• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran perilaku higiene menstruasi pada remaja putri di sekolah dasar negeri di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran perilaku higiene menstruasi pada remaja putri di sekolah dasar negeri di wilayah kerja Puskesmas Pisangan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

REMAJA PUTRI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

IMAROTUL FITRIYAH NIM : 109104000050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v Nama : Imarotul Fitriyah Tempat, Tgl Lahir : Jombang, 26 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Sumberwinong RT 003/007 Desa Banjardowo Kec. Jombang, Kab. Jombang, Jawa Timur 61451

Hp : 085697806870

Email : imaroh_fitriyah@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. RA Tarbiyatul Huda (1995-1997)

2. MI Tarbiyatul Huda (1997-2003)

3. MTs. Miftakhur Rosyidin (2003-2006)

4. MA Al-Bairuny (2006-2009)

5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013) Pengalaman Seminar dan Workshop :

1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009

2. Seminar Kesehatan “Cultural Approach In Holistic Nursing Care IN Globalization Era” Tahun 2009

3. Seminar Nasional “Kehahalan Obat dan Makanan serta Permasalahannya di Indonesia” Tahun 2009

4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Tahun

(7)

vi

6. Seminar Kesehatan “Smoking Cessation For Better Generation Without Tobacco” Tahun 2010

7. Seminar Kesehatan “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa Pada Era Milenium Kesehatan” tahun 2010

8. Seminar Kesilaman “Esensi Sholat dalam Perspektif Kesehatan” Tahun 2010 9. Talk Show “Ostheoarthritis” Tahun 2011

10. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun

2011

11. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawata : Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012

12. Seminar Nasional “Melody for Heart and Brain Health” Tahun 2012

(8)

vii Skripsi, Oktober 2013

Imarotul Fitriyah, NIM: 109104000050

Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

xvii + 85 halaman + 16 tabel + 3 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Menarche merupakan menstruasi pertama perempuan dimana saat ini terjadi lebih dini yaitu sekitar usia kurang atau sama dengan 10 tahun. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan akibat meluruhnya dinding rahim karena sel telur (ovum) tidak dibuahi. Saat menstruasi, organ reproduksi sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan gangguan menstruasi. Gangguan (keluhan) yang sering ditemukan adalah keputihan dan pruritus vulvae (gatal-gatal pada vagina). Namun, keluhan ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan sejak dini yaitu dengan perilaku higiene menstruasi yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku higiene menstruasi remaja putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 59 remaja putri kelas 5 dan 6 yang telah menstruasi dengan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu 31 responden (52,5%) memiliki perilaku higiene menstruasi baik, sedangkan 28 responden yang lain (47,5%) memiliki perilaku higiene menstruasi kurang baik. Berdasarkan keluhan pada organ reproduksi, responden yang mengalami keputihan sebesar 52 orang (88,1%) dan yang mengalami

pruritus vulvae sebesar 36 responden (61%).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai menstruasi dan pentingnya perilaku higiene menstruasi secara dini untuk meminimalisir terjadinya masalah-masalah kesehatan reproduksi wanita dan bagi Sekolah Dasar diharapkan memberikan pengetahuan tentang menstruasi dan higiene menstruasi yang benar, supaya siswi-siswinya mampu berperilaku higiene menstruasi yang baik dan keluhan-keluhan pada organ reproduksi tersebut tidak terjadi.

(9)

viii

JAKARTA

Undergraduate Thesis, October 2013

Imarotul Fitriyah, NIM : 109104000050

The Description of Menstrual Hygiene Behavior of Young Women in Public Elementary School in Work Area of Pisangan Community Health Center

xvii + 85 pages + 16 tables + 3 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Menarche is the first menstruation of a woman that’s currently occurs earlier at the woman around 10 years old. Menstruation is the periodic discharge of blood and mucosal tissue (the endometrium) from the uterus and vagina. During menstruation periode the organs of reproduction is easy to be infected and it cause menstrual disorders, such as whitish and pruritus vulvae. However, these complaints can be prevented by doing a good menstrual hygiene behavior.

This study aims to know and describe the young women’s menstrual hygiene behavior at Public Elementary School Pisangan when they get menstruation. This research is a quantitative research that described by using cross sectional design. The Data collection of this research was carried out from 59 young women at 5th and 6 th grades at the Elementary School Pisangan who have got menstruation by using a questionnaire and total sampling technique. The Results of the research showed that 52.5 % respondents (31 respondents) have a good menstrual hygiene behavior, whereas 47.5 % (28 respondents) have lower awareness of menstrual hygiene behavior. Beside that, the result of the research also show that 88.1 % (52 respondents) get whitish and 61 % (36 respondents) get pruritus vulvae.

This research aims to be used by the Health Organizations, related institution and the teacher at Elementary School to give a counseling and educate

the young women and the students about “how important to have a menstrual hygiene behavior, so that the problems such as menstrual disorders and disorders of reproduction organ can be prevented and reduced.

(10)

ix

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. DR (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kedua Orang Tua saya, Bapak Moch. Basori dan Ibu Solikah tercinta yang selalu memberi kasih sayang, motivasi, do’a dan semangat selama hidup ini serta Kakak-kakak (terutama Mas Maskur) dan Adik-adikku yang telah membantu doa demi terselesaikannya proposal penelitian ini.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

x proposal ini.

6. Ibu Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi ini.

7. Ibu Tien Gartinah MN selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Para penguji yang banyak memberikan saran dalam memperbaiki skripsi peneliti.

9. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tidak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa.

10. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif peneliti.

11. Kementrian Agama RI yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan masa studi di Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Bapak Farid Ma’ruf dan Ibu Lutfi Laila selaku Kepala Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mimbar yang telah memberikan amanat untuk menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan segala doa dan motivasinya.

(12)

xi

14. Kepala Sekolah SDN Pisangan I, SDN Pisangan II, SDN Pisangan III, SDN Pisangan IV, SDN Cirendeu I, SDN Cirendeu II, SDN Cirendeu III, SDN Cirendeu IV, dan SDN Cirendeu V yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SDN yang dibawahi dan khususnya responden yang bersedia mengisi kuesioner penelitian.

15. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Astuti, Dewi, Dian, Etika, Fita, Hanik, Maira, Mala, Iqbal, Ulfi) teman-teman satu pembimbing (Eryn, Nur Qom, Widya), dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan.

16. Sahabat-sahabat PBSB 2009 dan teman seperjuangan PSIK 2009 yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan proposal penelitian ini

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Oktober 2013

(13)

xii

JUDUL HALAMAN

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Pertanyaan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Remaja ... 9

1. Pengertian ... 9

2. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya ... 10

3. Perkembangan Organ Reproduksi Perempuan ... 10

4. Masa Transisi Remaja ... 12

(14)

xiii

2. Menstruasi ... 17

C. Higiene ... 19

1. Pengertian ... 19

2. Higiene Alat Kelamin Wanita ... 22

3. Keluhan di sekitar Organ Reproduksi ... 25

D. Perilaku ... 27

1. Batasan Perilaku ... 27

2. Domain Perilaku ... 29

3. Cara Mengukur Indikator Perilaku ... 36

E. Kerangka Teori ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 39

A. Kerangka Konsep ... 39

B. Definisi Operasional ... 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Desain Penelitian ... 41

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

G. Tahapan Penelitian ... 48

H. Pengolahan Data ... 49

I. Analisis Data ... 51

J. Etika Penelitian ... 51

(15)

xiv

1. Karakteristik Responden ... 53

2. Perilaku Higiene Menstruasi Remaja Putri ... 55

3. Keluhan-keluhan disekitar Organ Reproduksi Remaja Putri ... 62

BAB VI PEMBAHASAN ... 65

A. Analisis Univariat ... 65

1. Gambaran Karakteristik Remaja Putri ... 65

2. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi Remaja Putri ... 68

3. Gambaran Keluhan di Sekitar Organ Reproduksi ... 78

B. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB VII PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

(16)

xv

(17)

xvi

1. Tabel 2.1 Hubungan Antara Pertumbuhan dengan Tingkat

Kematangan Seksual pada Anak Perempuan ... 11

2. Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 40

3. Tabel 4.1 Indikator Perilaku Higiene Menstruasi ... 45

4. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia ... 54

5. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia saat Pertama Menstruasi ... 54

6. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelas ... 55

7. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Mandi saat Menstruasi ... 55

8. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Mencuci Rambut saat Menstruasi ... 56

9. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Membersihkan Vagina Saat Menstruasi ... 57

10. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Penggunaan Sabun ... 58

11. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Pemakaian Celana Dalam saat Menstruasi ... 59

12. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Penggantian Pembalut saat Menstruasi ... 60

13. Tabel 5.10 Distribusi Kejadian Keputihan ... 62

14. Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan ... 63

15. Tabel 5.12 Distribusi Kejadian Gatal-gatal pada Organ Reproduksi ... 63

(18)

xvii 1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden 2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 Hasil SPSS

4. Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas 5. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

(19)

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut WHO dan ICPD (1994) dalam Mahfiana (2009) adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, namun lebih dititikberatkan pada wanita. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitif terhadap suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan reproduksinya (Kusmiran, 2012).

Banyak isu-isu tentang kesehatan reproduksi seperti hak-hak reproduksi, masalah seksual, dan Penyakit Menular Seksual (PMS) (Mahfiana, 2009). Permasalahan kesehatan pada wanita adalah berawal dari tingginya usia perkawinan dibawah 20 tahun (4,8% usia 10-14 tahun, 41,9% pada usia 15-19 tahun) dan dikarenakan oleh umur pertama kali menstruasi (menarche) yang masih muda sehingga usia reproduksi perempuan semakin panjang (Riskesdas, 2010).

Menarche merupakan menstruasi pertama perempuan dimana cairan darah keluar dari alat kelamin wanita yang berasal dari luruhnya lapisan dinding dalam rahim (endometrium) (Pudiastuti, 2012). Usia menarche ini umumnya terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Santrock, 2003). Pulungan

(20)

(2009) juga mengatakan bahwa usia menarche remaja putri berkisar pada usia termuda 8 tahun dan usia tertua adalah 14 tahun. Sedangkan Hasil riset kesehatan dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Uraian tersebut menunjukkan bahwa menarche terjadi lebih dini dimana anak perempuan mengalami menstruasi pertama pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Manuaba, 2004).

Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya dinding rahim (endometrium) yang mengandung pembuluh darah karena sel telur (ovum) tidak dibuahi (Pudiastuti, 2012). Pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi ketika menstruasi karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Kusmiran, 2012). Infeksi ini biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis yang dapat menyebabkan gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih. Adapun infeksi tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%), Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%) (Davey, 2005). Hasil penelitian Panda (2013) menunjukkan bahwa pada 50 kasus pada penderita lekore (keputihan) terdapat 26 kasus (52%) terjadi infeksi oleh

(21)

vagina akibat bahan kimia atau fisik (seperti sabun, spermisida, pembalut, dan lain-lain), alergi dan dermatitis kontak serta adanya penyebab lain seperti polip servikalis/neoplasma (Davey, 2005).

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah pruritus vulva yaitu ditandai adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan (Misery, 2010). Hasil penelitian Indah (2012) menunjukkan bahwa remaja putri di SMAN I Ngimbang Lamongan 100% pernah mengalami pruritus vulvae saat menstruasi, yaitu 12 orang (15,2%) mengalami pruritus vulvae setiap hari selama menstruasi dan 67 orang (84,8%) merasakan pruritus vulvae namun tidak setiap hari selama menstruasi. Sebagaimana Bohl (2005) dalam Indah (2012) menyatakan bahwa di Amerika dari 160 responden 100% pernah mengalami pruritus vulva, 90% pruritus vulvae akut (berlangsung detik sampai minggu) dan 10% mengalami pruritus vulvae kronis (berlangsung lama). Pruritus vulvae kronis tersebut disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus yang muncul karena buruknya personal higiene dan higiene menstruasi (44%), karena alergen dan produk kewanitaan (30%) serta karena kelainan patologik pada vulvae (26%).

(22)

serangga sehingga mengakibatkan vagina berbau busuk atau terjadi keputihan (Ali, 2007).

Cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita adalah dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan vagina menggunakan air yang bersih dan membersihkannya dari depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) untuk mencegah kotoran/bakteri dari anus masuk ke vagina serta mengganti pembalut sesering mungkin setelah penuh atau tidak lebih dari 6 jam (Kusmiran, 2012). Hasil penelitian Puspitaningrum (2012) menyatakan bahwa sebanyak 66% responden memiliki praktik kurang dalam perawatan organ genitalia eksternalnya dan 34% memiliki praktik baik dalam perawatan organ genital eksternalnya. Budiarti (2012) juga menyatakan bahwa 56% remaja dalam kategori kurang dalam perawatan vulva saat menstruasi, 33% kategori cukup dan 11% kategori baik.

(23)

Uraian teori dan studi pendahuluan di atas menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian pada remaja putri Sekolah Dasar karena penelitian sebelumnya dilakukan pada remaja putri SLTP, MTs, SMA, dan SMAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”.

B. Rumusan Masalah

(24)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi setiap item perilaku pada Remaja Putri di sembilan SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran rata-rata usia menarche remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

b. Mengetahui gambaran perilaku mandi saat menstruasi pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

c. Mengetahui gambaran perilaku mencuci rambut saat menstruasi pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

d. Mengetahui gambaran perilaku membersihkan vagina pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

e. Mengetahui gambaran perilaku menggunakan sabun pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

f. Mengetahui gambaran perilaku mengganti celana dalam pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

(25)

h. Bagaimana keluhan pada organ reproduksi remaja putri SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik responden (rata-rata usia responden, rata-rata usia saat menstruasi pertama, kelas) di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan?

2. Bagaimana gambaran perilaku higiene menstruasi remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan?

3. Bagaimana gambaran keluhan-keluhan disekitar organ reproduksi remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan ?

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan tentang perilaku higiene menstruasi remaja putri di SDN tersebut dan menjadi masukan sekolah untuk memberikan informasi higiene menstruasi sehingga remaja putri mampu melakukan perilaku higiene menstruasi sejak dini.

2. Untuk Institusi pendidikan Keperawatan

(26)

diminimalisir serta sebagai landasan dalam melakukan penyuluhan dan keefektifan penyuluhan ketika menentukan tujuan penyuluhan.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah bila seorang anak perempuan berusia 13-19 tahun (Wong, 2009). Menurut WHO, remaja adalah bila anak perempuan atau laki-laki telah mencapai usia 10-19 tahun. Sedangkan DikNas dalam Soetjiningsih (2007) mengatakan bahwa anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.

Effendi dan Makhfudli (2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Adapun salah satu perubahannya adalah perubahan fisik akibat adanya pacu tumbuh (growth spurt). Pada pacu tumbuh ini timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007).

Masa praremaja terjadi lebih cepat daripada masa prasekolah. Masa praremaja adalah masa terjadinya pacu tumbuh adolesen yaitu pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan. Selain itu, adanya pertumbuhan alat kelamin dan tanda-tanda sekunder (Soetjiningsih, 2007) serta perubahan-perubahan pada tulang dan otot-otot yang menjadi lebih kuat,

(28)

lingkar tubuh menjadi lebih besar dan organ tubuh menjadi lebih sempurna (Berk, 1989 dalam Ali, 2010).

Pertumbuhan somatik di atas melibatkan endokrin dan sistem tulang. Hormon yang berperan dalam pacu tumbuh tersebut adalah

growth hormon, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid, paratiroid, dan kalsitonin. Hormon-hormon ini mempercepat maturasi jika berlebihan dan memperlambat maturasi jika mengalami defisiensi (Soetjiningsih, 2007).

2. Perkembangan Remaja dan Ciri-Cirinya

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja, Pinem (2009) membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain merasa ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, dan mempunyai rasa cinta yang mendalam. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri.

3. Perkembangan Organ Reproduksi Remaja Perempuan

(29)

tumbuh remaja. Perkembangan seksual ini terjadi pada dua periode singkat yaitu perkembangan seksual primer pada embrio dan adanya karakteristik sekunder selama pubertas. Hal ini merupakan respon terhadap hormon gonadrotopin kelenjar hipofisis (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

Pada masa pubertas inilah muncul karakteristik sekunder, yaitu pertumbuhan kuncup payudara (10-11 tahun), diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis 6-12 bulan kemudian, dan setelah 2-2,5 tahun baru mengalami menarche. Rata-rata menarche terjadi pada umur 10,5-15,5 tahun. Namun, hal ini bervariasi tergantung pada kecepatan pertumbuhan kuncup payudara, rambut pubis serta maturasi genitalia interna maupun eksterna. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seks sekunder tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu (Behrman, 2000; Soetjiningsih, 2007).

[image:29.595.133.515.155.539.2]

Warne GL dalam Soetjiningsih (2007) membuat Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) menghubungkan antara pertumbuhan dan stadium pubertas pada perempuan.

Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan

Stadium TKS

Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh

Umur tulang (Tahun)

1 Pubertas Prapubertas Prapubertas (5 cm/tahun)

<11 2 Teraba

penonjolan areola melebar

Jarang, pigmen sedikit lurus sekitar labia

Awal pacu pertumbuhan

(30)
[image:30.595.137.513.125.512.2]

Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan (Lanjutan)

Stadium TKS

Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh

Umur tulang (Tahun)

3 Payudara dan areola membesar , batas tidak jelas

Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah Pacu tumbuh 12

4 Areola dan papila membentuk bukit kedua Keriting, kasar, seperti dewasa, belum ke paha atas

Pertumbuha n melambat

13

5 Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari bentuk payudara Bentuk segitiga seperti dewasa, ke paha atas Pertumbuha n minimal 14-15

4. Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Menurut Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2012), masa transisi tersebut adalah :

a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan tubuh

(31)

b. Transisi dalam kehidupan emosi

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja sering tampak gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih, dan marah, namun disisi lain terkadang tertawa dan gembira.

c. Transisi dalam kehidupan sosial

Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar keluarga. Remaja lebih cenderung bergaul dengan teman sebaya. Pergaulan dengan sebayanya termasuk upaya remaja untuk bersikap mandiri, baik mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang tertentu. Ketika kondisinya tidak sesuai maka dapat menyebabkan kebingungan peran.

d. Transisi dalam nilai-nilai moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu ia masih kanak-kanak dan mulai mencari nilai sendiri.

e. Transisi dalam kognitif (pemahaman)

(32)

mental dan mampu menyelesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikiran yang abstrak (Hidayat, 2008).

5. Organ Reproduksi Wanita a. Organ genitalia eksterna

Organ genitalia eksterna meliputi : Mons veneris (bagian yang menonjol di atas simfisis dimana pada orang dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan), Labia mayora (bibir besar yang terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, Labia minora

(suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar), Klitoris

yang bersifat erektil yang terletak tepat di bawah arkus pubis yang ketika terangsang glans dan korpus klitoridis membesar karena mengandung banyak pembuluh darah, Vestibulum (vulva berbentuk lonjong ini memanjang dari depan ke belakang, Bulbus vestibuli

(bagian yang terletak di bawah selaput lendir vulva yang mengandung banyak pembuluh darah, Introitus vagina (dapat dilihat jika bibir kecil dibuka karena ditutupi oleh himen atau selaput dara),

Perineum (terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit. Panjangnya kira-kira 4 cm).

b. Organ genitalia interna

(33)

mempertahankan keasaman (pH 4.5). Apabila pH meningkat di atas 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina), Uterus

(organ yang berdinding tebal, muskuler dan pipih dan tampak seperti buah peer terbalik, Tuba fallopi, Ovarium (ovarium terdiri dari korteks bagian luar dan medula pada bagian dalam. Fungsi utama ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan menghasilkan hormon seks steroid (estrogen, progesteron, androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal. Selama usia subur, umumnya setiap bulan satu atau lebih ovum matur dilepaskan. Ketika ovum dibuahi maka terjadi kehamilan, namun jika tidak dibuahi maka endometrium luruh dan disebut sebagai menstruasi).

(Pinem, 2009).

B. Menarche dan Menstruasi 1. Menarche

a. Pengertian Menarche

(34)

dapat dipengaruhi oleh mutu makanan, kesehatan, genetik dan massa tubuh.

Menarche merupakan ciri suatu kedewasaan seorang wanita. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merangsang pertumbuhan payudara dan seks sekunder lainnya, diantaranya pertumbuhan rambut pubis, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva dan perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche (Manuaba, 2007).

Sebagian besar menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi, sehingga memberikan kesempatan yang cukup tanda-tanda seks sekunder untuk mencapai kematangan seksual. Namun, menstruasi yang sesungguhnya diikuti oleh ovulasi yang sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun (Manuaba, 2007).

b. Usia Menarche

(35)

adalah 14 tahun. Manuaba (2007) menarche terjadi sekitar umur 10-11 tahun. Sedangkan Hasil riset kesehatan dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Begitu juga yang telah ditetapkan oleh para ulama bahwa usia menstruasi pertama wanita terjadi pada usia 9 tahun (Fuad, 2007). Usia tersebut masuk dalam kategori remaja awal dan dengan usia 11-12 pada siswi sekolah dasar merupakan siswa yang berada pada kelas tinggi atau antara kelas 4 sampai 6 (Yusuf, 2012).

2. Menstruasi a. Pengertian

Menstruasi (haid) artinya mengalirkan sesuatu, namun dalam syariat agama menstruasi merupakan darah yang keluar dari rahim seorang perempuan secara alami, tanpa sebab apapun di waktu-waktu yang sudah dimaklumi (Al-Utsaimin, 2009). Cunningham (2006) menyatakan bahwa menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala sebagai tanda bahwa alat kandungan telah memenuhi faalnya. Menstruasi terjadi dalam interval-interval yang teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mendapatkan intervensi farmakologis.

(36)
(37)

b. Durasi Perdarahan Menstruasi

Kondisi fisik seorang wanita tidak sama. Hal ini mempengaruhi kinerja organ-organ kewanitaannya, terutama saat mereka mengalami menstruasi. Lama keluarnya darah menstruasi berbeda antara wanita satu dengan yang lain. Menurut Fuad (2007) dalam syari’at Islam dijelaskan bahwa darah haid keluar paling sedikit selama 3 hari 3 malam, sebanyak-banyaknya adalah 15 hari serta yang sedang adalah 5 hari. Sebagaimana halnya dengan Cunnigham (2006) bahwa durasi menstruasi paling sering adalah 4 sampai 6 hari. Dalam hal ini bukan berarti harus keluar terus-menerus tanpa henti, namun bila darah terasa keluar, sesudah itu reda, kemudian keluar lagi maka semuanya dianggap haid (Fuad, 2007).

C. Higiene

1. Pengertian

Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan kesehatan (Potter & Perry, 2006). Sedangkan menurut WHO (2013) higiene merupakan kondisi dan praktik untuk mempertahankan kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit, meningkatkan derajat kesehatan individu meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Purnawijayanti, 2006).

(38)

a. Citra tubuh

Penampilanan seseorang menggambarkan higiene individu tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah dan mempengaruhi cara seseorang mempertahankan higiene.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial merupakan wadah seseorang untuk berhubungan sehingga mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik higiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air yang mengalir juga mempengaruhi perawatan kebersihan.

c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana kondisi higiene setiap harinya. Seperti tersedianya alat kesehatan mandi dan kosmetik yang biasa digunakan setiap hari serta alat-alat untuk membantu memelihara higiene secara aman.

d. Pengetahuan

(39)

mengurangi risiko kesehatan dengan memotivasi diri untuk selalu menjaga higiene dirinya.

e. Budaya

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higiene. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula. Di Amerika Utara, suka menggunakan shower atau bak mandi. Sedangkan, negara-negara Eropa, mereka mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu. f. Kebiasaan

Setiap orang memiliki keinginan untuk menentukan kapan ia mandi, mencukur rambut, melakukan perawatan rambut dan sebagainya. Individu memiliki keinginana tersendiri terhadap alat kesehatan, dan cara melakukan higienenya. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam melakukan higiene pada dirinya.

g. Kondisis fisik

Orang yang menderita penyakit tertentu seringkali mengalami kekurangan energi fisik untuk melakukan higiene. Sehingga ketika seseorang mengalami penyakit seperti operasi, maka ia tidak memiliki daya untuk melakukan higiene dirinya.

(40)

2. Higiene Alat Kelamin Wanita

Kesehatan organ reproduksi penting untuk dijaga agar fertilitas tetap terjaga sehingga mampu menghasilkan keturunan. Saat menstruasi tubuh cenderung memproduksi lebih banyak keringat, minyak dan cairan tubuh lainnya. Sehingga seorang wanita harus tetap menjaga kebersihan dirinya terutama menjaga organ reproduksi wanita yaitu kesehatan vagina (Kusmiran, 2012).

Bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti di daerah alat kelamin merupakan bagian yang paling penting. Ketika tubuh mengeluarkan banyak keringat maka bagian ini cenderung lembab dan mikroorganisme jahat seperti jamur mudah berkembang biak yang akhirnya dapat menimbulkan infeksi. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya wanita yang mengalami keputihan dan gatal-gatal di vagina akibat adanya infeksi jamur dan bakteri (Pudiastuti, 2012).

Davey (2005) menyatakan bahwa infeksi vagina biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis. Infeksi vagina yang tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%), Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%). Keputihan juga sering terjadi pada wanita dan disebabkan oleh Candida dan Trichomonas vaginalis,

namun Candida albicans adalah jamur yang paling sering menyebabkan keputihan tersebut (Panda, 2013).

(41)

a. Saat menstruasi, wanita lebih berkeringat dibanding dengan hari-hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang bersih dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana Lawan, Yusuf, & Musa (2010), menyatakan bahwa remaja putri sebagai respondennya menyatakan bahwa mereka menambah frekuensi mandinya saat menstruasi sebanyak 3-4 kali per hari.

b. Membersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara teratur dengan air bersih, lebih baik air hangat, dan sabun lembut

dengan kadar soda rendah terutama setelah Buang Air Besar (BAB)

dan buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar

adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik

karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina

dan berisiko menimbulkan infeksi. Setelah dibersihkan, vagina

dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tisu kering supaya

vagina tidak lembab.

c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering

menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot

pewangi vagina (douching). Vagina sendiri sudah mempunyai

mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya yaitu adanya

kuman Doderlin yang hidup di vagina dan berfungsi memproduksi

asam sehingga terbentuk suasana masam yang mampu mencegah

(42)

khusus ini justru akan mematikan bakteri baik tersebut dan memicu

berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.

d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering

mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga

vagina dari kelembaban yang berlebihan. Bahan celana dalam yang

baik harus menyerap keringat seperti katun. Hindari memakai celana

dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah bernafas dan

akhirnya menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab,

berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang

dapat menimbulkan iritasi. Infeksi juga sering kali terjadi akibat

celana dalam yang tidak bersih.

e. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah

kotor. Pemakaian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan

diganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah. Hal ini

dikarenakan pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak

diganti. Penelitian Lee et al (2006) menjelaskan bahwa dari seluruh responden yaitu remaja putri di Malaysia terdapat 70,8%

menggunakan pembalut ≤ 4 pembalut per hari karena jumlah darah

yang keluar sedikit, 17,6% menggunakan 2 pembalut dalam satu kali pemakaian karena keluarnya darah sangat banyak, dan 11,1% menggunakan pembalut 5-10 pembalut per hari karena jumlah darahnya sedang.

f. Menggunakan pembalut (sanitary pad) yang siap pakai, bukan

(43)

higiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti

mengeringkan di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar

matahari yang berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang

menyebabkan vagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).

g. Selain itu, membuang pembalut bekas dengan dibungkus kertas

kemudian dibuang ke tempat sampah (Nada, 2007). Adapun penelitian Lawan, Yusuf, & Musa (2010) menyatakan bahwa remaja membuang pembalut bekas di limbah rumah tangga (71,2%), pembakaran (24,3%), penguburan (4,3%) dan disiram di toilet (0,3%). Sebagaimana penelitian Dasgupta dan Sarkar (2008), menjelaskan bahwa sebesar 92 responden (57,5%) remaja membuang dengan benar pembalut/potongan kain yang digunakan dengan membungkusnya dengan sebuah kantong kertas dan dibuang di tempat pembuangan limbah padat. Penelitian ini juga sejalan dengan Thakre (2011) bahwa responden membungkus pembalut dengan kertas terlebih dahulu, baru kemudian membuang pembalut tersebut di limbah padat atau membakarnya. Sebanyak 52,20% respondennya membuang pembalut dengan cara dibakar, sebesar 39,79% membuang di limbah padat dan 6,72% menggunakan metode pembuangan lain.

(Kusmiran, 2012; Nadesul, 2008; Dingwal, 2010).

3. Keluhan di sekitar Organ Reproduksi

(44)

langsung dengan dunia luar yang memudahkan terjadinya infeksi pada bagian luarnya yang secara berkelanjutan dapat menginfeksi selaput dinding perut (peritonitis). Namun, vagina memiliki sistem pertahanan alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dengan sistem asam basa melalui lendir yang menyebabkan bakteri dibuang dalam bentuk menstruasi. Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini terkadang cukup lemah sehingga infeksi sering susah dikendalikan dan menimbulkan keluhan klinis dari infeksi tersebut. Salah satu keluhan klinis/infeksi alat kelamin ini adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 2009).

(45)

D. Perilaku

1. Batasan Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya, cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau menangis.

(46)

(stimulus baru), maka orang tersebut melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar. Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah. Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik. Berikut adalah teori S-O-R :

RESPON TERTUTUP :

Pengetahuan Sikap ORGANISME

RESPON TERBUKA :

Praktik/ Tindakan STIMULUS

(47)

2. Domain Perilaku

Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang orang yang bersangkutan.

Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan

1) Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang. Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

2) Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

(48)

b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus c) Evaluation (nimbang), individu

menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.

d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru

e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. 3) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah sebagai berikut :

a) Pendidikan

(49)

b) Informasi/media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar.

c) Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d) Lingkungan

(50)

e) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

4) Domain pengetahuan

(51)

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu

recall (mengingat kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang paham terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya. c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real

(nyata). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip pemecahan masalah.

d) Analisis (analysis)

(52)

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesisi)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya, membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

5) Indikator pengetahuan kesehatan

(53)

berdarah atau berapa persen responden yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang ASI eksklusif, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

b. Sikap

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).

b. Tindakan/praktik

Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka. Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).

(54)

Perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam maupun luar subjek. Lawrence Green membedakan determinan masalah kesehatan menjadi dua, yaitu behavior factors (faktor perilaku) dan non-behavior factor (faktor nonperilaku). Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya Posyandu, Puskesmas, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.

c. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

(Notoatmodjo, 2010).

2. Cara Mengukur Indikator Perilaku

(55)

pendekatan recall melalui wawancara dengan mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan responden beberapa waktu lalu (Maulana, 2009). Simamora (2008) menjelaskan bahwa ada tiga kategori tentang pengukuran perilaku, yaitu :

a) Kategori 1 : “What the people do” (mengamati apa yang dilakukan individu yaitu dengan pancaindra, kamera, dan handycam).

b) Kategori 2 : “What the people say” (mengamati apa yang dikatakan individu) yaitu dengan wawancara yang merupakan metode pengukuran yang tepat. Instrumen yang dipakai adalah wawancara yaitu dengan kuesioner maupun pedoman wawancara.

c) Kategori 3 : mengukur psikologis yang ditunjukkan oleh sistem syaraf yaitu dengan peralatan laboratorium.

(56)

E. Kerangka Teori

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1. Pendidikan 2. Informasi

3. Sosial, budaya, ekonomi 4. Lingkungan

5. Pengalaman 6. Usia

Respon terbuka :

Praktik/ Tindakan

Respon tertutup :

Pengetahuan Sikap

Respon : Organisme :

Remaja Putri

Stimulus :

Menstruasi

Bagan 2.2 Modifikasi Kerangka Teori Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010); Mubarak (2007) Perilaku Higiene

(57)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas. Perilaku higiene menstruasi pada remaja putri perlu diketahui dan diteliti dengan baik, sehingga diketahui gambaran tentang perilaku higiene remaja putri selama menstruasi. Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan :

Variabel dependen

Perilaku higiene menstruasi :

- Mandi - Keramas

- Cara membersihkan vagina - Penggunaan sabun

- Pemakaian celana dalam - Penggantian pembalut

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku higiene menstruasi yang meliputi mandi, keramas saat menstruasi, cara membersihkan vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut.

(58)

B. Definisi Operasiol

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Perilaku higiene menstruasi Perilaku higiene menstruasi adalah aktivitas remaja putri dalam menjaga vagina untuk mencegah terjadinya penyakit beberapa meliputi hal yaitu mandi dan keramas saat menstruasi, cara membersihka n vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut. Menghitung skor dari pernyataan kuesioner praktik higiene menstruasi yaitu B1-22

menggunakan skala likert. Untuk pernyataan positif : Selalu (4) Sering (3) Kadang-kadang (3) Tidak pernah (1) Untuk pernyataan negatif : Selalu (1) Sering (2) Kadang-kadang (3) Tidak pernah (4)

Kuesioner Persentase dari setiap item

perilaku

(59)
(60)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan” menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif dengan analisa statistik deskriptif. Rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku remaja putri dalam menjaga higiene saat menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2013 di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Cirendeu. Adapun SDN tersebut terdiri dari SDN Pisangan I, SDN Pisangan II, SDN Pisangan III, SDN Pisangan IV, SDN Cirendeu 1, SDN Cirendeu 2, SDN Cirendeu 3, SDN Cirendeu 4, dan SDN Cirendeu 5. Alasan pemilihan lokasi di Wilayah Kelurahan ini adalah karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN Pisangan 1 didapatkan remaja putri telah mengalami menstruasi dini, dimana menstruasi dibawah umur 12 tahun. Remaja putri yang telah menstruasi tersebut berusia 9 sampai 11 tahun. Hasil yang diperoleh adalah 100% higiene remaja putri tersebut masih buruk karena masih banyak yang menggunakan sabun mandi setiap membersihkan vagina, mengganti pembalut 2-3 kali/hari, tidak mengganti pembalut dan tidak

(61)

mengeringkan vagina setelah BAB dan BAK, serta mengalami gatal-gatal saat menstruasi.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek atau objek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri yang telah menstruasi di SDN Wilayah Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu yang berjumlah 64 remaja putri.

2. Sampel

(62)

menjadi responden penelitian, sehingga sampel dalam penelitian ini hanya 59 orang yang telah mewakili gambaran higiene menstruasi seluruh remaja putri di sembilan SDN tersebut.

Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi :

1) Remaja putri usia sekolah dasar di sembilan SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan yang telah mengalami menstruasi 2) Dapat membaca, menulis, dan memahami informasi yang

diberikan baik melalui verbal maupun tulisan 3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi :

1) Responden tidak kooperatif

2) Responden yang mendadak sakit

3) Responden mengundurkan diri di tengah-tengah proses penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode/teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan tersebut (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner diberikan kepada responden setelah

(63)

penjelasan tentang pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, sehingga responden tetap dalam pengawasan saat mengisi kuesioner tersebut.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner diberikan langsung kepada responden yang telah menyetujui menjadi responden penelitian. Kuesioner diisi oleh responden setelah pertanyaannya dibacakan oleh peneliti. Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari 2 bagian, yaitu :

1. Data personal responden

Identitas siswa/responden ini meliputi umur, umur saat menstruasi, kelas, pengalaman mendapatkan informasi tentang menstruasi, pemberi informasi, jangka waktu mendapatkan informasi tersebut, keluhan pada organ reproduksi remaja putri, yang meliputi keputihan dan gatal-gatal saat menstruasi.

2. Kuesioner perilaku higiene menstruasi

Kuesioner praktik higiene bertujuan untuk mengetahui bagaimana status higiene remaja putri SDN yang diteliti. Kuesioner praktik higiene ini meliputi mandi, mencuci rambut (keramas) saat menstruasi, cara membersihkan vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut (Kusmiran, 2012; Nadesul, 2008; Dingwal, 2010).

(64)
[image:64.595.125.512.193.545.2]

(1), namun untuk pertanyaan negatif : Selalu diberi nilai (1), Sering (2), Kadang-kadang (3), dan Tidak Pernah (4). Adapun indikator pertanyaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Indikator Perilaku Higiene Menstruasi

No Subvariabel Jumlah

soal

No. Soal Jumlah soal Favorable Unfavorable

1 Frekuensi mandi 1 - 1

2 Mencuci rambut saat menstruasi

2 6 2

3 Cara membersihkan

vagina

3, 7, 11, 15 4

4 Penggunaan sabun

pembersih vagina

13 4 2

5 Pemakaian celana dalam 5, 19 10, 17 4 6 Penggantian pembalut 12, 14, 16,

18, 21, 22

8, 9, 20 9

Total Pernyataan 22

Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah rasio. Dimana dari setiap item pertanyaan perilaku higiene menstruasi ditunjukkan dalam bentuk persentase.

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Hasil Uji Validitas

(65)

dan r hitung. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan tingkat kemaknaan 5% maka dikatakan valid (Hidayat, 2008).

Uji validitas ini dilakukan di SDN Cempaka Putih 1, SDN Cempaka Putih 2, SDN Cempaka Putih 3, SDN Cempaka Putih 4, dan SDN 1 Ciputat pada tanggal 15-26 Juli 2013. Responden yang digunakan dalam uji validitas ini adalah 32 orang, dimana responden tersebut memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian.

Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan rumus teknik korelasi

Pearson Product Moment dengan software komputer. Dari hasil analisa tersebut didapatkan r tabel adalah 0,34 dengan n = 32 orang. Ketika r hitung > r tabel maka kuesioner dikatakan valid (Hidayat, 2008).

(66)

0,800-1,000 : sangat tinggi 0,600-0,799 : tinggi

0,400-0,599 : cukup tinggi 0,200-0,399 : rendah

0,000-0,199 : sangat rendah (tidak valid) (Hidayat, 2008).

Setelah di lakukan uji validitas lagi dengan sampel 59 orang dan 22 item pertanyaan didapatkan hasil didapatkan r tabel = 0,252 (Hidayat, 2008). Dengan r tabel tersebut didapatkan 7 item yang valid meliputi no. 1, 6, 7, 8, 9, 16, dan 22. Ketidakvalidan ini bisa disebabkan oleh instrumen yang diukur tidak mencakup dimensi penting dari konstruk dan penyimpangan dari keragaman konstruk (Effendi dan Makhfudli, 2009).

2. Hasil Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur pengukur dapat dipercaya atau diandalkan atau apakah alat ukur bisa digunakan atau tidak. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil pengukuran tersebut tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Hidayat, 2008).

Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam

uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel maka pernyataan tersebut reliabel, begitu juga sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,50 (Azwar, 2008).

(67)

reliabel, namun masih tergolong rendah. Sebagaimana rentang angka reliabel dbawah ini :

< 0,59 : reliabilitas rendah 0,60-0,89 : reliabilitas sedang 0,90-1,00 : reliabilitas tinggi

Setelah dilakukan uji validitas ulang pada sampel 59 orang didapatkan nilai r = 0,328 dan semakin turun dibandingkan dengan sampel 32 orang diatas. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor dalam tesnya sendiri (tingkat bahasa dalam kuesioner), faktor responden yang di ukur perilakunya (konsistensi dalam mengisi kuesioner), dan faktor penskoran (Effendi dan Makhfudli, 2009).

G. Tahapan Penelitian

Proses-peoses dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Setelah proposal penelitian disetui, peneliti menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin dari institusi pendidikan untuk mengajukan permohonan izin penelitian di SDN di Wilayah Kelurahan Pisangan dan Cirendeu yang digunakan sebagai tempat penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan, peneliti mengajukan permohonan kepada guru bagian kemahasiswaan untuk diproses Kepala Sekolah masing-masing SDN di Wilayah Kelurahan Pisangan dan Cirendeu.

(68)

3. Setelah mendapatkan izin untuk penelitian, peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan dibantu oleh guru/ wali kelas.

4. Mendata siswa yang setuju menjadi responden dan memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani, kemudian menjelaskan tujuan penelitian dan cara mengisi kuesioner.

5. Memberikan lembar kuesioner kepada masing-masing responden dan mempersilahkan responden untuk mengisinya dengan didampingi oleh peneliti.

6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada fasilitator ketika tidak jelas dengan kuesioner yang diisi. Setelah selesai pengisian kuesioner bagian demografi responden, peneliti yang mengisi pertanyaan perilaku kepada masing-masing responden.

7. Setelah pengisian kuesioner lengkap, maka peneliti melakukan pengolahan data menggunakan program komputer dan kemudian dianalisis.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisis/interpretasi (Amran, 2012).

1. Data Coding

(69)

Data coding mulai dipikirkan dan dikembangkan pada saat mengembangkan instrumen penelitian kuesioner.

2. Data Editing

Data editing adalah penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data. penyuntingan sebaiknya dilakukan di lapangan, agar data yang salah/meragukan masih dapat ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.

3. Data Structure

Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat mengembangkan data structure, bagi masing-masing variabel perlu ditetapkan : nama, skala ukur variabel, jumlah digit.

4. Data Entry

Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau fasilitas untuk analisis data. program untuk analisis data : SPSS, Epi Info, Epi Data, dll.

5. Data Cleaning

Data cleaning adalah proses pembersihan data setelah data dimasukkan. Cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya. Untuk data kontinue (data dengan skala variabel interval atau rasio) dapat dilihat sebarannya untuk melihat ada atau tidak pencilan (outliers).

(70)

I. Analisis Data

Setelah dilakukan proses pengolahan data maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Adapun analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Tujuan analisis univariat ini adalah mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut dan deteksi nilai ekstrim/outlier. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Untuk data yang berjenis numerik, nilai statistik yang diinformasikan adalah nilai mean, median, modus, standar deviasi, dll. Sedangkan data yang berjenis kategorik ukuran tengah dan ukuran variasi suatu data kategorik hanya menggunakan persentase dan proporsi (Amran, 2012; Notoatmodjo, 2005). Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel yang meliputi : 1) Karakteristik responden yang terdiri dari umur, umur saat menstruasi, dan kelas; 2) Perilaku higiene menstruasi remaja putri; 3) Keluhan pada organ reproduksi remaja putri.

J. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent

(71)

persetujuan ini diberikan kepada responden sebelum penelitian dilakukan. Informed consent ini berguna untuk memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan penelitian,mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangi lembar persetujuan, namun jika tidak bersedia maka peneliti tetap menghormati hak pasien tersebut. 2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur (kuesioner) dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

(Hidayat, 2008).

K. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang kemudian dijelaskan dalam bentuk tulisan.

(72)

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian perilaku higiene menstruasi pada remaja putri Sekolah Dasar Negeri. Penelitian dilakukan selama 2 minggu, dimulai tanggal 21 Agustus sampai dengan tanggal 3 September pada sembilan Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.

A. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik responden dan gambaran perilaku higiene menstruasi remaja putri Sekolah Dasar Negeri. Data numerik dengan menghitung mean, median, simpangan baku (Standar Deviasi), nilai minimal dan maksimal. Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi : karakteristik remaja putri yang terdiri dari usia, usia saat menstruasi, dan kelas; perilaku higiene menstruasi remaja putri; dan keluhan-keluhan pada organ reproduksi wanita meliputi keputihan dan frekuensi keputihan; gatal-gatal saat menstruasi dan frekuensi gatal-gatal saat menstruasi.

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Usia Responden

Rata-rata usia remaja putri dalam penelitian ini adalah 11,19 tahun, dengan usia termuda 10 tahun dan tertua 13 tahun. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

(73)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia (N=59)

Usia Frekuensi Persentase

10 11 12 13 7 36 14 2 11,9 61 23,7 3,4

[image:73.595.136.513.114.659.2]

Total 100

Tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri ini berusia 11 tahun, yaitu 36 orang (61%) dan yang paling sedikit adalah usia 13 tahun, yaitu 2 orang (3,4%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada usia 11 tahun mayoritas responden sudah mengalami menstruasi.

b. Usia Saat Pertama Menstruasi

Rata-rata usia saat menstruasi responden adalah 10,61 tahun dengan usia termuda menstruasi 9 tahun dan usia tertua 12 tahun. Usia saat menstruasi responden terbanyak adalah 11 tahun dengan standar deviasi 0,83. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Saat Pertama Menstruasi

(N=59)

Usia Frekuensi Persentas

Gambar

Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan
Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan (Lanjutan)
Tabel 4.1 Indikator Perilaku Higiene Menstruasi
Tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ” Gambaran Karakteristik

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadrat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan