• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit pada karsinoma Ovarium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit pada karsinoma Ovarium"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEPADATAN INFILTRASI

LIMFOSIT PADA KARSINOMA OVARIUM

Oleh :

AINUN MARDIAH

TESIS

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

(2)

USULAN PENELITIAN

PPDS DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

Judul Penelitian : Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit pada karsinoma Ovarium

Nama : Ainun Mardiah

Fakultas : Kedokteran Universitas Sumatera Utara Program : Program Magister Kedokteran Klinis Jangka : 3 (tiga) bulan

Lokasi Penelitian : Instalasi Patologi Anatomi

Pembimbing : Prof.Dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA (K) Pembimbing I : Dr.H.Delyuzar,Sp.PA (K)

(3)

PERNYATAAN

Judul Tesis : Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit Pada Karsinoma Ovarium

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam rujukan.

Yang Menyatakan, Peneliti

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan ridha-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit Pada Karsinoma Ovarium”.

Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan Penulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Magister Patologi Anatomi dalam program Magister Kedokteran Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada Penulis untuk mengikuti pendidikan di program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran USU.

Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD (KGEH), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU.

(5)

serta saran-saran yang bermanfaat kepada Penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA (K); Prof. Dr. Gani W Tambunan Sp.PA (K); Dr. H.Soekimin, Sp.PA; Dr. H. Delyuzar, Sp.PA (K); Dr. T. Ibnu Aferraly, Sp.PA, Dr. Hj. Wan Naemah Sp.PA; Dr. Sumondang, Sp.PA; Dr. Jamluddin Pane, Sp.PA, Dr. Stephen Udjung, Sp.PA, yang telah mengizinkan Penuluis untuk mengambil sampel data pada laboratorium Patologi Anatomi yang dipimpin.

Terima kasih kepada penguji saya yang telah bersedia untuk menguji tesis penelitian saya dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kaedokteran USU yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Persembahan terima kasih tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada ayahanda dan ibunda tercinta (alm. H. Sulaiman Lida dan alm. Hj. Barensyah), yang telah membesarkan dengan susah payah dengan penuh kasih sayang dan dengan jasa mereka inilah Penulis dapat menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengampuni dan selalu merahmati kedua ayahanda dan ibunda ini.

(6)

Habibah Lida, Hj. Rukiah Lida, abangda H. Mahmuddin Lida, SE, Asmawi Lida, H. Ibrahim Lida, SE dan Samsul Bahri Lida, saya ucapkan terima kasih atas dorongan moral, do’a dan selalu mengingatkan Penulis untuk dapat menjalani pendidikan sampai menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa isi hasil penelitian ini masih perlu mendapat koreksi dan masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis berharap adanya kritik serta saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 10 Maret 2011 Penulis

(7)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Anatomi Ovarium

Gambar 2 : Alat Reproduksi Wanita

Gambar 3 : Skema Siklus Ovulasi

Gambar 4 : Folikel Grafian

Gambar 5 : Korpus Luteum

Gambar 6 : Klasifikasi Tumor Ovarium

Gambar 7 : Makroskopis Kistadenoma Ovarium

Gambar 8 : Struktur Papil Pada Kistadenoma Ovarium

Gambar 9 : Makroskopis Kistadenokarsinoma Serosa

Gambar 10: Mikroskopis Kistadenoma Serosa

Gambar 11: Mikroskopis Kistadenokarsinoma Serosa

Gambar 12: Makroskopis Tumor Musinosa

Gambar 13: Makroskopis Kistadenokarsinoma Musinosa

Gambar 14: Mikroskopis Kistadenoma Musinosa

Gambar 15: Mikroskopis Kistadenokarsinoma Musinosa

Gambar 16: Makroskopis Karsinoma Endometroid Ovarium

Gambar 17: Makroskopis Karsinoma Endometroid Bentuk Kistik

Gambar 18: Mikroskopis Well-Differentiated Karsinoma Endometroid Ovarium

Gambar 19: Mikroskopis Well-Differentiated Karsinoma Endometroid Ovarium

(8)

Gambar 20 : Makroskopis Clear-Cell Carcinoma

Gambar 21 : Mikroskopis Clear-Cell Carcinoma

Gambar 22 : Mikroskopis Clear-Cell Carcinoma dengan Hialinisasi

Gambar 23 : Makroskopis Kistadenofibroma

Gambar 24 : Mikroskopis Kistadenofibroma

Gambar 25 : Makroskopis Tumor Brenner

Gambar 26 : Mikroskopis Tumor Brenner

Gambar 27 : Makroskopis Tumor Sel Granulosa

Gambar 28 : Mikroskopis Tumor Sel Granulosa Tipe Adult

Gambar 29 : Mikroskopis Tumor Sel Granulosa Tampak Gambaran Call-Exner

Bodies

Gambar 30 : Mikroskopis Tumor Sel Granulosa Tipe Juvenile

Gambar 31 : Klasifikasi Tumor Sel Germinal

Gambar 32 : Mikroskopis Dysgerminoma

Gambar 33 : Makroskopis Yolk Sac Tumor

Gambar 34 : Mikroskopis Yolk Sac Tumor Tampak Gambaran Schiller-Duval

Bodies

Gambar 35 : Mikroskopis Yolk Sac Tumor Tampak Pleomorfism danhialin Globul

Gambar 36 : Makroskopis Teratoma Matur

(9)

DAFTAR SINGKATAN SMA : Smooth Muscle Actin USG : Ultrasonografi

WHO : World Health Organization LH : Luteinizing Hormon

(10)

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Klasifikasi Tumor Ganas Ovarium Tabel 2 : Stadium Kanker Ovarium Menurut FIGO

Tabel 3 ; Distribusi Data Berdasarkan Tempat Pengambilan Data Tabel 4 : Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 5 : Distribusi Data Berdasarkan Subtipe Histopatologi

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSUTUJUAN……… i

LEMBAR USULAN PENELITIAN……… ii

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR SINGKATAN………... iv

DAFTAR GAMBAR………. v

DAFTAR TABEL………. vi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 2

1.3. Tujuan Penelitian ………...2

1.1.1. Tujuan Umum ………...2

1.1.2. Tujuan Khusus ………..2

1.4. Manfaat Penelitian ………..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

2.1. Anatomi Dan Histologi Ovarium ………...3

2.2. Epidemiologi ………5

(12)

2.4. Faktor Resiko ………...6

2.5. Patogenesis ………..6

2.6. Gejala Klinis ………....7

2.7. Deteksi Dini Karsinoma Ovarium ………8

2.8. Klasifikasi ……….. 9

2.9. Klasifikasi Tumor Ganas ………12

2.10. Stadium Klinis ……… 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 31

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian ………31

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 31

3.2.1. Tempat Penelitian ……….. 31

3.2.2. Waktu Penelitian ………31

3.3. Kerangka Operasional ………... 31

3.4. Populasi, Sampel dan Jumlah Sampel ………...32

3.4.1. Populasi ………32

3.4.2. Sampel ………...32

3.4.3. Jumlah Sampel ………32

3.5. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ……….32

3.5.1. Kriteria Inklusi ………...32

3.5.2. Kriteria Eksklusi ……….32

(13)

3.7. Analisa Data ………...33

3.8. Cara Kerja ………...33

3.9. Pengolahan Data ………...34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 35

4.1. Hasil Penelitian……….35

4.1.1. Distribusi Data Berdasarkan Tempat Pengambilan Data……..35

4.1.2. Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur………...36

4.1.3. Distribusi Data Berdasarkan Subtipe Histopatologi…………...37

4.1.4. Distribusi Subtipe Histopatologi Berdasarkan KelompokUmur38 4.1.5. Distribusi Subtipe Histopatologi Berdasarkan KepadatanLimfosit………...39

4.1.6.Distribusi Infiltrasi Limfosit Berdasarkan Subtipe Histopatologi………40

4.2.Pembahasan………...40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….42

5.1.Kesimpulan………42

5.2.Saran………..43

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Karsinoma ovarium merupakan tumor yang berasal dari sel-sel yang menyusun ovarium yaitu sel epithelial, sel germinal dan sel stromal. Penderita umumnya terlambat didiagnosis, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat untuk karsinoma ovarium, sehingga hanya 25-30% saja yang terdiagnosis pada stadium awal. Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan meyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.1,2,3,4 Insiden akan meningkat pada negara berkembang. Di Amerika Utara dan Eropa Barat kanker ini 90% berasal dari karsinoma epitel stroma ovarium. Pada beberapa negara Asia, termasuk Jepang, tumor sel germinal mempunyai perbandingan yang signifikan (20%) dari karsinoma ovarium. 1,2,5,7

(15)

ovarium epithelial tidak terdiagnosis sampai stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15-20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.1,9

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka peneliti berkeinginan mengetahui karakteristik penderita kanker ovarium di kota Medan.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Karsinoma ovarium sebagai salah satu penyakit menyerang wanita maka sangat diperlukan data-data tentang karakteristik penderita karsinoma ovarium. Namun demikian sampai sekarang informasi tentang hal tersebut belumlah memadai dan penyakit ini sering tidak menimbulkan gejala sehingga sulit mengenali penyakit ini secara dini, akibatnya sering terjadi keterlambatan diagnosis. Selama ini prognosa karsinoma ovarium tergantung dari grading dan staging, maka saat ini bisa digunakan parameter lain, misalnya : kepadatan limfosit pada sediaan jaringan karsinoma ovarium.

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM

Mengetahui profil penderita karsinoma ovarium yang dilakukan tindakan operasi di kota Medan dan melihat gambaran kepadatan infiltrasi limfosit pada karsinoma ovarium.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS

(16)

2. Untuk memperoleh profil penderita karsinoma ovarium berdasarkan umur, jenis histopatologi dari operasi.

3. Untuk melihat gambaran kepadatan infiltrasi limfosit pada karsinoma ovarium

4. Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Dapat memberikan informasi atau data ilmiah tentang profil penderita karsinoma ovarium

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI OVARIUM

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5 cm.2,3,11,12,15,16,17,18

(18)

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma ovarium dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak jelas. Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin. 2,3,15,16,17,18

Gambar 2. Alat reproduksi wanita ( dikutip dari : Junqueira LC, et al, In : Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc graw LANGE 2005)

Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di luar korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu folikel grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi.2,3,15,15,16,17

Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epiteloid yang mengelilingi pembuluh darah dan pembuluh saraf.1,2,10

Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :

1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.

(19)

nodus para aortik, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada umumnya dan nodus inguinal.1,3,8,19

Gambar 3. Skema siklus ovulasi (dikutip dari Koss’Diagnoctic Cytology and Its Histopathologi Bases) (dikutip dari Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases)

2.2. EPIDEMIOLOGI

(20)

Karsinoma ovarium sering mengenai wanita usia di atas 40 tahun, rata-rata terdiagnosa usia 58 tahun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 40% dan tergantung pada stadium. Bervariasinya epidemiologi akan meningkatkan faktor resiko obstetrik, endokrin, dan ginekologi menimbulkan kesulitan, dan tidak menghasilkan kesimpulan (Runnebaum dan Stickeler, 2001).3 Munculnya limfosit sel T intratumoral berhubungan dengan kelngsungan hidup yang lebih baik (Zhang et al, 2003).3,26,27

Keberadaan limfosit dalam tumor dihubungkan dengan sitotoksik T limfosit (CTL), karena CTL adalah mekanisme pertahanan utama terhadap tumor. Limfosit yang tergolong CTL ini berusaha untuk melawan baik antigen yang spesifik untuk tumor (tumor specific antigen (TSA)) maupun antigen yang berhubungan dengan tumor (tumor association antigen (TAA)). Namun perlu dipertimbangkan apakah limfosit ini tidak digolongkan pada sel Treg (Treg cell) Berbeda dengan limfosit dalam penelitian ini, sel Treg bersifat membantu melindungi sel tumor. Limfosit Treg memberi pertanda CD4+, CD25+ dan FOXP3+. Berdasarkan keterangan di atas perlu pemikiran lebih lanjut, mengenai sifat imunohistokimia dari limfosit yang berada dalam massa tumor.26,27

2.3. ETIOLOGI

Penyebab dari karsinoma ovarium saat ini belum diketahui secara pasti,namun berhubungan dengan faktor lingkungan termasuk paparan dengan makanan,virus,dan bahan-bahan industri.4,21

(21)

Ada beberapa faktor resiko seseorang wanita yang mengalami keganasan pada ovarium. Diantaranya adalah nulliparitas, riwayat keluarga, kontrasepsi oral dan adanya mutasi yang diwariskan memegang peranan penting dalam perkembangan tumor ini. Gonadal dysgenesis pada anak-anak berhubungan dengan faktor resiko kanker ovarium.13,21,22

2.5. PATOGENESIS Gen BRCA1 dan BRCA2

Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada 2/3 familial atau 5% secara keseluruhan , yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Walaupun BRCA1 dan BRCA2 tidak menunjukkan kesamaan rangkaian , tetapi memiliki fungsi yang sama dan berinteraksi dengan kompleks multiprotein yang sama. Keduanya berfungsi sebagai tumor supresor, dan apabila kehilangan fungsi dapat menyebabkan terjadinya resiko keganasan. Fungsi dari kedua gen tersebut dalam memproteksi genom dari kerusakan dengan penghentian siklus sel dan perbaikan DNA belum sepenuhnya diketahui. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85% menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terjadinya kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan kearah karsinoma tipe medular, cenderung high grade, mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk.

(22)

ovarium. Mutasi gen BRCA1 terjadi pada sekitar 5% pada penderita karsinoma ovarium yang berusia kurang dari 70 tahun. Resiko karsinoma ovarium karena mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 adalah 20%-60% pada penderita berusia 70 tahun. Sebagian besar peristiwa ini terjadi pada penderita Cystadenocarcinomas Serosa.8,21

HER2/neu

HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-code glikoprotein transmembran melalui tirosin kinase, yaitu p185. Hampir 30% kanker payudara mengalami ekspresi berlebihan dari protoonkogen HER2/neu. Gen ini adalah anggota dari family reseptor faktor pertumbuhan epidermi. Ekspresi berlebihan dari HER2/neu dapat dideteksi melalui pemeriksaan imunohistokimia, FISH (fluorencence in situ hybridization) dan CISH (chromogenic in situ hybridization). Suatu kromosom penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang mengalami amplikasi pada sel-sel payudara berhubungan dengan prognosis yang buruk.8,21

2.6. GEJALA KLINIS

Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal. Umumnya lebih dari 60% penderita setelah berada pada stadium lanjut.

Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala :

(23)

2. pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen 3. perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis

4. menstruasi tidak teratur 5. perasaan lelah

6. keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge) 7. nyeri saat berhubungan seksual

8. penurunan berat badan 9,13 2.7. DETEKSI DINI KARSINOMA OVARIUM

Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan akan semakin baik. Metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai skrining karsinoma ovarium adalah :

• pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium

untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal,meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini karsinoma ovarium.

• ultrasonografi (USG) • penanda tumor CA-1254,13,14

2.8. KLASIFIKASI

(24)

(sel kolumnar tanpa silia), atau kelenjar endoserviks (sel musinosum tanpa silia); 2. Sel germinal, yang bermigrasi ke ovarium dari yolk salk dan totipotensial; dan 3. Stroma ovarium, termasuk seks kord. Disamping itu tumor ovarium bisa juga berasal dari metastase tumor lain.1,5,10,20,22,23

WHO histological classification of tumours of the ovary

Surface epithelial-stromal tumours

Serous tumours

Malignant

Adenocarcinoma

Surface papillary adenocarcinoma

Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)

Borderline tumour

Papillary cystic tumour

Surface papillary tumour

Adenofibroma, cystadenofibroma

Benign

Cystadenoma

Papillary cystadenoma

Surface papilloma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Mucinous tumours

(25)

Adenocarcinoma

Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)

Borderline tumour

Intestinal type

Endocervical-like

Benign

Cystadenoma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Mucinous cystic tumour with mural nodules

Mucinous cystic tumour with pseudomyxoma peritonei

Endometrioid tumours including variants with squamous differentiation

Malignant

Adenocarcinoma, not otherwise specified

Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)

Malignant mullerian mixed tumour (carcinosarcoma)

Adenosarcoma

Endometrioid stromal sarcoma (low grade)

Undifferentiated ovarium sarcoma

Borderline tumour

Cystic tumour

Adenofibroma and cystadenofibroma

Benign

(26)

Adenofibroma and cystadenofibroma

Clear cell tumours

Malignant

Adenocarcinoma

Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)

Borderline tumour

Cystic tumour

Adenofibroma and cystadenofibroma

Benign

Cystadenoma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Transitional cell tumours

Malignant

Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)

Malignant Brenner tumour

Borderline

Borderline Brenner tumour

(27)

2.9. Klasifikasi tumor ganas ovarium

Gambar 6. Klassifikasi tumor ovarium (dikutip dari Pathologic Basis of Disease)

(28)

2.10. STADIUM KLINIK

Tabel 2.2. Stadium Kanker Ovarium Menurut FIGO9,10,21,22

Stadium Keterangan

I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan

tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan ascites ataupun

bilasan cairan di rongga peritoneum.

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada

permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan ataupun pada bilasan cairan di

rongga ovarium.

IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu

kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, ada sel tumor

di cairan ascites ataupun pada bilasan cairan rongga peritoneum

II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvik

IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan ascites

ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum

IIB Tumor meluas ke jaringan / organ pelvik lainnya tanpa sel tumor di cairan

ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritonem

IIC Perluasan ke pelvik (IIA atau IIB) denagan sel tumor di cairan ascites ataupun

bilasan cairan di rongga peritoneum

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga

peritoneum di luar pelvik dengan atau metastase kelenjar getah bening regional

IIIA Metastase mikroskopik di luar pelvik

IIIB Metastase makroskopik di luar pelvik dengan besar lesi metastase ≤ 2 cm

(29)

atau metastase ke kelenjar getah bening

IV Metastase jauh (di luar rongga peritoneum)

TUMOR EPITEL PADA OVARIUM

Tumor ini bersifat epithelial (tumor serosa, musinosa) atau memiliki komponen stroma (kistadenoma, tumor Brenner). Tumor ini merupakan kanker derajat rendah dengan potensi invasi kecil. Oleh karena itu, tumor ini memiliki prognosa lebih baik daripada tumor yang lebih ganas.1,2,3,9,13

1.Tumor Serosa Makroskopis

Secara makroskopis tumor serosa bentuknya bulat atau ovoid. Pada bentuk jinak, lapisan serosa tampak licin dan berkilat. Pada yang ganas, lapisan tersebut memperlihatkan irregularitas nodular. Pada irisan, tumor kistik kecil akan memperlihatkan satu rongga, tetapi tumor yang besar biasanya memiliki sekat-sekat sehingga membentuk massa multiloculated. Rongga kistik biasanya berisi cairan serosa jernih. Ke dalam rongga kistik, tampak tonjolan polipoid atau papilaris.1,8

(30)

Gambar 9. Kistadenokarsinoma serosa, tumor tampak solid dengan daerah nekrotik dan hemoragik (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology

Histopatologi

(31)

terhadap tumor ini sering memperlihatkan derajat kompleksitas tumor yang tinggi dan anaplasia sel. Secara umum tumor serosa ganas sering menyebar ke kelenjar getah bening regional, tetapi metastasis limfogen dan hematogen yang jauh jarang terjadi.1,8

Gambar 10 Kistadenoma serosa

(dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical

Pathology)

Gambar 11. Kistadenokarsinoma serosa (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical

Pathology)

2. Tumor Musinosa Makroskopis

Pada pemeriksaan makroskopik, tumor ini mungkin tidak dapat dibedakan dari tumor serosa kecuali oleh sifat isi kista yang musinosa. Tumor ini cenderung lebih besar dan multilokular, dan jarang ditemukan pembentukan papila. Pembentukan papila yang mencolok, penetrasi serosa, dan daerah-daerah pemadatan mengisyaratkan sifat ganas.

(32)

Histopatologi

Tumor musinosa diklasifikasikan berdasarkan karakter sel epitel penghasil musin. Pada dasarnya dapat dibedakan, mencakup tumor dengan epitel tipe endoserviks dan intestinal. Yang terakhir hampir selalu terdapat pada tumor musinosa dengan potensi keganasan rendah dan karsinoma musinosa. Tipe

kistadenoma musinosa mulleri yang biasanya berkaitan dengan kista

endometriotik. Tumor ini mungkin mencerminkan suatu tumor endometrium dengan diferensiasi musinosa.

Gambar 14. Kistadenoma musinosa, tampak sel goblet (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’ Surgical

Pathology)

Gambar 15. Kistadenokarsinoma musinosa dengan inti atipik (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

3. Tumor Endometrioid Makroskopis

(33)

(dikutip dari rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Gambar 17. Karsinoma endometroid ovarium bentuk kistik (Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Histopatologi

Tumor ini dibedakan dengan adanya kelenjar tubular, serupa dengan yang ditemukan di endometrium, lapisan rongga kistik. Meskipun terdapat bentuk jinak dan borderline, tumor endometrioid biasanya ganas. Tumor bersifat bilateral pada sekitar 30% kasus, dan 15% hingga 30% pasien dengan tumor ovarium ini juga mengidap karsinoma endometrium.1,8 focal villous(dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’Surgical Pathology )

(34)

4. Clear cell carcinoma Makroskopis

Tumor ovarium dengan bentuk makroskopik seperti spon, sering dengan memberikan gambaran seperti kista.

Histopatologi

Gambar 20. Makroskopik Clear cell carcinoma ovarium (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Secara mikroskopik tumbuh dalam bentuk tubular kistik, papiler, dan solid. Bagian tengah dari papil menunjukkan hialinisasi yang prominen. Varian dari tumor ini yang kaya stroma dikenal dengan clear cell adenocarcinofibroma dan

cystadenocarcinofibroma. Sel-sel tumor tampak besar. Beberapa inti menonjol ke

dalam lumina, dijumpai konfigurasi ”hobnail”.1,8

Gambar 21. Clear cel carcinoma, tampak struktur papiler (dikutip dari

Rosai J.Rosai and Ackerman’s

(35)

5. Kistadenofibroma

Kistadenofibroma pada dasarnya adalah varian kistadenoma serosa dengan

proliferasi mencolok stroma fibrosa yang terletak dibawah epitel silindris. Tumor jinak ini biasanya kecil dan multilokular, dengan tonjolan papilaris biasanya tidak bercabang. Jarang terjadi transformasi keganasan.1,8

Gambar 23. Makroskopik Kistadenofibroma (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

(36)

6. Tumor Brenner

Tumor ovarium adalah tumor ovarium unilateral padat yang biasanya unilateral dan jarang ditemukan. Tumor terdiri atas banyak stroma yang mengandung sarang-sarang epitel transisional mirip dengan yang terdapat dalam saluran kemih. Kadang-kadang, sarang tersebut bersifat kistik dan dilapisi sel silindris penghasil mukus. Tumor Brenner biasanya berkapsul licin dan tampak putih abu-abu jika dipotong dengan garis tengah bervariasi dari beberapa sentimeter hingga 20cm, tumor ini mungkin berasal dari epitel permukaan atau dari epitel urogenital yang terperangkap didalam rigi germinativum. Meskipun sebagian besar jinak, pernah dilaporkan tumor ganas dan tumor borderline.

Gambar 25.Makroskopik Tumor Brenner (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Gambar 26. Mikroskopik Tumor Brenner dengan sel-sel epitel yang tertanam dalam jaringan ikat fibrous (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

(37)

Tumor Sel Granulosa

Tumor ini berasal dari sex-cord stroma ovarium, atau mesenkim. Tumor ini biasanya merupakan kombinasi beberapa elemen seperti sel Granulosa dan sel

Teka, atau sel Sertoli dan sel Leydig. Adapun salah satu dari tumor sex- cord

stroma ovarium adalah tumor sel Granulosa, yang mana tumor ini dibagi atas dua tipe yaitu :

• Tumor sel granulosa tipe Adult

• Tumor sel granulosa tipe Juvenille

1.Tumor sel granulosa tipe Adult

(38)

(A) (B)

Gambar 27. A. Tumor sel granulose dengan permukaan pemotongan solid. B. campuran area solid dan kistik (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Histopatologi

Secara mikroskopik tampak proliferasi sel-sel granulosa dan stroma terdiri dari sel-sel fibroblas, sel teka atau sel lutein. Sel-sel granulosa ini mempunyai sitoplasma yang sedikit dan inti bulat hingga ovoid dengan longitudinal groove

yang memberikan gambaran ’’coffee-bean’. Aktifitas mitosis dan inti yang bizare jarang dijumpai. Pada mikrofolikular pattern tampak adanya Call-Exner bodies

yang merupakan suatu karakteristik.5

Gambar 28. Coffee-bean nuclei pada tipe adult tumor sel granulose (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

(39)

) (B)

Gambar 29 A dan B. 29A.Gambaran mikroskopis dari tumor sel granulose. Pada gambar 29B dapat dilihat Call-Exner Bodies (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

2. Tumor sel granulosa tipe Juvenille

Tumor ini mencakup 5% dari semua tumor granulosa, dan mengenai terutama pada dekade ketiga dari kehidupan. Pada wanita prepubertas, 80% berhubungan dengan isoseksual pseudorecocity. Terjadi peningkatan kadar serum estradiol dan progesteron, serta penurunan kadar hormon LH dan hormon FSH. Secara makroskopis, tumor tipe juvenile tidak berbeda dengan yang adult.5

Histopatologi

(40)

(A) (B)

Gambar 30.Juvenile granulose cell tumour (A). Dengan pembesaran lemah tampak area seperti folikel dapat dijumpai (B). Dengan pembesaran kuat tampak sel-sel tumor dengan “coffee-bean”yang kurang (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Tumor Sel Sertoli-Leydig

Tumor ini tersusun dari sel Sertoli dan sel Leydig. Nama lain dari tumor ini adalah Androblastoma. Tumor ini mencakup 5% dari semua neoplasma ovarium, dan kebanyakan intermediate dan poorly differentiated. Dilaporkan bahwa tumor ini mengenai wanita usia 2-75 tahun. Gejala ditimbulkan biasanya amenorrhea, hirsutism, payudara yang atrofi, hipertrofi klitoral, suara yang parau.

Histopatologi

(41)

TUMOR SEL GERMINAL

Tumor ini mencakup 30% dari semua kasus tumor ovarium, dan 95% merupakan mature cystic teratoma. Sebanyak 3% tumor sel germinal ini malignan. Tumor sel germinal yang malignan biasanya kebanyakan dijumpai kanker ovarium pada anak-anak dan remaja putri. Sebesar 60% tumor ovarium dijumpai pada wanita di bawak usia 21 tahun.

Gambar 31. Klassifikasi tumor sel germinal ovarium (dikutip dari http//www.detak.org/about

cancer.php?[d=21&cid 20 about cancer)

Dysgerminoma

(42)

abnormal. Keganasan ini berhubungan dengan pasien yang memiliki pure gonadal dysgenesis (46 XY, bilateral streak gonad), mixed gonadal dysgenesis (45X/ 46 XY unilateral streak gonad, contralateral testis) atau androgen insensitivity syndrome (46 XY, testicular feminization). Oleh karena itu pasien premenstruasi dengan massa pada pelvis memerlukan pemeriksaan karyotipe. Pada sebagian besar pasien gonadal dengan dysgenesis, dysgerminoma berasal dari gonadoblastoma yang merupakan tumor ovarium jinak yang terdiri dari germ cell

dan sex cord stroma. Jika gonadoblastoma dijumpai pada pasien dengan gonad

dysgenesis maka lebih dari 50% akan menjadi keganasan ovarium. Histopatologi

Gambaran mikroskopis dysgerminoma sama dengan seminoma testikular, sarang-sarang yang terdiri dari sel-sel yang besar, uniform, polihedral (poligonal) dengan inti besar, bulat sampai oval, vesikuler, terletak di tengah, dengan anak inti yang menonjol dan sitoplasma yang eosinofilik sampai jernih. Juga dijumpai infiltrasi sel-sel radang kronik,sebagian besar terdiri dari sel T limfosit dan makrofag. Kadang dapat dijumpai mitosis, dan pada beberapa tumor tampak

anisokaryosis. Pada kasus beta-human chorionic gonadotropin sekresi

syncytiotrophoblast yang secara langsung berasal dari sel-sel dysgerminoma tanpa ada keterlibatan cytotrophoblast.

(A)

(43)

Yolk Sac Tumor

Tumor ini disebut juga endodermal sinus tumor, juvenile embryonal carcinoma, embryonal carcinoma, distinctive adenocarcinoma of the infant testis,

testic adenocarcinoma with clear cell dan orchioblastoma.2

Yolk Sac Tumor adalah tumor dengan karakteristik memiliki banyak pola

yang menyerupai yolk sac, allantois dan mesenkim ekstraembryonic.5

Yolk Sac Tumor memiliki 2 bentuk : (1) Bentuk asli ( pure) dengan

gambaran organoid klasik seperti yang dijelaskan oleh Teilum- pada bayi dan anak-anak (biasanya pada usia 6 bulan sampai 4 tahun).(2) Sebagai salah satu komponen dari mixed germ cell tumor pada dewasa.2

Secara makroskopis, pure yolk sac tumor adalah tumor dengan konsistensi bisa padat atau lunak.Pada pemotongan tampak berwarna abu-abu pucat dan sedikit bergelatin atau mukoid. Perubahan kistik dapat dijumpai.2

Nekrosis dan perdarahan dapat dijumpai terutama pada tumor yang berukuran besar.2

(A) (B)

(44)

Histopatologi

Terdapat campuran dari elemen epithelial dan mesenkin sebagai karakteristik. Polimikrokistik,glandular alveolar, dan papilari sering dijumpai. Banyak area kistik dilapisi oleh sel yang sangat datar (endothelium like layer). Stroma dapat sangat selular, spindle shape dan mirip dengan otot polos. Schiller Duval bodies

merupakan gambaran khas dari yolk sac tumor. Schiller-Duval bodies atau Glomeruloid adalah suatu formasi papiler dengan struktur kistik. Formasi papiler terdiri dari pembuluh darah pada bagian tengah yang dikelilingi oleh ruang yang edematous dan dilapisi oleh sel-sel kuboid sampai kolumnar dengan inti yang menonjol dan sitoplasma jernih. Hyaline intracytoplasmic dan extracytoplasmic

(Hyaline globule) dijumpai terutama pada pola hepatoid atau mikrokistik.

Bahan ini eosinofilik, positif pada pewarnaan PAS, dapat juga dilihat dengan pewarnaan imunohistokimia dengan menggunakan AFP.1,2,6

(45)

(A) (B)

Gambar 35. A) Pleomorphism dan Hyaline Globule pada yolk sac tumor testis (B) Typical intracellular globules pada yolk sac tumor (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)

Terdapat 11 pola mikroskopis dijumpai pada yolk sac tumor.

• Microcystic – reticular • Macrocystic

• Endodermal sinus • Papillary

• Solid pattern

• Glandular – alveolar • Myxomatous

• Sarcomatoid – spindle cell • Vitelline

(46)

Teratoma

Tumor ini mencakup 15% sampai 20% dari tumor ovarium. Tumor ini memperlihatkan gambaran yang buruk dan biasanya muncul pada dekade kedua dari kehidupan. Semakin muda usia pasien, semakin besar kemungkinan terjadinya keganasan. Namun, lebih dari 90% tumor sel germinal ini merupakan teratoma kistik matur benigna.1,3

Teratoma Kistik Benigna (Matur)

Hampir semua tumor ini ditandai dengan diferensiasi ektodermal sel germinal totipoten. Biasanya terjadi pembentukan sebuah kista yang dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut kista dermoid. Sebagian besar kebetulan pada perempuan muda sebagai massa ovarium atau ditemukan fokus kalsifikasi yang dihasilkan oleh adanya gigi. Sekitar 90% tumor ini unilateral, dan lebih sering di kanan. Pada pemotongan, kista sering terisi oleh sekresi sebasea dan rambut, yang memperlihatkan lapisan epidermis yang mengandung rambut. Kadang-kadang juga terdapat tonjolan nodular tempat keluarnya gigi. Kadang-kadang juga terdapat fokus tulang, tulang rawan, sarang epitel bronkus atau saluran cerna, dan berbagai turunan sel lainnya.

(47)

Gambar 35.Teratoma Matur (dikutip dari Robin Basic Pathology of Disease) • Teratoma Maligna Matur

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian bersifat deskriptif. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian 3.2.1.Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bekerja sama dengan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, Rumah Sakit Haji Medan, sejumlah rumah sakit swasta, laboratorium swasta di Medan dan sediaan yang dikonsulkan ke laboratorium swasta, antara lain dari Jambi.

3.2.2. Waktu Penelitian

(49)

Populasi, sampel dan jumlah sampel 3.4.1. Populasi

Seluruh penderita karsinoma ovarium yang dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di Laboratorium Patologi Anatomi.

3.4.2. Sampel

Penderita karsinoma ovarium di Sentra Diagnostik Patologi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Rumah sakit Dr.Pirngadi Medan, Rumah Sakit Haji Medan, sejumlah rumah sakit swasta, laboratorium swasta di Medan dan sediaan yang dikonsulkan ke laboratorium swasta, antara lain dari Jambi.

3.4.3.Jumlah sampel

Besar sampel pada penelitian ini tergantung pada jumlah data diperoleh pada saat pengumpulan data.

3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

Semua penderita karsinoma ovarium yang didiagnosis berdasarkan hasil operasi. 3.5.2. Kriteria Eksklusi

(50)

3.6. Defenisi Operasional

1. Karsinoma ovarium adalah suatu keganasan yang berasal dari sel-sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal.

2. Karsinoma epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, dan merupakan jenis karsinoma yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari karsinoma ovarium.

3. Metode pemeriksaan yang digunakan untuk skrining karsinoma ovarium adalah : pemeriksaan pelvik, ultrasonografi, tumor marker CA-125.

3.6. Analisa Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara statistik untuk menilai presentase karsinoma ovarium berdasarkan umur dan tipe histopatologi yang diambil dari data Rekam Medik dan melakukan slide review untuk melihat kepadatan infiltrasi limfosit pada karsinoma ovarium.

3.8. Cara Kerja

(51)

melihat kepadatan infiltrasi limfosit pada sediaan jaringan karsinoma ovarium. Data dikumpulkan adalah data dari bulan Januari sampai Desember 2009. Setelah itu dieksklusikan data-data yang bukan merupakan objek penelitian dan sediaan yang tidak adekwat. Data-data yang memenuhi kriteria inklusi diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian

antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

2. Coding: untuk mengkuantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka

karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.

3. Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggambarkan distribusi data penderita karsinoma ovarium dan review slide pada tahun 2009 berdasarkan tempat pengambilan data, umur, subtipe histopatologi, subtipe histopatologi berdasarkan kelompok umur dan berdasarkan kepadatan limfosit.

4.1.1. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan tempat pengambilan data.

Tabel 4.1.1. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan tempat pengambilan data Sentra Diagnostik Patologi Anatomi FK-USU RSU.Haji Mina

RSU. Elisabeth

Laboratorium PA Prof.Dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis,Sp.PA (K) Laboratorium PA Prof.Dr. Gani W Tambunan, Sp.PA (K)

(53)

paling banyak dijumpai di Instalasi Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik yaitu sebanyak 27 kasus (39,13%). Selanjutnya RS Haji Mina 13 kasus (18,84%), Laboratorium PA Prof. Dr.Nadjib Dahlan Lubis,Sp.PA (K) sebanyak 12 kasus (17,39%), RS. Pirngadi Medan sebanyak 9 kasus (13,04%), Departemen PA FK-USU sebanyak 4 kasus (5,79%), Laboratorium PA Prof. Dr. Gani W Tambunan,Sp.PA (K) sebanyak 3 kasus (4,35%) dan RS Elisabeth Medan sebanyak 1 kasus (1,45%).

4.1.2. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan kelompok umur

Tabel 4.1.2. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan kelompok umur

(54)

kasus (8,69%) dan kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 6 kasus (8,69%), kelompok umur 61-70 tahun sebanyak 2 kasus (2,89%), dan kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 2 kasus (2,89%)

4.1.3. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan subtipe histopatologi. Tabel 4.1.3. Distribusi penderita karsinoma ovarium berdasarkan subtipe histopatologi

No Tipe Histopatologi Frekuensi Frekuensi relatif (%)

(55)

adalah cystadenokarsinoma musinosum sebanyak 42 kasus (60,86%), kemudian diikuti subtipe histopatologi dysgerminoma sebanyak 8 kasus (11,59%), granulose cell tumor sebanyak 5 kasus (7,25%), cystadenokarsinoma serosum sebanyak 3 kasus (4,35%), malignant tumor Brenner sebanyak 3 kasus (4,35%) dan NOS sebanyak 3 kasus (4,35%), yolk sac tumor dan teratoma masing-masing 2 kasus (2,89%), serta mixed mullerian tumor sebanyak 1 kasus (1,45%).

4.1.4. Distrbusi subtipe histopatologi karsinoma ovarium berdasarkan kelompok umur

Tabel 4.1.4. Distribusi subtipe histopatologi berdasarkan kelompok umur Kel.

(56)

11-20 tahun dan 31-40 tahun, granulose cell tumor masing-masing 2 kasus pada kelompok umur 31-40 tahun dan 41-50 tahun, malignant Brenner tumor masing-masing 1 kasus pada kelompok umur 41-50 tahun, 51-60 tahun dan 71-80 tahun, mixed mullerian tumor I kasus pada kelompok umur 41-50 tahun, yolk sac tumor masing-masing 1 kasus pada kelompok umur 11-20 tahun dan 41-50 tahun, teratoma masing-masing 1 kasus pada kelompok umur 11-20 tahun dan 41-50 tahun, serta NOS paling banyak dijumpai pada kelompok umur 31-40 tahun.

4.1.5. Distribusi subtipe histopatologi penderita karsinoma ovarium berdasarkan

kepadatan limfosit.

Kepadatan limfosit dibagi atas tingkat-tingkat sebagai berikut :

I. Dijumpai sebaran satu dua limfosit yang tidak membentuk kelompokan

II. Dijumpai sebaran limfosit dengan kepadatan seperti radang biasa

III.Dijumpai sebaran limfosit yang padat dengan / tanpa limfoid folikel

(57)

III Infiltrasi limfosit berat 9 13,04

Jumlah 69 100

(58)

otherwise specified

Jumlah 33 27 9

4.2. Pembahasan

Dari tabel 4.2 berdasarkan kelompok umur, penderita karsinoma ovarium paling banyak dijumpai pada kelompok umur di atas 41-50 tahun, yang mana ini sesuai dengan literatur bahwa penderita karsinoma ovarium paling banyak pada umur di atas 40 tahun. Kemudian diikuti dengan kelompok umur 31-40 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa karsinoma ovarium bisa dijumpai pada umur yang lebih muda.

Berdasarkan subtipe histologi (tabel 4.3), dijumpai cystadenokarsinoma musinosum sebagai subtipe terbanyak yaitu sebanyak 42 kasus yang diikuti dengan dysgerminoma sebanyak 8 kasus, granulosa cell tumor 5 kasus, cystadenokarsinoma serosum, malignat brenner tumor dan NOS masing-masing 3 kasus, yolk sac tumor dan teratoma masing-masing 2 kasus, dan mixed mullerian tumor hanya 1 kasus. Kemudian kepadatan infiltrasi limfosit pada karsinoma ovarium paling banyak pada subtipe histopatologi cystadenokarsinoma musinosum yaitu sebanyak 22 kasus, dimana limfosit ringan sebanyak 22 kasus, limfosit sedang 17 kasus, dan limfosit berat sebanyak 3 kasus.

(59)

antigen (TSA)) maupun antigen yang berhubungan dengan tumor (tumor association antigen (TAA)). Namun perlu dipertimbangkan apakah limfosit ini tidak digolongkan pada sel Treg (Treg cell) Berbeda dengan limfosit dalam penelitian ini, pada penelitian yang dilakukan Tyler et al, diketahui bahwa sel Treg bersifat membantu melindungi sel tumor. Limfosit Treg memberi pertanda CD4+, CD25+ dan FOXP3+. Berdasarkan keterangan di atas perlu pemikiran lebih lanjut, mengenai sifat imunohistokimia dari limfosit yang berada dalam massa tumor.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada penderita karsinoma ovrium di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi FK-USU, Instalasi Patologi Anatomi RSU.H. Adam Malik Medan, Laboratorium Patologi Anatomi RSU Pirngadi Medan, sejumlah rumah sakit dan laboratorium swasta di Medan pada tahun 2009, didapatkan :

1. Berdasarkan tempat pengambilan data, penderita karsinoma ovarium paling banyak dijumpai di Instalasi Patologi Anatomi RSUP. H. Adam Malik yaitu sebanyak 27 kasus.

2. Berdasarkan kelompok umur, penderita karsinoma ovarium paling banyak dijumpai pada kelompok umur 41-50 tahun.

3. Berdasarkan subtipe histopatologi, paling banyak dijumpai subtipe cystadenokarsinoma musinosum.

(61)

 

5.2. Saran

1. Deteksi awal yang akurat dan cermat terhadap gejala dini karsinoma ovarium sangatlah diperlukan seperti screening dan edukasi awam tentang keganasan pada wanita, karena berdasarkan data yang diperoleh, penderita karsinoma ovarium dijumpai pada umur masih sangat muda yaitu 1 tahun 11 bulan dan umur tua yaitu 72 tahun.

(62)

RUJUKAN

1. Kumar V, Abbas A.K, Fausto N. Pathologic Basis of Disease : The Female Genital Tract. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2005;1092-1103.

2. Rosai J. Rosai and Ackerman’s : Surgical pathology. Ninth Edition. Volume 2. Philadelphia .Mosby. 2004; 1649-1670

3. Koss GL, Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases, Volume 1 Fifth Edition, Lippincot Williams & Wilkins. 2006; 491-500. 4. Sahil MF. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada Wanita Usia Muda

Dengan Mempertahankan Fungsi Ovarium: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Onkologi Ginekologi Pada fakultas Kedokteran USU. [cited 2010 Mei 7]. Available from : hhtp:// www.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb-2007-m-fauzie-sahil-pdf.

5. Wells M, Ostor AG, Crum CP, Franschesci S, et al Tumors of the Ovarium. In Tavassoli FA, Devilee. Pathology and Genetics of Tumors of the Breast and Female Genital Organs. WHO IARC Press.2003; 114-145. 6. Chandrasoma P, Taylor R Clive. The Ovaries & Uterine Tubes, In Concise

Pathology, Third Edition. 2001; 767-777.

(63)

8. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Dalam : Buku Ajar Patologi. Edisi 7 EGC. 2007; 778-781. 9. Anatomi Ovarium. [cited Juni 2010 11]. Available from : http://

www.detak.org/about cancer.php? id=21 & c-id 20.

10.Karsinoma Ovarioum.[cited 2010 April 5]. Available from : http:// health.meanschodzi-com/karsinoma-ovarium.

11.Mori M. et al. Reproductive, Genetic and Dietary Risk Factors For Ovarian Cancer. Am.J.Epidemiol. 1998; 128, 771-777.

12.Whittemore AS et al. Collaborative Ovarian Cancer Group, Characteristics Relating to Ovarian Cancer Risk : Collaborative Analysis of 12 U.S Case Control Studies. Invasive Epithelial Ovarian Cancer in White Woman. Am.J.Eppidemiol. 1992; 1184-1203

13.Kanker Ovarium.[cited 2010 April 15]. Available from: http:// www.tanya.dokteranda.com/artikel/2007/06/kanker ovarium-silent-lady-killer.

14.Qazi F et al. The Treatment of Epithelial Ovarian Cancer. CA-A Cancer Journal for Clinicans. 1995;45:88-101.

15.Gennadi V et al. Stem Cell- Ness: A”Magic Marker” for Cancer, In : The Journal of Investigation 2005; 1503-1521

16.Basmajian JV In : Grant’s Method of Anatomy, 11th ed, William & Wilkins Company Baltimore. 1989.

(64)

18.Junqueira LC. et al, In : Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc Graw LANGE. 2005 :435-444.

19.Vinay K et al. Tumors of The Ovary In : Robbins Basic Pathology, 7th ed. Elsevier Saunders. 2005 ;695-698

20.Ovarian Cancer. [cited 2010 Mei 11]. Available from: http// en.wikipedia.org/wiki/ovarian cancer

21.Tambunan GW. Karsinoma Ovarium. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Maylani H. Editor. 1 st ed EGC Jakarta. 1995 ; 149-166.

22.Kanker Indung Telur. [cited 2010 Juni 15]. Available from : http:// medicastroe.com/penyakit/1048/kanker-indung-telur-html.

23.Novak ER ,et al Primary Carcinoma of The Ovary. In Novaks Gynecology an Obstettric Pathology 5 th Ed. WB Saunders .347-363.

24.Sastroasmoro S, Ismael S, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-2. Sagung Seto. 2002 ; 24-48.

25.Budiarto Eko, Metodologi Penelitian Kedokteran,Sebuah Pengantar. EGC. 26.Zhang et al.Intratumoral T Cell, Recurrence, and Survival in Epithelial

Ovarian Cancer[ 2010 November 8]. Available from : hhtp://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa020177?hits=10 & andnexfulltext-and & FIRSTINDEX=FIRS.

(65)

Gambar

Gambar 9. Kistadenokarsinoma serosa, tumor tampak solid dengan daerah nekrotik dan hemoragik (dikutip dari Rosai J
Gambar 11. Kistadenokarsinoma serosa (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology)
Gambar 14. Kistadenoma musinosa, tampak sel goblet (dikutip dari Rosai J. Rosai and Ackerman’ Surgical Pathology)
Gambar 19. Well-differentiated karsinoma endometroid ovarium, dengan metaplasia skuamus ,adenokantoma (dikutip dari Rosai J
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anda tetap bisa sukses meskipun tak ada orang yang percaya bahwa Anda bisa melakukannya, namun Anda tidak akan pernah sukses jika Anda tak pernah percaya pada diri Anda

Pada pengendalian input dilakukan audit yang berfokus kepada proses input data pada sistem informasi akuntansi siklus pengeluaran, dari proses audit tersebut ada hal positif

Kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah sangat banyak, salah satunya pramuka, pramuka adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan minat,

Penelitian kuantitatif; yang mengacu pada context of justification, pada dasarnya menguji teori yangberkaitan dengan masalah penelitian melalui kerangka berpikir yang

Berdasarkan hasil analisa manufaktur rangka mesin potong plat dengan gaya pemotongan 432 KN menghasilkan pemotongan yang presisi karena dilakukan pengukuran

Pada indikator pertama, ketiga, dan keempat tidak terlihat adanya perbedaan pada siswa FI1 dan FI2, yaitu dalam menginterpretasikan ide matematis dapat memahami masalah

Analisis model input output dengan metode biproporsional menghasilkan sektor yang paling besar mengalami perubahan dalam struktur produksi dan distribusi outputnya

Atas uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menjadikan “ Prosedur Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Kantor