• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Menguasai Negara Dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hak Menguasai Negara Dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002. Abrar Seleng. Hukum Pertambangan, diterjamahkan oleh Aca Sugandhy.

Yogyakarta : UII Press, 2004.

AK Syahmin. Hukum Dagang Internasional. Jakarta: Rajawali Press, 2006.

Bagir Manan. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstisi Suatu Negara. Bandung: Mandar Maju, 1995.

Benhard Limbong. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Jakarta: Margaretha Pustaka, 2015.

Budi Harsono. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

Dahlan Thalib. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Rjagrafindo Persada, 2001.

Darwin Ginting. Hukum Kepemilikan Hak atas Tanah Bidang Agribisnis. Bandung: Ghalia Indonesia, 2010.

David Kairupan. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2013.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Dewi, R. Ismala. Pengaturan Air untuk Industri Air Kemasan dan Dampaknya

Bagi Masyarakat Lokal. Jakarta: UI-Press, 2013.

Erman Rajagukguk. Hukum Investasi Di Indonesia Pokok Bahasan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2005.

Friedman, Lawrance M. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial. Bandung: Nusa Media, 2003.

Gunarto Suhardi. Beberapa Elemen Penting dalam Hukum Perdagangan

Internasional. Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2004.

(2)

Hulman Panjaitan. Hukum Penanaman Modal. Jakarta: Ind-Hill Co, 2003.

Ilmar Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.

______________. Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Mahendra, Yusril Ihza. Kelembagaan Negara Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: CIDES, 1996.

Manan, Bagir & Kutana Magnar. Beberapa Masalah Hukum Tata Negara

Indonesia. Bandung: Alumni, 1993.

Mohammad Hatta. Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Mutiara, 1977.

Moh Kusnardi. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1981.

Muhamad Bakri. Hak Menguasai Tanah oleh Negara, Paradigma Baru untuk

Reformasi Agraria. Yogyakarta: Cetakan I , 2007.

Muhammad Yamin. Proklamasi dan Konstitusi. Jakarta:Djembatan, 1974.

Nanik Trihastuti. Hukum Kontrak Karya, Pola Kerjasama Pengusahaan

Penambangan Indonesia. Malang: Setara Press, 2013.

N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge. Pengantar Hukum Perizinan. disunting oleh Philipus Mandiri Hadjon. Surabaya: Yuridika, 1993.

Notonagoro. Politik Hukum dan Pembangunan Agraria. Jakarta: Bina Aksara, 1984. Pandji Anoraga. Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing. Jakarta:

Pusaka Jaya, 1995.

Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik. Hukum Tata Ruang, Dalam Konsep

Kebijakan Otonomi Daerah. Bandung: Nuansa, 2008.

R. Wiratno, dkk. Ahli-Ahli Pikir Besar tentang Negara dan Hukum. Jakarta: PT Pembangunan, 1978.

(3)

Shidarta. Karateristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: CV. Utomo, 2006.

Silalahi M. Daud. Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di

Indonesia. Bandung: PT. Alumni, 2008.

Simamora Rudi M. Hukum Minyak dan Gas Bumi. Bandung:Djambatan, 2000. Sodiki, Achmad dan Yanis Maladi. Politik Hukum Agraria. Bandung: Mahkota Kata,

2009.

Sri M Soemantri. Prosedur dan sistem Perubahan Konstitusi. Bandung: Alumni, 1987.

Soetarno. Pengantar Penanaman Modal. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, 1993. Sujud Margono. Hukum Investasi Asing Indonesia. Jakarta:Novindo Pustaka

Mandiri, 2008

Sumardjono, Maria SW. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan

Implementasi. Jakarta: Kompas, 2000.

Suny, Ismail dan Rudioro Rochmat. Tinjauan dan Pembahasan UU PMA dan

Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradnya Paramita, 1977.

Yance Arizona. Konstitusionalisme Agraria, STPN Press. Yogyakarta: STPN Press, 2014.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan Putusan MK Nomor 85/PUU-XI/2013

C. Website

http://oasezam.wordpress.com/2009/05/13/bisnis-amdk-air-minum-dalam-kemasan-semakin-berkembang/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2016).

(4)

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air (diakses pada tanggal 5 Maret 2016). http://www.tpsda.itb.ac.id/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2016).

https://humambalya.wordpress.com/2011/02/12/hak-menguasai-negara-yang-menggila/.html (diakses pada tanggal 18 Maret 2016).

http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/aspek-prinsip-pengelolaan-sumberdaya-air.html (diakses pada tanggal 23 Maret 2016).

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt553f6fbeb94da/sejumlah-kalangan-khawatir-larangan-asing-kelola-air.html (diakses pada tanggal 24 Maret 2016).

http://civicsedu.blogspot.co.id/2012/06/asas-hak-menguasai-negara-hukum-agraria. html (diakses pada tanggal 29 Maret 2016).

http://wikidpr.org/news/harian-kompas-pasca-uu-sda-dibatalkan-mengakhiri-liberalisasi-pengelolaan-air.html (diakses pada tanggal 29 Maret 2016).

http://ksp.go.id/ini-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-6/html (diakses pada tanggal 31 Maret 2016).

http://www.hukumpedia.com/adi_abaw/catatan-tentang-rpp-pengusahaan-sumber-daya-air.html (diakses pada tanggal 31 Maret 2016).

http://www.lutfichakim.com/2011/12/analisis-penafsiran-pasal-33-uud-1945.html (diakses pada tanggal 25 Maret 2016).

http://muhammadekoatmojo.blogspot.co.id/2014/11/negara-dan-pengelolaan-sumber-daya-alam_68.html (diakses pada tanggal 28 Maret 2016).

http://musri-nauli.blogspot.co.id/2012/07/catatan-hukum-putusan-mktentang.html (diakses pada tanggal 30 Maret 2016).

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id (diakses pada tanggal 5 Juni 2016 )

(5)

BAB III

KEGIATAN PENANAMAN MODAL BIDANG SUMBER DAYA AIR

A. Pengertian dan Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia

Investasi berassal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan modal atau uang. Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer didalam dunia usaha sedangkan istilah penanaman modal adalah istilah yang lazim digunakan didalam peraturan perundang-undangan, namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama. Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.73

Menurut Pasal 1 angka 1 UU Penanaman Modal, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal memberikan banyak manfaat bagi Negara Republik Indonesia, seperti sarana penyediaan lapangan kerja, mengembangkan

73

(6)

industri substitusi impor untuk menghemat devisa, mendorong berkembangnya industri barang-barang ekspor non migas untuk mendapatkan devisa, pembangunan daerah-daerah tertinggal dan alih teknologi.74 Penanaman modal asing dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni melalui direct investment (penanaman modal secara langsung) atau melalui portfolio investment (investasi portofolio).

Direct investment sering diartikan sebagai kegiatan penanaman modal yang

melibatkan: (i) pengalihan dana (transfer of funds); (ii) proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long-term project); (iii) tujuan memperoleh pendapatan reguler (the purpose of reguler income); (iv) partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of the person transferring the

funds); dan (v) suatu risiko usaha (business risk).

Sedangkan portfolio investment sering dikaitkan dengan investasi yang dilakukan melalui pasar modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities), sehingga tidak melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan juga lebih bersifat jangka pendek dalam bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan efek tersebut dan bukan pendapatan yang reguler, di mana investor tidak terlibat dalam manajemen perusahaan sehingga tidak terkait langsung dengan risiko kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan target atau perusahaan di mana investasi

74

(7)

tersebut dilakukan, melainkan lebih dikaitkan dengan risiko pasar dari efek yang dibeli.75

Penanaman modal asing dalam bentuk investasi langsung mempunyai banyak dampak positif, antara lain memberikan kesempatan kerja bagi penduduk, mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal, memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi, apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak dan bagi negara, lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing, memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.76

Penanaman modal tersebut harus dapat memberikan manfaat yang menguntungkan bagi Negara Republik Indonesia, penanaman modal tersebut harus diselenggarakan berdasarkan asas:

1. Kepastian hukum.

Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Keterbukaan.

Asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

75 David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia (Jakarta:

Kencana, 2013), hlm. 19-20.

76

(8)

3. Akuntabilitas.

Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penananam modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara.

Asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Kebersamaan.

Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan.

Asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan.

(9)

8. Berwawasan lingkungan.

Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian.

Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. 77

Penanaman modal di Indonesia diatur dalam UU Penanaman Modal yang mencabut UU Penanaman Modal Asing dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri. Dalam UU Penanaman Modal yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur dalam satu kesatuan. Pembedaan penananam modal asing dan penanaman modal dalam negeri masih dilakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya modal tersebut, apakah berasal dari sumber dalam negeri atau dari sumber luar negeri, atau berdasarkan pihak yang melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor lokal/domestik atau investor asing.78

Lebih lanjut, pengaturan penanaman modal asing berdasarkan UU Penanaman Modal diatur dalam berbagai instrumen peraturan perundang-undangan yang sifatnya cukup kompleks, karena mencakup pengaturan yang sifatnya

77 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, Pasal 3 ayat (1).

78

(10)

multidimensi. Beberapa peraturan pelaksana dari UU Penanaman Modal mengenai kedudukan dan pengaturan penanaman modal asing di Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

(11)

8. Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2014 tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

9. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal

10. Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Di Daerah-Daerah Tertentu

(12)

yang meratifikasi konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional yang terkait dengan masalah penanaman modal juga perlu kiranya diperhatikan antara lain:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia) yang di dalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS), Trade Related Aspects of Investment Measure (TRIMS), dan The

General Agreement on Trade in Services (GATS).

2. Keputusan Presiden No. 31 Tahun 1986 tentang Pengesahan Convention

Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency.

3. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan Convention on

the Recognition and Enforcement of Foreign Arbital Awards.

4. Undang-Undang No. 32 Tahun 1986 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing mengenai Penanaman Modal (Convention on the Settlement of Investment

Disputes between States and Nationals of Other States).

5. Perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan kerjasama investasi dan perdagangan internasional lainnya yang bersifat bilateral (Bilateral

Investment Treaty) maupun multilateral (Asia Pacific Economic Cooperation,

Asean Free Trade Agreement, Asean China Free Trade Agreement).79

79

(13)

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini, pemerintah melakukan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal di Indonesia melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), suatu lembaga non-kementerian negara yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Koordinasi kebijakan penanaman modal tersebut dilakukan: antar-instansi pemerintah, antara instasi pemerintah dan pemerintah daerah, atau antar-pemerintah daerah.80 Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal tersebut, BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

2. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

3. menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal;

4. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha;

5. membuat peta penanaman modal Indonesia; 6. mempromosikan penanaman modal;

7. mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;

80

(14)

8. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal;

9. mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia;

10. mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.81

B. Bentuk-bentuk Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air di Indonesia

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan suatu negara. Berbagai kebijakan telah di lakukan oleh pemerintah Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini, salah satu caranya yaitu dengan investasi (penanaman modal) baik yang dilakukan oleh investor Domestik maupun investor Asing.

Apabila dilihat dari segi sumber modalnya bentuk-bentuk penanaman modal bidang sumber daya air di indonesia dapat di bagi menjadi:

1. Penananaman modal dalam negeri

Penanaman Modal Dalam Negeri atau (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

81

(15)

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam Modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha negeri, dan/atau pemerintah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal adalah penggunaan modal dalam negeri baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menjalankan usaha berdasarkan UU Penanaman Modal Dalam Negeri. “Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisisli di Indonesia, yang disisihkan/disediakan untuk menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh UU Penanaman Modal Asing.82 Pasal 1 angka 2

UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah

82

(16)

Negara Republik Indonesia (Pasal 1 angka 5 UU Penanaman Modal) dan bidang usaha yang dapat menjadi garapan penanaman modal dalam negeri adalah semua bidang usaha yang ada di Indonesia kecuali bidang usaha yang termasuk ke dalam negatif investasi di Indonesia.

Jenis-jenis badan usaha berdasarkan kepemilikan modalnya dalam bidang sumber daya air terbagi atas :

a. BUMN atau Badan Usaha Milik Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian besar modalnya adalah milik negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasioal, disamping badan usaha milik swasta dan koperasi. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar. Status pegawai badan usaha-badan usaha tersebut adalah pegawai negeri.83 Contoh BUMN dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia adalah Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II

b. BUMD atau Badan Usaha Milik Daerah adalah perusahaan daerah yang modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan, baik yang didirikan oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Perusahaan daerah bergerak di bidang usaha umum yang menguasai hajat hidup orang banyak. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan

83

(17)

mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.Contoh BUMD dalam pengelolaan air adalah Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM

c. BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta adalah suatu badan usaha yang dimiliki perseorangan atau kelompok dengan cara penanaman modal dimana permodalannya keseluruhan berasal dari pihak swasta itu sendiri. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya adalah tujuan BUMS ini, sehingga kemanfaatannya yang strategis untuk menyediakan produk dan kebutuhan konsumen apabila tidak dikendalikan maka akan terjadi monopoli sehingga tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya akan diselewengkan dan akan menyengsaran kepentingan masyarakat. Dan contoh BUMS dalam bidang pengelolan air di Indonesia adalah PT. Aetra Air Tanggerang, PT. Bumi Serpong Jaya, dan lain sebagainya.

(18)

Indonesia, mulai terjadi pada tahun 1990 hal ini dikarenakan semakin menurunnya pendanaan dari pemerintah pusat dalam bidang pengelolaan air.84

2. Penanaman modal asing

Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa85. Menurut Pasal 1 ayat ( 3 )UU Penanaman Modal yang dimaksud dengan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal usaha untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan asing sepenuhnya, maupun yang berpatungan dengan penanamn modal dalam negeri.

Bentuk penanaman modal asing di Indonesia dapat dibagi atas :

a. Penanaman modal asing secara tidak langsung (Foreign Indirect

Investment/FII)

Foreign Indirect Investment (FII) dilakukan dengan jalan melakukan

pembelian efek (securities) melalui bursa atau lembaga pasar modal (capital

market) yang bersifat global. Pembelian efek melalui lembaga pasar modal tidak

membuat penanam modal asing harus turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha serta tidak bertanggung jawab secara langsung atas manajemen kegiatan usaha tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan Foreign Indirect

84

http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/109/Privatisasi_Air/Sejarah_Keterlibata n_Swasta_dalam_Peyediaan_Layanan_Air_Bersih_di_Indonesia.html (diakses pada tanggal 20 mei 2016)

85

(19)

Investment (FII) adalah capital gain yang didapatkan ketika efek dijual kembali

pada tingkat harga yang lebih tinggi dibandingkan ketika efek tersebut dibeli.86 b. Penanaman modal asing secara langsung (Foreign Direct Investment/FDI)

Berbicara mengenai pengertian FDI, dapat dirujuk kepada 2 pendapat berikut:

1). International Monetary Fund (IMF):

“Investment that is made to acquire a lasting interest in an

enterprise operating in an economy other than that of an investor,

the investor’s purpose being to have an effective choice in the

management of the enterprise.” Yang arinya investasi yang dibuat untuk mengakuisisi abadi dalam operasi perusahaan dalam perekonomian selain dari investor, tujuan investor menjadi memiliki pilihan yang efektif dalam pengelolaan perusahaan).87

2). Encyclopedia of Public International Law:

“A transfer funds or materials from the one country (called capital

exporting country) to another (called host country) in return for a

direct participation in the earnings of that enterprise.”yang artinya sebuah transfer dana atau bahan-bahan dari satu negara (modal disebut negara pengekspor) ke (disebut negara tuan rumah) yang lain sebagai imbalan atas partisipasi langsung dalam pendapatan perusahaan).88

86

David Kairupan, Op. Cit., hlm. 19.

87Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung

di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 2.

(20)

Dapat dikatakan bahwa penanaman modal langsung (FDI) adalah bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.89 Dan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal dimana dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.90

Terdapat 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan UU Penanaman Modal Asing yaitu :

1. Joint Venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual), dengan tidak membentuk badan hukum yang baru seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU Penanaman Modal Asing.

2. Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU Penanaman Modal Asing. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang

89 Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing (Jakarta: Pusaka Jaya,

1995), hlm. 46. 90

(21)

modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.91

3. Kontrak Karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN).92

Pengelolaan sumber daaya air di Indonesia, di dominasi oleh bentuk kerjasama dengan cara Joint Venture, contohnya seperti kerjasama antara Danone Groupe SA, suatu badan hukum transnasional yang berasal dari Negara Prancis dengan PT. Aqua Golden Missisipi suatu badan hukum Indonesia dengan bidang usaha industri pengelolaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pada tahun 2000 dengan meluncurkan produk berlabel Danone-Aqua yang merubah sumber bahan baku aqua dari sumur ke mata air pegunungan yang memiliki kandungan mineral yang baik. Dan contoh lainnya adalah PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYA) suatu badan hukum yang berkedudukan di wilayah barat DKI Jakarta sejak tanggal 1 Februari 1998 yang merupakan bagian dari SUEZ suatu badan hukum yang berasal dari Prancis yang bergerak dibidang air, pelayanan limbah,

91 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,

2004), hlm. 62.

92

(22)

peralatan terkait yang penting bagi kehidupan sehari-hari dan pelestarian lingkungan.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Sumber Daya Air di Indonesia

Tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak warga negara tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan yang dimiliki oleh negara. Kekuasaan negara berlandaskan pada konsepsi kedaulatan. Konsepsi kedaulatan berkenaan dengan pemegang kekuasaan tertinggi. Kekuasaan ini bisa dipandang dari kekuasaan di bidang politik dan kekuasaan di bidang ekonomi. Dalam konsespsi kedaulatan raja misalnya kedaulatan yang dimiliki oleh raja dari segi politik adalah kedaulatan atas rakyatnya sementara dari segi ekonomi adalah kedaulatan atas kekayaan atau harta benda sebagaimana dalam konsep perdata termasuk kekayaan atas tanah dan air sebagai sumber penghidupan.93

Perspektif konstitusional mengenai tanggung jawab negara dalam memenuhi hak warga negara atas air berlandaskan pada konsep penguasaan oleh negara atas sumber daya alam yang diturunkan dari gagasan kedaulatan rakyat. Dasar konstitusionalnya disebutkan dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 khususnya yang mengatur mengenai penguasaan oleh negara atas bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Konsep hak menguasai negara berdasarkan ketentuan ini telah ditafsirkan Mahkamah Konstitusi melalui putusannya dan menjadi yurisprudensi yang juga dirujuk dalam putusan pengujian Undang-Undang

93 General Comment No. 15 ini terdiri atas 60 paragraf yang dibagi ke dalam enam bagian

(23)

Sumber Daya Air.94 Mahkamah Konstitusi ( MK) telah memutuskan untuk membatalkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA).

Turunan dari putusan MK itu, pengelolaan dan penguasaan sumber daya air dikembalikan pada UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum sebelum dibentuk undang-undang baru. Tindak lanjut dari putusan MK, pemerintah langsung menyusun rancangan peraturan pemerintah (RPP) SDA. Salah satu ketentuan dalam RPP itu menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN). Ketentuan ini ditentang oleh sejumlah kalangan karena dianggap melarang modal asing dalam pengelolaan air ini. Salah satu yang menentang adalah Forum Komunikasi Lintas Asosiasi Pengguna Air (FKLAPA).

Perwakilan dari FKLAPA, Rachmat Hidayat mengatakan, dampak terbesar dari putusan MK adalah pengaturan mengenai izin penggunaan air. Berdasarkan enam prinsip dasar batasan pengelolaan sumber daya air yang termaktub dalam putusan MK, pemberian izin kepada swasta dalam melakukan pengusahaan atas air masih dimungkinkan dengan syarat-syarat tertentu dan ketat. Swasta boleh terlibat dalam penyediaan air minum yang menguasai hajat hidup orang banyak,

94 Dalam hal ini Mahkamah Konstitusi telah menafsirkan ketentuan Pasal 33 UUD NRI

(24)

tapi swastanya tidak disebutkan dari mana dan modalnya dari mana. Atas dasar itu, penanaman modal oleh asing untuk perusahaan pengguna air masih berlaku. Jika modal asing ditutup bukan hanya perusahaan air minum dalam kemasan yang terkena dampaknya, tapi seluruh perusahaan yang menggunakan air sebagai media atau bahan baku juga akan ikut terpengaruh. Putusan Mahkamah Konstitusi tidak sebutkan apapun modal dalam negeri atau luar negeri.

(25)

juga belum tentu penuh atas BUMN/BUMD ini. Terkait dampak perizinan, lanjut Mova, ada dua isu yang bisa dipantau oleh regulator. Pertama bagi perusahaan yang sudah memperoleh izin. Kepada perusahaan tersebut perlu atau tidak dilakukan evaluasi dan disesuaikan dengan enam prinsip dasar pengelolaan air dari putusan MK. Sedangkan isu yang kedua, adalah izin yang akan diberikan kepada perusahaan. Terkait hal ini, penting diterapkan enam prinsip dasar tersebut.95

Setidaknya ada beberapa faktor mengapa investor asing mau menanamkan modalnya di Indonesia, antara lain:

1. Faktor buruh

Upah buruh relatif murah, hal ini dapat menekan biaya produksi. Di negara-negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlimpah.

2. Dekat dengan sumber daya/bahan mentah

Di negara-negara maju, sumber bahan mentah terbatas. Sedangkan di negara-negara berkembang memiliki bahan mentah yang belum dieksploitasi secara optimal. Karena memiliki modal yang memadai, memindahkan industrinya ke negara-negara berkembang.

3. Mencari daerah pemasaran baru

Di samping menanamkan modalnya, investor asing juga berusaha untuk memperoleh akses pasar terhadap konsumen lokal negara-negara berkembang. Akses terhadap konsumen dapat dilakukan dengan menjual produk berikut suku cadangnya.

95

(26)

4. Lisensi dan alih teknologi

Investasi asing biasanya diikuti dengan alih teknologi dan umumnya dengan mekanisme perlisensian. Proses alih teknologi dilakukan melalui lisensi hak kekayaan intelektual.

5. Fasilitas/insentif

Pemberian fasilitas/insentif merupakan salah satu daya tarik investor asing dalam menanamkan modalnya.96

Para penanam modal asing yang menanamkan modalnya dalam bidang sumber daya air di Indonesia, oleh Pemerintah Indonesia diberikan perlindungan yang memadai, yang mencakup:

1. Perlindungan terhadap tindakan nasionalisasi, ekspropriasi dan konfiskasi Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal asing, kecuali dengan undang-undang. Dalam hal pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan, Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar, yaitu harga yang ditentukan menurut cara yang digunakan secara internasional oleh penilai independen yang ditunjuk oleh para pihak. Jika di antara kedua belah pihak tidak tercapai kesepakatan tentang kompensasi atau ganti rugi, penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase, yaitu cara penyelesaian suatu

96

(27)

sengketa perdata di luar pengadilan yang didasarkan pada kesepakatan tertulis oleh para pihak yang bersengketa.97

2. Perlindungan hukum

Setiap penanam modal asing berhak mendapat: a. Kepastian hak

Adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal asing untuk memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang ditentukan.

b. Kepastian hukum

Adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanam modal asing.

c. Kepastian perlindungan

Adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal asing untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal.98

3. Perlindungan atas hak-hak kekayaan intelektual

Instrumen-instrumen hukum positif Indonesia yang melindungi hak-hak kekayaan intelektual tersebar dalam berbagai peraturan, yaitu sebagai berikut:

97Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, Pasal 7.

98

(28)

a. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 yang mengatur tentang Rahasia Dagang

b. Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 yang mengatur tentang Desain Industri

c. Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 yang mengatur tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

d. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 yang mengatur tentang Paten e. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yang mengatur tentang Merek f. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 yang mengatur tentang Hak Cipta 4. Perlindungan atas risiko non-komersial

Untuk mendorong penanaman modal asing melalui program-program penjaminan penanaman modal baik bersifat regional maupun nasional serta program penjaminan risiko non-komersial yang mungkin akan dihadapi oleh pihak investor, maka risiko yang sifatnya non-komersial tersebut akan ditanggung oleh MIGA (The Multilateral Investment Guarantee Agency), yang meliputi:

a. Pembatasan atas transfer mata uang (transfer restriction).

b. Tindakan pengambilalihan yang menghapuskan kepemilikan, kontrol atau hak terhadap investasi yang diasuransikan yang dilakukan negara host

country terhadap investasi asing di negaranya (expropriation).

c. Pelanggaran perjanjian (breach of contract)

(29)

perjanjian tersebut dan mendapatkan ganti rugi atas segala kerugian yang dideritanya. Jika dalam periode waktu tertentu pihak investor belum menerima pembayaran atau penyelesaian sengketa yang ditempuh gagal karena tindakan yang dilakukan oleh pemerintah host country, maka MIGA yang akan membayar kompensasi.

d. Terjadinya perang dan kekacauan dalam masyarakat (war and civil disturbances) Yang termasuk dalam kategori ini adalah revolusi, kudeta, pemberontakan, huru-hara, sabotase, dan aksi terorisme.99

Pemerintah sudah sepakat bahwa perusahaan yang sudah memiliki izin termasuk Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) dan sudah beroperasi tetap dapat menjalankan usahanya sampai ada ketentuan yang baru. Pemerintah, dalam hal ini BKPM dan kementerian terkait lainnya, sepakat tetap mendukung investor yang sudah masuk dan menanamkan investasinya. Regulasi baru untuk memberikan kepastian hukum kepada investor sedang disiapkan. pemerintah kembali menggunakan UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Saat ini, pemerintah menyusun peraturan pemerintah (PP) dan peraturan menteri untuk pelaksanaannya. Pembatalan itu membuat pihak swasta dilarang untuk menguasai pengelolaan sumber daya air.100

Berbagai peran pemerintah dalam pengaturan penanaman modal, termasuk pada sumber daya air ini perlu ditinjau secara berkala sesuai dengan perkembangan ekonomi nasional. Tujuan ini untuk menempatkan prinsip kepentingan nasional, khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat dan

99 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm. 168. 100

(30)

agar investasi nasional dapat memberikan kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat. Dalam mengawasi penggunaan sumber daya nasional ini, khususnya untuk penanaman modal berupa sumber daya air, perlu dijaga dan dirawat dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan generasi berikutnya.

Pengelolaan sumber daya alam harus dapat menjamin rasa keadilan kedalam masyarakat agar tetap terlaksana, walaupun dalam masa transisi, keadilan hendak memberikan perlindungan kepada warga atas pemanfaatan sumber daya air. Pada dasarnya investor menginginkan keamanan dan ketenangan dalam berinvestasi, terutama lagi kepastian hukumnya. Penanaman modal yang berkeadilan sosial dalam hal ini dengan mempertimbangkan kepentingan nasional, Pemerintah diharuskan untuk menyeimbangkan kemungkinan timbulnya intervensi oleh negara-negara investor terhadap investasi asing. Pemerintah juga harus mampu memposisikan dirinya sebagai regulator yang bijak agar fungsi regulasi dan fungsi supervise dari pemerintah dalam praktik atas jaminan penanaman modal bisa berjalan dengan baik. Fungsi pengawasan oleh pemerintah dalam penanaman modal ini, dalam hal ini terkait dengan keputusan yang terkait dengan kebijakan pemerintah dalam menerapkan regulasi, supaya tetap menjaga kepentingan nasional dalam pemanfaatan sumber daya air demi tercapainya tujuan negara.101

101

(31)

BAB IV

HAK MENGUASAI NEGARA DALAM KEGIATAN PENANAMAN

MODAL BIDANG SUMBER DAYA AIR

A. Aspek Hukum Pengelolaan Sumber Daya Air Terkait Penanaman Modal

Undang-Undang Sumber Daya Air menjelaskan bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Undang-undang dengan tegas mengatakan bahwa negara memiliki peran utama dalam pengaturan, pendayagunaan dan lain-lain, dengan melibatkan

stakeholder lainnya.

(32)

memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin.102

Air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya undang-undang ini dikuasai oleh negara.103 Hak menguasai oleh negara tersebut dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang kepada pemerintah untuk:

1. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan atau sumber-sumber air.

2. Menyusun mengesahkan, dan atau memberi izin berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan.

3. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin peruntukan, penggunaan, penyediaan air, dan atau sumber-sumber air.

4. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air.

102 http://uwadadang.blogspot.co.id/2007/12/aspek-pengelolaan-terpadu-sumberdaya.html

(diakses pada tanggal 22 Maret 2016)

103

(33)

5. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan hubungan-hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan air dan atau sumber-sumber air.104

Adanya hak menguasai oleh negara tersebut menimbulkan wewenang untuk melakukan kepentingan yang garis-garis besarnya. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup keharusan untuk melindungi serta mengamankan air dan atau sumber-sumber air untuk menjaga kelestarian fungsinya.105 Seiring dengan terjadinya laju pertumbuhan penduduk maka konsumsi akan air menjadi terus meningkat. Akibatnya industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) mengalami peningkatan pesat di Indonesia. AMDK menjadi salah satu bisnis yang menggiurkan. Implikasi dari menjamurnya bisnis AMDK adalah makin banyaknya daerah yang menjadi sasaran eksploitasi air sehingga tidak jarang menimbulkan konflik karena masyarakat sekitar sumber mata air mengalami kesulitan air. Fakta ini dianggap sebagai implikasi dari UU Sumber Daya Air

Mahkamah Konstitusi membatalkan seluruh isi UU Sumber Daya Air pada tanggal 18 Februari 2015 dengan alasan tidak memenuhi enam prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya alam sebagaimana yang telah diatur dalam UUD NRI Tahun 1945. Ada pun enam prinsip dasar tersebut adalah pertama, setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air karena bumi dan air dan kekayaan alam yang

104

Ibid, Pasal 3 ayat (2).

105 Edy Sriyono, Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air Sesudh Dibatalkannya

(34)

terkandung di dalamnya selain harus dikuasai oleh negara, juga peruntukannya adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kedua bahwa negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Ketiga, harus mengingat kelestarian hidup, sebab sebagai salah satu hak asasi manusia. Keempat bahwa sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang harus dikuasai oleh negara dan air harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat maka pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak. Kelima sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara dan karena air merupakan sesuatu yang sangat menguasai hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan air adalah BUMN atau BUMD. Keenam, setelah semua pembatasan tersebut di atas sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan memberikan ijin kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.

Sehingga pengguna sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sumber daya air, sepanjang pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat di atas diperoleh langsung dari sumber air. Tujuan dilakukannya kajian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai implementasi UU Sumber Daya Air selama ini dan tantangan PSDA sesudah dibatalannya UU Sumber Daya Air oleh mahkamah konstituusi tersebut sampai ditetapkannya UU Sumber Daya Air yang baru.106 Dari beberapa pasal UU Sumber Daya Air sebagaimana

106

(35)

disebutkan dalam Bab Pendahuluan yang diajukan oleh pemohon ke Mahkamah Konstitusi untuk diuji konstitusinya, beberapa diantaranya yang menjadi pokok permasalahan di masyarakat, yakni: Pasal 9 ayat (1), hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Di dalam UU Sumber Daya Air tidak ditemukan adanya istilah privatisasi/swastanisasi/komersialisasi, namun di dalam implementasinya Pasal 9 ayat (1) tersebut membuka peluang privatisasi/swastanisasi/komersialisasi pengelolaan sumber daya air oleh pihak swasta atau asing. Sehingga cenderung mengabaikan peran BUMN/BUMD, seperti diamanatkan Pasal 33 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Dalam praktek selama ini, pemberian izin hanya bersifat prosedural dan formal. Pengawasan di lapangan sangat lemah yang dapat mengakibatkan eksploitasi sumber daya air yang tak terkendali, dan akhirnya berdampak pada masyarakat yakni penurunan muka air tanah. Sesungguhnya sebelum adanya UU Sumber Daya Air, peran negara sudah berkurang karena penguasaan air sebagian berpindah ke tangan swasta.107

Pengusahaan air berbeda dengan penguasaan air. Praktek yang terjadi di Pandaan Jatim, banyak industri sengaja membeli areal-areal yang memiliki mata

air alami. Dengan alasan bahwa mata air tersebut milik perusahaan, maka “boleh”

dipakai perusahaan secara maksimal daerah hilir tentu jadi masalah. Hal ini dapat memicu konflik antara warga masyarakat dengan pemerintah dan perusahaan, bahkan terkadang konflikpun muncul antar anggota masyarakat yang pro dan

107

(36)

kontra. Adanya privatisasi/swastanisasi/komersialisasi mengakibatkan rakyat dirugikan. Mereka harus membayar lebih atau akses untuk mendapatkan air menjadi lebih terbatas, padahal akses terhadap sumber daya air adalah hak yang dijamin oleh UUD NRI Tahun 1945. Contoh kasus Aqua Danone di Sukabumi dan Klaten, sebelumnya masyarakat mudah mendapat air hanya dengan menggali beberapa meter. Sekarang mereka harus membeli bor, memasang pompa, dan membayar listrik karena sumber air semakin dalam. Di Sukabumi, dulu air dapat diambil di kedalaman 5-8 meter, sekarang harus lebih dari 15 meter. Petani di Klaten sekarang harus menyedot air dengan mesin diesel, padahal sebelumnya tidak demikian.

Kejadian ini merupakan sebagian contoh akibat adanya kesalahan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA). Karena hak guna usaha air yang dapat diberikan pada swasta dan perorangan adalah peluang bagi privatisasi dalam bentuk kapitalisasi usaha melalui saham di bursa, mobilisasi kapital demikian menjadi terbuka luas, meskiupun tanpa memnindahtangankan hak guna usaha yang diperoleh satu badan hukum. Pintu atau peluang demikian tidak dapat dikesampingkan hanya karena secara eksplisit tidak menyebut privatisasi dalam UU Sumber Daya Air. Usaha swasta yang mengelola air minum akan selalu

profit-oriented, sedangkan pelayanan atau public service bukan merupakan

orientasinya bahkan dapat dikatakan bertentangan dengan watak dasarnya, sehingga tidak dapat diharapkan bahwa badan usaha swasta akan mengabdikan dirinya bagi pelayanan publik yang bersifat sosial.108

108

(37)

Agenda privatisasi air di Indonesia sebenarnya sudah terbukti lewat PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka (yang diperbaharui dengan Perpres No 111 Tahun 2007 dan Perpres No. 36 Tahun 2010). Berdasarkan PP dan Perpres tersebut memungkinkan pihak swasta menguasai sampai 100% modal pengusahaan air minum, dan pihak asing dapat menguasai modalnya sampai sebesar 95%. Sudah barang tentu hal ini bertentangan dengan amanat UUD NRI Tahun 1945 Pasal 33 karena produksi air tergolong penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak sehingga sumber daya air harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.109

Pada umumnya pengelolaan sumberdaya air (khususnya air tanah) berangkat hanya dari satu sisi saja yakni bagaimana memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari adanya air. Namun untuk tidak dilupakan bahwa jika adanya keuntungan pasti ada kerugian. Tiga aspek dalam pengelolaan air bawah tanah yang tidak boleh dilupakan yakni aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek pengendalian. Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran manusia jika berhubungan dengan air. Baru setelah terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan air yang tersedia, maka manusia mulai sadar atas aspek yang lain. Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan, maka air perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan hujan di hulu maupun daerah penambilan merupakan salah satu bagian pengelolaan. Sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan musim hujan tidak besar. Demikian pula menjaga

109

(38)

air dari pencemaran limbah. Perlu disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki daya rusak fisik maupun kimiawi akibat ulah manusia. Oleh karena itu dalam pengelolaan air tanah tidak boleh dilupakan adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa pencemaran air tanah. Dalam pengelolaan air tanah, ketiga aspek penting tesebut, harus menjadi satu kesatuan, tidap dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. 110

Salah satu aspek saja terlupakan maka akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa akibat buruk. Jika semua pihak kurang benar dalam mengelola sumber daya air, tidak hanya saat ini kita akan menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang. Air tanah merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan secara berkelanjutan. Keberadaan air tanah mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaannya harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediannya secara berkesinambungan. Terdapat dibawah permukaan tanah baik berada didaratan maupun dibawah dasar laut, mengikuti sebaran karakteristik tempat keberadaannya yaitu dalam lapisan tanah atau batuan pada cekungan. Keberadaan air tanah di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi tidak disetiap tempat terdapat air tanah tergantung pada kondisi geologi, yang meliputi proses pengendapan dan struktur geologi yang berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan batuan serta curah hujan. Pengambilan air tanah dalam upaya pemanfaatan

110

(39)

atau penggunaannya memerlukan proses sebagaimana dilakukan pada kegiatan pertambangan yang mencakup kegiatan penggalian atau pengeboran.111

Sesuai Pasal 12 ayat (2) UU Sumber Daya Air, dikatakan bahwa di dalam pengelolaan an tanah didasarkan pada konsep Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. CAT meliputi CAT lintas Negara, CAT lintas Provinsi, CAT lintas Kabupaten/Kota dan CAT dalam satu Kabupaten/Kota. CAT ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri Pasal 13 ayat (1) UU Sumber Daya Air. Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup. Air Tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan air tanah secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah meliputi keterdapatan, penyebaran, ketersediaan dan kualitas air tanah serta lingkungan keberadaannya. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara konservasi dan pendaya-gunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumberdaya air. Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi dan pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan kelestarian dan keseimbangan ketersediaan air tanah dan kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.112

111

Ibid.

112

(40)

Penanaman modal oleh asing untuk perusahaan pengguna air masih berlaku. Menurut Forum Komunikasi Lintas Asosiasi Pengguna Air, jika modal asing ditutup bukan hanya perusahaan air minum dalam kemasan yang terkena dampaknya, tapi seluruh perusahaan yang menggunakan air sebagai media atau bahan baku juga akan ikut terpengaruh. Mahkamah Konstitusi memang menetapkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan sumber daya air. Pertama, setiap pengusahaan air tidak boleh mengganggu dan meniadakan hak rakyat. Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat atas air sebagai salah satu hak asasi manusia, yang berdasarkan Pasal 28I ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Ketiga, pengelolaan air pun harus mengingat kelestarian lingkungan. Keempat, sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak air menurut Pasal 33 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 harus dalam pengawasan dan pengendalian oleh negara secara mutlak. Kelima, hak pengelolaan air mutlak milik negara, maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD.113

Pasal 22 UU Penanaman Modal sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa investasi atau penanaman modal adalah digunakan untuk meningkatkan perekonomian bangsa dengan harapan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Investasi dapat dilakukan terhadap berbagai macam jenis usaha dan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Negara dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan untuk menentukan diperbolehkan atau hendaknya pihak lain (swasta maupun asing) adalah pihak yang paling sentral posisinya

113

(41)

dalam mengatur regulasi terkait investasi. Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 mengatur mengenai kewajiban negara untuk mengelola kekayaan alam yang terdapat di tanah air dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara

keseluruhan. Pasal 33 ayat (3) menyebutkan “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat”.

Amanat yang terdapat dalam UUD NRI Tahun 1945 tersebut harus dilakukan oleh negara, karena dalam kaitannya dengan hak warga negara yang terdapat dalam UUD NRI Tahun 1945, negara minimal harus melakukan 2 hal yaitu untuk dapat melindungi (to protect) dan memenuhi (tu fullfil). Terkait dengan usaha untuk mempergunakan kekayaan alam demi kemakmuran masyarakat, negara melakukan berbagai macam usaha untuk mewujudkan sehubungan dengan 2 kewajiban yang telah disebutkan sebelumnya. Usaha yang dilakukan salah satunya adalah dalam hal regulasi atau dengan membuat aturan hukum. Aturan hukum yang dibuat salah satunya adalah dalam hal untuk mengembangkan potensi kekayaan alam yang ada dengan memperbolehkan pihak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.114 Berdasarkan penjelasan Pasal 117 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air bahwa anggaran dari pemerintah digunakan untuk membiayai pembangunan dan investasi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air beserta prasarananya dan jasa pelayanan pengelolaan air di wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Kemudian

114

(42)

Anggaran dari pemerintah provinsi digunakan untuk membiayai pembangunan dan investasi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air beserta prasarananya dan jasa pelayanan pengelolaan air di wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

B. Perkembangan Hak Menguasai Negara terhadap Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air di Indonesia

Pengelolaan sumber daya air yang terjadi di Indonesia saat ini adalah pengelolaan yang mengedepankan kepentingan para pejabat dan negara asing dibandingkan kepentingan bagi kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai kekayaan alam melimpah yang seharusnya mempunyai strategi sendiri dalam menghadapi globalisasi, sehingga aset negara seperti kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui bisa terselamatkan.

(43)

prinsip-prinsip dasar demokrasi ekonomi.115 yang diturunkan dari Pasal 33 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut:

1. Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing;

2. Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik masa kini maupun masa yang akan datang

3. Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup;

4. Asas kemandirian adalah asas yang mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi;

5. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan nasional

Putusan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian terhadap undang-undang di bidang sumber daya alam terhadap Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 tidak cukup

115 Penjelasan Demokrasi Ekonomi ini merupakan pembelokan yang sangat berbeda

(44)

dianalisa dengan menggunakan cara tradisional metodologi penafsiran hukum. Putusan tersebut tidak lagi murni berada pada domain hukum (yang murni), tetapi juga sebagai keputusan politik yang memoderasi dan memberikan legitimasi kepada masuknya nilai-nilai neoliberalisme ekonomi. Konsep penguasaan negara atas sumberdaya alam harus dilihat sebagai bagian dari sistem hak atas sumberdaya air. Berbicara tentang “hak” dalam konstruksi politik, maka ia bersifat relasional yang mengaitkan seluruh pengemban hak dalam suatu sistem hak. Sistem hak tersebut dikatakan sebagai suatu sistem bila mengarah kepada satu tujuan. Tujuan yang digariskan oleh UUD NRI Tahun 1945 adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sebesar-besar kemakmuran rakyat tidak hanya bermakna rakyat sebagai objek yang akan menerima, sebab kemakmuran tidak saja soal hasil. Sebesar-besar kemakmuran rakyat juga soal proses, sehingga rakyat adalah subjek yang seharusnya terlibat secara partisipatif. Putusan Mahkamah Konstitusi tidak mengarah kepada penguatan peran masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya air.116

Sejak masa era orde baru sampai sekarang pengelolaan sumber daya alam yang kita miliki lebih banyak dikuasai oleh asing, hal ini sudah terlihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia serta menguasai aset-aset negara yang strategis. Banyaknya penguasaan asing terhadap sumber daya air di Indonesia tidak lantas menjadikan kehidupan dan perekonomian masyarkat menjadi lebih baik. Oleh karena itu pengusahaan asing terhadap

116 Yance Arizona, Konstitusi Dalam Intaian Neoliberalisme, Makalah yang

(45)

sumber daya air harus dikaji ulang demi masa depan bangsa dan negara, serta demi keberlangsungan perekonomian bagi masyarakat dan pemerintah. Jika pemerintah tidak berani mengkaji ulang sistem kontrak kerja perusahaan asing yang ada di Indonesia maka kemungkinan besar anak cucu bangsa ini tidak bisa menikmati hasil sumber daya air yang ada di negerinya sendiri, serta tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia yang terkenal dengan kaya akan sumber daya air akan menjadi sebuah negara gagal dan kemiskinan melanda masyarakat negeri ini. Oleh karena itu penting bagi pemerintah selain mengkaji ulang kontrak kerja perusahaan asing yang menguasai sumber daya air baik yang diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui, maka pemerintah harus mempunyai inisiatif untuk mengembangkan proses pengelolaan terhadap sumber daya air yang telah diproduksi di Indonesia.117

Pemerintah hanya mendapatkan royalti dari kegiatan sumber daya air yang dilakukan perusahaan asing. Hal inilah yang kemudian menjadi kritik besar terhadap sistem kontrak karya dalam bidang sumber daya air karena perusahaan asing dapat melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap hasil sumber daya air namun royalti yang diperoleh pemerintah, yang sepatutnya digunakan untuk melakukan peningkatan kesejahteraan rakyat, sangat sedikit. Dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam, pemerintah seharusnya mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yang dengan tegas mengamanatkan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kembali pada amanat

117

(46)

UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat (3), Mahkamah Konstitusi memberikan penafsiran terhadap klausul “dikuasai negara” dimana mencakup makna penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan

rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber sumber kekayaan yang dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD NRI Tahun 1945 memberikan mandat kepada negara untuk melakukan fungsinya dalam mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) oleh negara. Mengacu pada penafsiran tersebut, hasil tambang di Indonesia dikuasai oleh negara yang dikelola dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat sebesar-besarnya, sebagaimana prinsip welfare state.

(47)

Konsep kontrak karya juga rawan dalam penyalahgunaan maupun ketimpangan hak yang didapatkan. Model kontrak karya dalam rentang generasi tersebut telah mengatur standarisasi prosedur dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan investor sehingga investor merasa nyaman dengan model tersebut.118 Walaupun telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari investor, tetapi faktor eksternal di luar sistem kontrak karya tidak dapat dipungkiri telah menjadi kelemahan dalam dunia pertambangan Indonesia. Faktor eksternal tersebut antara lain inefisiensi birokrasi, infrastruktur yang buruk, dan kebiasaan-kebiasaan bisnis yang buruk. Wacana ditinggalkannya kontrak karya membutuhkan waktu yang lama untuk kemudian menjadi kenyataan. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari tarik menarik kepentingan antara perusahaan-perusahaan air yang telah melakukan eksploitasi sumber daya air di Indonesia berdasarkan kontrak karya. Kepastian hukum dalam bisnis air menjadi pertanyaan besar bagi perusahaan-perusahaan air.

Menurut Spelt dan Ten Berge, figur izin merupakan sebuah tanda persetujuan dari pemerintah, berdasarkan peraturan perundang-undangan, bagi subjek hukum untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan peraturan perundag-undangan. Dengan memberikan izin, pemerintah memperkenankan orang yang mengajukan permohonan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.119 Berdasarkan konsepsi yang demikian, pemberian

118Balbir Bhasin dan Jennifer McKay, “Mining Law a

nd Policy in Indonesia: Reforms of the Contract of Work Model to Promote Foreign Direct Investment and Sustainibility”, Australian Mining and Petroleum Law Journal Volume 21 Number 1 (April 2002), hlm. 84

119

(48)

izin pengelolaan sumber daya air didasarkan pada pandangan bahwa pengelolaan sumber daya air adalah kegiatan yang dilarang. Pemerintah, sebagai pihak yang memberikan izin, dengan demikian memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan air. Konsep ini berbeda dengan kontrak karya yang menempatkan perusahaan air dan pemerintah sebagai subjek hukum yang sejajar dalam membuat kesepakatan.

Modal asing masuk ke berbagai bidang ekonomi, tak terkecuali bidang Sumber daya air. Pasca berlakunya UU Penanaman Modal Asing investasi asing di Indonesia, terutama investasi asing, tumbuh dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa insentif yang terkandung dalam UU Penanaman Modal Asing, yaitu meliputi perlindungan dan jaminan investasi, terbukanya lapangan kerja bagi tenaga kerja asing, insentif di bidang perpajakan, dan berbagai insentif lainnya. Situasi politik dan keamanan yang relatif stabil semakin mendorong investasi asing langsung menjadi bergairah dan meningkat secara signifikan.

(49)

42 Tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air. Perusahaan-perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan erat dengan pengelolaan dan pasokan air bersih, tentunya akan berpikir secara cermat sebelum memutuskan berinvestasi di Indonesia. Penerapan UU Sumber Daya Air memang sejak lama menjadi perdebatan banyak pihak. Sejumlah kalangan menilai undang-undang ini sangat pro asing karena investor asing diperbolehkan untuk mengelola sumber daya air di dalam negeri.

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tampak jelas bahwa bidang usaha yang tertutup bagi investasi asing lebih difokuskan kepada bidang usaha yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap lingkungan, kedaulatan wilayah negara, dan keberlanjutan kebudayaan nasional. Sektor yang menyangkut sumber daya alam, terutama sumber daya alam tak terbarukan, tidak dimasukkan sebagai bidang usaha yang tertutup dari modal asing. Dengan ketentuan yang demikian maka tampak bahwa kebijakan investasi pertambangan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang investasi tidak memberikan batasan bagi modal asing.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian masing-masing ekstrak kental dari varietas wortel, yaitu ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol diuji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH secara

Selain itu, Undang-Undang ini juga memberikan perhatian yang besar terhadap penderitaan korban sebagai akibat tindak pidana perdagangan orang dalam bentuk hak

Berdasarkan implementasi dan hasil perancangan serta hasil pengujian yang telah dilakukan pada aplikasi prediksi nilai ujian sekolah siswa SD menggunakan jaringan saraf

Jawab: Ya, dari kampus pernah ada pelatihan karya tulis dan seminar untuk mahasiswa terkait plagiat. Saya sendiri pada kesempatan tertentu pernah

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatdan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas e-TA dalam bentuk Penelitian Tindakan

Sama seperti kita belajar dari Tiongkok pada cerita diatas, dengan demikian bukan saatnya kita tidak percaya diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean di awal tahun 2016 dan

Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2013 dengan wawancara ke guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga serta angket kepada 26 siswa

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Hidayah dan Inayah-Nya, melalui ilmu-Nya yang Maha Luas dan tak terkira, sehingga Skripsi dengan judul