• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disintegrasi umat Islam: study tentang keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia abad XI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disintegrasi umat Islam: study tentang keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia abad XI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ABAD XI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Sarjana Humaniora

(S.Hum)

Disusun Oleh: Trisna Ernawati NIM: 107022001292

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 15 Agustus 2011

(5)

ii

TRISNA ERNAWATI

DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI

Penelitian ini menemukan bahwa kehancuran Islam di Andalusia disebabkan oleh pertikaian sesama mereka, di mulai dari konflik perseteruan antar suku yang dilakukan oleh kaum Berber dengan bangsa Arab, suku Mudar dengan suku Yaman, perebutan kekuasaan oleh para elite penguasa, sampai pada hubungan tidak harmonis antara Ulama dan pemerintah.

Akibat dari kondisi dan situasi terpecah inilah memberi kesempatan kepada musuh untuk bangkit, menyusun kekuatan, untuk merebut kekuasaan yang selama ini mereka pegang, yang pada akhirnya pada tahun 1492 Umat Islam di Andalusia terusir.

(6)

iii

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji serta syulur kehadirat Ilahi Rabbi,

Dzat yang maha pengatur dan Pemberi Kemudahan, Allah SWT. Akhirnya, jerih

payah dan kesabaran menanti kepastian yang telah digoreskan Sang Penguasa

kehidupan telah terjawabkan, tanpa keridhoan dari-Nya mimpi ini tidak akan

pernah jadi kenyataan. Hanya Dia yang setia menemani ketika jiwa ini dalam

kerapuhan, fikiran, hati yang tersesat, kelelahan yang tiada tara, waktu yang terus

merongrong. Demi Dzat yang maha sempurna, penu;is tidak akan bisa bertahan

tanpa inayah dan hidayah dari-Nya.

Untaian shalawat dipersembahkan untuk Khatam Al-Nabiyyin, pemimpin sejati,

pembawa pesan cahaya Ilahi, Muhammad saw.

Di pengantar Skripsi ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang Tua tercinta; Ayahanda Dedi .M. Iskandar dan Ibunda Teti Hartati.

Terima kasih yang tulus, rasa ta’dzim dan hormat penulis haturkan atas

kesabaran, nasihat dan kasih sayang yang tiada pernah berujung. Adik-adik ku

Azis M. Fauzi dan Akbar M. Irsyadillah. Ini wujud ‘bangga’ untuk keluarga

dari ananda, semoga Allah selalu memberi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Amin.

2. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora

(7)

iv Islam

5. Drs. Saidun Derani, M.A, Selaku pembimbing dalam menyusun skripsi ini,

dan salah satu dosen yang memiliki komitmen dan loyalitas dalam mengajar

mahasiswa-mahasiswanya. Terimakasih atas bimbingan, masukan, saran dan

waktu luan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staff akademik Fakultas Adab dan Humaniora.

8. Kakak-kakak dan adik-adikku seperjuangan di SPI. Sahabat saya Mela, Ian,

Odading Club; Lara, Tatik, Riri , keluarga KKN Crew21, keluarga alumni

Al-Masthuriah 2007, serta teman-teman SPI 2007, semoga kita tetap menjaga

silaturahmi.

9. Seseorang yang selalu menikmati hangatnya secangkir teh mimpi, terimakasih

untuk support, perhatian, proses pendewasaan, kepekaan terhadap sekitar, dan

hal-hal yang belum pernah saya jamah. Semoga hidup jaya raya kita menjadi

bukti nyata.

10.Terimakasih kepada Organisasi HMI KOFAH, dan teman-teman LK1 2007.

Jakarta, 15 Agustus 2011

(8)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan penelitian ... 11

C. Tujuan ... 12

D. Kontribusi ... 12

E. Metodologi penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II MULUK AT-TAWAIF ... 16

A. Islam di Andalusia Dari Segi Historis ... 16

B. Latar Belakang Terjadinya Disintegrasi ... 22

C. Keadaan Sosial Umat Islam Dalam Masa Disintegrasi ... 81

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DISINTEGRASI ... 85

A. Kebangkitan Umat Nasrani ... 85

B. Dampak Social Setelah MunculnyaDisintegrasi ... 93

C. Faktor-faktor Penyebab Disintegrasi Umat Islam ... 130

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 138

(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Keruntuhan Umat Islam di Andalusia adalah hukum alam yang

memang harus diakui, teori perkembangan yang tak dapat dielakan oleh

manusia bahwa suatu negara akan tumbuh, dan berkembang kemudian

mencapai puncak kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara

perlahan akan mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Begitupun yang

terjadi di Andalusia yang kali ini lebih akrab di sebut Spanyol. Nama

Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada

bagian dari jazirah Iberia yang dahulu berada di bawah pemerintahan Muslim.

Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos,

ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di

Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus.

Andalusia merupakan salah satu tempat dimana Islam pernah berjaya,

pada abad ke 7 Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad disebut-sebut sebagai

tokoh pelaku yang membawa Islam masuk ke wilayah itu. Berawal dari

ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia, gerbang barat daya Eropa,

merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer

penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab. Serangan itu menandai

puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan

(10)

Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspedisi ke

Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer Abad

Pertengahan. Pengintaian pertama dilakukan pada bulan Juli 710 ketika Tharif,

orang kepercayaan Musa Ibn Nushair, gubernur terkemuka di Afrika Utara

pada Periode Umayah, mendarat di semenanjung kecil membawa bala tentara

berkekuatan seratus pasukan kavaleri dan empat ratus pasukan invanteri yang

terletak hampir diujung paling selatan benua Eropa. Semenanjung ini,

sekarang disebut Tarifa, sejak saat itu menyandang namanya, Jazurah

(kepulauan) Tharif. Musa, yang telah menguasai kegubernuran kira-kira sejak

700, berhasil memukul mundur pasukan Bizantium selamanya dari wilayah

barat Kartago dan perlahan-lahan meluaskan penaklukannya sampai ke

Atlantik, sehingga memberikan batu loncatan kepada Islam untuk menyerang

Eropa. Terdorong oleh keberhasilan Tharif dan melihat adanya konflik

penguasa di Kerajaan Spanyol Gothic Barat, juga didorong oleh hasrat untuk

memperoleh barang rampasan, bukan hasrat untuk melakukan, Musa

mengutus seorang budak Berber yang sudah dibebaskan, Thariq Ibn Ziyad,

pada tahun 711 ke Spanyol memimpin 7000 pasukan, yang sebagian besar

terdiri atas orang-orang Berber. Thariq mendarat dekat gunung batu besar

yang kelak mengabadikan namanya, Jabal (gunung) Thariq (Gibraltar).

Kapal-kapal mereka, menurut sejumlah riwayat, disediakan oleh Julian, pangeran

Ceuta, yang namanya cukup melegenda, meski lebar selat itu hanya sekitar

tiga belas mil.

Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan,

(11)

Barbate di pesisir laguna Janda. Roderick berhasil naik tahta setelah

menggulingkan pendahulunya, putera Witiza. Kendati berjumlah 25.000

orang, tentara Gothic barat bisa dikalahkan karena adanya pengkhianatan dari

musuh-musuh politik Roderick, yang dikepalai oleh Uskup Oppas, saudara

Witiza.1 Hadirnya Islam menjadi titik awal perubahan yang gemilang bagi

sejarah di negeri tersebut. Islam membuka suatu era baru dimana kebenaran

dan keadilan ditegakan, kebebasan beragama terjamin, bagi mereka beragama

Yahudi dan Kristen. Sendi-sendi dasar Islam ditegakkan demi membentuk

sebuah masyarakat yang soleh, pemerintahan yang adil dan mengayomi

masyarakatnya mewarnai masa kegemilangan ini. Kembali mengenang

kejayaannya di masa lampau, adalah Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abd

ar-Rahman I, seorang keturunan Bani Umayah yang kemudian meneruskan

pengibaran panji-panji Islam di Andalusia sebagai Emir of Andalus.2 Abd

ar-Rahman I melakukan restorasi politik dan kenegaraan bersamaan dengan

pembangunan infrastruktur kemasyarakatan. Salah satunya mengawali

pembangunan masjid Cordoba, taman-taman yang indah, jembatan-jembatan,

benteng-benteng. Andalusia adalah pusat peradaban dunia dalam kurun waktu

hampir 700 tahun lebih, kemakmuran dan kemegahannya diwarnai pula oleh

kemajuan pesat dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, teknologi, militer,

perekonomian, sehingga Spanyol yang kita kenal sekarang hanya pernah

benar-benar mencapai puncak kemajuannya selama masa pemerintahan Islam.

1

Philiph K Hitti, History of the Arab (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), hal 627-628

2

Scalles. Peter C, The fall of the caliphate of Córdoba: Berbers and Andalusis in conflict

(12)

Cordoba sebagai kota penting di Andalusia, merupakan kota termegah, terkaya

dan salah satu yang terbesar di dunia pada pertengahan.3 Hal ini sangat

berbeda dengan kota-kota Eropa lainnya, dimana bangsa Eropa pada saat itu

tengah dilanda kegelapan dan kebodohan.4 Apa yang menjadi kemajuan barat

pada saat ini adalah kontribusi besar kemajuan peradaban yang di tumbuhkan

masyarakat Islam di Eropa pada saat itu.5

Namun dibalik Kemakmurannya Islam disana bukan berarti tidak

mengalami hambatan dan masalah, banyak benih-benih kehancuran mulai

terlihat, diantaranya: Terjadinya pemberontakan-pemberontakan ditubuh

kerajaan itu sendiri, seperti pemberontakan yang dipimpin oleh sekelompok

orang yang pernah belajar dibawah bimbingan Imam Malik, yang juga

merupakan orang-orang yang menyebabkan al-Muwatha’Imam Malik diterima

secara luas di Andalusia. Ditambah para pemimpin yang saling guling

mengulingkan untuk memperebutkan tahta kerajaan,6 perseteruan antara antar

suku dan para ulama dengan pemerintah menjadi faktor-faktor timbulnya

Disintegrasi umat islam. Didukung kaum Nasrani yang menyatukan kekuatan

untuk menghancurkan umat Isla m di Andalusia. Ini menjadi hal menarik

untuk dikaji bagaimana Islam menguasai Andalusia hingga 7 abad kemudian

menjadi hancur akibat benih-benih perpecahan di dalam tubuh penguasa Islam

sendiri didukung dengan perlawanan yang dilakukan oleh umat Nasrani.

3

Ahmad Thomson dan Muhammad ’Ata’ Ur Rahim, Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), hal 46-48.

4

Bernard Lewis, The Arabs In History. Penerjemah Drs. Said Jamhuri (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994 ) hal 123

5

W. montgorry

6

(13)

Perpecahan yang terjadi timbul akibat konflik yang berkepanjangan,

diantara konflik itu adalah Perselisihan antar suku yang menjadikan rakyat

Andalusia tidak memiliki solidaritas social, kecuali dalam kalangan terbatas

sepersukuan, atau dalam batas etnis tertentu. Hal tersebut terlihat pada sifat

pemberontakan yang ditimbulkannya. Seperti pemberontakan suku-suku

Berber melawan suku-suku Arab, dan suku-suku Arab utara (Mudar) melawan

suku Arab Selatan (Yaman) yang timbul pada 740 M. Padahal mereka semua

seagama. Solidaritas keagamaan sama sekali. atau seakan-akan tidak dapat

menunjukkan keberadaannya. Atau jika solidaritas keagamaan itu menonjol di

kalangan mereka, maka hal tersebut terjadi pada waktu suasana damai antar

suku terjalin dengan baik. Dan jika suasana permusuhan antar suku mulai

menguasai keadaan, maka solidaritas keagamaan tidak mampu menahan

gejolak perasaan yang bersifat permusuhan itu lagi. Selain konflik perseteruan

antar suku, konflik di dalam tubuh kerajaan mewarnai hal-hal yang

mendukung hancurnya Islam ditanah Andalusia. diantaranya, Ketika

Andalusia dipimpin pada masa Hisyam II peran Khalifah sangat lemah,

kedudukan beliau tidak ubahnya seperti boneka, Hisyam yang pada saat itu

berumur 11 tahun, kekuasaan kerajaan di ambil alih oleh Ibunya yang

bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad

Ibnu Abi Amir.7 Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang

ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya

ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini

dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia

mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan

7

(14)

keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga

Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah.8

Hisyam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara,

tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca

gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam

kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar

putra Al-Mansur Billah pada tahun 1009 yang pada saat itu sempat

menggantikan kedudukan ayahnya. Setelah wafat Al-Muzaffar, Ia di gantikan

oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.9 Seiring

berjalannya waktu pergantian penguasa demi penguasa tidak membuahkan

hasil untuk menciptakan Andalusia yang damai, dari sinilah kerajaan muslim

di Andalusia mulai menunjukan tanda-tanda pembusukan yang kasat mata.

Badan politik kaum muslim terpecah dan terus terpecah belah dalam jangka

waktu lima belas tahun setelah kematian Al-Manshur, seluruh Andalusia telah

terbagi-bagi menjadi banyak sekali kerajaan kecil yang oleh orang Arab di

sebut Muluk Al-Thawaif,10 hal ini disebabkan partikularisme baik pribumi

atau ras menjadi salah satu pendorong terbentuknya kerjaan-kerajaan kecil

yang masing-masingnya mempunyai penguasa sendiri.11

Di Kordova keluarga Jahwariyah mengepalai sejenis Republik yang

pada tahun 1068 diambil alih oleh Bani Abbad di Seville, sejak saat itu

dominasi diantara Negara-negara muslim terletak di Seville, yang

8

Thomsond & Rahim, Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81

9

(15)

kedudukannya selalu dihubungkan dengan Kordova. Kemudian di Granada

terdapat pusat kekuasaan rezim Ziriyah, yang namanya diambil dari nama

pendirinya yang berkebangsaan Berber, Ibn Ziri. Rezim ini di hancurkan oleh

sekelompok Murabitun Maroko pada 1090. Inilah satu-satunya kota muslim

Spanyol yang di dalamnya seorang Yahudi, Wazir Isma’il ibn Naghzalah,

pernah memegang kekuasaan yang benar-benar kuat. Di Malaga dan

distrik-distrik sekitarnya, kekuasaan distrik-distrik Hamudiyah, yang pendirinya dan dua

penerusnya menjadi Khalifah di Kordova, berakhir sampai 1057. Serta

kekuasaan Ziriyah berakhir, Malaga akhirnya berada dibawah cengkraman

Murabitun. Di Saragosa, banu Hud berkuasa dari 1039 sampai di kalahkan

orang Kristen pada 1141, diantara raja-raja kecil ini, pemerintahan terpelajar

Abbadiyah di Seville adalah paling kuat yang merupakan cikal-bakal

datangnya Murabitun ke Andalusia.12

Semua kerajaan ini di pimpin oleh penguasa-penguasa yang berasal

dari berbagai macam suku bangsa dan golongan. Di samping itu, hal ini juga

mencerminkan adanya ketidakharmonisan etnik dan persaingan antar

kelompok militer yang dapat menimbulkan peperangan satu sama lainnya,

seringkali para raja-raja itu meminta bantuan orang-orang Kristen Trinitarian

yang tentunya amat senang hati membantu. Pada ketika itu kaum muslim

terpecah belah dan mulai mengukur diri mereka sebagai anggota dari

bangsa-bangsa yang berbeda, sebab perpecahan dari kalangan mereka ini, diiringi

dengan kepentingan kotor dan ambisi berlebih-lebihan dari beberapa Raja dari

12

(16)

mereka, dalam keadaan seperti ini orang-orang Kristen mampu menyerang

kaum muslim secara tuntas dan menundukan mereka satu demi satu. 13

Kerajaan-kerajaan tersebut yang berbatasan langsung dengan teritorial

yang dikuasai orang-orang Kristen Trinitarian di bagian Utara semenanjung

Iberia, mereka diwajibkan untuk membayar upeti tahunan kepada orang-orang

Kristen supaya tetap memperoleh “kemerdekaan” nya. guna membayar upeti

ini serta mempertahankan kemewahan hidup di bawah kekuasaan mereka,

Para penguasa dari kerajaan-kerajaan kecil ini menarik pajak yang tinggi

kepada rakyat yang hidup dibawah kekuasaan mereka, Pajak ini jauh melebihi

batas penarikan pajak yang di bolehkan oleh hukum-hukum Islam. 14

Sebuah perjuangan sia-sia bagi mereka yang berjuang untuk

mempertahankan atau menerapkan kembali ajaran Islam dalam segala

aspeknya yang kemudian tidak hanya mendapatkan diri mereka berperang

melawan orang-orang Kristen Trinitian di Utara, tetapi juga melawan

saudara-saudara muslim mereka. mereka terjebak dalam posisi pecah dan pembusukan

yang tak dapat di putar mundur kembali.15 Selama kaum muslim Andalusia

tetap bersatu dalam ajaran Islam mereka, mereka terus berkembang dan

meluas. Begitu mereka mulai mengabaikan agama Islam dan menjadi terpecah

belah, jumlah mereka mulai berkurang, dan orang-orang Kristen mulai mampu

mengambil alih urusan yang ada di Andalusia. Perpecahan di dalam umat ini

merupakan satu dari faktor-faktor yang fundamental yang menjadi penyebab

13Khilafah,” dalam

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam , jilid II (Ichtiar Baru Van Hoeve, tanpa tahun) hal 201-202

14

Thomsond & Rahim , Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81

15

(17)

pembasmian sepenuhnya Islam dari Andalusia, sebab hal ini merupakan

kelemahan yang sepenuhnya di manfaatkan oleh kaum Kristen Trinitarian di

Utara. Ketika kaum muslim di Andalusia terpecah, bala tentara Gereja

Trinitarian memperoleh tumpuan di Negeri itu dan dibantu oleh orang-orang

Kristen yang hidup di wilayah kekuasaan muslim, yang sebenarnya telah

bertambah jumlahnya dan maju kehidupannya akibat pemerintahan muslim

yang amat toleran, cengkraman mereka atas negri itu semakin kuat.

Dalam menuruti rencana-rencananya, raja Kristen tidak pernah

melewati momen-momen untuk melakukan serbuan ke negeri umat muslim,

yang umumnya didapati dalam keadaan penuh perselisihan dan pertikaian

internal, hal-hal yang mempercepat keruntuhan dan kehancuran mereka

sendiri.

Sesungguhnya, bukan hanya kepala-kepala suku independen pada

waktu itu terus menerus melancarkan perang satu sama lain, tetapi mereka

juga tidak jarang menarik keuntungan bagi diri mereka sendiri. Dengan

menggunakan bala tentara dan senjata dari orang-orang Kristen, mereka

menyerang dan menghancurkan saudara sebangsa serta seagama mereka

sendiri, memboroskan hadiah-hadiah mahal dari Alfonso (leluhur dari semua

raja Kristen yang dikenal dengan nama tersebut) dan memberikan kepadanya

harta karun sebanyak-banyaknya yang dia inginkan supaya bisa mendapat

uluran tangan darinya dan untuk menjamin keamanan bagi diri mereka sendiri,

serta bantuan untuk menghadapi musuh-musuh mereka.

(18)

kondisi korup, menjadi luar biasa gembira; sebab, pada waktu itu, amat sedikit

orang yang memiliki ahlak mulia dan prinsip Islam yang kuat di tengah kaum

muslim, masyarakat umum mulai minum-minuman keras dan melakukan

segala hal yang berlebih-lebihan. Para pemimpin Andalusia hanya berfikir tak

lain soal membelanjakan uang untuk mengundang atau membeli penyanyi

perempuan, budak-budak untuk melayani mereka, berpesta pora

menghabiskan sampai bersih harta Negara yang telah terkumpul di masa lalu,

dan menindas rakyat mereka dengan segala bentuk pajak dan pungutan, dan

mereka mengirimkan hadiah-hadiah dan persembahan mahal kepada Alfonso,

serta memohon kepadanya untuk membantu mereka mencapai

keinginan-keinginan ambisius mereka.16 Segalanya berlangsung dalam cara ini di tengah

para kepala suku Andalusia yang saling bertentangan satu sama lain, hingga

kelemahan menguasai orang-orang yang menjadi penakluk diantara mereka,

juga orang-orang yang di taklukan; dan kehinaan memangsa menyerang,

sebagaimana hal itu melumat mereka yang di serang; para jenderal dan kapten

tak lagi menunjukan keberanian mereka; penduduk negeri terjerumus kedalam

penderitaan dan kemiskinan terparah. Islam, tak terpisahkan seperti tubuh di

tinggalkan jiwa, tak lebih hanya mayat semata.

Diantara para penguasa muslim, yang pada dasarnya tidak tunduk pada

Alfonso; setuju untuk membayar upeti tahunan kepadanya. Dan dengan

demikian menjadi pengumpul kekayaan bagi kerajaan Kristen di wilayah

kekuasaan mereka sendiri, ketika keadaan serupa ini terus berlangsung tak

seorang pun yang berani menentang kehendak ataupun melanggar

16

(19)

perintah Alfonso.

Dibawah kepemimpinan Alfonso tersebut, satu demi satu kota kaum

muslim jatuh ke tangan orang-orang Kristen Trinitarian dan pada 1072 ia telah

menjadi penguasa Leon, Castilia, dan portugis. Aktivitasnya berpuncak pada

perebutan Toledo, setelah pengepungan yang di lancarkannya selama tujuh

taun.17

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengambil judul

“DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN

KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI”

B. Permasalahan penelitian

Pembahasan mengenai situasi budaya, agama dan politik umat Islam di

wilayah Andalusia diharapkan menjadi gambaran awal faktor terjadinya

disintegrasi tersebut. Adapun supaya pembahasan skripsi ini tidak mengalami

pelebaran, maka penulis memfokuskan pada permasalahan:

1. Yang dimaksud dengan disintegrasi disini adalah perpecahan yang terjadi

pada umat Islam di Andalusia.

2. Skripsi ini akan membahas faktor internal dan eksternal terjadinya proses

disintegrasi berdasarkan teori konflik Ralf Dahrendorf.

Dengan Perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan Umat Islam di Andalusia mengalami

Disintegrasi?

17

(20)

2. Bagaimana dampak dari disintegrasi umat Islam di Andalusia?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui sejarah awal mula keruntuhan Islam di Andalusia

2. Memahami secara baik keadaan dan dampak disintegrasi yang terjadi pada

umat Islam di Andalusia

3. Dalam skala yang lebih global, mengambil pelajaran untuk berbuat yang

lebih baik di masa yang akan datang bersandarkan pada peristiwa sejarah

tersebut.

D. Kontribusi

Secara teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi

pengembangan pengetahuan terkait dengan historisitas Kemunduran Islam di

Andalusia. Dan aplikasi terhadap penulis dapat menambah khazanah

kesejarahan dan pengetahuan tentang penyebab dari munculnya Disintegrasi

umat Islam di Andalusia pada abad 11.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial. Lebih tepatnya,

dalam membedah sejarah Islam di Andalusia ini, saya akan menggunakan

teori social yang membicarakan tentang konflik. Teori konflik ini saya

gunakan Ralf Dahrendorf untuk melihat pihak yang bertikai, yang

(21)

2. Sumber data

Data ataupun sumber penelitian dapat dikategorikan menjadi dua;

data primer dan data sekunder. Data primer, adalah beberapa data yang

merupakan data rujukan utama yang menjadi rujukan keilmiahan.

Bentuknya, berupa dokumen-dokumen penting pada zaman itu.

Sedangkan data Sekunder bentuknya seperti buku-buku bacaan,

artikel-artikel, jurnal, dan hasil wawancara pada tokoh yang mempunyai

kapasitas yang mumpuni di bidang Islam di Andalusia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik library research (study

kepustakaan). Yaitu dengan menelaah buku-buku, majalah, artikel-artikel

yang memuat tentang Islam di Andalusia. Sedangkan untuk sumber

lainnya, terutama untu sumber sekunder, penulis mendapatkannya lewat

hasil penjelajahan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain

itu, penulis juga mendapatkannya di Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora. Beberapa sumber liannya yang didapat, juga berasal dari

pribadi, dan dari teman penulis.

4. Analisa Data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian masuk pada tahap

analisa untuk mendapat sumber yang otentik dan otoritatif. Data tulisan

diklasifikasi untuk menentukan waktu penulisan dan isi dari dokumen

tersebut. Sedangkan, hasil wawancara akan ditranskrip dalam tulisan,

kemudian diintegrasikan, diolah, dengan data-data yang telah ada.

(22)

kritik sumber. Pada tahap inilah, sumber itu mulai terlihat layak atau tidaknya

data itu disebut otentik, sehingga karya sejarah ini dapat diuji secara ilmiah.

Kemudian fakta sejarah yang telah dianalisis dengan metode kritik sumber

akan diadakan interpretasi dengan menggunakan pendekatan multidesipliner

dalam ilmu-ilmu sosial.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian skripsi ini disajikan kedalam empat bab:

Bab I menyajikan pokok mengenai latar belakang masalah,

permasalahan penelitian, tujuan, kontribusi, metodologi penelitian, serta

sistematika penulisan.

Bab II memuat pembahasan gambaran umum mengenai Islam di

Andalusia dari segi historis, latar belakang terjadinya disintegrasi, keadaan

sosial pada masa disintegrasi.

Bab III memuat tentang kebangkitan umat Nasrani, dampak dari

terjadinya disintegrasi sampai pada faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

disintegrasi.

Bab IV bab penutup, yang berisi mengenai kesimpulan dari seluruh isi

(23)

16

A. Islam di Andalusia dari segi Historis

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah al-Walid (705-715

M), salah seorang Khalifah dari bani Umayah yang berpusat di Damaskus.

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara18 dan

menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah.

Penguasa sepenuhnya atas afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul

Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah

itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh

Musa ibn Nushair. Dizaman al Walid itu, Musa ibn Nushair, memperluas

wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia

juga menyempurnakan penaklukan kedaerah-daerah bekas kekuasaan bangsa

Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan setia dan

berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah

mereka lakukan sebelumnnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari

pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah bani

Umayah memakan waktu selama 53tahun yaitu mulai tahun30 H (masa

pemerintahan Muawiyah Ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa

al-Walid)19 sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam dikawasan ini

18

Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo Persada, Cet ke II 2000. Hal. 87

19

(24)

sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang

kekusaan islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai umat islam

dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan

kerajaan romawi, yaitu kerajaan gothic. Kerajaan ini sering menghasut

penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah

kekuasaan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam. Setelah kawasan ini

betul-betul dapat dikuasai umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk

menaklukkan Spanyol, dengan demikian Afrika Utara menjadi batu loncatan

bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang

dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuannya pasukan ke sana. Mereka

adalah Tharif bin Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat

disebut-sebut perintis dan penyelidik, ia menyebragi selat yang berada diantra

Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang

diantaranya adalah tentara berkuda mereka menaiki empat buah kapal yang

disediakan oleh Julian.20 Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat

perlawanan yang berarti, Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa

harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan

Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighotic yang

memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M

mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq

20

(25)

bin ziyad.21

Thariq ibn ziyad lebih banyak dikenal sebagai panaklukan pasukannya

lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar

suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nusair dan sebagian lagi orang

Arab yang dikirim khalifah al-Walid pasukan itu kemudian menyebrangi selat

dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.22 sebuah gunung tempat pertama kali

Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya dikenal dengan

gibraltar. Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas

memasuki spanyol. Dalam pertempuran ini disuatu tempat yang bernama

bakkah, Raja Roderrck dapat dikalahkan, dari situlah Thariq dan pasukannya

terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo

(ibukota Goth pada jaman itu)23 sebelum Thariq menaklukan kota-kota Toledo

ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara,

Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel sehingga

jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang jumlah ini belum sebanding

dengan pasukan Gothic yang jauh lebih besar 100.000 orang

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq bin Ziyad, membuka

jalan untuk menaklukan wilayah yang lebih luas lagi, untuk itu Musa ibn

Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan

maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar ia

berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota dilewatinya dapat

21

Philip K. Hitty, History of the Arabs (London: Macmillan Press, 1970), hlm 493

22

Carl, Brockelmann, History of the Islamic Peoples, (London: Rotledge & Kegan Paul, 1980), hlm 83

23

(26)

ditaklukannya, setelah Musa ibn Nushair berhasil menaklukan Sidonia,

Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasaa Kerajaan Ghotic

theodomir di Oriheula, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya

keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk

bagian Utaranya mulai dari Sargosa sampai Navarre.24

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa

pemerinthan khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini

sasaran ditunjukan untuk menguasai daerah sekitar pergunungan Pyrenia dan

Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepadad al-Samah, tetapi

usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya

pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd Rahman ibn Abdullah

al-Ghafiqi. Dengan pasukkannya ia menyerang kota Tours, akan tetapi diantara

kota Poiter dan Tours itu ia ditahan olehh Charler martel, sehingga

penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali

ke Spanyol. Sesudah itu masih juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti

ke Avirignon tahun 734 M ke Lyon 743 M dan pulau-pulau yang terdapat

dilaut tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian

dari Sicilia juga jatuh ketangan Islam di zaman bani Umayah.25 Gelombang

kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada

permulaan abad ke 8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar

24

Brockelmann, History of the Islamic Peoples, Hal 14

25

(27)

jauh menjangkau Perancis tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.26

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu

mudah hal itu dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang

menguntungkan, yang dimaksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang

terdapat didalam negeri Spanyol sendiri pada masa penaklukan Spanyol oleh

orang-orang Islam, kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini terkoyak dan

terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil, bersamaan dengan itu penguasa

Ghotic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh

penguasa yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain

Yahudi. Penganut agama Yahudi, yang merupakan bagian terbesar dari

penduduk Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen, yang tidak

bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.27 Rakyat dibagi-bagi kedalam

sistem kelas sehingga keaadaaannya meliputi oleh kemelaratan ketertindasan

dan ketiadaan persamaan hak. Didalam situasi seperti itu kaum tertindas

menanti kedatanagan juru bebas dan juru pembebasannya mereka temukan di

islam.28 Kerajaan berada dalam kemelut, membawa akibat perlakuan yang keji

koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan

pemberontakan perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu

keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan ini amat

banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat ketika

26

Bertold Spuler, The Muslim World: A Historical Survey, (Leiden: E.J. Brill, 1960) hal 100

27

Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983) jal 118

28

(28)

Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh padahal

sewaktu Spanyol berada dibawah pemerintahan Romawi berkat kesuburan

tanahnya pertanian maju pesat demikian juga pertambangan industri dan

perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi

setelah Spanyol berada dibawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian

lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun, hektaran tanah dibiarkan

terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup dan diantara satu darerah

dengan yang lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya sosial ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh

keadaaan politik yang kacau, kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan

Raja Roderik, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran Raja Ghot adalah ketika Raja Roderick

memindahkan ibukota Seviile ke Toledo sementra Witiza yang saat itu

menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaaan

ini memancing amarah dari Oppas dan Achila kakak dan anak Witiza. Kedua

nya kaemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick.

Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum Muslim.

Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian,

mantan penguasa Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di

Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol.

Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai Tharif

dan Thariq dan Musa. Hal yang menguntungkan tentara Islam adalah bahwa

(29)

mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini

tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi

perjuangan kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi

yang terdapat dalam tubuh penguasa tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit

Islam yanng terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para

pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat tentaranya kompak bersatu dan

percaya diri. Merekapun cakap berani dan tabah dalam menghadapi setiap

persolalan, yang terpenting adalah ajaran Islam yang ditunjukan para tentara

Islam yaitu toleransi persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi

persaudaraan dan tolong menolong itu menyebabkan penduduk spanyol

menyambut kehadiran Islam.29

B. Latar Belakang Disintegrasi Umat Islam

M. Lombard,30 menyebutkan bahwa tujuhbelas ribu pasukan Tariq Ibn

Ziyad dan Musa Ibn Nusayr ke Spanyol yang terdiri dari orang-orang Berber

dan Arab adalah, mereka yang Berdarah militer alami. Tidak seorangpun dari

mereka kembali ke Afrika. Kemudian diikuti para imigran Berber maghribi,

yang tertarik kepada kesuburan tanah taklukan baru itu. Keadaan tersebut terus

berlangsung sampai abad pertengahan, yang memungkinkan Kerajaan

Granada dapat bertahan sampai abad kelimabelas. Dengan demikian di

samping penduduk Spanyol, terdapatlah orang-orang Berber Afrika Utara dan

29

Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Hal 93 30

(30)

Arab. Dan karena Afrika lebih dekat ke Spanyol dibanding Suria dan Arabia,

maka orang Berber lebih banyak dari orang Arab.

Hal yang kemudian menimbulkan permasalahan adalah, penempatan

bekas pejuang atau penakluk Andalusia yang berasal dari Afrika, dan Arab.

Kedua bangsa ini sama-sama berjasa dalam penaklukan Spanyol. Tetapi

orang-orang Arab yang menduduki kursi kepemimpinan kata al-'Ibadi31,

mengambil wilayah sebelah timur dan selatan yang subur dan berudara baik

untuk kaum bangsanya sendiri, sementara itu untuk kaum Berber diberikan

atau mendapat bahagian di sebelah utara yang berudara dingin dan kering atau

tidak subur.

Al-'Abbadi mengecam sikap orang Arab fanatik yang. menempatkan

diri mereka lebih tinggi dari orang lain, sebagai halnya orang Yunani dan

Romawi, yang memandang pihak lain sebagai barbar dan tidak beradab. Bani

Umayyah, katanya lebih lanjut, telah membangkitkan rasa kesukuan, yang

merusak nama baik mereka dan bangsa Arab.32 Orang-orang Berber itu tidak

dapat menerima perlakuan yang demikian. mereka bangkit melawan, tidak

(31)

hanya karena harta yang berharga itu saja, tetapi juga karena perasaan mereka

telah tersinggung. Dan ini merupakan salah satu faktor timbulnya gerakan

Khawarij, dengan peperangan dahsyat di Afrika, yang mendapat dukungan

orang-orang Berber.33

Sementara itu, Musa Ibn Nusayr yang punya pengalaman banyak

dengan orang-orang Berber ketika menjawab pertanyaan Khalifah Sulayman

Ibn 'Abd al-Malik mengatakan: "Mereka wahai Amir al-Mu'minin, banyak

persamaannya dengan orang Arab dibanding dengan orang 'ajam lainnya;

terus terang dan pemberani (liqa' wa najdah), ulet dan lihai berkuda (sabran

wa Furusiya) lpang dada dan lugu (samahat wa badiyat), kecuali wahai Amir

al-mu'minin, mereka suka culas (ghudr)." Dan bahwa yang negatif dari

mereka adalah, ketidak jujuran. yang nampaknya bertentangan dengan sifat

mereka yang lain, yaitu badiyah atau dusun (murni) dan hertendensi baik. Tapi

mengapa dikatakannya tidak jujur? Barangkali karena Tariq yang diberi

wewenang untuk membatasi gerakan, justru melanggar perintah atasannya,

yaitu Musa sendiri.

Sungguhpun demikian, dapat dipahami juga mengapa pembagian

tempat domisili itu berbeda kondisinya. Pertama, karena mereka (Berber dan

Arab) bukan satu kesatuan bangsa yang berintegrasi secara total, atau

berasimilasi penuh. sehingga tidaklah mungkin satu tempat didiami oleh dua

suku secara bersamaan. Kedua, setiap pihak membawa adat kebiasaan yang

berlainan, sungguhpun banyak persamaannya (sebagai yang digambarkan

33

(32)

Musa). Dan ini alamiyah sifatnya (sunnat Allah),34 sehingga pemisahan tempat

adalah alami juga.

Ketiga, orang-orang Arab menduduki posisi kepemimpinan, sedangkan

orang-orang Berber di bawah mereka. Kekuasaan di Semenanjung Iberia itu

diperoleh melalui gerakan militer, sehingga hirarki kemiliteran amat berperan

di dalam kepemimpinan mereka. Dalam kalangan militer penghormatan

terhadap komandan merupakan unsur kedisiplinan yang harus ditaati. dengan

demikian bila pihak Arab yang menduduki tempat teratas dalam hirarki

militer, mengambil tempat yang lebih subur untuk diri mereka terlebih dahulu

dan sisanya bagi orang Berber, dapat dipandang sebagai sesuatu hal yang

wajar saja, sungguhpun menimbulkan ketidak puasan pada pihak yang

"dirugikan", dalam hal ini Berber. Salah satu akibat dari kebijaksanaan

kepemimpinan Arab pada masa Imarah tersebut di atas ialah: timbulnya

pemberontakan orang-orang Berber pada tahun 740 M. kebangkitan mereka

menentang kepemimpinan Arab berlanjut sehingga dua abad kernudian.35

Pertentangan juga terjadi di antara sesame bangsa Arab; Qays dan Kalb.36 Dan

di antara Mudar dari utara dan orang Yaman dari selatan Arabia.Yang utara

dipengaruhi oleh Sunni, yang lain oleh Syi'ah.37

Sesudah itu timbul pula kelompok Islam lainnya yang terdiri dari

orang-orang Spanyol sendiri dan orang-orang-orang-orang Slavia. Masing-masing kelompok

34

Lihat al-Qur’an, 49:13

35

Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher, tt. J. xx,, h. 1087, orang Berber juga mernberontak di Afrika (Marokko) pada tahun 740

36

Ibid

37

(33)

tersebut memiliki pengikut dan tujuan sendiri. Pertentangan, perselisihan dan

peperangan yang timbul di antara mereka terus-menerus hingga terjadi

ketidakstabilan pemerintahan yang berkepanjangan. Tidak pernah ada

ketenangan politik di Iberia ini, kecuali bila yang menjadi pemimpinnya

adalah seorang yang benar-benar kuat dan mampu menundukkan rakyatnya.38

Gejala perpecahan ini sudah nampak di mata Karel Martel, yang pernah

menghadang Abdurrahman al-Ghafigi di Poitiers. Ia menasihati kaumnya

untuk tidak menghadang bangsa Arab, agar membiarkan mereka melakukan

apa saja yang mereka kehendaki. Karena orang-orang itu mempunyai

kemauan keras, dan niat yang suci dan benar. Dalam keadaan demikian orang

Arab tersebut, tidak dapat dihancurkan, "Tunggulah" katanya, "sampai mereka

menjadi tenang menyelesaikan segala persoalan, kemudian akan berlomba

lomba memperebutkan kursi kepemimpinan, kekayaan dan harta. Ketika itulah

mereka akan berselisih dan menjadi lemah, dan memberikan kesempatan

kepada kalian untuk melawannya dengan mudah".39 Dan ramalan tersebut

ternyata tidak meleset.

Dalam periode keamiran pertama, Spanyol dipimpin oleh kaum

militer,140 yang berasal dari para penakluk yang datang dari Afrika Utara, yang

kemudian menjadi penghuni tetap. Dalam periode ini terdapat dua puluh orang

amir, yang masing-masing memerintah dalam masa jabatan relatif singkat. Hal

(34)

menentukan dan menilai kepemimpinan seorang amir. Dan sekaligus

menunjukkan adanya ketidak stabilan41 dan pergolakan dalam kepemimpinan

mereka.

Amir terakhir yang berkuasa, dan sekaligus merupakan penutup periode

keamiran pertama, yang demokratis itu adalah Yusuf b. Abd Rahman

al-Fihri. Ia digulingkan oleh pendatang baru dari Damaskus. Sejak itu periode

keamiran kedua dimulai, dan tidak ada lagi amir yang dipilih secara langsung

dan bebas oleh rakyatnya. Karena yang berkuasa adalah keluarga Raja. Tetapi

gelar amir tetap juga digunakan.42

‘Abdal-Rahman B. Muawwiyah, pengganti Yusuf al-fihri merupakan

tokoh legendaris; yang berhasil melepaskan diri, ketika seluruh keluarganaya

keluarganya dibantai oleh lawan politik mereka di Damaskus. Ia adalah salah

seorang cucu Hisyam khalifah Islam yang kesepuluh Dinasti Bani Umayah.

Ketika pembunuhan massal berlangsung terhadap keluarganya, ia sempat

bersembunyi dalam sebuah kemah Badui di tepi sungai Effrat. Riwayat

hidupnya hampir saja berakhir, ketika bendera hitam lambang Abbasiyah

melintas di dekat tempat persembunyiannya. Menyadari ada bahaya yang akan

merenggut nyawanya, ia melompat ke dalam sungai bersama saudaranya yang

masih berusia tigabelasan tahun. Semangatnya untuk tetap hidup, mendorong

keberaniannya melawan arus berenang ke tepi seberang sungai. sementara

saudaranya berbalik ke belakang, mungkin karena takut terbawa hanyut

bersama arus sungai yang deras, atau mungkin juga karena terbujuk oleh janji

41

Abd al-Hamid al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus op.cit., h 49

42

(35)

mereka yang memburunya, ia datang kepada mereka. Nasibnyapun ditetapkan

di ujung pedang pembunuhnya.43

Abd al-Rahman B. Mu'awiyah menempuh perjalanan panjang bersama

pembantunya yang setia, Badr. Pemuda yang serusia duapuluhan itu,

membungkus dirinya dalam penyamaran, untuk mengelabui mata-mata jeli

kaum Abbasiyah, yang pada setiap saat siap menyudahi riwayatnya. Selama

limatahun ia mengadu nasibnya ke Palestina, Mesir, dan akhirnya ia tiba di

Ceuta (755) di Afrika Utara. Dan keberuntungan masih tetap menyertainya,

ketika gubernur Afrika utara yang masih punya hubungan keluarga dengan

Al-Fihri, nyaris membunuhnya. Di sini ia mendapat bantuan salah seorang paman

dari pihak ibunya, seorang keturunan Berber. Disini juga segala rencana

diputuskan. Badr dikirim ke daratan Iberia untuk menghubungi simpatisan

keluarga Bani Umayyah. Nampaknya nama Umayyah masih mendapat cukup

banyak simpati. Dan barangkali ia sendiripun tidak menduga sebelumnya,

Sebuah kapal khusus dikirim untuk menjemput pemimpin mereka ke Ceuta.

orang-orang Yaman yang diKalahkan Yusuf al-Fihri dari suku Mudar,

mendukung kehadiran 'Abd al-Rahman b. Mu'awiyah, yang kemudian

mendapat gelar al-Dakhil, karena berhasil melepaskan diri dari pengejaran

Bani Abbas dan masuk ke Spanyol.44

Pengalamannya dalam pengembaraan selama lima tahun, dan

pendidikan yang diterimanya dalam keluarga kerajaan, menjadikannya

seorang yang matang dalam kepemimpinan dan politik kenegaraan. Tidak sulit

43

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh (Beirut: Dar Sadir, 1965) j. vi,., j. v, h. 377

44

(36)

baginya menghimpun para pendukung dalam suasana yang serba kacau, dan

lawan yang dihadapinya dapat ditundukkan, setelah beberapa wilayah di

selatan Spanyol menerima kehadirannya tanpa perlawanan; Archidona,

Sidona, dan Seville. Dari Seville ia menyerang kordoba. Dan pada 14 Mei 756

di tepi sungai Guadalquivir, kedua pasukan bertemu. Pertempuran tidak

berlansung lama, yusuf nampak melarikan diri dan kemudian Kordoba

dikuasai dalam kesempatan lain, Yusuf terbunuh di Toledo.45

Dengan naiknya 'Abd al-Rahman b. Mu'awiyah kepanggung politik di

Andalus, maka kekuasaan Bani Abbas mendapat tantangan dari Bani

Umayyah yang baru saja digulingkannya. Di Bagdad pada waktu itu sedang

berkuasa khalifah Abu Ja'far 'Abdullah Ibn Muhammad al-Mansur

(136-158/754-775), khalifah kedua yang menggantikan Abu al-'Abbas al-saffah

(132-136/750-754). 'Abd al-Rahman I (al-Dakhil) di Andalus itu, segera

memutuskan hubungannya dengan Bagdad, setahun setelah ia berkuasa, di

dalam khutbah-khutbah dihapuskan nama khalifah Abbasiyyah, tetapi ia

sendiri tidak menggunakan gelar khalifah untuk dirinya. Ia tetap memakai

gelar Amir sebagaimana yang berlaku ketika itu di Andalus.46

Sementara itu, Al-Mansur di Bagdad sedang menghadapi bahaya yang

datang dari Kerajaan Bizantium yang berada di bawah pimpinan Kaisar

Constantine V (740-775), di Asia Kecil,2 Dengan demikian Al-Mansur tidak

45

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh op.cit., h. 57

46

(37)

dapat mengambil tindakan apapun untuk menghukum 'Abd al-Rahman yang

telah dengan gemilang memisahkan dirinya dari Bagdad.

Baru pada tahun 761 Khalifah Al-Mansur memberanikan diri mengirim

Al-A'la Ibn Mughit’s ke Spanyol bersama tujuh ribu anggota pasukannya, dari

Afrika utara. Dalam sebuah pertempuran sengit di selatan, Al-A'la tewas

ber-sama sejumlah anggota pasukannya.47 'Abd al-Rahman mengirim kepala

mereka yang terbunuh ke Qairawan, dan kepala A'la dikirim kepada

Al-mansur yang sedang menjalankan ibadah hajinya di Mekkah, bersama dengan

bendera hitam, lambang abbasiah.48 Ketika itulah Al-Mansur menyatakan rasa

syukurnya kepada Allah yang telah memisahkan dirinya dan musuhnya itu

dengan lautan.49 Iapun menjuluki 'Abd al-Rahman I sebagai seekor Rajawali

Quraisy (Saqr Quraisy).

Rajawali Quraisy kemudian berhadapan dengan para pemberontak yang

bersimpati, atau sisa-sisa pengikut Yusuf al-Fihri, seperti Sulaiman b. Yaqzan

al-A'rabi al-Kalbi seorang penguasa Barcelona, bersama 'Abd al-Rahman b.

Habib al-Fihri, Abu Sa'ud al-Fihri dan Abu al-Aswad b. Yusuf. mereka

meminta bantuan Al-Mansur melalui Afrika Utara, dan meminta infiltrasi

Charlamagne dari Perancis, agar memperluas wilayah kekuasaannya ke

Asbania. Diperoleh kesepakatan, bahwa Al-Fihri dan kawan-kawannya akan

menyerang dari selatan bersama pasukan dari Afrika Utara, sementara pihak

(38)

Charlemagne menyerang 'Abd al-Rahman dari sebelah utara.

Tetapi al-Fihri dan al-Kalbi tidak sabar menanti kedatangan sekutunya,

Charlamagne. Mereka menyerang lebih dulu dari selatan, dan 'Abd al-Rahman

mematahkannya dengan mudah. Dan ketika Charlamagne memulai

penyerangannya (778) dari arah timurlaut Spanyol menuju ke Saragossa, pintu

kota ditutup di depan mata mereka. Dan pada saat bersamaan dengan itu,

tersiar kabar tentang penyerangan orang-orang Saxon, dari utara terhadap

Charlamagne. Sehingga pasukan tersebut ditarik kembali, dan digiring pulang.

Dalam perjalanan yang “penuh dengan kekecewaan" itu, orang-oranq Franka

di pegunungan Pirennea menyerang mereka, dalam satu gerakan bersifat

kejutan, Sehingga banyak korban yang jatuh. Dan di antara korbannya adalah

pahlawan gagah berani, Roland. peristiwa tersebut mengilhami para penyair

menyusun epic, sejenis sastra yang bernada pemujaan terhadap sifat berani.

yang kemudian menjadi bibit dari syair "hamasah" dalam kesusasteraan

Perancis.50

Dengan demikian 'Abd al-Rahman menunjukkan keunggulannya,

terhadap lawan-lawannya, baik yang ada di Barat; atau punyang ada di Timur.

Kekuatan Barat yang diwakili Perancis yang tentu saja amat khawatir terhadap

"bahaya Islam" itu, untuk sementara harus menerima keunggulan 'Abd

al-Rahman I. Sedangkan Daulat Abbasiyah dari timur, telah merasa cukup

mendapat pil pahit, sejak kegagalan Al-A'la b. Mughits di tahun 761/146, yang

kepalanya dikirimkan kepada Al-Mansur.

50

(39)

Untuk lebih memantapkan kekuasaannya, dalam menghadapi

musuh-musuhnya, 'Abd al-Rahman I membangun angkatan bersenjata dengan tentara

bayaran, yang terdiri dari suku bangsa Berber dari Afrika. Empatpuluh ribu

orang anggota vasukan elite yang berdisiplin keras itu, dapat dengan mudah

diperintahkannya untuk menundukkan lawan-lawannya diarena petempuran.

Dan dengan itu pula, ia dapat mendesak lawan-lawan politiknya untuk

berdamai, atau mengadu kekuatan. Dengan demikian ia selalu diperhitungkan

oleh musuh-musuhnya, yang ingin "mengusik-usik" wilayah kekuasaannya.

kemudian iapun menampakkan kemampuannya membangun negara, dan

membina kesejahteraan umatnya, serta membangun sarana-sarana penunjang

bagi pembangunan dimaksud.

'Abd al-Rahman memperindah ibu-kota keamirannya, Kordoba, dan

memagarinya dengan tembok yang kokoh, sebagaimana kebiasaan kota-kota

di dunia ketika itu. Kemudian ia menggali sebuah kanal air tawar, dan

dibangunnya jembatan indah di atasnya, dengan kamar-kamar mandi umum

serta hotel-hotel, tempat menginap para pelancong. Dan untuk lebih

memperindah ibu-kota ia membangun kebun-kebun hias, di tepi sungai Wadi

al-Kabit. Ia menambah kesemarakan kota dengan istana bergaya Timur,

sebagai yang dibangun kakeknya Hisyam di Damaskus. Ia juga memberi

perhatian terhadap perkembangan di bidang pertanian, dengan membangun

saluran air dan jalan-jalan. Disediakannya sekolah-sekolah, yang tersebar di

kota-kota di Andalusia. Para ulama dan murid-murid mereka, didorong untuk

(40)

memberi kesempatan untuk menuntut ilmu bagi para pelajar yang datang dari

Eropa. Mesir, Syam dan Irak. Sehingga Kordoba menjadi pusat kegiatan ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan. Apalagi negeri ini dihuni oleh penduduk yang

multi rasial, yang terdiri dari bangsa-bangsa Arab, Berber, Numidia, Gothia,

Spanyol-Arab; menjadi tempat bertemunya segala bangsa. Asia, Afrika, dan

Eropa. Dua tahun menjelang wafatnya 'Abd al-Rahman membangun sebuah

mesjid agung yang monumental, di pusat ibu kotanya Kordoba, yang

kemudian diperindah dan diperluas oleh Para penggantinya. bentuknya yang

istimewa, dengan pilar-pilarnya yang megah dan agung, memberi kesan

menakjubkan sampai berabad-abad kemudian bahkan setelah dijadikan

katedral oleh Ferdinand III. Pada tahun 1236, mesjid itu tetap dikenal sampai

kini, dengan nama "La mezquita".51

Demikianlah 'Abd al-Rahman I, menguasai Spanyol dan menurunkan

warisan kekuasaan kepada keturunannya, sejak tahun 756 - 1031/ 138 - 422.

Setelah itu Spanyol dikuasai oleh Muluk al-Tawaif.

'Abd al-Rahman al-Dakhil menyadari bahwa Andalus dikuasainya itu,

berada pada suatu wilayah yang berbatasan langsung dengan musuh. Dan

sampai saat ia memerintah keadaan saling bermusuhan masih terus terjadi,

atau pengumuman perang di antara kedua belah pihak belum lagi cabut. Jika

terdapat suasana damai di antara kedua belah pihak, maka hal tersebut terjadi

karena pihak lawan belum mampu atau mampu menyerangnya, dan saling

mengintai serta mencari kesempatan. Atau kedua belah pihak terikat oleh

51

(41)

suatu perjanjian tidak saling menyerang. Jika kedua kondisi tersebut sudah

tidak ada lagi, maka perang kembali menguasai keadaan. dengan demikian,

Andalusia selalu terancam perang, sungguhpun suasananya dalam keadaan

dama. Perang dan damai silih berganti dan dapat terjadi pada setiap waktu.

Maka untuk menjaga stabilitas negeri ini, diperlukan adanya persatuan dan

kedamaian di dalam negeri disamping adanya kekuatan angkatan bersenjata

yang kuat. Sehingga musuh negara harus berfikir beberapa kali untuk

menyerang pemerintah; baik yang datang dari luar, maupun yang muncul dari

dalam. Mungkin pertimbangan tersebutlah, yang mendorong Abd al-Rahman

I, mempersiapkan puteranya Hisyam menjadi penggantinya, di samping

pertimbangan dinasti Umayyah yang juga harus dipertahankan dan

dilestarikan. Sehingga perebutan kekuasaan di antara sesama saudara tidak

terjadi.

Sungguhpun demikian, pengangkatan Hisyam mendapat tantangan dari

dua orang puteranya yang lain, yaitu Sulaiman dan Abdullah. Hisyam

mendapat latihan khusus dari ayahnya dalam bidang politik dan peperangan.52

Ia diangkat menjadi penguasa di wilayah perbatasan, Merida, dengan tujuan

agar menguasai pola-pola dan teknik perang pihak lawan, dan terbiasa dalam

memimpin. Ketika Hisyam memangku jabatannya setelah ayahnya wafat, ia

mengangkat sulayman menjadi penguasa di Toledo, dan saudaranya 'Abdullah

menjadi penggantinya di Merida. Tetapi kedua-duanya bersatu memberontak

melawan Hisyam. Sehingga memaksa Hisyam menghadapi saudaranya

52

(42)

sendiri, yang memakan cukup banyak waktu untuk menundukkan kedua

mereka.53

Hisyam disebutkan meniru tingkah laku pemerintah Umar Ibn Abd

al-Aziz yang wara' dan saleh dan banyak melakukan kegiatan keagamaan.

Hisyam suka menolong orang susah, dan berjalan di malam hari mencari

orang-orang yang sakit yang memerlukan pertolongan. Ia juga mengharuskan

adanya kegiatan jaga malam, untuk mencegah terjadinya kemaksiatan,

pertengkaran dan tindakan-tindakan kriminal di dalam masyarakat. Ia juga

mengirimkan para da'i ke semua wilayah kekuasaannya untuk tugas-tugas

amar makruf nahi munkar, sehingga orang-orang lalim menjadi amat

berkurang, keamanan masyarakat menjadi lebih terjamin.54 la berjalan keliling

kota Kordoba dan bercampur aduk dengan rakyatnya. mungkin karena ia

sebagai pelindung terhadap rakyatnya yang tertindas.55 "Keberanian"

mengambil resiko semacam itu, memang bukan hanya milik Hisyam, tetapi

juga pernah dipraktekkan oleh kepala-kepala negara yang jujur dan

ber-tanggung jawab, sebagaimana halnya dengan Umar Ibn Khattab dan Umar Ibn

Abd al-Aziz pada masa yang lalu.

Dan barangkali karena keadaan di dalam negeri dipandang stabil, maka

Hisyam menghadapi musuhnya dari luar. kepemimpinannya yang religius itu,

memancing simpati kaum Muslimin untuk mengabulkan seruannya melakukan

perang suci ke utara. Beribu-ribu orang tua dan muda, didukung oleh

53

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,j. v, h. 43

54

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 86-7; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At -Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiya., h. 44; Lane Poole, The Arabs in Spain, (New York:1911) h. 61-2.

55

(43)

orang kaya, yang memberi harta mereka untuk penyedia peralatan perang dan

menjadi perajurit di bawah kepemimpinan Hisyam ketika menyerang Galicia.

Kemudian ia menunjuk wazirnya Abd al-Malik bin mughis untuk menyerang

Perancis. Kedua peperangan itu, dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan

harta rampasan perang yang melimpah.56

Pada masa Hisyam memerintah Andalusia, di Madinah al-Nunawwarah

berkembang mazhab Maliki. Imam Malik yang hidup sezaman dengannya,

menaruh simpati kepada Hisyam. Dan Hisyam sendiripun menerima mazhab

Maliki menjadi mazhab negara, yang dianut di seluruh Andalus. Dan menjadi

lebih berkembang, setelah Hisyam mengundang para murid Imam Malik

untuk bekerja di Andalus, seperti Ziyad ibn 'Abd al-Rahman dan Yahya bin

Yahya Al-Laitsi. Pengaruh para ahli fikih pada masa Hisyam cukup dominan,

baik dalam bidang hukum dan peradilan maupun dalam bidang politik. Hal

tersebut dimungkinkan mengingat Hisyam sendiri, adalah seorang yang taat

kepada agama, dan amat hormat pada para ulama. Ia diceritakan tidak begitu

terpengaruh dengan kemegahan dan kemewahan duniawi. Hal tersebut

dibuktikan ketika ia menyempurnakan pembangunan sebuah jembatan di atas

sungai Quadalquivir yang dimulai Al-Samh b, Malik al-Khawlami, sehingga

menjadi pembicaraan umum. Sementara itu, orang banyak mempergunjingkan

pembangunan jembatan yang indah itu, untuk memudahkan jalan baginya

untuk berburu. Mengetahui pergunjingan itu, lalu ia bersumpah untuk tidak

56

(44)

menggunakan jembatan tersebut, sebagai tempat ia berlalu,57

Di samping itu, Hisyam juga amat menaruh perhatian terhadap

perkembangan bahasa Arab, sebagaimana yang diberikan oleh Abd al-Malik

B. Marwan di Damaskus.58

yang menyempurnakan pengetahuan orang-orang bukan Arab yang

telah mulai pandai berbahasa Arab. Dan barangkali juga Hisyam menyadari

bahwa, bahasa merupakan faktor utama baqi komunikasi masyarakat,untuk

dapat memahami pikiran atau pendapat, antara satu dengan lainnya. Apalagi

bahasa Arab itu, tidak saja menjadi bahasa agama yang tercantum dalam kitab

suci al-Qur'an dan Hadis, tetapi juga menjadi bahasa wajib dalam ibadah kaum

Muslimin, sehingga bahasa Arab menjadi faktor utama bagi pembentukan

masyarakat Islam di Andalusia. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa

Arab dipakai oleh sekolah-sekolah yang didirikan kaum Yahudi. Dan

sungguhpun ia seorang yang fanatik terhadap agama, dan memimpin sendiri

pertempuran melawan orang-orang Kristen di utara seperti disebutkan di atas,

ia amat toleran terhadap kaum zimmi baik dari kalangan Kristen maupun

Yahudi di dalam wilayah kekuasaannya, mereka diizinkan membangun

sekolah dan rumah-rumah ibadah, dan mengangkat sejumlah besar dari

mereka menjadi pegawai dalam pemerintahannya.59

Setelah Hisyam wafat tampuk kepemimpinan di pegang oleh Puteranya

ialah Al-Hakam b. Hisyam, Ia gemar berolah raga dan berburu, senang pada

57

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j.i, h. 160

58

Lihat Islam dan Aspeknya, op.cit., j. I, h. 63

59

(45)

keindahan dan seni suara. Nampaknya ia lebih "duniawi" dibanding ayahnya

yang taat dan saleh, sehingga disebut lebih menyerupai Umar ibn 'Abd

al-'Aziz. Dan karena itu pula, ia beda dengan ayahnya dalam hal

kebijaksanaannya menghadapi ulama fikih. Sungguhpun ia masih tetap hormat

pada mereka, tetapi campur tangan ulama fikih dalam pemerintahan mulai

dibatasi.60 Dan sebagaimana diketahui, para ulama fikih yang berpengaruh

besar di Andalus pada masa ayahnya Hisyam I, adalah pengikut mazhab

Maliki. Menurut Al-Hakam, setiap Muslim mempunyai hak yang sama

dihadapan Allah, sehingga hasil pemikiran para ulama, tidak mutlak benar

dalam segala hal, sehingga mereka menjadi “perantara” dengan Allah dalam

pengambilan putusan politik, karena kemutlakannya itu. Atau mungkin juga,

karena al-hakam lebih dekat kepada kalangan bukan ulama, bahkan lebih

dekat pada kelompok yang suka pada kemewahan dan pesta pora, maka

kualitas keagamaannya lebih “longgar” dibanding ayahnya yang saleh,

sehingga kebijaksanaan politiknya berbeda jauh dengan para ulama fikih yang

berpola fikir “mazhabi”. Sementara itu dapat terjadi, pandangan ulama fikih

yang tidak jarang berbeda-beda dalam satu hal yang sama, membuat

Al-Hakam lebih condong pada mazhab lain, yang lebih sesuai dengan

pemikirannya, tetapi terhalang oleh Keterikatannya terhadap satu madzhab

saja, yaitu madzhab Maliki. Dalam hal inilah penilaian al-‘Ibadi yang

menyatakan al-Hakam lebih cerdas dari ayahnya, dapat dipahami.61 Sementara

itu para ulama sendiri berpendapat, jika terjadi perbedaan pendapat dalam

60

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 79

61

(46)

kalangan umat, maka Negara Islam dan imam kaum Muslimin berhak memilih

salah satu pendapat fikih dan mewajibkannya kepada umat.62

Kebijaksanaan al-Hakam I, terhadap ulama dan para pengikut mazhab

Maliki, menimbulkan kemarahan dan tantangan keras dari pihak mereka dan

orang-orang awam. Nampaknya kemarahan itu, tidak semata-mata karena

peranan para ahli fikih yang menjadi kecil, akan tetapi juga akibat

ke-bijaksanaan al-Hakam yang menggunakan tentara bayaran,untuk membangun

sistem pertahanannya. Bahkan dialah orang yang menggunakan cara ini di

Andalusia, sehingga banyak orang yang mengasingkan diri, dan menambatkan

kuda-kuda perang mereka dipintu rumahnya. Dan yang lebih menarik lagi,

adalah bahwa pasukan inti pertahanan Al-Hakam, terdiri dari orang-orang

Negro dan budak belian, yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab.

Mereka dinamakan sibisu atau al-khars, yang berjumlah sekitar 5.000 orang.63

Sehingga komunikasi mereka dengan rakyat yang berbahasa Arab putus.

Pengawal pribadinya juga tordiri dari bangsa Zanji, yang ‘bisu’, serta dinilai

berhati keras, dan amat membenci orang-orang Arab.64 Hal tersebut amat tidak

menguntungkan bagi keamanan, dan stabilitas politik pemerintahan al-Hakam

di Andalusia. Kebencian penduduk kepada pengawal istana, dan sebaliknya

kebencian pengawal istana terhadap orang-orang Arab, yang menjadi rakyat

dari kepala negara yang dikawalnya itu, dapat merupakan dua kutub yang

saling berjauhan dan saling bertentangan. Kedua belah pihak saling

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengukuran kinerja (SPK) yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep penggunaan SPK yang dikembangkan oleh Simons (1990, 1995) yaitu penggunaan SPK

During storage, grain moisture, temperature, insect infestation, germination and some other parameters were recorded, as were oxygen and carbon dioxide concentrations..

Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap norma-norma (baik norma agama maupun norma-noram yang berlaku lainnya) dan

Sudiyono (2002) menyebutkan terdapat enam asumsi model cobweb yang harus di penuhi, pertama harga ditentukan oleh struktur persaingan yang terjadi pada proses

Simulasi dilakukan pada saat cuaca cerah di musim kemarau (16 Juni 2007) pada siang hari (pukul 13:00 WIB), pada waktu tersebut radiasi matahari dan suhu udara lingkungan

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. 1) Perubahan genetik yang terjadi dalam suatu perkawinan antar ras dapat diidentifikasi

Evaluasi Triwulan Setiap 3 bulan sekali, dimulai pada bulan Juni 2012 dst.