SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul "Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan
Kepercayaan Diri Remaja Akhir" telah diujikan dalam sidang munaqosah
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12
November 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Psikologi
Jakarta, November 2007
Sidang Munaqosah
Dekan
i:t.:rtati M. Si 1 5938
Anggota
Penguji I
dヲセセNmsゥ@
NIP.150215283
Pembimbing I
'I
DR. Lily Surawa E P, M. Env. Stud NIP. 150 375 182
Pudekl / )
YA1
Ora. Zahrotun N. M.Si
NIP. 150. 238 773
Penguji II
セキMM
DR. Lily surawa EP, M. Env. Stud NIP. 150 375 182
Pembimbing II
セ@
<Buafz <Pikjran Seseorang CJ'erEifzat dari <Peri[ak,unya
sedangkg,n <Buafz J[mu <IerEifzat dari <Perk,ataannya
}lnda <Pasti <Bisa <Bi{ajlnda <Pikjr<Bisa
(you can
if
you tfzink,you can)
Vntuk, <Bapak,dan Mama CJ'ercinta
Serta
CJ3ismi{fa/i,irrahmanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta rahmat-Nya kepada penulis, sehingga atas izin-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan yang mulia bagi ummatnya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa semua tidak terlepas dari dukungan serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ora. Netty Hartati, M.Si sebagai Dekan, Ora. Zahrotun Nihayah M.Si sebagai Pembantu Dekan dan Ors Jaissy Prasodjo sebagai Dasen
Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan serta bimbingan baik dari segi akademik maupun non akademik
2. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud dan lbu Yufi Adriani, M. Psi, Psi, sebagai dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
3. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada yang tercinta Bapak dan Mama yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, membimbing serta mendidik penulis hingga kini. Hanya untaian do'a yang dapat ananda haturkan untuk semua
pengorbanan dan perjuangan Bapak dan Mama. Jazakumullah 4. Saudara-saudaraku tercinta Teh sri, terima kasih alas perhatian dan
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis mulai awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini
6. Keluarga besar Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi; Dr. Asep Zamzam Subagio sebagai Kepala Yayasan, Bapak Uung sebagai Koordinator Administrasi yayasan, Bapak Drs. Ero Rohadi, MM beserta lbu Tuti Rusnadi S.Pd sebagai Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Patriot, Bapak Drs. Mumu U. Kurnia dan Bapak Drs. Maman Abdurahman sebagai Kepala Sekolah SMK Patriot, lbu Susmiati MA, SE, serta seluruh stat guru di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi yang telah mengizinkan dan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih alas bimbingan serta nasehat yang diberikan. Juga kepada seluruh siswa yang telah menjadi responden terima kasih alas kerjasamanya, data yang kalian berikan sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini
7. Pimpinan dan stat perpustakan UI Depok & UIN Syahid Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk menggunakan koleksi yang ada.
8. Teman-temanku Eka, lndah , Nisa, Anis dan lis terima kasih alas bantuan dan dukungan kalian selama ini, tak ada kata yang dapat diucapkan oleh penulis selain Persahabatan Kita Begitu lndah. Seluruh teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas B yang telah ikut mewarnai kehidupan penulis serta berjuta nama yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Ka Agus dan Arif (bowo) yang telah mengajari penulis dalam
penghitungan SPSS.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembali berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
Jakarta, November 2007
Halaman Judul ... .
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... .. . ... ... ... ... .. . . ... ... .... iii
Motto ... iv
Dedikasi ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar lsi .... ... ... ... ... ... ... ... ... ix
Daftar lampiran ... xii
BABI PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang . . . .. .. . . 1
1.2 Pembatasan Masalah ... ... .. ... 5
1.3 Perumusan Masalah. ... ... ... ... .. ... .. .... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... ... ... 6
1.5 Sistematika Penulisan ... ... . ... .. ... .. ... .... 6
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri ... .. . ... .... ... ... ... .. . ... ... 9
5.2 Diskusi ... 65
5.3 Saran ... 66
Lampiran I Format Skala Penelitian
Lampiran II Hasil Skoring Penelitian Skala Persepsi
Lampiran Ill Hasil Skoring Penelitian Skala Kepercayaan Diri
Lampiran IV Hasil Try Out Validitas Skala Persepsi_.Penelitian
Lampiran V Hasil Try Out Reliabilitas Skala Persep:si
Lampiran VI Hasil Try Out Validitas Skala Kepercayaan Diri_Penelitian
Lampiran VII Hasil Try Out Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri
Lampiran VIII Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas
Lampiran IX Uji Normalitas Kurva Normal Q Q-Plot Persepsi &
Kepercayaan Diri
Lampiran X
Lampiran XI
Hasil Analisis Korelasi
1.1 latar Belakang
Banyak orang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling
indah karena banyak kesan yang terukir. Pada masa ini pula remaja akan
melakukan segala aktivitas yang diinginkannya karena mereka memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencoba sesuatu hal yang baru.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa masa remaja adalah masa yang rawan
karena adanya perubahan secara fisik dan psikisnya dimana hal itu dapat
mempengaruhi perkembangan emosinya. Ditambah lagi pada masa ini,
remaja masih dalam tahap pencarian identitas seperti yang diungkapkan
Erickson, di mana remaja terkadang akan melakukan segala upaya untuk
menunjukkan identitas dirinya sesuai persepsi mereka. (Hurlock, 1990: 208)
Untuk menunjukkan identitas diri, remaja membutuhkan keberanian serta
keyakinan diri agar memudahkannya dalam mengaktualisasikan diri dengan
lingkungannya. Maslow mengungkapkan bahwa modal dasar untuk
pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri)
adalah kepercayaan diri, yaitu suatu aspek kepribadian manusia yang
sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan
sehari-hari. (Sutikno, 2007: 77)
Banyak remaja yang mempersepsikan bahwa penampilan merupakan salah
satu modal terbentuknya kepercayaan diri, sebagaimana Centi (1993:37)
menyatakan bahwa penampilan fisik membawa pengaruh pada harga diri
seseorang. Orang yang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya pada
umumnya mempunyai kepercayaan diri yang lebih daripada yang tidak.
Orang yang berpenampilan menarik cenderung menghargai diri lebih tinggi
daripada orang yang berpenampilan membosankan. Fisik merupakan bagian
yang tampak dari kepribadian manusia dan kesan awal bagi orang lain.
Tak jarang ditemukan remaja yang merasa tidak percaya diri dengan
penampilannya. Penilaian akan dirinya menjadi negatif mana kala remaja
melihat penampilan fisiknya tidak. ideal (menjadi cantik atau tampan) menurut
penilaian masyarakat pada umumnya. Jika penilaian rernaja terhadap
penampilan wajahnya telah menjadi negatif, maka hal tersebut dapat juga
mempengaruhi pikiran, pandangan, emosi dan perasaan serta persepsi
rernaja, di mana kesalahan persepsi dapat pula diikuti oleh sikap yang buruk.
Ditambah lagi peran media massa dan iklan yang banyak bermunculan untuk
memperkenalkan berbagai rnacarn keampuhan produk mereka yang dapat
penampilan. Kehadiran media tidak dipungkiri semakin mendorong remaja
untuk meletakkan standar ideal penampilannya menurut penilaian
masyarakat.
Fenomena tersebut terjadi pada diri beberapa teman berikut, sebut saja MR
(pr/16th), BL (pr/18th), dan AH (lk/17 th) yang melakukan perawatan wajah
karena ingin terlihat cantik/ tampan dan bebas dari jerawat. Mereka merasa
kurang percaya diri jika ada kekurangan sedikit apapun pada dirinya,
termasuk dengan timbulnya jerawat. Padahal, timbulnya jerawat bisa
disebabkan oleh perkembangan hormon yang terjadi di usia mereka atau dari
kondisi dan gaya hidup mereka sendiri seperti yang diungkapkan oleh ibu
Tejaatmaja seorang pakar kecantikan di Jakarta. (www.qogle.com)
Perasaan minder karena kulit wajah terlihat kusam, tidak bersih, atau
terkesan jorok dan malas membersihkan sering terlintas dalam diri mereka
(MR, BL, & AH), karena jerawat pula mereka tidak dapat sembarangan
memegang wajah dengan tangan secara langsung, harus selalu mencuci
muka setiap selesai beraktivitas, tidak dapat berlama-larna beraktivitas di
ruang terbuka atau terkena sinar matahari secara langsung sehingga
membuat wajah terasa perih dan tidak nyaman apalagi clitambah dengan
jerawatnya yang terkadang membuat mereka menjauh atau menarik diri dari
teman-teman karena malu.
Persepsi dari ketiga teman penulis tersebut adalah berdasarkan pengalaman
yang dialaminya, berbeda dengan PR (pr/17th) dan Al/II (lk/17 th) yang
menganggap bahwa dengan timbulnya jerawat pada wajah menunjukkan
kalau mereka telah menjadi dewasa karena adanya perubahan secara
hormonal, meskipun timbulnya jerawat adalah hal yang wajar namun mereka
tetap berusaha untuk mengatasinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
individu memiliki persepsi yang berbeda dari setiap hal yang dialaminya
sebagaimana yang di ungkapkan oleh Shaleh (2004: 89), persepsi adalah
kemampuan seseorang untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan
memfokuskan sesuatu yang berada disekitarnya.
Data statistik dari departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
Amerika tahun 1976, menyatakan lebih dari 40-80 % anak laki-laki dan
perempuan usia 12-17 tahun merasa "agak" atau "sangat terganggu" oleh
kondisi jerawat. Data tersebut juga menunjukkan bagairnana meningkatnya
keprihatinan anak laki-laki dan perempuan pada jerawat (Hurlock, 1990: 212)
Berdasarkan asurnsi-asurnsi tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan Kepercayaan Diri Remaja
1.2
Pembatasan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini tidak meluas maka penulis perlu
membatasi permasalahan yang akan dijadikan sebuah penelitian yaitu:
a. Persepsi tentang jerawat yang dimaksud penulis adcilah bagaimana
remaja menilai atau memandang jerawat baik dari segi kognisi maupun
atensi.
b. Kepercayaan diri yang dimaksud adalah suatu keyakinan yang dimiliki
remaja bahwa ia merasa dalam keadaan baik dan dapat menunjukkan
seluruh kemampuan dan potensi dalam dirinya serta yakin dapat
mengembangkan kemampuan dan potensinya sehingga ia memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Remaja disini adalah remaja yang berjerawat dan berusia 16-18 tahun.
1.3
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Ada
Hubungan Persepsi Tentang Jerawat Dengan Kepercayaan Diri Remaja
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perrnasalahan di atas, rnaka tujuan dilal<sanakannya
penelitian adalah untuk rnengetahui hubungan persepsi tentang jerawat
dengan kepercayaan diri rernaja akhir.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan kontribusi bagi
berkernbangnya ilrnu pengetahuan, khususnya bidang ilrnu psikologi
perkernbangan dan psikologi klinis.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berrnanfaat dan dapat
rnenjadi bahan bacaan serta rnasukan l<hususnya bagi penulis, rnasyarakat,
dan para rernaja sehingga berkernbang rnenjadi pribadi yang percaya pada
dirinya.
1.5
Sistematika Penulisan
Dalarn penulisan proposal penelitian ini penulis berpedornan pada APA Style
(American Psychology Association). Adapun sisternatika penulisannya
BABI Merupakan Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB 2 Merupakan Kajian Teori, meliputi Kepercayaan Diri, Definisi
Kepercayaan Diri, Jenis Kepercayaan Diri, Faktor-faktor
Kepercayaan Diri, Ciri-ciri Kepercayaan Diri, Prinsip Meraih
Kepercayaan Diri, lndeks Kepercayaan Diri, Remaja Akhir, Definisi
Remaja Akhir, Batasan Usia Remaja Akhir, Karakteristik Remaja
Akhir, Tahap Perkembangan Remaja Akhir, Persepsi, Definisi
Persepsi, Hakikat Persepsi, Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi,
Prinsip-prinsip Persepsi, Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Persepsi,
Jerawat, Definisi Jerawat, Tipe-tipe Jerawat, Gejala-gejala
Timbulnya Jerawat, Kerangka Berpikir, Hipotesis.
BAB 3 Merupakan Metodologi Penelitian meliputi Jenis Penelitian,
Pendekatan Penelitian, Definisi Variabel dan Operasional Variabel,
Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Teknik
BAB 4 Merupakan Presentasi dan Analisa Data meliputi Gambaran Umum
Responden, Presentasi Data, Uji lnstrumen Penelitian, Uji
Persyaratan, Analisis Korelasi dan Deskripsi Hasil Penelitian
BAB 5 Merupakan Kesimpulan, Diskusi dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
2.1
Kepercayaan Diri
KAJIAN TEORI
2.1.1
Definisi Kepercayaan Diri
Percaya diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting
untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dan sangat dibutuhkan
untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari (Sutikno, 2007:
77).
Menurut Fereira, seorang konsultan dari Deloitte & Touche Consulting
mengatakan: " seorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu
mengendalikan dan menjaga keyakinan dirinya, juga akan mampu membuat
perubahan di lingkungannya. Di samping keahlian teknis., 'sang katalisator'
perubahan memerlukan sejumlah kecakapan emosi lain". (Agustian, 2004:
79)
Menurut istilah psikologi kepercayaan diri adalah percaya akan kemampuan
Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah modal dasar untuk
pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri).
Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sebaliknya kurang percaya diri dapat menghambat perkembangan
potensi diri. Kurang percaya diri dapat menjadikan seseorang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan
dirinya dengan orang lain. (lswidharmanjaya & Agung, 2004:13)
Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap.
Berani mengambil keputusan yang sulit walau harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan serta teguh mempertahankan
pendiriannya. (Sutikno, 2007: 78)
Rahmat (2001: 104) menambahkan, percaya diri erat hubungannya dengan
konsep diri. Kepercayaan diri merupakan hal penting dan paling menentukan dalam berkomunikasi. lndividu yang kurang percaya diri cenderung untuk
Kepercayaan diri adalah penilaian seseorang akan kesanggupan dan
keterampilan yang dimilikinya menimbulkan ketegasan atau keyakinan untuk
bertindak dalam area fungsi yang lebih luas (Kurniasih, 2004).
Secara psikologis, selalu ada hubungan positif antara Percaya
Diri-Penerimaan Diri- Aktualisasi Diri- Konsep Diri. Artinya individu yang
mempunyai rasa percaya diri kuat akan menerima diri apa adanya (dengan
segala kelebihan dan kekurangannya), dan mudah mencapai prestasi yang
bag us.
Dari beberapa pengertian kepercayaan diri yang telah dipaparkan di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa kepercayaan diri ュQセイオー。ォ。ョ@ suatu
langkah awal seseorang dalam menunjukkan kemampuan dan potensi yang
dimilikinya serta dapat mengembangkannya dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Jenis Kepercayaan Diri
Ada 2 jenis kepercayaan diri menurut Kurniasih (2004) yaitu:
1. Kepercayaan Diri Batin
Kepercayaan diri batin adalah suatu keyakinan yang memberi kita
perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Orang yang
memiliki kepercayaan diri batin mampu mempertahankan kecenderungan
rohaninya, dan menempatkannya pada pijakan yang setara l<epada
kebutuhan orang lain. Mereka sangat menyadari kekuatan mereka dan
karena itu jauh lebih mampu mengembangl<an kemampuan mereka
sepenuhnya. Mereka terbiasa menentukan sendiri tujuan yang biasa
dicapai dan tidak bergantung pada orang lain untuk melakukan
kegiatannya. Orang yang memiliki kepercayaan diri batin akan tumbuh
dengan harapan bahwa hidup itu pada umumnya menyenangkan.
2. Kepercayaan Diri Lahir
Kepercayaan diri lahir dapat ditunjul<kan dari cara l<ita berperilaku kepada
orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri lahir mampu
berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis
latar belakang. Mereka juga mampu menyatal<an kebutuhan mereka
secara langsung dan terus terang. Merel<a mampu memilih gaya pal<aian
dan warna yang paling cocol< dengan kepribadian dan kondisi fisil<
mereka masing-masing. Mereka juga lebih percaya cliri karena tidal<
khawatir akan lepas kendali.
Jelas terlihat perbedaan antara kepercayaan diri batin dan l<epercayaan diri
lahir, tapi l<eduanya tetap merupakan satu kesatuan yang saling mendukung
kekuatan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri batin lebih
potensi yang baik. Sedangkan kepercayaan diri lahir menekankan kepada
keyakinan individu untuk tampil mengeluarkan seluruh potensi yang ada
dalam dirinya dengan baik.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Setiap individu memiliki tingkatan kepercayaaan diri yang
berbeda-beda, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri
seseorang adalah:
1. Penampilan fisik
Menurut Buss, pembentukan kepercayaan diri seseorang diawali dengan
pengenalan diri secara fisik, bagaimana seseorang menerima atau
menolak gambaran dirinya yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa
puas atau sebaliknya (Kumara, 1998:21). Centi (19B3:37) menyatakan
bahwa penampilan fisik membawa pengaruh pada harga diri seseorang.
Orang yang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya pada umunya
mempunyai kepercayaan diri yang lebih daripada yang tidak. Orang yang
berpenampilan menarik cenderung menghargai diri lebih tinggi daripada
orang yang berpenampilan membosankan. Fisik merupakan bagian yang
tampak dari kepribadian manusia dan kesan awal bagi orang lain.
2. Status Sosial Ekonomi
Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang baik. akan lebih mudah
sebaliknya orang dengan status ekonomi yang kurang akan sulit
mendapatkan berbagai fasilitas yang ada dalam masyarakat dan hal ini
akan membuatnya merasa rendah diri daripada orang-orang yang memilki
status sosial yang baik.
3. Tingkat Pendidikan
Menurut Jersild ada satu hal penting dalam pendidikan pada remaja yaitu
dengan memahami dirinya sendiri akan membantu individu untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Keberhasilan dalam penyesuaian diri di
lingkungan akan menambah kepercayaan diri individu, sebab individu
tersebut tahu bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku yang baik
untuk dapat diterima lingkungannya. (dalam Nuryanih, 2002:26)
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar juga merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
kepercayaan diri seseorang. Orang yang telah memiliki prestasi yang
tinggi ataupun orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung
memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena yakin akan kemampuan dan
2.1.4 Ciri-ciri Percaya Diri
Menurut Sutikno (2007: 79) kepercayaan diri seseorang dapat dilihat dari
beberapa sikap berikut:
1) Berani menyatakan pendapat atau gagasan sendiri walaupun hal tersebut
beresiko tinggi, misalnya menjadi orang yang tidak populer atau malah
dikucilkan.
2) Mampu menguasai emosi; yang menyebabkan dia tetap tenang dan
berpikir jernih walaupun dalam tekanan yang berat.
3) Memiliki independensi yang sangat kuat sehingga ticlak mudah
terpengaruh oleh sikap orang lain walaupun pihak lain adalah mayoritas.
Baginya kebenaran tidak selalu dicerminkan kelompok yang banyak.
4) Mampu berkata apa adanya (sesuai dengan kenyataannya)
Maslow menyebut ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri dalam orang
yang memiliki "kemerdekaan psikologi", yaitu kebebasan mengarahkan
pilihan dan mencurahkan tenaga, berdasarkan keyakinan pada kemampuan
dirinya, untuk melakukan hal-hal yang produktif. Oleh karena itu biasanya
orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru, sul<a menghadapi
tantangan, pekerjaan yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga tugas
2.1.5
Prinsip dalam Meraih Kepercayaan DiriUqshari (2005:39) dalam bukunya menyebutkan bahwa para pakar ilmu jiwa
menyatakan ada 5 prinsip yang harus dipatuhi demi memperkuat percaya
diri, yaitu:
1.
Dengan menimbulkan mental positif dalam diri yang dapat mengantarkandiri pada kesuksesan.
2. Bersikap secara bijaksana dalam merencanakan エ。アセ・エMエ。イァ・エ@ kehidupan,
dan mengupayakan target yang sudah direncanakan itu tidak terlalu
berlebihan, melebihi potensi dan kemampuan yang dimiliki dalam diri
sendiri.
3. Jika seseorang ingin memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dalam
berinteraksi dengan orang lain, maka seseorang itu harus tahu cara
bergaul yang lebih baik dari orang lain. Karena ッイ。ョセQ@ lain senang menjalin
tali persahabatan hanya dengan orang individu yang mau memberikan
perhatian dan penghormatanya pada mereka.
4. Senatiasa memperhatikan penampilan fsik dan psikis dengan baik, hal ini
mempunyai hal yang kuat untuk memperdalam kepercayaan diri
seseorang. Riset-riset ilmiah membuktikan bahwa penampilan psikis dan
fisik yang sangat baik berperan dalam menumbuhka11 kepercayaan diri.
Disamping itu juga rasa percaya yang akan diraih orang yang kurang
dengan rasa percaya diri yang akan diraih oleh individu yang penuh
vitalitas dan sangat perhatian pada penampilan.
5. Memilih teman yang siap memberikan kepercayaan kepada diri pribadi.
Karena jika sudah berhasil mendapatkan yang dapat memberikan
kepercayaannya, otomatis kepercayaan diri akan semakin bertambah
kuat.
2.1.6 lndeks Kepercayaan Diri
lndeks kepercayaan diri adalah suatu nilai penting yang dipakai untuk
mengenali orang yang kepercayaan dirinya tinggi dengan orang yang tingkat
kepercayaan dirinya rendah.
Shrauger dan Schohn (1995) seperti dikutip Mahrita (2000), mengasumsikan
kepercayaan diri memiliki tiga komponen penting yaitu:
1. Komponen Kognitif
Meliputi penilaian kinerja relatif seseorang terhadap standar yang absolut
dan perbandingan sosial. Ex: Orang yang percaya diri melihat dirinya
dapat memenuhi standar kinerja, melakukan hubungan baik dengan
orang lain, dan terus-menerus menunjukkan kinerja yang efektif.
2. Komponen Afektif
Dalam komponen ini percaya diri diindikasikan dengan perasaan nyaman,
antusias dan kurang cemas ketika akan melakukan aktivitas. Orang yang
kurang cemas dan kurang depresi daripada orang yang rendah
kepercayaan dirinya.
3. Komponen Tingkah Laku
Percaya diri seharusnya merefleksikan tingkah laku, khususnya kesiapan
seseorang untuk terlibat dalam suatu kegiatan, cenderung ditampilkan
dalam cara bertindak gaya interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan
2.2
Remaja Akhir
2.2.1 Definisi Remaja Akhir
lstilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yaitu "tumbuh" atau " tumbuh
menjadi dewasa". Sedangkan Piaget mengungkapkan Secara psikologis,
masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi cfengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak /agi merasa di bawah tingkat orang yang /ebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak ... lntegrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyaibanyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber ... Termasukjuga perubahan intelektua/ yang menco/ok ... Transformasi intelektua/ yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkunkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakn ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini''. (Hurlock, 1990: 206)
2.2.2 Batasan Usia Remaja Akhir
Hurlock (1990: 206) mengungkapkan bahwa usia remaja dimulai pada saat
anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia
14-15) membatasi usia remaja indonesia adalah individu yang berada pada
usia '11-24 tahun dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang
mulai mengalami perubahan seksual, yang pada umumnya berakhir pada
usia 24 tahun. Sedangkan dalam masyarakat Indonesia, seseorang yang
telah menikah (berapa pun usianya) akan dianggap dan diperlakukan
sebagai orang dewasa.
2.2.3
Karakteristik RemajaZulkifli (1992:65-67), juga menyebutkan beberapa karakteristik remaja,
diantaranya adalah:
1. Pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik remaja mengalami pertumbuhan
dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai, tulang
kaki, dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga remaja
terlihat tinggi. Tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.
2. Perkembangan seksual. Tanda-tanda perkembangan seksual pada
remaja sudah mulai berfungsi. Seksual mengalami perkembangan yang
kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya
3. Cara berfikir kausalitas. Cara berfikir kausalitas yaitu menyangkut
hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai dapat berpikir kristis tentang
apapun yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
4. Emosi yang meluap-luap. Keadaan emosi remaja masih labil karena erat
hubungan keadaan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka.
5. Mulai tertarik dengan lawan jenis. Secara biologis manusia terbagi 2 jenis,
yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka
mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai menjalin hubungan
dengan lawan jenisnya.
6. Menarik perhatian lingkungan. Pada masa ini remaja mulai mencari
perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan
dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungannya.
7. Terikat dengan kelompol<. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik
kepada kelompok sebayanya sehingga terkadang orang tua
dinomor-dual<an daripada temannya.
2.2.4
Tahap Perkembangan RemajaPetro Blos berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi pada remaja,
hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara al<tif
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, tahap perkembangan
yang terjadi pada remaja akhir yaitu:
a. Minat yang makin mantap tehadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
pengalaman baru.
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public)
(Sarwono,2002: 25)
2.3. Persepsi
2.3.1 Definisi Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh stimulus yang diterima
oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan,
sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderafcannya itu (Davidoff,
1998: 232). Sedangkan menurut Sarwono (2000: 41), persepsi adalah
kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan
Persepsi juga diartikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan
dan menafsirkan pola-pola stimulus yang ada dalam lin(Jkungan (Atkinson,
1996: 201).
Santrock (2002: 125), mendefinisikan persepsi sebagai interpretasi
berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan
juga apa yang diinderakan atau dirasakan.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan
mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling
kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. (Saleh, 2004: 38).
Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk
membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap
satu objek rangsang (Saleh, 2004: 89)
Perception (persepsi, penglihatan, tanggapan) adalah proses dimana
seseorang menjadi sadar akan segera sesuatu dalam lingkungannya melalui
indera-indera yang dimilikinya: pengaruh lingkungan yang diperoleh melalui
Menurut Chaplin (2005: 358). perception (persepsi) adalah:
1. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indera.
2. Kesadaran dari proses-proses organis
3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti
yang berasal dari pengalaman dimasa lalu
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan. berasal dari
kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan diantara
perangsang-perangsang.
5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang
serta merta mengenai sesuatu.
Jadi penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu kemampuan
yang dimiliki setiap individu untuk membedakan. mengelompokkan,
memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang dengan proses
pengorganisasian. penginterpretasikan, terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan
2.3.2 Hakekat Persepsi
1. Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan
persepsi, orang telah menentukan apa yang telah diperlihatkan dan setiap
kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungk:inan kita akan
memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya
dengan pengalaman yang lalu, dan kemudian hari akan diingat kembali.
Bagian kognitif yang berperan membentuk persepsi:
• Kesadaran
Bila seseorang dalam keadaan bahagia, maka biasanya ia akan
memandang disekelilingnya seperti suatu pemandangan yang sangat
indah. Tetapi sebaliknya, jika ia sedang murung atau sedih
pemandangan yang indah sekali pun tak enak untuk dipandang
baginya semua seperti kabut dan membosankan.
• lngatan
lndera kita secara teratur akan menyimpan data irang kita terima
dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus menerus
membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang
• Proses informasi
lnformasi yang diterima melalui penginderaan dis.impan untuk
kemudian diproses, di ungkapkan dengan bahasa/ kata-kata dan
diinterpretasikan melalui tingkah laku seseorang.
2. Peran atensi dalam persepsi
Atensi adalah keterbukaan kita untuk memilih rangsangan mana yang
paling menarik dan mengesankan bagi kita. Banyak psikolog yang tertarik
untuk mengetahui tempat atau titik di dalam proses persepsi, di mana
atensi memegang peranannya.
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
• lntensitasnya
• Keterbatasan pada kepastian
(Shaleh, 2004: 91-94)
2.3.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi (Saleh, 2004: 89), yaitu:
1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan
moda/itas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasarclan masing-masing
2.3.5. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Persepsi
Karena persepsi lebih bersifat psikologi daripada merupakan proses
penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mernpengaruhi, yaitu:
1. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya
memusatkan perhatiannyapada rangsang-rangsang tertentu.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian.
3. Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seorang bukan seniman.
4. pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.
(Saleh, 2004: 118)
Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini :
1. Perhatian: Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu
2. Set: Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.
3. Kebutuhan: Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi.
4. Sistem Nilai: Sistem nilai yang berlaku dalam suatu rnasyarakat
berpengaruh pula terhadap persepsi.
5. Ciri kepribadian: Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi.
6. Gangguan Kepribadian: Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan
kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi,
halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang
bersangkutan saja.
(Sarwono, 2003: 46)
2.4
Jerawat
2.4.1 Definisi Jerawat
Jerawat atau "acne" merupakan keradangan (inflamasi) tisu pada bagian
kelenjar minyak (sebaceous) pada bagian kulit manusia. (Fahrni, 2006: 60)
Jerawat merupakan kondisi atau fenomena yang menyertai proses
pematangan, dan merupakan salah satu ciri kedewasaan serta mulai aktifnya
hormon dalam tubuh. Jerawat biasanya muncul pada usia remaja, oleh
karena itu jerawat disebut juga sebagai suatu fenomena psikologis yang
dihasilkan dari keluarnya hormon-hormon kelenjar dan berubahnya
pembentukkan hormon pada seseorang, karena pada masa remaja
keseimbangan hormon menjadi sangat sensitif dan bersamaan dengan
bertambah sedikitnya jumlah hormon laki-laki (progesteron) dan hormon
wanita (estrogen): Bersamaan dengan bertambah sedikitnya jumlah
hormon-hormon ini, maka kelenjar-kelenjar minyak akan 「・イー・ョAセ。イオィ@ pada kulit dan
bertambah aktif serta semakin bertambah produksi minyaknya. Jerawat
berkembang di sekitar kulit yang memiliki kelenjar minyak yang berlebih dan
biasanya daerah yang mudah terkena jerawat ialah di muka, dada, belakang
punggung, dan atas lengan. (Fahrni, 2006: 61-62)
Perkataan jerawat berasal dari satu kata greek yang berarti " masa yang
paling penting dalam hidup". lndividu yang mengalami masalah jerawat
seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan:
>
Harga diri>
Keyakinan terhadap diri sendiri>
Pergaulan sosial>
Terisolasi>
Motivasi rendahKajian dalam bidang pengobatan telah menunjukkan terdapat lebih kurang
lima puluh jenis jerawat. Perkataan jerawat lebih menunjukkan kepada jenis
jerawat umum yaitu acne vulgaris. la merupakan satu ーHセョケ。ォゥエ@ yang berlaku
pada unit pilusebaceous (terdiri daripada rongga rambut dan kelenjar minyak)
pada bagian kulit. Jerawat jenis ini merupakan jenis jerawat yang paling
sering dialami oleh individu terutamanya golongan remaja dan golongan
dewasa pada awal usia 20-an. (www.gogle.com)
2.4.2 Tipe-Tipe Jerawat
Fahrni (2006: 63) membedakan tipe jerawat berdasarkain jenis dan kadar
penderitanya, yaitu:
1. Jenis titik atau fleks; pada awal terjadinya, banyak jerawat berkepala
hitam dan adanya sumbatan-sumbatan minyak. Jenis ini biasanya dikenal
dengan komedo jenis terbuka (blackhead). Sedangkan komedo yang
tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang
tersumbat, makanya terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil di bawah
kulit. Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan
kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.
2. Jenis jerawat kecil; jerawat kecil-kecil yang matang banyak terdapat di
3. Jerawat biasa, jenis jerawat "klasik" ini mudah dikenal, tonjolan kecil
berwarna pink atau kemerahan. Terjadi karena pori-pori yang tersumbat
terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini bisa yang terdapat dipermukaan kulit,
bisa juga dari waslap, kuas make up, dan jari tangan. Stress, hormon dan
udara yang lembab dapat memperbesar kemungkinan infeksi jerawat,
karena menyebabkan kulit memproduksi minyak, yang merupakan tempat
berkembang biaknya bakteri.
4. Jenis tuber (akar tumbi); terdiri dari sejenis jerawat kecil yang menahun
serta meradang.
5. Kelenjar-kelenjar minyak membesar seperti jagung dan dipenuhi dengan
zat bentukannya seperti bentuk kantung Uenis cystic acne/ jerawat batu).
6. Jerawat yang berbentuk bekas Iuka, berlubang dan menonjol di atas
permukaan kulit.
Tingkatan Jerawat Menurut Standar Kedokteran Adalah Sebagai Berikut:
Tingkatan 1-Comedones tanpa atau disertai peraclangan ringan. Dapat
berjumlah sedikit atau banyak.
Tingkatan 11-Jerawat yang biasanya terbatas pada muka, berupa
comedones dan lesi postular kecil pada pangkal/lubang rambut.
Tingkatan 111-Peringkat ini lebih merupakan suatu penyakit, daripada
kecil-kecil, dan ada kecenderungan berkembangnya suatu pewadangan yang lebih
dalam.
Tingkatan IV-Muka dan leher terserang lebih berat, yang dapat meluas
sampai ke badan bagian atas, juga dapat sampat ke kulit kepala di atas leher
belakang. (Hurlock, 1990: 212)
2.4.3 Gejala-gejala Timbulnya Jerawat
Ada 4 (empat) gejala pokok yang perlu kita perhatikan:
1.
Adanya peningkatan hormon androgen.2. Adanya peningkatan produksi lemak di kelenjar lemak (sebum).
3. Adanya kondisi abnormal atas timbulnya bakteri dan jamur atau yang
disebut microflora di kulit kita.
4. Adanya penebalan, penyumbatan serta pengerasan pada sel-sel kulit kita
Bila kita merasakan adanya gejala atau hasil test yang menunjukan
gejala-gejala diatas, sebaiknya jangan merawat sendiri di rumah, sudah saatnya ke
dokter atau klinik perawatan kulit.
2.4.4 Beberapa Faktor Penyebab Timbulnya Jerawat diantaranya
adalah:
1.
Hormon (estrogen & progesteron)3. Keturunan
4. Makanan; Sebagian besar dari makanan berminyak dan mengandung zat
tepung dan sebagian makanan seperti jamur, kacan\J-kacangan,
menambah kemungkinan terkena jerawat. Pada usia1 pubertas, anemia,
tidak melakukan aktivitas olahraga, tidak terkena matahari dan udara
segar dalam jumlah yang cukup, lalai dalam menjaga kebersihan diri,
tidak memperhatikan kebersihan kulit dan kondisi fisik serta syaraftegang,
akan mempercapat tumbuhnya jerawat. (Fahrni, 2006: 63-64)
2.5
l<erangka Berpikir
]5KEMA
Negatif -+
Fenomena jerawat
<
terhadap individu セ@ Persepsi
Positif/wajar -+
' '
セMMセMM⦅ェ@
'.
Perea ya diri rendah
Perea ya diri tinggi
Adanya hubungan persepsi tentang jerawat dengan kepercayan diri remaja
akhir
Pada usia remaja, setiap individu dapat melakukan se£1ala aktivitas karena
mencoba-coba ditambah lagi hal ini didukung oleh adanya banyak. perubahan yang
terjadi baik dari segi fisik, kognitif, emosi, minat dan sosialnya. Namun
aktivitas yang dilakukan tidak akan berjalan sesuai dengan keinginan dan
harapan mereka tanpa adanya kepercayaan dalam diri rnereka karena
kepercayaan diri merupakan modal utama seseorang dalam melakukan
segala aktivitasnya dan memperoleh kesuksesan untuk meraih masa depan
seperti yang diungkapkan oleh Maslow. Remaja dapat menunjukkan identitas
dirinya dengan kepercayaan diri. Tanpa kepercayaan diri seseorang tidak
dapat mengembangkan seluruh kemampuan dan potem;i yang dimilikinya.
Ditambah lagi pada usia ini remaja mulai mencari perhatian dari
lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan dalam berbagai
kegiatan yang ada di lingkungannya. (Hurlock 1990: 208)
Petro Blos berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi pada masa
remaja khususnya remaja akhir, pada hakekatnya merupakan usaha
penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan
mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. (Sarwono 2002: 25)
Namun hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yan9 terjadi, karena
remaja memiliki persepsi dari sudut pandangnya sendiri sehingga
mempengaruhi tingkah laku dalam menginterpretasikan sesuatu yang
Kemampuan kognitifnya pula yang secara tidak langsung memberikan
kontribusi pemikiran remaja dalam mempersepsikan sesuatu yang berbeda
menurut segi pemahamannya dari suatu kejadian atau pengalaman yang
akan selalu diingat dalam memorinya (Shaleh, 2004: 92). Remaja yang
pernah mengalami pengalaman yang buruk di masa lalunya akan
mempengaruhi persepsinya di masa mendatang jika ia menemui kejadian
yang sama, begitu pula sebaliknya. Seperti remaja yang pernah disulitkan
keadaannya dalam berinteraksi dengan orang lain yang disebabkan dengan
timbul atau suburnya jerawat pada wajahnya, karena remaja merasa malu
atau minder maka ketika ia melihat atau mengalaminya kembali, hal tersebut
dapat membuatnya berpandangan bahwa jerawat adalah penghalang
aktivitasnya yang dapat mengurangi kepercayaan dirinya. Berbeda dengan
remaja yang mempersepsikan secara positif, jika pada usia remaja akan atau
pernah merasa disinggahi jerawat pada wajahnya maka hal tersebut tidak
mempengaruhi langkahnya dalam beraktivitas dan ia memiliki kepercayaan
diri yang tinggi, tetap merasa puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya,
tidak merasa malu atau takut diejek meskipun berjerawat. Maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi menentukan langkah seseorang dalam
beraktivitas artinya ada hubungan persepsi tentang jerawat dengan
2.6
Hipotesis
Ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian dapat
diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu
pengukuran yang valid, reliabel, dan objektif. (Azwar, 2005: 1)
Sedangkan metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
korelasi yaitu dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari
sebuah sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara
perangkat-perangkat tersebut dan dianalisa dengan menggunakan analisis data statistik
kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat kesimpulan.
3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu : variabel bebas dan
variabel terikat, yaitu:
a. Variable bebas: Persepsi tentang jerawat, yaitu bagaimana remaja
menilai atau memandang jerawat (kondisi abnormal kulit akibat gangguan
menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit
wajah) dari segi kognisi dan atensi.
lndikatornya adalah:
• Kemampuan kognitif meliputi kesadaran, ingatan, dan proses
informasi.
• Peranan atensi dalam persepsi meliputi intensitas dan keterbatasan
pada kepastian.
(Shaleh, 2004: 91-94)
b. Variable terikat: Kepercayaan diri remaja akhir, yaitu remaja yang memiliki
keyakinan bahwa ia dalam keadaan baik dan dapat menunjukkan atau
mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi dalam dirinya serta yakin
dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya sehingga ia
memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. lndikatornya
adalah:
• Komponen Kognitif
Meliputi penilaian kinerja relatif seseorang terhadap standar yang
absolut dan perbandingan sosial. Ex: Orang yang percaya diri melihat
dirinya dapat memenuhi standar kinerja, melakukan hubungan baik
dengan orang lain, dan terus-menerus menunjukkan kinerja yang
• Komponen Afektif
Dalam komponen ini percaya diri diindikasikan demgan perasaan
nyaman, antusias dan kurang cemas ketika akan melakukan aktivitas.
Orang yang secara keseluruhan kepercayaan dirinya tinggi akan
melihat diri mereka kurang cemas dan kurang depresi daripada orang
yang rendah kepercayaan dirinya.
• Komponen Tingkah Laku
Percaya diri seharusnya merefleksikan tingkah laku, khususnya
kesiapan seseorang untuk terlibat dalam suatu keigiatan, cenderung
ditampilkan dalam cara bertindak, gaya interaksi, dan pendekatan
terhadap kegiatan.
(Shrauger & Schohn 1995, di adaptasi oleh Mahrita)
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Di dalam Encyclopedia of Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all elements possesing one or more attributes of interest. (l\rikunto, 2002: 108)
Penelitian dilakukan pada sebuah lembaga pendidikan yaitu tingkat SMA
pada Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Populasi dalam penelitian ini
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dinamakan
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel. (Arikunto, 2002: 109)
Sampel penelitian berjumlah 47 siswa yang diambil berdasarkan karakteristik
yang ditentukan.
3.3
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan
karakteristik yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini kriteria yang dipertimbangkan dalarn pengambilan
sampel adalah siswa yang berjerawat pada tingkat sedang dan berat (selain
jenis komedo)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai
berikut:
• Penelitian diawali dengan studi literatur yang bertujuan untuk mencari
teori yang didapat dijadikan landasan teori yang mendukung penelitian ini,
data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis
• Observasi adalah langkah kedua yang penulis lakukan untuk menetapkan
respond en
• Penyebaran dan pengisian instrumen penelitian berupa skala persepsi
tentang jerawat dan skala kepercayaan diri.
• Wawancara, untuk menguatkan data yang diperoleh dari skala yang
diberikan.
3.5
lnstrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala
dalam bentuk model Skala Likert.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur data penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Skala persepsi
• Skala persepsi ini dibuat untuk mengetahui persepsi tentang jerawat.
Untuk mengukur persepsi tentang jerawat, penulis menggunakan skala
yang telah disusun berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan
penelitian. Dalam hal ini peneliti bersandar pada teorinya Shaleh
Tabel 3.2
Blue Print Skala Persepsi Tentang Jerawat
Item
Variabel Aspek lndikator L
Favorabel Unfavorable
Persepsi Kognitif J;> Kesadaran; individu 2, 7, 9, 21, 3, 5, 18,20 10
secara sadar 25, 50
mempersepsikan
jerawat dengan
panca inderanya
J;> lngatan; individu 10,13,17, 1,26,29, 10
mempersepsikan 39,45 31,48
jerawat
berdasarkan
pengalamannya
J;> Proses informasi; 4,12, 19, 11, 24, 37, 10
individu 27,36,44 49
menginterpretasi
kan jerawat dari
apa yang diperoleh
panca inderanya
Atensi
>
lntensitas; 6, 8, 32,41 14, 28, 33, 10seberapa fokus 34, 35,46
individu (sepenuh/
separuh hati)
terhadap
mempersepsikan
セ@ Keterbatasan; 16, 22, 30, 15, 23, 28, 10
kemampuan 42,43 40,47
individu dalam
mengatasi
masalah jerawat
2: 26 24 50
b. Skala Kepercayaan Diri
• Untuk mengukur kepercayaan diri digunakan skala yang disusun oleh
penulis berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan penelitian.
Dalam penyusunan, penulis bersandar pada teorinya Shrauger dan
Schohn (1995) dalam indeks kepercayaan diri, seibagaimana
Tabel 3.3
Blue Print Skala Kepercayaan Diri
Item
Variable Aspek lndikator L
Favorable Unfavorable
Kepercayaan Kognitif Meliputi 3, 7, 15, 6,17, 18, 22
diri penilaian 16, 23, 25, 26, 34, 37,
kinerja relatif 27, 31, 33, 39,43,47,
seseorang 42,44, 50 49
terhadap
standar yang
absolut dan
perbandingan
sosial
Afektif Meliputi 1, 4, 20, 8, 9, 21, 38, 14
perasaan 24, 35, 36 45,46,48
nyaman,
antusias, dan
kurang
cemas ketika
akan
melakukan
[image:52.595.30.441.152.581.2]Tingkah Kesiapan 2, 11, 13, 5, 10, 12, 14
Laku seseorang 19,28,30 14, 29, 32,
untuk terlibat 40,41
dalam suatu
kegiatan,
cenderung
ditampilkan
dalam cara
bertindak,
gaya
interaksi, dan
pendekatan
terhadap
kegiatan
L: 24 26 50
Alat untuk mengukur persepsi dan kepercayaan diri siswa dibuat dalam
bentuk Skala Model Likert dengan pilihan 4 alternatif jawaban dimana subjek
menganggap setiap butir pernyataan dengan menggunakan taraf kesetujuan
(favorable) atau ketidaksetujuan (unfavorable) terhadapnya. Dengan alternatif
jawaban yang diberikan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak
Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Responden diminta untuk memilih
salah satu jawaban yang dianggap menggambarkan dirinya dengan cara
memberi tanda checklist(.../). Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban
dapat dilihat dari tabel 3.4, kepada subjek disediakan respon atau keterangan
sebagai berikut
Tabel 3.4
Skor Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable
KATEGORI FAVOURABLE UINFAVOURABLE
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S)
3
2Tidak setuju (TS) 2
3
Sangat tidak setuju (STS)
1
43.6
Teknik Analisa Data
Setelah data yang penulis perlukan terkumpul, selanjutnya ialah menganalisa
data. Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data harus
memenuhi syarat valid dan reliabel, supaya terjamin akurasi datanya oleh
karena perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan
mutlak agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga penelitian yang
dilakukan dalam memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data-data
yang digunakan adalah analisa statistika sebagai cara untuk mengetahui
hubungan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel X)
yaitu persepsi tentang jerawat dengan variabel dependent (variabel terikat
[image:54.595.26.457.162.501.2]Untuk melihat hubungan antara persepsi tentang jerawat dengan
kepercayaan diri remaja akhir, rumus yang digunakan adalah korelasi
Product Moment dari Person, yaitu sebagai berikut:
Ru mus:
I
XY - (l: X)(l: Y) Inr ]Mイセセセセ]]セ]]セ]@
xy
セ{lZ@
X2 - (l: X)2 I n[L: Y)2 In]rxy : koefisien korelasi variabel
x
dengan variabel yIXY : jumlah hasil perkalian skor
x
dan skor yangIX : jumlah nilai dari tiap butir
l._Y : jumlah nilai konstan yang di peroleh individu
n : jumlah subjek penelitian
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur
yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang
konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap hal yang sama.
Untuk mengestimasi reliabilitas dari skala yang telah dibuat oleh penulis
adalah menggunakan teknik Alpha Cronbach. Adapun dalam
3.6.1 Uji Persyaratan
1. Uji Homogenitas
Homogenitas berkaitan dengan isi dari suatu tes. Tes yang bermaksud
mengukur suatu aspek seharusnya terdiri dari suatu item-item yang juga
mengukur hal yang sama. Semakin homogen item-itemnya, maka
koefisien reliabilitas tes tersebut akan semakin tinggi pula. Sebaliknya
semakin heterogen item-item tes, maka reliabilitasnya juga akan
berkurang karena hal tersebut berarti mengukur beiberapa hal sekaligus
yang tidak berkaitan.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang terclistribusi secara
normal maka perhitungan datanya menggunakan metode statistik
parametrik. Sebaliknya data yang terdistribusi tidak normal perhitungan
datanya menggunakan metode statistik non-parametril<.
3.6.2 Analisis Korelasi
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan/
korelasi antara variable bebas (persepsi tentang jerawat) dan variabel terikat
(kepercayaan diri remaja akhir), dan mengetahui apakah hubungan antara
4.1 Gambaran Umum Responden
[image:57.595.29.435.137.552.2]Penelitian ini dilakukan di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi tingkat SMA. Jumlah populasi responden secara keseluruhan 47 siswa berusia 16-18 tahun yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Tabel 4.1
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia1 No Kategori
1 Laki-laki
2 Perempuan
Total
4.2 Presentasi Data
4.2.1 Uji lnstrumen Penelitian1. Uji Validitas
Usia Jumlah Presentase
16 ·10 21,3%
17 ·10 21,3%
18 3 6,4%
16 13 27,6%
17 8 17%
18 3 6,4%
47 100%
a. Hasil Pengujian lnstrumen Persepsi Tentang Jerawat
SMA di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Skala ini terdiri dari 50 item, untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel: 0,288. Setelah diuji validitasnya diperoleh hasil bahwa 33 item valid dan 17 item ァオセQオイN@
Tabel 4.2
Blue Print Hasil Try Out Skala Persepsi Tentang Jerawat
Item Variabel Aspek lndikator
Favorabel Unfavorable Persepsi Kognitif
·"
Kesadaran; 2*, 7*, 9*1 3*, 5*, 18*,individu secara 21*. 25, 20*
sadar 50*
mempersepsikan jerawat dengan panca inderanya
h lngatan; individu 10*,13*,17, 1*, 26, 29*,
mempersepsikan 39*, 45 31*.48* jerawat
berdasarkan pengalamannya
." Proses informasi; 4*, 12*, 19*, 11 *, 24*, 37*,
individu 27*,36*.44 49*
menginterpretasi kan jerawat dari apa yang diperoleh panca inderanya
2:
10
10
[image:58.595.20.436.155.715.2]Atensi " lntensitas; 6, 8*, 32, 14*, 28, 33, 10
seberapa fokus 41* 34,35,46
(sepenuh/ separuh hati) individu terhadap
mempersepsikan jerawat
"' Keterbatasan; 16, 22, 30, 15*, 23, 28*, 10
kemampuan 42, 43* 40*, 47*
individu dalam mengatasi masalah jerawat
L: 26 24 50
Ket:* valid
[image:59.595.20.437.142.659.2]Dalam penelitian ini, item untuk skala persepsi tentang jerawat yang dipakai adalah item yang valid yaitu sebanyak 33 item.
Tabel 4.3
Blue Print Penelitian Skala Persepsi Tentang Jerawat
Item
Variabel Aspek lndikator L:
Favorabel Unfavorable Persepsi Kognitif
"
Kesadaran; 2,6, 18,33 3, 5, 8, 15, 9individu secara 17
sadar
" lngatan; individu
9, 12,26
1, 20, 21, 22
7
mempersepsikan jerawat
berdasarkan pengalamannya
}> Proses informasi;
4, 10, 11,
19,24
9
individu
16, 23, 29,
menginterpretasi32
kan jerawat dari apa yang diperoleh panca inderanya
Atensi " lntensitas;
7
13, 27, 31
4
seberapa fokus (sepenuh/ separuh hati) individu dalam
mempersepsikan jerawat
"' Keterbatasan;
28
14,25, 30
4
kemampuanindividu dalam mengatasi masalah jerawat
b. Hasil Pengujian lnstrumen Kepercayaan Diri
Data skala kepercayaan diri diperoleh dari 47 siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 16-18 tahun tingkat
SMA/sederajat di Yayasan Patriot Pendidikan Bekasi. Skala ini terdiri dari 50 item, untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel:0,288. Setelah diuji validitasnya
[image:61.595.40.432.167.625.2]diperoleh hasil bahwa 36 item valid dan 14 item gugur. Table4.4
Blue Print Hasil Try Out Skala Kepercayaan Diri
Item
Variable Aspek lndikator L
Favorable Unfavorable Kepercayaan Kognitif Meliputi 3*1 7*, E>*,17*, 18*, 22
diri penilaian 15*, 16*, :26, 34, 37, kinerja relatif 23*, 25*, 39*, 43*, seseorang 27, 31*, 47,49 terhadap 33*, 42*,
standar yang 44*, 50
I/
absolut danAfektif Meliputi 1*, 4*, 20, 8, 9, 21*, 14 perasaan 24*, 35*, 38*, 45*,
nyaman, 36* 46*, 48*
antusias dan kurang cemas ketika akan
melakukan aktivitas
Tingkah Kesiapan 2, 11*, 5*, 10*, 12*, 14 laku seseorang 13*, 19, 14, 29, 32*,
untuk terlibat 28*, 30* 40*, 41* dalam suatu
kegiatan, cenderung ditampilkan dalam cara bertindak, gaya
interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan
セ@ 24 26 50
Ket:* valid
Tabel 4.5
Blue Print Penelitian Skala Kepercayaan Diri
Variable Aspek lndikator - - I tern L:
Favorable Unfavorable Kepercayaan Kognitif Meliputi 2, 6, 11, 5, 13, 14, 15
diri penilaian 12, 17, 28, 32
kinerja relatif 19, 22, seseorang 24, 31, 33 terhadap
standar yang absolut dan perbandingan social
Afektif Meliputi 1, 18, 25, 3, 15, 16, 11 perasaan 26 :27, 34, 35,
nyarnan, 36
antusias dan kurang cemas ketika akan
melakukan aktivitas
Tingkah Kesiapan 8, 10, 20, 4, 7, 9, 23, 10
laku seseorang 21 29,30
untuk terlibat dalam suatu kegiatan, cenderung ditampilkan dalam cara bertindak, gaya
interaksi, dan pendekatan terhadap kegiatan
[image:63.595.37.433.155.684.2]1. Uji Reliabilitas
Untuk uji reliabilitas penulis menggunakan rumus alpha cronbach dengan bantuan SPSS for windows versi 11,5. Hasil yang diperoleh untuk skala persepsi tentang jerawat sebanyak 33 item dengan koefisien
reliabilitasnya adalah 0,9045 Begitu pula uji reliabilitasnya untuk skala kepercayaan diri sebanyak 36 item dengan koefisien reliabilitasnya adalah 0,9307. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r-hitung 0.323 lebih besar dari r-tabel pada taraf signifikansi a= 0,05 (0,288). Berdasarkan data tersebut berarti dapat dikatakan bahwa skala persepsi tentang je!rawat dan skala kepercayaan diri yang digunakan sebagai ala! ukur dalam penelitian ini memiliki kehandalan reliabilitas yang sangat baik.
4.2.2 Uji Persyaratan 1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk menguji 2 data lebih k'elompok data sampel yang berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama. Jika angka signifikan (SIG)> 0,05 berarti varians dari data tersebut homogen atau sama (Silmiyanita, 2003). Uji ini dilakukan dengan menggunakan One Way Anova.
skala kepercayaan diri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa varians dari data tersebut homogen atau sama. (lihat tabel 4.6)
2. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil perhitungan yang penulis lakukan dengan
menggunakan SPSS versi 11,5, menyatakan bahwa untuk skala persepsi tentang jerawat, angka Sig. l<0lmogorof-Smirnov adalah 0,919> 0,05 (taraf signifikansi yang ditetapkan) maka distribusi data untuk persepsi tentang jerawat adalah normal, dan untuk variabel kepercayaan diri angka signifikansinya adalah 0,810> 0,05 (taraf signifikansi yang ditetapkan), maka distribusi data untuk kepercayaan diri juga normal. (lihat label 4. 7)
Pada uji normalitas kurva normal Q Q-plot (dalam lampiran) terlihat sebaran data dari variabel persepsi tentang jerawat dan kepercayaan diri saling berdekatan dan menempel di sekitar garis uji, terlihat pula hanya beberapa data yang terletak jauh dari sebaran data, dengan demikian data tersebut dikatakan normal.
4.2.3 Analisis Korelasi
korelasi product moment ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel, untuk menghitungnya dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11,5.
Dari hasil penghitungan yang disajikan pada tabel 4.10, diketahui bahwa nilai r hitung yang didapat adalah sebesar 0,323 Sementara nilai r tabel dengan N 47 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0.288. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima jika r hitung < r tabel. Karena nilai r hitung yang dihasilkan (0,323) > r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.288) maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri ditolak. Dengan demikian hipotesisi alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang jerawat dengan kepercayaan diri remaja akhir diterima.
4.2.4 Deskripsi Hasil Penelitian
1. Gambaran Persepsi Tentang Jerawat
Untuk menentukan tingkat persepsi remaja tentang jerawat penulis
dengan baik meskipun berjerawat. Untuk kategori remaja yang memliki persepsi yang netral terhadap jerawat yaitu rernaja ケ。ョQセ@ merasa kurang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya (berjerawat) namun ia tetap berusaha untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik, sedangkan untuk kategori remaja yang memliki persepsi yang negatif terhadap jerawat yaitu remaja yang merasa tidak puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya, merasa malu atau tal<Ut diejek serta tidak dapat melakukan aktivitasnya.
Penulis menggunakan kategori jenjang (data ordinal). Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang tepisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur, misalnya dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke baik, dari negatif ke positif dan semacamnya. Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala persepsi yang terdiri dari 33 item yang setiap itemnya diberi nilai 1 sampai 4. Dengan demikian skor yang rnungkin diperoleh tiap subjek berkisar 33-132. Skor terendah adalah 33 (hasil dari 33x1) dan
Mean teoritis
Median
= (33x2) + (33x3)/2
= (66 + 99)/2 = 82,5
= 82,5 - 16,5= 66 = 82,5 + 16,5 = 99
Interval Kategori
x :.566 Negatif
66:.5x<99 Netral
99 $ x Positif
Table4.8
[image:68.595.45.439.132.523.2]80=16,5
Kategorisasi Skor Skala Persepsi Tentang Jlerawat -·
Kategorisasi Frekuensi Presentase
Negatif
-
-Netral 35 74%
Positif 12 26%
Total 47 100%
penampilan fisiknya, tidak merasa malu atau takut diejek serta dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
2. Gambaran Kepercayaan Diri
Untuk menentukan tingkat kepercayaan diri dalam kategori tinggi, sedang dan rendah, penulis menggunakan kategori jenjang (data ordinal)
berdasarkan indeks kepercayaan diri (tercantum dalam kajian teori). Dalam menentukan jenjang tersebut adalah skala persepsi yang terdiri dari 36 item yang setiap itemnya diberi nilai 1 sampai 4. Dengan demikian skor yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar 36-144. Skor terendah
adalah 36 (hasil dari 36x1) dan skor tertinggi 144 (hasil dari 36x4). Skor tertinggi menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan skor terendah mengindikasikan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Luas jarak sebarannya menjadi 144-36=108, sedangkan standar deviasinya bernilai 108/6= 18
Mean teoritis
Median
= (36x2) + (36x3)/2 = (72 + 108)/2
=
90=90-18=72
= 90 + 18= 108
Interval Kategori
x セ@ 72 Rendah
72 セ@ x < 108 Sedang
108 セ@ x Tinggi
Table 4.9
Kategorisasi Skor Skala Kepercayaan Diri
Kategorisasi Frekuensi presentase
Rendah -
-Sedang 27 57%
Tinggi 20 43%
Total 47 100%
[image:70.595.42.442.132.499.2]Gambar
Dokumen terkait
Ketidak puasan dalam penampilan fisik merupakan masalah yang rumit bagi perkembangan remaja perempuan yang menyebabkan remaja memiliki kepercayaan diri dan konsep diri yang
Dengan adanya dukungan sosial orangtua maka remaja penderita thalassemia cenderung dapat menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif Jersild (dalam
Ditambahkan oleh Surya (2009) menyatakan bahwa seseorang akan percaya diri ketika orang tersebut merasa puas melihat bentuk tubuhnya, maka body image yang
EDKZD IDNWRU \DQJ PHPHQJDUXKL FLWUD GLUL DGDODK NHSHUFD\DDQ GLUL \DLWX SHUDVDDQ SRVLWLI SDGD GLUL.. VHVHRUDQJ PHUDVD \DNLQ EDKZD SULEDGL WHUVHEXW EHUKDUJD GDQ XQLN +DO
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat korelasi positif antara kepercayaan diri dengan citra diri pada remaja akhir.Semakin tinggi
Berdasarkan hasil pengukuran, analisis data dan pembahasan variabel penelitian, maka ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai “hubungan antara persepsi komunikasi interpersonal remaja dalam keluarga dengan kepercayaan
No Tahap Perkembangan Dampak Terhadap Remaja Efek Terhadap Orang Tua pendiam dapat menjadi lebih agresif, mungkin pula timbul jerawat baik pada remaja laki-laki maupun