• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA

Norita

1

, Eka Malfasari

1

1

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru Email: Mizzeka18@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Jerawat (akne vulgaris) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh inflamasi kronik dari unit pilosebasea yang ditandai pembentukan komedo, papul, pustul, nodul yang bisa tumbuh di daerah wajah, punggung, dada, lengan, kaki yang menyebabkan terjadinya perubahan citra diri pada remaja. Remaja yang memiliki pandangan positif terhadap munculnya jerawat yang dialami maka akan membentuk citra diri positif, sedangkan remaja yang memiliki pandangan negatif terhadap munculnya jerawat maka akan terbentuk citra diri negatif. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain penelitian korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional. Sampel penelitian terdiri dari 183 siswa-siswi kelas X dan XI, terdiri dari 64 siswa dan 119 siswi. Metode pengambilan sampel adalah stratified random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2016. Analisis yang digunakan adalah uji statistk Chi-Square. Hasil: Ada hubungan signifikan antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja dengan nilai ρ value= 0,000, (ρ<0,05), dan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 16.800 dengan CI (Confidence Interval)7.639 - 36.94. Diskusi: Orangtua atau keluarga dan lingkungan sekolah seperti guru sebagai orang terdekat remaja di sekolah, agar memberikan hal- hal positif dan merespon dukungan disetiap perubahan yang terjadi, terutama perubahan pada wajah, karena respon dari orang-orang terdekat meningkatkan citra diri remaja.

.

Kata kunci: Jerawat (Akne Vulgaris), Citra Diri, Remaja.

ABSTRACT

Introduction: Acne (acne vulgaris) is a disease caused by chronic inflammation of the pilosebaceous unit marked the formation of comedones, papules, pustules, nodules that may grow on the face, back, chest, arms, legs caused by the change in adolescent self-image. Teenagers who have a positive view of the appearance of acne experienced it will form a positive self-image, while teenagers who have a negative view of the appearance of acne it will form a negative self-image. Methods: The purpose of this study to determine the relationship between acne (acne vulgaris) with self-image in adolescent.

This type of research is quantitative research design correlation using Cross-Sectional approach. The study sample consisted of 183 students of class X and XI, consisting of 64 students and 119 female students. The sampling method is stratified random sampling. The research was conducted in June 2016. The analysis used was Chi-Square test Stats. Results: There was a significant association between acne (acne vulgaris) with self-image in adolescent with ρ value = 0,000, (ρ <0.05), and the value OR (Odds Ratio) of 16,800 with CI (Confidence Interval) 7639 - 36.94.Discussion: Parents or family and school environment, such as teachers as those closest to adolescents in schools, in order to give positive things and respond to every support those changes, particularly changes to the face, because the response from the people closest to enhance the adolescent self-image.

Keywords: Acne (acne vulgaris), Self Image, Youth.

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja dalam perjalanan hidup kita adalah suatu periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa (Glasier, 2006). Hasil

sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar

237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah

remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak

32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan

sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (BKKBN,

2011).

(2)

Hasil penelitian menunjukkan sekitar 90 % dari seluruh remaja mengalami jerawat dalam derajat yang berbeda-beda dan 20 % memerlukan pertolongan dokter, pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat estetis, sehingga perlu diperhatikan dampak psikososial pada remaja yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, prestasi sekolah dan juga pekerjaan (Soetjingsih, 2010).

Penelitian Lestari dkk (2012) yang dilakukan kepada 10 siswi, 7 siswi (70%) mengalami jerawat. Terdapat 5 siswi (50%), diantaranya tidak mengalami gangguan citra diri dan terdapat 2 siswi (20%), diantaranya mengalami gangguan citra diri. Jumlah siswi yang tidak mengalami jerawat sebanyak 3 siswi (30%), terdapat 2 siswi (20%), diantaranya mengalami gangguan citra diri dan terdapat 1 siswi (10%) tidak mengalami gangguan citra diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SMA Negeri I Bergas mempunyai citra diri positif, yaitu sejumlah 79 dari 90 responden (87,8%), dan sebagian remaja putri di SMA Negeri I Bergas mempunyai citra diri negatif sejumlah 11 dari 90 responden (12,2%).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 Maret 2016 di SMK PGRI Pekanbaru, jumlah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI sebanyak 451 orang dan yang berjerawat 350 orang. Dari hasil wawancara dengan 20 orang siswa-siswi yang memiliki jerawat dilakukan wawancara yang terdiri 10 orang siswa dan 10 orang siswi dari hasil wawancara tersebut 7 orang siswa (70%) dan 10 orang siswi (100%) mengatakan malu dan minder ada jerawat diwajahnya, merasa ada yang berubah terutama citra dirinya karena ketidaknyamanan disekitar wajah dan tidak sama seperti teman sebayanya yang tidak mempunyai jerawat, dan mereka juga mengatakan selalu ingin menutupi jerawat yang ada di wajah mereka dan berusaha untuk menghilangkannya, dan 3 orang siswa (30%) lainnya mengatakan tidak merasa malu dan minder, mereka juga mengatakan jerawat tidak mempengaruhi penampilan mereka. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMK PGRI Pekanbaru terkait dengan

“Hubungan antara Jerawat (Akne Vulgaris) dengan Citra Diri Pada Remaja di SMK PGRI Pekanbaru tahun 2016”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi cross sectional.

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SMK PGRI Pekanbaru dan Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusan proposal sampai dengan presentasi hasil. Populasi merupakan seluruh subjek atau objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah jumlah siswa-siswi kelas X dan XI SMK PGRI Pekanbaru yang berjerawat yaitu sebanyak 350 orang. Besar sampel diambil berdasarkan rumus didapatkan sampel sebanyak 183 orang.

Instrumen yang digunakan untuk melihat variabel jerawat pada remaja adalah dengan menggunakan observasi pada responden penelitian. Untuk mengetahui tingkat jerawatnya yang bersumber dari bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris Instrumen yang digunakan untuk melihat variabel citra diri adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Soal terbagi menjadi 2 jenis yaitu favorabel dan unfavorabel. Favorabel adalah jenis soal yang menjelaskan tentang hal-hal positif, sedangkan unfavorabel adalah jenis soal yang menjelaskan tentang hal-hal negatif. Instrumen yang digunakan telah dilakukan uji validitas terhadap 20 responden dengan jumlah pertanyaan 20 soal dan dilakukan di SMAN 2 Pekanbaru.

Pertanyan yang valid adalah 15 pertanyaan dan instrumen ini sudah reliable karena r hitung lebih besar dari r tabel (cronbach’s alpha 0,946

> r tabel 0,468.

HASIL

Setelah dilakukan pengolahan data dengan cara pembagian angket kuesioner, maka didapatkan hasil dalam bentuk tabel 1-4 sebagai berikut :

Tabel 1.

Distribusi frekuensi umur remaja

Umur n %

Usia 11-14 (remaja awal) 4 2,1 % Usia 15-17

(remaja menengah)

179 97,9%

Jumlah 183 100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183

responden, kelompok usia responden terbanyak

adalah pada rentang usia 15-17 tahun (remaja

menengah) yaitu sebanyak 179 responden

(97.9 %).

(3)

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Remaja

No Jenis Kelamin n %

1 Laki – laki 64 35 %

2 Perempuan 119 65 %

Jumlah 183 100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 183 responden, jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebesar 119 responden (65.0%).

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi

Jerawat (Akne Vulgaris) pada Remaja No Jerawat pada Remaja n %

1 Ringan 110 60,1 %

2 Berat 73 39,9 %

Jumlah 183 100 %

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 183 responden, jerawat (akne vulgaris) pada remaja yang terbanyak adalah jerawat ringan yaitu sebesar 110 responden (60.1%).

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Citra Diri Remaja Citra Diri pada Remaja Frek Persent 1. Positif

2. Negatif

93 50.8 % 90 49.2 % Jumlah 183 100 %

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 183 responden, citra diri pada remaja yang terbanyak adalah citra diri positif yaitu sebesar 93 responden (50.8%).

Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (Jerawat) dan variabel dependen (Citra Diri pada Remaja) dengan uji statistik chi square dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5.

Hasil analisis Bivariat

Jerawa t

Citra Diri

Jumlah

OR ρ Value Positif Negatif

n % n % n %

Ringan 30 27.3% 80 72.7% 110 60,1% 16.800 (7.639- 36.949)

0,000 Berat 63 86.3% 10 13.7% 73 39,9 %

Jumlah 93 50.8% 90 49.2% 183 100 %

Hasil analisis hubungan antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja diperoleh bahwa dari 110 responden yang berjerawat ringan, citra diri negatif lebih banyak dari citra diri positif, dan dari 73

responden yang berjerawat berat, didapatkan citra diri yang positif lebih banyak dari citra diri negatif. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai ρ= 0,000 dan nilai signifikan lebih kecil dari 5% (ρ = 0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja, dengan nilai OR = 16.800 dan CI (Confidence Interval) 7.639 – 36.949 artinya responden yang memiliki jerawat berat 16.800 kali akan memiliki citra diri positif dibandingkan responden yang memiliki jerawat ringan.

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden a. Usia

Berdasarkan tabel 1 karakteristik usia responden kelompok usia terbanyak adalah responden dengan kelompok usia 15-17tahun (remaja menengah) yaitu sebanyak 179 responden (97.9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Wasitaatmadja, (2009) yang menyatakan bahwa, umumnya insiden akne vulgaris terjadi pada sekitar umur 15-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Fulton, (2009) yaitu, akne pada remaja biasanya dimulai pada masa pubertas, ketika gonad mulai memproduksi dan melepaskan lebih banyak hormon androgen.

Yuindartanto, (2009) dalam Manarisip et al, (2015), menjelang dewasa tubuh mengalami berbagai penyesuaian fisik, social dan psikologi yang pada umumnya disebabkan oleh hormone dimana salah satunya adalah hormon androgen.

Hormon androgen merupakan hormon yang berperan aktif dalam merangsang tubuh untuk berbagai perubahan dan penyesuaian, kadar hormon androgen meningkat dan mencapai puncak pada umur 18-20 tahun. Kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hyperplasia dan hipertrofi dari glandula sebasea sehingga dapat memicu timbulnya kejadian akne vulgaris.

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan

bahwa usia remaja sangat besar pengaruhnya

terhadap timbulnya jerawat, dimana pada usia

ini kelenjar endokrin mengeluarkan hormon

androgen, estrogen, dan progesteron yang tidak

stabil. Timbulnya jerawat ini membuat sebagian

besar orang khususnya usia remaja selalu

(4)

merasa kurang percaya diri terhadap penampilannya.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 2 karakteristik jenis kelamin dalam penelitian ini paling banyak perempuan, karena jumlah siswi perempuan yang memang lebih besar dari jumlah siswa laki-laki yaitu 119 siswi (65.0%). Menurut Khoeriyah, (2010) dalam Manarisip et al, (2015) menjelaskan, sepanjang kehidupan perempuan kadar hormon androgen yang disebut sebagai penyebab jerawat, kadarnya relatif tidak turun secara drastis. Hormon androgen ini berasal dari suatu mekanisme perubahan lemak, khususnya kolesterol. Efek kerja kelenjar sebum mulai berkurang pada wanita saat menjelang menopause. Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak saat seseorang mencapai masa pubertas. Yuindartanto, (2009) menyebutkan bahwa, kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari glandula sebasea sehingga dapat memicu timbulnya kejadian akne vulgaris.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari Ruswan, (2001) dalam Ramdani, (2015) mengatakan bahwa jenis kelamin menentukan kualitas pengetahuan tentang jerawat sehingga dikatakan bahwa laki-laki memiliki pengetahuan yang lebih tinggi daripada perempuan mengenai masalah jerawat. Hal ini disebabkan laki-laki memilki kesadaran yang lebih tinggi untuk mencari informasi dan pelayanan kesehatan dalam masalah jerawat.

Peneliti berasumsi bahwa jenis kelamin berhubungan erat dengan timbulnya jerawat yang berpengaruh terhadap citra diri seseorang, khususnya dalam penelitian ini adalah jenis kelamin perempuan. Hormon pada remaja yang meningkat drastis dan kadang tidak stabil menjadi salah satu pemicu munculnya jerawat, terutama kaum remaja perempuan yang lebih memperhatikan dan mengutamakan penampilannya terkadang merasa malu dan tidak percaya diri dengan jerawat yang muncul di wajah. Wajah bagi remaja perempuan bernilai penting yang berkaitan dengan pengembangan citra diri nya. Dengan kualitas pengetahuan yang baik maka akan timbul sikap yang baik terhadap jerawat.

c. Jerawat (Akne Vulgaris) pada Remaja Tabel 3 menginterpretasikan bahwa 183 responden remaja yang berada di SMK PGRI Pekanbaru, mayoritas responden memiliki jerawat ringan yaitu sebesar 110 responden (60,1%). Faktor hormon pada usia remaja umumnya sangat berpengaruh, salah satu diantaranya adalah timbulnya jerawat.

Mayoritas remaja adalah dengan jerawat pada gradasi ringan. Remaja pada umumnya remaja yang memiliki jerawat ringan lebih memperhatikan penampilan dan bentuk tubuhnya serta segala perubahan yang terjadi, sehingga mampu melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan perubahan fisik yang timbul terhadap tubuhnya, diantaranya

melakukan perawatan wajah,

membersihkanmuka demi mempercantik atau memperindah penampilan (Gurriannisha, 2010).

Menurut Fleischer, (2006) dalam Fransisca, (2012) mengatakan bahwa, akne dapat muncul dalam segala usia tetapi pengaruh hormonal yang membuatnya lebih sering muncul pada masa remaja. Selain itu, banyak faktor yang memicu terjadinya akne, terutama akne vulgaris, yang justru terjadi pada masa remaja.

Misalnya makanan dengan lemak tinggi, karbohidrat dan jumlah kalori tinggi, aktifitas fisik meningkat, kotoran, polusi udara, penggunaan kosmetik yang salah, penggunaan obat dan minuman terlarang, stres dan lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa jerawat rentan muncul di usia remaja karena selain faktor hormonal juga dipengaruhi oleh aktifitas dan gaya hidup.

Munculnya jerawat pada masa remaja bisa

menyebabkan dampak yang besar pada aspek

psikologis dan pengembangan citra diri remaja

tersebut sehingga cenderung rendah diri karena

merasa malu,danremaja yang memiliki jerawat

ringan mayoritas lebih memperhatikan

penampilan dan bentuk tubuhnya serta segala

perubahan yang terjadi, sehingga mampu

melakukan berbagai upaya untuk

meminimalkan perubahan fisik yang timbul

terhadap tubuhnya. Terdapat pengaruh

signifikan antara kebiasaan membersihkan

wajah terhadap kejadian munculnya jerawat

dengan jerawat ringan. Semakin sering

seseorang membersihkan wajah maka semakin

rendah angka kejadian jerawat karena

membersihkan wajah secara teratur dapat

mengurangi minyak yang berlebih serta

(5)

mengangkat sel mati pada wajah, pembersihan bertujuan untuk mengangkat minyak, debu, serta kotoran yang menempel pada kulit sebagai penyebab munculnya jerawat.

d. Citra diri pada Remaja

Tabel 4. dapat dilihat bahwa dari 183 responden yaiu remaja yang berada di SMK PGRI Pekanbaru, mayoritas responden memiliki citra diri positif 93 responden (50,8%). Menurut Willis, (2005) dalam Ithut, (2013) mengatakan bahwa pada masa remaja, sikap individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik berupa timbulnya akne vulgaris. Individu yang mengalami masalah akne vulgaris seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan citra diri, harga diri, keyakinan terhadap diri sendiri, pergaulan sosial dan kemurungan. Masalah akne vulgaris sering terjadi pada bagian muka, belakang badan dan dada.

Penelitian yang dilakukan oleh Rini, (2007) dalam Malem, (2013) salah satu ciri remaja adalah memperhatikan penampilannya, bagi seorang remaja kebaikan atau kejelekan penampilan merupakan hal yang penting.

Remaja yang berjerawat biasanya selalu membandingkan dirinya dengan teman sebayanya yang tidak memiliki jerawat sehingga cenderung merasa malu dan rendah diri. Remaja yang memiliki pandangan positif terhadap munculnya jerawat yang dialami maka akan membentuk citra diri yang positif.

Menurut Cash, (2004) dalam Ithut, (2013) mengatakan bahwa citra diri seseorang itu dapat dilihat dari evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau tidak memuaskan. Selain itu dapat dilihat melalui orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa timbulnya jerawat baik ringan maupun berat sangat mempengaruhi citra diri seseorang.

Remaja yang memiliki jerawat berat apabila mampu menerima keadaannya dan memiliki pandangan positif maka akan membentuk citra diri yang positif pula, sebaliknya remaja yang tidak bisa menerima keadaannya dan memiliki pandangan negatif terhadap dirinya maka akan

membentuk citra diri yang negatif sehingga berpengaruh pada psikologisnya.

2. Analisa Bivariat

Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 110 responden yang berjerawat ringan, citra diri negatif lebih banyak dari citra diri positif, dan dari 73 responden yang berjerawat berat, didapatkan citra diri yang positif lebih banyak dari citra diri negatif. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ= 0,000 dan nilai signifikan lebih kecil dari 5% (ρ= 0,000 <0,05) maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja, dengan nilai OR= 16.800 dan CI (Confidence Interval) 7.639- 36.949 artinya responden yang memiliki jerawat berat 16.800 kali akan memiliki citra diri positif dibandingkan responden yang memiliki jerawat ringan.

Penelitian Defi, (2014) mengatakan bahwa remaja yang memiliki jerawat berat sudah memiliki cara pandang yang baik terhadap dirinya sehingga memiliki citra diri yang baik.

Remaja yang berjerawat tetap merasa percaya diri, tidak terpengaruh pada keadaan fisiknya dan remaja yang memiliki jerawat berat memiliki mekanisme koping yang baik sehingga jerawat dianggap suatu hal yang tidak berarti. Sebagian responden yang memiliki gradasi jerawat berat beranggapan bahwa perawatan wajah berjerawat membutuhkan biaya yang mahal, jadi responden memutuskan untuk menerima dan mensyukuri keadaan wajah berjerawat.

Jerawat berat merupakan suatu penyakit kulit yang biasanya muncul disekitar wajah, bahu, punggung secara berlebihan dan tidak terkontrol pertumbuhannya. Sebagian besar remaja yang memiliki jerawat dengan gradasi berat memiliki citra diri positif. Hal ini dapat terjadi karena remaja mampu beradaptasi secara sosial dan adekuat terhadap perubahan pada tubuhnya, mereka mampu menerima dan menyadari bahwa pada masa remaja segala perubahan dapat terjadi terutama perubahan dari segi fisik, seperti munculnya jerawat.

Sehinggaindividu dapat menerima dan melakukan penyesuaian diri dengan lebih baik (Agustiani, 2006).

Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Ridwan, (2010)

(6)

menjelaskan bahwa remaja dengan citra diri yang positif memandang bahwa perubahan yang terjadi pada diri mereka adalah hal yang wajar dan dialami oleh setiap remaja yang lain, sehingga munculnya jerawat bukanlah suatu gangguan atau hal yang memalukan. Suatu saat mereka pasti pernah merasa malu dengan jerawat tersebut, akan tetapi mereka mempunyai mekanisme dan sumber koping yang baik, sehingga jerawat dianggap suatu hal yang tidak berarti, dan tidak setiap orang memandang kecantikan hanya dari ada dan tidaknya jerawat diwajah mereka. Hal ini juga di dukung oleh Perry & Potter, (2005) yang menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan tentang kesehatan yang baik dapat meningkatkan konsep diri.

Menurut Hurlock, (2006) dalam Ridwan, (2010) menjelaskan masa remaja adalah periode perubahan termasuk perubahan tubuh atau fisik, minat dan peran. Remaja yang memiliki citra diri yang negatif disebabkan karena mereka menganggap perubahan fisik yang terjadi seperti munculnya jerawat sangat mengganggu penampilan. Mereka menilai bahwa jerawat membuat wajah terlihat tidak cantik. Dan didukung oleh Suliswati, (2005) bahwa konsep diri dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya adalah perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan penyakit.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Mayoritas responden yang memiliki jerawat ringan yaitu sebanyak 110 responden (60,1%), dan yang memiliki jerawat berat yaitu sebanyak 73 responden (39,9). Mayoritas responden yang memiliki citra diri positif yaitu sebanyak 93 responden (50,8%) dan yang memiliki citra diri negatif yaitu sebanyak 90 responden (49,2%).

Dari variabel-variabel yang diteliti yaitu antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja di SMK PGRI Pekanbaru, diperoleh nilai p-value 0,000 (P<0,05).

Saran

Penelitian ini telah membuktikan ada hubungan yang bermakna antara jerawat (akne vulgaris) dengan citra diri pada remaja, namun belum mendeskripsikan bagaimana pengaruh dari

karakteristik terhadap citra diri pada remaja.

Penelitian lanjutan tentang terapi pikososial untuk meningkatkan citra diri remaja karena berjerawat.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri. Bandung : PT. Refika Aditama.

BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 tahun): Ada apa dengan Remaja. Puslitbang Kependudukan:

BKKBN

Defi, A. (2014). Hubungan Body Image Perubahan Fisik pada Masa Remaja dengan Kepercayaan diri pada Remaja kelas XI di SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobongan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses tanggal 20 Juli 2016

Fransisca, S. (2012). Faktor Risiko Akne Vulgaris di Kalangan Mahasiswa.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009, 2010, dan 2011. Universitas Sumatera Utara.

Diakses tanggal 13 Juni 2016

Fulton, J. (2012). acne vulgaris.

http://emedicine.medscape.com/article di akses 5 Maret 2016

Gurriannisha, R. (2010). Gambaran Tingkat

Pengetahuan Dan Sikap

Siswa Sma Negeri 5 Medan Terhadap Jerawat. Universitas Sumatera Utara.

Diakses tanggal 13 mei 2016

Ithut. (2013). Gambaran Citra Diri Remaja Yang Mengalami Overweight Di SMPN 1

Bareng Jombang.

http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/i ndex.php/S1Kep/issue/view/5

Lestari, P. & Rosidi, I. (2012). Gambaran Citra Diri Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Bergas. STIKes Ngudi Waluyo. Diakses tanggal 15 Februari 2016.

Manarisip et al, (2015). Hubungan Stres

Dengan Kejadian Acne Vulgaris Pada

Mahasiswa Semester V (Lima) Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

(7)

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1 diakses tanggal 20 juni 2016

Malem, T. (2013). Hubungan akne vulgaris dengan konsep diri pada remaja putri di SMK Panca Budi Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 24 Juni 2016 Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan. Jakarta: EGC

Ramdani, M. (2015). Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri 21 Makassar tentang Akne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

repository.unhas.ac.ac.id:4001/digilib/file

/ diakses tanggal 30 Juni 2016

Ridwan, A, (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Konsep Diri Remaja yang mengalami jerawat (Akne Vulgaris). Jurnal AKP No. 1 diakses tanggal 30 Juni 2016

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :EGC

Yuindartanto, A. (2009). Acne Vulgaris.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. http://repository.ui.ac.id/

diakses tanggal 26 Juni 2016

Referensi

Dokumen terkait

Kearifan lokal menjadi bagian dari budaya yang dipercayai dalam suatu. komunal secara turun temurun.Kearifan lokal tidak hanya menyangkut tata

Perencanaan produktivitas adalah suatu tahap yang menentukan program peningkatan produktivitas , dengan adanya perencanaan yang baik maka... suatu perusahaan dapat menelusuri

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Bioavailabilitas Karotenoid Ekstrak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) pada Hati Dan Plasma Tikus adalah karya saya dengan arahan dari

Sedangkan dasar hukum presiden sebagai kepala pemerintahan dapat di lihat pada pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI tahun 1945 yang menentukan bahwa :” Presiden Republik Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi membilang benda 1-10 melalui pemanfaatan media grafis pada siswa tunagrahita kelas

Despite the importance of cassava as a staple food, there is limited information on the effectiveness of different processing techniques in reducing total cyanogens contents of a

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kegiatan guru memfasilitasi proses pembelajaran matematika berparadigma pedagogi reflektif yang terjadi selama empat kali

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa