• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri remaja akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri remaja akhir"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi yang berjudul "Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan

Kepercayaan Diri Remaja Akhir" telah diujikan dalam sidang munaqosah

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12

November 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi

Jakarta, November 2007

Sidang Munaqosah

Dekan

i:t.:rtati M. Si 1 5938

Anggota

Penguji I

dヲセセNmsゥ@

NIP.150215283

Pembimbing I

'I

DR. Lily Surawa E P, M. Env. Stud NIP. 150 375 182

Pudekl / )

YA1

Ora. Zahrotun N. M.Si

NIP. 150. 238 773

Penguji II

セキMM

DR. Lily surawa EP, M. Env. Stud NIP. 150 375 182

Pembimbing II

セ@

(3)

<Buafz <Pikjran Seseorang CJ'erEifzat dari <Peri[ak,unya

sedangkg,n <Buafz J[mu <IerEifzat dari <Perk,ataannya

}lnda <Pasti <Bisa <Bi{ajlnda <Pikjr<Bisa

(you can

if

you tfzink,you can)

(4)

Vntuk, <Bapak,dan Mama CJ'ercinta

Serta

(5)

CJ3ismi{fa/i,irrahmanirrahiim

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta rahmat-Nya kepada penulis, sehingga atas izin-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan yang mulia bagi ummatnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa semua tidak terlepas dari dukungan serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ora. Netty Hartati, M.Si sebagai Dekan, Ora. Zahrotun Nihayah M.Si sebagai Pembantu Dekan dan Ors Jaissy Prasodjo sebagai Dasen

Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan serta bimbingan baik dari segi akademik maupun non akademik

2. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud dan lbu Yufi Adriani, M. Psi, Psi, sebagai dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

3. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada yang tercinta Bapak dan Mama yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, membimbing serta mendidik penulis hingga kini. Hanya untaian do'a yang dapat ananda haturkan untuk semua

pengorbanan dan perjuangan Bapak dan Mama. Jazakumullah 4. Saudara-saudaraku tercinta Teh sri, terima kasih alas perhatian dan

(6)

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis mulai awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini

6. Keluarga besar Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi; Dr. Asep Zamzam Subagio sebagai Kepala Yayasan, Bapak Uung sebagai Koordinator Administrasi yayasan, Bapak Drs. Ero Rohadi, MM beserta lbu Tuti Rusnadi S.Pd sebagai Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Patriot, Bapak Drs. Mumu U. Kurnia dan Bapak Drs. Maman Abdurahman sebagai Kepala Sekolah SMK Patriot, lbu Susmiati MA, SE, serta seluruh stat guru di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi yang telah mengizinkan dan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih alas bimbingan serta nasehat yang diberikan. Juga kepada seluruh siswa yang telah menjadi responden terima kasih alas kerjasamanya, data yang kalian berikan sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini

7. Pimpinan dan stat perpustakan UI Depok & UIN Syahid Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk menggunakan koleksi yang ada.

8. Teman-temanku Eka, lndah , Nisa, Anis dan lis terima kasih alas bantuan dan dukungan kalian selama ini, tak ada kata yang dapat diucapkan oleh penulis selain Persahabatan Kita Begitu lndah. Seluruh teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas B yang telah ikut mewarnai kehidupan penulis serta berjuta nama yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Ka Agus dan Arif (bowo) yang telah mengajari penulis dalam

penghitungan SPSS.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembali berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, November 2007

(7)

Halaman Judul ... .

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... .. . ... ... ... ... .. . . ... ... .... iii

Motto ... iv

Dedikasi ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar lsi .... ... ... ... ... ... ... ... ... ix

Daftar lampiran ... xii

BABI PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang . . . .. .. . . 1

1.2 Pembatasan Masalah ... ... .. ... 5

1.3 Perumusan Masalah. ... ... ... ... .. ... .. .... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... ... ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... ... . ... .. ... .. ... .... 6

BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri ... .. . ... .... ... ... ... .. . ... ... 9

(8)

5.2 Diskusi ... 65

5.3 Saran ... 66

(9)

Lampiran I Format Skala Penelitian

Lampiran II Hasil Skoring Penelitian Skala Persepsi

Lampiran Ill Hasil Skoring Penelitian Skala Kepercayaan Diri

Lampiran IV Hasil Try Out Validitas Skala Persepsi_.Penelitian

Lampiran V Hasil Try Out Reliabilitas Skala Persep:si

Lampiran VI Hasil Try Out Validitas Skala Kepercayaan Diri_Penelitian

Lampiran VII Hasil Try Out Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri

Lampiran VIII Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas

Lampiran IX Uji Normalitas Kurva Normal Q Q-Plot Persepsi &

Kepercayaan Diri

Lampiran X

Lampiran XI

Hasil Analisis Korelasi

(10)

1.1 latar Belakang

Banyak orang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling

indah karena banyak kesan yang terukir. Pada masa ini pula remaja akan

melakukan segala aktivitas yang diinginkannya karena mereka memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencoba sesuatu hal yang baru.

Namun tak bisa dipungkiri bahwa masa remaja adalah masa yang rawan

karena adanya perubahan secara fisik dan psikisnya dimana hal itu dapat

mempengaruhi perkembangan emosinya. Ditambah lagi pada masa ini,

remaja masih dalam tahap pencarian identitas seperti yang diungkapkan

Erickson, di mana remaja terkadang akan melakukan segala upaya untuk

menunjukkan identitas dirinya sesuai persepsi mereka. (Hurlock, 1990: 208)

Untuk menunjukkan identitas diri, remaja membutuhkan keberanian serta

keyakinan diri agar memudahkannya dalam mengaktualisasikan diri dengan

lingkungannya. Maslow mengungkapkan bahwa modal dasar untuk

pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri)

adalah kepercayaan diri, yaitu suatu aspek kepribadian manusia yang

(11)

sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan

sehari-hari. (Sutikno, 2007: 77)

Banyak remaja yang mempersepsikan bahwa penampilan merupakan salah

satu modal terbentuknya kepercayaan diri, sebagaimana Centi (1993:37)

menyatakan bahwa penampilan fisik membawa pengaruh pada harga diri

seseorang. Orang yang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya pada

umumnya mempunyai kepercayaan diri yang lebih daripada yang tidak.

Orang yang berpenampilan menarik cenderung menghargai diri lebih tinggi

daripada orang yang berpenampilan membosankan. Fisik merupakan bagian

yang tampak dari kepribadian manusia dan kesan awal bagi orang lain.

Tak jarang ditemukan remaja yang merasa tidak percaya diri dengan

penampilannya. Penilaian akan dirinya menjadi negatif mana kala remaja

melihat penampilan fisiknya tidak. ideal (menjadi cantik atau tampan) menurut

penilaian masyarakat pada umumnya. Jika penilaian rernaja terhadap

penampilan wajahnya telah menjadi negatif, maka hal tersebut dapat juga

mempengaruhi pikiran, pandangan, emosi dan perasaan serta persepsi

rernaja, di mana kesalahan persepsi dapat pula diikuti oleh sikap yang buruk.

Ditambah lagi peran media massa dan iklan yang banyak bermunculan untuk

memperkenalkan berbagai rnacarn keampuhan produk mereka yang dapat

(12)

penampilan. Kehadiran media tidak dipungkiri semakin mendorong remaja

untuk meletakkan standar ideal penampilannya menurut penilaian

masyarakat.

Fenomena tersebut terjadi pada diri beberapa teman berikut, sebut saja MR

(pr/16th), BL (pr/18th), dan AH (lk/17 th) yang melakukan perawatan wajah

karena ingin terlihat cantik/ tampan dan bebas dari jerawat. Mereka merasa

kurang percaya diri jika ada kekurangan sedikit apapun pada dirinya,

termasuk dengan timbulnya jerawat. Padahal, timbulnya jerawat bisa

disebabkan oleh perkembangan hormon yang terjadi di usia mereka atau dari

kondisi dan gaya hidup mereka sendiri seperti yang diungkapkan oleh ibu

Tejaatmaja seorang pakar kecantikan di Jakarta. (www.qogle.com)

Perasaan minder karena kulit wajah terlihat kusam, tidak bersih, atau

terkesan jorok dan malas membersihkan sering terlintas dalam diri mereka

(MR, BL, & AH), karena jerawat pula mereka tidak dapat sembarangan

memegang wajah dengan tangan secara langsung, harus selalu mencuci

muka setiap selesai beraktivitas, tidak dapat berlama-larna beraktivitas di

ruang terbuka atau terkena sinar matahari secara langsung sehingga

membuat wajah terasa perih dan tidak nyaman apalagi clitambah dengan

(13)

jerawatnya yang terkadang membuat mereka menjauh atau menarik diri dari

teman-teman karena malu.

Persepsi dari ketiga teman penulis tersebut adalah berdasarkan pengalaman

yang dialaminya, berbeda dengan PR (pr/17th) dan Al/II (lk/17 th) yang

menganggap bahwa dengan timbulnya jerawat pada wajah menunjukkan

kalau mereka telah menjadi dewasa karena adanya perubahan secara

hormonal, meskipun timbulnya jerawat adalah hal yang wajar namun mereka

tetap berusaha untuk mengatasinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

individu memiliki persepsi yang berbeda dari setiap hal yang dialaminya

sebagaimana yang di ungkapkan oleh Shaleh (2004: 89), persepsi adalah

kemampuan seseorang untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan

memfokuskan sesuatu yang berada disekitarnya.

Data statistik dari departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

Amerika tahun 1976, menyatakan lebih dari 40-80 % anak laki-laki dan

perempuan usia 12-17 tahun merasa "agak" atau "sangat terganggu" oleh

kondisi jerawat. Data tersebut juga menunjukkan bagairnana meningkatnya

keprihatinan anak laki-laki dan perempuan pada jerawat (Hurlock, 1990: 212)

Berdasarkan asurnsi-asurnsi tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan Kepercayaan Diri Remaja

(14)

1.2

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan pada penelitian ini tidak meluas maka penulis perlu

membatasi permasalahan yang akan dijadikan sebuah penelitian yaitu:

a. Persepsi tentang jerawat yang dimaksud penulis adcilah bagaimana

remaja menilai atau memandang jerawat baik dari segi kognisi maupun

atensi.

b. Kepercayaan diri yang dimaksud adalah suatu keyakinan yang dimiliki

remaja bahwa ia merasa dalam keadaan baik dan dapat menunjukkan

seluruh kemampuan dan potensi dalam dirinya serta yakin dapat

mengembangkan kemampuan dan potensinya sehingga ia memperoleh

kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Remaja disini adalah remaja yang berjerawat dan berusia 16-18 tahun.

1.3

Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Ada

Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan Kepercayaan Diri Remaja

(15)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perrnasalahan di atas, rnaka tujuan dilal<sanakannya

penelitian adalah untuk rnengetahui hubungan persepsi tentang jerawat

dengan kepercayaan diri rernaja akhir.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan kontribusi bagi

berkernbangnya ilrnu pengetahuan, khususnya bidang ilrnu psikologi

perkernbangan dan psikologi klinis.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berrnanfaat dan dapat

rnenjadi bahan bacaan serta rnasukan l<hususnya bagi penulis, rnasyarakat,

dan para rernaja sehingga berkernbang rnenjadi pribadi yang percaya pada

dirinya.

1.5

Sistematika Penulisan

Dalarn penulisan proposal penelitian ini penulis berpedornan pada APA Style

(American Psychology Association). Adapun sisternatika penulisannya

(16)

BABI Merupakan Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Pembatasan

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Sistematika Penulisan.

BAB 2 Merupakan Kajian Teori, meliputi Kepercayaan Diri, Definisi

Kepercayaan Diri, Jenis Kepercayaan Diri, Faktor-faktor

Kepercayaan Diri, Ciri-ciri Kepercayaan Diri, Prinsip Meraih

Kepercayaan Diri, lndeks Kepercayaan Diri, Remaja Akhir, Definisi

Remaja Akhir, Batasan Usia Remaja Akhir, Karakteristik Remaja

Akhir, Tahap Perkembangan Remaja Akhir, Persepsi, Definisi

Persepsi, Hakikat Persepsi, Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi,

Prinsip-prinsip Persepsi, Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Persepsi,

Jerawat, Definisi Jerawat, Tipe-tipe Jerawat, Gejala-gejala

Timbulnya Jerawat, Kerangka Berpikir, Hipotesis.

BAB 3 Merupakan Metodologi Penelitian meliputi Jenis Penelitian,

Pendekatan Penelitian, Definisi Variabel dan Operasional Variabel,

Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Teknik

(17)

BAB 4 Merupakan Presentasi dan Analisa Data meliputi Gambaran Umum

Responden, Presentasi Data, Uji lnstrumen Penelitian, Uji

Persyaratan, Analisis Korelasi dan Deskripsi Hasil Penelitian

BAB 5 Merupakan Kesimpulan, Diskusi dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(18)

2.1

Kepercayaan Diri

KAJIAN TEORI

2.1.1

Definisi Kepercayaan Diri

Percaya diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting

untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dan sangat dibutuhkan

untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari (Sutikno, 2007:

77).

Menurut Fereira, seorang konsultan dari Deloitte & Touche Consulting

mengatakan: " seorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu

mengendalikan dan menjaga keyakinan dirinya, juga akan mampu membuat

perubahan di lingkungannya. Di samping keahlian teknis., 'sang katalisator'

perubahan memerlukan sejumlah kecakapan emosi lain". (Agustian, 2004:

79)

Menurut istilah psikologi kepercayaan diri adalah percaya akan kemampuan

(19)

Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah modal dasar untuk

pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri).

Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sebaliknya kurang percaya diri dapat menghambat perkembangan

potensi diri. Kurang percaya diri dapat menjadikan seseorang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan

dirinya dengan orang lain. (lswidharmanjaya & Agung, 2004:13)

Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap.

Berani mengambil keputusan yang sulit walau harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan serta teguh mempertahankan

pendiriannya. (Sutikno, 2007: 78)

Rahmat (2001: 104) menambahkan, percaya diri erat hubungannya dengan

konsep diri. Kepercayaan diri merupakan hal penting dan paling menentukan dalam berkomunikasi. lndividu yang kurang percaya diri cenderung untuk

(20)

Kepercayaan diri adalah penilaian seseorang akan kesanggupan dan

keterampilan yang dimilikinya menimbulkan ketegasan atau keyakinan untuk

bertindak dalam area fungsi yang lebih luas (Kurniasih, 2004).

Secara psikologis, selalu ada hubungan positif antara Percaya

Diri-Penerimaan Diri- Aktualisasi Diri- Konsep Diri. Artinya individu yang

mempunyai rasa percaya diri kuat akan menerima diri apa adanya (dengan

segala kelebihan dan kekurangannya), dan mudah mencapai prestasi yang

bag us.

Dari beberapa pengertian kepercayaan diri yang telah dipaparkan di atas

penulis dapat menyimpulkan bahwa kepercayaan diri ュQセイオー。ォ。ョ@ suatu

langkah awal seseorang dalam menunjukkan kemampuan dan potensi yang

dimilikinya serta dapat mengembangkannya dalam melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Jenis Kepercayaan Diri

Ada 2 jenis kepercayaan diri menurut Kurniasih (2004) yaitu:

1. Kepercayaan Diri Batin

Kepercayaan diri batin adalah suatu keyakinan yang memberi kita

perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Orang yang

memiliki kepercayaan diri batin mampu mempertahankan kecenderungan

(21)

rohaninya, dan menempatkannya pada pijakan yang setara l<epada

kebutuhan orang lain. Mereka sangat menyadari kekuatan mereka dan

karena itu jauh lebih mampu mengembangl<an kemampuan mereka

sepenuhnya. Mereka terbiasa menentukan sendiri tujuan yang biasa

dicapai dan tidak bergantung pada orang lain untuk melakukan

kegiatannya. Orang yang memiliki kepercayaan diri batin akan tumbuh

dengan harapan bahwa hidup itu pada umumnya menyenangkan.

2. Kepercayaan Diri Lahir

Kepercayaan diri lahir dapat ditunjul<kan dari cara l<ita berperilaku kepada

orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri lahir mampu

berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis

latar belakang. Mereka juga mampu menyatal<an kebutuhan mereka

secara langsung dan terus terang. Merel<a mampu memilih gaya pal<aian

dan warna yang paling cocol< dengan kepribadian dan kondisi fisil<

mereka masing-masing. Mereka juga lebih percaya cliri karena tidal<

khawatir akan lepas kendali.

Jelas terlihat perbedaan antara kepercayaan diri batin dan l<epercayaan diri

lahir, tapi l<eduanya tetap merupakan satu kesatuan yang saling mendukung

kekuatan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri batin lebih

(22)

potensi yang baik. Sedangkan kepercayaan diri lahir menekankan kepada

keyakinan individu untuk tampil mengeluarkan seluruh potensi yang ada

dalam dirinya dengan baik.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Setiap individu memiliki tingkatan kepercayaaan diri yang

berbeda-beda, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri

seseorang adalah:

1. Penampilan fisik

Menurut Buss, pembentukan kepercayaan diri seseorang diawali dengan

pengenalan diri secara fisik, bagaimana seseorang menerima atau

menolak gambaran dirinya yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa

puas atau sebaliknya (Kumara, 1998:21). Centi (19B3:37) menyatakan

bahwa penampilan fisik membawa pengaruh pada harga diri seseorang.

Orang yang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya pada umunya

mempunyai kepercayaan diri yang lebih daripada yang tidak. Orang yang

berpenampilan menarik cenderung menghargai diri lebih tinggi daripada

orang yang berpenampilan membosankan. Fisik merupakan bagian yang

tampak dari kepribadian manusia dan kesan awal bagi orang lain.

2. Status Sosial Ekonomi

Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang baik. akan lebih mudah

(23)

sebaliknya orang dengan status ekonomi yang kurang akan sulit

mendapatkan berbagai fasilitas yang ada dalam masyarakat dan hal ini

akan membuatnya merasa rendah diri daripada orang-orang yang memilki

status sosial yang baik.

3. Tingkat Pendidikan

Menurut Jersild ada satu hal penting dalam pendidikan pada remaja yaitu

dengan memahami dirinya sendiri akan membantu individu untuk

beradaptasi dengan lingkungan. Keberhasilan dalam penyesuaian diri di

lingkungan akan menambah kepercayaan diri individu, sebab individu

tersebut tahu bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku yang baik

untuk dapat diterima lingkungannya. (dalam Nuryanih, 2002:26)

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar juga merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang

kepercayaan diri seseorang. Orang yang telah memiliki prestasi yang

tinggi ataupun orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung

memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena yakin akan kemampuan dan

(24)

2.1.4 Ciri-ciri Percaya Diri

Menurut Sutikno (2007: 79) kepercayaan diri seseorang dapat dilihat dari

beberapa sikap berikut:

1) Berani menyatakan pendapat atau gagasan sendiri walaupun hal tersebut

beresiko tinggi, misalnya menjadi orang yang tidak populer atau malah

dikucilkan.

2) Mampu menguasai emosi; yang menyebabkan dia tetap tenang dan

berpikir jernih walaupun dalam tekanan yang berat.

3) Memiliki independensi yang sangat kuat sehingga ticlak mudah

terpengaruh oleh sikap orang lain walaupun pihak lain adalah mayoritas.

Baginya kebenaran tidak selalu dicerminkan kelompok yang banyak.

4) Mampu berkata apa adanya (sesuai dengan kenyataannya)

Maslow menyebut ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri dalam orang

yang memiliki "kemerdekaan psikologi", yaitu kebebasan mengarahkan

pilihan dan mencurahkan tenaga, berdasarkan keyakinan pada kemampuan

dirinya, untuk melakukan hal-hal yang produktif. Oleh karena itu biasanya

orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru, sul<a menghadapi

tantangan, pekerjaan yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga tugas

(25)

2.1.5

Prinsip dalam Meraih Kepercayaan Diri

Uqshari (2005:39) dalam bukunya menyebutkan bahwa para pakar ilmu jiwa

menyatakan ada 5 prinsip yang harus dipatuhi demi memperkuat percaya

diri, yaitu:

1.

Dengan menimbulkan mental positif dalam diri yang dapat mengantarkan

diri pada kesuksesan.

2. Bersikap secara bijaksana dalam merencanakan エ。アセ・エMエ。イァ・エ@ kehidupan,

dan mengupayakan target yang sudah direncanakan itu tidak terlalu

berlebihan, melebihi potensi dan kemampuan yang dimiliki dalam diri

sendiri.

3. Jika seseorang ingin memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dalam

berinteraksi dengan orang lain, maka seseorang itu harus tahu cara

bergaul yang lebih baik dari orang lain. Karena ッイ。ョセQ@ lain senang menjalin

tali persahabatan hanya dengan orang individu yang mau memberikan

perhatian dan penghormatanya pada mereka.

4. Senatiasa memperhatikan penampilan fsik dan psikis dengan baik, hal ini

mempunyai hal yang kuat untuk memperdalam kepercayaan diri

seseorang. Riset-riset ilmiah membuktikan bahwa penampilan psikis dan

fisik yang sangat baik berperan dalam menumbuhka11 kepercayaan diri.

Disamping itu juga rasa percaya yang akan diraih orang yang kurang

(26)

dengan rasa percaya diri yang akan diraih oleh individu yang penuh

vitalitas dan sangat perhatian pada penampilan.

5. Memilih teman yang siap memberikan kepercayaan kepada diri pribadi.

Karena jika sudah berhasil mendapatkan yang dapat memberikan

kepercayaannya, otomatis kepercayaan diri akan semakin bertambah

kuat.

2.1.6 lndeks Kepercayaan Diri

lndeks kepercayaan diri adalah suatu nilai penting yang dipakai untuk

mengenali orang yang kepercayaan dirinya tinggi dengan orang yang tingkat

kepercayaan dirinya rendah.

Shrauger dan Schohn (1995) seperti dikutip Mahrita (2000), mengasumsikan

kepercayaan diri memiliki tiga komponen penting yaitu:

1. Komponen Kognitif

Meliputi penilaian kinerja relatif seseorang terhadap standar yang absolut

dan perbandingan sosial. Ex: Orang yang percaya diri melihat dirinya

dapat memenuhi standar kinerja, melakukan hubungan baik dengan

orang lain, dan terus-menerus menunjukkan kinerja yang efektif.

2. Komponen Afektif

Dalam komponen ini percaya diri diindikasikan dengan perasaan nyaman,

antusias dan kurang cemas ketika akan melakukan aktivitas. Orang yang

(27)

kurang cemas dan kurang depresi daripada orang yang rendah

kepercayaan dirinya.

3. Komponen Tingkah Laku

Percaya diri seharusnya merefleksikan tingkah laku, khususnya kesiapan

seseorang untuk terlibat dalam suatu kegiatan, cenderung ditampilkan

dalam cara bertindak gaya interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan

2.2

Remaja Akhir

2.2.1 Definisi Remaja Akhir

lstilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yaitu "tumbuh" atau " tumbuh

menjadi dewasa". Sedangkan Piaget mengungkapkan Secara psikologis,

masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi cfengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak /agi merasa di bawah tingkat orang yang /ebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak ... lntegrasi dalam masyarakat (dewasa)

mempunyaibanyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber ... Termasukjuga perubahan intelektua/ yang menco/ok ... Transformasi intelektua/ yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkunkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang

kenyataannya merupakn ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini''. (Hurlock, 1990: 206)

2.2.2 Batasan Usia Remaja Akhir

Hurlock (1990: 206) mengungkapkan bahwa usia remaja dimulai pada saat

anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia

(28)

14-15) membatasi usia remaja indonesia adalah individu yang berada pada

usia '11-24 tahun dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang

mulai mengalami perubahan seksual, yang pada umumnya berakhir pada

usia 24 tahun. Sedangkan dalam masyarakat Indonesia, seseorang yang

telah menikah (berapa pun usianya) akan dianggap dan diperlakukan

sebagai orang dewasa.

2.2.3

Karakteristik Remaja

Zulkifli (1992:65-67), juga menyebutkan beberapa karakteristik remaja,

diantaranya adalah:

1. Pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik remaja mengalami pertumbuhan

dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dan masa

dewasa. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai, tulang

kaki, dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga remaja

terlihat tinggi. Tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

2. Perkembangan seksual. Tanda-tanda perkembangan seksual pada

remaja sudah mulai berfungsi. Seksual mengalami perkembangan yang

kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya

(29)

3. Cara berfikir kausalitas. Cara berfikir kausalitas yaitu menyangkut

hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai dapat berpikir kristis tentang

apapun yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

4. Emosi yang meluap-luap. Keadaan emosi remaja masih labil karena erat

hubungan keadaan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih

menguasai diri mereka.

5. Mulai tertarik dengan lawan jenis. Secara biologis manusia terbagi 2 jenis,

yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka

mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai menjalin hubungan

dengan lawan jenisnya.

6. Menarik perhatian lingkungan. Pada masa ini remaja mulai mencari

perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan

dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungannya.

7. Terikat dengan kelompol<. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik

kepada kelompok sebayanya sehingga terkadang orang tua

dinomor-dual<an daripada temannya.

2.2.4

Tahap Perkembangan Remaja

Petro Blos berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi pada remaja,

hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara al<tif

(30)

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, tahap perkembangan

yang terjadi pada remaja akhir yaitu:

a. Minat yang makin mantap tehadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan

pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (the public)

(Sarwono,2002: 25)

2.3. Persepsi

2.3.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh stimulus yang diterima

oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan,

sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderafcannya itu (Davidoff,

1998: 232). Sedangkan menurut Sarwono (2000: 41), persepsi adalah

kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan

(31)

Persepsi juga diartikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan

dan menafsirkan pola-pola stimulus yang ada dalam lin(Jkungan (Atkinson,

1996: 201).

Santrock (2002: 125), mendefinisikan persepsi sebagai interpretasi

berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan

juga apa yang diinderakan atau dirasakan.

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan

mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling

kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. (Saleh, 2004: 38).

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk

membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap

satu objek rangsang (Saleh, 2004: 89)

Perception (persepsi, penglihatan, tanggapan) adalah proses dimana

seseorang menjadi sadar akan segera sesuatu dalam lingkungannya melalui

indera-indera yang dimilikinya: pengaruh lingkungan yang diperoleh melalui

(32)

Menurut Chaplin (2005: 358). perception (persepsi) adalah:

1. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indera.

2. Kesadaran dari proses-proses organis

3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti

yang berasal dari pengalaman dimasa lalu

4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan. berasal dari

kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan diantara

perangsang-perangsang.

5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang

serta merta mengenai sesuatu.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu kemampuan

yang dimiliki setiap individu untuk membedakan. mengelompokkan,

memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang dengan proses

pengorganisasian. penginterpretasikan, terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan

(33)

2.3.2 Hakekat Persepsi

1. Persepsi merupakan kemampuan kognitif

Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan

persepsi, orang telah menentukan apa yang telah diperlihatkan dan setiap

kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungk:inan kita akan

memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya

dengan pengalaman yang lalu, dan kemudian hari akan diingat kembali.

Bagian kognitif yang berperan membentuk persepsi:

• Kesadaran

Bila seseorang dalam keadaan bahagia, maka biasanya ia akan

memandang disekelilingnya seperti suatu pemandangan yang sangat

indah. Tetapi sebaliknya, jika ia sedang murung atau sedih

pemandangan yang indah sekali pun tak enak untuk dipandang

baginya semua seperti kabut dan membosankan.

• lngatan

lndera kita secara teratur akan menyimpan data irang kita terima

dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus menerus

membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang

(34)

• Proses informasi

lnformasi yang diterima melalui penginderaan dis.impan untuk

kemudian diproses, di ungkapkan dengan bahasa/ kata-kata dan

diinterpretasikan melalui tingkah laku seseorang.

2. Peran atensi dalam persepsi

Atensi adalah keterbukaan kita untuk memilih rangsangan mana yang

paling menarik dan mengesankan bagi kita. Banyak psikolog yang tertarik

untuk mengetahui tempat atau titik di dalam proses persepsi, di mana

atensi memegang peranannya.

Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

• lntensitasnya

• Keterbatasan pada kepastian

(Shaleh, 2004: 91-94)

2.3.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi

Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum

tertentu dalam dunia persepsi (Saleh, 2004: 89), yaitu:

1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan

moda/itas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasarclan masing-masing

(35)

2.3.5. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologi daripada merupakan proses

penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mernpengaruhi, yaitu:

1. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus

menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya

memusatkan perhatiannyapada rangsang-rangsang tertentu.

2. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian.

3. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam

pengamatannya dibanding seorang bukan seniman.

4. pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang mempersepsi dunianya.

(Saleh, 2004: 118)

Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini :

1. Perhatian: Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di

sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu

(36)

2. Set: Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.

3. Kebutuhan: Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada

diri seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi.

4. Sistem Nilai: Sistem nilai yang berlaku dalam suatu rnasyarakat

berpengaruh pula terhadap persepsi.

5. Ciri kepribadian: Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi.

6. Gangguan Kepribadian: Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan

kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi,

halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang

bersangkutan saja.

(Sarwono, 2003: 46)

2.4

Jerawat

2.4.1 Definisi Jerawat

Jerawat atau "acne" merupakan keradangan (inflamasi) tisu pada bagian

kelenjar minyak (sebaceous) pada bagian kulit manusia. (Fahrni, 2006: 60)

(37)

Jerawat merupakan kondisi atau fenomena yang menyertai proses

pematangan, dan merupakan salah satu ciri kedewasaan serta mulai aktifnya

hormon dalam tubuh. Jerawat biasanya muncul pada usia remaja, oleh

karena itu jerawat disebut juga sebagai suatu fenomena psikologis yang

dihasilkan dari keluarnya hormon-hormon kelenjar dan berubahnya

pembentukkan hormon pada seseorang, karena pada masa remaja

keseimbangan hormon menjadi sangat sensitif dan bersamaan dengan

bertambah sedikitnya jumlah hormon laki-laki (progesteron) dan hormon

wanita (estrogen): Bersamaan dengan bertambah sedikitnya jumlah

hormon-hormon ini, maka kelenjar-kelenjar minyak akan 「・イー・ョAセ。イオィ@ pada kulit dan

bertambah aktif serta semakin bertambah produksi minyaknya. Jerawat

berkembang di sekitar kulit yang memiliki kelenjar minyak yang berlebih dan

biasanya daerah yang mudah terkena jerawat ialah di muka, dada, belakang

punggung, dan atas lengan. (Fahrni, 2006: 61-62)

Perkataan jerawat berasal dari satu kata greek yang berarti " masa yang

paling penting dalam hidup". lndividu yang mengalami masalah jerawat

seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan:

>

Harga diri

>

Keyakinan terhadap diri sendiri

>

Pergaulan sosial
(38)

>

Terisolasi

>

Motivasi rendah

Kajian dalam bidang pengobatan telah menunjukkan terdapat lebih kurang

lima puluh jenis jerawat. Perkataan jerawat lebih menunjukkan kepada jenis

jerawat umum yaitu acne vulgaris. la merupakan satu ーHセョケ。ォゥエ@ yang berlaku

pada unit pilusebaceous (terdiri daripada rongga rambut dan kelenjar minyak)

pada bagian kulit. Jerawat jenis ini merupakan jenis jerawat yang paling

sering dialami oleh individu terutamanya golongan remaja dan golongan

dewasa pada awal usia 20-an. (www.gogle.com)

2.4.2 Tipe-Tipe Jerawat

Fahrni (2006: 63) membedakan tipe jerawat berdasarkain jenis dan kadar

penderitanya, yaitu:

1. Jenis titik atau fleks; pada awal terjadinya, banyak jerawat berkepala

hitam dan adanya sumbatan-sumbatan minyak. Jenis ini biasanya dikenal

dengan komedo jenis terbuka (blackhead). Sedangkan komedo yang

tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang

tersumbat, makanya terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil di bawah

kulit. Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan

kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.

2. Jenis jerawat kecil; jerawat kecil-kecil yang matang banyak terdapat di

(39)

3. Jerawat biasa, jenis jerawat "klasik" ini mudah dikenal, tonjolan kecil

berwarna pink atau kemerahan. Terjadi karena pori-pori yang tersumbat

terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini bisa yang terdapat dipermukaan kulit,

bisa juga dari waslap, kuas make up, dan jari tangan. Stress, hormon dan

udara yang lembab dapat memperbesar kemungkinan infeksi jerawat,

karena menyebabkan kulit memproduksi minyak, yang merupakan tempat

berkembang biaknya bakteri.

4. Jenis tuber (akar tumbi); terdiri dari sejenis jerawat kecil yang menahun

serta meradang.

5. Kelenjar-kelenjar minyak membesar seperti jagung dan dipenuhi dengan

zat bentukannya seperti bentuk kantung Uenis cystic acne/ jerawat batu).

6. Jerawat yang berbentuk bekas Iuka, berlubang dan menonjol di atas

permukaan kulit.

Tingkatan Jerawat Menurut Standar Kedokteran Adalah Sebagai Berikut:

Tingkatan 1-Comedones tanpa atau disertai peraclangan ringan. Dapat

berjumlah sedikit atau banyak.

Tingkatan 11-Jerawat yang biasanya terbatas pada muka, berupa

comedones dan lesi postular kecil pada pangkal/lubang rambut.

Tingkatan 111-Peringkat ini lebih merupakan suatu penyakit, daripada

(40)

kecil-kecil, dan ada kecenderungan berkembangnya suatu pewadangan yang lebih

dalam.

Tingkatan IV-Muka dan leher terserang lebih berat, yang dapat meluas

sampai ke badan bagian atas, juga dapat sampat ke kulit kepala di atas leher

belakang. (Hurlock, 1990: 212)

2.4.3 Gejala-gejala Timbulnya Jerawat

Ada 4 (empat) gejala pokok yang perlu kita perhatikan:

1.

Adanya peningkatan hormon androgen.

2. Adanya peningkatan produksi lemak di kelenjar lemak (sebum).

3. Adanya kondisi abnormal atas timbulnya bakteri dan jamur atau yang

disebut microflora di kulit kita.

4. Adanya penebalan, penyumbatan serta pengerasan pada sel-sel kulit kita

Bila kita merasakan adanya gejala atau hasil test yang menunjukan

gejala-gejala diatas, sebaiknya jangan merawat sendiri di rumah, sudah saatnya ke

dokter atau klinik perawatan kulit.

2.4.4 Beberapa Faktor Penyebab Timbulnya Jerawat diantaranya

adalah:

1.

Hormon (estrogen & progesteron)
(41)

3. Keturunan

4. Makanan; Sebagian besar dari makanan berminyak dan mengandung zat

tepung dan sebagian makanan seperti jamur, kacan\J-kacangan,

menambah kemungkinan terkena jerawat. Pada usia1 pubertas, anemia,

tidak melakukan aktivitas olahraga, tidak terkena matahari dan udara

segar dalam jumlah yang cukup, lalai dalam menjaga kebersihan diri,

tidak memperhatikan kebersihan kulit dan kondisi fisik serta syaraftegang,

akan mempercapat tumbuhnya jerawat. (Fahrni, 2006: 63-64)

2.5

l<erangka Berpikir

]5KEMA

Negatif -+

Fenomena jerawat

<

terhadap individu セ@ Persepsi

Positif/wajar -+

' '

セMMセMM⦅ェ@

'.

Perea ya diri rendah

Perea ya diri tinggi

Adanya hubungan persepsi tentang jerawat dengan kepercayan diri remaja

akhir

Pada usia remaja, setiap individu dapat melakukan se£1ala aktivitas karena

(42)

mencoba-coba ditambah lagi hal ini didukung oleh adanya banyak. perubahan yang

terjadi baik dari segi fisik, kognitif, emosi, minat dan sosialnya. Namun

aktivitas yang dilakukan tidak akan berjalan sesuai dengan keinginan dan

harapan mereka tanpa adanya kepercayaan dalam diri rnereka karena

kepercayaan diri merupakan modal utama seseorang dalam melakukan

segala aktivitasnya dan memperoleh kesuksesan untuk meraih masa depan

seperti yang diungkapkan oleh Maslow. Remaja dapat menunjukkan identitas

dirinya dengan kepercayaan diri. Tanpa kepercayaan diri seseorang tidak

dapat mengembangkan seluruh kemampuan dan potem;i yang dimilikinya.

Ditambah lagi pada usia ini remaja mulai mencari perhatian dari

lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan dalam berbagai

kegiatan yang ada di lingkungannya. (Hurlock 1990: 208)

Petro Blos berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi pada masa

remaja khususnya remaja akhir, pada hakekatnya merupakan usaha

penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan

mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. (Sarwono 2002: 25)

Namun hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yan9 terjadi, karena

remaja memiliki persepsi dari sudut pandangnya sendiri sehingga

mempengaruhi tingkah laku dalam menginterpretasikan sesuatu yang

(43)

Kemampuan kognitifnya pula yang secara tidak langsung memberikan

kontribusi pemikiran remaja dalam mempersepsikan sesuatu yang berbeda

menurut segi pemahamannya dari suatu kejadian atau pengalaman yang

akan selalu diingat dalam memorinya (Shaleh, 2004: 92). Remaja yang

pernah mengalami pengalaman yang buruk di masa lalunya akan

mempengaruhi persepsinya di masa mendatang jika ia menemui kejadian

yang sama, begitu pula sebaliknya. Seperti remaja yang pernah disulitkan

keadaannya dalam berinteraksi dengan orang lain yang disebabkan dengan

timbul atau suburnya jerawat pada wajahnya, karena remaja merasa malu

atau minder maka ketika ia melihat atau mengalaminya kembali, hal tersebut

dapat membuatnya berpandangan bahwa jerawat adalah penghalang

aktivitasnya yang dapat mengurangi kepercayaan dirinya. Berbeda dengan

remaja yang mempersepsikan secara positif, jika pada usia remaja akan atau

pernah merasa disinggahi jerawat pada wajahnya maka hal tersebut tidak

mempengaruhi langkahnya dalam beraktivitas dan ia memiliki kepercayaan

diri yang tinggi, tetap merasa puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya,

tidak merasa malu atau takut diejek meskipun berjerawat. Maka dapat

disimpulkan bahwa persepsi menentukan langkah seseorang dalam

beraktivitas artinya ada hubungan persepsi tentang jerawat dengan

(44)

2.6

Hipotesis

Ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan

(45)

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian dapat

diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu

pengukuran yang valid, reliabel, dan objektif. (Azwar, 2005: 1)

Sedangkan metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

korelasi yaitu dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari

sebuah sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara

perangkat-perangkat tersebut dan dianalisa dengan menggunakan analisis data statistik

kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat kesimpulan.

3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu : variabel bebas dan

variabel terikat, yaitu:

a. Variable bebas: Persepsi tentang jerawat, yaitu bagaimana remaja

menilai atau memandang jerawat (kondisi abnormal kulit akibat gangguan

(46)

menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit

wajah) dari segi kognisi dan atensi.

lndikatornya adalah:

• Kemampuan kognitif meliputi kesadaran, ingatan, dan proses

informasi.

• Peranan atensi dalam persepsi meliputi intensitas dan keterbatasan

pada kepastian.

(Shaleh, 2004: 91-94)

b. Variable terikat: Kepercayaan diri remaja akhir, yaitu remaja yang memiliki

keyakinan bahwa ia dalam keadaan baik dan dapat menunjukkan atau

mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi dalam dirinya serta yakin

dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya sehingga ia

memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. lndikatornya

adalah:

• Komponen Kognitif

Meliputi penilaian kinerja relatif seseorang terhadap standar yang

absolut dan perbandingan sosial. Ex: Orang yang percaya diri melihat

dirinya dapat memenuhi standar kinerja, melakukan hubungan baik

dengan orang lain, dan terus-menerus menunjukkan kinerja yang

(47)

• Komponen Afektif

Dalam komponen ini percaya diri diindikasikan demgan perasaan

nyaman, antusias dan kurang cemas ketika akan melakukan aktivitas.

Orang yang secara keseluruhan kepercayaan dirinya tinggi akan

melihat diri mereka kurang cemas dan kurang depresi daripada orang

yang rendah kepercayaan dirinya.

• Komponen Tingkah Laku

Percaya diri seharusnya merefleksikan tingkah laku, khususnya

kesiapan seseorang untuk terlibat dalam suatu keigiatan, cenderung

ditampilkan dalam cara bertindak, gaya interaksi, dan pendekatan

terhadap kegiatan.

(Shrauger & Schohn 1995, di adaptasi oleh Mahrita)

3.2

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Di dalam Encyclopedia of Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all elements possesing one or more attributes of interest. (l\rikunto, 2002: 108)

Penelitian dilakukan pada sebuah lembaga pendidikan yaitu tingkat SMA

pada Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Populasi dalam penelitian ini

(48)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. (Arikunto, 2002: 109)

Sampel penelitian berjumlah 47 siswa yang diambil berdasarkan karakteristik

yang ditentukan.

3.3

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan

karakteristik yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini kriteria yang dipertimbangkan dalarn pengambilan

sampel adalah siswa yang berjerawat pada tingkat sedang dan berat (selain

jenis komedo)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai

berikut:

• Penelitian diawali dengan studi literatur yang bertujuan untuk mencari

teori yang didapat dijadikan landasan teori yang mendukung penelitian ini,

data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis

(49)

• Observasi adalah langkah kedua yang penulis lakukan untuk menetapkan

respond en

• Penyebaran dan pengisian instrumen penelitian berupa skala persepsi

tentang jerawat dan skala kepercayaan diri.

• Wawancara, untuk menguatkan data yang diperoleh dari skala yang

diberikan.

3.5

lnstrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala

dalam bentuk model Skala Likert.

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur data penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Skala persepsi

• Skala persepsi ini dibuat untuk mengetahui persepsi tentang jerawat.

Untuk mengukur persepsi tentang jerawat, penulis menggunakan skala

yang telah disusun berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan

penelitian. Dalam hal ini peneliti bersandar pada teorinya Shaleh

(50)
[image:50.595.23.449.154.678.2]

Tabel 3.2

Blue Print Skala Persepsi Tentang Jerawat

Item

Variabel Aspek lndikator L

Favorabel Unfavorable

Persepsi Kognitif J;> Kesadaran; individu 2, 7, 9, 21, 3, 5, 18,20 10

secara sadar 25, 50

mempersepsikan

jerawat dengan

panca inderanya

J;> lngatan; individu 10,13,17, 1,26,29, 10

mempersepsikan 39,45 31,48

jerawat

berdasarkan

pengalamannya

J;> Proses informasi; 4,12, 19, 11, 24, 37, 10

individu 27,36,44 49

menginterpretasi

kan jerawat dari

apa yang diperoleh

panca inderanya

Atensi

>

lntensitas; 6, 8, 32,41 14, 28, 33, 10

seberapa fokus 34, 35,46

individu (sepenuh/

separuh hati)

terhadap

mempersepsikan

(51)

セ@ Keterbatasan; 16, 22, 30, 15, 23, 28, 10

kemampuan 42,43 40,47

individu dalam

mengatasi

masalah jerawat

2: 26 24 50

b. Skala Kepercayaan Diri

• Untuk mengukur kepercayaan diri digunakan skala yang disusun oleh

penulis berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan penelitian.

Dalam penyusunan, penulis bersandar pada teorinya Shrauger dan

Schohn (1995) dalam indeks kepercayaan diri, seibagaimana

(52)

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kepercayaan Diri

Item

Variable Aspek lndikator L

Favorable Unfavorable

Kepercayaan Kognitif Meliputi 3, 7, 15, 6,17, 18, 22

diri penilaian 16, 23, 25, 26, 34, 37,

kinerja relatif 27, 31, 33, 39,43,47,

seseorang 42,44, 50 49

terhadap

standar yang

absolut dan

perbandingan

sosial

Afektif Meliputi 1, 4, 20, 8, 9, 21, 38, 14

perasaan 24, 35, 36 45,46,48

nyaman,

antusias, dan

kurang

cemas ketika

akan

melakukan

[image:52.595.30.441.152.581.2]
(53)

Tingkah Kesiapan 2, 11, 13, 5, 10, 12, 14

Laku seseorang 19,28,30 14, 29, 32,

untuk terlibat 40,41

dalam suatu

kegiatan,

cenderung

ditampilkan

dalam cara

bertindak,

gaya

interaksi, dan

pendekatan

terhadap

kegiatan

L: 24 26 50

Alat untuk mengukur persepsi dan kepercayaan diri siswa dibuat dalam

bentuk Skala Model Likert dengan pilihan 4 alternatif jawaban dimana subjek

menganggap setiap butir pernyataan dengan menggunakan taraf kesetujuan

(favorable) atau ketidaksetujuan (unfavorable) terhadapnya. Dengan alternatif

jawaban yang diberikan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak

Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Responden diminta untuk memilih

salah satu jawaban yang dianggap menggambarkan dirinya dengan cara

memberi tanda checklist(.../). Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban

(54)

dapat dilihat dari tabel 3.4, kepada subjek disediakan respon atau keterangan

sebagai berikut

Tabel 3.4

Skor Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable

KATEGORI FAVOURABLE UINFAVOURABLE

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S)

3

2

Tidak setuju (TS) 2

3

Sangat tidak setuju (STS)

1

4

3.6

Teknik Analisa Data

Setelah data yang penulis perlukan terkumpul, selanjutnya ialah menganalisa

data. Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data harus

memenuhi syarat valid dan reliabel, supaya terjamin akurasi datanya oleh

karena perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan

mutlak agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga penelitian yang

dilakukan dalam memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data-data

yang digunakan adalah analisa statistika sebagai cara untuk mengetahui

hubungan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel X)

yaitu persepsi tentang jerawat dengan variabel dependent (variabel terikat

[image:54.595.26.457.162.501.2]
(55)

Untuk melihat hubungan antara persepsi tentang jerawat dengan

kepercayaan diri remaja akhir, rumus yang digunakan adalah korelasi

Product Moment dari Person, yaitu sebagai berikut:

Ru mus:

I

XY - (l: X)(l: Y) In

r ]Mイセセセセ]]セ]]セ]@

xy

セ{lZ@

X2 - (l: X)2 I n[L: Y)2 In]

rxy : koefisien korelasi variabel

x

dengan variabel y

IXY : jumlah hasil perkalian skor

x

dan skor yang

IX : jumlah nilai dari tiap butir

l._Y : jumlah nilai konstan yang di peroleh individu

n : jumlah subjek penelitian

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur

yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang

konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap hal yang sama.

Untuk mengestimasi reliabilitas dari skala yang telah dibuat oleh penulis

adalah menggunakan teknik Alpha Cronbach. Adapun dalam

(56)

3.6.1 Uji Persyaratan

1. Uji Homogenitas

Homogenitas berkaitan dengan isi dari suatu tes. Tes yang bermaksud

mengukur suatu aspek seharusnya terdiri dari suatu item-item yang juga

mengukur hal yang sama. Semakin homogen item-itemnya, maka

koefisien reliabilitas tes tersebut akan semakin tinggi pula. Sebaliknya

semakin heterogen item-item tes, maka reliabilitasnya juga akan

berkurang karena hal tersebut berarti mengukur beiberapa hal sekaligus

yang tidak berkaitan.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang terclistribusi secara

normal maka perhitungan datanya menggunakan metode statistik

parametrik. Sebaliknya data yang terdistribusi tidak normal perhitungan

datanya menggunakan metode statistik non-parametril<.

3.6.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan/

korelasi antara variable bebas (persepsi tentang jerawat) dan variabel terikat

(kepercayaan diri remaja akhir), dan mengetahui apakah hubungan antara

(57)

4.1 Gambaran Umum Responden

[image:57.595.29.435.137.552.2]

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi tingkat SMA. Jumlah populasi responden secara keseluruhan 47 siswa berusia 16-18 tahun yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Tabel 4.1

Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia1 No Kategori

1 Laki-laki

2 Perempuan

Total

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Uji lnstrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Usia Jumlah Presentase

16 ·10 21,3%

17 ·10 21,3%

18 3 6,4%

16 13 27,6%

17 8 17%

18 3 6,4%

47 100%

a. Hasil Pengujian lnstrumen Persepsi Tentang Jerawat

(58)

SMA di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Skala ini terdiri dari 50 item, untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel: 0,288. Setelah diuji validitasnya diperoleh hasil bahwa 33 item valid dan 17 item ァオセQオイN@

Tabel 4.2

Blue Print Hasil Try Out Skala Persepsi Tentang Jerawat

Item Variabel Aspek lndikator

Favorabel Unfavorable Persepsi Kognitif

·"

Kesadaran; 2*, 7*, 9*1 3*, 5*, 18*,

individu secara 21*. 25, 20*

sadar 50*

mempersepsikan jerawat dengan panca inderanya

h lngatan; individu 10*,13*,17, 1*, 26, 29*,

mempersepsikan 39*, 45 31*.48* jerawat

berdasarkan pengalamannya

." Proses informasi; 4*, 12*, 19*, 11 *, 24*, 37*,

individu 27*,36*.44 49*

menginterpretasi kan jerawat dari apa yang diperoleh panca inderanya

2:

10

10

[image:58.595.20.436.155.715.2]
(59)

Atensi " lntensitas; 6, 8*, 32, 14*, 28, 33, 10

seberapa fokus 41* 34,35,46

(sepenuh/ separuh hati) individu terhadap

mempersepsikan jerawat

"' Keterbatasan; 16, 22, 30, 15*, 23, 28*, 10

kemampuan 42, 43* 40*, 47*

individu dalam mengatasi masalah jerawat

L: 26 24 50

Ket:* valid

[image:59.595.20.437.142.659.2]

Dalam penelitian ini, item untuk skala persepsi tentang jerawat yang dipakai adalah item yang valid yaitu sebanyak 33 item.

Tabel 4.3

Blue Print Penelitian Skala Persepsi Tentang Jerawat

Item

Variabel Aspek lndikator L:

Favorabel Unfavorable Persepsi Kognitif

"

Kesadaran; 2,6, 18,33 3, 5, 8, 15, 9

individu secara 17

sadar

(60)

" lngatan; individu

9, 12,26

1, 20, 21, 22

7

mempersepsikan jerawat

berdasarkan pengalamannya

}> Proses informasi;

4, 10, 11,

19,24

9

individu

16, 23, 29,

menginterpretasi

32

kan jerawat dari apa yang diperoleh panca inderanya

Atensi " lntensitas;

7

13, 27, 31

4

seberapa fokus (sepenuh/ separuh hati) individu dalam

mempersepsikan jerawat

"' Keterbatasan;

28

14,25, 30

4

kemampuan

individu dalam mengatasi masalah jerawat

(61)

b. Hasil Pengujian lnstrumen Kepercayaan Diri

Data skala kepercayaan diri diperoleh dari 47 siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 16-18 tahun tingkat

SMA/sederajat di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Skala ini terdiri dari 50 item, untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel:0,288. Setelah diuji validitasnya

[image:61.595.40.432.167.625.2]

diperoleh hasil bahwa 36 item valid dan 14 item gugur. Table4.4

Blue Print Hasil Try Out Skala Kepercayaan Diri

Item

Variable Aspek lndikator L

Favorable Unfavorable Kepercayaan Kognitif Meliputi 3*1 7*, E>*,17*, 18*, 22

diri penilaian 15*, 16*, :26, 34, 37, kinerja relatif 23*, 25*, 39*, 43*, seseorang 27, 31*, 47,49 terhadap 33*, 42*,

standar yang 44*, 50

I/

absolut dan
(62)

Afektif Meliputi 1*, 4*, 20, 8, 9, 21*, 14 perasaan 24*, 35*, 38*, 45*,

nyaman, 36* 46*, 48*

antusias dan kurang cemas ketika akan

melakukan aktivitas

Tingkah Kesiapan 2, 11*, 5*, 10*, 12*, 14 laku seseorang 13*, 19, 14, 29, 32*,

untuk terlibat 28*, 30* 40*, 41* dalam suatu

kegiatan, cenderung ditampilkan dalam cara bertindak, gaya

interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan

セ@ 24 26 50

Ket:* valid

(63)

Tabel 4.5

Blue Print Penelitian Skala Kepercayaan Diri

Variable Aspek lndikator - - I tern L:

Favorable Unfavorable Kepercayaan Kognitif Meliputi 2, 6, 11, 5, 13, 14, 15

diri penilaian 12, 17, 28, 32

kinerja relatif 19, 22, seseorang 24, 31, 33 terhadap

standar yang absolut dan perbandingan social

Afektif Meliputi 1, 18, 25, 3, 15, 16, 11 perasaan 26 :27, 34, 35,

nyarnan, 36

antusias dan kurang cemas ketika akan

melakukan aktivitas

Tingkah Kesiapan 8, 10, 20, 4, 7, 9, 23, 10

laku seseorang 21 29,30

untuk terlibat dalam suatu kegiatan, cenderung ditampilkan dalam cara bertindak, gaya

interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan

[image:63.595.37.433.155.684.2]
(64)

1. Uji Reliabilitas

Untuk uji reliabilitas penulis menggunakan rumus alpha cronbach dengan bantuan SPSS for windows versi 11,5. Hasil yang diperoleh untuk skala persepsi tentang jerawat sebanyak 33 item dengan koefisien

reliabilitasnya adalah 0,9045 Begitu pula uji reliabilitasnya untuk skala kepercayaan diri sebanyak 36 item dengan koefisien reliabilitasnya adalah 0,9307. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r-hitung 0.323 lebih besar dari r-tabel pada taraf signifikansi a= 0,05 (0,288). Berdasarkan data tersebut berarti dapat dikatakan bahwa skala persepsi tentang je!rawat dan skala kepercayaan diri yang digunakan sebagai ala! ukur dalam penelitian ini memiliki kehandalan reliabilitas yang sangat baik.

4.2.2 Uji Persyaratan 1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji 2 data lebih k'elompok data sampel yang berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama. Jika angka signifikan (SIG)> 0,05 berarti varians dari data tersebut homogen atau sama (Silmiyanita, 2003). Uji ini dilakukan dengan menggunakan One Way Anova.

(65)

skala kepercayaan diri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa varians dari data tersebut homogen atau sama. (lihat tabel 4.6)

2. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil perhitungan yang penulis lakukan dengan

menggunakan SPSS versi 11,5, menyatakan bahwa untuk skala persepsi tentang jerawat, angka Sig. l<0lmogorof-Smirnov adalah 0,919> 0,05 (taraf signifikansi yang ditetapkan) maka distribusi data untuk persepsi tentang jerawat adalah normal, dan untuk variabel kepercayaan diri angka signifikansinya adalah 0,810> 0,05 (taraf signifikansi yang ditetapkan), maka distribusi data untuk kepercayaan diri juga normal. (lihat label 4. 7)

Pada uji normalitas kurva normal Q Q-plot (dalam lampiran) terlihat sebaran data dari variabel persepsi tentang jerawat dan kepercayaan diri saling berdekatan dan menempel di sekitar garis uji, terlihat pula hanya beberapa data yang terletak jauh dari sebaran data, dengan demikian data tersebut dikatakan normal.

4.2.3 Analisis Korelasi

(66)

korelasi product moment ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel, untuk menghitungnya dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11,5.

Dari hasil penghitungan yang disajikan pada tabel 4.10, diketahui bahwa nilai r hitung yang didapat adalah sebesar 0,323 Sementara nilai r tabel dengan N 47 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0.288. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima jika r hitung < r tabel. Karena nilai r hitung yang dihasilkan (0,323) > r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.288) maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri ditolak. Dengan demikian hipotesisi alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri remaja akhir diterima.

4.2.4 Deskripsi Hasil Penelitian

1. Gambaran Persepsi Tentang Jerawat

Untuk menentukan tingkat persepsi remaja tentang jerawat penulis

(67)

dengan baik meskipun berjerawat. Untuk kategori remaja yang memliki persepsi yang netral terhadap jerawat yaitu rernaja ケ。ョQセ@ merasa kurang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya (berjerawat) namun ia tetap berusaha untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik, sedangkan untuk kategori remaja yang memliki persepsi yang negatif terhadap jerawat yaitu remaja yang merasa tidak puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya, merasa malu atau tal<Ut diejek serta tidak dapat melakukan aktivitasnya.

Penulis menggunakan kategori jenjang (data ordinal). Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang tepisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur, misalnya dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke baik, dari negatif ke positif dan semacamnya. Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala persepsi yang terdiri dari 33 item yang setiap itemnya diberi nilai 1 sampai 4. Dengan demikian skor yang rnungkin diperoleh tiap subjek berkisar 33-132. Skor terendah adalah 33 (hasil dari 33x1) dan

(68)

Mean teoritis

Median

= (33x2) + (33x3)/2

= (66 + 99)/2 = 82,5

= 82,5 - 16,5= 66 = 82,5 + 16,5 = 99

Interval Kategori

x :.566 Negatif

66:.5x<99 Netral

99 $ x Positif

Table4.8

[image:68.595.45.439.132.523.2]

80=16,5

Kategorisasi Skor Skala Persepsi Tentang Jlerawat -·

Kategorisasi Frekuensi Presentase

Negatif

-

-Netral 35 74%

Positif 12 26%

Total 47 100%

(69)

penampilan fisiknya, tidak merasa malu atau takut diejek serta dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.

2. Gambaran Kepercayaan Diri

Untuk menentukan tingkat kepercayaan diri dalam kategori tinggi, sedang dan rendah, penulis menggunakan kategori jenjang (data ordinal)

berdasarkan indeks kepercayaan diri (tercantum dalam kajian teori). Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala persepsi yang terdiri dari 36 item yang setiap itemnya diberi nilai 1 sampai 4. Dengan demikian skor yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar 36-144. Skor terendah

adalah 36 (hasil dari 36x1) dan skor tertinggi 144 (hasil dari 36x4). Skor tertinggi menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan skor terendah mengindikasikan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Luas jarak sebarannya menjadi 144-36=108, sedangkan standar deviasinya bernilai 108/6= 18

Mean teoritis

Median

= (36x2) + (36x3)/2 = (72 + 108)/2

=

90

=90-18=72

= 90 + 18= 108

(70)

Interval Kategori

x セ@ 72 Rendah

72 セ@ x < 108 Sedang

108 セ@ x Tinggi

Table 4.9

Kategorisasi Skor Skala Kepercayaan Diri

Kategorisasi Frekuensi presentase

Rendah -

-Sedang 27 57%

Tinggi 20 43%

Total 47 100%

[image:70.595.42.442.132.499.2]
(71)

Gambar

Tabel 3.2 Blue Print Skala Persepsi Tentang Jerawat
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kepercayaan Diri
Tabel 3.4 Skor Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Tabel 4.1 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketidak puasan dalam penampilan fisik merupakan masalah yang rumit bagi perkembangan remaja perempuan yang menyebabkan remaja memiliki kepercayaan diri dan konsep diri yang

Dengan adanya dukungan sosial orangtua maka remaja penderita thalassemia cenderung dapat menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif Jersild (dalam

Ditambahkan oleh Surya (2009) menyatakan bahwa seseorang akan percaya diri ketika orang tersebut merasa puas melihat bentuk tubuhnya, maka body image yang

EDKZD IDNWRU \DQJ PHPHQJDUXKL FLWUD GLUL DGDODK NHSHUFD\DDQ GLUL \DLWX SHUDVDDQ SRVLWLI SDGD GLUL.. VHVHRUDQJ PHUDVD \DNLQ EDKZD SULEDGL WHUVHEXW EHUKDUJD GDQ XQLN +DO

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat korelasi positif antara kepercayaan diri dengan citra diri pada remaja akhir.Semakin tinggi

Berdasarkan hasil pengukuran, analisis data dan pembahasan variabel penelitian, maka ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai “hubungan antara persepsi komunikasi interpersonal remaja dalam keluarga dengan kepercayaan

No Tahap Perkembangan Dampak Terhadap Remaja Efek Terhadap Orang Tua pendiam dapat menjadi lebih agresif, mungkin pula timbul jerawat baik pada remaja laki-laki maupun