PENGEMBANGAN METODE PENUGASAN PRIMARY
NURSING DI RUANGAN RAFLESIA RSUD Dr. PIRNGADI
KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
ROSLINA
117046032/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGEMBANGAN METODE PENUGASAN PRIMARY
NURSING DI RUANGAN RAFLESIA RSUD Dr. PIRNGADI
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Oleh
ROSLINA
117046032/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Telah Diuji
Pada Tanggal: 26 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D
Anggota : 1. Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Pof. Sutomo Kasiman, Sp. PD, KKV, Sp. JP
Judul Tesis :Pengembangan Metode Penugasan Primary
Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
Nama Mahasiswa : Roslina
Nomor Induk Mahasiswa : 117046032
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
ABSTRAK
Metode penugasan primary nursing merupakan bentuk pelayanan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap yang memiliki empat proses pelaksanaan yaitu
memutuskan konsep primary nursing, melakukan pengumpulan data, pelaksanaan
dan evaluasi pelaksanaan. Metode ini dilakukan di ruang Raflesia lantai 1 dengan
jumlah partisipan 8 perawat. Desain penelitian menggunakan action research
melalui tahapan reconnaissance, planning, action, observation dan reflection.
Data diolah secara kualitatif dengan content analysis dan bersifat kuantitatif
dengan simple statistic distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah kemampuan
mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu melakukan
komunikasi interpersonal dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tercakup dalam pengetahuan perawat tentang primary nursing
meningkat dari 90% menjadi 100%, kepuasan pasien meningkat dari 63,25%
menjadi 80%, adanya struktur metode penugasan primary nursing, pelaksanaan
penelitian ini direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan untuk mengaplikasikan metode penugasan primary nursing di
seluruh ruangan rawat inap dan memfasilitasi sarana dan pra sarana demi
kesuksesan sistem penugasan primary nursing. Pihak manajemen juga diharapkan
mengeluarkan SK (Surat Keputusan) untuk struktur metode penugasan primary
nursing, job descriptionprimary nursing dan perawat primer.
Title of the Thesis :The Development of the Method of Primary
Nursing Assignment in Raflesia Ward of RSUD
Dr. Pirngadi Medan
Name of Student : Roslina
Std. ID Number : 117046032
Study Program : Master in Nursing Science
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
The method of primary nursing assignment is a form of nursing service in
the inpatient wards. It has four kinds of implementation process: deciding primary
nursing concept, gathering the data, and implementing and evaluating the
implementation. This method was done in the Raflesia Ward on the first floor
with eight nurses as the participants. The research used an action research design
through the stages of reconnaissance, planning, action, observation, and reflection.
The data were processed qualitatively with content analysis and quantitatively
with simple statistic frequency distribution. The result of the research showed that
the capability of making decision, taking the responsibility, conducting
interpersonal communication, and providing nursing simultaneously included in
the nurses’ knowledge in primary nursing which increased from 90% to 100% and
in patients’ satisfaction which increased from 63.25% to 80%; there were also the
the method of primary nursing assignment in the Raflesia Ward on the first floor.
It is recommended that the management of RSUD dr. Pirngadi, Medan, apply the
method of primary nursing assignment in all inpatient wards and facilitate the
equipment and infrastructure in order that the system of primary nursing system
can be successful. It is also recommended that the management of the hospital
issue an SK (Decree) for the structure of the method of primary nursing
assignment, job description primary nursing, primer nurses, and reward of
service/incentives for primer nurses.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tesis
dengan judul “Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan
Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan Studi ke jenjang
Magister Keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp., MNS.,
Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU yang telah memberi pengarahan, masukan, bimbingan sejak
mulai masuk sebagai mahasiswa di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
sampai dengan selesainya masa pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep.,
Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU yang telah membantu proses pembelajaran di Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan baik dari segi administrasi, motivasi dan memberi
semangat sehingga selesainya proses pembelajaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp., MNS.,
bimbingan, motivasi, masukan, saran dan membantu pencarian sumber
jurnal/buku dari mulai awal pembuatan tesis hingga selesainya tesis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns.,
M.Kep selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, motivasi, masukan, saran dan membantu pencarian sumber
jurnal/buku dari mulai awal pembuatan tesis hingga selesainya tesis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Sutomo
Kasiman, Sp.PD,, KKV., Sp. JP selaku Komisi Penguji yang telah memberi
masukan, saran, dan bimbingan dari mulai ujian proposal sampai dengan
selesainya tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep.,
Ns., MNS selaku Komisi Penguji yang telah memberi masukan, saran, dan
bimbingan dari mulai ujian proposal sampai dengan selesainya tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak manajemen RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan khususnya Kabid Keperawatan (Ibu Linny Lumongga,
S.Kep., Ns) dan perawat Ruang Raflesia (Ns. Susianti, Ns. Sally Yolanda,
Ns. Rina Sagita, Ns. Syamsiah, Ns. Samsidar, Ns. Hariandi, Ns. Budiana,
Ns. Surya dkk) yang tidak penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
selama penelitian hingga selesainya tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pasien/keluarga yang dirawat di
ruang Raflesia lantai 1 yang telah bersedia menjadi partisipan dan mengisi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen Pengajar di
kelas Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Yopha
Kartika, SP (pegawai administrasi Program Studi Magister Ilmu Keperawatan)
yang telah membantu penulis selama proses belajar mengajar dan selesainya tesis
ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman (Ibu Lilis,
Bapak Indra, dan kawan-kawan) yang telah memberi semangat dan motivasi
selama proses pembuatan tesis hingga selesainya tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ananda tercinta Anggi Arum
Sari yang telah membantu pencarian sumber materi/jurnal, pengetikan, dan
memberi semangat tanpa batas waktu hingga selesainya tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan
semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia ilmu keperawatan.
Medan, 26 Agustus 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Roslina, SKM, S.Kep.Ns
Tempat/Tanggal Lahir : Aek Kanopan, 20 Juli 1969
Alamat : Komplek Classic III No. 45 Pasar 1 Tanjung Sari
Medan
No. Telp./Hp : 081 260 98 8572
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SDN 112282- Aek Kanopan 1981
SLTP SLTP Negeri -1 Aek Kanopan 1984
SMU SMUN – 1 Aek Kanopan 1987
Diploma III Akper Universitas Darma Agung Medan 1990
Akbid Universitas Prima Medan 2005
Strata I FKM Universitas Prima Medan 2007
Ners STIKes Binalita Sudama Medan 2009
Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013
Riwayat Pekerjaan:
Tenaga Perawat di PT. Smart Coorporation mulai dari 1990 s.d 2005
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai Perawat Pelaksana di RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan mulai dari 2005 s.d 2007
PNS sebagai Ketua Tim Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan mulai
PNS sebagai Kepala Ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan mulai dari
2009 s.d Juli 2013
PNS sebagai Pelaksana Tugas Kaseksi Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan mulai dari Juli 2013 s.d sekarang
Kegiatan akademik selama studi:
Seminar Sehari Caring Science sebagai Landasan Aplikasi dalam
Pendidikan, Pelayanan dan Penelitian Keperawatan di Medan
tanggal 17 Desember 2011
Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA
di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta
Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan
Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012
sebagai Peserta
3rd International Nursing Conference “Innovation on Nursing and Clinical
Practice di Surabaya tanggal 12 – 13 Mei 2012 sebagai Peserta
Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal20 Juli 2012 sebagai Peserta
Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare
System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013
Seminar & Workshop Aplikasi Knowledge Management dalam
Administrasi Keperawatan di Rumah Sakit di Medan
tanggal 13-14 Mei 2013 sebagai Peserta
Pelatihan Etik Dasar Penelitian Kesehatan di Medan tanggal 24 Agustus
2013 sebagai Peserta
Publikasi:
Roslina., Setiawan, Arruum, D. (2013). Pengembangan Metode Penugasan
Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (2).
Proceeding:
Roslina., Setiawan, Arruum, D. (2013, 1-2 April). Primary Nursing in Hospital:
A Systematic review. Oral presentation at 2013 Medan International Nursing
Conference on The Application of Caring Sciences on Nursing Education
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
3.3 Partisipan ... 42
3.4 Pengumpulan Data ... 42
3.4.1 Alat Pengumpulan Data ... 42
3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 45
3.4.3 Tahapan Penelitian AR ... 46
3.5 Metode Analisis ... 48
3.6 Pertimbangan Etik ... 49
3.7 Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness of Data) ... 49
3.8 Definisi Operasional ... 50
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52
4.2 Karakteristik Demografi Partisipan ... 58
4.3 Proses Pengembangan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 61
4.4 Outcome Action Research ... 84
4.5 Dampak ... 87
BAB 5. PEMBAHASAN ... 89
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
6.1 Kesimpulan ... 100
6.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Susunan Kepegawaian berdasarkan Fungsional ... 56
Tabel 4.2 Susunan Kepegawaian berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 57
Tabel 4.3 Susunan Kepegawaian berdasarkan Golongan ... 57
Tabel 4.4Performance RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2011 ... 58
Tabel 4.5 Karakteristik Demografi Partisipan ... 59
Tabel 4.6 Karakteristik Demografi Pasien ... 60
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Metode Penugasan Primary Nursing ... 69
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Metode Penugasan Primary Nursing ... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Shift Pagi Perawat Primer dan Perawat Pelaksana ... 11
Gambar 2. Sistem Asuhan Keperawatan Primary Nursing ... 15
Gambar 3. Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKP ... 22
Gambar 4. Siklus Action Research ... 30
Gambar 5. Proses Pengumpulan Data dan Analisis Action Research ... 31
Gambar 6. Kerangka Teori dan Metodologi Primary Nursing : Aplikasi Primary Nursing di Ruang Raflesia ... 40
Gambar 7. Denah ruang Raflesia lantai 1 ... 64
Gambar 8. Struktur Metode Penugasan Tim ruang Raflesia lantai 1 ... 65
Gambar 9. Struktur Pengembagan Metode Penugasan Primary Nursing di Ruang Raflesia Lantai 1... 85
Gambar 10. Alur Penerimaan Pasien Baru mulai dari Masuk sampai Pulang Dalam Metode Penugasan Primary Nursing di ruang Raflesia Lantai 1 ... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 105
a. Lembar Persetujuan menjadi Partisipan ... 106
b. Instrument Penelitian Data Demografi Perawat ... 107
c. Panduan FGD ... 108
d. Lembar Observasi ... 109
e. Kuesioner Pengetahuan Perawat (KPP) ... 112
f. Data Demografi Pasien ... 113
g. Kuesioner Kepuasan Pasien (KPPn) ... 114
Lampiran 2 Biodata Expert ... 116
Lampiran 3 Izin Penelitian ... 121
a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan . 122
b. Surat Persetujuan Ethical Clearance ... 123
c. Surat Izin Pengambilan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan ... 124
d. Surat Selesai melakukan Penelitian ... 126
Judul Tesis :Pengembangan Metode Penugasan Primary
Nursing di Ruangan Raflesia RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
Nama Mahasiswa : Roslina
Nomor Induk Mahasiswa : 117046032
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
ABSTRAK
Metode penugasan primary nursing merupakan bentuk pelayanan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap yang memiliki empat proses pelaksanaan yaitu
memutuskan konsep primary nursing, melakukan pengumpulan data, pelaksanaan
dan evaluasi pelaksanaan. Metode ini dilakukan di ruang Raflesia lantai 1 dengan
jumlah partisipan 8 perawat. Desain penelitian menggunakan action research
melalui tahapan reconnaissance, planning, action, observation dan reflection.
Data diolah secara kualitatif dengan content analysis dan bersifat kuantitatif
dengan simple statistic distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah kemampuan
mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu melakukan
komunikasi interpersonal dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tercakup dalam pengetahuan perawat tentang primary nursing
meningkat dari 90% menjadi 100%, kepuasan pasien meningkat dari 63,25%
menjadi 80%, adanya struktur metode penugasan primary nursing, pelaksanaan
penelitian ini direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan untuk mengaplikasikan metode penugasan primary nursing di
seluruh ruangan rawat inap dan memfasilitasi sarana dan pra sarana demi
kesuksesan sistem penugasan primary nursing. Pihak manajemen juga diharapkan
mengeluarkan SK (Surat Keputusan) untuk struktur metode penugasan primary
nursing, job descriptionprimary nursing dan perawat primer.
Title of the Thesis :The Development of the Method of Primary
Nursing Assignment in Raflesia Ward of RSUD
Dr. Pirngadi Medan
Name of Student : Roslina
Std. ID Number : 117046032
Study Program : Master in Nursing Science
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
The method of primary nursing assignment is a form of nursing service in
the inpatient wards. It has four kinds of implementation process: deciding primary
nursing concept, gathering the data, and implementing and evaluating the
implementation. This method was done in the Raflesia Ward on the first floor
with eight nurses as the participants. The research used an action research design
through the stages of reconnaissance, planning, action, observation, and reflection.
The data were processed qualitatively with content analysis and quantitatively
with simple statistic frequency distribution. The result of the research showed that
the capability of making decision, taking the responsibility, conducting
interpersonal communication, and providing nursing simultaneously included in
the nurses’ knowledge in primary nursing which increased from 90% to 100% and
in patients’ satisfaction which increased from 63.25% to 80%; there were also the
the method of primary nursing assignment in the Raflesia Ward on the first floor.
It is recommended that the management of RSUD dr. Pirngadi, Medan, apply the
method of primary nursing assignment in all inpatient wards and facilitate the
equipment and infrastructure in order that the system of primary nursing system
can be successful. It is also recommended that the management of the hospital
issue an SK (Decree) for the structure of the method of primary nursing
assignment, job description primary nursing, primer nurses, and reward of
service/incentives for primer nurses.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan.
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan
keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan
terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit.
Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan keperawatan di
rumah sakit mengharuskan setiap perawat bekerja secara profesional dan mandiri
(Aditama, 2003).
Kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan
klinis dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinis antara lain
meliputi: memberikan pelayanan keperawatan personal (personal nursing care),
berkomunikasi, menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak, menjaga
lingkungan bangsal tempat perawatan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain. Kegiatan manajemen keperawatan antara lain : penanganan administratif,
memonitor mutu pelayanan keperawatan, manajemen ketenagaan dan logistik
Sejak tahun 1974, keperawatan rumah sakit Boston Beth Israel dan staff
rumah sakit Beth Israel memutuskan untuk mengaplikasikan primary nursing
yang bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan di rumah sakit. Perubahan
yang terjadi setelah dilaksanakan primary nursing antara lain peningkatan
kunjungan pasien, dan kepuasan pasien meningkat (Montague, 1995).
Primary nursing merupakan salah satu sistem penugasan perawat di rumah
sakit yang harus mengetahui kebutuhan pasien, rencana keperawatan, pelaksanaan
dan evaluasi, dan perawat bertanggung jawab selama 24 jam dari mulai pasien
masuk hingga pasien pulang (Whitby, 2003). Perawat primer dalam primary
nursing memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk setiap pasien
dan memiliki wewenang, otonomi selama pasien dirawat di rumah sakit (Wan et
al., 2011). Primary nursing membutuhkan perawat RN (registered nurse) yang
bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan selama 24 jam (Marquis
& Huston, 2000). Primary nursing menunjuk satu perawat primer yang
menangani 5 hingga 6 pasien selama 24 jam dan perawat primer harus mampu
menunjukkan ketegasan, memimpin diri sendiri, mampu membuat keputusan,
bertanggung jawab dan mampu berkomunikasi dengan profesional kesehatan
lainnya (Gillies, 1989).
Pada tahun 2006 ditemukan hasil penelitian tentang penerapan primary
nursing dibandingkan dengan sistem lain dalam pelayanan asuhan keperawatan
terjadi peningkatan tingkat kepuasan pasien dari 50% menjadi 97%
(Jehan&Nelson, 2006). Aplikasi primary nursing dalam satu unit rumah sakit di
nursing team menunjukkan profesionalisme perawat menurun dari 17-12%
(Fairbanks, 1981 dalam Gilies, 1989). Primary nursing merupakan sistem
keperawatan yang adekuat, membawa dampak keuntungan bagi profesi
keperawatan, promosi jabatan dari keperawatan, peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan, peningkatan kualitas staf keperawatan, biaya rawatan menurun dan
peningkatan kepuasan pasien (Gardner, 1991 dalam Melchoir et al., 1999).
Di Indonesia pelaksanaan primary nursing diaplikasikan dalam bentuk
MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) yang pertama kali
dikembangkan di RSUPNCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto
Mangunkusumo) pada tahun 1996. Model ini mempunyai karakteristik antara lain:
1) penetapan jumlah tenaga keperawatan, 2) penetapan jenis tenaga keperawatan,
3) penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra), dan 4) penggunaan
metode modifikasi keperawatan primer. Model primary nursing murni belum
teraplikasi seutuhnya (Sitorus, 2002).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan
rumah sakit tipe B dan pusat rujukan Sumatera Utara dan Aceh. Pada tahun 2012
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan membangun Ruangan Raflesia yang terdiri dari 4
lantai dalam bentuk ruang VIP yang terdiri dari lantai 1 yang mempunyai 8 kamar
(8 pasien), lantai 2 mempunyai 6 kamar (6 pasien), lantai 3 mempunyai 6 kamar
(6 pasien), lantai 4 mempunyai 6 kamar (6 pasien). BOR (Bed Occupancy Rate)
ruang Raflesia 90-100% setiap bulannya. Jumlah perawat/bidan yang tersedia
sebanyak 24 orang terdiri dari (ners) : 12 orang, D IV keperawatan : 1 orang dan
terdiri dari 5 orang perawat/bidan yang bertugas selama 24 jam. Dan lantai 1
memiliki 8 orang perawat. Setiap lantai memiliki 3 orang Ners. Sistem asuhan
keperawatan yang dipakai di ruang Raflesia selama ini memakai metode tim.
Pengalaman peneliti sebagai kepala ruangan di ruangan Raflesia RSUD dr.
Pirngadi Medan, setiap ruangan rawat inap telah memakai metode penugasan tim
termasuk ruang Raflesia. Metode penugasan tim sebagai model asuhan
keperawatan, masih ada hambatan seperti : kurangnya tenaga perawat (khususnya
S1 Ners), kurangnya pelatihan manajemen tentang metode penugasan, kurangnya
keterampilan perawat dan kurangnya disiplin dalam bertugas.
Pada survei awal yang dilakukan peneliti di ruangan Raflesia pada bulan
Pebruari dan wawancara dengan 3 orang perawat pelaksana yang bertugas
menyatakan model tim berjalan dengan baik, adanya kerjasama antar perawat
yang bertugas, adanya ketua tim yang memimpin pelaksanaan asuhan
keperawatan dan membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
pasien, dan pertukaran shift yang langsung bertatap muka dengan pasien/keluarga.
Harapan dari para perawat ruang Raflesia yang menginginkan adanya
peningkatan model pemberian asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga.
Model tim yang sudah berjalan baik dan sumber daya perawat yang setiap lantai
memilki Ners membuka pemikiran peneliti untuk melakukan satu perubahan
dalam model asuhan pelayanan keperawatan di ruangan Raflesia dengan
Survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2013 dapat disimpulkan
bahwa ruangan raflesia memiliki SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan
Threatened). Strength (kekuatan) yang dimiliki adalah memiliki sumber tenaga
perawat Ners sebanyak 12 orang, kondisi ruangan setiap lantai memiliki 6 kamar
kecuali lantai 1 delapan kamar, usia perawat berkisar 25-47 tahun, metode
penugasan tim sudah berjalan baik, tidak ada konflik dengan dokter dan tim
kesehatan lain, adanya dukungan dari pihak manjemen melalui kepala bidang
keperawatan tentang pemilihan metode penugasan keperawatan.
Weakness (kelemahan) yang terlihat adalah kurangnya pelatihan yang
diberikan kepada perawat, pendokumentasian proses keperawatan belum optimal,
kualitas tenaga keperawatan belum optimal, isi materi timbang terima belum
terfokus pada masalah keperawatan. Opportunity (kesempatan) yang harus dicapai
adalah kesempatan melanjutkan tingkat pendidikan, kesempatan melanjutkan
jenjang karir, kesempatan untuk pengembangan diri, adanya mahasiswa yang
praktek di ruangan dan kesempatan untuk membentuk metode penugasan baru
(primary nursing). Threatened (ancaman) yang terlihat adalah adanya tuntutan
dari masyarakat terutama pasien/keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang
lebih professional.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian antara lain Gilies (1989), Jehan
dan Nelson (2006), Montague (1995) yang menyatakan pemberian asuhan
keperawatan metode primary nursing dapat meningkatkan kepuasan pasien,
Pernyataan langsung dari perawat ruang Raflesia yang menyatakan metode
penugasan tim sudah berjalan dengan baik maka diperlukan pengembangan
metode penugasan primary nursing di ruang Raflesia RSUD dr. Pirngadi Medan.
Penelitian ini akan dilakukan secara action research, karena perubahan model
asuhan pelayanan keperawatan memerlukan aksi langsung ke lapangan secara
kualitatif dan kuantitatif.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana penerapan pengembangan metode penugasan Primary Nursing
di ruangan Raflesia RSUD dr. Pirngadi Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah melakukan perubahan model asuhan keperawatan
dengan mengembangkan model primary Nursing di ruangan Raflesia RSUD dr.
Pirngadi Kota Medan
1.4 Manfaat Penelitian
a.Praktek Keperawatan (Nursing Practice)
Penelitian ini akan menghasilkan model primary nursing yang dapat
dilaksanakan oleh perawat ruang Raflesia, dan ruangan lain di RSUD dr. Pirngadi
Medan juga dilaksanakan rumah sakit lain dalam pemberian asuhan keperawatan
b. Pendidikan Keperawatan (Nursing Education)
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan ilmu
keperawatan khususnya terkait manajemen keperawatan. Pengembangan metode
penugasan primary nursing yang dilaksanakan di rumah sakit menjadi salah satu
bukti bahwa ilmu manajemen keperawatan telah menunjukkan aplikasi ilmu yang
telah dipelajari di pendidikan
c.Penelitian Keperawatan (Nursing Research)
Terciptanya model primary nursing di rumah sakit dan dapat dilakukan
penelitian yang lebih mendalam tentang primary nursing. Hasil penelitian menjadi
data, informasi menambah wawasan pengetahuan peneliti dan peneliti selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan materi penelitian yang terkait dengan primary
nursing dan action research. Adapun materi yang berhubungan dengan penelitian
ini :
1. Primary Nursing
a. Definisi primary nursing
b. Elemen primary nursing
c. Kelebihan primary nursing
d. Kelemahan primary nursing
e. Ketenagaan primary nursing
f. Konsep dasar primary nursing
g. Peran kepala ruangan dalam primary nursing
h. Tugas perawat primer
i. Pelaksanaan primary nursing
2. Action Research
a. Tahap persiapan (Reconnaisance)
b. Perencanaan (Planning)
c. Aksi dan observasi (Action & Observation)
3. Theory Watson
a. Definisi
b. 10 carative factor
2.1 Primary Nursing
2.1.1 Definisi Primary Nursing
Primary nursing adalah penyerahan menyeluruh, koordinasi, kontinu,
perawatan pasien individu yang dilakukan oleh perawat professional yang
memiliki otonomi, akuntabilitas dan otonomi selama 24 jam (Primary Nurse
Convention 1977 dalam Campbell, 1985). Primary Nursing adalah metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar
rumah sakit (Gillies, 1989). Sistem primary nursing menggunakan 1 orang
perawat primer yang bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab untuk
perencanaan perawatan 5-6 pasien dan ketika perawat primer tidak bertugas
perawatan pasien dilanjutkan oleh perawat pelaksana yang melanjutkan
perencanaan perawatan yang sudah direncanakan oleh perawat primer (Marquiz &
Huston, 2000).
Menurut Munnukka dan Kiikkala (1995) primary nursing membutuhkan :
1) bagaimana teori dipergunakan pada praktik, 2) bagaimana tumbuh menjadi
perawat yang profesional, 3) bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan
penyakit, pemeriksaan dan pengobatan. Pertanyaan-pertanyaan di atas menjawab
bahwa metode penugasan primary nursing membutuhkan ilmu, komunikasi
interpersonal, pengakuan dari tim kesehatan lain, dan mampu membuat asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Jellinek et all (1994) menyatakan konsep primary nursing adalah setiap
pasien dirawat oleh seorang perawat primer yang memiliki tanggung jawab penuh
selama 24 jam. Ilumin (2003), adanya model keperawatan primary nursing
memerlukan tanggung jawab yang tinggi dan adanya otonomi dari perawat primer
diharuskan memiliki persiapan yang baik, pengetahuan, sehingga perawat primer
dalam menjalankan peranannya mampu dan membawa hasil akhir yang baik bagi
pasien.
Primary nursing adalah model asuhan keperawatan yang diberikan kepada
1-6 pasien dari mulai masuk sampai pulang, asuhan yang diberikan selama 24 jam
dilakukan oleh perawat primer dibantu oleh perawat peaksana (associate nurse),
setiap perawat primer memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh sesuai
Gambar 1. Shift pagi perawat primer dan perawat pelaksana (Manthey, 1980)
2.1.2 Elemen Primary Nursing
Elemen primary nursing terdiri dari 4 yaitu : 1) memiliki tanggung jawab,
2) berani membuat keputusan, 3) mampu berkomunikasi interpersonal dengan
baik, 4) mampu membuat asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 24 jam
(Manthey, 1980).
Tanggung jawab adalah perawat primer memiliki tanggung jawab terhadap
1-6 pasien dari mulai pasien masuk sampai pulang dalam hal pemberian asuhan
keperawatan. Hal-hal yang berkaitan dengan pasien/keluarga seperti kebutuhan
ruangan pasien, obat, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain menjadi tanggung
jawab dari perawat primer. Semua masalah pasien selama 24 jam menjadi
tanggung jawab perawat primer (Manthey, 1980).
Berani membuat keputusan adalah perawat primer harus mampu dan berani
membuat keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan pelayanan keperawatan Perawat primer
07-15 wib 15-23 wib 23-07 wib
PA sore PA
pasien. Perawat primer harus memiliki bekal ilmu dan skill yang tinggi sehingga
dalam membuat keputusan berdasarkan ilmu yang dimiliki. Perawat primer dapat
berhubungan langsung dengan kepala ruangan, dokter yang merawat pasien, dan
tim kesehatan lain (Manthey, 1980).
Berkomunikasi secara interpersonal adalah perawat primer harus mampu
berkomunikasi baik kepada pasien/keluarga, dokter, kepala ruangan, pihak
manajemen, perawat associate dan tim kesehatan lainnya.
Berkomunikasi dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam penyelesaian masalah pasien/keluarga yang
berhubungan dengan penyakitnya. Perawat primer dalam berkomunikasi dengan
perawat associate sebagai penerus dalan pemberian asuhan keperawatan harus
benar dan jelas saat pertukaran shift (Manthey, 1980).
Membuat asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 24 jam adalah
perawat primer harus mampu melakukan asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan sampai evaluasi. Sejak pasien masuk hingga pulang
tahap - tahap asuhan keperawatan tetap direncanakan, dilakukan oleh perawat
primer dan dilanjutkan oleh perawat pelaksana. Semua masalah dan kebutuhan
pasien selama dirawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan tetap harus
dibawah pengawasan perawat primer walaupun yang dinas adalah perawat
2.1.3 Kelebihan Primary Nursing
Menurut Hyams et al (1993), kelebihan primary nursing adalah: sumber
daya manusia yang tersedia ada, pelaksanaan dilakukan oleh perawat primer
dibantu perawat pelaksana (associate nurse), perawat primer dan perawat
pelaksana memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan pasien dan rencana
keperawatan, pelayanan terhadap pasien dilanjutkan oleh perawat pelaksana,
kelompok memberikan pelayanan kepada pasien dan memiliki semangat
kelompok.
Menurut Gilies (1989), kelebihan primary nursing adalah: bersifat
kontuinitas dan komprehensif. Metode primary nursing memberikan keuntungan
terhadap klien, perawat, dokter dan rumah sakit. Keuntungan bagi perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, pengembangan diri melalui
implementasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Keuntungan bagi klien/pasien adalah mereka merasa lebih dihargai sebagai
manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi dokter adalah
mendapatkan informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui keadaan
kliennya. Keuntungan bagi rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus mempekerjakan
2.1.4 Kelemahan Primary Nursing
Menurut Gillies (1989) kelemahan dari primary nursing adalah hanya
dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Menurut Hyams (1993), kelemahan primary nursing antara lain:
perbedaan pendapat antar perawat, perawat primer memiliki jam kerja yang
panjang, ketidakadilan dalam pembagian tugas, perawat pelaksana dapat
mengalami hambatan dalam pelayanan, perawat primer kurang dalam tanggung
jawab dan tanggung gugat, membutuhkan perawat pembantu, mengurangi jam
besuk pasien, follow up diselesaikan oleh perawat primer, mengurangi waktu
pertemuan dengan tim lain, perawat pelaksana dan perawat pembantu harus
disediakan, perawat primer memilki pasien, memerlukan pendokumentasian yang
lebih lengkap, perawat associate kurang memiliki tanggung jawab, membutuhkan
banyak waktu untuk pasien dan membutuhkan area primary nursing.
2.1.5 Ketenagaan Metode Primary Nursing
Menurut Gillies (1989) ketenagaan metode primary nursing adalah: setiap
perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien,
beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer, penugasan ditentukan
oleh kepala ruangan dan perawat primer dibantu oleh perawat professional lain
Gambar 2. Sistem asuhan keperawatan Primary Nursing (Marquis & Huston, 1998:138)
Kozier et al. (1997) menyatakan di negara maju pada umumnya perawat
primer adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical nurse specialist) dengan
kualifikasi master keperawatan. Seorang perawat primer bertanggung jawab untuk
membuat keputusan yang terkait dengan asuhan keperawatan klien. Kualifikasi
kemampuan perawat primer minimal adalah sarjana keperawatan (ners).
2.1.6 Konsep dasar Primary Nursing
Menurut Gillies (1989) konsep dasar metode primary nursing adalah ada
tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi dan keterlibatan pasien dan
keluarga.
Dokter Kepala
ruangan
Sarana
Rumah sakit
Perawat Primer Pasien/klien
Perawat pelaksana sore
Perawat pelaksana malam
Perawat pelaksana Jika dibutuhkan di
Konsep model primary nursing long term care menurut Campbell (1985)
adalah keperawatan individual, keperawatan secara menyeluruh, perawatan
pemulihan dan kepuasan pekerjaan.
2.1.7 Peran kepala ruangan dalam Primary Nursing
Menurut Gillies (1989) peran kepala ruangan dalam primary nursing
adalah: sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer, orientasi dan
merencanakan karyawan baru, menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan
pada perawat asisten, evaluasi kerja, merencanakan/menyelenggarakan
pengembangan staf dan membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi. Kepala ruangan melakukan komunikasi langsung dan
koordinasi dengan perawat primer dan perawat pelaksana terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien/pasien.
Kepala ruangan memberikan evaluasi kinerja perawat primer dan perawat
pelaksana dalam primary nursing dengan memberikan pertanyaan langsung
kepada pasien tentang pelaksanaan primary nursing. Kepala ruangan melakukan
ronde dan pertemuan dengan perawat primer, perawat pelaksana dan dokter
tentang keadaan pasien serta hambatan yang ditemukan di ruangan. Kepala
ruangan memfasilitasi ruangan bekerja sama dengan pihak manajemen rumah
sakit agar pelaksanaaan primary nursing berjalan nyaman. Kepala ruangan
memberikan usulan kepada pihak manajemen rumah sakit tentang jasa (reward)
2.1.8 Tugas Perawat Primer
Menurut Gillies (1989) tugas perawat primer adalah : mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan rencana keperawatan,
melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas, mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat
lain, mengevaluasi keberhasilan yang dicapai, menerima dan menyesuaikan
rencana, menyiapkan penyuluhan untuk pulang, melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal
perjanjian klinis dan mengadakan kunjungan rumah.
Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan menginformasikan
keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter dan staf keperawatan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan pasien/klien
didelegasikan kepada perawat pelaksana (Gillies, 1989).
Manthey (1980) menyatakan perawat primer memberikan asuhan
keperawatan selama 24 jam bagi 4-6 pasien, jika perawat primer tidak masuk (off)
maka pelaksanaan asuhan keperawatan dilanjutkan oleh perawat pelaksana.
Perawat pelaksana tetap berkomunikasi dengan perawat primer dalam pemberian
2.1.9 Pelaksanaan Primary Nursing (Manthey, 1980)
Ada 3 faktor suksesnya primary nursing yaitu : 1) keterlibatan anggota staf
sebagai pembuat keputusan, 2) penggunaan format pengambilan keputusan,
3) adanya dukungan dari pihak manajemen (Manthey, 1980).
Keterlibatan anggota staf sebagai pembuat keputusan. Pemiihan
seorang perawat primer dalam tim pemberian pelayanan keperawatan dalam satu
ruangan harus melibatkan seluruh staf yang terkait. Keputusan diambil
berdasarkan kesepakatan bersama untuk memilih seorang perawat primer dengan
memiliki kompetensi empat elemen yaitu: mampu nerkomunikasi secara
interpersonal, mampu bertanggung jawab, mampu mengambil keputusan dan
mampu melakukan asuhan keperawatan.
Penggunaan format pengambilan keputusan. Metode penugasan primary
nursing yang akan dilaksanakan dalam satu ruangan harus memiliki format
keputusan bersama. Seorang perawat primer yang sudah terpilih harus
berdasarkan format yang sudah disetujui bersama oleh staf di ruangan tersebut.
Format tersebut sebagai dasar untuk diajukan ke pihak manajemen.
Dukungan dari pihak manajemen. Kesuksesan metode penugasan
primary nursing harus mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak manajemen
rumah sakit. Pelaksanaan primary nursing di ruangan harus mendapat pengakuan
dari pihak manajemen rumah sakit misalnya: kelengkapan sarana dan prasarana
ruangan pasien, keputusan untuk memakai metode penugasan primary nursing di
sakit merupakan salah satu motivator bagi perawat primer dan timnya untuk
melaksanakan metode penugasan primary nursing.
Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan primary nursing adalah:
1) memutuskan untuk menggunakan konsep primary nursing, 2) melakukan
pengumpulan data, 3) pelaksanaan primary nursing dan 4) evaluasi pelaksanaan
primary nursing (Manthey, 1980).
Memutuskan untuk menggunakan konsep primary nursing. Keputusan
untuk menggunakan model primary nursing harus didiskusikan bersama antara
pihak manajemen, kepala ruangan, dan seluruh perawat yang ada di ruangan.
Hasil diskusi harus mendapat persetujuan dari semua pihak agar dalam
pelaksanaan primary nursing tidak mengalami hambatan. Konsep primary
nursing harus mampu dipahami oleh seorang perawat primer dan perawat
pelaksana sebagai tim yang akan melaksanakan metode penugasan primary
nursing. Salah satu syarat untuk seorang perawat primer dan perawat pelaksana
yang melaksanakan metode penugasan primary nursing adalah ners yang sudah
memahami konsep primary nursing, jika pemahaman konsep primary nursing
sudah dipahami oleh perawat primer dan perawat pelaksana maka metode
penugasan primary nursing sudah dapat diputuskan untuk dilaksanakan di
ruangan tersebut.
Melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan sebagai
bahan rujukan dan informasi dasar untuk terbentuknya primary nursing. Data
selanjutnya. Sebelum dilaksanakan metode penugasan primary nursing diperlukan
pengumpulan data dari berbagai sumber ilmu seperti jurnal, artikel, text book dan
pengalaman orang lain sebagai dasar yang akurat. Pengumpulan data
disosialisasikan kepada tim yang akan melaksanakan metode penugasan primary
nursing terutama kepada perawat primer.
Pelaksanaan primary nursing. Pelaksanaan primary nursing di ruangan
yang sudah ditentukan terdiri dari kepala ruangan, perawat primer dan perawat
pelaksana. Pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh selama 24 jam
dilakukan oleh perawat primer dibantu dengan perawat pelaksana. Perawat primer
memberikan asuhan keperawatan kepada 1-6 pasien dari mulai pasien masuk
hingga pulang. Seorang perawat primer yang sudah dipilih dan diputuskan di
ruangan yang memakai metode penugasan primary nursing harus mendapat
dukungan dan pengakuan dari pihak manajemen rumah sakit, perawat pelaksana
sebagai anggota timnya, dokter dan tim kesehatan lainnya, kepala ruangan dan
terutama dari pasien/keluarga.
Evaluasi pelaksanaan primary nursing. Evaluasi pelaksanaan primary
nursing dilakukan setelah waktu yang disepakati bersama selesai. Pihak
manajemen melakukan evaluasi apakah model primary nursing perlu dilanjutkan
atau tidak, perlu dilaksanakan di ruangan lain atau tidak. Indikator kesuksesan
model primary nursing dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien, perawat, dokter
dan pihak manajemen. Evaluasi pelaksanaan primary nursing sebaiknya dalam
kurun waktu enam bulan sekali untuk menentukan apakah metode penugasan
2.1.10 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
a. Tahap Persiapan
1) Pembentukan Tim
Pembentukan satu tim atau kelompok kerja diperlukan untuk implementasi
MPKP. Tim ini bisa terdiri dari koodinator departemen, seorang penyelia, dan
kepala ruang rawat serta tenaga dari instansi pendidikan. Tim ini akan berperan
sebagai motor pelaksananya MPKP. Setelah itu akan ditunjuk seorang ketua yang
bertugas mengoordinasi semua kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
MPKP, biasanya berasal dari instansi rumah sakit (Sitorus, 2006).
2) Rancangan Penilaian mutu
Kelompok kerja akan membuat rancangan penilaian mutu asuhan
keperawatan yang meliputi kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap
standar yang dinilai dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka
infeksi nosokomial. Data ini merupakan data awal dari ruang rawat sebelum
MPKP dilaksanakan (Sitorus, 2006).
3) Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional), metode pemberian asuhan yang digunakan adalah metode
modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam satu ruang rawat
terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi kepala ruangan, Clinical Care Manager
(CCM), perawat primer dan perawat associate. Struktur ketenagaan pada ruang
Pagi PA PA PA
PA PA PA
Sore { PA PA PA
PA
Malam PA
PA PA PA
Libur/ { PA PA PA
Cuti PA PA PA
9-10 pasien 9-10 pasien 9-10 pasien
Gambar 3. Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKP (Sitorus, 2006)
4) Kepala Ruang Rawat
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D-III Kep yang berpengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan kemampuan Ners yang berpengalaman. Kepala
ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi (Sitorus, 2006).
5) Clinical Care Management (CCM)
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, clinical care management
(CCM) adalah Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang
ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang
tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas PP3 PP2
PP3
sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari
pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan (Sitorus, 2006).
6) Perawat Primer
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, perawat primer (PP) pemula
adalah perawat lulusan D-III Kep dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada
MPKP tingkat I adalah perawat Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun. PP
dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya
bertugas pada pagi atau sore hari saja karena bila bertugas pada malam hari, PP
akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila PP
bertugas pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1 orang PA dari
timnya. Hal ini bertujuan agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai
perkembangan semua kliennya (Sitorus, 2006).
7) Perawat Associate
Perawat Associate (PA) pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I
sebaiknya adalah perawat dengan kemampuan D-III Kep. Namun, pada beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa
MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan SPK tetapi mempunyai
pengalaman yang sudah cukup lama di rumah sakit tersebut.
8) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan mengurangi waktu perawat untuk
menulis sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan
tindakan sesuai kebutuhan pasien. Adanya standar renpra menunjukkan asuhan
kukuh, merupakan salah satu karakteristik pelayanan professional. Standar renpra
akan divalidasi oleh PP berdasarkan pengkajian yang dilakukan untuk setiap klien.
Selanjutnya rencana yang sudah divalidasi akan dibahas dengan PA dan timnya
dan mengarahkan PA pada pelaksanaan tindakan keperawatan. Standar renpra
dikembangkan untuk 10 kasus utama di ruang rawat. Format standar renpra yang
digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnosis
keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom
keterangan. PP cukup memberi tanda cek (v) pada pilihan etiologi sesuai dengan
data yang diperoleh dan menuliskan beberapa hasil pengukuran jika ada.
9) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Format dokumentasi keperawatan yang diperlukan :
a. Format Pengkajian Awal Keperawatan b. Format Implementasi Tindakan Keperawatan
c. Format Kardex (grafik tekanan darah, nadi, suhu dan daftar obat)
d. Format Catatan Perkembangan
e. Format Daftar Infus termasuk Instruksi/Pesanan Dokter
f. Format Laporan Pergantian Shift
g. Resume Perawatan
10) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibuutuhkan padasuatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Fasilitas ini disesuaikan dengan
jenis dan jumlah kasus yang ada. Suatu ruang MPKP diperlukan tambahan
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pelatihan MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
rawat yang sudah ditentukan. Topik pelatihan meliputi :
a. Kolaborasi antara institusi pendidikan dan layanan keperawatan melalui
MPKP
b. Model Praktik Keperawatan Profesional FIKUI-RSUPNCM
c. Nilai-nilai professional sebagai komponen utama dalam MPKP
d. Metode modifikasi keperawatan primer
2) Bimbingan Perawat Primer
a. Bimbingan PP dalam melakukan konferensi
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari dan
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan
dari luar. Panduan bagi PP dalam melakukan konferensi :
(1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
sesuai jadwal PP
(2) Konferensi dihadiri oleh PP dan PA dari timnya masing-masing
(3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam
(4) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah terkait dengan
keperawatan klien
(6) Mengingatkan kembali tentang kedisplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing-masing PA
(7) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan
b. Bimbingan PP melakukan ronde dengan PA
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervise kegiatan PA, juga sarana bagi PP
untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. Panduan bagi PP dalam
melakukan ronde dengan PA yaitu :
(1) PP menentukan 2-3 klien yang akan dironde
(2) Sebaiknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan
masalah yang relative lebih kompleks
(3) Ronde dilakukan setiap hari terutama pada waktu ketika intensitas kegiatan
di ruang rawat sudah relatif tenang
(4) Waktu yang dilakukan untuk melakukan keselluruhan ronde kurang lebih 1
jam
(5) PA mempresentasikan kondisi klien dan tindakan yang telah dilakukan
(6) PA memberi masukan kepada PA dan memberikan pujian pada hal-hal
tertentu
(7) Masalah yang sensitif sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien.
c. Bimbingan PP dalam Memanfaatkan Standar Renpra
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Panduan bagi PP dalam memanfaat kan standar renpra:
(2) Renpra ditempatkan di papan yang telah disediakan di sisi tempat tidur klien
(3) Rencana tindakan yang terdapat pada renpra merupakan pedoman bagi PP
dalam melakukan tindakan keperawatan
(4) Pada 24 jam pertama, PP menetapkan minimal dua diagnosis keperawatan
utama yang dievaluasi setiap hari
(5) Renpra dievaluasi setiap hari dengan menggunakan metode SOAP
d. Bimbingan PP dalam Membuat Kontak/Orientasi dengan Klien/Keluarga
Kontrak antara perawat dan klien/keluarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan. Kontrak
ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat
terbina. Panduan bagi PP dalam melakukan kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga :
(1) Orientasi dilakukan saat pertama kali klien datang dan kondisi klien sudah
tenang
(2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan
orientasi untuk klien dan keluarga. Selanjutnya orientasi harus dilengkapi
kembali oleh PP sesegera mungkin
(3) Orientasi diberikan kepaa klien dan didamping oleh anggota keluarga yang
dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi
(4) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim kepada klien/keluarga kemudian
gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien
(5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
(6) Pada saat pergantian dinas, ingatkan klien nama perawatyang bertugas saat
itu.
e. Bimbingan PP dalam Melakukan Presentasi Kasus dalam Tim
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien
yang dirawatnya. Panduan bagi PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
yaitu :
(1) Presentasi kasus dilakukan minimal 1 bulan/kali
(2) PP menentukan satu kasus yang akan dipresentasikan
(3) Kasus yang dipilih adalah kasus yang istimewa dan menarik
(4) CCM memberikan bimbingan kepada PP dengan cara memberikan kritik
dan umpan balik pada kasus dan presentasi yang dilakukan PP
(5) Sistematika dalam melakukan presentasi kasus: nama kasus, tujuan
presentasi kasus, patofisiologi, rencana asuhan keperawatan, implementasi
tindakan keperawatan, masalah yang timbul selama pemberian asuhan
keperawatan
(6) Presentasi mengundang PA dalam tim
(7) Lama presentasi dan diskusi lebih kurang 1 jam
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dilakukan dengan menggunakan instrument evaluasi MPKP
oleh CCM. Evaluasi proses ini dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu.
Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan :
(1) Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien
(2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi
(3) Penilaian infeksi nosokomial
(4) Penilaian rata-rata lama hari rawat
Untuk mengetahun keberhasilan implementasi MPKP, bandingkan data
awal dengan data akhir.
d. Tindak Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal,
perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang
MPKP inilah diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem
yang tepat untuk menerapkannya.
(1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I
Pada tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan
sehingga mempunyai kemampuan sebagai Ners. Setelah mendapatkan pendidikan
tambahan, perawat tersebut berperan sebagai PP. PP dapat menggunakan ilmu
pengetahuan yang didapat selama pendidikan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dengan berperan sebagai manajer asuhan keperawatan.
(2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II
Pada MPKP tingkat I, PP adalah Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, maka diperlukan
meningkatkan MPKP I menjadi II yang dibutuhkan minimal 1 orang CCM dengan
kemampuan ners spesialis (setelah master keperawatan) untuk setiap ruang rawat.
(3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III
Pada MPKP tingkat III, perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis
ditingkatkan menjadi Doktor keperawatan. Dengan kemampuan ini perawat
diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan (Sitorus, 2006)
2.2 Action Research (AR)
2.2.1 Defenisi Action Research
Action Research adalah sebuah siklus proses, melakukan penemuan,
perencanaan, aksi, pengamatan, refleksi, dan perencanaan ulang untuk membawa perubahan (Glasson et Al, 2008)
Goals Adapted Goal Adapted Goal
Reflection Action planning Reflection Action planning
Observation Action Observation
Action
Action research adalah salah satu metode sebuah proses siklus terdiri dari :
identifikasi masalah, perencanaan, action dan evaluasi (Waterman et al. 2005)
Gambar 5. Proses pengumpulan data dan analisis action research
Action research adalah sebuah siklus spiral yang terdiri dari tahap
persiapan, perencanaan, aksi, observasi dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart,
1988).
Action research menurut Polit & Beck (2008) menyatakan sebuah proses
kolaborasi antara peneliti dan partisipan dalam pemecahan masalah, pemilihan
metode penelitian, analisa data dan penemuan yang akan dilakukan berupa
pengetahuan, kesadaran dan aksi perubahan. Problem
Action research menurut Denzin & Lincoln (2009) memiliki ciri-ciri
utama yaitu : sebuah proses sosial, partisipatoris, praktis dan kolaboratif,
emansipatoris, kritis, reflektis dan perubahan.
2.2.2 Proses Action Research
Proses action research menurut Kemmis & Mc Taggart (1988) memilki 4
tahapan yaitu :
a. Tahap persiapan (Reconnaissance)
Dalam identifikasi masalah yang perlu diperhatikan adalah : analisis awal
masalah, analisis aktifitas dan praktek yang berhubungan dengan masalah, analisis
hubungan sosial dan organisasi. Dalam tahap ini dirumuskan permasalahan yang
ada dan dibuat prioritas permasalahan.
b. Perencanaan (planning)
Dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah : merencanakan suatu
perubahan, merencanakan satu model yang akan diaplikasikan. Peneliti bersama
dengan partisipan merencanakan kegiatan perubahan yang akan dilakukan.
c. Action dan observation (aksi dan observasi)
Pelaksanaan action sesuai dengan perubahan yang sudah direncanakan.
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan action, apakah sesuai dengan model
yang direncanakan. Aksi/tindakan yang dipandu oleh perencanaan dalam arti
Tetapi tindakan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh rencana, dapat muncul
hambatan/kendala secara tiba-tiba dan tidak terduga sebagai konsekwensi dari
perubahan dalam tindakan.
Tahapan observation dalam action research memiliki fungsi
mendokumentasikan efek dari tahapan sebelumnya. Observasi yang cermat
diperlukan karena action selalu akan dibatasi oleh kendala realitas. Observation
harus direncanakan, responsive, kritis dan harus peka terhadap hal-hal yang tidak
terduga. Tahapan observation mengamati proses action, efek dari action, keadaan
dan hambatan action dan masalah lain yang timbul. Pengamatan sebagai dasar
yang kuat untuk tahapan reflection dan memberikan kontribusi pada peningkatan
pemahaman dalam menyusun strategi.
d. Reflection
Reflection dilakukan setelah action dilaksanakan dan diperoleh hasil akhir
dari langkah – langkah sebelumnya. Pada tahap ini ditemukan hasil akhir
penelitian, penghambat, dan pendukung. Hasil yang belum sesuai dengan tujuan
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tahapan reflection berusaha memahami
proses, masalah, issue dan hambatan yang dimanifestasikan dalam tindakan
strategis, memperhitungkan berbagai perspektif situasi yang muncul. Reflection
memiliki aspek evaluative untuk mempertimbangkan pengalaman, menilai efek
tindakan yang diinginkan dan isu-isu yang muncul dan menyarankan cara
2.2.3 Siklus Action Research
Kemmis dan Mc Taggart (1988) menyatakan siklus tindakan action
research spiral terdiri dari plan, act, observe dan reflect.
Planning adalah proses diskusi antara partisipan dengan peneliti untuk
menentukan tindakan perubahan yang akan dilakukan. Peneliti dan partisipan
harus menganalisa permasalahan secara prioritas dan harus ada saling pengertian
dalam menghadapi situasi penelitian (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).
Action merupakan tindakan perubahan yang sudah direncanakan antara
peneliti dengan partisipan. Action yang dilakukan harus sesuai dan bersifat
fleksibel, sementara dan terbuka. Pelaksanaan action ditentukan bersama
waktunya antara peneliti dan partisipan (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).
Observation dilakukan untuk mengontrol tindakan perubahan yang
dilakukan. Observasi dilakukan secara cermat dan teliti sehingga hasil yang
diperoleh dapat dibandingkan dengan data awal (Kemmis dan Mc Taggart, 1988).
Reflection merupakan hasil akhir yang diperoleh dalam tindakan
perubahan. Reflection juga menemukan hambatan, dukungan yang dapat
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Reflection merupakan aspek evaluasi terhadap
2.3 Theory Watson
2.3.1 Definisi caring dalam keperawatan
Theory Watson tentang human caring (1979) menjelaskan tentang manusia
secara keseluruhan, utuh dan memiliki nilai-nilai yang harus diperhatikan dan
dijaga. Pasien merupakan individu yang harus mendapat pelayanan secara
menyeluruh baik fisik, psikis, sosial dan spiritual.
Asumsi dasar dari caring dalam keperawatan adalah :1) caring lebih
efektif dilakukan dalam praktek secara interpersonal, 2) caring mengandung
faktor carative yang menghasilkan kepuasan pada pemenuhan kebutuhan
manusia, 3) caring yang efektif mempromosikan kesehatan dan pertumbuhan
tentang kesehatan individu/keluarga, 4) caring bukan hanya menerima seseorang
saat sakit tetapi bagaimana sakit terjadi dan menjadi sehat 5) lingkungan caring
adalah dukungan dari semua pihak bagi penyembuhan pasien, 6) caring lebih
“healthogenic” daripada curing. Caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk menghasilkan atau
meningkatkan kesehatan dan memberikan pelayanan bagi yang sakit. Caring
melengkapi penyembuhan, 7) caring adalah pusat dari keperawatan (Watson,
1979).
2.3.2 Sepuluh carative faktor
Menurut Watson (1979) Ada 10 faktor carative dalam keperawatan caring
yaitu :1) nilai – nilai dan bentuk kepedulian sesama (nilai humanistik),
kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain 4) membina dan mengembangkan
rasa saling percaya, 5) mengembangkan dan menerima ekspresi perasaan positif
dan negatif, 6) menggunakan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah,
7) meningkatkan proses pembelajaran interpersonal untuk meningkatkan tanggung
jawab kesehatan klien, 8) menciptakan suasana suportif, korektif, dan protektif
terhadap fisik, mental, sosial budaya dan spiritual, 9) membantu memenuhi
kebutuhan dasar manusia dan 10) menghargai kekuatan eksternal yang ada dalam
kehidupan.
Membentuk sistem nilai humanistik adalah mengenali nama, mengenali
karakteristik klien, mengenali kelebihan dan kekurangan klien, mendahulukan
kepentingan klien daripada kepentingan pribadi, memberikan waktu pada klien
meskipun sedang sibuk, memperhatikan dan mendengarkan apa yang menjadi
kebutuhannya, menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan klien terkait
dengan perawatannya, memberikan informasi kepada klien terkait asuhan
keperawatan yang diberikan, menggunakan sentuhan untuk kesembuhan,
memberikan kesempatan pada klien untuk menentukan asuhan keperawatan yang
akan dijalaninya (Watson, 1979).
Menanamkan keyakinan dan harapan adalah memotivasi klien untuk
menghadapi penyakitnya secara realistis, membantu klien untuk memahami
tindakan alternatif yang ditentukan, menjelaskan kepada klien tindakan
pengobatan yang dilakukan, memberikan dukungan spiritual misalnya pendekatan
keagamaan sesuai dengan keyakinan yang dianut klien sehingga meningkatkan