• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN METODE PENUGASAN PRIMARY

NURSING DI RUANGAN RAFLESIA RSUD Dr. PIRNGADI

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

ROSLINA

117046032/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGEMBANGAN METODE PENUGASAN PRIMARY

NURSING DI RUANGAN RAFLESIA RSUD Dr. PIRNGADI

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSLINA

117046032/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep

2. Pof. Sutomo Kasiman, Sp. PD, KKV, Sp. JP

(5)
(6)

Judul Tesis :Pengembangan Metode Penugasan Primary

Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan

Nama Mahasiswa : Roslina

Nomor Induk Mahasiswa : 117046032

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Metode penugasan primary nursing merupakan bentuk pelayanan asuhan

keperawatan di ruang rawat inap yang memiliki empat proses pelaksanaan yaitu

memutuskan konsep primary nursing, melakukan pengumpulan data, pelaksanaan

dan evaluasi pelaksanaan. Metode ini dilakukan di ruang Raflesia lantai 1 dengan

jumlah partisipan 8 perawat. Desain penelitian menggunakan action research

melalui tahapan reconnaissance, planning, action, observation dan reflection.

Data diolah secara kualitatif dengan content analysis dan bersifat kuantitatif

dengan simple statistic distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah kemampuan

mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu melakukan

komunikasi interpersonal dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara

menyeluruh tercakup dalam pengetahuan perawat tentang primary nursing

meningkat dari 90% menjadi 100%, kepuasan pasien meningkat dari 63,25%

menjadi 80%, adanya struktur metode penugasan primary nursing, pelaksanaan

(7)

penelitian ini direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan untuk mengaplikasikan metode penugasan primary nursing di

seluruh ruangan rawat inap dan memfasilitasi sarana dan pra sarana demi

kesuksesan sistem penugasan primary nursing. Pihak manajemen juga diharapkan

mengeluarkan SK (Surat Keputusan) untuk struktur metode penugasan primary

nursing, job descriptionprimary nursing dan perawat primer.

(8)

Title of the Thesis :The Development of the Method of Primary

Nursing Assignment in Raflesia Ward of RSUD

Dr. Pirngadi Medan

Name of Student : Roslina

Std. ID Number : 117046032

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

The method of primary nursing assignment is a form of nursing service in

the inpatient wards. It has four kinds of implementation process: deciding primary

nursing concept, gathering the data, and implementing and evaluating the

implementation. This method was done in the Raflesia Ward on the first floor

with eight nurses as the participants. The research used an action research design

through the stages of reconnaissance, planning, action, observation, and reflection.

The data were processed qualitatively with content analysis and quantitatively

with simple statistic frequency distribution. The result of the research showed that

the capability of making decision, taking the responsibility, conducting

interpersonal communication, and providing nursing simultaneously included in

the nurses’ knowledge in primary nursing which increased from 90% to 100% and

in patients’ satisfaction which increased from 63.25% to 80%; there were also the

(9)

the method of primary nursing assignment in the Raflesia Ward on the first floor.

It is recommended that the management of RSUD dr. Pirngadi, Medan, apply the

method of primary nursing assignment in all inpatient wards and facilitate the

equipment and infrastructure in order that the system of primary nursing system

can be successful. It is also recommended that the management of the hospital

issue an SK (Decree) for the structure of the method of primary nursing

assignment, job description primary nursing, primer nurses, and reward of

service/incentives for primer nurses.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tesis

dengan judul “Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan

Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan Studi ke jenjang

Magister Keperawatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp., MNS.,

Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan USU yang telah memberi pengarahan, masukan, bimbingan sejak

mulai masuk sebagai mahasiswa di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

sampai dengan selesainya masa pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep.,

Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan USU yang telah membantu proses pembelajaran di Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan baik dari segi administrasi, motivasi dan memberi

semangat sehingga selesainya proses pembelajaran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp., MNS.,

(11)

bimbingan, motivasi, masukan, saran dan membantu pencarian sumber

jurnal/buku dari mulai awal pembuatan tesis hingga selesainya tesis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns.,

M.Kep selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, motivasi, masukan, saran dan membantu pencarian sumber

jurnal/buku dari mulai awal pembuatan tesis hingga selesainya tesis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Sutomo

Kasiman, Sp.PD,, KKV., Sp. JP selaku Komisi Penguji yang telah memberi

masukan, saran, dan bimbingan dari mulai ujian proposal sampai dengan

selesainya tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep.,

Ns., MNS selaku Komisi Penguji yang telah memberi masukan, saran, dan

bimbingan dari mulai ujian proposal sampai dengan selesainya tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak manajemen RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan khususnya Kabid Keperawatan (Ibu Linny Lumongga,

S.Kep., Ns) dan perawat Ruang Raflesia (Ns. Susianti, Ns. Sally Yolanda,

Ns. Rina Sagita, Ns. Syamsiah, Ns. Samsidar, Ns. Hariandi, Ns. Budiana,

Ns. Surya dkk) yang tidak penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu

selama penelitian hingga selesainya tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pasien/keluarga yang dirawat di

ruang Raflesia lantai 1 yang telah bersedia menjadi partisipan dan mengisi

(12)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen Pengajar di

kelas Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Yopha

Kartika, SP (pegawai administrasi Program Studi Magister Ilmu Keperawatan)

yang telah membantu penulis selama proses belajar mengajar dan selesainya tesis

ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman (Ibu Lilis,

Bapak Indra, dan kawan-kawan) yang telah memberi semangat dan motivasi

selama proses pembuatan tesis hingga selesainya tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ananda tercinta Anggi Arum

Sari yang telah membantu pencarian sumber materi/jurnal, pengetikan, dan

memberi semangat tanpa batas waktu hingga selesainya tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan

semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia ilmu keperawatan.

Medan, 26 Agustus 2013 Penulis

(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Roslina, SKM, S.Kep.Ns

Tempat/Tanggal Lahir : Aek Kanopan, 20 Juli 1969

Alamat : Komplek Classic III No. 45 Pasar 1 Tanjung Sari

Medan

No. Telp./Hp : 081 260 98 8572

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SDN 112282- Aek Kanopan 1981

SLTP SLTP Negeri -1 Aek Kanopan 1984

SMU SMUN – 1 Aek Kanopan 1987

Diploma III Akper Universitas Darma Agung Medan 1990

Akbid Universitas Prima Medan 2005

Strata I FKM Universitas Prima Medan 2007

Ners STIKes Binalita Sudama Medan 2009

Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013

Riwayat Pekerjaan:

Tenaga Perawat di PT. Smart Coorporation mulai dari 1990 s.d 2005

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai Perawat Pelaksana di RSUD

Dr. Pirngadi Kota Medan mulai dari 2005 s.d 2007

PNS sebagai Ketua Tim Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan mulai

(14)

PNS sebagai Kepala Ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan mulai dari

2009 s.d Juli 2013

PNS sebagai Pelaksana Tugas Kaseksi Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan mulai dari Juli 2013 s.d sekarang

Kegiatan akademik selama studi:

Seminar Sehari Caring Science sebagai Landasan Aplikasi dalam

Pendidikan, Pelayanan dan Penelitian Keperawatan di Medan

tanggal 17 Desember 2011

Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA

di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan

Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012

sebagai Peserta

3rd International Nursing Conference “Innovation on Nursing and Clinical

Practice di Surabaya tanggal 12 – 13 Mei 2012 sebagai Peserta

Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal20 Juli 2012 sebagai Peserta

Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare

System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013

(15)

Seminar & Workshop Aplikasi Knowledge Management dalam

Administrasi Keperawatan di Rumah Sakit di Medan

tanggal 13-14 Mei 2013 sebagai Peserta

Pelatihan Etik Dasar Penelitian Kesehatan di Medan tanggal 24 Agustus

2013 sebagai Peserta

Publikasi:

Roslina., Setiawan, Arruum, D. (2013). Pengembangan Metode Penugasan

Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (2).

Proceeding:

Roslina., Setiawan, Arruum, D. (2013, 1-2 April). Primary Nursing in Hospital:

A Systematic review. Oral presentation at 2013 Medan International Nursing

Conference on The Application of Caring Sciences on Nursing Education

(16)
(17)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Partisipan ... 42

3.4 Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Alat Pengumpulan Data ... 42

3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.3 Tahapan Penelitian AR ... 46

3.5 Metode Analisis ... 48

3.6 Pertimbangan Etik ... 49

3.7 Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness of Data) ... 49

3.8 Definisi Operasional ... 50

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

4.2 Karakteristik Demografi Partisipan ... 58

4.3 Proses Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 61

4.4 Outcome Action Research ... 84

4.5 Dampak ... 87

BAB 5. PEMBAHASAN ... 89

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan Kepegawaian berdasarkan Fungsional ... 56

Tabel 4.2 Susunan Kepegawaian berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 57

Tabel 4.3 Susunan Kepegawaian berdasarkan Golongan ... 57

Tabel 4.4Performance RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2011 ... 58

Tabel 4.5 Karakteristik Demografi Partisipan ... 59

Tabel 4.6 Karakteristik Demografi Pasien ... 60

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Metode Penugasan Primary Nursing ... 69

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Metode Penugasan Primary Nursing ... 84

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Shift Pagi Perawat Primer dan Perawat Pelaksana ... 11

Gambar 2. Sistem Asuhan Keperawatan Primary Nursing ... 15

Gambar 3. Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKP ... 22

Gambar 4. Siklus Action Research ... 30

Gambar 5. Proses Pengumpulan Data dan Analisis Action Research ... 31

Gambar 6. Kerangka Teori dan Metodologi Primary Nursing : Aplikasi Primary Nursing di Ruang Raflesia ... 40

Gambar 7. Denah ruang Raflesia lantai 1 ... 64

Gambar 8. Struktur Metode Penugasan Tim ruang Raflesia lantai 1 ... 65

Gambar 9. Struktur Pengembagan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruang Raflesia Lantai 1... 85

Gambar 10. Alur Penerimaan Pasien Baru mulai dari Masuk sampai Pulang Dalam Metode Penugasan Primary Nursing di ruang Raflesia Lantai 1 ... 86

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 105

a. Lembar Persetujuan menjadi Partisipan ... 106

b. Instrument Penelitian Data Demografi Perawat ... 107

c. Panduan FGD ... 108

d. Lembar Observasi ... 109

e. Kuesioner Pengetahuan Perawat (KPP) ... 112

f. Data Demografi Pasien ... 113

g. Kuesioner Kepuasan Pasien (KPPn) ... 114

Lampiran 2 Biodata Expert ... 116

Lampiran 3 Izin Penelitian ... 121

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan . 122

b. Surat Persetujuan Ethical Clearance ... 123

c. Surat Izin Pengambilan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan ... 124

d. Surat Selesai melakukan Penelitian ... 126

(21)

Judul Tesis :Pengembangan Metode Penugasan Primary

Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan

Nama Mahasiswa : Roslina

Nomor Induk Mahasiswa : 117046032

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Metode penugasan primary nursing merupakan bentuk pelayanan asuhan

keperawatan di ruang rawat inap yang memiliki empat proses pelaksanaan yaitu

memutuskan konsep primary nursing, melakukan pengumpulan data, pelaksanaan

dan evaluasi pelaksanaan. Metode ini dilakukan di ruang Raflesia lantai 1 dengan

jumlah partisipan 8 perawat. Desain penelitian menggunakan action research

melalui tahapan reconnaissance, planning, action, observation dan reflection.

Data diolah secara kualitatif dengan content analysis dan bersifat kuantitatif

dengan simple statistic distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah kemampuan

mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu melakukan

komunikasi interpersonal dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara

menyeluruh tercakup dalam pengetahuan perawat tentang primary nursing

meningkat dari 90% menjadi 100%, kepuasan pasien meningkat dari 63,25%

menjadi 80%, adanya struktur metode penugasan primary nursing, pelaksanaan

(22)

penelitian ini direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan untuk mengaplikasikan metode penugasan primary nursing di

seluruh ruangan rawat inap dan memfasilitasi sarana dan pra sarana demi

kesuksesan sistem penugasan primary nursing. Pihak manajemen juga diharapkan

mengeluarkan SK (Surat Keputusan) untuk struktur metode penugasan primary

nursing, job descriptionprimary nursing dan perawat primer.

(23)

Title of the Thesis :The Development of the Method of Primary

Nursing Assignment in Raflesia Ward of RSUD

Dr. Pirngadi Medan

Name of Student : Roslina

Std. ID Number : 117046032

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

The method of primary nursing assignment is a form of nursing service in

the inpatient wards. It has four kinds of implementation process: deciding primary

nursing concept, gathering the data, and implementing and evaluating the

implementation. This method was done in the Raflesia Ward on the first floor

with eight nurses as the participants. The research used an action research design

through the stages of reconnaissance, planning, action, observation, and reflection.

The data were processed qualitatively with content analysis and quantitatively

with simple statistic frequency distribution. The result of the research showed that

the capability of making decision, taking the responsibility, conducting

interpersonal communication, and providing nursing simultaneously included in

the nurses’ knowledge in primary nursing which increased from 90% to 100% and

in patients’ satisfaction which increased from 63.25% to 80%; there were also the

(24)

the method of primary nursing assignment in the Raflesia Ward on the first floor.

It is recommended that the management of RSUD dr. Pirngadi, Medan, apply the

method of primary nursing assignment in all inpatient wards and facilitate the

equipment and infrastructure in order that the system of primary nursing system

can be successful. It is also recommended that the management of the hospital

issue an SK (Decree) for the structure of the method of primary nursing

assignment, job description primary nursing, primer nurses, and reward of

service/incentives for primer nurses.

(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan.

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting

dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan

keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan

terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit.

Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan keperawatan di

rumah sakit mengharuskan setiap perawat bekerja secara profesional dan mandiri

(Aditama, 2003).

Kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan

klinis dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinis antara lain

meliputi: memberikan pelayanan keperawatan personal (personal nursing care),

berkomunikasi, menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak, menjaga

lingkungan bangsal tempat perawatan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan

lain. Kegiatan manajemen keperawatan antara lain : penanganan administratif,

memonitor mutu pelayanan keperawatan, manajemen ketenagaan dan logistik

(26)

Sejak tahun 1974, keperawatan rumah sakit Boston Beth Israel dan staff

rumah sakit Beth Israel memutuskan untuk mengaplikasikan primary nursing

yang bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan di rumah sakit. Perubahan

yang terjadi setelah dilaksanakan primary nursing antara lain peningkatan

kunjungan pasien, dan kepuasan pasien meningkat (Montague, 1995).

Primary nursing merupakan salah satu sistem penugasan perawat di rumah

sakit yang harus mengetahui kebutuhan pasien, rencana keperawatan, pelaksanaan

dan evaluasi, dan perawat bertanggung jawab selama 24 jam dari mulai pasien

masuk hingga pasien pulang (Whitby, 2003). Perawat primer dalam primary

nursing memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk setiap pasien

dan memiliki wewenang, otonomi selama pasien dirawat di rumah sakit (Wan et

al., 2011). Primary nursing membutuhkan perawat RN (registered nurse) yang

bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan selama 24 jam (Marquis

& Huston, 2000). Primary nursing menunjuk satu perawat primer yang

menangani 5 hingga 6 pasien selama 24 jam dan perawat primer harus mampu

menunjukkan ketegasan, memimpin diri sendiri, mampu membuat keputusan,

bertanggung jawab dan mampu berkomunikasi dengan profesional kesehatan

lainnya (Gillies, 1989).

Pada tahun 2006 ditemukan hasil penelitian tentang penerapan primary

nursing dibandingkan dengan sistem lain dalam pelayanan asuhan keperawatan

terjadi peningkatan tingkat kepuasan pasien dari 50% menjadi 97%

(Jehan&Nelson, 2006). Aplikasi primary nursing dalam satu unit rumah sakit di

(27)

nursing team menunjukkan profesionalisme perawat menurun dari 17-12%

(Fairbanks, 1981 dalam Gilies, 1989). Primary nursing merupakan sistem

keperawatan yang adekuat, membawa dampak keuntungan bagi profesi

keperawatan, promosi jabatan dari keperawatan, peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan, peningkatan kualitas staf keperawatan, biaya rawatan menurun dan

peningkatan kepuasan pasien (Gardner, 1991 dalam Melchoir et al., 1999).

Di Indonesia pelaksanaan primary nursing diaplikasikan dalam bentuk

MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) yang pertama kali

dikembangkan di RSUPNCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto

Mangunkusumo) pada tahun 1996. Model ini mempunyai karakteristik antara lain:

1) penetapan jumlah tenaga keperawatan, 2) penetapan jenis tenaga keperawatan,

3) penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra), dan 4) penggunaan

metode modifikasi keperawatan primer. Model primary nursing murni belum

teraplikasi seutuhnya (Sitorus, 2002).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan

rumah sakit tipe B dan pusat rujukan Sumatera Utara dan Aceh. Pada tahun 2012

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan membangun Ruangan Raflesia yang terdiri dari 4

lantai dalam bentuk ruang VIP yang terdiri dari lantai 1 yang mempunyai 8 kamar

(8 pasien), lantai 2 mempunyai 6 kamar (6 pasien), lantai 3 mempunyai 6 kamar

(6 pasien), lantai 4 mempunyai 6 kamar (6 pasien). BOR (Bed Occupancy Rate)

ruang Raflesia 90-100% setiap bulannya. Jumlah perawat/bidan yang tersedia

sebanyak 24 orang terdiri dari (ners) : 12 orang, D IV keperawatan : 1 orang dan

(28)

terdiri dari 5 orang perawat/bidan yang bertugas selama 24 jam. Dan lantai 1

memiliki 8 orang perawat. Setiap lantai memiliki 3 orang Ners. Sistem asuhan

keperawatan yang dipakai di ruang Raflesia selama ini memakai metode tim.

Pengalaman peneliti sebagai kepala ruangan di ruangan Raflesia RSUD dr.

Pirngadi Medan, setiap ruangan rawat inap telah memakai metode penugasan tim

termasuk ruang Raflesia. Metode penugasan tim sebagai model asuhan

keperawatan, masih ada hambatan seperti : kurangnya tenaga perawat (khususnya

S1 Ners), kurangnya pelatihan manajemen tentang metode penugasan, kurangnya

keterampilan perawat dan kurangnya disiplin dalam bertugas.

Pada survei awal yang dilakukan peneliti di ruangan Raflesia pada bulan

Pebruari dan wawancara dengan 3 orang perawat pelaksana yang bertugas

menyatakan model tim berjalan dengan baik, adanya kerjasama antar perawat

yang bertugas, adanya ketua tim yang memimpin pelaksanaan asuhan

keperawatan dan membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

pasien, dan pertukaran shift yang langsung bertatap muka dengan pasien/keluarga.

Harapan dari para perawat ruang Raflesia yang menginginkan adanya

peningkatan model pemberian asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga.

Model tim yang sudah berjalan baik dan sumber daya perawat yang setiap lantai

memilki Ners membuka pemikiran peneliti untuk melakukan satu perubahan

dalam model asuhan pelayanan keperawatan di ruangan Raflesia dengan

(29)

Survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2013 dapat disimpulkan

bahwa ruangan raflesia memiliki SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan

Threatened). Strength (kekuatan) yang dimiliki adalah memiliki sumber tenaga

perawat Ners sebanyak 12 orang, kondisi ruangan setiap lantai memiliki 6 kamar

kecuali lantai 1 delapan kamar, usia perawat berkisar 25-47 tahun, metode

penugasan tim sudah berjalan baik, tidak ada konflik dengan dokter dan tim

kesehatan lain, adanya dukungan dari pihak manjemen melalui kepala bidang

keperawatan tentang pemilihan metode penugasan keperawatan.

Weakness (kelemahan) yang terlihat adalah kurangnya pelatihan yang

diberikan kepada perawat, pendokumentasian proses keperawatan belum optimal,

kualitas tenaga keperawatan belum optimal, isi materi timbang terima belum

terfokus pada masalah keperawatan. Opportunity (kesempatan) yang harus dicapai

adalah kesempatan melanjutkan tingkat pendidikan, kesempatan melanjutkan

jenjang karir, kesempatan untuk pengembangan diri, adanya mahasiswa yang

praktek di ruangan dan kesempatan untuk membentuk metode penugasan baru

(primary nursing). Threatened (ancaman) yang terlihat adalah adanya tuntutan

dari masyarakat terutama pasien/keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang

lebih professional.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian antara lain Gilies (1989), Jehan

dan Nelson (2006), Montague (1995) yang menyatakan pemberian asuhan

keperawatan metode primary nursing dapat meningkatkan kepuasan pasien,

(30)

Pernyataan langsung dari perawat ruang Raflesia yang menyatakan metode

penugasan tim sudah berjalan dengan baik maka diperlukan pengembangan

metode penugasan primary nursing di ruang Raflesia RSUD dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini akan dilakukan secara action research, karena perubahan model

asuhan pelayanan keperawatan memerlukan aksi langsung ke lapangan secara

kualitatif dan kuantitatif.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana penerapan pengembangan metode penugasan Primary Nursing

di ruangan Raflesia RSUD dr. Pirngadi Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah melakukan perubahan model asuhan keperawatan

dengan mengembangkan model primary Nursing di ruangan Raflesia RSUD dr.

Pirngadi Kota Medan

1.4 Manfaat Penelitian

a.Praktek Keperawatan (Nursing Practice)

Penelitian ini akan menghasilkan model primary nursing yang dapat

dilaksanakan oleh perawat ruang Raflesia, dan ruangan lain di RSUD dr. Pirngadi

Medan juga dilaksanakan rumah sakit lain dalam pemberian asuhan keperawatan

(31)

b. Pendidikan Keperawatan (Nursing Education)

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan ilmu

keperawatan khususnya terkait manajemen keperawatan. Pengembangan metode

penugasan primary nursing yang dilaksanakan di rumah sakit menjadi salah satu

bukti bahwa ilmu manajemen keperawatan telah menunjukkan aplikasi ilmu yang

telah dipelajari di pendidikan

c.Penelitian Keperawatan (Nursing Research)

Terciptanya model primary nursing di rumah sakit dan dapat dilakukan

penelitian yang lebih mendalam tentang primary nursing. Hasil penelitian menjadi

data, informasi menambah wawasan pengetahuan peneliti dan peneliti selanjutnya

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan materi penelitian yang terkait dengan primary

nursing dan action research. Adapun materi yang berhubungan dengan penelitian

ini :

1. Primary Nursing

a. Definisi primary nursing

b. Elemen primary nursing

c. Kelebihan primary nursing

d. Kelemahan primary nursing

e. Ketenagaan primary nursing

f. Konsep dasar primary nursing

g. Peran kepala ruangan dalam primary nursing

h. Tugas perawat primer

i. Pelaksanaan primary nursing

2. Action Research

a. Tahap persiapan (Reconnaisance)

b. Perencanaan (Planning)

c. Aksi dan observasi (Action & Observation)

(33)

3. Theory Watson

a. Definisi

b. 10 carative factor

2.1 Primary Nursing

2.1.1 Definisi Primary Nursing

Primary nursing adalah penyerahan menyeluruh, koordinasi, kontinu,

perawatan pasien individu yang dilakukan oleh perawat professional yang

memiliki otonomi, akuntabilitas dan otonomi selama 24 jam (Primary Nurse

Convention 1977 dalam Campbell, 1985). Primary Nursing adalah metode

penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam

terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar

rumah sakit (Gillies, 1989). Sistem primary nursing menggunakan 1 orang

perawat primer yang bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab untuk

perencanaan perawatan 5-6 pasien dan ketika perawat primer tidak bertugas

perawatan pasien dilanjutkan oleh perawat pelaksana yang melanjutkan

perencanaan perawatan yang sudah direncanakan oleh perawat primer (Marquiz &

Huston, 2000).

Menurut Munnukka dan Kiikkala (1995) primary nursing membutuhkan :

1) bagaimana teori dipergunakan pada praktik, 2) bagaimana tumbuh menjadi

perawat yang profesional, 3) bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan

(34)

penyakit, pemeriksaan dan pengobatan. Pertanyaan-pertanyaan di atas menjawab

bahwa metode penugasan primary nursing membutuhkan ilmu, komunikasi

interpersonal, pengakuan dari tim kesehatan lain, dan mampu membuat asuhan

keperawatan selama pasien dirawat.

Jellinek et all (1994) menyatakan konsep primary nursing adalah setiap

pasien dirawat oleh seorang perawat primer yang memiliki tanggung jawab penuh

selama 24 jam. Ilumin (2003), adanya model keperawatan primary nursing

memerlukan tanggung jawab yang tinggi dan adanya otonomi dari perawat primer

diharuskan memiliki persiapan yang baik, pengetahuan, sehingga perawat primer

dalam menjalankan peranannya mampu dan membawa hasil akhir yang baik bagi

pasien.

Primary nursing adalah model asuhan keperawatan yang diberikan kepada

1-6 pasien dari mulai masuk sampai pulang, asuhan yang diberikan selama 24 jam

dilakukan oleh perawat primer dibantu oleh perawat peaksana (associate nurse),

setiap perawat primer memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh sesuai

(35)

Gambar 1. Shift pagi perawat primer dan perawat pelaksana (Manthey, 1980)

2.1.2 Elemen Primary Nursing

Elemen primary nursing terdiri dari 4 yaitu : 1) memiliki tanggung jawab,

2) berani membuat keputusan, 3) mampu berkomunikasi interpersonal dengan

baik, 4) mampu membuat asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 24 jam

(Manthey, 1980).

Tanggung jawab adalah perawat primer memiliki tanggung jawab terhadap

1-6 pasien dari mulai pasien masuk sampai pulang dalam hal pemberian asuhan

keperawatan. Hal-hal yang berkaitan dengan pasien/keluarga seperti kebutuhan

ruangan pasien, obat, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain menjadi tanggung

jawab dari perawat primer. Semua masalah pasien selama 24 jam menjadi

tanggung jawab perawat primer (Manthey, 1980).

Berani membuat keputusan adalah perawat primer harus mampu dan berani

membuat keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan pelayanan keperawatan Perawat primer

07-15 wib 15-23 wib 23-07 wib

PA sore PA

(36)

pasien. Perawat primer harus memiliki bekal ilmu dan skill yang tinggi sehingga

dalam membuat keputusan berdasarkan ilmu yang dimiliki. Perawat primer dapat

berhubungan langsung dengan kepala ruangan, dokter yang merawat pasien, dan

tim kesehatan lain (Manthey, 1980).

Berkomunikasi secara interpersonal adalah perawat primer harus mampu

berkomunikasi baik kepada pasien/keluarga, dokter, kepala ruangan, pihak

manajemen, perawat associate dan tim kesehatan lainnya.

Berkomunikasi dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan merupakan

salah satu kunci keberhasilan dalam penyelesaian masalah pasien/keluarga yang

berhubungan dengan penyakitnya. Perawat primer dalam berkomunikasi dengan

perawat associate sebagai penerus dalan pemberian asuhan keperawatan harus

benar dan jelas saat pertukaran shift (Manthey, 1980).

Membuat asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 24 jam adalah

perawat primer harus mampu melakukan asuhan keperawatan yang dimulai dari

pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan keperawatan sampai evaluasi. Sejak pasien masuk hingga pulang

tahap - tahap asuhan keperawatan tetap direncanakan, dilakukan oleh perawat

primer dan dilanjutkan oleh perawat pelaksana. Semua masalah dan kebutuhan

pasien selama dirawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan tetap harus

dibawah pengawasan perawat primer walaupun yang dinas adalah perawat

(37)

2.1.3 Kelebihan Primary Nursing

Menurut Hyams et al (1993), kelebihan primary nursing adalah: sumber

daya manusia yang tersedia ada, pelaksanaan dilakukan oleh perawat primer

dibantu perawat pelaksana (associate nurse), perawat primer dan perawat

pelaksana memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan pasien dan rencana

keperawatan, pelayanan terhadap pasien dilanjutkan oleh perawat pelaksana,

kelompok memberikan pelayanan kepada pasien dan memiliki semangat

kelompok.

Menurut Gilies (1989), kelebihan primary nursing adalah: bersifat

kontuinitas dan komprehensif. Metode primary nursing memberikan keuntungan

terhadap klien, perawat, dokter dan rumah sakit. Keuntungan bagi perawat primer

mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, pengembangan diri melalui

implementasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Keuntungan bagi klien/pasien adalah mereka merasa lebih dihargai sebagai

manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan

yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,

dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi dokter adalah

mendapatkan informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui keadaan

kliennya. Keuntungan bagi rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus

mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus mempekerjakan

(38)

2.1.4 Kelemahan Primary Nursing

Menurut Gillies (1989) kelemahan dari primary nursing adalah hanya

dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang

memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan

yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

Menurut Hyams (1993), kelemahan primary nursing antara lain:

perbedaan pendapat antar perawat, perawat primer memiliki jam kerja yang

panjang, ketidakadilan dalam pembagian tugas, perawat pelaksana dapat

mengalami hambatan dalam pelayanan, perawat primer kurang dalam tanggung

jawab dan tanggung gugat, membutuhkan perawat pembantu, mengurangi jam

besuk pasien, follow up diselesaikan oleh perawat primer, mengurangi waktu

pertemuan dengan tim lain, perawat pelaksana dan perawat pembantu harus

disediakan, perawat primer memilki pasien, memerlukan pendokumentasian yang

lebih lengkap, perawat associate kurang memiliki tanggung jawab, membutuhkan

banyak waktu untuk pasien dan membutuhkan area primary nursing.

2.1.5 Ketenagaan Metode Primary Nursing

Menurut Gillies (1989) ketenagaan metode primary nursing adalah: setiap

perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien,

beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer, penugasan ditentukan

oleh kepala ruangan dan perawat primer dibantu oleh perawat professional lain

(39)

Gambar 2. Sistem asuhan keperawatan Primary Nursing (Marquis & Huston, 1998:138)

Kozier et al. (1997) menyatakan di negara maju pada umumnya perawat

primer adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical nurse specialist) dengan

kualifikasi master keperawatan. Seorang perawat primer bertanggung jawab untuk

membuat keputusan yang terkait dengan asuhan keperawatan klien. Kualifikasi

kemampuan perawat primer minimal adalah sarjana keperawatan (ners).

2.1.6 Konsep dasar Primary Nursing

Menurut Gillies (1989) konsep dasar metode primary nursing adalah ada

tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi dan keterlibatan pasien dan

keluarga.

Dokter Kepala

ruangan

Sarana

Rumah sakit

Perawat Primer Pasien/klien

Perawat pelaksana sore

Perawat pelaksana malam

Perawat pelaksana Jika dibutuhkan di

(40)

Konsep model primary nursing long term care menurut Campbell (1985)

adalah keperawatan individual, keperawatan secara menyeluruh, perawatan

pemulihan dan kepuasan pekerjaan.

2.1.7 Peran kepala ruangan dalam Primary Nursing

Menurut Gillies (1989) peran kepala ruangan dalam primary nursing

adalah: sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer, orientasi dan

merencanakan karyawan baru, menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan

pada perawat asisten, evaluasi kerja, merencanakan/menyelenggarakan

pengembangan staf dan membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi. Kepala ruangan melakukan komunikasi langsung dan

koordinasi dengan perawat primer dan perawat pelaksana terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien/pasien.

Kepala ruangan memberikan evaluasi kinerja perawat primer dan perawat

pelaksana dalam primary nursing dengan memberikan pertanyaan langsung

kepada pasien tentang pelaksanaan primary nursing. Kepala ruangan melakukan

ronde dan pertemuan dengan perawat primer, perawat pelaksana dan dokter

tentang keadaan pasien serta hambatan yang ditemukan di ruangan. Kepala

ruangan memfasilitasi ruangan bekerja sama dengan pihak manajemen rumah

sakit agar pelaksanaaan primary nursing berjalan nyaman. Kepala ruangan

memberikan usulan kepada pihak manajemen rumah sakit tentang jasa (reward)

(41)

2.1.8 Tugas Perawat Primer

Menurut Gillies (1989) tugas perawat primer adalah : mengkaji kebutuhan

pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan rencana keperawatan,

melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas, mengkomunikasikan dan

mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat

lain, mengevaluasi keberhasilan yang dicapai, menerima dan menyesuaikan

rencana, menyiapkan penyuluhan untuk pulang, melakukan rujukan kepada

pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal

perjanjian klinis dan mengadakan kunjungan rumah.

Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan

koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan menginformasikan

keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter dan staf keperawatan. Jika perawat

primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan pasien/klien

didelegasikan kepada perawat pelaksana (Gillies, 1989).

Manthey (1980) menyatakan perawat primer memberikan asuhan

keperawatan selama 24 jam bagi 4-6 pasien, jika perawat primer tidak masuk (off)

maka pelaksanaan asuhan keperawatan dilanjutkan oleh perawat pelaksana.

Perawat pelaksana tetap berkomunikasi dengan perawat primer dalam pemberian

(42)

2.1.9 Pelaksanaan Primary Nursing (Manthey, 1980)

Ada 3 faktor suksesnya primary nursing yaitu : 1) keterlibatan anggota staf

sebagai pembuat keputusan, 2) penggunaan format pengambilan keputusan,

3) adanya dukungan dari pihak manajemen (Manthey, 1980).

Keterlibatan anggota staf sebagai pembuat keputusan. Pemiihan

seorang perawat primer dalam tim pemberian pelayanan keperawatan dalam satu

ruangan harus melibatkan seluruh staf yang terkait. Keputusan diambil

berdasarkan kesepakatan bersama untuk memilih seorang perawat primer dengan

memiliki kompetensi empat elemen yaitu: mampu nerkomunikasi secara

interpersonal, mampu bertanggung jawab, mampu mengambil keputusan dan

mampu melakukan asuhan keperawatan.

Penggunaan format pengambilan keputusan. Metode penugasan primary

nursing yang akan dilaksanakan dalam satu ruangan harus memiliki format

keputusan bersama. Seorang perawat primer yang sudah terpilih harus

berdasarkan format yang sudah disetujui bersama oleh staf di ruangan tersebut.

Format tersebut sebagai dasar untuk diajukan ke pihak manajemen.

Dukungan dari pihak manajemen. Kesuksesan metode penugasan

primary nursing harus mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak manajemen

rumah sakit. Pelaksanaan primary nursing di ruangan harus mendapat pengakuan

dari pihak manajemen rumah sakit misalnya: kelengkapan sarana dan prasarana

ruangan pasien, keputusan untuk memakai metode penugasan primary nursing di

(43)

sakit merupakan salah satu motivator bagi perawat primer dan timnya untuk

melaksanakan metode penugasan primary nursing.

Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan primary nursing adalah:

1) memutuskan untuk menggunakan konsep primary nursing, 2) melakukan

pengumpulan data, 3) pelaksanaan primary nursing dan 4) evaluasi pelaksanaan

primary nursing (Manthey, 1980).

Memutuskan untuk menggunakan konsep primary nursing. Keputusan

untuk menggunakan model primary nursing harus didiskusikan bersama antara

pihak manajemen, kepala ruangan, dan seluruh perawat yang ada di ruangan.

Hasil diskusi harus mendapat persetujuan dari semua pihak agar dalam

pelaksanaan primary nursing tidak mengalami hambatan. Konsep primary

nursing harus mampu dipahami oleh seorang perawat primer dan perawat

pelaksana sebagai tim yang akan melaksanakan metode penugasan primary

nursing. Salah satu syarat untuk seorang perawat primer dan perawat pelaksana

yang melaksanakan metode penugasan primary nursing adalah ners yang sudah

memahami konsep primary nursing, jika pemahaman konsep primary nursing

sudah dipahami oleh perawat primer dan perawat pelaksana maka metode

penugasan primary nursing sudah dapat diputuskan untuk dilaksanakan di

ruangan tersebut.

Melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan sebagai

bahan rujukan dan informasi dasar untuk terbentuknya primary nursing. Data

(44)

selanjutnya. Sebelum dilaksanakan metode penugasan primary nursing diperlukan

pengumpulan data dari berbagai sumber ilmu seperti jurnal, artikel, text book dan

pengalaman orang lain sebagai dasar yang akurat. Pengumpulan data

disosialisasikan kepada tim yang akan melaksanakan metode penugasan primary

nursing terutama kepada perawat primer.

Pelaksanaan primary nursing. Pelaksanaan primary nursing di ruangan

yang sudah ditentukan terdiri dari kepala ruangan, perawat primer dan perawat

pelaksana. Pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh selama 24 jam

dilakukan oleh perawat primer dibantu dengan perawat pelaksana. Perawat primer

memberikan asuhan keperawatan kepada 1-6 pasien dari mulai pasien masuk

hingga pulang. Seorang perawat primer yang sudah dipilih dan diputuskan di

ruangan yang memakai metode penugasan primary nursing harus mendapat

dukungan dan pengakuan dari pihak manajemen rumah sakit, perawat pelaksana

sebagai anggota timnya, dokter dan tim kesehatan lainnya, kepala ruangan dan

terutama dari pasien/keluarga.

Evaluasi pelaksanaan primary nursing. Evaluasi pelaksanaan primary

nursing dilakukan setelah waktu yang disepakati bersama selesai. Pihak

manajemen melakukan evaluasi apakah model primary nursing perlu dilanjutkan

atau tidak, perlu dilaksanakan di ruangan lain atau tidak. Indikator kesuksesan

model primary nursing dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien, perawat, dokter

dan pihak manajemen. Evaluasi pelaksanaan primary nursing sebaiknya dalam

kurun waktu enam bulan sekali untuk menentukan apakah metode penugasan

(45)

2.1.10 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

a. Tahap Persiapan

1) Pembentukan Tim

Pembentukan satu tim atau kelompok kerja diperlukan untuk implementasi

MPKP. Tim ini bisa terdiri dari koodinator departemen, seorang penyelia, dan

kepala ruang rawat serta tenaga dari instansi pendidikan. Tim ini akan berperan

sebagai motor pelaksananya MPKP. Setelah itu akan ditunjuk seorang ketua yang

bertugas mengoordinasi semua kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi

MPKP, biasanya berasal dari instansi rumah sakit (Sitorus, 2006).

2) Rancangan Penilaian mutu

Kelompok kerja akan membuat rancangan penilaian mutu asuhan

keperawatan yang meliputi kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap

standar yang dinilai dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka

infeksi nosokomial. Data ini merupakan data awal dari ruang rawat sebelum

MPKP dilaksanakan (Sitorus, 2006).

3) Penetapan Jenis Tenaga

Penetapan jenis tenga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian

asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP (Model Praktik Keperawatan

Profesional), metode pemberian asuhan yang digunakan adalah metode

modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam satu ruang rawat

terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi kepala ruangan, Clinical Care Manager

(CCM), perawat primer dan perawat associate. Struktur ketenagaan pada ruang

(46)

Pagi PA PA PA

PA PA PA

Sore { PA PA PA

PA

Malam PA

PA PA PA

Libur/ { PA PA PA

Cuti PA PA PA

9-10 pasien 9-10 pasien 9-10 pasien

Gambar 3. Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKP (Sitorus, 2006)

4) Kepala Ruang Rawat

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah

perawat dengan kemampuan D-III Kep yang berpengalaman dan pada MPKP

tingkat I adalah perawat dengan kemampuan Ners yang berpengalaman. Kepala

ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi (Sitorus, 2006).

5) Clinical Care Management (CCM)

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, clinical care management

(CCM) adalah Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang

ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang

tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas PP3 PP2

PP3

(47)

sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari

pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan (Sitorus, 2006).

6) Perawat Primer

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, perawat primer (PP) pemula

adalah perawat lulusan D-III Kep dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada

MPKP tingkat I adalah perawat Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun. PP

dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya

bertugas pada pagi atau sore hari saja karena bila bertugas pada malam hari, PP

akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila PP

bertugas pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1 orang PA dari

timnya. Hal ini bertujuan agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai

perkembangan semua kliennya (Sitorus, 2006).

7) Perawat Associate

Perawat Associate (PA) pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I

sebaiknya adalah perawat dengan kemampuan D-III Kep. Namun, pada beberapa

kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa

MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan SPK tetapi mempunyai

pengalaman yang sudah cukup lama di rumah sakit tersebut.

8) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan

Pengembangan standar renpra bertujuan mengurangi waktu perawat untuk

menulis sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan

tindakan sesuai kebutuhan pasien. Adanya standar renpra menunjukkan asuhan

(48)

kukuh, merupakan salah satu karakteristik pelayanan professional. Standar renpra

akan divalidasi oleh PP berdasarkan pengkajian yang dilakukan untuk setiap klien.

Selanjutnya rencana yang sudah divalidasi akan dibahas dengan PA dan timnya

dan mengarahkan PA pada pelaksanaan tindakan keperawatan. Standar renpra

dikembangkan untuk 10 kasus utama di ruang rawat. Format standar renpra yang

digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnosis

keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom

keterangan. PP cukup memberi tanda cek (v) pada pilihan etiologi sesuai dengan

data yang diperoleh dan menuliskan beberapa hasil pengukuran jika ada.

9) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan

Format dokumentasi keperawatan yang diperlukan :

a. Format Pengkajian Awal Keperawatan b. Format Implementasi Tindakan Keperawatan

c. Format Kardex (grafik tekanan darah, nadi, suhu dan daftar obat)

d. Format Catatan Perkembangan

e. Format Daftar Infus termasuk Instruksi/Pesanan Dokter

f. Format Laporan Pergantian Shift

g. Resume Perawatan

10) Identifikasi Fasilitas

Fasilitas minimal yang dibuutuhkan padasuatu ruang MPKP sama dengan

fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Fasilitas ini disesuaikan dengan

jenis dan jumlah kasus yang ada. Suatu ruang MPKP diperlukan tambahan

(49)

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pelatihan MPKP

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang

rawat yang sudah ditentukan. Topik pelatihan meliputi :

a. Kolaborasi antara institusi pendidikan dan layanan keperawatan melalui

MPKP

b. Model Praktik Keperawatan Profesional FIKUI-RSUPNCM

c. Nilai-nilai professional sebagai komponen utama dalam MPKP

d. Metode modifikasi keperawatan primer

2) Bimbingan Perawat Primer

a. Bimbingan PP dalam melakukan konferensi

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari dan

sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan

dari luar. Panduan bagi PP dalam melakukan konferensi :

(1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas

sesuai jadwal PP

(2) Konferensi dihadiri oleh PP dan PA dari timnya masing-masing

(3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi

kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam

(4) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah terkait dengan

keperawatan klien

(50)

(6) Mengingatkan kembali tentang kedisplinan, ketelitian, kejujuran dan

kemajuan masing-masing PA

(7) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan

b. Bimbingan PP melakukan ronde dengan PA

Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap

hari. Ronde ini penting selain untuk supervise kegiatan PA, juga sarana bagi PP

untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. Panduan bagi PP dalam

melakukan ronde dengan PA yaitu :

(1) PP menentukan 2-3 klien yang akan dironde

(2) Sebaiknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan

masalah yang relative lebih kompleks

(3) Ronde dilakukan setiap hari terutama pada waktu ketika intensitas kegiatan

di ruang rawat sudah relatif tenang

(4) Waktu yang dilakukan untuk melakukan keselluruhan ronde kurang lebih 1

jam

(5) PA mempresentasikan kondisi klien dan tindakan yang telah dilakukan

(6) PA memberi masukan kepada PA dan memberikan pujian pada hal-hal

tertentu

(7) Masalah yang sensitif sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien.

c. Bimbingan PP dalam Memanfaatkan Standar Renpra

Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Panduan bagi PP dalam memanfaat kan standar renpra:

(51)

(2) Renpra ditempatkan di papan yang telah disediakan di sisi tempat tidur klien

(3) Rencana tindakan yang terdapat pada renpra merupakan pedoman bagi PP

dalam melakukan tindakan keperawatan

(4) Pada 24 jam pertama, PP menetapkan minimal dua diagnosis keperawatan

utama yang dievaluasi setiap hari

(5) Renpra dievaluasi setiap hari dengan menggunakan metode SOAP

d. Bimbingan PP dalam Membuat Kontak/Orientasi dengan Klien/Keluarga

Kontrak antara perawat dan klien/keluarga merupakan kesepakatan antara

perawat dan klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan. Kontrak

ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat

terbina. Panduan bagi PP dalam melakukan kontrak/orientasi dengan

klien/keluarga :

(1) Orientasi dilakukan saat pertama kali klien datang dan kondisi klien sudah

tenang

(2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan

orientasi untuk klien dan keluarga. Selanjutnya orientasi harus dilengkapi

kembali oleh PP sesegera mungkin

(3) Orientasi diberikan kepaa klien dan didamping oleh anggota keluarga yang

dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi

(4) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim kepada klien/keluarga kemudian

gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien

(5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang

(52)

(6) Pada saat pergantian dinas, ingatkan klien nama perawatyang bertugas saat

itu.

e. Bimbingan PP dalam Melakukan Presentasi Kasus dalam Tim

PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien

yang dirawatnya. Panduan bagi PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim

yaitu :

(1) Presentasi kasus dilakukan minimal 1 bulan/kali

(2) PP menentukan satu kasus yang akan dipresentasikan

(3) Kasus yang dipilih adalah kasus yang istimewa dan menarik

(4) CCM memberikan bimbingan kepada PP dengan cara memberikan kritik

dan umpan balik pada kasus dan presentasi yang dilakukan PP

(5) Sistematika dalam melakukan presentasi kasus: nama kasus, tujuan

presentasi kasus, patofisiologi, rencana asuhan keperawatan, implementasi

tindakan keperawatan, masalah yang timbul selama pemberian asuhan

keperawatan

(6) Presentasi mengundang PA dalam tim

(7) Lama presentasi dan diskusi lebih kurang 1 jam

c. Tahap Evaluasi

Evaluasi proses dilakukan dengan menggunakan instrument evaluasi MPKP

oleh CCM. Evaluasi proses ini dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu.

Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan :

(1) Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien

(53)

(2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan

dokumentasi

(3) Penilaian infeksi nosokomial

(4) Penilaian rata-rata lama hari rawat

Untuk mengetahun keberhasilan implementasi MPKP, bandingkan data

awal dengan data akhir.

d. Tindak Lanjut

MPKP merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan

keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal,

perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang

MPKP inilah diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem

yang tepat untuk menerapkannya.

(1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I

Pada tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan

sehingga mempunyai kemampuan sebagai Ners. Setelah mendapatkan pendidikan

tambahan, perawat tersebut berperan sebagai PP. PP dapat menggunakan ilmu

pengetahuan yang didapat selama pendidikan untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan dengan berperan sebagai manajer asuhan keperawatan.

(2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II

Pada MPKP tingkat I, PP adalah Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan

keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, maka diperlukan

(54)

meningkatkan MPKP I menjadi II yang dibutuhkan minimal 1 orang CCM dengan

kemampuan ners spesialis (setelah master keperawatan) untuk setiap ruang rawat.

(3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III

Pada MPKP tingkat III, perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis

ditingkatkan menjadi Doktor keperawatan. Dengan kemampuan ini perawat

diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang

dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu

keperawatan (Sitorus, 2006)

2.2 Action Research (AR)

2.2.1 Defenisi Action Research

Action Research adalah sebuah siklus proses, melakukan penemuan,

perencanaan, aksi, pengamatan, refleksi, dan perencanaan ulang untuk membawa perubahan (Glasson et Al, 2008)

Goals Adapted Goal Adapted Goal

Reflection Action planning Reflection Action planning

Observation Action Observation

Action

(55)

Action research adalah salah satu metode sebuah proses siklus terdiri dari :

identifikasi masalah, perencanaan, action dan evaluasi (Waterman et al. 2005)

Gambar 5. Proses pengumpulan data dan analisis action research

Action research adalah sebuah siklus spiral yang terdiri dari tahap

persiapan, perencanaan, aksi, observasi dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart,

1988).

Action research menurut Polit & Beck (2008) menyatakan sebuah proses

kolaborasi antara peneliti dan partisipan dalam pemecahan masalah, pemilihan

metode penelitian, analisa data dan penemuan yang akan dilakukan berupa

pengetahuan, kesadaran dan aksi perubahan. Problem

(56)

Action research menurut Denzin & Lincoln (2009) memiliki ciri-ciri

utama yaitu : sebuah proses sosial, partisipatoris, praktis dan kolaboratif,

emansipatoris, kritis, reflektis dan perubahan.

2.2.2 Proses Action Research

Proses action research menurut Kemmis & Mc Taggart (1988) memilki 4

tahapan yaitu :

a. Tahap persiapan (Reconnaissance)

Dalam identifikasi masalah yang perlu diperhatikan adalah : analisis awal

masalah, analisis aktifitas dan praktek yang berhubungan dengan masalah, analisis

hubungan sosial dan organisasi. Dalam tahap ini dirumuskan permasalahan yang

ada dan dibuat prioritas permasalahan.

b. Perencanaan (planning)

Dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah : merencanakan suatu

perubahan, merencanakan satu model yang akan diaplikasikan. Peneliti bersama

dengan partisipan merencanakan kegiatan perubahan yang akan dilakukan.

c. Action dan observation (aksi dan observasi)

Pelaksanaan action sesuai dengan perubahan yang sudah direncanakan.

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan action, apakah sesuai dengan model

yang direncanakan. Aksi/tindakan yang dipandu oleh perencanaan dalam arti

(57)

Tetapi tindakan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh rencana, dapat muncul

hambatan/kendala secara tiba-tiba dan tidak terduga sebagai konsekwensi dari

perubahan dalam tindakan.

Tahapan observation dalam action research memiliki fungsi

mendokumentasikan efek dari tahapan sebelumnya. Observasi yang cermat

diperlukan karena action selalu akan dibatasi oleh kendala realitas. Observation

harus direncanakan, responsive, kritis dan harus peka terhadap hal-hal yang tidak

terduga. Tahapan observation mengamati proses action, efek dari action, keadaan

dan hambatan action dan masalah lain yang timbul. Pengamatan sebagai dasar

yang kuat untuk tahapan reflection dan memberikan kontribusi pada peningkatan

pemahaman dalam menyusun strategi.

d. Reflection

Reflection dilakukan setelah action dilaksanakan dan diperoleh hasil akhir

dari langkah – langkah sebelumnya. Pada tahap ini ditemukan hasil akhir

penelitian, penghambat, dan pendukung. Hasil yang belum sesuai dengan tujuan

dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tahapan reflection berusaha memahami

proses, masalah, issue dan hambatan yang dimanifestasikan dalam tindakan

strategis, memperhitungkan berbagai perspektif situasi yang muncul. Reflection

memiliki aspek evaluative untuk mempertimbangkan pengalaman, menilai efek

tindakan yang diinginkan dan isu-isu yang muncul dan menyarankan cara

(58)

2.2.3 Siklus Action Research

Kemmis dan Mc Taggart (1988) menyatakan siklus tindakan action

research spiral terdiri dari plan, act, observe dan reflect.

Planning adalah proses diskusi antara partisipan dengan peneliti untuk

menentukan tindakan perubahan yang akan dilakukan. Peneliti dan partisipan

harus menganalisa permasalahan secara prioritas dan harus ada saling pengertian

dalam menghadapi situasi penelitian (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).

Action merupakan tindakan perubahan yang sudah direncanakan antara

peneliti dengan partisipan. Action yang dilakukan harus sesuai dan bersifat

fleksibel, sementara dan terbuka. Pelaksanaan action ditentukan bersama

waktunya antara peneliti dan partisipan (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).

Observation dilakukan untuk mengontrol tindakan perubahan yang

dilakukan. Observasi dilakukan secara cermat dan teliti sehingga hasil yang

diperoleh dapat dibandingkan dengan data awal (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).

Reflection merupakan hasil akhir yang diperoleh dalam tindakan

perubahan. Reflection juga menemukan hambatan, dukungan yang dapat

dilanjutkan pada siklus berikutnya. Reflection merupakan aspek evaluasi terhadap

(59)

2.3 Theory Watson

2.3.1 Definisi caring dalam keperawatan

Theory Watson tentang human caring (1979) menjelaskan tentang manusia

secara keseluruhan, utuh dan memiliki nilai-nilai yang harus diperhatikan dan

dijaga. Pasien merupakan individu yang harus mendapat pelayanan secara

menyeluruh baik fisik, psikis, sosial dan spiritual.

Asumsi dasar dari caring dalam keperawatan adalah :1) caring lebih

efektif dilakukan dalam praktek secara interpersonal, 2) caring mengandung

faktor carative yang menghasilkan kepuasan pada pemenuhan kebutuhan

manusia, 3) caring yang efektif mempromosikan kesehatan dan pertumbuhan

tentang kesehatan individu/keluarga, 4) caring bukan hanya menerima seseorang

saat sakit tetapi bagaimana sakit terjadi dan menjadi sehat 5) lingkungan caring

adalah dukungan dari semua pihak bagi penyembuhan pasien, 6) caring lebih

“healthogenic” daripada curing. Caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik

dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk menghasilkan atau

meningkatkan kesehatan dan memberikan pelayanan bagi yang sakit. Caring

melengkapi penyembuhan, 7) caring adalah pusat dari keperawatan (Watson,

1979).

2.3.2 Sepuluh carative faktor

Menurut Watson (1979) Ada 10 faktor carative dalam keperawatan caring

yaitu :1) nilai – nilai dan bentuk kepedulian sesama (nilai humanistik),

(60)

kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain 4) membina dan mengembangkan

rasa saling percaya, 5) mengembangkan dan menerima ekspresi perasaan positif

dan negatif, 6) menggunakan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah,

7) meningkatkan proses pembelajaran interpersonal untuk meningkatkan tanggung

jawab kesehatan klien, 8) menciptakan suasana suportif, korektif, dan protektif

terhadap fisik, mental, sosial budaya dan spiritual, 9) membantu memenuhi

kebutuhan dasar manusia dan 10) menghargai kekuatan eksternal yang ada dalam

kehidupan.

Membentuk sistem nilai humanistik adalah mengenali nama, mengenali

karakteristik klien, mengenali kelebihan dan kekurangan klien, mendahulukan

kepentingan klien daripada kepentingan pribadi, memberikan waktu pada klien

meskipun sedang sibuk, memperhatikan dan mendengarkan apa yang menjadi

kebutuhannya, menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan klien terkait

dengan perawatannya, memberikan informasi kepada klien terkait asuhan

keperawatan yang diberikan, menggunakan sentuhan untuk kesembuhan,

memberikan kesempatan pada klien untuk menentukan asuhan keperawatan yang

akan dijalaninya (Watson, 1979).

Menanamkan keyakinan dan harapan adalah memotivasi klien untuk

menghadapi penyakitnya secara realistis, membantu klien untuk memahami

tindakan alternatif yang ditentukan, menjelaskan kepada klien tindakan

pengobatan yang dilakukan, memberikan dukungan spiritual misalnya pendekatan

keagamaan sesuai dengan keyakinan yang dianut klien sehingga meningkatkan

Gambar

Gambar 1.  Shift Pagi Perawat Primer dan Perawat Pelaksana  ....................    11
Gambar 1. Shift pagi perawat primer dan perawat pelaksana (Manthey, 1980)
Gambar 2. Sistem asuhan keperawatan Primary Nursing (Marquis & Huston, 1998:138)
Gambar 3. Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKP (Sitorus, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait