tua menyekolahkan anaknya agar anak mempunyai
kemampuan yang dimiliki dan menjadi mandiri serta dapat memecahkan
permasalahan kehidupan yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya. Tugas
24
sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memenuhi kebutuhan
siswa, masyarakat dan memenuhi kebutuhannya sendiri dalam arti sekolah
bersikap proporsional dan professional dalam menjalankan tugasnya
sebagai lembaga pendidikan. Sekolah dalam menerapkan kurikulum
berbasis kompetensi perlu mengetahui karakteristik kurikulum berbasis
kompetensi agar tidak terjadi rancu dalam pelaksanaannya.
Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
memiliki karakteristik sebagai berikut:
l) Menekankan pada tercapainya kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan metode yang bervariasi.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 25
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi mencakup seleksi
kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
sistem pembelajaran. Salah satu tujuan kurikulum berbasis kompetensi
adalah bagaimana mengekspresikan keluaran dari proses pendidikan
secara eksplisit, berupa kinerja nyata yang dapat diobservasi dalam
pekerjaannya.
25
Karekteristik pertama dari kurikulum berbasis kompetensi
berdasarkan pada spesifikasi dan penilaian keluaran (sebagai acuan
kompetensi). Berorientasi pada hasil belajar, dimana dalam pembelajaran
siswa mempunyai beberapa pengalaman yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Dalam KBK dituntut guru yang mempunyai kompetensi dan
kreativitas sehingga dapat merangsang gairah belajar siswa, guru
menerapkan metode belajar inquiry dan konstruktivisme dan metode lain
yang bervariatif dan menantang. Memanfaatkan sumber belajar yang
beragam sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan dari pengalaman
siswa yang beragam akan menghasilkan suatu wawasan baru bagi siswa.
Penekanan KBK tidak hanya pada kompetensi akademik akan tetapi
kompetensi emosional dimana siswa dapat bekerja sama dengan orang
lain dan dapat bersosialisasi dengan baik.
c. Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulwn Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang
memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian
Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Sekolah.
Berikut penjelasan Depdiknas (2002), tentang komponen kurikulum
I). Kurikulwn dan Hasil Belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA sampai dengan Kelas XII (TK danRA-12).
2). Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3). Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
4). Pengelolaan Kurikulwn Berbasis Sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan swnber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikul wn (curriculum council), pengembangan perangkat kurikulum (a.I. silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem infonnasi kurikulum.26
Dari keempat komponen KBK diatas terdapat pembahasan tersendiri
dan mempunyai konsep tersendiri. Penulis akan merincikan satu persatu
pembahasan dari empat komponen KBK.
l ). Kurikulum dan Hasil Belajar
Kurikulum dan Hasil Belajar menuntut setiap siswa di Indoneia - di
sekolah dan madrasah negeri atau swasta - dapat menggali, memahami,
menghargai dan melakukan sesuatu sebagai hasil belajar yang
2
qilaksanakan di sekolah dan diluar sekolah. "Kurikulum dan Hasil Belajar
mempunyai dua keistimewaan yaitu berbasis kompetensi dan pendekatan
menyeluruh dari Taman Kanak-kanan (TK) dan Raudbatul athfal (RA)
sampai dengan kelas 12 (TK dan RA 12)."27
Komponen ini memuat perencanaan pengembangan kompetensi
peserta didik sejak lahir lahir hingga kelas XJI. Pendekatan menyeluruh
dari Taman Kanak-kanak sampai kelas Xll yang berfokus pada hasil
belajar memberikan peluang bagi para guru untuk memilih dan menetukan
sendiri pendekatan yang paling tepat dan menantang bagi peserta didik
untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Dengan basis kompetensi
maka program pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan siswa menurut
kompetensinya masing-masing, keadaan sekolah, dan tuntutan hidup.
Kurikulum dan Hasil Belajar setiap mata pelajaran memuat tiga
komponen utama, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator
pencapaian hasil belajar.
Pengembangan Kurikulum dan Has ii Belajar (KHB)
mempertimbangkan 9 prinsip berikut ini:
I. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur 2. Penguatan Inte1,>ritas Nasional
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika 4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
5. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi
27
6. Mengembangkan Keterampilan Hidup 7. Belajar Sepanjang Hayat
8. Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komperehensi
9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan28
Menurut Kepala Balitbang Depdiknas Boediono di depan peserta rapat
Kerja Depdiknas mengatakan:
Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, siswa, orang tua, dan guru dapat memperoleh kejelasan tentang hasil belajar apa yang diharapkan dapat dicapai siswa di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada hasil belajar ini dapat memberikan kelonggaran guru untuk menentukan pedekatan yang paling tepat dan mendorong para siswa untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Sekolah dan guru akan menggunkan kurikulum dan hasil belajar mi untuk mengembangkan pembelajaran dan program pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan. 29
Secara umum kompetensi yang harus dimiliki dan atau dapat
dikembangkan untuk para peserta didik bisa diklasifikasikan menjadi
empat, yakni kompetensi tamatan, kompetensi mata pelajaran, kompetensi
rumpun mata pelajaran, dan kompetensi lintas kurikulum. "Kompetensi
tamatan adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpildr dan bertindak setelah siswa
menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi
28
1Md. h. 2
29
Harian Kompas 4 Jili 2002 khususnya mengenai Rencana llmplementasi Kurikulum
mata pelajaran adalah rumusan kompetensi siswa dalam berpikir, bersikap
dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu."30
Kompetensi-kompetensi yang dihasilkan dari setiap mata pelajaran itu
akan menghasilkan kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi
rumpun mata pelajaran, akan menghasilkan kompetensi lulusan, dan
kompetensi yang dapat dilatihkan untuk beberapa rumpun mata pelajaran,
lazim disebut dengan kompetensi lintas kurikulum.
2 ). Penilaian Berbasis Ke las
Setiap kegiatan harus dipadukan secara integral dengan penilaian yang
tepat terhadap kegiatan tersebut. Proses dan materi penilaian disesuaikan
dengan proses dan pelaksanaan kegiatan dengan materi tersebut. Sebagai
bagian yang terpadu secara integral dengan kegiatan belajar mengajar
maka penilaiannya harus ditujukan pada materi dan proses belajar
mengaJar.
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui
pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi
siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait.
Dalam ha! ini penilaian yang diterapkan kurikulum Berbasis
Kompetensi yalu1i penilaian berbasis kelas dimana hasil belajar siswa
30 )lulaelawati, Ella,, Pen1be_l.fil_aran dan Penilaian Berdasarkan Ku1ikulu1n Berbasis KQill!2etensi,
dapat dipertanggung jawabkan dan dengan penilaian yang berkesinambungan baik dilakukan dalam kelas maupun diluar kelas.
Berikut pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang dikemukakan
oleh Puskur Balitbang Depdiknas, yaitu "Suatu proses pengumpulan,
pelaporan dan penggunaan informasi tentang basil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik."31 PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan basil belajar yang
dikemukakan melalui pemyataan yang jelas tentang standar yang barns
dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.
Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar, oleb karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK
dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio ), basil karya
(produk), penugasan (proyek), bnerja (performance), dan tes tertulis
(paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan basil belajar siswa
berdasarkan level pencapaian prestasi siswa.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) secara umum bertujuan untuk
memberikan pengbargaan terbadap pencapaian belajar siswa dan
memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, PBK
31
menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh
proses mengajar dan belajar melalui kegiatan PBK yang menilai
karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulwn,
alat dan bahan belajar, dan administrasi sekolah.
Adapun fungsi Penilaian Berbasis Kelas bagi siswa dan bagi guru
adalah untuk membantu:
a. Siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maJU;
b. Siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya;
c. Guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai; dan
d. Guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi. 32 Penilaian harus diarahkan agar memenuhi prinsip-prinsip umum
penilaian sebagai berikut:
32
Ibid.. h. I I
a. Valid; Penilaian Berbasis Kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih.
b. Mendidik; Penilaian harus memberi swnbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
c. Berorientasi pada kompetensi; Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum. d. Adil dan objektit; Penilaian harus adil terhadap semua
e. Terbuka; Kriteria penilaian bendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
f Berkesinambungan; Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terns menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleb gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.
g. Menyelurub; Penilaian terhadap basil belajar siswa barns dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afek"tif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti basil belajar siswa.
h. Bermakna; Penilaian bendaknya mudah dipabami dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.33 Selain barns memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian, pelaksanaan
PBK senatiasa harus memegang prinsip-prinsip kbusus sebagai berikut:
"Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan
yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan
pabami, serta mendemonstrasikan kemampuannya "34
Acuan yang digunakan dalam penilaian basil belajar dapat
menggunakan dua kriteria yaitu kriteria mutlak atau penilaian acuan
patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan normal (PAN).
Namun, dalam kurikulum berbasis kompetensi acuan nilai lebih tepat
menggunakan penilaian beracuan patokan (PAN), karena penilaian
berpusat pada individu anak didik dan perkembangannya.
·"Ibid, h. 11-12
[image:46.595.74.440.113.486.2]Penilaian kompetensi dalam PBK meliputi penilaian kompetensi dasar
mata pelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas
kurikuJum, penilaian kompetensi tamatan dan kompetensi keterampilan
hidup. Di samping itu disampaikan pula penilaian ketiga ranah yaitu
kognitif, psikomotorik dan afektif.
Seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan
dalam penilaian berbasis kelas, antara lain sebagai berikut:
a. Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prms1p dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya bempa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran.
b. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan siswa tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.
c. Ulangan harian. d. Tugas individu e. Tugas kelompok f. Ulangan semester g. Ulangan kenaikan
h. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum: dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi.
1. Responsi atau ujian praktik: dipakai untuk mata pelajaran
yang ada kegiatan prak1:ikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa yaitu untuk mengetahui penfuasaan akhir baik dari aspek kognitif maupun psikomotor. 3
Alat penilaian yang digunakan dalam PBK ada yang berbentuk tes dan
ada yang berbentuk nontes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua
alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah,
misalnya alat penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor.
35 lhid.,
Alat penilaian nontes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan
umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan agar hasil pengukuran tepat
adalah alat ukumya hams memenuhi persyaratan atau baik. Suatu tes yang
baik harus memiliki bukti kesahihan, keandalan, hasilnya dapat
dibandingkan, dan ekonomis. Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu kesahihan isi, konstruk, dan luiteria. Kesahihan isi dilihat dari
bahan yang diujikan, kesahihan konstruk dilihat dari dimensi yang diukur,
dan kesahihan kriteria dilihat dari daya prediksinya.
Setelah diadakan penilaian kemudian perlu adanya pelaporan hasil
belajar siswa. Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana
komunikasi antara siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua. Laporan
kepada orangtua adalah bagian penting dari kerjasama antara sekolah dan
orangtua/walinya. Isi laporan hams jelas dan komunikatif dan
menitikberatkan pada kekuatan dan kelemahan anak dalam belajar.
Laporan dapat berupa angka, deskripsi, atau potret pencapaian
kompetensi. Laporan hasil belajar siswa dapat dimanfaatkan oleh siswa,
orangtua, dan para pendidik untuk: mendiagnosis hasil belajar,
memprediksi masa depan, menyeleksi dan sertifikasi, umpan balik, dan
3). Kegiatan Belajar Mengajar
Belajar merupakan pemrosesan informasi oleh s1swa. Prosesnya
melalui perseps1, penyimpanan infonnasi, dan pemanfaatan kembali
informasi tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Kegiatan belajar mengajar berfokus pada aktivitas siswa dalam
memaknakan materi yang disajikan dalam kegiatan pengajaran. Atas dasar
ini maka kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip
belajar mengajar dan prinsip motivasi dalam belajar.
Adapun prinsip Kegiatan Belajar Mengajar antara lain adalah:
"Berpusat pada siswa; Belajar dengan melakukan;
Mengembangkan kemampuan sosial; Mengembangkan
keingintahuan, imaj inasi, dan fitrah bertuhan; Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; Mengembangkan kreatifitas siswa; Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi; Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; Belajar sepanjang hayat; Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas. "36
Sedangkan prinsip motivasi belajar adalah:
"Kebermaknaan; Pengetahuan dan keterampilan prasyarat; Model; Komunikasi terbuka; Keaslian dan tugas yang menantang; Latihan yang tepat dan aktif; Penilaian tugas; Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan; Keragaman pendekatan; Mengembangkan beragam kemampuan; Melibatkan sebanyak mungkin indera; Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar. "37
36
Puskur, Balitbang Depdiknas, Leatlet KBM, (Jakarta, Balitbang Depdiknas, 2002 ), h. I
Maka dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya mengacu pada
prinsip-prinsip di atas agar tercapai kegiatan pembelajaran yang efektif
dan dapat melahirkan siswa yang cerdas, aktif, kreatif serta meningkatkan
mutu pendidikan
Adapun penataan ruang kelas menunjang KBM yang mengaktifkan
siswa antara lain melalui:
a. Aksesibilitas: s1swa mudah menjangkau alat dan sumber belajar;
b. Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas;
c. Jnteraksi: memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, maupun antar siswa;
d. Variasi ke1ja siswa: memungkinkan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.
e. Rekreatif kondisi kelas yang menyenangkan baik fisik maupun psikologis. 38
Dalam satu kelas, siswa memiliki potensi yang beragam. Guru perlu
mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan,
berkelompok, atau klasikaL Jika berkelompok, kapan sISwa
dikelompokkan berdasarkan kemampuan/minat atau secara campur untuk
mendorong terciptanya pola belajar melalui tutor sebaya. Mengingat
belajar adalah proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri,
maka KBM hendaknya memberikan kesempatan dan motivasi untuk itu.
Suasana belajar harus memungkinkan siswa terlibat secara aktif, tidak
membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya
belwn memuaskan, dan menantang siswa sehingga berbuat/berpikir lebih
baik. Hal ini ; akan memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar seumur
hidup.
Dalam penyediaan pengalaman belajar seorang guru memberikan
modus pengalaman belajar sebagai berikut:39 kita belajar !0% dari apa
yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita
lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita
katakan, dan 90% dari apa yang kita lakukan. Jika seorang guru
menggunakan metode ceramah maka siswa hanya mengingat 20% dan
sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan
melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
Kegiatan belajar mengajar yang efektif yaitu memanfaatkan sumber
belajar secara maksimal, sedangkan dalam pemanfaatan sumber belajar
yang perlu diperhatikan adalah:40 identifikasi kebutuhan sumber belajar;
identifikasi karakteristik dan potensi sumber belajar; pengelompokan
swnber belajar seperti lingkungan alam sekitar kita, perpustakaan, media
cetak, nara sumber, karya wisata, media elektronik dan komputer; analisis
relevansi kelompok sumber belajar dengan mata pelajaran dan kompetensi
39
Pusbir, Balitbang Depdiknas, Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002), h. 8
yang hendak dicapai; penentuan materi dan kompetensi s1swa; cara
pemanfaatan sumber belajar.
4). Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Penge\olaan kurikulum berbasis sekolah merupakan realisasi
desentralisasi pendidikan dalam wujud desentralisasi kurikulwn.
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah meliputi pengembangan silabus,
penetapan dan pengembangan meteri yang diperlukan di sekolah,
pelaksanaan kurikulum. 1-!al-hal ini perlu dijadikan tumpuan dalam
menyusun silabus.
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) sebagai salah satu
komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan salah satu pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan silabus.
Silabus merupakan "seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar."41
Silabus berisikan komponen yang dapat menjawab permasalahan berikut:
kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa?, bagaimana cara
mengembangkannnya? Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi
tersebut sudah dicapai siswa?
41
Dalam pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, pihak sekolah
mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran dan
tanggung jawab pihak lainnya daJam bidang pendidikan di daerah yang
bersangkutan. Peran sekolah anara lain:
I) Meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru, karyawan sekolah, orang tua, siswa, pihak akademis, birokrat terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dan implikasinya terhadap siswa dan sekolah.
2) Menetapkan tahap & administrasi (persuratan/legalitas) pelaksanaan kurikulum berbasi s kompetensi misalnya: Menyusun silabus sendiri, atau Memohon bantuan Dinas
Kabupaten/kota untuk menyusun silabus, atau
menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya.
3) Menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang tel ah ditetapkan sebel umnya. 42
Peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, antara lain:
l) Mengusahakan tersedianya sumber dana pada tingkat kebupaten/kota yang dalokasikan untuk penyusunan, evaluasi, dan perbaikan silabus.
2) Membuat rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
3) Membentuk tim pengembang silabus pada tingkat kabupaten/kota.
4) Melakukan sosialisasi KBK berkenaan dengan segala implikasi perubahan dalam tatanan penyelenggaraan pendidikan.
5) Mengkaji silabus yang dibuat oleh sekolah yang mampu membuatnya sendiri.
6) Mendistribusikan silabus ke sekolah-sekolah yang tidak menyusun silabus.
42
7) Mengkaji kalayakan sekolah yang akan memulai menggunakan KBK.
8) Memberikan persetujuan jika sekolah telah sanggup melaksanakannya.
9) Melakukan supervisi, penilaian, dan monitoring mulai dari penyusunan samrai dengan pelaksanaannya termasuk perangkat silabus. 3
Peran Dinas Pendidikan Provinsi, antara Jain:
I) Menjadi fasilitator pembentukan, pelatihan, dan pembinaan Tim Pengembang silabus pada tingkat kabupaten/kota. 2) Memberikan layanan operasional pelaksanaan KBK dan
penyusunan silabus bagi sel uruh kabupaten/kota.
3) Memantau penyusunan dan implementasi silabus pada tingkat kabupaten/kota.
4) Memberikan dukungan sumber-sumber daya pendidikan yang diperlukan bagi penyusunan silabus.
5) Mengusahakan dana secara rutin untuk kegiatan penyusunan silabus, penilaian, dan monitoring silabus. 6) Melakukan supervisi, penilaian, dan monitoring untuk
kepentingan informasi pendidikan tingkat provinsi.
7) Melakukan koordinasi vertikal dengan unit-unit kerja terkait di Jingkungan Departemen Pendidikan Nasional.44 Peran Tingkat Pusat, antara lain:
43 Ibid,
h. 7-8
"Ibid, h. 8
1) Merencanakan, mengembangkan dan mengevaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2) Memberikan saran kebijakan.
3) Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan konsep dan filosofi pengembangan dan pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi.
4) Menyempurnakan KurikuJum Berbasis Kompetensi berdasarkan masukan dari hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
6) Menyelenggarakan workshop dan semmar peningkatan mutu pelaksanaan Inuikulum.45
Berikut ini komponen kurikulum berbasis kompetensi dalam bagan:
Kurikulum dan Hasil Belaiar
Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi
KURIKULUM
BERBASIS
KOMPETENSI
Penilaian Berbasis Kelas
Kegiatan Belajar Mengajar
(Sumber: Puskur, Balitbang Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi)
2. Hakikat Guru a. Pengertian Guru
Guru merupakan mediator dan fasilitator dalam proses pembelajaran,
di mana guru sebagai pemformula dan penyaji kurikulwn dengan efektif
untuk エ・セェ。、ゥョケ。@ pencapaian hasil belajar yang maksimal dan memberikan
pen